KARSINOMA SERVIK UTERI (2).docx

24
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker serviks merupakan kanker yang banyak menyerang perempuan. Saat ini kanker serviks menduduki urutan ke dua dari penyakit kanker yang menyerang perempuan di dunia dan urutan pertama untuk wanita di negara sedang berkembang. Dari data Badan Kesehatan Dunia (WHO), diketahui terdapat 493.243 jiwa per tahun penderita kanker serviks baru di dunia dengan angka kematian karena kanker ini sebanyak 273.505 jiwa per tahun (Emilia, 2010). Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kanker serviks disebabkan oleh infeksi virus HPV (Human Pappiloma Virus) yang tidak sembuh dalam waktu yang lama. Jika kekebalan tubuh berkurang, maka infeksi ini bisa mengganas dan menyebabkan terjadinya kanker serviks. Kanker serviks mempunyai insiden yang tinggi di negara-negara yang sedang berkembang yaitu menempati urutan pertama, sedang dinegara maju ia menempati urutan ke 10, atau secara keseluruhan ia menempati urutan ke 5 (Ramli, 2005). Di negara maju, angka kejadian kanker serviks sekitar 4% dari seluruh kejadian kanker pada wanita, sedangkan di negara berkembang mencapai 1

description

,,,

Transcript of KARSINOMA SERVIK UTERI (2).docx

Page 1: KARSINOMA SERVIK UTERI (2).docx

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kanker serviks merupakan kanker yang banyak menyerang perempuan. Saat ini kanker serviks

menduduki urutan ke dua dari penyakit kanker yang menyerang perempuan di dunia dan urutan

pertama untuk wanita di negara sedang berkembang. Dari data Badan Kesehatan Dunia

(WHO), diketahui terdapat 493.243 jiwa per tahun penderita kanker serviks baru di dunia

dengan angka kematian karena kanker ini sebanyak 273.505 jiwa per tahun (Emilia, 2010).

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kanker serviks disebabkan oleh infeksi virus HPV

(Human Pappiloma Virus) yang tidak sembuh dalam waktu yang lama. Jika kekebalan tubuh

berkurang, maka infeksi ini bisa mengganas dan menyebabkan terjadinya kanker serviks.

Kanker serviks mempunyai insiden yang tinggi di negara-negara yang sedang berkembang

yaitu menempati urutan pertama, sedang dinegara maju ia menempati urutan ke 10, atau

secara keseluruhan ia menempati urutan ke 5 (Ramli, 2005).

Di negara maju, angka kejadian kanker serviks sekitar 4% dari seluruh kejadian kanker pada

wanita, sedangkan di negara berkembang mencapai diatas 15%. Amerika Serikat dan Eropa

Barat, angka insiden kanker serviks telah terjadi penurunan. Hal ini disebabkan oleh alokasi

dana kesehatan yang mencukupi, promosi kesehatan yang bagus, serta sarana pencegahan

dan pengobatan yang mendukung (Emilia, 2010).

Di Indonesia, diperkirakan 15.000 kasus baru kanker serviks terjadi setiap tahunnya, sedang

angka kematiannya di perkirakan 7500 kasus per tahun (Emilia, 2010). Menurut data Yayasan

Kanker Indonesia (YKI), penyakit ini telah merenggut lebih dari 250.000 perempuan di dunia

dan terdapat lebih 15.000 kasus kanker serviks baru, yang kurang lebih merenggut 8000

1

Page 2: KARSINOMA SERVIK UTERI (2).docx

kematian di Indonesia setiap tahunnya (Diananda, 2009).

Pada tahun 2004 jumlah pasien kanker yang berkunjung ke Rumah Sakit di Indonesia

mencapai 6.511 dengan proporsi pasien kanker serviks yang rawat jalan adalah 16,47% dan

rawat inap adalah 10,9%, selain itu lebih dari 70% kasus kanker serviks datang ke rumah sakit

dalam keadaan stadium lanjut (Depkes RI, 2005).

