KEL 1 Epilepsi

63
MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN SISTEM NEUROBEHAVIOUR DENGAN KASUS EPILEPSI DISUSUN OLEH : 1. YUMNI RUMIWANG 2. HUSNIAWATI 3. M. MAKSUM 4. BQ. DIAN NURMAYA 5. DEBY ANANDA PUTRI 6. ERNAWATI 7. SUDARMAN 8. ROLY YULI A.M.P. YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM i

description

HHHHHHHHH

Transcript of KEL 1 Epilepsi

Page 1: KEL 1 Epilepsi

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN SISTEM

NEUROBEHAVIOUR DENGAN KASUS EPILEPSI

DISUSUN OLEH :

1. YUMNI RUMIWANG

2. HUSNIAWATI

3. M. MAKSUM

4. BQ. DIAN NURMAYA

5. DEBY ANANDA PUTRI

6. ERNAWATI

7. SUDARMAN

8. ROLY YULI A.M.P.

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JENJANG S1

MATARAM

2015

i

Page 2: KEL 1 Epilepsi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT pantaslah kami ucapkan, karena berkat

bantuan dan petunjuk-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah ini. Untuk itu

kepada berbagai pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah

ini kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Kami membuat makalah ini dengan seringkas-ringkasnya dan bahasa yang

jelas agar mudah dipahami. Karena kami menyadari keterbatasan yang kami

miliki, kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca, agar pembuatan

makalah kami yang berikutnya dapat menjadi lebih baik.

Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Mataram, Juli 2015

Penyusun

ii

Page 3: KEL 1 Epilepsi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR .................................................................................ii

DAFTAR ISI ...............................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................1

1.1Latar Belakang ....................................................................................1

1.2Rumusan Masalah ...............................................................................2

1.3Tujuan .................................................................................................2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................3

2.1Konsep Dasar Penyakit .......................................................................3

2.2Konsep Dasar Asuhan Keperawatan .................................................14

BAB 3 CONTOH KASUS DAN ASUHAN KEPERAWATAN ............25

BAB 4 PENUTUP ......................................................................................35

4.1Simpulan ...........................................................................................35

4.2Saran .................................................................................................36

DAFTAR PUSTAKA

iii

Page 4: KEL 1 Epilepsi

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Epilepsi merupakan salah satu penyakit neurologis yang utama. Pada

dasarnya epilepsi merupakan suatu penyakit Susunan Saraf Pusat (SSP) yang

timbul akibat adanya ketidak seimbangan polarisasi listrik di otak. Ketidak

seimbangan polarisasi listrik tersebut terjadi akibat adanya fokus-fokus iritatif

pada neuron sehingga menimbulkan letupan muatan listrik spontan yang

berlebihan dari sebagian atau seluruh daerah yang ada di dalam otak. Epilepsi

sering dihubungkan dengan disabilitas fisik, disabilitas mental, dan

konsekuensi psikososial yang berat bagi penyandangnya (pendidikan yang

rendah, pengangguran yang tinggi, stigma sosial, rasa rendah diri,

kecenderungan tidak menikah bagi penyandangnya).

Epilepsi merupakan salah satu penyakit neurologis yang utama. Pada

dasarnya epilepsi merupakan suatu penyakit Susunan Saraf Pusat (SSP) yang

timbul akibat adanya ketidakseimbangan polarisasi listrik di otak.

Ketidakseimbangan polarisasi listrik tersebut terjadi akibat adanya fokus-

fokus iritatif pada neuron sehingga menimbulkan letupan muatan listrik

spontan yang berlebihan dari sebagian atau seluruh daerah yang ada di dalam

otak. Epilepsi sering dihubungkan dengan disabilitas fisik, disabilitas mental,

dan konsekuensi psikososial yang berat bagi penyandangnya (pendidikan yang

rendah, pengangguran yang tinggi, stigma sosial, rasa rendah diri,

kecenderungan tidak menikah bagi penyandangnya).

Penyandang epilepsi pada masa anak dan remaja dihadapkan pada

masalah keterbatasan interaksi sosial dan kesulitan dalam mengikuti

pendidikan formal. Mereka memiliki risiko lebih besar terhadap terjadinya

kecelakaan dan kematian yang berhubungan dengan epilepsi.

Penanganan terhadap penyakit ini bukan saja menyangkut penanganan

medikamentosa dan perawatan belaka, namun yang lebih penting adalah

bagaimana meminimalisasikan dampak yang muncul akibat penyakit ini bagi

1

Page 5: KEL 1 Epilepsi

penderita dan keluarga maupun merubah stigma masyarakat tentang penderita

epilepsi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep penyakit epilepsi ?

2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada epilepsi ?

1.3 Tujuan

1. Tujuan Umum

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas

mata kuliah.

2. Tujuan Khusus

Dengan disusunnya makalah ini penulis mengharapkan pembaca dapat :

a. Megetahui definisi Epilepsi.

b. Mengetahui etiologi Epilepsi.

c. Megetahui patofisiologi Epilepsi.

d. Megetahui pathway Epilepsi.

e. Mengetahui klasifikasi kejang pada Epilepsi.

f. Megetahui manifestasi klinis dan perilaku pada Epilepsi.

g. Mengetahui pemeriksaan diagnostic pada Epilepsi.

h. Mengetahui penatalaksanaan pada Epilepsi.

i. Megetahui pencegahan pada Epilepsi.

j. Mengetahui pengobatan pada Epilepsi.

k. Mengetahui komplikasi pada Epilepsi.

2

Page 6: KEL 1 Epilepsi

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Penyakit

2.1.1 Pengertian

Epilepsi terjadi akibat adanya kerusakan membran pada sel

glia otak. Sel glia merupakan bagian dari sel otak yang multi fungsi.

Salah satu fungsi penting dari sel glia bila dikaitkan dengan penyakit

epilepsi ini adalah fungsi sel glia sebagai pensuplai nutrisi dan

reservoar dari elektrolit seperti ion K, Ca dan Na. Ketidak seimbangan

pada sel ini akan menyebabkan permasalahan pada sel syaraf. Proses

epileptogenik akan terjadi bila ada pelepasan muatan paroksiman

karena mekanisme intrinsik dari membran neuron yang menjaga

kestabilan ambang lepas muatan terganggu sehingga bisa terjadi

depolarisasi secara terus menerus yang selanjutnya menyebabkan

timbulnya letupan potensial aksi (paroksismal depolarisasi shif).

Epilepsy adalah kompleks gejala dari beberapa kelainan fungsi

otak yang ditandai dengan terjadinya kejang secara berulang. Dapat

berkaitan dengan kehilangan kesadaran, gerakan yang berlebihan, atau

kehilangan tonus atau gerakan otot, dan gangguan prilaku suasana

hati, sensasi dan persepsi (Brunner dan Suddarth, 2000).

Kejang adalah terbebasnya sekelompok neuron secara tiba-tiba

yang mengakibatkan suatu kerusakan kesadaran, gerak, sensasi atau

memori yang besifat sementara. Istilah epilepsy biasanya merupakan

suatu kelaianan yang bersifat kronik yang timbul sebagai suatu bentuk

kejang berulang (Hudak dan Gallo, 1996).

Epilepsi adalah gangguan kronik otak dengan ciri timbulnya

gejala-gejala yang datang dalam serangan – serangan, berulang-ulang

yang disebabkan lepas muatan listrik abnormal sel-sel saraf otak yang

bersifat reversible dengan berbagai etiologi. Serangan adalah suatau

gejala yang timbulnya tiba-tiba dan menghilang secara tiba-tiba pula.

3

Page 7: KEL 1 Epilepsi

2.1.2 Etiologi

Penyebab dan proses secara jelas terjadinya epileptogenik

hingga saat ini belum begitu jelas. Namun sebagian besar dipengaruhi

oleh beberapa faktor seperti adanya trauma kelahiran, infeksi,

gangguan sirkulasi, gangguan metabolisme, tumor otak, trauma kepala

dan penyakit-penyakit saat kehamilan (epilepsi simtomatis). Namun

beberapa jenis epilepsi tidak diketahui dengan jelas penyebabnya dan

diduga karena faktor genetik (epilepsi idiopatik).

