Kasus 22 II

31
Kasus 22 Seorang laki-laki berusia 62 tahun datang kepuskesmas dengan keluhan kedua mata merah sejak 1 hari yang lalu. Keluhan disertai rasa gatal dan keluar dan keluar kotoran warna putih kental terutama pada pagi hari. Kedua mata juga bengkak nyeri. Pasien mengatakan bahwa keluarganya ada yang memiliki keluhan yang sama. Pasien sudah memberikan obat tetes mata yang dibeli diwarung tetapi tidak ada perubahan. Pasien mengaku pernah gatal-gata saat mnum amoxicilin. Pasien juga mengatakan saat ini sering lupa, karena usia sudah tua. Hasil pemeriksaan tv dalam batas normal. Pada pemeriksaan fisik kedua mata didapatkan : palpebra superior dan inferior edem, konjungtivitis hiperemis, sekret mukopurulen, dan tidak ditemukan adanya folikel. 1. Daftar Masalah Laki-laki 62 tahun Kedua mata merah sejak 1 hari yang lalu Disertai rasa gatal dan keluar kotoran putih kental pada pagi hari Kedua mata bengkak dan nyeri Keluarga juga mengalami hal yang sama Memakai obat tetes tapi tidak menurunkan gejala Gatal-gatal saat meminum amoxicilin Px fisik : palpebra superior dan inferior edem, konjungtivitis hiperemesis, sekret mukopurulen, tidak ada folikel 2. Diagnosis : konjungtivitis bakteri 3. Tujuan : Megeradikasi kuman penyebab Membrikan terapi smptom dengan mengurangi inflamasi: gatal, edem, pengeluaran kotoran putih, dan nyeri. 4. Golongan obat

description

nbsvdhsggh

Transcript of Kasus 22 II

Kasus 22Seorang laki-laki berusia 62 tahun datang kepuskesmas dengan keluhan kedua mata merah sejak 1 hari yang lalu. Keluhan disertai rasa gatal dan keluar dan keluar kotoran warna putih kental terutama pada pagi hari. Kedua mata juga bengkak nyeri. Pasien mengatakan bahwa keluarganya ada yang memiliki keluhan yang sama. Pasien sudah memberikan obat tetes mata yang dibeli diwarung tetapi tidak ada perubahan. Pasien mengaku pernah gatal-gata saat mnum amoxicilin. Pasien juga mengatakan saat ini sering lupa, karena usia sudah tua. Hasil pemeriksaan tv dalam batas normal. Pada pemeriksaan fisik kedua mata didapatkan : palpebra superior dan inferior edem, konjungtivitis hiperemis, sekret mukopurulen, dan tidak ditemukan adanya folikel. 1. Daftar Masalah Laki-laki 62 tahun Kedua mata merah sejak 1 hari yang lalu Disertai rasa gatal dan keluar kotoran putih kental pada pagi hari Kedua mata bengkak dan nyeri Keluarga juga mengalami hal yang sama Memakai obat tetes tapi tidak menurunkan gejala Gatal-gatal saat meminum amoxicilin Px fisik : palpebra superior dan inferior edem, konjungtivitis hiperemesis, sekret mukopurulen, tidak ada folikel

2. Diagnosis : konjungtivitis bakteri3. Tujuan : Megeradikasi kuman penyebab Membrikan terapi smptom dengan mengurangi inflamasi: gatal, edem, pengeluaran kotoran putih, dan nyeri.4. Golongan obatGolongan obat untuk eradikasi kuman penyebab NamaEfficacy (Kemanjuran)Safety (Keamanan)Suitability (Kecocokan)

PenisilinSifat:Bakterisidal Terutama pada bakteri gram positif (beberapa pada gram negatif,gonokokus)Mekanisme: Menghindarkan sintesa lengkap dari polimer untuk membentuk jaringan peptidoglikan spesifik yang disebut murein. Bila sel tumbuh dan plasmanya bertambah atau menyerap air dengan jalan osmosis, maka dinding sel yang tak sempurna itu akan pecah dan bakteri musnah.Beberapa obat, memiliki kemampuan tahan laktamase bagi bakteri penghasil beta-laktamase.E.S : reaksi alergi karena hipersensitasi. Gangguan GIT (diare, mual, muntah). Dosis sangat tinggi dapat menyebabkan nefrotoksis dan neurotoksisWanita hamil dan laktasi: semua dianggap aman, walaupun akan sedikit sekali yang masuk ke darah janin dan ASI.

