Jump 3 Dan Jump 7 Tutorial Skenario 2 Blok Kulit

31
LAPORAN TUTORIAL BLOK KULIT SKENARIO II BERCAK MERAH DI PIPI KELOMPOK VII AMAZIA AURORA KUSUMA G 0013023 ARUMDESSYRAHMASARI G 0013041 CHOIROTUN HISAN G 0013063 FARIZCA NOVANTIA W G 0013093 LUKLUK AL ULYA G 0013141 MUH FARIZA AUDI P G 0013157 MUHAMMAD TAUFIQ HIDAYAT G 0013163 NAILA IZZATUS S G 0013169 PETERDARMAATMAJASETIABUDI G 0013187 QONI’ATUNNISA NUZULUL FALAKHI G 0013191 VICTORIA HUSADANI PERMATA S G 0013229 YOSA ANGGA OKTAMA G 0013239 TUTOR :

description

blok kulit

Transcript of Jump 3 Dan Jump 7 Tutorial Skenario 2 Blok Kulit

Page 1: Jump 3 Dan Jump 7 Tutorial Skenario 2 Blok Kulit

LAPORAN TUTORIAL

BLOK KULIT SKENARIO II

BERCAK MERAH DI PIPI

KELOMPOK VII

AMAZIA AURORA KUSUMA G 0013023

ARUMDESSYRAHMASARI G 0013041

CHOIROTUN HISAN G 0013063

FARIZCA NOVANTIA W G 0013093

LUKLUK AL ULYA G 0013141

MUH FARIZA AUDI P G 0013157

MUHAMMAD TAUFIQ HIDAYAT G 0013163

NAILA IZZATUS S G 0013169

PETERDARMAATMAJASETIABUDI G 0013187

QONI’ATUNNISA NUZULUL FALAKHI G 0013191

VICTORIA HUSADANI PERMATA S G 0013229

YOSA ANGGA OKTAMA G 0013239

TUTOR :

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

TAHUN 2015

Page 2: Jump 3 Dan Jump 7 Tutorial Skenario 2 Blok Kulit

BAB I

PENDAHULUAN

SKENARIO 3

BERCAK MERAH DI PIPI

Seorang bayi perempuan berusia satu tahun datang berobat diantar oleh

ibunya ke poliklinik kulit dengan keluhan bercak merah pada wajah. Berdasarkan

aloanamnesia, keluhan itu mulai diperhatikan oleh ibunya sejak dua minggu yang

lalu,. Bercak kemerahan muncul di pipi kanan dan kiri disertai sisik halus. Penyakit

ini sering kambuh. Anggota keluarga lainnya belum pernah menderita keluhan

seperti ini, tetapi kakaknya menderita asma yang berat dan sering dirawat di rumah

sakit. Sejak muncul bercak tersebut si anak sering rewel dan suka mengusap

pipinya dengan tangannya.

Pada pemeriksaan fisik dijumpai bercak eritem dengan skuama halus pada

pipi kanan dan kiri. Oleh dokter kemudian diberikan obat berupa krim yang

dioleskan dua kali per hari.

Page 3: Jump 3 Dan Jump 7 Tutorial Skenario 2 Blok Kulit

BAB II

DISKUSI DAN TINJAUAN PUSTAKA

A. Langkah I: Membaca skenario dan memahami pengertian beberapa

istilahdalam skenario

Dalam skenario pertama ini kami mengklarifikasi beberapa istilah sebagai

berikut:

1. Skuama halus: merupakan lesi kulit sekunder berupa deskuamasi, pelepasan

lapisan tanduk atau epitel yang sudah mati berwarna keperakan atau putih

dapat memiliki tekstur halus maupun kasar, sesuai penyakit penderita.

2. Bercak eritem : efloresensi primer berupa perubahan warna kulit tanpa perubahan bentuk berwarna merah.  Kemerahan pada kulit yang disebabkan pelebaran pembuluh kapiler yang reversible

3. Krim: Pengobatan topikal yang meurpakan campuran bahan air, minyak, dan

emulgator. Biasa dipakai pada kulit yang berambut, kontraindikasi pad alesi

yang basah.