1. Kelainan yang terjadi selama perkembangan janin/kehamilan ibu,

seperti ibu menelan obat-obat tertentu yang dapat merusak otak

janin, mengalami infeksi, minum alcohol, atau mengalami cidera.

2. Kelainan yang terjadi pada saat kelahiran, seperti kurang oksigen

yang mengalir ke otak (hipoksia), kerusakan karena tindakan.

3. Cidera kepala yang dapat menyebabkan kerusakan pada otak.

4. Tumor otak merupakan penyebab epilepsi yang tidak umum

terutama pada anak-anak.

5. Penyumbatan pembuluh darah otak atau kelainan pembuluh darah

otak.

6. Radang atau infeksi pada otak dan selaput otak.

7. Penyakit keturunan seperti fenilketonuria (fku), sclerosis tuberose

dan neurofibromatosis dapat menyebabkan kejang-kejang yang

berulang.

8. Kecendrungan timbulnya epilepsi yang diturunkan. Hal ini

disebabkan karena ambang rangsang serangan yang lebih rendah

dari normal diturunkan pada anak

2.1.3 Manifestasi Klinis

1. Gejala kejang berdasarkan sisi otak yang terkena

Sisi otak yg terkena Gejala

Lobus frontalis Kedutan pada otot tertentu

Lobus oksipitalis Halusinasi kilauan cahaya

4

Page 8: KEL 1 Epilepsi

Lobus parietalisMati rasa atau kesemutan di bagian tubuh

tertentu

Lobus temporalis

Halusinasi gambaran dan perilaku repetitif

yang kompleks

misalnya berjalan berputar-putar

Lobus temporalis

anterior

Gerakan mengunyah, gerakan bibir

mencium

Lobus temporalis

anterior sebelah

dalam

Halusinasi bau, baik yg menyenangkan

maupun yg tidak menyenangkan

2. Gejala umum :

a. Tonik : kontraksi otot, tungkai dan siku fleksi, leher dan

punggung melengkung, jeritan epilepsi (aura).20 – 60 detik.

b. Klonik : spasmus flexi berseling relaksasi, hypertensi,

midriasis, takikardi, hyperhidrosis, hypersalivasi.40 detik.

c. Pasca Serangan : aktivitas otot terhenti, klien sadar kembali,

lesu, nyeri otot dan sakit kepala, klien tertidur 1-2 jam.

d. Sederhana : tidak terdapat gangguan kesadaran.

e. Kompleks : gangguan kesadaran.

2.1.4 Patofisiologi

Secara umum, epilepsi terjadi karena menurunnya potensial

membran sel saraf akibat proses patologik dalam otak, gaya mekanik

atau tosik, yang selanjutnya menyebabkan terlepasnya muatan listrik

dari sel saraf tersebut. Penimbunan acetilkolin setempat harus

mencapai konsentrasi tertentu untuk dapat merendahkan potensial

membran sehingga lepas muatan listrik dapat terjadi.

Pada epilepsi (diopatik, tipe grand mal, secara primer muatan

listrik dilepaskan oleh nuklea intralaminares talami. Input dari vortex

5

Page 9: KEL 1 Epilepsi

selebri melalui lintasan aferen aspesifik itu menentukan dengan

kesadaran bila mana sama sekali tidak ada input maka timbulah koma.

Pada grand mal, oleh karena sebab yang belum dapat

dipastikan, terjadilah lepas muatan listrik dari inti-inti intralaminan

talamik secara berlebihan. Perangsanagn talamortikalyang berlebihan

ini menghasilkan kejang seluruh tubuh dan sekaligus menghalangi sel-

sel saraf yang memelihara kesadaran menerima imfulse aferen dari

dunia luar sehingga kesadaran hilang

Proses sederhana terjadinya fokus epileptik dapat dilihat pada

bagan di bawah.

Dari skema di atas dapat ditarik suatu analisa bahwa jika

terjadi suatu gangguan polarisasi listrik pada otak akan menyebabkan

efek terhadap aktivitas dari saraf secara spontan yang

dimanifestasikan dengan adanya gerakan-gerakan yang abnormal pada

organ-organ tubuh penderita. Keadaan ini dapat menyebabkan

penurunan kontrol dan kesadaran sehingga dapat menimbulkan

dampak berupa kemungkinan trauma / cedera fisik bagi penderita

yang sedang mengalami serangan.

6

Page 10: KEL 1 Epilepsi

2.1.5 Klasifikasi

Epilepsy (ILAE) tahun 1981, mengklasifikasi epilepsi sebagai berikut:

1. Sawan Parsial (Fokal, lokal)

a. Sawan Parsial Sederhana, sawan parsial dengan kesadaran tetap

normal.

Dengan gejala motoric :

1) Fokal motorik tidak menjalar ; sawan terbatas pada satu

bagian tubuh.

2) Fokal motorik menjalar : sawan dimulai dari bagian tubuh

dan menjalar meluas kedaerah lain.

Dengan gejala somatosensoris : sawan disertai halusinasi

sederhana yang mengenai kelima panca indera dan bangkitan

yang disertai vertigi.

1) Somatosensoris : timbul rasa kesemutan atau seperti

ditusuk-tusuk jarum.

2) Visual : terlihat cahaya

3) Diserti Vertigo

Dengan gejala atau tanda gangguan saraf otonom (Sensasi

efigastrium, pucat, berkeringat, membera, piloereksi, dilatasi

pupil).

Dengan gejala psikis

1) Disfasia    : gangguan bicara misalnya mengulang suku     

kata, kata atau bagian klimat.

2) Disemnesia ; gangguan proses ingatan misalnya seperti

sudah mengalkami, mendengar, melihat atau sebaliknya

tidak pernah mengalami

3) Kognitif : gangguan orientasi waktu, meras diri berubnah

4) Apektif : merasa sangat senang, susah, marah, takut

5) Ilusi : perubahan persepsi benda yang dilihat tampak lebih

kecil atau lebih besar

6) Halusinasi : mendengar ada yang bicara, musik, melihat

suatu penomena tertentu dan lain-lain

7

Page 11: KEL 1 Epilepsi

b. Sawan Parsial Kompleks (disertai gangguan kesadaran)

1) Serangan Parsial sederhana diikuti gangguan kesadaran :

keasadaran mula-mula baik kemudian menurun.

a) Dengan gejala parsial sederhana

b) Dengan automatisme, yaitu gerakan-gerakan, prilaku

yang timbul dengan sendirinya

2) Dengan penurunan kesadaran sejak serangan, kesadaran

menurun sejak permulaan serangan.

a) Hanya dengan penurunan kesadaran

b) Dengan automatisme

c. Sawan Parsial yang berkembang menjadi bangkitan umum

(Tonik klonik, tonik, klonik)

1) Sawan parsial sederhana yang berkembang menjadi

bangkitan umum.

2) Sawan parsial kompleks yang berkembang menjadi

bangkitan umum.

3) Sawan parsial sederhana yang menjadi bangkitan parsial

kompleks lalu berkembang menjadi bangkitan umum.

4) Sawan Umum (konvulsif atau nonkonvulsif).

2. Sawan Umum

a. Sawan Lena (Absance)

Pada sawan ini, kegiatan yang sedang dikerjakan terhenti,

muka tampak membengong, bola mata dapat memutar keatas,

tidak ada reaksi bila diajak bicara.

b. Lena Tak Khas

Dapat disertai,

1) Gangguan tonus yang lebih jelas.

2) Permulaan dan berakhirnya bangkitan tidak mendadak.

8

Page 12: KEL 1 Epilepsi

Berdasarkan hasil EEG dan gejala yang ditemukan, epilepsi dapat

diklasifikasikan menjadi beberapa jenis yaitu : (Kariasa, Md, FIK UI,

1997).