Kontraindikasi: pada pasien dengan riwayat alergi penisilin.Indikasi: diberikan pada bakteri gram +, beberapa pada gram -, dan pseudomonas

SefalosporinSpektrum kerja luas, meliputi banyak kuman gram+, dan gram-, termasuk E.coli, Klebsiella, dan Proteus. Bersifat baktersidal dalam fase pertumbuhan kuman, dengan menghambat sintesis peptidoglikan yang diperlukan kuman. Kepekaannya terhadap beta-laktamase lebih rendah daripada penisilin.Generasi I: aktif terhadap coccigram+, tidak berdaya terhadap gonococci, H.influenzae, Bacteriodes, dan Pesudomonas, tidak tahan terhadap beta-laktamase.Generasi II: lebih aktif terhadap gram-, termasuk gonococci, H.influenzae, Bacteriodes,serta kuman-kuman yang resisten dengan amoksisilin. Agak kuat terhadap beta-laktamase dan efek terhadap gram + (Streptokokus dan stafilokokus)samaGenerasi III:Lebih kuat terhadap gram-, lebih luas lagi terhadap Bacteriodes, dan Pesudomonas. Resistensi kuat terhadap beta-laktamase, namun khasiat terhadap gram+ lebih ringan. Tidak aktif terhadap Methicilin Resistant Staphylococcus Epidermis dan MRSAGenerasi IV: sangat resisten terhadap laktamase dan aktif sekali terhadap pesudomonas.E.S: sama dengan penisilin, namun lebih ringan. Gangguan GIT (diare, mual, muntah). Jarang ada reaksi alergi, seperti rash dan urtikaria. Alergi silang dapat terjadi pada derivat penisilin. Nefrotoksisitas lebih sering pada generasi I, khususnya sefaloridin, dan sefalotin dosis tinggi. Beberapa obat bisa menimbulkan reaksi disulfiram bila digunakan bersamaan dengan alkohol, yaitu sefamandol dan sefoperazon.Kehamilan dan Laktasi: mudah melintasi plasenta, tetapi kadarnya rendah dalam darah janin daripada darah ibunya. Generasi I: digunakan peroral pada ISK ringan dan pilihan kedua ada infeksi saluran pernapasan dan kuit yang tidak begitu serius, dan bila terdapat alergi untuk penisilinGenerasi II dan III: digunakan parenteral pada infeksi serius yang resisten terhadap amoksisilin dan generasi I, juga dikombinasi dengan aminoglikosida (gentamisisn, tobramisin) untuk memperluas dan memperkuat aktivitasnya. Profilaksis bedah jantung, usus, ginekologi, dan lainnya. Sefoksitin dan sefuroksim (gen.II) dipakai pada gonore.Generasi III: Seftriakson dan sefotaksim sering dianggap sebagai obat pilihan pertama untuk gonore. Sefokstitin pada infeksi Bacteriodes fragilis.

AminoglikosidaSpektrum kerja luas, banyak bacili gram-, antara lain E.coli, H.influenzae, Klebsiella, Proteus dan Enterbacter, Salmonrlla dan Shigella. Aktif juga mengatasi gonokokus, dan sejumlah gram+ (Staphylococcus aureus/epiermis).Aktivitas:baktersidal, dengan penetrasi dinding bakteri dan mengikat diri pada ribosom di dalam sel. Proses translasi (RNA dan DNA) diganggu, sehingga biosintesa protein diganggu. Tidak hanya terjadi pada fase pertumbuhan kuman, namun juga termasuk saat kuman membelah diri.Memiliki efek sisa setelah selesai penggunaan obat, efek antibiotisnya masih ada walaun kadarnya dalam darah, berangsur-angsur turun.E.S Pemakaian sistemik reaksi iritasidan toksik, reaksi alergik, superinfeksi, gangguan vestiblar, gangguan audiotori, nefrotoksik, pseudotumor dan neurotoksik. Topical toksisitas terhadap korne dan konjungtiva, erosi epitel pungtata, ulserasi kornea, reaksi alergi, macular infarction.Kehamilan dan laktasi: dapat melintasi plasenta, merusak ginjal dan tuli pada bayi. Tidak dianjurkan selama kehamilan. Sedikit mencapai ASI, bia digunakan saat pemberian ASI.Indikasi :kuman aerobic gram negative yang telah resisten terhadap antibiotic lain. Kontraindikasi : bila ada riwayat alergi pada aminoglikosida. Pada lansia dan gangguan ginjal

TetrasiklinKhasiat:bakteriostatik dan bakterisidal lemah bila diinjeksikan secara intravena.Mekanisme kerjanya: berdasarkan sintesis protein kuman yang diganggu. Spektrum kerja luas dan meliputi banyak cocci gram+ dan gram-, serta kebanyakan basili, kecuali pseudomonas dan proteus. Aktif juga terhadap Chlamydia trachomatis, Rickettsiae, Spirochaeta terhadap sifilis dan frambusia, leptospirae, Actinomyces, dan beberapa protozoa (Amoeba).Sudah banyak terjadi resistensiE.S: Penggunaan oral dapat menyebabkan gangguan GIT. Efek lebih sering dan serius adalah sifat penyerapannya dalam tulang dan gigi yang sedang tumbuh pada janin anak-anak karies . Fotosensitasi, kulit menjadi peka cahaya, menjadi kemerah-merahan, gatal-gatal, dan sebagainya.