4. Plica aryepiglottica: lipatan yang disokong oleh cartilago cuneiformis yaitu

dua cartilago kecil berbentuk batang yang terletak sedemikian rupa sehingga

masing-masing terdapat di dalan satu plica aryepiglottica, bertempat di

cartilago corniculata.

B.Langkah II: Menentukan/ mendefinisikan permasalahan

Permasalahan pada skenario pertama antara lain:

1. Mengapa timbul :

a. Bercak

b. Gatal

c. Sisik halus

d. Bilateral

e. Predileksi lokasi di pipi

2. Apa hubungan keluhan yang timbul dengan :

Page 4: Jump 3 Dan Jump 7 Tutorial Skenario 2 Blok Kulit

a. Faktor usia

b. Faktor risiko

c. Faktor predisposisi

d. Faktor pemicu

3. Mengapa keluhan sering kambuh ?

4. Apa pengaruh hubungan keluarga, dimana kakak menderita asma berat ?

5. Mengapa penderita rewel dan mengusap pipi ?

6. Apa pemeriksaan dan pemeriksaan penunjang yang disarankan ?

7. Mengapa dokter memberikan krim 2 kali per hari ?

8. Apa diagnosis banding kasus berdasarkan :

a. Bercak eritem

b. Skuama halus

c. Gatal

9. Bagaiaman perjalanan penyakit atopik ?

10. Apa diagnosis kerja kasus dan bagaimana patofisiologinya ?

11. Apa terapi, edukasi, komplikasi dan prognosis diagnosis kerja kasus ?

C. Langkah III: Menganalisis permasalahan dan membuat pertanyaan

sementara mengenai permasalahan (tersebut dalam langkah II)

1. Patofisiologi bercak

2. Hubungan keluhan dan usia

3. Faktor predisposisi kasus

4. Faktor pemicu kasus

5. Patofisiologi keluhan sering kambuh

Page 5: Jump 3 Dan Jump 7 Tutorial Skenario 2 Blok Kulit

6. Penderita rewel dan sering mengusap pipi

Bayi rewel disebabkan rasa kurang nyaman karena timbul penyakit kulit dan

sering mengusap pipi karena kemungkinan bayi merasakan gatal di pipi.

7. Diagnosis banding kasus

a. Bercak eritem

i. Dermatitis Atopi

keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai gatal, yang

umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak, sering

berhubungan dengan peningkatan kadar IgE serum dan riwayat

atopi pada keluarga atau penderita.

D.A. cenderung diturunkan. Bila salah satu orang tua menderita

atopi, lebih dari separuh jumlah anak akan mengalami gejala

alergi sampai usia 2 tahun, dan meningkat menjadi 79% jika

kedua orang tua menderita atopi.

Berbagai faktor berpengaruh terhadap patogenesis DA, misalnya

faktor genetik, lingkungan, sawar kulit, farmakologik dan

imunologik. Namun konsep dasar patogenesis DA adalah

mekanisme imunologik, dibuktikan oleh peningkatan kadar IgE

dan eosinofil.

Terdapat 4 kelas gen yang mempengaruhi penyakit atopi

(Sularsito dan Djuanda, 2007):

- Kelas I : gen predisposisi untuk atopi dan respon

umum IgE.

- Kelas II : gen yang berpengaruh pada respon IgE

spesifik.

- Kelas III : gen yang mempengaruhi mekanisme non-

inflamasi (misalnya hiperresponsif bronchial)

- Kelas IV : gen yang mempengaruhi inflamasi yang

tidak diperantarai IgE.

Page 6: Jump 3 Dan Jump 7 Tutorial Skenario 2 Blok Kulit

Gambaran Klinis. Kulit umumnya kering, pucat, kadar lipid

epidermis berkurang, dan kehilangan air lewat epidermis

meningkat. Jari tangan teraba dingin.

