BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran...

26
38 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1.1 Subjek Penelitian Penelitian dilaksanakan di dua SD yaitu SD Negeri Kauman Kidul dan SD Negeri Bugel 1 yang terletak di Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga. Subjek penelitan adalah seluruh siswa kelas IV SD Negeri Kauman Kidul dan SD Negeri Bugel 1. Pemilihan subjek penelitian didasarkan dari beberapa hal, antara lain kedua SD tersebut merupakan SD imbas. Jumlah siswa di kedua SD tersebut relatif seimbang yaitu 21 siswa pada SDN Kauman Kidul yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan, serta 19 siswa pada SDN Bugel 1 yang terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan. Siswa di kedua sekolah tersebut terbilang aktif, mereka senang bertanya tentang hal yang belum diketahui dan mengutarakan pendapat mereka saat proses pembelajaran. Gaya belajar di kedua SD terdapat sedikit perbedaan. Siswa di SD Kauman Kidul lebih senang belajar dengan melihat contoh langsung dari suatu materi, medengarkan penjelasan dari guru, mencatat materi yang sedang dipelajari serta lebih senang belajar dalam sebuah kelompok. Pada SD Bugel 1 siswa juga lebih tertarik dengan melihat contoh langsung dari suatu materi pelajaran, mendengarkan penjelasan dari guru namun kurang tertarik dengan menyelesaikan tugas bersama kelompok. Kegiatan belajar mengajar pada kedua sekolah tersebut sehari-hari guru menggunakan model ceramah dimana siswa mendengarkan penjelasan dari guru dan mencatat materi pelajaran yang diajarkan. Kemampuan akademik siswa juga relatif seimbang dengan KKM mata pelajaran IPA yang sama yaitu 70. Selain itu, siswa pada kedua SD memiliki latar belakang sosial yang hampir sama, kebanyakan orang tua dari siswa-siswi tersebut bekerja sebagai petani, pedagang maupun karyawan swasta.

Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran...

38

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian

4.1.1 Subjek Penelitian

Penelitian dilaksanakan di dua SD yaitu SD Negeri Kauman Kidul dan SD

Negeri Bugel 1 yang terletak di Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga. Subjek

penelitan adalah seluruh siswa kelas IV SD Negeri Kauman Kidul dan SD Negeri

Bugel 1. Pemilihan subjek penelitian didasarkan dari beberapa hal, antara lain

kedua SD tersebut merupakan SD imbas. Jumlah siswa di kedua SD tersebut

relatif seimbang yaitu 21 siswa pada SDN Kauman Kidul yang terdiri dari 12

siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan, serta 19 siswa pada SDN Bugel 1 yang

terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan. Siswa di kedua sekolah

tersebut terbilang aktif, mereka senang bertanya tentang hal yang belum diketahui

dan mengutarakan pendapat mereka saat proses pembelajaran. Gaya belajar di

kedua SD terdapat sedikit perbedaan. Siswa di SD Kauman Kidul lebih senang

belajar dengan melihat contoh langsung dari suatu materi, medengarkan

penjelasan dari guru, mencatat materi yang sedang dipelajari serta lebih senang

belajar dalam sebuah kelompok. Pada SD Bugel 1 siswa juga lebih tertarik dengan

melihat contoh langsung dari suatu materi pelajaran, mendengarkan penjelasan

dari guru namun kurang tertarik dengan menyelesaikan tugas bersama kelompok.

Kegiatan belajar mengajar pada kedua sekolah tersebut sehari-hari guru

menggunakan model ceramah dimana siswa mendengarkan penjelasan dari guru

dan mencatat materi pelajaran yang diajarkan. Kemampuan akademik siswa juga

relatif seimbang dengan KKM mata pelajaran IPA yang sama yaitu 70. Selain itu,

siswa pada kedua SD memiliki latar belakang sosial yang hampir sama,

kebanyakan orang tua dari siswa-siswi tersebut bekerja sebagai petani, pedagang

maupun karyawan swasta.