Indikasi: Infeksi saluran napas, paru-paru, ISK, infeksi kulit dan mata. Penggunaan pada acne, , karena adanya daya hambat terhadap akitvitas lipase untuk Propionibacter acnes. Pada bronkhitis kronis, adakalanya dijadikan sebagai obat profilaksis serangan akut.Kontraindikasi:Tidak boleh diberikan pada ibu hamil hingga anak berusia 8 tahun. Hipersensitivitas terhadap tetrasiklin, dan penyakit ginjal.

Makrolida &LinkomisinEfek:bakteriostatis,bakteri gram+, dan spektrum kerja mirip penisilin-G. Mekanisme kerja, melalui pengikatan reversibel pada ribosom kuman, sehingga sintesis proteinnya dirintangi.Waktu paruh singkat, hingga perlu ditakarkan sampai 4x.Kinetik: tergantung formulasi, bentuk garam atau ester. Makanan memperburuk absorbsi, sebaiknya diminum saat perut kosong, kecuali diritromisin tidak dipengaruhi oleh makanan. Kemampuan penetrasi ke jaringan dan organ baik, kadar interseluler tinggi. Efek kuman intrasel tinggi, Legionella, Mycoplasma & Chlamydia. Sisanya di luar sel. Metabolisme semua makrolida diuraikan dalam hati, melalui sistem sitokrom P-450, menjadi metabolit inaktif. Kecuali, metabolit-OH dari klaritromisin. Ekskresi berlangsung melalui empedu dan tinja serta kemih, terutama dalam bentuk inaktif.E.S: Gangguan GIT, yang terutama nampak pada eritromisin akibat penguraiannya oleh asam lambung. Lebih jarang nyeri kepala dan reaksi kulit. Eritromisin dosis tinggi dapat menimbulkan ketulian reversibel, mungkin akibat pengaruhnya terhadap SSP. Semua makrolida dapat mengganggu fungsi hati, yang tampak sebagai peningkatan nilai-nilai fungsi hati, nyeri kepala, pusing dapat terjadi. Eritromisin dan dapat mengakibatkan reaksi alergi.Kehamilan dan laktasi: eritromisin aman, tapi tidak ada data untuk derivatnya, sedangkan rosirtromisin aman diminum sambil memberi ASI. Klaritromisin ternyata mengganggu perkembangan janin pada binatang coba, jangan digunakan pada trimester pertama kehamilan.Indikasi: eritromisin merupakan pilihan utama pada infeksi paru-paru dengan Legionellapneumophilia (penyakit veteran), Mycoplasma pneumoniae, dan infeksi usus oleh Campylobacter jejuni Pada indikasi lain, seperti sepsis, endokarditis, dan pasien dengan granulositopenia,atau lansia, sebaiknya digunakan yang bersifat baktersidal, seperti penisilin dan sefalosporin. Untuk derivatnya yang lebih tahan asam lambung dan keluhan GIT nya lebih ringan, seperti azitromisin dapat diberikan, yang mampu melawan bakteri gram-, seperti Haemophilus influenzae, infeksi saluran napas. Untuk klaritromisin dan azitromisin efektif juga mengatasi kuman penyerta pada AIDS, seperti Toxoplasma gondii dan Mycobacterium avium intercellare.Kontraindikasi: Alergi eritromisin, saat hamil tidak boleh diberikan

PolipeptidaEfek: Polimiksinhanya aktif melawan kuman gram- termasuk pseudomonas, sedangkan basitrasin dan gramisidin efektif terhadap gram +.Sebagai bakteriosidal, dengan sifat permukaannya yang melekatkan diri pada membran sel bakteri , sehingga permeabilitas sel meningkat dan akhirnya selnya ruptur. Kerjanya tidak bergantung terhadap membelah tidaknya kuman tersebut, sehingga dapat dikombinasi dengan bakteriostatik, seperti kloramfenikol dan tetrasiklin.E.S: nefrotoksis bila diberikan secara parenteral. Serta dapat menybabkan ototoksisTopical reaksi alergi, iritasi, injeksi subkonjungtiva, nyeri, kemosis, nekrosis jaringan. Indikasi: kuman gram- termasuk pseudomonas, dan bebeapa kecil terhadap gram +.Kontraindikasi: tidak ada gangguan ginjal, tidak dalam keadaan hamil, dan tidak dalam masa anak-anak. Serta mudah menyebabkan ototoksisitas