DA dapat dibagi menjadi 3 fase, yaitu DA infantil (usia 2 bulan

sampai 2 tahun), DA anak (usia 2 sampai 10 tahun), dan DA

pada remaja dan dewasa (Sularsito dan Djuanda, 2007).Pada fase

bayi lesi terutama pada wajah, sehingga dikenal sebagai eksim

susu. Umumnya, lesi DA infantil eksudatif, banyak eksudat,

erosi, krusta, dan dapat mengalami infeksi. Pada tipe anak,

terutama pada daerah lipatan kulit, khususnya lipat siku dan

lutut. Lesi lebih kering, tidak begitu eksudatif, lebih banyak

papul, sedikit likenifikasi, dan skuama. DA berat yang lebih dari

50% permukaan tubuh dapat menghambat pertumbuhan.

Sedangkan pada tipe dewasa lebih sering dijumpai pada tangan,

kelopak mata dan areola mamma, berupa papul eritematosa dan

berskuama, atau plak likenifikasi yang gatal. Pada DA remaja

lokalisasi lesi di lipat siku, lutut, dan samping leher, dahi, dan

disekitar mata. Pada DA dewasa, distribusi lesi kurang

karakteristik (Ardhie, 2004; Sularsito dan Djuanda, 2007).

Diagnosis DA ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan

adanya riwayat atopic. Terdapat beberapa kriteria untuk

menegakkan diagnosis DA, misalnya kriteria Hanifin dan Rajka,

kriteria Williams, kriteria UK Working Party, SCORAD (the

scoring of atopic dermatitis) dan EASI (the eczema area and

severity index). Selama 2 dekade terakhir ini, berbagai upaya

dilakukan untuk membuat standar evaluasi DA. Idealnya, kriteria

ini harus efisien, sederhana, komprehensif, konsisten, dan

fleksibel. Selain itu juga dapat menilai efektivitas terapi yang

diberikan. Tetapi, kriteria yang sering digunakan karena relatif

praktis ialah kriteria Hanifin dan Rajka. Pada criteria ini,

Page 7: Jump 3 Dan Jump 7 Tutorial Skenario 2 Blok Kulit

diagnosis DA dietegakkan bila setidaknya dijumpai 3 kriteria

mayor dan 3 kriteria minor sebagai berikut (Ardhie, 2004):

Kriteria Mayor

1. Pruritus Dermatitis di muka atau ekstensor pada bayi dan

anak

2. Dermatitis di fleksura pada dewasa

3. Dermatitis kronis atau residif

4. Riwayat atopi pada penderita atau keluarganya

Kritera Minor

1. Xerosis

2. Infeksi kulit (S.aureus dan virus herpes simpleks)

3. Dermatitis nonspesifik pada tangan atau kaki

4. Iktiosis/hiperliniar palmaris/keratosis pilaris

5. Pitiriasis alba Dermatitis di papila mamme

6. White dermographism dan delayed blanch response

7. Keilitis Lipatan infra orbital Dennie-Morgan

8. Konjungtivitis berulang

9. Keratokonus Katarak subkapsular anterior

10. Orbita menjadi gelap

11. Muka pucat atau eritem

12. Gatal bila berkeringat

13. Intolerens terhadap wol atau pelarut lemak

14. Aksentuasi perifolikular

15. Hipersensitif terhadap makanan

16. Perjalan penyakit dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan

atau emosi

17. Tes kulit alergi tipe dadakan positif

18. Kadar IgE di dalam serum meningkat

19. Awitan pada usia dini Hetok sign

Page 8: Jump 3 Dan Jump 7 Tutorial Skenario 2 Blok Kulit

ii. Dermatitis Eritoskuamosa

Dermatitis eritroskuamosa adalah penyakit kulit yang terutama

ditandai dengan adanya eritema dan ksuama, yaitu, diantaranya

adalah:

Psoriasis: terjadi pada orang dewasa, predisposisi terjadi di kulit

kepala dan tempat lain yang banyak mengandung kelenjar

sebasea seperti perbatasan daerah tersebut dengan muka,

ekstremitas bagian ekstensor (terutama siku serta lutut) dan

daerah lumbosakral. Patognomonik: fenomena yang khas yaitu

fenomena tetesan lilin dimana bila lesi yang berbentuk skuama

dikerok maka skuama akan berubah warna menjadi putih yang

disebabkan oleh karena perubahan indeks bias. Auspitz sign

ialah bila skuama yang berlapis-lapis dikerok akan timbul bintik-

bintik pendarahan yang disebabkan papilomatosis yaitu papilla

dermis yang memanjang tetapi bila kerokan tersebut diteruskan

maka akan tampak pendarahan yang merata. Fenomena kobner

ialah bila kulit penderita psoriasis terkena trauma misalnya

garukan maka akan muncul kelainan yang sama dengan kelainan

psoriasis.

Psoriasis plak merupakan jenis yang paling umum diderita

dimana gejala yang timbul adalah eritema dan plak keperakan

bersisik (terutama pada sendi). Jika plak ini digosok, kulit di

sekitar dapat berdarah karena pembuluh di daerah lesi biasa

terdilatasi (sehingga gejala eritema tersebut muncul).

Psoriasis guttate umumnya terjadi pada anak-anak setelah

infeksi Streptococcus. Lesi yang berbentuk kecil, tetapi tersebar

seperti benjolan kemerahan. Gejala yang dominan adalah

eritema, biasanya jarang disertai plak.

Page 9: Jump 3 Dan Jump 7 Tutorial Skenario 2 Blok Kulit

Psoriasis inversus/seborrhoeic biasanya terjadi di kepala dan

bagian tubuh yang terlipat seperti ketiak dan siku. Gejala yang

paling utama adalah retakan merah di bagian kulit yg terlipat.

Pada bagian lembah retakan kulit terlihat terang atau keperakan,

tetapi pada bagian sekitar retakan kulit memerah dan disertai

penumpukan sisik dari keratin.

Psoriasis eritrodermal mempunyai gejala eritema yang terparah.

Lesi bersisik pada psoriasis jenis ini lebih jarang terjadi. Eritema

yang terjadi disebabkan karena dilatasi pembuluh darah di

jaringan dermis pada daerah lesi. Dilatasi pembuluh darah ini

menyebabkan aliran darah meningkat sehingga tubuh tidak dapat

mengendalikan panas dan dapat menyebabkan gagal jantung.

Psoriasis pustular ditandai oleh lesi bersisik yang terkadang

menjadi nanah. Vaskularisasi pembuluh darah juga sering terjadi

sehingga permeabilitas membran yang berubah mengakibatkan

cairan keluar dari sel dan cairan tersebut memenuhi jaringan

bawah kulit. Keluarnya cairan dalam jumlah besar dapat

mengakibatkan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit dalam

tubuh hingga mencapi tingkat yang tidak bisa ditolerir oleh

jantung. Psoriasis pustular ini merupakan jenis psoriasis yang

masih sulit diobati dengan terapi yg tersedia saat ini.

Parapsoriasis: tanpa adanya keluhan, tidak merasa gatal.

Ptyriasis Rocea: selalu didahului dengan lesi inisial, terjadi pada

usia 15-40 tahun. Biasanya muncul setelah timbulnya penyakit

pada saluran pernapasan atas.

iii. Dermatitis Kontak Alergi

Merupakan penyakit sistemik yang di perantarai inflamasi sel T.

Hanya terjadi pada orang tertentu yang tersensitisasi. Erupsi

terjadi 48 jam atau beberapa hari setelah kontak dengan allergen.