39

4.1.2 Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dibagi menjadi dua kelas yaitu kelas IV SDN Kauman Kidul

sebagai kelas eksperimen 1 dengan menggunakan model pembelajaran mind

mapping dan kelas IV SDN Bugel 1 sebagai kelas eksperimen 2 dengan

menggunakan model pembelajaran example non-example. Pada tiap kelas

dilakukan tiga kali pertemuan, dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.1

Jadwal Pelaksanaan Pembelajaran Menggunakan Model Mind Mapping di

SD Negeri Kauman Kidul

No Hari, Tanggal Uraian Kegiatan

1.

2.

3.

Rabu, 30 Maret

2016

Jumat, 8 April

2016

Sabtu, 9 April

2016

- Perkenalan dengan kelas IV (kelas eksperimen)

- Mengerjakan soal Pretest

- Kegiatan pembelajaran faktor penyebab perubahan

lingkungan fisik (angin dan hujan)

- Mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan

kelas

- Melanjutkan pembelajaran sebelumnya yaitu faktor

penyebab perubahan lingkungan fisik (cahaya

matahari dan gelombang air laut)

- Mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan

kelas.

- Mengerjakan soal posttest

40

Tabel 4.2

Jadwal Pelaksanaan Pembelajaran Menggunakan Model Example Non-

Example di SD Negeri Bugel 1

No Hari, Tanggal Uraian Kegiatan

1.

2.

3.

Senin, 28 Maret

2016

Senin, 4 April

2016

Rabu, 6 April

2016

- Perkenalan dengan kelas IV (kelas eksperimen)

- Mengerjakan soal Pretest

- Kegiatan pembelajaran faktor penyebab perubahan

lingkungan fisik (angin dan hujan)

- Mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan

kelas

- Melanjutkan pembelajaran sebelumnya yaitu faktor

penyebab perubahan lingkungan fisik (cahaya

matahari dan gelombang air laut)

- Mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan

kelas.

- Mengerjakan soal posttest

Sebelum melaksanakan pembelajaran, guru harus mempelajari langkah-

langkah model pembelajaran yang akan di terapkan pada kelas eksperimen 1

maupun kelas eksperimen 2, selain itu guru juga harus mempersiapkan alat-alat

yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran.

4.2 Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran

4.2.1 Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Mind Mapping

Pelaksanaan pembelajaran pada kelas eksperimen 1 yang menggunakan

model mind mapping dilakukan dalam 2 kali pertemuan. Materi yang diajarkan

yaitu faktor penyebab perubahan lingkungan.

41

1. Pertemuan 1

Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Jumat, 8 April 2016 pada pukul

07.00 – 08.45 WIB dengan alokasi waktu 3 x 35 menit. Kegiatan pembelajaran

terdiri dari kegiatan awal, inti dan penutup, dengan materi pelajaran yaitu faktor

penyebab perubahan lingkungan yaitu angin dan hujan.