1. Kejang umum :

Kejang yang menunjukkan sinkronisasi keterlibatan semua

bagian otak pada kedua hemisfer. Otak teraktivasi secara bersama

tanpa awitan fokal, sinkron, tanpa didahului oleh prodormal dan

aura. Yang digolongkan dalam jenis ini adalah petit mall, grand

mall, mioklonik dan atonik.

a. Petit mall : muncul setelah usia 4 tahun, pasien kehilangan

kesadaran sesaat seperti bengong tanpa disertai gerakan

involunter yang aneh. Bila hal ini berlangsung terus dapat

berakibat buruk pada alur belajar terutama anak-anak yang

sedang belajar. Anak akan menjadi malu sehingga anak akan

mengalami gangguan dalam prestasi belajar.

b. Grand mall / kejang tonik-klonik : yakni adanya serangan

kejang ekstensi tonik-klonik bilateral ekstremitas. Kadang

disertai dengan adanya inkontinensia urine atau feces,

menggigit lidah, mulut berbusa dan kehilangan kesadaran yang

mendadak yang diikuti gejala-gejala post iktal seperti nyeri

otot, lemah dan letih, bingung serta tidur dalam waktu lama.

2. Kejang parsial

Kejang yang didahului dengan adanya awitan fokal yang

melibatkan satu bagian tertentu dari otak.

a. Kejang parsial sederhana : sering disebut epilepsi Jakson,

dimana pada kelompok ini akan terjadi kejang secara

involunter yang bersifat unilateral tanpa diikuti oleh adanya

perburukan.

b. Kejang parsial kompleks : sering disebut dengan kejang lobus

temporal, psikomotor atau otomatisme yang fokalnya sering

berpusat pada lobus temporalis. Sering pada kejang parsial

sering diikuti oleh gangguan kesadaran semacam gangguan

9

Page 13: KEL 1 Epilepsi

proses pikir. Gejala dapat berupa halusinasi, mual dan

berkeringat sebagai prodormal. Pasien yang sedang mengalami

serangan ini sering menunjukkan perilaku bersifat agitatif dan

kombatif.

Bila dikaitkan dengan kelompok usia yang terpapar, epilepsi dapat

digolongkan menjadi beberapa jenis (Harsono.ED., 1996) :

1. Kelompok Usia 0 – 6 bulan

a. Kelainan intra uterin, yang menyebabkan gangguan migrasi

dan diferensiasi sel neuron. Hal ini juga bisa dipengaruhi oleh

infeksi intra uterin.

b. Kelainan selama kehamilan misal asfeksia, dan perdarahan

intra uterin yang didahului oleh kelainan maternal seperti :

hipotensi, eklamsia, disproporsi sefalopelvik, kelainan plasenta,

tali pusat menumbung atau belitan tali pusat pada leher.

c. Kelainan kongenital seperti kromosom abnormal, radiasi obat

teratogenik, infeksi intra partum oleh toksoplasma, sitomegalo

virus, rubela dan treponema.

d. Gangguan metabolik seperti hipoglikemi, hipokalsemi,

hiponatremia, dan defisiensi piridoksin.

e. Infeksi Susunan Saraf Pusat seperti meningitis, ensefalitis, dan

hidrosefalus pasca infeksi.

2. Kelompok 6 bulan – 3 tahun

Selain oleh penyebab yang sama dari kelompok di atas

pada umur ini dapatjuga disebabkan oleh adanya kejang demam

yang biasanya dimulai pada umur 6 bulan. Faktor lain yang

mempengaruhi adalah adanya cedera kepala.

3. Kelompok anak-anak sampai remaja

Dapat disebabkan oleh Infeksi virus, bakteri, parasit dan

abses otak yang frekuensinya meningkat sampai 23%, setelah

tindakan operasi.

10

Page 14: KEL 1 Epilepsi

4. Kelompok usia muda

Tersering karena cedera kepala, tumor otak dan infeksi.

5. Kelompok usia lanjut

Karena gangguan pembuluh darah otak, diikuti oleh trauma

dan degenerasi cerebral.

Jika terjadi serentetan serangan epilepsi jenis grand mall

tanpa diselingi dengan pemulihan status neurologi disebut dengan

status epileptikus. Yang dijadikan patokan adalah kejang secara

klinis atau pada EEG tampak adanya gambaran eksitasi abnormal

selama 30 menit atau lebih. Hal ini akan berbahaya jika diikuti oleh

adanya hipoksia jaringan otak, gagal pernafasan, hipertensi,

peningkatan tekanan intra kranial. Keadaan ini membutuhkan

perawatan yang intensif. Penurunan kesadaran dapat berakibat

terjadinya ancaman berupa sumbatan jalan nafas. Kejadian yang

terjadi secara terus menerus dapat menimbulkan dampak yang

sangat buruk terhadap perkembangan psiko-sosial dari klien

maupun keluarganya, berupa rasa malu, harga diri yang rendah

serta penurunan terhadap gambaran diri. Hal ini akan

menyebabkan efek samping pada penurunan prestasi belajar

terutama bagi penderita yang masih dalam masa belajar.

2.1.6 Pemeriksaan Diagnostik

1. Pungsi Lumbar

Pungsi lumbar adalah pemeriksaan cairan serebrospinal

(cairan yang ada di otak dan kanal tulang belakang) untuk meneliti

kecurigaan meningitis. Pemeriksaan ini dilakukan setelah kejang

demam pertama pada bayi.

Pada anak dengan usia > 18 bulan, pungsi lumbar dilakukan

jika tampak tanda peradangan selaput otak, atau ada riwayat yang

menimbulkan kecurigaan infeksi sistem saraf pusat. Pada anak

dengan kejang demam yang telah menerima terapi antibiotik

sebelumnya, gejala meningitis dapat tertutupi, karena itu pada

kasus seperti itu pungsi lumbar sangat dianjurkan untuk dilakukan.

11

Page 15: KEL 1 Epilepsi

2. EEG (elektroensefalogram)

Merupakan pemeriksaan yang mengukur aktivitas listrik di

dalam otak.Pemeriksaan ini tidak menimbulkan rasa sakit dan tidak

memiliki resiko. Elektroda ditempelkan pada kulit kepala untuk

mengukur impuls listrik di dalam otak.

3. EKG (elektrokardiogram)

Dilakukan untuk mengetahui adanya kelainan irama

jantung sebagai akibat dari tidak adekuatnya aliran darah ke otak,

yang bisa menyebabkan seseorang mengalami pingsan.

4. Pemeriksaan CT scan dan MRI

Dilakukan untuk menilai adanya tumor atau kanker otak,

stroke, jaringan parut dan kerusakan karena cedera kepala.

5. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan darah rutin, darah tepi dan lainnya sesuai

indikasi misalnya kadar gula darah, elektrolit. Pemeriksaan cairan

serebrospinalis (bila perlu) untuk mengetahui tekanan, warna,

kejernihan, perdarahan, jumlah sel, hitung jenis sel, kadar protein,

gula NaCl dan pemeriksaan lain atas indikasi.

6. Pemeriksaan Radiologis

Foto tengkorak untuk mengetahui kelainan tulang

tengkorak, destruksi tulang, kalsifikasi intrakranium yang

abnormal, tanda peninggian TIK seperti pelebaran sutura, erosi sela

tursika dan sebagainya.

7. Arteriografi

Untuk mengetahui pembuluh darah di otak : anomali

pembuluh darah otak, penyumbatan, neoplasma / hematome/ abses.

2.1.7 Pengobatan

Pengobatan epilepsi adalah pengobatan jangka panjang.

Penderita akan diberikan obat antikonvulsan untuk mengatasi kejang

sesuai dengan jenis serangan. Penggunaan obat dalam waktu yang

lama biasanya akan menyebabkan masalah dalam kepatuhan minum

12

Page 16: KEL 1 Epilepsi

obat (compliance) seta beberapa efek samping yang mungkin timbul

seperti pertumbuhan gusi, mengantuk, hiperaktif, sakit kepala, dll.

Penyembuhan akan terjadi pada 30-40% anak dengan epilepsi.

Lama pengobatan tergantung jenis epilepsi dan etiologinya. Pada

serangan ringan selama 2-3th sudah cukup, sedang yang berat

pengobatan bisa lebih dari 5th. Penghentian pengobatan selalu harus

dilakukan secara bertahap. Tindakan pembedahan sering

dipertimbangkan bila pengobatan tidak memberikan efek sama sekali.

Penanganan terhadap anak kejang akan berpengaruh terhadap

kecerdasannya. Jika terlambat mengatasi kejang pada anak, ada

kemungkinan penyakit epilepsi, atau bahkan keterbalakangan mental.

Keterbelakangan mental di kemudian hari. Kondisi yang menyedihkan

ini bisa berlangsung seumur hidupnya.

