Jurnal Reading

28
DIGGIVIO INDRIANTO 1210221052 Pembimbing : dr primartono sp.THT

description

GS

Transcript of Jurnal Reading

  • DIGGIVIO INDRIANTO1210221052

    Pembimbing : dr primartono sp.THT

  • BPPVVertigo berasal dari bahasa Latin VERTERE yang artinya memutar merujuk pada sensasi berputarBPPV Definisi: vertigo transien yang disebabkan oleh perubahan yang cepat dalam posisi kepala nistagmus posisional paroksismal Nystagmus mungkin torsional, vertikal atau horizontal. Ditandai dengan latensi, crescendo, transience, reversibilitas, dan kelelahan Insiden: entitas klinis yang paling umum ditemui dalam klinik Neurotology secara rawat jalanDEFINISI

  • EtiologiVestibular lithiasis dari merosotnya / degenerasi otoliths makula utricular dalam setengah lingkaran kanal / SCC (canalolithiasis) atau menimpa pada cupula (cupulolithiasis).Sebagian posterior SCC, diikuti oleh horisontal SCC (5-30%) Predisposisi: kebanyakan spontan.Tapi mungkin menjadi sekunder untuk trauma kepala,neurolabyrinthitis virus, penyakit Meniere, iskemia vertebralis-basilar, operasi, tirah baring lama.

  • Penyakit MeniereDefinisi: keadaan umum vestibular charcterized oleh episode vertigo, gangguan pendengaran berfluktuasi, tinnitus, kepenuhan telinga Dapat dianggap sebagai salah satu penyebab vertigo persisten pada pasien dengan BPPV.

  • Tujuan PenelitianMempelajari demografi, patogenesis, dan fitur klinis benign paroxysmal positional vertigo (BPPV) berhubungan dengan penyakit Meniere.

  • METHODSComplete otolaryngological, audiological, and neurotologic evaluation (including pure tone audiometry, acoustic immitance measurement, auditory brain stem testing ocassionally, nystagmography)345 pts, have undergone Dix-Hallpike and the supine roll test29 pts233 pts

  • MetodeSelama 5 tahun terakhir, 345 pasien yang diperiksa di unit departemen Neurotologi kami mendapatkan diagnosa BPPV. Di antara mereka, 29 pasien sebelumnya telah memiliki diagnosis penyakit Meniere. Catatan klinis pasien ini kemudian dikaji secara retrospektif. Usia pasien pada diagnosis awal BPPV, jenis kelamin, dan durasi gejala dicatat.

  • Untuk mengevaluasi tingkat keparahan gejala vertigo, kami menggunakan skala berikut: 1.Sedikit vertigo dalam posisi memprovokasi tanpa otonom gejala,2 - vertigo berat dengan mual3 - vertigo berat dengan mual, muntah, atau hipotensi.

  • Pasien dengan tanda klinis, laboratorium, atau dengan gambaran radiologis menunjukkan adanya gangguan dari sistem saraf pusat di eksklusikan dalam penelitian ini. Pasien dengan BPPV idiopatik yang diperiksa dan diobati selama periode yang sama digunakan sebagai kelompok kontrol.

  • Pada semua pasien, evaluasi lengkap otolaringologikal, audiologi, dan neurotologis telah dilakukan, termasuk Audiometri nada murni, pengukuran imitansi akustik, serta terkadang tes respon pendengaran batang otak. Gerakan mata yang dicatat oleh elektronistagmografi dengan menggunakan protokol standar tes stimulasi visual dan vestibular.

  • Semua 345 pasien menjalani manuver Dix-Hallpike dan uji supine roll. Manuver Dix Hallpike dianggap positif jika pada saat vertigo dari posterior (atau anterior) BPPV SCC diprovokasi, disertai dengan adanya letupan nistagmus torsional-vertikal dua komponen dengan karakteristik khas latensi, kresendo, dan transien. Uji supine roll dianggap positif untuk BPPV SCC horizontal yaitu ketika vertigo yang berat diprovokasi, disertai nistagmus paroksismal dengan geotropik horisontal (kanalolitiasis)

  • ResultKami menemukan 29 pasien dengan penyakit Meniere terkait dengan BPPV, menunjukkan prevalensi 8,4% dari temuan klinis pada pasien dengan BPPV. Gambaran demografi dan gambaran klinis pasien ditunjukkan pada Tabel 1.

  • Dari 316 pasien BPPV yang tersisa, 83 pasien diantaranya (24,0%) memiliki BPPV sekunder karena faktor patogenetik lain yang mungkin terjadi. Faktor etiologi termasuk penyakit kokleovestibular, seperti neuritis vestibular atau otitis media kronik (31 pasien, 8,9%), trauma kepala (33 pasien, 9,6%), dan penyebab lainnya, seperti operasi atau akibat tirah baring yang lama (19 pasien; 5,5% ).

  • Sebanyak 27 pasien ( 93,1 % ) dengan BPPV terkait penyakit Meniere adalah perempuan (usia rata-rata 56.0 9.8 tahun; jangka usia diantara 37-74 tahun ), dan 2 ( 6,9 % ) adalah laki-laki (berusia 53-56 tahun). Rata-rata dari waktu gejala BPPV adalah 7,3 bulan (antara 1-36 bulan ).

  • Evaluasi Audiologi dari pasien dengan penyakit Meniere yang dihubungankan dengan BPPV membuktikan bahwa 26 orang dari mereka ( 89,7%) berada dalam tahap 2 atau 3 tingkatan penyakit menurut klasifikasi AAO-HNS, dengan kehilangan pendengaran bervariasi antara 26 dan 70 dB. Hanya 3 pasien (10,3%) dari kelompok ini yang berada di tahap awal penyakit, yang menunjukan kehilangan pendengaran yang benar-benar reversibel.

