IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum 4.1.1 Gambaran...

23
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum 4.1.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian Kabupaten Banyumas adalah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Terletak diantara garis bujur 108˚27’15” dan diantara garis Lintang Selatan 7˚15’05” sampai 7˚37’10” yang berada di belahan selatan garis khatulistiwa. Jumlah penduduk di wilayah Kabupaten Banyumas sekitar 1.795.844 Jiwa. Luas wilayah Kabupaten Banyumas sekitar 1.327,60 kilometer persegi atau setara dengan132.759,56 hektar dengan keadaan wilayah antara daratan dan pegunungan. Iklim di Kabupaten Banyumas tropis basah, hal ini dipengaruhi oleh letaknya di lereng pegunungan yang jauh dari pesisir pantai. Suhu udaranya berkisar antara 21,4 °C - 30,9 °C. Kabupaten Banyumas terdiri atas 27 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah 301 desa dan 30 kelurahan. Salah satu kecamatan di Banyumas adalah Kecamatan Pekuncen. Kecamatan Pekuncen termasuk wilayah Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah yang merupakan daerah subur dengan curah hujan yang cukup tinggi, sehingga daerah ini dapat menjadi sentra pertanian yang handal. Lahan pertaniannya menghasilkan padi, palawija, kol, cabai, ketimun, dan buncis. Pekuncen juga sebagai sentral industri rumah tangga seperti penghasil gula kelapa. Pekuncen berkembang pesat dan tidak sedikit pula para investor baik lokal maupun asing yang menanamkan modal. Luas wilayah Kecamatan Pekuncen mencapai 92,7 kilometer persegi. Jumlah penduduk di wilayah Kecamatan Pekuncen sekitar 66.105 Jiwa. Kecamatan Pekuncen memiliki relief pegunungan dengan ketinggian antara 500- 1200 meter dari permukaan laut. Kemiringan lereng di Kecamatan Pekuncen didominasi oleh kelas lereng menengah sampai curam yaitu kemiringan lereng antara 8-25 persen. Salah satu pemicu terjadinya longsor adalah curah hujan yang tinggi. Kecamatan Pekuncen memiliki curah hujan tertinggi rata-rata yaitu sekitar 221 milimeter, dengan curah hujan tahunan setinggi 2.648 milimeter dengan

Transcript of IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum 4.1.1 Gambaran...

Page 1: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum 4.1.1 Gambaran ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140203_4_3736.pdf · HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum ... dengan132.759,56

IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum

4.1.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian

Kabupaten Banyumas adalah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Terletak

diantara garis bujur 108˚27’15” dan diantara garis Lintang Selatan 7˚15’05”

sampai 7˚37’10” yang berada di belahan selatan garis khatulistiwa. Jumlah

penduduk di wilayah Kabupaten Banyumas sekitar 1.795.844 Jiwa. Luas wilayah

Kabupaten Banyumas sekitar 1.327,60 kilometer persegi atau setara

dengan132.759,56 hektar dengan keadaan wilayah antara daratan dan

pegunungan. Iklim di Kabupaten Banyumas tropis basah, hal ini dipengaruhi oleh

letaknya di lereng pegunungan yang jauh dari pesisir pantai. Suhu udaranya

berkisar antara 21,4 °C - 30,9 °C. Kabupaten Banyumas terdiri atas 27 kecamatan,

yang dibagi lagi atas sejumlah 301 desa dan 30 kelurahan. Salah satu kecamatan

di Banyumas adalah Kecamatan Pekuncen.

Kecamatan Pekuncen termasuk wilayah Kabupaten Banyumas, Provinsi

Jawa Tengah yang merupakan daerah subur dengan curah hujan yang cukup

tinggi, sehingga daerah ini dapat menjadi sentra pertanian yang handal. Lahan

pertaniannya menghasilkan padi, palawija, kol, cabai, ketimun, dan buncis.

Pekuncen juga sebagai sentral industri rumah tangga seperti penghasil gula

kelapa. Pekuncen berkembang pesat dan tidak sedikit pula para investor baik lokal

maupun asing yang menanamkan modal.

Luas wilayah Kecamatan Pekuncen mencapai 92,7 kilometer persegi.

Jumlah penduduk di wilayah Kecamatan Pekuncen sekitar 66.105 Jiwa.

Kecamatan Pekuncen memiliki relief pegunungan dengan ketinggian antara 500-

1200 meter dari permukaan laut. Kemiringan lereng di Kecamatan Pekuncen

didominasi oleh kelas lereng menengah sampai curam yaitu kemiringan lereng

antara 8-25 persen. Salah satu pemicu terjadinya longsor adalah curah hujan yang

tinggi. Kecamatan Pekuncen memiliki curah hujan tertinggi rata-rata yaitu sekitar

221 milimeter, dengan curah hujan tahunan setinggi 2.648 milimeter dengan

Page 2: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum 4.1.1 Gambaran ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140203_4_3736.pdf · HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum ... dengan132.759,56

jumlah hari hujan sebanyak 266 hari. Kecamatan Pekuncen terdiri dari 16 desa

salah satunya adalah Desa Tumiyang.

Secara administratif Desa Tumiyang termasuk dalam wilayah Kecamatan

Pekuncen Kabupaten Banyumas, termasuk di daerah barat Kabupaten Banyumas.

Jumlah penduduk pada bulan Desember tahun 2017 memiliki 2.003 Kepala

Keluarga (KK) dengan jumlah penduduk 6.200 orang yang terdiri dari 3.168

orang laki-laki dan 3.032 orang perempuan. Mata pencaharian sebagian besar

keluarga di Desa Tumiyang adalah buruh tani. Usaha tani yang dilakukan oleh

masyarakat desa Tumiyang masih sebatas ditanami padi dan dikerjakan secara

konvensional.

Desa Tumiyang memiliki konfigurasi berupa perbukitan dan dataran

dengan ketinggian 400 - 600 meter di atas permukaan laut, sehingga tergolong

dataran sedang dan sebagian perbukitan, sehingga bersuhu sedang, di desa

Tumiyang sebagian tanahnya adalah berupa tegalan, tanah darat dan sawah. Iklim

di Desa Tumiyang memiliki curah hujan rata-rata 2.500 milimeter dengan suhu

antara 24-27˚C.

Desa Tumiyang terdiri atas 3 dusun yaitu dusun I berada digrumbul

Tumiyang Desa, Jurangmangu dan Tumiyang Udik, dusun II (dua) digrumbul

Karangmiri, Dukuh anyar dan Kutiyang, dan dusun III (tiga) meliputi grumbul

Tumiyang Dukuh, Cilongok, Dukuh Mingklik, Kebon Cikal dan Pelumbungan.