KloramfenikolEfek: Bakteriostatis terhadap Enterobacter dan Staph.aureus dengan merintangi sintesa polipeptida kuman. Bekerja bakterisidal terhadap Strep.pneumoniae, Neiss.meningitides dan H.influenzae

E.S: rasa pedas sementara pada mata, gangguan GIT, neuropati optis dan perifer, radang lingua, mukosa mulut, depresi sumsum tulang belakang, anemia aplasticKehamilan dan laktasi: tidak dianjurkan, khususnya selama minggu-minggu terakhir dari kehamilan, karena dapat menimbulkan sianosis dan hipotermia neonatus (grey baby syndrome), melintasi plasenta, ASI, begitu pula untuk tiamfenikolIndikasi: infeksi mata superfisial, infeksi tifus, meningitis (khusus bagi H.influenzae), infeksi anaerob (contoh abses otak oleh B.fragilis yang semuanya digunakan secara oral. Kontraindikasi: Penderita anemia aplastik, ibu hamil dan laktasi, tetes telinga (karena zat pelarut yaitu propilenglikol ototoksis pada telinga. Penderita neuropati. Penderita dengan kelainan darah lainnya.

VankomisinEfek: bakterisidal kuman gram+ aerob dan anaerob, termasuk stafilokokus yang resisten untuk metisilin (MRSA). Biasanya sebagai lini terakhir, bila antibiotik lainnya sudah tidak mempan.Kinetik: resorpsi dari usus buruk, namun pada usus yang sakit, seperti pada enteritis resorpsinya baik. Kadar terapeutis dalam cairan pleura, sinovial, dan saluran kemih tercapai. Plasma T1/2 ialah 5-11 jam. Ekskresi 80% melalui saluran kemih.E.S: Gangguan fungsi ginjal, terutama pada penggunaan lama dengan dosis tinggi, juga neuropati perifer, reaksi alergi kulit menjadi kemerahan yang disebut the red man syndrome, mual, demam, dan lainnya. Kombinasi dengan aminoglikosida meningkatkan resiko nefro dan ototoksisitas. Pada mata sangat toksik pada kejadian infeksi mata, menimbulakan reaksi alergiKehamilan dan Laktasi: belum ada data yang menjelaskan, namun obat ini mencapai ASI.Bisa sebagai pengganti bagi pasien yang alergi penisilin atau sefalosporin. Indikasi: kolitis akibat terapi seperti oleh linkomisin, klindamisin dan radang pada mukosa usus oleh Stafilokokus.Kontraindikasi: Gagal ginjal, alergi vankomisin, mengkonsumsi obat aminoglikosida, neuropatiBisa diberikan oral, ataupun injeksi

Asam FusidatEfek: Bakteriostatis, dengan menghambat sintesis kuman. Spektrum kerja sempit dan terbatas pada kuman gram+ terutama stafilokokus, juga yang membentuk penisilinase. Kuman gram- resisten kecuali Neisseria.Kinetik: daya penetrasi bagus, jaringan lunak, otot jantung, tulang, sendi, mata, pus, sputum, namun ke CSS buruk. Plasma T1/2 nya adalah 10-12 jam. Ekskresi terutama melalui empedu dan tinja sebagai metabolit inaktif.E.S: alergi, peradangan berulang, ringan berupa gangguan GIT, kadang-kadang reaksi kulit (eritema, iritasi).Kehamilan dan laktasi: pada akhir kehamilan, dapat menyebabkan ikterus pada bayi, dan zat ini melintasi plaseta dan ASI.Indikasi: secara oral atau IV pada infeksi stafilokokus, khususnya bila terdapat resistensi atau hipersensitivitas terhadap penisilin dan lainnya. Secara topikal bisa diberikan pada infeksi stafilokokus kulit, berupa krim atau salep dan pada mata berupa gel. Resistensi dapat timbul dengan cepat. Biasanya dikombinasi dengan penisilin atau eritromisinKontraindikasi: trimester akhir kehamilan, alergi asam fusidat.