Gambaran berbatas tegas, sesuai tempat pajanan allergen, tetapi

Page 10: Jump 3 Dan Jump 7 Tutorial Skenario 2 Blok Kulit

dapat menyebar ke perifer, biasanya papula kecil-kecil, bisa juga

tergeneralisasi.

iv. Dermatitis Kontak Iritan

Merupakan penyakit yang terlokalisasi pada tempat yang terkena

pajanan iritan. Biasanya terjadi karena terekspos oleh bahan

fisika atau kimia yang dapat mengiritasi kulit baik akut maupun

kronis. Bisa terjadi pada semua orang. Erupsi berlangsung cepat,

hanya beberapa jam setelah kontak dengan iritan.

v. Keganasan

Systemic Lupus Erythematous: Penyakit yang menyerang

system imun. Eritem di wajah membentuk seperti kupu-kupu

(butterfly rash)

b. Skuama halus

i. Dermatitis Atopi

ii. Dermatitis Seboroik

Istilah dermatitis seboroik dipakai untuk segolongan penyakit

kulit yang didasari oleh faktor konstitusi dan bertempat

predileksi di tempat-tempat seboroik. DS berhubungan erat

dengan keaktifan glandula sebasea. Angka kejadian : bayi umur

bulan-bulan pertama, 18-40 tahun, umur tua (kadang).

iii. Psoriasis

c. Gatal

i. Dermatitis Atopi

Gejala utama DA adalah pruritus (gatal) yang hilang timbul,

umumnya lebih hebat malam hari, akibatnya penderita akan

menggaruk. Gatal disebabkan adanya peningkatan histamine.

Ditandai juga dengan Ig E Serum yang meningkat.

Page 11: Jump 3 Dan Jump 7 Tutorial Skenario 2 Blok Kulit

Hal ini dapat menimbulkan kelainan kulit berupa papul,

likenifikasi, eritema, erosi, ekskoriasi, eksudasi, dan krusta

(Sularsito dan Djuanda, 2007).

ii. Dermatitis Kontak Iritan

iii. Dermatitis Kontak Alergi

iv. Psoriasis

D. Langkah IV:Menginventarisasi permasalahan secara sistematis dan

pernyataan sementara mengenai permasalahan pada

langkah III

Keluhan

Pemeriksaananamnesisfisik

Diagnosis banding

Pemeriksaan penunjang

Diagnosis kerja : Dermatitis atopik

Berdasar kriteria mayor dan minor

Terapi

Page 12: Jump 3 Dan Jump 7 Tutorial Skenario 2 Blok Kulit

Keterangan

1. Keluhan : bercak merah pada wajah

2. Anamnesis : keluhan itu mulai diperhatikan oleh ibunya sejak dua minggu

yang lalu,. Bercak kemerahan muncul di pipi kanan dan kiri disertai sisik

halus. Penyakit ini sering kambuh. Anggota keluarga lainnya belum pernah

menderita keluhan seperti ini, tetapi kakaknya menderita asma yang berat dan

sering dirawat di rumah sakit. Sejak muncul bercak tersebut si anak sering

rewel dan suka mengusap pipinya dengan tangannya.

3. Pemeriksaan fisik : bercak eritem dengan skuama halus pada pipi kanan dan

kiri

4. Diagnosis banding : Lupus Erythromatous, Pythiriasis rosea, Parapsoriasis,

Psoriasis, Dermatitis seboroik, Dermatitis kontak, Dermatitis atopik,

Erythroderma.

5. Pemeriksaan penunjang

6. Kriteria mayor dan minor

Diagnosis DA dietegakkan bila setidaknya dijumpai 3 kriteria mayor dan 3 kriteria minor sebagai berikut (Ardhie, 2004):

Kriteria Mayor1.     Pruritus Dermatitis di muka atau ekstensor pada bayi dan anak

2.     Dermatitis di fleksura pada dewasa3.     Dermatitis kronis atau residif4.     Riwayat atopi pada penderita atau keluarganya

Kritera Minor 1.     Xerosis2.     Infeksi kulit (S.aureus dan virus herpes simpleks)3.     Dermatitis nonspesifik pada tangan atau kaki4.     Iktiosis/hiperliniar palmaris/keratosis pilaris5.     Pitiriasis alba Dermatitis di papila mamme6.     White dermographism dan delayed blanch response7.     Keilitis Lipatan infra orbital Dennie-Morgan8.     Konjungtivitis berulang9.     Keratokonus Katarak subkapsular anterior10. Orbita menjadi gelap11. Muka pucat atau eritem12. Gatal bila berkeringat13. Intolerens terhadap wol atau pelarut lemak14. Aksentuasi perifolikular