Desa Tumiyang terdiri dari 8 RW/33 RT.

Luas wilayah desa Tumiyang adalah 696.665 Hektar dengan batas-batas

desa sebagai berikut:

Sebelah utara : Hutan Lindung Negara

Sebelah Barat : Desa Glempang dan Pasiraman Kecamatan Pekuncen

Sebelah selatan : Desa Candinegara dan Cikembulan Kecamatan Pekuncen

Sebelah Timur : Desa Karangtengah Kecamatan Cilongok.

Page 3: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum 4.1.1 Gambaran ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140203_4_3736.pdf · HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum ... dengan132.759,56

4.1.2 Gambaran Umum Peternakan Sapi Perah di Pekuncen

Sub sektor pertanian yang cukup berkembang pesat di Kecamatan

Pekuncen adalah sub sektor peternakan dan produk turunannya berada pada

wilayah Desa Tumiyang. Ternak yang dipelihara oleh penduduk di Desa

Tumiyang terdiri dari ternak unggas, ternak kecil, hingga ternak besar. Sektor

peternakan di Desa Tumiyang dapat menjadi pemasok kebutuhan akan protein

hewani. Jenis ternak beserta populasi dapat dilihat di Tabel 2.

Tabel 2. Data Populasi Ternak di Desa Tumiyang

No Ternak Jumlah (Ekor)

1

2

3

4

5

6

Sapi Perah

Kerbau

Kambing

Ayam Negeri

Ayam Kampung

Bebek

366

10

205

9.000

1.465

100

(Sumber: Data Profil Desa Tumiyang, 2017)

Sapi perah merupakan ternak yang sedang dikembangkan di Desa

Tumiyang dengan skala kepemilikan kecil dan sistem pemeliharaaan yang masih

tradisional. Sebagian besar peternak sapi perah tergabung ke dalam Koperasi

Peternak Satria. Terdapat beberapa kelompok salah satunya yaitu Kelompok

Lestari. Merupakan daerah perbukitan dan dataran dengan ketinggian 400-600

mdpl, sehingga tergolong dataran sedang dan sebagian perbukitan, memiliki curah

hujan rata-rata 2.500 milimeter dengan suhu antara 24 – 27˚C. Kondisi tersebut

cocok dan sesuai dengan persyaratan iklim ternak sapi perah Fresian Holstein

adalah dengan suhu udara 15-21˚C dengan ketinggian 700-1000 mdpl dan

kelembaban diatas 55% (Dasuki, 1983).

4.1.3 Gambaran Umum Petugas Inseminator di Pekuncen

Objek dalam penelitian ini adalah petugas inseminator yang bertugas di

Kelompok Lestari dan merupakan karyawan dari Koperasi Peternak Satria di

Kecamatan Karanglewas, Kabupaten Banyumas. Berdasarkan Peraturan Menteri

Page 4: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum 4.1.1 Gambaran ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140203_4_3736.pdf · HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum ... dengan132.759,56

Pertanian tentang Upaya Khusus Percepatan Peningkatan Populasi Sapi dan

Kerbau Bunting disebutkan Inseminator adalah petugas yang telah dididik dan

lulus dalam latihan keterampilan khusus untuk melakukan IB (Kementerian

Pertanian, 2016). Berdasarkan hasil penelitian terdapat dua petugas inseminator

yang dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Petugas Inseminator di Kelompok Lestari, Kecamatan Pekuncen

No Nama Petugas Jabatan Wilayah kerja

1

2

Indarmawan

Kholil

Petugas Inseminator

Petugas Inseminator

Koperasi Peternak Satria

Koperasi Peternak Satria

Jenis pelayanan yang diberikan oleh petugas inseminator pada Kelompok

Lestari, meliputi Penanganan IB, pemeriksaan kebuntingan (PKB) dan, pelayanan

medik ternak. Persyaratan untuk menjadi petugas inseminator adalah: a.)

Pendidikan minimal SMU atau sederajat, b) telah lulus pelatihan IB, c) memenuhi

kualifikasi serta d) memiliki Surat Ijin Melakukan Inseminasi Buatan (SIM) yang

dikeluarkan oleh Dinas yang menangani fungsi peternakan dan kesehatan hewan

provinsi setempat.

Masa berlaku SIM adalah selama 4 (empat) tahun dan dapat diperpanjang

saat masa berlaku habis. Perpanjangan SIM tersebut dapat dilakukan setelah yang

bersangkutan menunjukkan catatan keberhasilan inseminasi buatan 4 tahun

terakhir. Adapun Surat Ijin Melakukan Inseminasi Buatan (SIM) diberikan untuk

petugas inseminasi buatan yaitu SIM-I untuk petugas Inseminator.

4.2 Keadaan Umum Koperasi Peternak Satria

Usaha peternakan sapi perah di Kabupaten Banyumas berawal dari

penyebaran bibit sapi perah jenis Fresian Holstein (FH), oleh proyek

pengembangan sapi perah bantuan Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE), melalui

kontrak atau perjanjian di Kabupaten Banyumas tahun 1987. Untuk melindungi

dan mengembangkan usahanya, proyek pengembangan sapi perah Bantuan MEE

Page 5: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum 4.1.1 Gambaran ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140203_4_3736.pdf · HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum ... dengan132.759,56

membentuk Koperasi Primer, dengan nama Koperasi Sapi Perah Rakyat

Banyumas “SUPRABA” yang disahkan pada tanggal 31 Oktober 1987 dengan

nomor 1096/BH/VI.

Koperasi tersebut semakin berkembang dari tahun ke tahun sehingga

muncul untuk membuka usaha baru yaitu usaha pembesaran pedet betina. Setelah

melalui pembahasan di tingkat pusat, maka Dirjen Peternakan dan Dirjen Bina

Usaha Koperasi pusat Jakarta, menugaskan kepada Koperasi “SUPRABA” untuk

meningkatkan kualitas pedet keturunan sapi perah eks impor untuk mengurangi

impor sapi perah dari luar negeri. Dengan tugas baru mengelola usaha pembesaran

pedet tersebut maka pada RAT tahun 1989 taggal 8 Maret 1990, Koperasi

SUPRABA ditingkatkan statusnya dari primer ke sekunder dengan nama Koperasi

Jasa Usaha bersama KJUB “SUPRABA TT” dengan badan hukum Koperasi

Nomor 11304/BH/VI, tanggal 31 Maret 1990.