Senyawa-senyawa KuinolonEfek: berkhasiat sebagai baktersidal pada fase pertumbuhan kuman, berdasarkan inhibisi enzim DNA-girase bakteriil. Karena enzim tersebut hanya terdapat pada kuman dan tidak pada sel dari organisme yang lebih tinggi, sehingga kuinolon-kuinolon tidak menghambat sintesis DNA manusia. Hal yang sama berlaku bagi sulfonamida dan antibiotika beta-laktam.Spektrum Kerja: Asam nalidiksat berkhasiat terhadap gram- seperti Proteus, Klebsiella, Enterobacter. Begitu pula pipemidinat terhadap Pseudomonas. Florokuinolon lebih luas spektrumnya semua kuman gram- termasuk Ps.aeruoginosa dan gonococci, serta kebanyakan kuman gram+, termasuk Campylobacter jejuni, Chlamydia, Legionella, Mycoplasma, dan Mycobacter tbc. Kurang aktif terhadap Streptococci, Pneumococci dan kuman-kuman anaerob.E.S: penurunan daya penglihatan, iritasi mata, gatal pada kelopak mata, sakit kepala,fotofobia,Yang sering gangguan GIT, seperti sakit perut, mual, muntah, anoreksia, dan diare. Jarang timbul Colitis pseudomembranosis. Yang lain, eritema, urtikaria, efek neurologi (sakit kepala, pusing, neuropati dan perasaan kacau), efek psikis hebat (eksitasi, takut, gelisah, dan perasaan panik) dan konvulsi.Kehamilan dan laktasi: tidak dianjurkan pada wanita hamil dan laktasi, seperti siprofloksasin dan asam nalidiksat. Indikasi: kuinolon hanya untuk ISK tanpa komplikasi. Namun florokuinolon, lebih luas indikasinya, ISK dengan komplikasi kuman-kuman multiresisten, misalnya melibatkan jaringan ginjal. Selain itu, florokuinolon juga untuk infeksi saluran napas serius, prostatitis kronis, infeksi kulit dan jaringan lunak oleh gram-. Juga untuk mengobati salmonella, baik pembawa kronis maupun yang dimata. pilihan pertama pada Teavellers diarrhea.Kontraindikasi: Senyawa-senyawa kuinolon ini jangan diberikan pada anak-anak dibawah usia 16 tahun, karena dapat menyebabkan penyimpangan pada tulang rawan terutama oleh asam nalidiksat.

KotrimoksazolCampuran sulfametoksazol dan trimetropim dalam perbandingan 5:1 bersifat bakterisidal pada bakteeri gram negative dan positif.Kinetik: Resorpsi baik dan cepat. Mendapai kadar puncak dalam darah hingga 4 jam. Distribusi sangat baik, pada semua jaringan, saliva, dan CSS. Trimetropim lebih lancar terkait sifat lipofiliknya. Plasma T1/2 hingga 10 jam. Ekskresi melalui ginjal sebagai zat aktif masing-masing 20-25% dan 50-60%.E.S: tidak sering terjadi dan biasanya berupa ekzema dan gangguan GIT, serta stomatitis. E.S khas dari sulfonamida seperti fotosensitasi, dan sindrom Stevens-Johnson. Pada dosis tinggi, efek sampingnya juga berupa demam dan gangguan fungsi hati dan efek pada darah, seperti neutropenia, trombositopenia. Penggunaan leboh dari 2 minggu hendaknya selalu dengan pemantauan darah. resiko kristaluria dapat dihindarkan dengan minum lebih dari 1,5 liter air perhari.Indikasi: Infeksi Proteus dan Klamidia. Juga pada ISK (E.coli dan Enterobacter), prostatitis, salmonellosis, bronkhitis. Juga untuk mengobati dan mencegah radang pulmo karena Pneumocystis carinii- Pneumonia dari penderita AIDS.Kontraindikasi: Kelainan darah, alergi sulfa.

Golongan antibiotik yang terpilih untuk eradikasi kuman yaitu golongan Aminoglikosida karena merupakan tatalaksana antibiotik spektrum luas untuk konjungtivitis yang disebabkan oleh bakteri. Lebih memilih golongan aminoglikosida dari penisilin, karena pasien memiliki riwayat gatal-gatal setelah meminum amoksisilin. Antibiotik ini juga merupaka pilihan untuk pasien yang telah resisten dengan antibiotik lainnya.