Page 13: Jump 3 Dan Jump 7 Tutorial Skenario 2 Blok Kulit

15. Hipersensitif terhadap makanan16. Perjalan penyakit dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan atau

emosi17. Tes kulit alergi tipe dadakan positif18. Kadar IgE di dalam serum meningkat19. Awitan pada usia dini Hetok sign

7. Terapi

E. Langkah V: Merumuskan tujuan pembelajaran

Tujuan pembelajaran (learning objectives) pada skenario pertamaini adalah

1. Mengapa timbul :

a. Gatal

b. Sisik halus

c. Bilateral

d. Predileksi lokasi di pipi

2. Apa hubungan keluhan yang timbul dengan :

a. Faktor risiko

3. Apa pengaruh hubungan keluarga, dimana kakak menderita asma berat ?

4. Apa pemeriksaan dan pemeriksaan penunjang yang disarankan ?

5. Mengapa dokter memberikan krim 2 kali per hari ?

6. Bagaiaman perjalanan penyakit atopik ?

7. Apa diagnosis kerja kasus dan bagaimana patofisiologinya ?

8. Apa terapi, edukasi, komplikasi dan prognosis diagnosis kerja kasus ?

F. Langkah VI: Mengumpulkan informasi baru

Masing-masing anggota kelompok kami telah mencari sumber – sumber

ilmiah dari beberapa buku referensi maupun akses internet yang sesuai dengan

topik diskusi tutorial ini secara mandiri untuk disampaikan dalam pertemuan

berikutnya.

Page 14: Jump 3 Dan Jump 7 Tutorial Skenario 2 Blok Kulit

G. Langkah VII: Melaporkan, membahas, dan menata kembali informasi baru

yangdiperoleh

1. Mengapa timbul:

a. Gatal

Gatal adalah suatu persepsi akibat terangsangnya serabut mekanoreseptor.

Impuls berawal dari rangsangan permukaan ringan, misalnya pada

rambatan kutu, bahan iritan, gigitan serangga. Sensasi gatal biasanya

diikuti dengan refleks menggaruk yang bertujuan untuk memberi sensasi

nyeri yang cukup sehingga sinyal gatal pada medula spinalis dapat

ditekan. Penyebab gatal sangat beragam, antara lain : Reaksi alergi

(hipersensitivitas tipe 1), pembentukan sistem komplemen, inflamasi,

paparan fisik, stress, autoimun,penyakit sistemik, keganasan, bahan iritan,

serta obat – obatan.

Masing-masing faktor penyebab mempunyai jalur patomekanisme yang

berbeda, namun pada akhirnya semua mekanisme akan berhubungan

dengan pengeluaran histamin sebagai mediator inflamasi yang

menyebabkan pruritus atau gatal. Histamin dibentuk oleh sel mast jaringan

dan basofil. Pelepasannya dirangsang oleh kompleks antigen-antibodi

(IgE), alergi tipe I, pengaktifan komplemen (C3a, C5a), luka bakar,

inflamasi, dan beberapa obat. Histamin melalui reseptor H1 dan

peningkatan konsentrasi Ca2+ seluler di endotel akan menyebabkan endotel

melepaskan NO, yang merupakan dilator arteri dan vena. Melalui reseptor

H2 histamin juga menyebabkan pelebaran pembuluh darah kecil yang tidak

tergantung dengan NO. Histamin meningkatkan permeabilitas protein di

kapiler. Jadi, protein plasma difiltrasi dibawah pengaruh histamin, serta

gradien tekanan onkotik yang melewati dinding kapiler akan menurun

sehingga terjadi edema.