Perkembangan selanjutnya sesuai dengan kondisi usaha yang ada maka

pada tanggal 16 November 1996, “KJUB SUPRABA TT” membubarkan diri dan

membentuk Koperasi Primer dengan nama Koperasi Peternak Satria “PESAT”

kabupaten Banyumas dengan badan hukum Nomor:

12999/BH/KWK.11/1/97 tanggal 30 Januari 1997. Koperasi PESAT Merupakan

satu-satunya koperasi yang berbasis agribisnis usaha peternakan sapi perah di

wilayah Kabupaten Banyumas, berfungsi sebagai lembaga ekonomi mempunyai

kegiatan yang berhubungan langsung dengan kepentingan ekonomi para

anggotanya. Tujuan didirikannya Koperasi “PESAT” adalah sebagai wadah usaha

para peternak sapi perah yang ada di wilayah Banyumas, dalam rangka

meningkatkan kesejahteraan kehidupannya.

Koperasi Peternak Satria terletak di Jalan Raya Karangkemiri kilometer 6,

Desa Karangkemiri, Kecamatan Karanglewas, Kabupaten Banyumas, tepi jalan

dari kota Purwokerto menuju arah Tegal. Koperasi Peternak Satria berdiri di areal

tanah seluas satu hektar terdiri dari bangunan kantor pusat, pabrik pengolahan

susu, laboratorium, ruang rapat, gudang bahan baku, garasi, dan gardu jaga.

Secara keseluruhan jumlah anggota yang tergabung dalam Koperasi Peternak

Page 6: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum 4.1.1 Gambaran ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140203_4_3736.pdf · HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum ... dengan132.759,56

Satria pada tahun 2016 berjumlah sebanyak 217 orang dan populasi ternak yang

terdapat di Koperasi Peternak Satria berjumlah sebanyak 872 ekor.

Susunan kepengurusan dan pengawasan Koperasi Pesat masa bakti 2016-

2018 sebagai berikut:

Pengurus : 1. Seno (Ketua)

2. Naslam (Sekretaris)

3. Carsiwan (Bendahara)

Pengawas : 1. Soewarto WS (Ketua)

2. Daryanto (Anggota)

3. Khabib (Anggota)

4.3 Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini merupakan peternak sapi perah yang

pernah dan masih menggunakan jasa dari petugas inseminator. Responden yang

dijadikan sampel sebanyak 30 orang dan termasuk dalam anggota Kelompok

Lestari di Kecamatan Pekuncen. Karakteristik responden tersebut dibagi ke dalam

4 karakteristik, yaitu umur, tingkat pendidikan formal, tingkat pendidikan non-

formal, dan pengalaman peternak.

4.3.1 Umur Responden

Berdasarkan Badan Pusat Statistik kelompok usia produktif berada pada

rentang usia 15 hingga 64 tahun, sedangkan apabila kurang atau lebih dari usia

tersebut maka tergolong sebagai usia tidak produktif (BPS, 2016). Umur

responden bervariasi dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Umur Responden

No Umur Responden Jumlah

Orang %

1

2

3

<15

15-50

>50

0

20

10

0,00

66,67

33,33

Jumlah 30 100,00

Page 7: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum 4.1.1 Gambaran ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140203_4_3736.pdf · HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum ... dengan132.759,56

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 30 responden

sebagian besar termasuk dalam usia yang bervariasi antara 15-50 tahun (66,67%).

Hasil persentase tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar peternak termasuk

dalam golongan usia produktif. Hal ini mengindikasikan bahwa responden yang

tergabung dalam Kelompok Lestari memiliki potensi tenaga kerja yang besar

dalam mengelola usaha peternakannya.

4.3.2 Tingkat Pendidikan Formal

Pendidikan formal merupakan pendidikan yang dilaksanakan secara

formal dalam suatu lembaga pendidikan formal. Pendidikan formal bertujuan

untuk meningkatkan pengetahuan dan penyesuaian diri peternak dalam kehidupan

sehari-hari maupun terhadap kemampuan menangkap perkembangan teknologi

dan informasi-informasi baru tentang peternakan khususnya berkaitan mengenai

IB. Hal tersebut dapat terlihat dari penerimaan peternak terhadap adanya

kemajuan di bidang IB yang dapat memberikan kemudahan dalam penerapan

dalam usaha peternakannya. Tingkat pendidikan formal responden dapat dilihat

pada Tabel 5.

Tabel 5. Tingkat Pendidikan Formal

No Pendidikan Formal Jumlah

Orang %

1

2

3

4

SD

SMP

SMA

Sarjana

19

8

2

1

63,33

26,66

6,66

3,33

Jumlah 30 100,00

Tabel 5 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan formal responden berkisar

antara SD hingga Sarjana, namun sebagian besar responden hanya lulusan

Sekolah Dasar (63,33%), dengan demikian karakteristik pendidikan formal

responden masih tergolong dalam kategori rendah. Kondisi tersebut kurang

menguntungkan karena dapat menjadi penghambat bagi peternak terhadap

Page 8: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum 4.1.1 Gambaran ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140203_4_3736.pdf · HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum ... dengan132.759,56

penerimaan informasi dan pola berpikir berkaitan dengan IB, karena pendidikan

formal sangat berpengaruh terhadap cara berpikir seseorang. Semakin tinggi

tingkat pendidikan peternak maka tatalaksana pemeliharaan makin baik karena

peternak dapat mengadopsi inovasi dan merubah cara berfikir serta cara

pemecahan masalah lebih matang (Murtiyeni dan Yulistiani, 2005).

Tingkat pendidikan yang rendah akan berpengaruh terhadap penilaian

untuk petugas inseminator. Peternak dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi

pada umumnya lebih peka terhadap kebutuhan dan kondisi ternaknya, sehingga

semakin tinggi pula produktivitas yang dihasilkan dari ternaknya. Oleh karena itu,

dengan semakin tingginya pendidikan formal peternak maka diharapkan mampu

menekan keterbatasan yang dimiliki dan kinerja usaha peternakan yang dijalankan

semakin berkembang khususnya mengenai IB.

4.3.3 Tingkat Pendidikan Non-Formal

Pendidikan non formal adalah komunikasi yang terarah di luar sekolah

untuk memperoleh informasi, pengetahuan, latihan maupun bimbingan sesuai

dengan tingkat usia dan kebutuhan hidup, bertujuan mengembangkan tingkat

keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang berguna dalam lingkungan keluarga,

pekerjaan bahkan lingkungan masyarakat dan negaranya (Soelaiman. dkk, 1981).