Golongan obat untuk mengurangi inflamasiGolongan obatEffikasiSuitabilitySafety

NSAIDs Menghambat enzim siklooksigenase sehingga konfersi asam arakidonat menjadi PGG2 terganggu. Setiap obat menghambat enzim COX dengan kekuatan dan selektivitas yang berbeda terhadap isoform COX 1 dan COX 2Indikasi: Bersifat antipiretik, analgetik, dan antiinflamasi. Dan terdapat perbedaan aktivitas dianatara obat-obat tersebut Digunakan sebagai terapi awal untuk mengurangi nyeri dan pembengkakanKI: Tergantung masing-masing obat pada NSAIDs hipersensitivitas terhadap asetosal & NSAIDs lainnya, termasuk penderita asma, angioedema, urtikaria, atau rinitis yang dipicu oleh asetosal dan NSAIDs. Sebaiknya tidak diberikan pada penderita tukak lambung aktif. Hati-hati pada penderita usia lanjut, kehamilan, menyusui, dan gangguan koagulasi.ES: menginduksi ulser lambung atau usus yang kadang-kadang disertai dengan anemia akibat kehilangan darah, namun efek ini minimal pada NSAIDs-COX2selektif, gangguan fungsi platelet, perpanjangan masa hamil atau persalinan spontan, perubahan fungsi ginjal

Kortikosteroid Mempengaruhi kecepatan sintesis protein. Pada hepar merangsang transkripsi dan sintesisi protein spesifik. Pada sel limfoid dan fibroblast merangsang sintesis protein yang sifatnya menghambat atau toksik terhadap sel-sel limfoid Menghambat proliferasi sel limfosit T, imunitas seluler, dan ekspresi gen yang menyandi berbagai sitokin (interleukin dan TNF). Kortikosteroid memiliki efek anti inflamsi non-spesifik dan anti adhesi.Indikasi: Insufisiensi adrenal, perbaikan fungsi paru pada fetus, atritis, karditis reumatik, penyakit ginjal kolagen, asma, alergi, penyakit mata, kulit, hepar, keganasan, gangguan hematologic, syok, edema serebral, trauma sumsum tulang belakang. Meredakan gejala dan memperlambat kerusakan sendi

Kontraindikasi: Kontrindikasi relative: DM, tukak peptic, infeksi berat, hipertensi dan gangguan fungsi kardiovaskular yang lain

ES: Pada dosis tinggi terdapat gejala chusing, atrofia atau kelemahan otot, osteoporosis, mengurangi kecepatan pertumbuhan, atrofia kulit, bersifat diabetogen, imunosupresi, antimitotis Jika penggunaan yang lama dan dihentikan secara tiba-tiba maka timbul insufisiensi adrenal akut dengan gejala demam, mialgia, atralgia, dan malaise. hiperglikemia, glukosuria, mudah menderita infeksi seperti tuberculosis, perforasi pada tukak peptic, osteoporosis, psikosis, cushing sindrom, hiperkoagulabilitas darah, hipertensi. gangguan mental, euforia, dan miopati

Opiat Endorfin bekerja dengan jalan menduduki reseptor reseptor nyeri di SSP, hingga perasaan nyeri dapat diblokir Menduduki reseptor yang belum diduduki opioidI :Nyeri hebat pasca bedah, nyeri hebat akibat kanker

KI :Orang dengan kelainan KV, penyakit asma, kelainan system saraf pusat, konstipasi, depresi, alergi

ES: Supresi SSP dan stimulasi langsung dari CTZ sehingga memicu mual muntah Dosis tinggi menurunkan aktivitas mental dan motoris Motilitas berkurang (obstipasi), konstraksi kandung empedu (kolik batu empedu) Pada system sirkulasi menyebabkan vasodilatasi, hipertensi, dan bradycardia Sering timbul adiksi dan bila terapi dihentikan dapat terjadi gejala abstinensia

Untuk antiinflamasi yang terpilih yaitu NSAID karena memiliki efek antiinflamsi dan analgesik yang kuat dan pada pasien juga tidak ada kontraindikasi pada NSAID.

5. Golongan Obat yang terpilih Untuk eradikasi bakteri dari golongan makrolid

Nama ObatEfikasiSafetySuitabilityCost

KanamycinAntibiotik spektrum luas yang efektif untuk bakteri gram positif dan negatif. Sifat bakteriasid menyebabkan penghambatan terhadap sintesa protein pada ribosom, yang menyebabkan kesalahan pembacaan kode genetik.Pasien dengan terapi kanamycin harus diawasi ketat., kadar plasma tidak lebih dari 30 mcg/mL. Hentikan terapi kanamycin apabila ada gejala gejala yang menunjukkan terjadinya gangguan fungsi ginjal, rumah siput atau neuromuskular. Bila terjadi overdosis atau neurotoksisitas tindakan hemodialisis atau diaisis peritoneal akan membantu mengeluakan kanamycin dari darah.

Indikasi : untuk pengobatan penyakit infeksi serius yang disebabkan oleh bakteri gram negatif yang sensitif terhadap antibiotik lainnya.Kontraindikasi : Pasien dengan gangguan fungsi ginjal. Pasien dengan gangguan fungsi organ rumah siput dan rongga depan telinga. Pasien dengan riwayat hipersensitivitas ataupun reaksi toksisitas terhadap kanamycin atau aminoglikosida lainnya. Wanita hamil dan menyusui. Pemberian secara intraperitoneal selama operasi pada pasien yang mendapat senyawa penghambat neuromuskular.