2.1.8 Komplikasi

1. Kerusakan otak akibat hipeksia dan retardasi mental dapat timbul

akibat kejang yang berulang.

2. Dapat timbul depresi dan keadaan cemas (Elizabeth, 2001 :

174 ). 

2.1.9 Pencegahan

Upaya sosial luas yang menggabungkan tindakan luas harus

ditingkatkan untuk pencegahan epilepsi. Resiko epilepsi muncul pada

bayi dari ibu yang menggunakan obat antikonvulsi yang digunakan

sepanjang kehamilan. Cedera kepala merupakan salah satu penyebab

utama yang dapat dicegah. Melalui program yang memberi keamanan

yang tinggi dan tindakan pencegahan yang aman, yaitu tidak hanya

dapat hidup aman, tetapi juga mengembangkan pencegahan epilepsi

akibat cedera kepala. Ibu-ibu yang mempunyai resiko tinggi (tenaga

kerja, wanita dengan latar belakang sukar melahirkan, pengguna obat-

obatan, diabetes, atau hipertensi) harus di identifikasi dan dipantau

ketat selama hamil karena lesi pada otak atau cedera akhirnya

menyebabkan kejang yang sering terjadi pada janin selama kehamilan

dan persalinan.

13

Page 17: KEL 1 Epilepsi

Program skrining untuk mengidentifikasi anak gangguan

kejang pada usia dini, dan program pencegahan kejang dilakukan

dengan penggunaan obat-obat anti konvulsan secara bijaksana dan

memodifikasi gaya hidup merupakan bagian dari rencana pencegahan

ini.

2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

2.2.1 Pengkajian

Pengkajian dilakukan secara komprehensif dengan berbagai

metode pengkajian seperti anamnesa, observasi, pengukuran,

dokumentasi dan pemeriksaan fisik. Metode pengkajian yang

digunakan untuk mengoptimalkan hasil yang diperoleh meliputi

beberapa cara diantaranya head to toe, teknik persistem, maupun

berdasarkan atas kebutuhan dasar manusia.

1. Identitas klien dan penanggungjawab

Pengkajian yang dilakukan meliputi identitas klien dan

penanggungjawabnya.

2. Keluhan Utama

Untuk keluhan utama, pasien atau keluarga biasanya

ketempat pelayanan kesehatan karena klien yang mengalami

penurunan kesadaran secara tiba-tiba disertai mulut berbuih.

Kadang-kadang klien / keluarga mengeluh anaknya prestasinya

tidak baik dan sering tidak mencatat. Klien atau keluarga mengeluh

anaknya atau anggota keluarganya sering berhenti mendadak bila

diajak bicara.

3. Riwayat Penyakit

Fokus pengkajian yang dilakukan adalah pada riwayat

kesehatan dan pemeriksaan fisik. Ini dapat dimengerti karena

riwayat kesehatan terutama berhubungan dengan kejang sangat

membantu dalam menentukan diagnosa. Riwayat ini akan

dirunjang dengan keadaan fisik klien saat ini. Pemeriksaan

neurologi terutama berkaitan dengan serangan kejang harus

lengkap karena temuan-temuan fokal sangat membantu dalam

14

Page 18: KEL 1 Epilepsi

menentukan asal dari aktivitas kejang. Pada riwayat perlu dikaji

faktor pencetus yang dapat diidentifikasikan hingga saat ini adalah:

demam, cedera kepala, stroke, gangguan tidur, penggunaan obat,

kelemahan fisik, hiperventilasi, dan stress emosional.

Deskripsi spesifik dari kejang harus mencakup beberapa

data penting meliputi :

a. Awitan yakni serangan itu mendadak atau didahului oleh

prodormal dan fase aura.

b. Durasi kejang berapa lama dan berapa kali frekuensinya.

c. Aktivitas motorik mencakup apakah ekstrimitas yang terkena

sesisi atau bilateral, dimana mulainya dan bagaimana

kemajuannya.

d. Status kesadaran dan nilai kesadarannya. Apakah klien dapat

dibangunkan selama atau setelah serangan ?

e. Distrakbilitas, apakah klien dapat memberi respon terhadap

lingkungan. Hal ini sangat penting untuk membedakan apakah

yang terjadi pada klien benar epilepsi atau hanya reaksi

konversi.

f. Keadaan gigi. Apakah pada saat serangan gigi klien tertutup

rapat atau terbuka.

g. Aktivitas tubuh seperti inkontinensia, muntah, salivasi dan

perdarahan dari mulut.

h. Masalah yang dialami setelah serangan paralisis, kelemahan,

baal atau semutan, disfagia, disfasia cedera komplikasi,

periode post iktal atau lupa terhadap semua pristiwa yang baru

saja terjadi.

i. Faktor pencetus seperti stress emosional dan fisik.

4.   Riwayat Imunisasi

Jenis imunisasi apa saja yang pernah diberikan, waktu

pemberian dan reaksi setelah pemberian.

15

Page 19: KEL 1 Epilepsi

Jadwal immunisasi bayi dan anak

Umur Vaksin

2 bulan DPT, polio, hepatitis B

4 bulan DPT, polio, hepatitis B

6 bulan DPT, polio, hepatitis B

12 bulan Tes Tuberculin

15 bulan MMR, hepatitis

18 bulan DPT, polio, MMR

24 bulan Vaksin pnemokokkun

4-6 tahun DPT, polio, MMR

14-16 tahun DT, Campak

5. Riwayat Tumbuh Kembang

a. Pertumbuhan

Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik

(anatomi) dan struktur tubuh dalam arti sebagian atau

seluruhnya karena adanya multiflikasi (bertambah banyak) sel-

sel tubuh dan juga karena bertambahnya sel, yang meliputi:

berat badan, panjang badan, lingkar kepala, lingkar lengan dan

lain-lain. (Nursalam, 2001) Pertumbuhan anak dapat diukur

dengan mengetahui berat badan, tinggi badan, lingkar kepala,

lingkar lengan, lingkar dada.

Perkiraan berat badan dalam kilogram (Behrman, 1992)

1) Lahir : 3,25 kg

2) 3-12 bulan : Umur (bulan) + 29

2

3) 1-6 tahun : Umur (tahun) x 2 + 8

4) 6-12 tahun : Umur (tahun) x 7-5

2

Perkiraan tinggi badan dalam sentimeter (Behrman, 1992)

1) Lahir : 50 cm

2) Umur 1 tahun : 75 cm

16

Page 20: KEL 1 Epilepsi

3) 2-12 tahun : Umur (tahun) x 6 + 77

b. Perkembangan

Skala Yaumil-mimi

1) Dari lahir sampai 3 bulan

Belajar mengangkat kepala, belajar mengikuti objek

dengan matanya, melihat ke muka dengan tersenyum,

bereaksi terhadap suara, mengenal ibunya dengan

penglihatan, penciuman, pendengaran dan kontak, menahan

barang yang di pegangnya, mengecoh spontan atau bereaksi

dengan spontan.

2) Dari 3-6 bulan

Mengangkat kepala 90 derajat dan mengangkat dada

dan betopang tangan mulai belajar meraih benda-benda

yang ada dalam jangkauan atau luar jangkauannya,

menaruh benda-benda di mulutnya, tertawa dan menjerit

karna gembira bila di ajak bermain.

3) Dari 6-9 bulan

Dapat duduk tanpa bantuan, dapat tengkurap dengan

berbalik sendiri, dapat merangkak meraih benda atau

mendeteksi seseorang, memindahkan benda dari satu

tangan ke tangannya lainnya, memegang benda dengan ibu

jari dan telunjuk, mengenal muka anggota keluarga dan

takut kepada orang asing atau orang lain, mulai

berpartisipasi di dalam permainan tepuk tangan dan

sembuyi-sembunyian.

4) Dari 9-12 bulan

Dapat berdiri sendiri tanpa di bantu, dapat berjalan

dengan di tuntun, menirukan suara, mengulang bunyi yang

di dengar, belajar mengatakan satu atau dua kata, mengerti

perintah sederhana, memperlihatkan minat yang besar

dalam mengeksplorasi sekitarnya, memasukkan benda ke

dalam mulutnya.