Kegiatan pendidikan non formal seperti pelatihan dan penyuluhan yang pernah

diikuti responden dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Tingkat Pendidikan Non-formal

No Pendidikan Non-Formal Jumlah

Orang %

1

2

Mengikuti

Tidak Mengikuti

18

12

60,00

40,00

Jumlah 30 100,00

Tabel 6 menunjukkan bahwa responden yang mengikuti pendidikan non-

formal pada kategori sedang (60%). Terdapat beberapa peternak yang tidak

mengikuti pelatihan dan penyuluhan, hal itu disebabkan peternak tersebut

Page 9: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum 4.1.1 Gambaran ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140203_4_3736.pdf · HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum ... dengan132.759,56

merupakan peternak yang baru bergabung dengan koperasi. Pendidikan non-

formal yang diikuti peternak yaitu pelatihan dan penyuluhan dalam bidang

peternakan seperti cara pemberian pakan, pengolahan pakan, cara pemerahan, cara

mendeteksi birahi, penanggulangan penyakit, pembuatan silase dan pembuatan

pupuk kompos. Pelatihan dan penyuluhan tersebut diselenggarakan oleh dinas

peternakan setempat. Kondisi tersebut menyebabkan informasi atau program yang

berkaitan dengan bidang peternakan khususnya mengenai IB dapat tersampaikan

kepada peternak.

4.3.4 Pengalaman Beternak

Semakin lama peternak menekuni dan bergelut di bidang peternakan, maka

semakin terampil. Pengalaman ini di dapatkan dari hasil lapangan selama peternak

memelihara ternak maupun pengalaman secara turun-temurun (Hartono, 1999).

Pengalaman beternak responden bervariasi antara 1-20 tahun dapat dilihat pada

Tabel 7.

Tabel 7. Pengalaman Beternak

No Pengalaman Beternak (Tahun) Jumlah

Orang %

1

2

3

<5

5-10

>10

2

5

23

6,66

16,66

76,66

Jumlah 30 100,00

Tabel 7 menunjukkan bahwa pengalaman beternak sebagian besar

responden cukup lama yakni lebih dari 10 tahun (76,66%). Peternak dengan

pengalaman beternak cukup lama diindikasikan memiliki kemampuan yang lebih

baik, kemampuan tersebut berupa pengetahuan dan keterampilan dalam tata

laksana pemeliharaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Margono dan Asngari

(1969) Menyebutkan bahwa peternak yang pengalaman beternaknya cukup lama

akan lebih mudah diberi pengertian. Hasil penelitian di lapangan tidak ditemukan

Page 10: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum 4.1.1 Gambaran ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140203_4_3736.pdf · HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum ... dengan132.759,56

pengaruh seperti yang diharapkan, hal ini disebabkan peternak mengikuti

kebiasaan-kebiasaan lama secara turun-temurun.

4.4 Kinerja Petugas Inseminator

Kinerja (performance) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian

pelaksanaan suatu kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan,

misi, dan visi organisasi yang tertuang dalam startegic planning suatu organisasi

(Mahsun, 2006). Kinerja petugas inseminator merupakan bagian penting pada

usaha peternakan sapi perah karena melalui pelayanan yang diberikan dapat

menentukan keberhasilan kebuntingan khususnya berkaitan dengan IB. Terdapat

beberapa aspek pelayanan kepada peternak, yaitu: 1) Kualitas, 2) Kuantitas, 3)

Pelaksanaan tugas, 4) Tanggung jawab. Tingkat kinerja petugas inseminator dapat

dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Tingkat Kinerja Petugas Inseminator

No Sub Variabel Kategori

Tinggi Sedang Rendah

1

2

3

4

Kualitas

Kuantitas

Pelaksanaan Tugas

Tanggung Jawab

Tingkat Kinerja

…%...

40,00

26,67

26,67

53,33

46,67

…%...

60,00

70,00

73,33

46,67

53,33

…%...

0,00

3,33

0,00

0,00

0,00

Tabel 8 menunjukkan bahwa penilaian terhadap petugas inseminator yang

bertugas di Kelompok Lestari secara umum menurut sebagian besar responden

dalam penelitian ini menyatakan kinerja dari petugas inseminator pada kategori

sedang (53,33%) yang dilihat dari beberapa sub variabel seperti kualitas,

kuantitas, pelaksanaan tugas dan tanggung jawab (lampiran 3). Responden menilai

petugas inseminator di Kelompok Lestari dapat mengatasi permasalahan

khususnya yang berkaitan dengan IB dalam hal penanganan ternak saat

melakukan IB maupun keberhasilan melakukan IB dari ternak tersebut yang

Page 11: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum 4.1.1 Gambaran ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140203_4_3736.pdf · HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum ... dengan132.759,56

menunjukkan bahwa kualitas, kuantitas, pelaksanaan tugas dan tanggung jawab

dari petugas inseminator sudah sesuai harapan dari peternak. Hal tersebut sesuai

dengan pernyataan Luthans (2005) Kinerja adalah kuantitas atau kualitas sesuatu

yang dihasilkan atau jasa yang diberikan oleh seseorang yang melakukan

pekerjaan.

4.4.1 Kualitas Kerja

Kualitas kerja merupakan hal penting dari suatu kinerja seseorang karena

dapat menunjukkan ketelitian, kerapian dan keterkaitan hasil kerja dengan tidak

mengabaikan kapasitas pekerjaan. Tingkat kualitas kerja petugas inseminator pada

penelitian ini ditinjau dari berbagai indikator yaitu, ketepatan pemeriksaan awal

diagnosa birahi akseptor, ketepatan waktu dalam pelaksanaan IB, serta sarana dan

prasarana yang dimiliki petugas inseminator. Tingkat kualitas kerja petugas

inseminator dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Tingkat Kualitas Kerja Petugas Inseminator

No Indikator Kategori

Tinggi Sedang Rendah

1

2

3

Ketepatan pemeriksaan awal

Ketepatan waktu IB

Sarana dan Prasarana

Kualitas Kerja

…%...

63,33

80,00

23,33

60,00

…%...

36,67

20,00

76,67

40,00

…%...

0,00

0,00

0,00

0,00

Tabel 9 menunjukkan bahwa sebagian besar responden menilai tingkat

kualitas kerja dari petugas inseminator termasuk pada kategori tinggi (60,00%)

dilihat dari beberapa indikator (Lampiran 4). Petugas inseminator telah

melaksanakan IB sesuai dengan kebutuhan peternak dan dalam waktu yang tepat

sehingga berpengaruh terhadap tingkat kualitas kerja, hal itu dapat dilihat dari

indikator ketepatan pemeriksaan awal akseptor pada kategori tinggi (63,33%) dan

waktu dalam pelaksanaan IB pada kategori tinggi (80,00%). Selain itu sarana dan

prasarana seperti inseminator gun dan semen beku yang dimiliki petugas pun

Page 12: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum 4.1.1 Gambaran ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140203_4_3736.pdf · HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum ... dengan132.759,56

sudah cukup lengkap dan memadai sehingga menunjang pekerjaan yang dilakukan

oleh petugas inseminator.