-

Score 180606060

Gentamisin sulfatMenghambat kuman kuman penyebab infeksi kulit sekunder maupun primer seperti stapylococcus yang menghasilkan penisilinase, pseudomonas aeruginosa dan lain lain.

Hentikan pemakaian bila terjadi iritasi. Dapat terjadi pertumbuhan pada mikroorganisme yang tidak rentan pada pemakaian jangka panjang. Dapat terjadi alergi antar silang dengan aminoglikosida.Dapat menyebabkan kehilangan penglihatan kabur sementara, sehingga tidak disarankan mengemudi atau berkendara setelah minum obat ini.Indikasi : pengobatan topikal infeksi mata yang disebabkan oleh bakteri sensitif terhadap gentamisin, antara lain untuk untuk infeksi konjungtivitis, blefaritis, blefarokonjungtivitis, keratitis, keratokojungtivitis, dakriosititis, ulkus kornea, meibomianiatis, episkleritis.Kontraindikasi : hipersensitif terhadap gentamisin.

inj. 40mg/ml (sbg. Sulfat), amp @ 2mlharga Rp 3.100,00

Score 260806080

Neomisin SulfatMengganggu sintesis protein bakteri dengan terikat pada subunit ribosom 30S.Peningkatan tekanan dalam mata dengan kemungkinan glukoma, kerusakan saraf mata yang tidak sering terjadi, memperlambat penyembuhan luka.Gangguan fungsi ginjal dan pendengaran.Tidak dianjurkan untuk ibu hamil karena termasuk kategori C.Indikasi : Infeksi saluran cerna, mencegah infeksi pada waktu operasi abdomen.Kontraindikasi : Hipersensitivitas, Obstruksi usus.

-

Score 210707070

StreptomisinStreptomycin ini bekerja dengan cara mematikan bakteri sensitif, dengan menghentikan pemroduksian protein esensial yang dibutuhkan bakteri untuk bertahan hidup.

Kerusakan ginjal dan hati. Usia lanjut, gizi per oral maupun parenteral jelek. Hamil dan menyusui.

Indikasi : Untuk mengobati tuberculosis (TB) dan infeksi yang disebabkan oleh bakteri tertentu.Kontraindikasi : infeksi mikrobakterial pada mata, penyakit pada struktur mata yang disebabkan oleh jamur, Hipersensitif terhadap aminoglikosida lain.

serb.inj.1000 mg (sbg.Sulfat), vial @ 1mlharga Rp 3.212,00

Score 25060607060

Obat yang terpilih yaitu gentamisin karena sesuai dengan indikasi pada pasien, dan tidak didapatkan kontraindikasi maupun efek samping yang sesuai dengan keadaan pasien.

Untuk mengatasi inflamasi yaitu NSAIDGolongan NSAID untuk pemilihan obatnya Nama Golongan NSAIDEficacySafetySuitabilty

NSAID non selektifMenghambat enzim COX secara tidak selektif. Sebagian besar memiliki efek penghambatan terhadap COX-1 yang lebih kuat dibanding terhadap COX-2ES: iritasi dan perdarahan lambung, induksi tukak peptik. Indikasi :Mengatasi inflamasi, nyeri dan demam. Sebagai terapi awal untuk mengurangi nyeri dan pembengkakan

total: 200805070

NSAID prefential COX-2Menghambat enzim COX-1 dan COX-2 dengan efek penghambatan terhadap COX-2 lebih kuat sehingga efek ke GI lebih ringan.ES: efek samping pada saluran cerna lebih ringan dibanding NSAID non selektif.Indikasi:Idem

total: 195705570

NSAID selektif COX-2Menghambat enzim COX-2 secara selektif. Efek ke GI sangat minimal, namun memiliki efek ke ginjal dan dan sistem KV.ES: efek samping pada GI minimal, meningkatkan resiko kardiovaskuler.Indikasi:Idem

total: 150404070

NSAID jenis lain(kolkisin)Memiliki sifat antiradang yang spesifik terhadap penyakit gout. Menghambat migrasi granulosit ke tempat radang. Tidak memiliki efek analgetik.

Onset: 12-24 jam ES: mual, muntah, diare, nyeri abdomen. Pemberian tidak boleh lebih dari 8 mg/hari karena dosis tinggi dapat menyebabkan diare berdarah, nyeri terbakar pada tenggorokan, dllIndikasi:Antiinflamasi pada gout artritis.