  • Pada kebanyakan pasien ( 86,2 % ), vertigonya adalah intens, dengan disertai mual ( derajat 2 ). Perbedaan signifikan secara statistik pada kelompok studi dibandingkan dengan kelompok idiopatik BPPV ditemukan pada variabel berikut : jenis kelamin ( kebanyakan perempuan), lama gejala ( lebih lama ), dan keterlibatan SCC ( keterlibatan SCC horizontal yang lebih banyak dan tidak adanya keterlibatan dari beberapa kanal atau SCC anterior ).

  • PembahasanPenulis menemukan 29 pasien dengan penyakit Meniere dalam 345 pasien dengan BPPV (8,4%). Proporsi lebih dari pasien penyakit meniere dan BPPV terkait dapat dijelaskan dengan tingkat kewaspadaan BPPV yang meningkat dalam decade terakhir seiring berkembangnya prosedur reposisi kanalit sehingga manuver Dix-Hallpike dan tes supine roll akan lebih sering diujikan terhadap pasien yang terdiagnosa penyakit Meniere.

  • Dalam studi terkini maupun studi lampau, faktanya adalah pasien yang mengidap BPPV pada telinga yang sama dengan penyakit Meniere yang dideritanya menunjukkan adanya hubungan kausatif antara kedua penyakit tersebut. Hipotesisnya adalah hidrops endolimfa dapat menyebabkan kerusakan pada utrikulus dan sakulus, entah oleh karena gangguan suplai darah atau karena penempelan otokonia ke dalam endolimfa.

  • Manzari menambahkan bahwa BPPV tidak hanya diprovokasi oleh perubahan pada cairan endolimfa, namun dapat disebabkan oleh perubahan secara structural pada aquaduktus vestibuler. Penyakit Meniere dalam jangka panjang dapat meningkatkan kejadian pelepasan otokonia akibat fibrosis makular. Oleh karena itu, insiden terjadinya BPPV pada pasien dengan penyakit meniere sudah harus mulai diwaspadai

  • KesimpulanPasien dengan BPPV terkait penyakit Meniere dibedakan dengan BPPV idiopatik dengan fitur-fitur berikut: 1) persentase yang lebih tinggi pada perempuan2) durasi gejala-gejalanya yang lebih lama3) tingginya angka keterlibatan SCC horizontal4) kemungkinan paresis kanal yang lebih besar5) tingkat keberhasilan terapi yang rendah dan tingginya angka rekurensi

  • Penemuan diatas dapat mengimplikasikan bahwa BPPV yang terkait dengan penyakit meniere dibedakan dengan BPPV idiopatik dalam hal demografik dan fitur klinis, dapat memiliki perjalanan penyakit yang berbeda, dan kurang berespon secara efektif terhadap terapi.

  • VERTIGOSISTEM KESEIMBANGAN

  • VERTIGOPerbedaan Klinis Vertigo Vestibular dan Non Vestibular

    Vertigo VastibulerVertigo Non-vastibulerSifat vertigoRasa berputar(True vertigo) Rasa melayang, sempoyonganSifat seranganEpisodikKontinyuMual muntah+-Gangguan pendengaran+/--Gerakan pencetusGerakan kepalaGerakan obyek visual

    Situasi pencetus-Ramai orang, lalu lintas macet, sibuk, pasar swalayan

    Letak lesiSistem VastibularSistem visual, somatosensorik (propioseptif)

  • VERTIGOPerbedaan Klinis Vertigo Vestibular Perifer dan Sentral

    Vertigo VastibulerPeriferVertigo Vastibuler SentralBangkitan vertigoMendadakRasa melayang, sempoyonganIntensitasBeratRinganPengaruh gerakan kepala+-Gerakan otonom+++/-Gangguan pendengaran+-

    Tanda fokal otak-+

  • VERTIGOVertigo Berdasarkan Gejala KlinisVertigo Paroksimal : Serangan mendadak, beberapa menit atau hari, hilang sempurna, bisa muncul kembali, diantara serangan bebas sama sekaliVertigo jenis ini antara lain: 1.Vertigo dengan keluhan telinga. Sindroma Meniere, tumor fossa kranii posterior, kelainan gigi/odontogen.2. Vertigo tanpa keluhan telinga. Epilepsi, lesi lambung, vertigo pada anak (vertigo de L enfance), labirin picu (Trigger Labyrinthyh). 3.Perubahan posisi.Vertigo posisional paroksismal yang latenVertigo posisional paroksismal benigna

  • VERTIGOVertigo Berdasarkan Gejala KlinisVertigo Kronis : Menetap lama, konstan tidak ada serangan akut.1. Disertai keluhan telinga : Otitis Media Kronika, Meningitis TBC.Tanpa keluhan telinga : Kontusio serebri, Ensefalitis pontis, Sklerosis multiple.Dipengaruhi posisi : Hipotensi orthostatik, Vertigo servikalis.

    Vertigo Akut : Berangsur-angsur berkurang, tidak bebas total.1.Dengan keluhan telinga : Trauma labirin, Herpes Zoster Otikus, Labirinitis akuta, Perdarahan labirin, Neuritis N. VIII, Cedera a. auditiva interna, a. vestibulokohlearis. 2.Tanpa keluhan telinga : Neuronitis vestibularis