Kondisi tersebut menandakan bahwa kualitas kerja dari petugas

inseminator sudah memenuhi harapan peternak. Tingkat kualitas kerja yang tinggi

akan mempengaruhi kinerja dalam penanganan IB dan memberikan dampak

positif bagi kemajuan usaha peternakan. Hal ini sesuai dengan pendapat

Bernardine & Russell (1998) menyatakan bahwa tingkat kualitas adalah proses

melaksanakan kegiatan dengan cara yang ideal dan sesuai atau menyelesaikan

sesuatu dengan tujuan yang ditetapkan.

4.4.2 Kuantitas Kerja

Kuantitas kerja menunjukkan banyaknya jumlah pekerjaan yang dilakukan

dalam suatu waktu sehingga efisiensi dan efektivitas dapat terlaksana sesuai

tujuan. Tingkat kuantitas kerja petugas inseminator dalam penelitian ini ditinjau

dari dua indikator yaitu, respon terhadap laporan peternak dan frekuensi

penggunaan jasa oleh peternak. Tingkat kuantitas kerja dapat dilihat pada Tabel

10.

Tabel 10. Tingkat Kuantitas Kerja Petugas Inseminator

No Indikator Kategori

Tinggi Sedang Rendah

1

2

Respon Terhadap Laporan

Frekuensi Penggunaan Jasa

Kuantitas Kerja

…%...

10,00

23,33

26,67

…%...

86,67

76,67

70,00

…%...

3,33

0,00

3,33

Tabel 10 menunjukkan bahwa kuantitas kerja dari petugas inseminator

pada kategori sedang (70,00%) dilihat dari dua indikator (Lampiran 5). Penilaian

responden terhadap laporan peternak sebagian besar responden menyatakan dalam

kategori sedang (86,67%) disebabkan peternak tidak merasa kesulitan untuk

menghubungi petugas inseminator. Penilaian responden terhadap frekuensi

penggunaan jasa petugas inseminator dalam satu bulan sebagian besar responden

Page 13: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum 4.1.1 Gambaran ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140203_4_3736.pdf · HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum ... dengan132.759,56

menyatakan dalam kategori sedang (76,67) hal tersebut dikarenakan peternak

hanya menggunakan jasa dari petugas inseminator sesuai dengan kondisi dan

kebutuhan dari ternak mereka saja seperti penanganan IB dan pemeriksaan

kebuntingan.

Sebagian besar responden yang menilai kuantitas kerja dari petugas

inseminator relatif sedang disebabkan oleh keadaan peternakan yang cukup baik

dan ternak jarang mengalami kegagalan IB, selain itu masih banyak peternak yang

memiliki populasi ternak kecil atau sedikit sehingga petugas inseminator di

Kelompok Lestari memiliki tingkat kuantitas kerja yang sedang. Hal ini sesuai

dengan pendapat Bernardine dan Russell (1998) Kuantitas merupakan besaran

yang dihasilkan, dalam bentuk nilai uang (biaya), sejumlah unit atau sejumlah

kegiatan yang diselesaikan.

4.4.3 Pelaksanaan Tugas

Pelaksanaan tugas meliputi pemahaman tugas, kemampuan bekerja sama,

pengalaman, efisiensi dan efektifitas dalam penggunaan sumber daya, keahlian

dalam menjalankan tugas, inisiatif serta kepedulian terhadap tugas. Pelaksanaan

tugas oleh petugas inseminator di Kelompok Lestari ditinjau dari beberapa

indikator yaitu, keberhasilan petugas inseminator dalam melakukan IB,

pemahaman wewenang tugas dalam melaksanakan IB, dan keahlian inseminator

dalam melaksanakan IB. tingkat pelaksanaan tugas dari petugas inseminator dapat

dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Tingkat Pelaksanaan Tugas Petugas Inseminator

No Indikator Kategori

Tinggi Sedang Rendah

1

2

3

Keberhasilan IB

Pemahaman Wewenang

Keahlian Inseminator

Pelaksanaan Tugas

…%...

56,67

10

56,67

26,67

…%...

43,33

46,67

43,33

73,33

…%...

0,00

43,33

0,00

0,00

Page 14: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum 4.1.1 Gambaran ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140203_4_3736.pdf · HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum ... dengan132.759,56

Tabel 11 menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan

tingkat pelaksanaan tugas inseminator pada kategori sedang (73,33%) dilihat dari

beberapa indikator (Lampiran 6). Penilaian mengenai keberhasilan petugas

inseminator dalam melakukan IB sebagian besar responden menyatakan pada

kategori sedang (43,33%) hal ini menunjukkan bahwa petugas sudah memenuhi

harapan dari peternak dalam memberikan pelayanan IB. Penilaian mengenai

pemahaman wewenang tugas petugas inseminator dalam melaksanakan IB

sebagian besar responden menyatakan pada kategori sedang (46,67%) hal ini

terlihat dari cara petugas melakukan tindakan yang dilakukan sudah sesuai

prosedur dan melakukan penanganan IB secara baik dan benar. Penilaian

mengenai keahlian petugas inseminator dalam melaksanakan IB responden

menyatakan pada kategori sedang (43,33%) karena peternak menilai petugas

inseminator memiliki keterampilan dan keahlian yang mumpuni dalam melakukan

penanganan IB pada ternaknya.

Kondisi diatas menunjukkan bahwa pelaksanaan tugas inseminator dalam

memberikan pelayanan sudah cukup mumpuni dan memenuhi harapan dari

peternak. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2009) Untuk mencapai

tujuan kinerja karyawan maka dapat dinilai dari tiga hal, meliputi: penilaian harus

mempunyai hubungan dengan pekerjaan, adanya standar pelaksanaan kerja, dan

praktis (mudah dipahami atau dimengerti oleh karyawan).

4.4.4 Tanggung Jawab

Tanggung jawab menunjukan seberapa besar pekerja dalam menerima dan

melaksanakan pekerjaannya, mempertanggung jawabkan hasil kerja dan perilaku

kerjanya setiap hari. Tanggung jawab kerja dari petugas inseminator di Kelompok

Lestari ditinjau dari dua indikator yaitu, melakukan pengawasan selama masa IB

dan Persediaan semen beku. Tingkat tanggung jawab dari petugas dapat dilihat

pada Tabel 12.