Total: 160505080

Pemilihan obat NSAID non selektifGolongan obat NSAID non-selektifEfficacy Safety Suitability Cost

AspirinMenghambat enzim COX secara tidak selektif. Sebagian besar memiliki efek penghambatan terhadap COX-1 yang lebih kuat dibanding terhadap COX-2ES : rasa tidak enak pada saluran cerna dan mual, tukak dengan perdarahan samar, tinitus, vertigo, gangguan mental, reaksi hipersensitivitas, memperpanjang waktu perdarahan, trombositopeniaI : nyeri ringan sampai sedang dan radang pada penyakit reumatik serta penyakit pada otot skelet lainnyaKI : -Peringatan : hati-hati penggunaan pada pasien hipertensiRp. 10,560ktk 10 X 10 tablet 500 mgatauRp. 6,306ktk 10 X 10 tablet 100 mg untuk anak

24070505070

Indometasin Menghambat enzim COX secara tidak selektif. Sebagian besar memiliki efek penghambatan terhadap COX-1 yang lebih kuat dibanding terhadap COX-2 efek antiinflamasi hampir mirip dengan aspirinES : nyeri abdomen, diare, perdarahan lambung, pankreatitis, sakit kepala, pusing, depresi, bingung, agranulositosis, anemia aplastik, trombositopenia, hiperkalemiaI : bila NSAID lain kurang berhasilKI : -Rp. 5.347ktk 10 x 10kapsul 25 mg

24570406075

Piroksikam Menghambat enzim COX secara tidak selektif. Sebagian besar memiliki efek penghambatan terhadap COX-1 yang lebih kuat dibanding terhadap COX-2ES : tukak lambung, pusing, tinitus, nyeri kepala, eritema kulitI : penyakit inflamasi sendi misalnya artritis reumatoid, osteoartritis, spondilitis ankilosaKI : -Peringatan : hati-hati penggunaan pada pasien hipertensiRp. 11.340ktk 10 x 10 tablet 10 mg

24065555070

Ibuprofen Menghambat enzim COX secara tidak selektif. Sebagian besar memiliki efek penghambatan terhadap COX-1 yang lebih kuat dibanding terhadap COX-2. Lebih cepat diekskresikan ES : efek samping terhadap saluran cerna lebih ringan, eritema kulit, sakit kepala, trombositopenia,

Kategori B (tr 1, 2) D (trim 3)I : nyeri dan radang pada penyakit rematik dan gangguan otot skelet lainnyaKI : tukak peptik, asma, rinitis,

Perhatian : mengurangi efek obat antihipertensiRp. 9,000btl 100 tablet 200 mg

total: 23060606050

Asam mefenamat Menghambat enzim COX secara tidak selektif. Sebagian besar memiliki efek penghambatan terhadap COX-1 yang lebih kuat dibanding terhadap COX-2 sebagai antiinflamasi, kurang efektif dibandingkan aspirinES : dispepsia, diare sampai diare berdarah, eritema kulit, bronkokonstriksi, anemia hemolitik

Kategori B (tr 1, 2)D (tr 3)I:nyeri dan radang pada rheumatoid artritis dan gangguan otot skelet lainnya, goutKI : pada penderita tukak lambung,radang usus, gangguan ginjal, asma, dan hipersensitiv asam mefenamat. Hati-hati padapenyakit ginjal, hati, dan radang saluran cernaRp.15.400Ktk 10x10 kapsul 250 mg

total: 25065556070

Untuk obat NSAID yang terpilih yaitu Asam mefenamat karena memiliki antiinflamasi dengan kerja yang tinggi, dan tidak ada kontraindikasi terhadap pasien 6. Obat yang terpilih :Gentamisin BSO : Diberikan salep mata gentamisin sulfat 0,3% (3,5 gr) 1 tube = 10 gr Dioleskan pada mata 2 3 kali sehari.

Asam mefenamat Dosis maksimal : 250 mg, 500 mg BSO: kapsul dr. BramasthaSIP 123890Jl.Brokoli2, MataramMataram 12 juni 2015R/ Gentamisin Ungt.Opth. 0,3 % tub. IS.b.d.d. ungt. Opth.Od &Os ParafR/ tab Asam mefenamat 250 mg no XIS.p.r.n S.t.d.d. tab 1 pc ParafNama : Tn. BadiUsia : 60 tahunAlamat : bertais Diminum sampai keluhan hilang

7. Penulisan Resep

8. Edukasi Meminta untuk jangan mengucek-ngucek mata Sebaiknya menggunakan tissue untuk membersihkan kotoran mata setelah itu langsung membuang tissu Jangan memakai handuk secara bergantian Minum obat dan penggunaan salep mata sampai keluhan hilang