Di Sumatera Utara diperoleh data dari dinas Kesehatan Propinsi jumlah penderita kanker

serviks pada tahun 2000 sebanyak 548 kasus, tahun 2001 sebanyak 683 kasus. Di RSUD dr.

Pirngadi Medan Tahun 2007 sebanyak 345 kasus, tahun 2008 sebanyak 25 kasus, tahun 2009

sebanyak 48 kasus dan tahun 2010 sebanyak 40 kasus. Masih tingginya angka penderita

kanker serviks di Indonesia disebabkan karena penyakit ini tidak menimbulkan gejala dan

rendahnya kesadaran wanita untuk memeriksakan kesehatan dirinya. Padahal sekarang

penyakit apapun sudah dapat diobati dan ditangani dengan cepat apabila deteksi dini dilakukan

secara berkala sehingga dapat mengurangi risiko angka kematian. Jika semakin banyak wanita

terbiasa melakukan deteksi dini, apabila penyakit sudah berjangkit pada seseorang maka bisa

lebih cepat ditangani (Septiyaningsih, 2010).

Menurut Wiknjosastro (1999) kanker serviks dapat disembuhkan jika dideteksi dan

ditanggulangi sejak dini, malahan sebenarnya kanker serviks ini dapat dicegah.Menurut ahli

Obgyn dari Newyork University Medical Center, Goldstein, kuncinya adalah deteksi dini. Kini,

senjata terbaik untuk mencegah kanker serviks adalah bentuk skrining yang dinamakan Pap

Smear, dan skrining ini sangat efektif. Pap smear adalah suatu pemeriksaan sitologi yang

diperkenalkan oleh Papanicolaou pada tahun 1943 untuk mengetahui adanya keganasan

(kanker) dengan mikroskop. Pemeriksaan ini mudah dikerjakan, cepat dan tidak sakit (Bustan,

2007).

Masalahnya, banyak wanita yang tidak mau menjalani pemeriksaan, dan kanker serviks ini

2

Page 3: KARSINOMA SERVIK UTERI (2).docx

biasanya justru timbul pada wanita-wanita yang tidak pernah memeriksakan diri atau tidak mau

melakukan pemeriksaan ini. 50% kasus baru kanker servik terjadi pada wanita yang

sebelumnya tidak pernah melakukan pemeriksaan pap smear. Padahal jika para wanita mau

melakukan pemeriksaan ini, maka penyakit kanker serviks suatu hari bisa saja musnah, seperti

halnya polio (Depkes RI, 2005).

Budaya dan adat ketimuran di Indonesia telah membentuk sikap dan persepsi yang jadi

penghalang bagi perempuan untuk membuka diri kepada profesional medis dan mampu

melindungi kesehatan reproduksinya. Akibatnya, kebanyakan pasien datang sudah pada

stadium lanjut, hingga sulit diobati ( Ramli, 2005).

Seringnya terjadi keterlambatan dalam pengobatan mengakibatkan banyaknya penderita

kanker serviks meninggal dunia, padahal kanker serviks dapat diobati jika belum mencapai

stadium lanjut, tentunya dengan mengetahui terlebih dahulu apakah sudah terinfeksi atau tidak

dengan menggunakan beberapa metode deteksi dini, antara

lain metode Pap Smear, IVA (Inspeksi Visual dengan Asam asetat), Thin Prep, dan Kolposkopi,

vikografi, papnet (komputerisasi) (Nugroho, 2010).

Melihat perkembangan jumlah penderita dan kematian akibat kanker serviks, diperkirakan

bahwa sekitar 10 persen wanita di dunia telah terinfeksi Human Papiloma Virus (HPV), muncul

fakta bahwa semua perempuan mempunyai resiko untuk terkena infeksi HPV. Jenis HPV

tertentu merupakan penyebab utama kanker serviks. Sementara itu, seseorang yang terkena

infeksi ini memiliki kemungkinan terkena kanker serviks hampir 20-100 kali lipat (Emilia, 2010).