Page 15: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum 4.1.1 Gambaran ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140203_4_3736.pdf · HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum ... dengan132.759,56

Tabel 12. Tingkat Tanggung Jawab Petugas Inseminator

No Indikator Kategori

Tinggi Sedang Rendah

1

2

Pengawasan selama IB

Persediaan semen beku

Tanggung Jawab

…%...

43,33

23,33

53,33

…%...

66,67

76,67

46,67

…%...

0,00

0,00

0,00

Tabel 12 menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan

tingkat tanggung jawab dari petugas inseminator termasuk pada kategori tinggi

(53,33%) dilihat dari beberapa indikator (Lampiran 7). Penilaian mengenai

petugas inseminator melakukan pengawasan selama masa IB sebagian responden

menyatakan pada kategori tinggi (43,33%) hal ini dikarenakan peternak menilai

petugas inseminator menunjukkan tanggung jawabnya dengan melakukan

pengawasan berupa pencatatan terhadap ternak yang ditangani sehingga

menunjukkan perkembangan positif. Penilaian mengenai persediaan semen beku

sebagian besar peternak menyatakan pada kategori tinggi (23,33%) disebabkan

petugas tidak selalu memberikan informasi terhadap code bath semen beku yang

digunakan namun ketersediaan semen beku yang diperlukan saat melakukan IB

selalu tersedia sehingga memberikan dampak positif terhadap keberlangsungan

usaha peternakan.

Kondisi tersebut menunjukkan bahwa petugas inseminator dinilai mampu

dalam menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya sehingga memberikan dampak

positif bagi keberlangsungan usaha peternakan. Hal ini sesuai dengan pendapat

Sastrohadiwiryo (2002) Tanggug jawab adalah kesanggupan seorang tenaga kerja

dalam menyelesaikan tugas dan pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan

sebaik-baiknya dan tepat waktu serta berani mengambil resiko atas keputusan

yang telah diambilnya atau tindakan yang dilakukannya.

Page 16: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum 4.1.1 Gambaran ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140203_4_3736.pdf · HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum ... dengan132.759,56

4.5 Kepercayaan Peternak

Kepercayaan menunjukkan kesesuaian antara harapan seseorang yang

timbul dan imbalan yang disediakan pekerjaan, jadi kepercayaan juga berkaitan

dengan teori modal sosial. Trust merupakan sikap saling mempercayai di

masyarakat tersebut saling bersatu dengan yang lain dan memberikan kontribusi

pada peningkatan modal sosial (Fukuyama, 2001). Kepercayaan antara peternak

terhadap petugas inseminator terbangun selama peternak menggunakan jasa dari

petugas inseminator. Hasil penelitian Meliana dan Setiawan (2013) menyatakan

bahwa kunci untuk membangun kepercayaan konsumen yaitu dengan pendekatan.

Kedekatan ini memiliki 3 titik tolak yaitu kedekatan fisik, kedekatan intelektual

dan kedekatan emosional. Tingkat kepercayaan peternak terhadap petugas

inseminator dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Tingkat Kepercayaan Peternak terhadap Petugas Inseminator

No Sub Variabel Kategori

Tinggi Sedang Rendah

1

2

3

Kedekatan Fisik

Kedekatan Intelektual

Kedekatan Emosional

Tingkat Kepercayaan Peternak

…%...

83,33

30,00

83,33

26,67

…%...

16,67

70,00

16,67

73,33

…%...

0,00

0,00

0,00

0,00

Tabel 13 menunjukkan bahwa sebagian besar responden menilai tingkat

kepercayaan terhadap petugas inseminator pada kategori sedang (73,33%) dilihat

dari masing-masing sub variabel (Lampiran 8). Penilaian responden terhadap

kedekatan fisik sebagian besar responden menyatakan pada kategori sedang

(16,67%) dilihat dari tindakan dan cara petugas membangun komunikasi dengan

peternak dengan melakukan konsultasi maupun bimbingan secara langsung

kepada peternak berkaitan dengan IB. Penilaian kedekatan intelektual terhadap

petugas inseminator sebagian besar responden menyatakan pada kategori sedang

(70,00%) hal tersebut dilihat dari kepuasan dari peternak atas hasil kerja petugas

inseminator dan juga timbal balik dari peternak kepada petugas inseminator cukup

Page 17: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum 4.1.1 Gambaran ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140203_4_3736.pdf · HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum ... dengan132.759,56

baik. Pada penilaian mengenai kedekatan emosional terhadap petugas inseminator

sebagian besar responden menyatakan pada kategori sedang (16,67%) peternak

mempercayai petugas inseminator dalam penanganan ternaknya dan menunjukkan

sikap saling menghargai antar keduanya.

Kepercayaan peternak merupakan keyakinan yang dimiliki dalam sebuah

hubungan antara peternak terhadap petugas inseminator sehingga kepuasan dapat

terwujud sesuai harapan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Robbins (2006)

Menyebutkan bahwa kepercayaan adalah ekspresi atau pengharapan positif

kepada orang lain tanpa melalui kata-kata.

4.5.1 Kedekatan Fisik

Kedekatan fisik memperlihatkan kedekatan peternak dengan petugas

inseminator sehingga petugas inseminator mampu membangun komunikasi

dengan peternak. Kedekatan fisik antara peternak dengan petugas inseminator

ditinjau dari dua indikator yaitu, tindakan dari peternak dan cara petugas

membangun komunikasi. Tingkat kedekatan fisik antara peternak dengan petugas

inseminator dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Tingkat Kedekatan Fisik dengan Petugas Inseminator

No Indikator Kategori

Tinggi Sedang Rendah

1

2

Tindakan dari Peternak

Cara Petugas Membangun Komunikasi

Kedekatan Fisik

…%...

80,00

16,67

83,33

…%...

20,00

83,33

16,67

…%...

0,00

0,00

0,00

Tabel 15 menunjukkan bahwa tingkat kedekatan fisik antara peternak

dengan petugas inseminator termasuk pada kategori tinggi (83,33%) dilihat dari

dua indikator (Lampiran 9). Penilaian mengenai tindakan dari peternak terhadap

petugas inseminator sebagian besar responden menyatakan pada kategori tinggi

(80,00%) hal tersebut dapat dilihat dari penggunaan jasa petugas inseminator oleh

peternak berupa penanganan IB dan konsultasi mengenai IB memiliki respon yang

Page 18: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum 4.1.1 Gambaran ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140203_4_3736.pdf · HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum ... dengan132.759,56

positif kepada peternak sehingga pelayanan petugas inseminator dapat dinyatakan

baik. Penilaian cara petugas membangun komunikasi pada kategori tinggi

(16,67%) hal tersebut disebabkan oleh peternak mengakui bahwa petugas

inseminator berupaya memberikan pengetahuan dan pemahaman secara langsung

maupun tidak untuk menambah pengetahuan peternak berkaitan dengan IB seperti

cara mendeteksi birahi pada sapi perah, waktu yang tepat dalam melakukan IB,

dan peralatan yang digunakan saat melakukan IB.