Ketika sel mast menghasilkan histamin, ia langsung dapat mensensitisasi

ujung serabut saraf C yang berada di bagian superfisialis kulit. Setelah

Page 15: Jump 3 Dan Jump 7 Tutorial Skenario 2 Blok Kulit

impuls diterima oleh saraf C, impuls diteruskan ke serabut radiks dorsalis

kemudian diteruskan menuju medulla spinalis. Pada komisura anterior

medulla spinalis impuls menyilang ke kolumna alba anterolateral sisi

berlawanan. Kemudian naik ke batang otak atau talamus untuk

diinterpretasikan sebagai sensasi gatal. Sensasi ini kemudian merangsang

refleks menggaruk untuk memberikan sensasi nyeri yang cukup untuk

kemudian menekan sinyal gatal pada medulla spinalis.

b. Skuama Halus

Pada skenario, terbentuknya sisik halus diakibatkan karena proses

likenifikasi akibat sering digaruk (karena ada pruritus pada dermatitis

atopik). Akibatnya, yang tadinya pada fase akut, allergen masuk ke

kulit pendeita dermatitis dan merangsang mediator inflamasi sehingga

Th0 berubah menjadi Th2 akibat adanya IL-4, IL-10 dan TSLP, maka

Page 16: Jump 3 Dan Jump 7 Tutorial Skenario 2 Blok Kulit

pada proses penggarukan mediator inflamasi yang berperan adalah IL-

12 yang mengubah Th0 menjadi Th1. Akibatnya, Th1 akan

mengeluarkan IFN-gamma yang akan mengakibatkan penebalan pada

lapisan epidermis dan munculah manifestasi klinis likenifikasi.

Gambar. Mekanisme terjadinya sisik halus

c. Bilateral

Munculnya gejala dermatitis atopik secara bilateral seperti pada kasus

skenario 2, diakibatkan karena dermatitis atopik merupakan reaksi

hipersensitivitas dimana pada kasus reaksi hipersensitivitas, maka

yang berperan adalah sistem imunitas, dalam hal ini adalah IgE.

Peningkatan kadar IgE pada dermatitis atopik terjadi secara sistemik,

sehingga munculnya reaksi dermatitis pada penderita dermatitis atopik

akan terjadi secara bilateral.

d. Predileksi lokasi di pipi

Page 17: Jump 3 Dan Jump 7 Tutorial Skenario 2 Blok Kulit

Dermatitis Atopi mempunyai predileksi di flexura, depan dan samping

leher, kelopak mata, dahi, muka (terutama pipi), pergelangan tangan,

dorsal kaki dan tangan. Sifatnya bisa generalisata bila kronis.

2. Apa hubungan keluhan yang timbul dengan :

b. Faktor risiko

Dalam penelitian yang menguji hubungan DA pada bayi, sensitisasi

terhadap aeroallergen dan terdapatnya penyakit alergi saluran napas,

69% dari bayi yang mengalami DA pada 3 bulan pertama sejak lahir di

kemudian hari tersensitisasi oleh aeroallergen dalam usia 5 tahun.

Tingkat sensitisasi aeroallergen meningkat sampai 77% pada anak yang

kedua orangtuanya mempunyai riwayat positif DA. Sampai usia 5

tahun, 50% anak dengan DA awal dan riwayat keluarga yang alergi

mengalami penyakit pernapasan alergi. Tentu, hingga 80% anak

dengan DA akan berkembang menjadi penyakit pernapasan alergi saat

anak-anak. Pada 40-50% anak, penyakit pernapasan alergi ini

bermanifestasi sebagai asma. Diperkirakan bahwa 15-30% pasien

dengan DA mengalami asma yang menetap. Anak dengan DA menetap

mengalami asma yang lebih buruk daripada anak yang mengalami

asma namun tidak mengalami DA.

Penelitian oleh Buffum dan Settipane mengidentifikasikan hubungan

antara adanya DA dan prognosis asma di pada anak-anak. Evaluasi

selama 10 tahun pada pasien asma tanpa DA menunjukkan bahwa 41%

dalam keadaan baik, 52% mengalami asma ringan, dan 5% mengalami

asma berat. Sebaliknya, diantara pasien asma dengan DA, 34% dalam

keadaan baik, 54% mengalami asma ringan, dan 11% mengalami asma

berat atau meninggal karena penyakit tersebut. (Eichenfield et.al,

2003).

3. Apa pengaruh hubungan keluarga, dimana kakak menderita asma

berat?