Perjalanan dari infeksi HPV (Human Pappiloma Virus), tahap pra kanker hingga menjadi kanker

serviks memakan waktu 10 sampai 20 tahun. Disinilah tujuan dari deteksi dini yaitu

memutuskan perjalanan penyakit pada tahap pra kanker dan mendapatkan pengobatan

3

Page 4: KARSINOMA SERVIK UTERI (2).docx

sesegera mungkin sehingga kanker serviks diharapkan dapat sembuh sempurna (Widyastuti,

2009).

Faktor-faktor risiko terjadinya kanker serviks meliputi, hubungan seksual pada usia dini (< 20

tahun), berganti-ganti pasangan seksual, merokok, trauma kronis pada serviks uteri dan

hygiene genetalia. Lebih dari separuh penderita kanker serviks berada dalam stadium lanjut

yang memerlukan fasilitas khusus untuk pengobatan seperti peralatan radio terapi yang hanya

tersedia dibeberapa kota besar saja. Disamping mahal, pengobatan tehadap kanker stadium

lanjut memberikan hasil yang tidak memuaskan dengan harapan hidup 5 tahun yang rendah

(Ramli, 2005).

Mengingat beratnya akibat yang ditimbulkan oleh kanker serviks dipandang dari segi harapan

hidup, lamanya penderitaan, serta tingginya biaya pengobatan, sudah

sepatutnya apabila kita memberikan perhatian yang lebih besar terhadap penyakit yang sudah

terlalu banyak meminta korban itu, dan segala aspek yang berkaitan dengan penyakit tersebut

serta upaya-upaya preventif yang dapat dilakukan. (Bustan, 2007).

Setiap wanita yang telah berumur 18 tahun, atau wanita yang telah aktif secara seksual

selayaknya mulai memeriksakan pap smear. Pemeriksan ini sebaiknya dilakukan setiap tahun

walaupun tidak ada gejala kanker. Pemeriksaan dilakukan lebih dari setahun jika sudah

mencapai umur 65 tahun atau tiga pemeriksaan berturut-turut sebelumnya menunjukkan hasil

normal. Pemeriksaan lebih sering dilakukan pada wanita yang mempunyai lebih dari satu

pasangan, telah berhubungan seksual sejak remaja, mempunyai penyakit kelamin, merokok

dan ada infeksi Human Papiloma Virus ( Bustan, 2007).

Deteksi dini tidak hanya perlu dilakukan sekali seumur hidup tetapi perlu dilakukan secara

berkala setelah wanita berumur 40 tahun. Hal yang perlu diingat adalah tidak ada kata

4

Page 5: KARSINOMA SERVIK UTERI (2).docx

terlambat untuk melakukan deteksi dini terhadap kanker serviks, tetap perlu biarpun anda tidak

lagi melakukan aktifitas seksual (Yohanes, 1999).

Kendala sosial masyarakat berkaitan dengan konsep tabu. Seperti kita ketahui kanker serviks

merupakan kanker yang menyerang bagian sensitif dan tertutup perempuan. Bukan hal yang

mudah untuk mendorong perempuan membuka diri dan mengizinkan pemeriksaan dilakukan

oleh dokter atau paramedis laki-laki. Bagi masyarakat dengan pengetahuan yang cukup, maka

tidak akan menjadi masalah, tapi bagaimana dengan masyarakat pedesaan bahkan pedalaman

yang tingkat

pengetahuannya masih kurang. Selain itu aspek kepercayaan masyarakat terhadap dokter dan

paramedis masih belum merata (Emilia, 2010).

5

Page 6: KARSINOMA SERVIK UTERI (2).docx

BAB II

KARSINOMA SERVIK UTERI

2.1 Epidemilogi

o Karsinoma Servik adalah keganasan ginekologi paling sering ditemukan

nomer III di seluruh dunia,

o Nomer 1 : karsinoma mammae

o Nomer II : karsinoma ovarium

Frekuensi bervariasi antara negara maju dan berkembang, namun: Kanker serviks

adalah urutan kedua yang paling umum di negara-negara berkembang, tapi berada

pada urutan kesepuluh yang terbanyak di negara maju. Demikian pula, kanker serviks

merupakan urutan penyakit kematian ke 2 terkait kanker pada wanita di negara-negara

berkembang, serta 10 penyebab utama di negara maju. Variasi ras di tingkat kanker

serviks per 100.000 wanita di Amerika Serikat, menurut Surveillance Epidemiology and