17

Page 21: KEL 1 Epilepsi

5) Dari 12-18 bulan

Dapat berjalan dengan mengeksplorasi rumah Serta

sekelilingnya, menyusun 2/3 kotak, dapat mengatakan 5-10

kata, memperlihatkan rasa cemburu dan bersaing.

6) Dari 18-24 bulan

Naik turun tangga, menyusun 6 kotak, menujukkan

mata dan hidugnya, belajar makan sendiri, menggambar

garis di kertas atau pasir, mulai belajar mengontrol buang

air besar, memperlihatkan minat kepada anak lain dan

bermain dengan mereka.

7) Dari 2-3 tahun

Belajar melompat, memanjat dan dengan satu kaki,

membuat jembatan dengan 3 kotak, mampu menyusun

kalimat, menggambar lingkaran, bermain bersama dengan

anak lain dan menyadari adanya lingkungan lain di luar

lingkungannya.

8) Dari 3-4 tahun

Berjalan-jalan sendiri mengunjungi tetangga,

berjalan pada jari kaki, belajar memakai dan membuka

pakaian sendiri, menggambar orang hanya kepala dan

badannya saja, mengenal 2/3 warna, bicara dengan baik,

menyebut namanya, jenis kelamin dan umurnya, banyak

sertanya, mendengarkan cerita-cerita, bermain dengan anak

lain, menunjukkan rasa sayang kepada saudara-saudara dan

keluarga, melaksanakan tugas-tugas sederhana.

9) Dari 4-5 tahun

Melompat dan menari, menggambar orang yang

terdiri dari kepala, lengan, badan, pandai bicara, dapat

menghitung hari-hari, minat kepada kata baru dan artinya,

memprotes apa yang di larang, mengenal 4 warna, menaruh

minat kepada aktifitas orang dewasa.

18

Page 22: KEL 1 Epilepsi

Pendidikan dan stimulasi yang perlu di berikan yaitu:

a) Akademik sederhana yaitu pengenalan ruang, bentuk,

warna, persiapan berhitung.

b) Pendidikan alam sekitar, sosialisasi, mengenal

lingkungan masyarakat.

c) Bermain bebas untuk mengembangkan fantasi dan

memperkaya pengalaman.

d) Menyanyi, menggambar, bermain musik, berlatih daya

ingat, mengenal tugas-tugas, larangan-larangan.

e) Aktifitas sehari-hari, makan sendiri, minum sendiri,

kontrol buang air besar dan buang air kecil sendiri.

6. Riwayat Nutrisi

a. Pemberian ASI

1) Pertama kali di susui : berapa jam setelah lahir

2) Cara Pemberian      : Setiap Kali menangis dan tanpa

menangis

3) Lama Pemberin      : berapa menit

4) Diberikan sampai usia berapa

b. Pemberian Susu Formula missal: SGM

c. Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia  sampai nutrisi saat ini

7. Data Bio-psiko-sosial-spiritual

Data yang sudah dikaji sebelumnya dengan menggunakan

berbagai metode yang valid selanjutnya dikelompokkan secara

umum menjadi data subyektif dan obyektif.

a. Data Subyektif : adanya keluhan tentang faktor pencetus,

prodromal (pusing, lemas, ngantuk, halusinasi dan lain-lain).

Merasakan adanya seperti tersambar petir (fase aural),

mengeluh adanya gangguan proses pikir, waham, badan nyeri,

letih dan bingung. Klien merasa malu, tidak berguna, rendah

diri dan takut.

b. Data Obyektif : adanya gerakan tonik, klonik, tonik-klonik,

hilang kesadaran sesaat, hilang kesadaran beberapa lama, bibir

19

Page 23: KEL 1 Epilepsi

berbusa, sering diam beberapa saat bila sedang diajak bicara,

gerakan ekstrimitas terkedut bilateral, pasien terjatuh,

kontraksi involunter unilateral, kejang biasanya mulai dari

tempat yang sama setiap serangan, agresif, pupil mengalami

perubahan ukuran selama serangan, inkontinensia, perdarahan

dari mulut, penurunan respon terhadap lingkungan, kejang

terjadi beberapa detik hingga beberapa menit. Gambaran EEG

berupa gelombang spike, spike and slow wave, poly spike and

wave, 3 Hz spike and wave. MRI / CT SCAN bisa tampak

adanya massa di lobus otak. Perubahan yang bermakna tidak

spesifik pada tanda-tanda vital. Dapat terjadi perubahan tidak

spesifik pada hasil laboratorium (Glukosa darah, BUN,

Elektrolit, Pa O2, Pa CO2 termasuk hasil fungsi lumbal).

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

1. Potensial kecelakaan berhubungan dengan penurunan kesadaran,

kelemahan fisik, gerak otot tonik klonik.

2. Potensial terjadi sumbatan jalan nafas berhubungan dengan

obstruksi tracheo bronkhial, gangguan persepsi dan neuro

muskuler.

3. Gangguan konsep diri berhubungan dengan stigma sosial, salah

persepsi dari lingkungan sosial.

4. Gangguan mekanisme koping berhubungan dengan terdiagnosa

epilepsi dan keterikatan dengan obat.

5. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan pengobatannya

berhubungan dengan kurang terbuka, mis interpretasi dan kurang

interpretasi.

2.2.3 Intervensi Keperawatan

NO Diagnosa Tujuan Intervensi

1. Dx 1 Serangan dapat

dikendalikan dan

komplikasi dapat

dihindari

1. Cegah dan kendalikan kejang

2. Hindarkan lingkungan agar aman dari

kemungkinan yang dapat menimbulkan

cedera bagi klien

20

Page 24: KEL 1 Epilepsi

3. Siapkan spatel lidah di dekat klien

4. Hindarkan klien sendirian

5. Usahakan agar tempat tidur klien serendah

mungkin

6. Jangan pernah mengikat klien dengan

alasan apapun

7. Jangan memasukkan benda apapun kemulut

klien saat terjadi serangan

8. Pasang gudel saat serangan berkurang

9. Miringkan klien pada salah satu sisi

10. Observasi adanya tanda-tanda status

epileptikus

11. Upayakan agar klien mampu mengenali

faktor pencetus dan tanda-tanda serangan

12. Lakukan tindakan kolaborasi :

a. Pemberian obat anti konvulsan

b. Siapkan klien untuk EEG, pengambilan

bahan lab elektrolit, cairan cerebro

spinal, darah lengkap, BUN, Creatinin,

Glukosa darah, PO2 dan PCO2.

13. Observasi fase-fase kejang

14. Analisa ambulasi klien

2 Dx. 2 Jalan nafas tetap paten 1. Anjurkan agar klien mengosongkan mulut

jika fase aura dapat dikenali

2. Buat klien dalam posisi miring pada salah

satu sisi untuk menghindari adanya aspirasi

3. Mengupayakan jalan nafas tetap paten

4. Memberikan oksigen sesuai dengan

indikasi

5. Lakukan penghisapan lendir dengan cara

yang benar

6. Siapkan klien untuk pemasangan intubasi

21

Page 25: KEL 1 Epilepsi

dan ambu bag.

7. Selalu ingatkan untuk menjaga kebersihan

mulut untuk mencegah aspirasi

3 Dx. 3 dan

4

Mampu menampilkan

konsep diri yang positif

1. Anjurkan klien untuk mengekspresikan

perasaan

2. Ajarkan klien dan keluarga untuk

mengidentifikasi beberapa reaksi orang

terhadap pasien

3. Anjurkan dan ingatkan untuk

mengidentifikasikan keberhasilan yang

telah diperoleh

4. Jangan terlalu melakukan proteksi terhadap

klien

5. Bantulah klien untuk meluruskan kesan

orang lain terhadap klien dan kesan klien

terhadap orang lain

6. Selalu bersikap tenang baik itu pasien,

pemberi pelayanan atau keluarga saat

terjadi serangan kejang

7. Anjurkan untuk berkonsultasi dengan

spesialis tertentu seperti psikolog

8. Diskusikan pentingnya untuk berusaha

menerima keterbatasan yang ada.

9. Mampu menyesuaikan pola hidup sesuai

dengan keadaan klien

4 Dx. 5 Mampu menjelaskan

mengenai proses

penyakit, prognosa,

kemungkinan

komplikasi dan

keterbatasan diri yang

dimiliki dan

1. Menjelaskan kembali proses penyakit serta

prognosanya.