Page 18: Jump 3 Dan Jump 7 Tutorial Skenario 2 Blok Kulit

Dermatitis atopik dan asma adalah penyakit atopik yang mana penyakit atopik

ini biasanya diturunkan (ada riwayat genetik). Baik pada asma maupun

dermatitis atopik, kadar IgE serumnya dan eosinofil nya meningkat dimana

peningkatan ini akan mengakibatkan baik kakak maupun adik lebih rentan

terpapar dan bereaksi terhadap allergen dibandingkan dengan orang normal.

Selain itu, keterangan adanya anggota keluarga dengan riwayat atopik

merupakan salah satu dari kriteria mayor dermatitis atopik.

Page 19: Jump 3 Dan Jump 7 Tutorial Skenario 2 Blok Kulit

BAB III

KESIMPULAN

Dari diskusi tutorial pada scenario II blok Kulit dengan judul“Bercak Merah

di Pipi” ini dapat diambil kesimpulan bahwa pasien mengalami dermatitis atopik.

Dermatitis atopik (D.A.) adalah peradangan kulit kronik dan residif dan disertai gatal,

yang terkait dengan peningkatan kadar IgE dan riwayat atopi pada keluarga atau

penderita. Diagnosis tersebut ditegakkan dengan memenuhi 2 kriteria mayor dan 2

kriteria minor. Kriteria mayor yang terlihat pada kasus meliputi pruritus dermatitis di

muka dan riwayat atopik pada keluarga ditunjukkan keterangan bahwa kakak pasien

menderita asma berat. Kriteria minor yang ditunjukkan yaitu awitan pada usia dini

dan gatal. Diagnosis kerja didapat dengan menyingkirkan diagnosis banding lainnya,

yaitu Lupus Erythromatous, Pythiriasis rosea, Parapsoriasis, Psoriasis, Dermatitis

seboroik, Dermatitis kontak, Dermatitis atopik, Erythroderma.

Pada pemeriksaan fisik dijumpai bercak eritem dengan skuama halus pada

pipi kanan dan kiri. Gejala utama DA adalah pruritus (gatal), akibatnya penderita

akan menggaruk. Hal ini dapat menimbulkan kelainan kulit berupa papul, likenifikasi,

eritema, erosi, ekskoriasi, eksudasi, dan krusta (Sularsito dan Djuanda, 2007). Gatal

yang ditimbulkan karena adanya peningkatan IgE. Sedangkan keterangan merah di

pipi karena tempat tersebut sebagai tempat predileksi DA. Selanjutnya dokter

memberika terapi berupa obat krim yang dioleskan dua kali per hari.Kortikosteroid

topikal sering dipakai pada pengobatan DA sebagai anti-inflamasi lesi kulit. Pada

bayi digunakan salep steroid potensi rendah, misalnya hidrokortison 1%-2,5%.

Page 20: Jump 3 Dan Jump 7 Tutorial Skenario 2 Blok Kulit
Page 21: Jump 3 Dan Jump 7 Tutorial Skenario 2 Blok Kulit

BAB IV

SARAN

Saran untuk kelompok tutorial, setiap mahasiswa diharapkan dapat datang

tepat waktu dan disiplin dalam menjalankan kegiatan tutorial. Mahasiswa dapat lebih

aktif memberikan partisipasi dalam diskusi agar diskusi dapat mencapai tujuan-tujuan

pembelajaran dengan lebih lengkap. Efisiensi waktu juga lebih diperhatikan.

Tutor kelompok telah membimbing jalannya diskusi dengan baik. Dapat

mengarahkan mahasiswa untuk lebih efektif dan efisien waktu. Selain itu juga telah

memberikan masukan untuk membantu mahasiswa menuju tujuan-tujuan

pembelajaran yang telah ditetapkan. Semoga kedepannya tetap menjaga peran

sebagai tutor kelompok dengan lebih baik lagi.

Page 22: Jump 3 Dan Jump 7 Tutorial Skenario 2 Blok Kulit

DAFTAR PUSTAKA