End Results (SIER) Data dari tahun 2005-2009, adalah sebagai berikut:

Hispanik - 11.8

African American - 9,8

American Indian / Alaska Native - 8.1

White - 8.0

Asia / Kepulauan Pasifik - 7.2

6

Page 7: KARSINOMA SERVIK UTERI (2).docx

Berdasarkan hasil survey kesehatan oleh Word Health Organitation (WHO), (2010)

dilaporkan kejadian kanker serviks sebesar 500.000 kasus Baru di Dunia. Kejadian

kanker servik di Indonesia, dilaporkan sebesar 20-24 kasus kanker serviks baru setiap

harinya. Kejadian kanker servik di Bali di laporkan telah menyerang sebesar 553.000

wanita usia subur pada tahun 2010 atau 43/100.000 penduduk WUS. Berdasarkan

AOGIN (2010) Angka ini mengalami peningkatan sebesar 0,89% sejak tahun 2008

2.2 Etiologi dan Faktor Resiko

Etiologi karsinoma serviks sampai saat ini masih belum diketahui secara pasti, tetapi

faktor-faktor predisposisi keganasan ini telah banyak dikenal adalah sebagai berikut:

Data epidemologi yang tersusun selama akhir abad ini menyingkap kemungkinan

adanya hubungan yang kuat antara neoplasia intraepitelial serviks (NIS) dan

karsinoma serviks uteri dengan infeksi virus human papiloma. Virus human

papiloma adalah DNA virus yang menimbulkan proliferasi pada permukaan

epidermal dan mukosa. Infeksi virus ini sering terdapat pada wanita yang aktif

secara seksual. Dari beberapa pemeriksaan laboratorium terbukti bahwa lebih

dari 90% kondiloma serviks, semua neoplasma intraepitelial serviks dan

karsinoma serviks mengandung DNA virus human papiloma. Virus human

papiloma tipe 6, 11, 42, 43 dan 44 jarang ditemukan pada neoplasma,

sedangkan tipe 16, 18, 31, 33, 35, 45, 51, 52, 56 dan 58 sering ditemukan pada

kanker dan prakanker.Virus tipe 16 ditemukan pada sekitar 50% kasus lesi

intraepitelial skuamosa derajat berat dan karsinomaserviks . DNA virus human

7

Page 8: KARSINOMA SERVIK UTERI (2).docx

papiloma dapat berintegrasi dengan genom sel serviks sehingga memungkinkan

terjadinya mutasi . Bila terjadi pada gen p53, yaitu suatu gen untuk menekan

proses pertumbuhan neoplasma, maka fungsinya menjadi terganggu .

Jenis dan durasi infeksi virus, dengan tipe HPV risiko tinggi dan infeksi persisten

memprediksi risiko lebih tinggi untuk perkembangan, tipe HPV risiko rendah tidak

menyebabkan kanker serviks

Kondisi host (misalnya, status gizi buruk, immunocompromise, dan infeksi HIV) 

Faktor-faktor lingkungan (misalnya, merokok dan kekurangan vitamin)Kurangnya

akses ke skrining sitologi rutin

Selain itu, berbagai faktor ginekologi secara signifikan meningkatkan risiko

infeksi HPV. Ini termasuk usia dini hubungan seksual pertama dan jumlah yang

lebih tinggi dari pasangan seksual.

Meskipun penggunaan kontrasepsi oral selama 5 tahun atau lebih telah dikaitkan

dengan peningkatan risiko kanker serviks, risiko meningkat mungkin

mencerminkan risiko yang lebih tinggi untuk infeksi HPV pada wanita yang aktif

secara seksual. Namun, interaksi langsung yang mungkin antara kontrasepsi

oral dan infeksi HPV belum diketahui.