2. Menjelaskan kembali tentang pentingnya

obat serta mengobservasi efek dari obat

tersebut.

3. Buatkan petunjuk yang jelas dalam

pemberian obat, dan selalu diingatkan

22

Page 26: KEL 1 Epilepsi

melaksanakan program

pengobatan serta follow

up secara tepat dan

teratur

bahwa dosis terapeutik saat ini dapat

berubah suatu saat.

4. Diskusikan efek samping dari obat.

5. Anjurkan agar klien membawa tanda

khusus.

6. Jelaskan pentingnya follow up.

2.2.4 Implementasi Keperawatan

Tindakan keperawatan merupakan tahap dimana peran perawat

merealisasikan rencana keperawatan ke dalam tindakan keperawatan

yang nyata dan langsung kepada klien (Doenges, E. Marilyan, 2004).

Dalam tahap ini, perawat tidak hanya melakukan tindakan

keperawatan saja tetapi juga melaporkan tindakan yang telah

dilakukan tersebut sekaligus respon klien, dan

mendokumentasikannya ke dalam catatan perawatan klien.

Tindakan keperawatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan

pada dasarnya harus disesuaikan dengan intervensi yang ada pada

tahap perencanaan. Namun tidak selamanya hal tersebut dapat

dilakukan karena tergantung pada beberapa faktor. Faktor-faktor

tersebut antara lain yaitu keadaan klien, fasilitas yang ada,

pengorganisasian kerja perawat, ketersediaan waktu serta lingkungan

fisik dimana tindakan keperawatan tersebut dilakukan (Arikunto,

2001).

2.2.5 Evaluasi

Evaluasi merupakan bagian akhir dari proses keperawatan.

Evaluasi dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan tindakan

yang telah dilakukan. Disamping itu evaluasi dapat dijadikan sebagai

bahan pengkajian untuk proses berikutnya.

Pada kasus epilepsi evaluasi dilakukan atas tindakan yang

dilakukan sesuai dengan diagnosa dan tujuan yang sudah ditetapkan.

1. Frekuensi dan faktor pencetus serangan dapat diidentifikasi,

lingkungan aman, klien tahu berperilaku untuk mencegah trauma

23

Page 27: KEL 1 Epilepsi

jika muncul serangan, keluarga tidak meninggalkan klien sendiri

terutama saat faktor pencetus paparannya meningkat.

2. Klien dapat mengambil posisi yang stabil, tidak menelan sesuatu,

jika fase aura mulai muncul, kebutuhan O2 klien dapat terpenuhi

terutama pada saat serangan.

3. Klien mampu menampakkan kesan diri yang positif, keluarga aktif

memberikan dukungan dukungan kepada klien.

4. Klien mampu menjelaskan tentang penyakit, penanganan,

prognose, serta waktu pengobatan. Klien mengerti dan mau

melakukan follow up secara teratur. Klien dapat menyesuaikan

pola hidupnya sesuai dengan keadaannya

24

Page 28: KEL 1 Epilepsi

BAB 3

CONTOH KASUS DAN ASUHAN KEPERAWATAN

Pasien a.n F.S berusia 3 tahun 9 bulan, tanggal 8 desember 2011 masuk ke

IGD. Alamat, Jl.kemerdekaan surabaya.Berdasarkan anamnesa, diketahui pasien

demam sejak 1 hari yang lalu, kejang 3 kali dengan lama kejang ± 2 menit, pasien

memiliki riwayat epilepsy, pernah dirawat ketika umur 20 bulan (8/12/09 sampai

11/12/09), umur 23 bulan (2/02/10 sampai 5/02/10) , umur 32 bulan (8/11/10)

dengan riwayat penyakit yang sama. Berdasarkan keterangan keluarga pasien,

hanya An F.S yang menderita penyakit epilepsi dari keluarganya.Berdasarkan

pemeriksaan fisik diketahui berat badan pasien 19 kg, suhu tubuh 40.2°C. Pasien

memiliki riwayat epilepsi.

3.1 Pengkajian

1. Identitas

Nama : An. F.S

Umur : 3 tahun 9 bulan

Jenis Kelamin : laki-laki

Tanggal masuk : 8 Desember 2011

Alamat : Jl. Kemerdekaan Surabaya

2. Riwayat penyakit

a. Keluhan utama

Demam dan kejang

b. Riwayat penyakit sekarang

Pasien demam sejak 1 hari yang lalu, kejang 3 kali dengan lama

kejang ± 2 menit. Badannya demam tinggi.

c. Riwayat penyakit dahulu

Pasien memiliki riwayat epilepsy, pernah dirawat ketika umur 20

bulan (8/12/09 sampai 11/12/09), umur 23 bulan (2/02/10 sampai

5/02/10), umur 32 bulan (8/11/10) dengan riwayat penyakit yang

sama.

25

Page 29: KEL 1 Epilepsi

d. Riwayat penyakit keluarga

Menurut keluarga pasien, hanya An F.S yang menderita penyakit

epilepsi dari keluarganya.

3. Pengkajian selama dan setelah kejang

a. Selama serangan :

1) Apakah ada kehilangan kesadaran atau pingsan.

2) Apakah ada kehilangan kesadaran sesaat atau lama.

3) Apakah pasien menangis, hilang kesadaran, jatuh ke lantai.

4) Apakah disertai komponen motorik seperti kejang tonik, kejang

klonik, kejang tonik-klonik, kejang mioklonik, kejang atonik.

5) Apakah pasien menggigit lidah.

6) Apakah mulut berbuih.

7) Apakah ada inkontinen urin.

8) Apakah bibir atau muka berubah warna.

9) Apakah mata atau kepala menyimpang pada satu posisi.

10) Berapa lama gerakan tersebut, apakah lokasi atau sifatnya berubah

pada satu sisi atau keduanya.

b. Sesudah serangan

1) Apakah pasien : letargi , bingung, sakit kepala, otot-otot sakit,

gangguan bicara

2) Apakah ada perubahan dalam gerakan.

3) Sesudah serangan apakah pasien masih ingat apa yang terjadi

sebelum, selama dan sesudah serangan.

4) Apakah terjadi perubahan tingkat kesadaran, pernapasan atau

frekuensi denyut jantung.

5) Evaluasi kemungkinan terjadi cedera selama kejang.

c. Riwayat sebelum serangan

1) Apakah ada gangguan tingkah laku, emosi.

2) Apakah disertai aktivitas otonomik yaitu berkeringat, jantung

berdebar.

3) Apakah ada aura yang mendahului serangan, baik sensori,

auditorik, olfaktorik maupun visual.

26

Page 30: KEL 1 Epilepsi

d. Riwayat Penyakit

1) Sejak kapan serangan terjadi.

2) Pada usia berapa serangan pertama.

3) Frekuensi serangan.

4) Apakah ada keadaan yang mempresipitasi serangan, seperti

demam, kurang tidur, keadaan emosional.

5) Apakah penderita pernah menderita sakit berat, khususnya yang

disertai dengan gangguan kesadaran, kejang-kejang.

6) Apakah pernah menderita cedera otak, operasi otak

7) Apakah makan obat-obat tertentu

8) Apakah ada riwayat penyakit yang sama dalam keluarga

4. Pemeriksaan fisik

a. Amati penampilan umum klien ; yang meliputi keadaan umum dan

kesadaran.

Pasien terlihat pucat, demam, kesadaran samnolen.

b. Kaji TTV klien

Berat badan pasien 19 kg, suhu tubuh 40.2°C

c. Kaji sistem integumen klien yang meliputi kuku, kulit, rambut, dan

wajah

1) Kuku : panjang , agak kotor

2) Kulit : sawo matang

3) Rambut : pendek, tebal, agak ikal

4) Wajah : pucat, oval

d. Kaji sistem pulmonary

1) Gejala : palpitasi.

2) Tanda : Takikardi, membrane mukosa pucat

e. Aktivitas

1) Gejala : kelelahan, malaise, kelemahan.

2) Tanda : kelemahan otot, somnolen.

f. Eliminasi

Gejala : diare, nyeri, feses hitam, darah pada urin, penurunan haluaran

urine.