Pertama kegiatan pendahuluan, guru menyiapkan perlengkapan untuk

pembelajaran, mengkondisikan siswa, mengajak siswa bernyanyi, melakukan

apersepsi dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada hari

ini. Selanjutnya pada kegiatan inti guru mengajar dengan model pembelajaran

mind mapping. Sebelum menyampaikan materi pelajaran, guru terlebih dahulu

memperkenalkan model mind mapping serta cara membuat mind map kepada

siswa. Dalam pembelajaran berjalan dengan cukup baik, karena guru

menggunakan berbagai gambar pada saat menjelaskan materi pelajaran, sehingga

siswa tertarik untuk mendengarkan penjelasan dari guru. Namun, pada saat siswa

dibagi dalam kelompok untuk membuat mind map siswa nampak kebingungan

dan menjadikan kelas agak gaduh, sehingga guru menjelaskan kembali cara

membuat mind map dan menuntun setiap kelompok dalam menyelesaikan mind

map mereka. Setelah memahami cara membuat mind map, hampir semua siswa

antusias dalam membuat mind map, namun masih ada beberapa siswa yang masih

pasif karena memang karakter siswa tersebut pendiam. Setiap kelompok membuat

mind map yang sesuai dengan tema yang didapat. Mereka membuat judul serta

membuat cabang dengan berbagai warna dan gambar, ada kelompok yang

membuat gambar sendiri, ada juga kelompok yang menggunakan gambar yang

diberikan oleh guru, dan ada yang memadukan gambar mereka dengan gambar

yang diberikan oleh guru. Mereka menuangkan ide-ide pada mind map yang

mereka buat, bahkan ada yang menghias mind map agar terlihat lebih menarik.

Ketika diminta untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka ke depan kelas,

hampir semua siswa antusias untuk memperlihatkan hasil mind map yang sudah

mereka buat. Dengan mencocokkan mind map dengan kelompok lain yang

memiliki tema yang sama, mereka tahu kesalahan masing-masing. Setelah semua

memperlihatkan hasil mind map kelompoknya, selanjutnya tiap kelompok

42

bertukar mind map dengan kelompok lain yang berbeda tema dengan

kelompoknya, misal kelompok dengan tema angin bertukar mind map dengan

kelompok yang bertema hujan.

Kegiatan penutup, dilakukan dengan membuat kesimpulan tentang materi

yang telah dipelajari pada hari itu dengan cara guru bertanya jawab dengan siswa,

dan guru menyampaikan materi pelajaran yang akan dipelajari pada hari

berikutnya. Pembelajaran ditutup dengan mengucapkan salam.

2. Pertemuan 2

Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Sabtu, 9 April 2016 pada pukul

07.00 - 08.45 WIB dengan alokasi waktu 3 x 35 menit. Kegiatan pembelajaran

terdiri dari kegiatan awal, inti dan penutup, dengan melanjutkan materi pelajaran

pada hari sebelumnya yaitu faktor penyebab perubahan lingkungan yaitu cahaya

matahari dan gelombang air laut.

Pertemuan kedua ini, pembelajaran lebih baik daripada hari sebelumnya.

Siswa sangat tertib dalam mengikuti pembelajaran serta tertarik mendengarkan

penjelasan dari guru, karena guru menggunakan berbagai macam gambar dalam

mengajar.

Siswa sangat antusias saat dibagi dalam kelompok untuk membuat mind map

karena mereka sudah mengerti cara membuat mind map bahkan ada siswa yang

sangat gembira karena dia sangat suka membuat mind map. Saat pembuatan mind

map setiap anggota kelompok bekerja sama, dengan cara membagi tugas agar

semua anggota kelompok mendapat bagian, selain itu terlihat kerja sama antar

anggota kelompok dan mereka juga saling membantu apabila ada anggota

kelompok yang merasa kesulitan. Mereka pun antusias dalam memperlihatkan

mind map yang kelompok mereka buat. Mind map yang mereka buat pun lebih

bagus dan lebih rapi dibandingkan mind map yang mereka buat sebelumnya.

Setelah semua kelompok maju, tiap kelompok bertukar mind map dengan

kelompok lain yang berbeda tema.

43

Terakhir kegiatan penutup, guru bersama siswa membuat kesimpulan tentang

pelajaran yang telah dilalui dengan cara bertanya jawab dan menunjuk beberapa

siswa untuk menyampaikan apa yang sudah dipelajari pada hari itu. Kemudian,

guru membagikan lembar evaluasi kepada siswa, siswa pun mengerjakan soal

evaluasi dengan tenang dan sungguh-sungguh. Setelah mengerjakan soal evaluasi,

siswa diminta untuk mengisi lembar penilaian afektif. Pelajaran pun ditutup

dengan mengucapkan salam penutup.