Perubahan genetik dalam beberapa kelas gen telah dikaitkan dengan kanker

serviks. Tumor necrosis factor (TNF) yang terlibat dalam memulai komitmen sel

untuk apoptosis, dan gen TNFa-8, TNFa-572, TNFa-857, TNFa-863, dan TNF G-

308A telah dikaitkan dengan insiden yang lebih tinggi kanker serviks [15, 16, 17,

18] Polimorfisme pada gen lain yang terlibat dalam apoptosis dan perbaikan gen,

8

Page 9: KARSINOMA SERVIK UTERI (2).docx

TP53., telah dikaitkan dengan peningkatan tingkat infeksi HPV maju untuk

kanker serviks.

Antigen (HLA) gen leukosit manusia yang terlibat dalam berbagai cara. Beberapa

anomali gen HLA yang dikaitkan dengan peningkatan risiko infeksi HPV

berkembang menjadi kanker, orang lain dengan efek perlindungan kemokin

reseptor-2 (CCR2) gen pada kromosom 3p21 . dan gen pada kromosom 10q24.1

Fas [25, 30] juga dapat mempengaruhi kerentanan genetik untuk kanker serviks,

mungkin dengan mengganggu respon kekebalan terhadap HPV. The CASP8

gen (juga dikenal sebagai FLICE atau MCH5) memiliki polimorfisme di wilayah

promotor yang telah dikaitkan dengan penurunan risiko kanker serviks.

Modifikasi epigenetik juga mungkin terlibat dalam kanker serviks. Metilasi adalah

yang terbaik dipahami dan mungkin mekanisme yang paling umum dari

pemodelan DNA epigenetik pada kanker. Pola metilasi DNA menyimpang telah

dikaitkan dengan perkembangan kanker serviks dan mungkin merupakan

pelabuhan petunjuk penting untuk mengembangkan pengobatan Human

papillomavirus.

Faktor etiologi lain adalah spermatozoa. Sel epidermoid metaplastik dapat

memfagosit sisa-sisa sperma dan menghubungkannya dengan inti sel.

Permukaan sel stroma dan subepitel terdiri dari jalinan DNA yang berhubungan

dengan inti sel (nukleus) sehingga dapat mengotrol sintesis protein. DNA

permukaan ini dipengaruhi oleh protein dasar yang terdapat pada kepala sprema

dan permukaan virus. Protein dasar ini terutama adalah arginin, protamin, dan

9

Page 10: KARSINOMA SERVIK UTERI (2).docx

histon .Karsinoma epidermoid serviks uteri merupakan tingkat akhir dari NIS,

berkembang dari displasia ke karsinoma in situ dan karsinoma invasif.

Infeksi virus Epstein-Barr ditemukan juga pada bilasan serviks, dan karena

positive ratenya tinggi pada karsinoma serviks, virus ini diper kirakan juga

berperan pada genesis karsinoma serviks

Dengan demikian faktor risiko karsinoma serviks adalah segala sesuatu yang

berhubungan dengan inisiasi transformasi atipik serviks (abnormal)yang terletak di

antara sambungan skuamokolumnar serviks yang asli dan yang baru terbentuk

akibat metaplasia sel kolumner menjadi skuamosa. Faktor tersebut terutama

berhubungan dengan riwayat melakukan hubungan seksual pada usia muda, sering

berganti pasangan, penyakit menular seksual (seperti klamidia trakomatis,

trikomonas vaginalis, cytomegalovirus, neiseria gonore dan triponema palidum),

kontrasepsi, paritas, kebiasaan merokok, sosioekonomi rendah danriwayat pernah

menderita displasia skuamosa serviks, vagina dan vulva.

2.3 Gejala

Karsinoma servik invasif umumnya menyebabkan keluhan :

Perdarahan pasca sanggama

Perdarahan intermenstrual

Perdarahan pasca menopause

10

Page 11: KARSINOMA SERVIK UTERI (2).docx

Pada kasus yang lanjut :

Fluor albus persisten yang sangat berbau dan kadang berdarah.