Kondisi tersebut menunjukkan bahwa kedekatan fisik antara peternak

dengan petugas inseminator telah terjalin dengan baik. Hal tersebut dapat

berdampak positif terhadap peternak karena peternak tidak mengalami kesulitan

dalam memahami informasi dari petugas inseminator dan mampu melaksanakan

anjuran dari petugas inseminator dengan baik sehingga pelayanan berjalan sesuai

harapan. Kondisi fisik merupakan salah satu hal penting dalam suatu hubungan

timbal balik karena dapat membangun kepercayaan dan mengetahui tingkat

kepercayaan yang diberikan kepada petugas inseminator dalam hal ini adalah

pelayanan terhadap penanganan IB. Hal ini sesuai dengan pendapat Duffy (2005)

hal lain yang dapat mempengaruhi seseorang dalam menjalin hubungan dengan

orang lain adalah kedekatan secara fisik, kesamaan minat, karakter dan nilai-nilai.

4.5.2 Kedekatan Intelektual

Kedekatan intelektual juga perlu diterapkan supaya kepercayaan tidak

hanya pada permukaan saja tetapi semakin mendalam ke pikiran. Kedekatan

intelektual antara peternak dengan petugas inseminator ditinjau dari dua indikator

yaitu kepuasan dari peternak dan timbal balik dari peternak. Tingkat kedekatan

intelektual antara peternak dengan petugas inseminator dapat dilihat pada Tabel

15.

Page 19: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum 4.1.1 Gambaran ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140203_4_3736.pdf · HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum ... dengan132.759,56

Tabel 15. Tingkat Kedekatan Intelektual dengan Petugas Inseminator

No Indikator Kategori

Tinggi Sedang Rendah

1

2

Kepuasan dari Peternak

Timbal Balik dari Peternak

Kedekatan Intelektual

…%...

20,00

16,67

30,00

…%...

80,00

83,33

70,00

…%...

0,00

0,00

0,00

Tabel 15 menunjukkan bahwa tingkat kedekatan intelektual antara

peternak dengan petugas inseminator pada kategori sedang (70,00%) dilihat dari

dua indikator (Lampiran 10). Penilaian mengenai kepuasan peternak terhadap

pelayanan petugas inseminator sebagian responden menyatakan pada kategori

sedang (80,00%) hal tersebut terlihat dari peternak yang merasa puas karena

ternaknya menunjukkan hasil yang positif (bunting) setelah mendapatkan

penganan dari petugas inseminator dan peternak tidak merasa keberatan

memberikan timbal balik yang sesuai kepada petugas inseminator terhadap

pelayanan yang telah diberikan berupa memberikan uang tambahan kepada

petugas inseminator, hal itu dapat dilihat dari penilaian timbal balik peternak

kepada petugas inseminator termasuk pada kategori sedang (83,33%).

Kondisi di atas menunjukkan bahwa kedekatan intelektual antara peternak

dengan petugas inseminator termasuk dalam kategori sedang atau dapat dikatakan

cukup baik. Kedekatan intelektual merupakan salah satu indikator penting dalam

suatu hubungan timbal balik karena dapat membangun kepercayaan dan

mengetahui seberapa besar kepercayaan yang diberikan peternak terhadap petugas

inseminator. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Meliana dan Setiawan (2013)

Kedekatan fisik saja ternyata belum lengkap dalam membangun kepercayaan

konsumen. Kedekatan intelektual perlu diterapkan juga agar kepercayaan tidak

hanya pada permukaan saja, tapi juga bisa meraih ke pikiran.

Page 20: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum 4.1.1 Gambaran ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140203_4_3736.pdf · HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum ... dengan132.759,56

4.5.3 Kedekatan Emosional

Kedekatan emosional sangat penting untuk dipertahankan selain dari

kedekatan fisik dan intelektual karena kedekatan emosional yang membuka kunci

kepercayaan. Kedekatan emosional meliputi rasa saling percaya dan ketulusan

untuk saling menghargai. Kedekatan emosional membuka kunci kepercayaan.

Kedekatan emosional antara peternak dengan petugas inseminator ditinjau dari

dua indikator yaitu, rasa saling percaya dan ketulusan untuk saling menghargai.

Tingkat kedekatan emosional antara peternak dengan petugas dapat dilihat pada

Tabel 16.

Tabel 16. Tingkat Kedekatan Emosional dengan Petugas Inseminator

No Indikator Kategori

Tinggi Sedang Rendah

1

2

Rasa saling percaya

Ketulusan saling menghargai

Kedekatan Emosional

…%...

66,67

40,00

83,33

…%...

33,33

60,00

16,67

…%...

0,00

0,00

0,00

Tabel 16 menunjukkan bahwa tingkat kedekatan emosional yang terjalin

antara peternak dengan petugas inseminator termasuk pada kategori tinggi

(83,33%) dilihat dari dua indikator (Lampiran 11). Penilaian mengenai rasa saling

percaya antara peternak dengan petugas inseminator sebagian responden

menyatakan pada kategori tinggi (66,67%) hal tersebut menunjukkan bahwa

peternak merasa nyaman menyerahkan penanganan ternaknya kepada petugas

inseminator dan petugas selalu bersikap ramah dalam memberikan pelayanan IB

kepada peternak. Penilaian mengenai ketulusan untuk saling menghargai antara

peternak dengan petugas inseminator sebagian besar responden menyatakan pada

kategori tinggi (40,00%) hal tersebut disebabkan petugas melakukan tugasnya

secara professional dan tanggap terhadap permintaan dari peternak dan peternak

pun jarang menyampaikan keluhan kepada petugas inseminator jika ada

ketidakpuasan, apabila ada keluhan pun peternak menyampaikannya secara sopan.

Hal tersebut sesuai dengan pendapat Jhonson (2004) Kedekatan emosional

Page 21: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum 4.1.1 Gambaran ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140203_4_3736.pdf · HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum ... dengan132.759,56

diartikan sebagai apresiasi individu dan keinginan berhubungan dengan siapa saja

yang menurut mereka dekat dan tertarik secara emosional.