27

Page 31: KEL 1 Epilepsi

g. Makanan / cairan

1) Gejala : anoreksia, muntah, penurunan BB, disfagia.

2) Tanda : distensi abdomen, penurunan bunyi usus, hipertropi gusi

(infiltrasi gusi mengindikasikan leukemia monositik akut).

h. Integritas ego

1) Gejala : perasaan tidak berdaya / tidak ada harapan.

2) Tanda : depresi, ansietas, marah.

i. Neurosensori

1) Gejala : penurunan koordinasi, kacau, disorientasi, kurang

konsentrasi, pusing, kesemutan.

2) Tanda : aktivitas kejang, otot mudah terangsang.

j. Nyeri / kenyamanan

1) Gejala : nyeri abdomen, sakit kepala, nyeri tulang / sendi, kram

otot.

2) Tanda : gelisah, distraksi.

k. Pernafasan

1) Gejala : nafas pendek dengan kerja atau gerak minimal.

2) Tanda : dispnea, takipnea, batuk.

l. Keamanan

1) Gejala : riwayat infeksi saat ini / dahulu, jatuh, gangguan

penglihatan, perdarahan spontan, tak terkontrol dengan trauma

minimal.

2) Tanda : demam, infeksi, purpura, pembesaran nodus limfe, limpa atau hati.

m. Data penunjang :  Pemeriksaan hematologi dan serologi

n. Pencitraan CFT : Type kejangEEG

5. Analisa data

No Data Penyebab Masalah

1. DS: ibu klien mengatakan anaknya

batuk,dan nafasnya terlihat sesak.

DO:nafas pendek dengan kerja atau gerak

minimal,dispnea, takipnea, batuk.

Proses terjadinya

epilepsi

Pola napas tidak

efektif

28

Page 32: KEL 1 Epilepsi

2. DS: ibu klien mengatakan anaknya demam

sudah 3 hari yang lalu,kejang terus

menerus.

DO: klien demam, penurunan koordinasi,

kacau, disorientasi, , pusing, kesemutan.

aktivitas kejang, otot mudah terangsang.

Perubahan

kesadaran,

kerusakan

kognitif selama

kejang, atau

kerusakan

mekanisme

perlindungan diri.

Resiko terhadap

cedera

3. DS: ibu klien mengatakan anaknya slalu

menangis dan wajahnya seperti orang

yang sedang kesakitan.

DO:

Secara non verbal menunjukkan gambar

yang mewakili rasa sakit yang dialami,

menangis wajah meringis.

Dari penilaian PQRST dengan gambar di

temukan hasil:

P: Perubahan metabolisme tubuh

Q: ( klien menangis)

R: klien menunjuk abdomen dan kepala.

S: ( hanya menangis)

T: (klien menangis)

Perubahan

metabolisme

Nyeri

4. S: keluarga klien mengatakan bahwa mereka

tidak mengetahui tentang penyakit epilepsy

dan penanganannya.

O: *keluarga klien tidak mampu menjawab

pertanyaan yang diberikan oleh perawat

*keluarga klien tidak mengetahui cara

penanganan epilepsi pada anaknya.

keterbatasan

kognitif

Kurang

pengetahuan

mengenai kondisi

dan aturan

pengobatan

epilepsy

29

Page 33: KEL 1 Epilepsi

3.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan utama yang dapat dijumpai pada klien dengan epilepsi,

yaitu :

1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kelelahan otot pernapasan

2. Resiko terhadap cedera yang berhubungan dengan perubahan kesadaran,

kerusakan kognitif selama kejang, atau kerusakan mekanisme

perlindungan diri.

3. Nyeri berhubungan dengan perubahan metabolisme, ditandai dengan :

klien secara non verbal menunjukkan gambar yang mewakili rasa sakit

yang dialami,menangis wajah meringis.

4. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan aturan pengobatan

berhubungan dengan keterbatasan kognitif, kurang pemajanan, atau

kesalahan interpretasi informasi

3.3 Perencanaan Keperawatan

No Dx kep Tujuan/kriteria

hasil

Intervensi Rasional

Pola napas

tidak efektif

berhubungan

dengan

kelelahan otot

pernapas

Setelah

dilakukan

tindakan

keperawatan

selama 3X24

jam, diharapkan

klien tidak lagi

mengalami

gangguan pola

napas dengan

kriteria hasil :

RR dalam

batas normal

sesuai umur

Nadi dalam

batas normal

1. Pantau Ku dan ttv

klien

2. Tinggalkan pakaian

pada daerah leher /

dada, abdomen

3. Masukkan spatel

lidah/jalan napas

buatan.

4. Kolaborasi

pemberian O2

1. eMngetahui keadaan

klien

2. MMemfasilitasi usaha

bernapas/ekspansi dada

3. DDapat mencegah

tergigitnya lidah, dan

memfasilitasi saat

melakukan

penghisapan lendir,

atau memberi

sokongan pernapasan

jika diperlukan

4. DDapat menurunkan

hipoksia serebral

30

Page 34: KEL 1 Epilepsi

sesuai umur

Nyeri

berhubungan

dengan

perubahan

metabolisme,

ditandai

dengan : klien

secara

nonverbal

menunjukkan

gambar yang

mewakili rasa

sakit yang

dialami,menan

gis wajah

meringis.

Setelah

dilakukan

tindakan

keperawatan

selama 3X24

jam, diharapkan

nyeri klien

berkurang

dengan  kriteria

hasil:

Klien secara

nonverbal

menunjukka

n gambar

yang

mewakili

penurunan

rasa nyeri 

yang dialami

Klien tidak

menangis

lagi

Wajah klien

tampak ceria

1. Kaji PQRST dengan

menggunakan

media gambar

2. Berikan posisi yang

nyaman sesuai

kebutuhan

3. Berikan lingkungan

yang nyaman bagi 

klien

4. Kolaborasi untuk

pemberian obat

analgesic

1. Mengetahui

kerkteristik nyeri

pasien.

2. Posisi yang nyaman

dapat memberikan efek

malsimal untuk

relaksasi otot

3. Rangsang yang

berlebihan dari

lingkungan dapat

memperberat rasa

nyeri

4. Obat analgesic dapat

meminimalkan rasa

nyeri

Resiko

terhadap

cedera yang

berhubungan

dengan

perubahan

Setelah

dilakukan

tindakan

keperawatan

selama 3X24

jam, diharapkan

1. Kaji karakteristik

kejang

2. Jauhkan pasien dari

benda benda tajam /

membahayakan

bagi pasien

1. MMengetahui seberapa

besar tingkatan kejang

yang dialami pasien.

2. BBenda tajam dapat

melukai dan

mencederai fisik

31

Page 35: KEL 1 Epilepsi

kesadaran,

kerusakan

kognitif

selama kejang,

atau kerusakan

mekanisme

perlindungan

diri.

klien dapat

mengurangi

risiko cidera

pada pasien

3. Segera letakkan

sendok di mulut

pasien yaitu

diantara rahang

pasien

4. Kolaborasi dalam

pemberian obat anti

kejang

pasien

3. DDengan meletakkan

sendok diantara rahang

atas dan rahang bawah,

maka resiko pasien

menggigit lidahnya

tidak terjadi dan jalan

nafas pasien menjadi

lebih lancar.

4. OObat anti kejang

dapat mengurangi

derajat kejang yang

dialami pasien,

sehingga resiko untuk

cidera pun berkurang

Kurang

pengetahuan

keluarga

berhubungan

dengan

kurangnya

informasi

Setelah

dilakukan

tindakan

keperawatan

selama 1X3 jam,

diharapkan:

1) Pengetahuan

keluarga

meningkat

2) Keluarga

mengerti

dengan

proses

penyakit

epilepsy

3) Keluarga

klien tidak

1. Kaji tingkat

pendidikan dan

pengetahuan

keluarga klien.

2. Libatkan

keluarga dalam

setiap tindakan pada

klien.

3. Jelaskan pada

keluarga klien

tentang penyakit

kejang demam

melalui penkes.

1. Untuk mengetahui

seberapa jauh

informasi yang telah

mereka ketahui,

sehingga pengetahuan

yang nantinya akan

diberikan dapat sesuai

dengan kebutuhan

keluarga

2. Agar keluarga dapat

memberikan

penanngan yang tepat

jika suatu-waktu klien

mengalami kejang

berikutnnya.