Nyeri panggul

Edema tungkai

Gangguan miksi

2.4 Temuan fisik

Umumnya keadaan umum baik

Pada penyakit lanjut :

o Penurunan berat badan berlebihan.

o Pembesaran kelenjar inguinal / supraklavikula.

o Edema tungkai

o Asites

o Efusi pleura

o Hepatomegali

Pemeriksaan panggul pada stadium awal : servik terlihat normal terutama bila

yang terjadi adalah lesi endoservikal

Inspeksi pada stadium lanjut : ditemukan lesi dalam berbagai bentuk :

o Ulseratif

o Eksofitik

o Granular

o Nekrotik

Servik rapuh dan mudah berdarah saat pemeriksaan

11

Page 12: KARSINOMA SERVIK UTERI (2).docx

Pemeriksaan rectovaginal berguna untuk menentukan penyebaran ke arah

parametrium dan ligamentum sacrouterina.

Gejala karsinoma Servik menjadi jelas saat terlihat lesi servik yang berukuran sedang

dan terlihat seperti bentukan “ caulliflower “

2.5 Diagnosa Banding Lesi Serviks

1. Eversi

2. Polip

3. Endoservisitis papiler / papiloma

4. (Tuberkulosis)

5. ( Chancre)

6. (granuloma inguinale)

 

2.7 Jenis Karsinoma Serviks Uteri

1.  Karsinoma Sel Skuamosa

o 80% dari semua jenis karsinoma servik

o Terdiri dari 3 jenis

Keratinizing

Non-keratinizing

Small cell carcinoma

2. Adenokarsinoma

12

Page 13: KARSINOMA SERVIK UTERI (2).docx

o 10 – 20% dari semua jenis karsinoma servik.

o Berasal dari sel silindris yang melapisi kanalis endoservikalis dan kelenjar.

o Diagnosa dini sangat sulit dimana hasil Pap Smear menunjukkan 80%

“false negative”.

3. Karsinoma Metastatik akibat penyebaran langsung dari rektum-intra abdominal-

endometrium.

 

2.6 Pola Penyebaran (Metastase)

Invasi langsung pada stroma servik – corpus Uteri – vagina dan parametrium.

Limfogenik

Lnn Pelvik ke Lnn Paraaorta.

Hematogenik:

o Paru.

o Hepar.

o Tulang.

 

2.8 Pemeriksaan Prabedah – Staging Klinik

Metode staging klinik FIGO dibuat dari hasil :

1. Pemeriksaan panggul dan rektal.

2. Pemeriksaan foto thorax.

3. Pemeriksaan fungsi hepar.

13

Page 14: KARSINOMA SERVIK UTERI (2).docx

4. Evaluasi traktus urogenitalis .

5. Evaluasi pembesaran atau abnormalitas kelenjar limfe.

2.9 Terapi Karsinona Serviks invasif

1. Operasi radikal – histerektomi radikal + limfadenektomi

2. Terapi Radiasi

Karsinoma Serviks dalam Kehamilan

Permasalahan

1. Pemeriksaan diagnostik selama kehamilan.

2. Pemeriksaan diagnostik dalam waktu 12 bulan pasca persalinan.

Angka Kejadian : 1 : 2200 kehamilan

GEJALA = pasien tidak hamil.

Diagnosa Banding :

Abortus iminen.

Plasenta previa.

 

Diagnosis

Kehamilan cenderung untuk merubah gambaran CIN pada pemeriksaan kolposkopi

sehingga cenderung terjadi OVER DIAGNOSA.

Selama kehamilan jangan dikerjakan ECC karena dapat menyebabkan terjadinya

14

Page 15: KARSINOMA SERVIK UTERI (2).docx

ketuban pecah dini.

“Cone Biopsy” sebaiknya dikerjakan pada kehamilan trimester II untuk menghindari

kemungkinan abortus bila dikerjakan pada trimester I ; bila dikerjakan pada trimester III

dikhawatirkan dapat menyebabkan persalinan prematur atau perdarahan hebat.