4.6 Hubungan antara Kinerja Petugas Inseminator dengan Tingkat

Kepercayaan Peternak

Berdasarkan hasil rekapitulasi dari pembahasan mengenai kinerja petugas

inseminator dan tingkat kepercayaan peternak maka dapat disebutkan sebagai

berikut, Kinerja petugas inseminator merupakan bagian penting pada usaha

peternakan sapi perah karena melalui pelayanan yang diberikan dapat menentukan

keberhasilan kebuntingan khususnya berkaitan dengan IB. Terdapat beberapa

aspek pelayanan kepada peternak, yaitu: 1) Kualitas, 2) Kuantitas, 3) Pelaksanaan

tugas, 4) Tanggung jawab. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penilaian

terhadap petugas inseminator yang bertugas di Kelompok Lestari secara umum

menurut sebagian besar responden dalam penelitian ini menyatakan kinerja dari

petugas inseminator pada kategori sedang (53,33%). Hal ini menunjukkan kinerja

petugas inseminator dapat dikatakan cukup.

Kualitas kerja, menunjukkan ketelitian, kerapian dan keterkaitan hasil

kerja dengan tidak mengabaikan kapasitas pekerjaan. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa sebagian besar responden menilai tingkat kualitas kerja dari

petugas inseminator termasuk pada kategori tinggi (60,00%) hal ini menandakan

bahwa kualitas kerja dari petugas inseminator sudah memenuhi harapan peternak.

Kuantitas kerja menunjukkan banyaknya jumlah pekerjaan yang dilakukan dalam

suatu waktu sehingga efisiensi dan efektivitas dapat terlaksana sesuai tujuan. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa kuantitas kerja petugas inseminator pada kategori

sedang (70,00%) hal ini disebabkan oleh keadaan peternakan yang cukup baik dan

ternak jarang mengalami kegagalan IB, selain itu masih banyak peternak yang

memiliki populasi ternak kecil atau sedikit.

Pelaksanaan tugas meliputi pemahaman tugas, kemampuan bekerja sama,

pengalaman, efisiensi dan efektifitas dalam penggunaan sumber daya, keahlian

dalam menjalankan tugas, inisiatif serta kepedulian terhadap tugas. Hasil

Page 22: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum 4.1.1 Gambaran ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140203_4_3736.pdf · HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum ... dengan132.759,56

penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan tingkat

pelaksanaan tugas inseminator pada kategori sedang (73,33%) hal ini

menunjukkan bahwa pelaksanaan tugas inseminator dalam memberikan pelayanan

sudah cukup mumpuni dan memenuhi harapan dari peternak. Tanggung Jawab

menunjukan seberapa besar pekerja dalam menerima dan melaksanakan

pekerjaannya, mempertanggung jawabkan hasil kerja dan perilaku kerjanya setiap

hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan

tingkat tanggung jawab dari petugas inseminator termasuk pada kategori tinggi

(53,33%) hal ini menunjukkan bahwa petugas inseminator dinilai mampu dalam

menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya sehingga memberikan dampak positif

bagi keberlangsungan usaha peternakan.

Kepercayaan menunjukkan kesesuaian antara harapan seseorang yang

timbul dan imbalan yang disediakan pekerjaan, jadi kepercayaan juga berkaitan

dengan teori modal sosial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar

responden menilai tingkat kepercayaan terhadap petugas inseminator pada

kategori sedang (73,33%) hal ini disebabkan peternak mempercayai petugas

inseminator dalam penanganan ternaknya dan menunjukkan sikap saling

menghargai antar keduanya. Kedekatan fisik memperlihatkan kedekatan peternak

dengan petugas inseminator sehingga petugas inseminator mampu membangun

komunikasi dengan peternak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat

kedekatan fisik antara peternak dengan petugas inseminator termasuk pada

kategori tinggi (83,33%) hal ini menunjukkan bahwa kedekatan fisik antara

peternak dengan petugas inseminator telah terjalin dengan baik. Hal tersebut dapat

berdampak positif terhadap peternak.

Kedekatan Intelektual, perlu diterapkan supaya kepercayaan tidak hanya

pada permukaan saja tetapi semakin mendalam ke pikiran. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa tingkat kedekatan intelektual antara peternak dengan petugas

inseminator pada kategori sedang (70,00%) hal tersebut terlihat dari peternak yang

merasa puas karena ternaknya menunjukkan hasil yang positif (bunting) setelah

mendapatkan penganan dari petugas inseminator dan peternak tidak merasa

Page 23: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum 4.1.1 Gambaran ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140203_4_3736.pdf · HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum ... dengan132.759,56

keberatan memberikan timbal balik yang sesuai kepada petugas inseminator

terhadap pelayanan yang telah diberikan berupa memberikan uang tambahan

kepada petugas inseminator. Kedekatan emosional sangat penting untuk

dipertahankan selain dari kedekatan fisik dan intelektual karena kedekatan

emosional yang membuka kunci kepercayaan. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa tingkat kedekatan emosional yang terjalin antara peternak dengan petugas

inseminator termasuk pada kategori tinggi (83,33%) hal tersebut menunjukkan

bahwa peternak merasa nyaman menyerahkan penanganan ternaknya kepada

petugas inseminator dan petugas selalu bersikap ramah dalam memberikan

pelayanan IB kepada peternak.

Berdasarkan hasil dari perhitungan korelasi Rank Spearman (rs)

menggunakan aplikasi SPSS diperoleh nilai Present value (Pv) 0,012 pada tingkat

signifikansi 0,05. Jika nilai Pv < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat

hubungan antara kinerja petugas inseminator dengan tingkat kepercayaan peternak

Kelompok Lestari. Nilai koefisien korelasi (rs) hubungan antara kinerja petugas

inseminator dengan tingkat kepercayaan peternak sapi perah di Kelompok Lestari

adalah sebesar 0,410 (Lampiran 12). Berpedoman pada aturan Guilford maka nilai

korelasi tersebut menandakan bahwa hubungan antara kinerja petugas inseminator

dengan tingkat kepercayaan peternak adalah searah (positif) dan, termasuk dalam

kategori tingkat hubungan sedang.

Secara keseluruhan hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan

antara kinerja petugas inseminator dengan tingkat kepercayaan peternak dalam

kategori tingkat hubungan sedang atau cukup kuat sehingga dapat dikatakan baik

atau tidaknya kinerja dari petugas inseminator akan mempengaruhi tingkat

kepercayaan peternak terhadap kinerja petugas inseminator.