3. Untuk meningkatkan

pengetahuan

32

Page 36: KEL 1 Epilepsi

bertanya lagi

tentang

penyakit,

perawatan

dan kondisi

klien.

4. Beri kesempatan

pada keluarga untuk

menanyakan hal

yang belum

dimengerti.

4. Untuk mengetahui

seberapa jauh

informasi yang sudah

dipahami

3.4 Implementasi

No Hari/Tgl dx.kep Implementasi Paraf

Kamis/8

sep

2011,

jam...

1 dan 3 1. Pantau KU dan TTV klien

2. Tinggalkan pakaian pada daerah leher/dada,

abdomen

3. Masukkan spatel lidah/jalan napas buatan.

4. Kaji karakteristik kejang

5. Jauhkan pasien dari benda benda tajam /

membahayakan bagi pasien

6. Segera letakkan sendok di mulut pasien yaitu

diantara rahang pasien

7. Kolaborasi dalam pemberian O2

8. Kolaborasi dalam pemberian obat anti kejang

2 Jumat/9

sep

2011

2 dan 3 1. Kaji PQRST dengan menggunakan media gambar

2. Berikan posisi yang nyaman sesuai kebutuhan

3. Berikan lingkungan yang nyaman bagi  klien

4. Kolaborasi untuk pemberian obat analgesic

5. Kaji karakteristik kejang

6. Jauhkan pasien dari benda benda tajam /

membahayakan bagi pasien

7. Segera letakkan sendok di mulut pasien yaitu

diantara rahang pasien

8. Kolaborasi dalam pemberian obat anti kejang

33

Page 37: KEL 1 Epilepsi

3 Sabtu/10

sep

2011

4 1. Kaji tingkat pendidikan dan pengetahuan

keluarga klien.

2. Libatkan keluarga dalam setiap tindakan pada

klien.

3. Jelaskan pada keluarga klien tentang penyakit

kejang demam melalui penkes.

4. Beri kesempatan pada keluarga untuk

menanyakan hal yang belum dimengerti

3.5Evaluasi

no Dx. Kep Evaluasi Paraf

1 Pola napas tidak efektif

berhubungan dengan kelelahan

otot pernapasan

RR dalam batas normal sesuai

umur

Nadi dalam batas normal sesuai

umur

2 Nyeri berhubungan dengan

perubahan metabolisme, ditandai

dengan : klien secara non verbal

menunjukkan gambar yang

mewakili rasa sakit yang

dialami,menangis wajah meringis

Klien secara non verbal

menunjukkan gambar yang

mewakili penurunan rasa nyeri 

yang dialami,

Klien tidak menangis lagi

Wajah klien tampak ceria

3 Resiko terhadap cedera yang

berhubungan dengan perubahan

kesadaran, kerusakan kognitif

selama kejang, atau kerusakan

mekanisme perlindungan diri.

Dapat mengurangi risiko cidera pada

pasien

Kriteria pengkajian fokus makna klinis

1. Riwayat kejang

2. Tingkatan kejangnya

4 Kurang pengetahuan keluarga

berhubungan dengan kurangnya

informasi

Pengetahuan keluarga meningkat

Keluarga mengerti dengan proses

penyakit epilepsy

34

Page 38: KEL 1 Epilepsi

Keluarga klien tidak bertanya lagi

tentang penyakit, perawatan dan

kondisi klien.

BAB VI

PENUTUP

4.1 Simpulan

Epilepsy adalah kompleks gejala dari beberapa kelainan fungsi otak

yang ditandai dengan terjadinya kejang secara berulang. Dapat berkaitan

35

Page 39: KEL 1 Epilepsi

dengan kehilangan kesadaran, gerakan yang berlebihan, atau kehilangan tonus

atau gerakan otot. Epilepsi disebabkan oleh beberapa hal, antara lain :

1. Kelainan yang terjadi selama perkembangan janin/kehamilan ibu, seperti

ibu menelan obat-obat tertentu yang dapat merusak otak janin, mengalami

infeksi, minum alcohol, atau mengalami cidera.

2. Kelainan yang terjadi pada saat kelahiran, seperti kurang oksigen yang

mengalir ke otak (hipoksia), kerusakan karena tindakan.

3. Cidera kepala yang dapat menyebabkan kerusakan pada otak.

4. Tumor otak merupakan penyebab epilepsi yang tidak umum terutama pada

anak-anak.

5. Penyumbatan pembuluh darah otak atau kelainan pembuluh darah otak.

6. Radang atau infeksi pada otak dan selaput otak.

7. Penyakit keturunan seperti fenilketonuria (fku), sclerosis tuberose dan

neurofibromatosis dapat menyebabkan kejang-kejang yang berulang.

8. Kecendrungan timbulnya epilepsi yang diturunkan. Hal ini disebabkan

karena ambang rangsang serangan yang lebih rendah dari normal

diturunkan pada anak.

Dapat menyebabkan komplikasi antara lain :

1. Kerusakan otak akibat hipeksia dan retardasi mental dapat timbul akibat

kejang yang berulang.

2. Dapat timbul depresi dan keadaan cemas.

Cara penanganan epilepsi atau kejang yaitu

1. Lepas semua baju pasien, ganti dengan yang arang,

2. Ekstensikan kepala pasien agar aliran O2 dan darah lancar

3. Usahakan lidah pasien jangan sampai menggulung ke dalam , karena akan

mengganggu jalan nafas.

4. Beri obat anti kejang.

4.2 Saran

Setelah penulisan makalah ini, kami mengharapkan masyarakat pada

umumnya dan mahasiswa keperawatan pada khususnya mengetahui

pengertian, tindakan penanganan awal, serta mengetahui asuhan keperawatan

pada klien dengan epilepsi. Oleh karena penyandang epilepsi sering

36

Page 40: KEL 1 Epilepsi

dihadapkan pada berbagai masalah psikososial yang menghambat kehidupan

normal, maka seyogyanya kita memaklumi pasien dengan gangguan epilepsi

dengan cara menghargai dan menjaga privasi klien tersebut. Hal itu

dilaksanakan agar pasien tetap dapat bersosialisasi dengan masyarakat dan

tidak akan menimbulkan masalah pasien yang menarik diri.

DAFTAR PUSTAKA

Betz, C.L. dan Sowden, L.A. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri

(terjemahan). Edisi 3. Jakarta : EGC.

Brashers, V.L. 2008. Aplikasi Klinis Patofisiologi Pemeriksaan dan Manajemen

(terjemahan). Jakarta : EGC.

37

Page 41: KEL 1 Epilepsi

Doengoes, M.E, Moorhouse, M.F, dan Geissler, A.C. 2000. Rencana Asuhan

Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian

Perawatan Pasien (terjemahan). Edisi 3. Jakarta : EGC . 

Dongoes M. E. et all, 1989, Nursing Care Plans, Guidelines for Planning Patient

Care, Second Ed, F. A. Davis, Philadelpia.

Harsono (ED), 1996, Kapita Selekta Neurologi, Second Ed, Gajah Mada

University Press, Yogyakarta.

Hidayat, A.A. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan

Kebidanan. Cetakan I. Jakarta : Penerbit Salemba Medika 

Hudac. M. C. R and Gallo B. M, 1997, Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik

(Terjemahan), Edisi VI, EGC, Jakarta Indonesia.

Kariasa Made, 1997, Asuhan Keperawatan Klien Epilepsi, FIK-UI, Jakarta.

Luckman and Sorensen S, 1993, Medikal Surgical Nursing Psychology

Approach, Fourt Ed, Philadelpia London.

Nusalam, Susilaningrum, R. Utami, S. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak

(Untuk Perawat dan Bidan). Cetakan I. Jakarta : Penerbit Salemba Medika

Price S. A and Wilson L. M, 1982, Pathofisiology, Clinical Concepts of Desease

Process, Second Ed, St Louis, New York.

Speer, K.M. 2008. Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik Dengan Clinical

Pathways (terjemahan). Edisi 3. Jakarta : EGC

Speer, K.M. 2008. Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik Dengan Clinical

Pathways (terjemahan). Edisi 3. Jakarta: EGC.

Wong, D.L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik (terjemahan). Edisi 4.

Jakarta : EGC

38