 

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan CIN III saat kehamilan : konservatif dimana

o Kehamilan dianjutkan sampai aterm

o Persalinan per vaginam

o Terapi definitif diberikan 6 – 8 minggu pasca persalinan

Karsinoma mikroinvasif (hasil diagnosa “cone biopsy”) selama kehamilan ð

konservatif

o Kehamilan dilanjutkan sampai aterm

o Kolposkopi : kehamilan 28 minggu

o Aterm : “caesarean hysterectomy”

Karsinoma Invasif selama kehamilan memerlukan terapi yang bersifat darurat.

o Bila ditemukan setelah kehamilan 22 – 24 minggu, bila pasien setuju

maka kehamilan dapat dilanjutkan sampai kehamilan 32 minggu

o Bila ditemukan pada kehamilan yang lebih dini maka terapi adalah :

histerotomi + histerektomi radikal

15

Page 16: KARSINOMA SERVIK UTERI (2).docx

Bila diputuskan untuk menunggu sampai janin viabel maka perlu melakukan

pemantauan janin dengan ultrasonografi dan melakukan tes pematangan paru

(rasio lesitin: sfingomielin ) sebelum mengakhiri kehamilan.

2.10 Prognosis

Prognosis kanker serviks adalah buruk. Prognosis yang buruk tersebut dihubungkan dengan 85-

90 % kanker serviks terdiagnosis pada stadium invasif, stadium lanjut, bahkan stadium terminal

(Suwiyoga, 2000; Nugroho, 2000). Selama ini, beberapa cara dipakai menentukan faktor

prognosis adalah berdasarkan klinis dan histopatologis seperti keadaan umum, stadium, besar

tumor primer, jenis sel, derajat diferensiasi Broders. Prognosis kanker serviks tergantung dari

stadium penyakit. Umumnya, 5-years survival rate untuk stadium I lebihdari 90%, untuk

stadium II 60-80%, stadium III kira - kira 50%, dan untuk stadium IV kurang dari 30%

(Geene,1998; Kenneth, 2000).

1. Stadium 0100 % penderita dalam stadium ini akan sembuh.

2. Stadium 1

Kanker serviks stadium I sering dibagi menjadi IA dan IB. Dari semua

wanita yang terdiagnosis pada stadium IA memiliki 5-years survival rate

sebesar 95%. Untuk stadium IB 5-years survival rate sebesar 70 sampai

90%. Ini tidak termasuk wanita dengan kanker pada limfonodi mereka.

3. Stadium 2

16

Page 17: KARSINOMA SERVIK UTERI (2).docx

Kanker serviks stadium 2 dibagi menjadi 2, 2A dan 2B. Dari semua wanita

yang terdiagnosis pada stadium 2A memiliki 5-years survival rate sebesar

70-90%. Untuk stadium 2B 5-years survival rate sebesar 60 sampai 65%.

4. Stadium 3Pada stadium ini 5-years survival rate-nya sebesar 30-50%.

5. Stadium 4Pada stadium ini 5-years survival rate-nya sebesar 20-30%.

6. Stadium 5Pada stadium ini 5-years survival rate-nya sebesar 5-10%.

17

Page 18: KARSINOMA SERVIK UTERI (2).docx

BAB III

Kesimpulan

Kanker leher rahim atau disebut juga kanker serviks adalah sejenis kanker

yang 99,7% disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) onkogenik, yang

menyerang leher rahim. Kanker ini dapat hadir dengan pendarahan vagina, tetapi

gejala kanker ini tidak terlihat sampai kanker memasuki stadium yang lebih jauh,

yang membuat kanker leher rahim fokus pengamatan menggunakan Pap smear.

Di negara berkembang, penggunaan secara luas program pengamatan leher

rahim mengurangi insiden kanker leher rahim yang invasif sebesar 50% atau

lebih. Kebanyakan penelitian menemukan bahwa infeksi human papillomavirus

(HPV) bertanggung jawab untuk semua kasus kanker leher rahim. [2][3]

Perawatan termasuk operasi pada stadium awal, dan kemoterapi dan/atau

radioterapi pada stadium akhir penyakit.

18