4.2.2 Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Example Non-Example

Pelaksanaan pembelajaran pada kelas eksperimen 2 yang menggunakan

model example non-example dilakukan dalam 2 kali pertemuan. Materi yang

diajarkan yaitu faktor penyebab perubahan lingkungan.

1. Pertemuan 1

Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 4 April 2016 pada

pukul 09.00 – 10.45 WIB dengan alokasi waktu 3 x 35 menit. Materi yang

diajarkan yaitu faktor penyebab perubahan lingkungan fisik yaitu angin dan hujan.

Siswa terlihat antusias untuk mengikuti pelajaran pada pertemuan pertama

saat guru membuka pelajaran. Hal ini terlihat pada saat guru melakukan apersepsi

dengan mengajukan berbagai pertanyaan, mereka nampak antusias untuk

menjawab. Pada kegiatan awal pembelajaran, guru hanya menyampaikan sedikit

materi untuk pengantar siswa dalam melakukan diskusi. Namun pada saat

pembagian kelompok, suasana kelas menjadi ribut karena banyak dari mereka

yang tidak suka dengan anggota kelompoknya dan ingin memilih anggota

kelompok yang mereka inginkan. Meskipun demikian, akhirnya mereka tetap mau

berkelompok sesuai dengan warna yang didapatkan, namun kurang antusias dalam

mengerjakan tugas kelompok. Bahkan siswa laki-laki banyak yang tidak ikut

mengerjakan tugas kelompok dan malah berjalan kesana-kemari. Maka dari itu

guru sering menegur mereka. Pada saat diminta maju mempresentasikan hasil

diskusi mereka pun banyak dari mereka tidak mau maju karena malu. Tetapi ada

44

juga yang sangat antusias sekali untuk membacakan hasil diskusi mereka. Setelah

semua membacakan hasil diskusinya, barulah guru menjelaskan materi

berdasarkan hasil diskusi dan dengan menggunkan bantuan gambar.

Terakhir pada kegiatan penutup, guru bersama siswa membuat kesimpulan

dari pembelajaran hari ini, dan menyampaikan materi pelajaran yang akan di

disampaikan pada pertemuan berikutnya.

2. Pertemuan 2

Pertemuan kedua dilaksanakan hari Rabu, 6 April 2016 pada pukul 07.00 –

08.45 WIB dengan alokasi waktu 3 x 35 menit. Materi yang diajarkan

melanjutkan materi pada pertemuan sebelumnya yaitu faktor penyebab perubahan

lingkungan yaitu cahaya matahari dan gelombang air laut.

Pertemuan kedua pembelajaran lebih baik dari pertemuan sebelumnya. Anak-

anak tampak antusias dalam mengikuti pelajaran dan menjawab pertanyaan-

pertanyaan dari guru.

Pembagian kelompok lebih tertib dibandingkan pembelajaran sebelumnya.

Mereka sudah mau bekerja dalam kelompok dan mencari dari berbagai sumber

untuk menyelesaikan tugas kelompoknya, meskipun masih ada satu dua siswa

yang tidak mau bekerja dalam kelompok, karena tidak suka dengan anggota

kelompoknya. Setelah selesai, mereka antusias maju ke depan kelas untuk

membacakan hasil diskusi kelompoknya, terutama siswa perempuan, namun siswa

laki-laki masih malu-malu untuk maju ke depan kelas. Setelah semua kelompok

membacakan hasil diskusinya, guru baru menjelaskan materi menggunakan media

gambar yang termasuk contoh dan bukan contoh faktor penyebab perubahan

lingkungan.

Terakhir yaitu kegiatan penutup, guru bersama siswa membuat kesimpulan

pembelajaran yang sudah dilakukan. Kemudian guru membagikan soal evaluasi

kepada siswa, siswa mengerjakan dengan tenang dan tertib. Setelah siswa selesai

mengerjakan soal evaluasi, guru membagikan lembar penilaian afektif untuk diisi

oleh para siswa. Pembelajaran ditutup dengan mengucapkan salam penutup.

45

4.3 Data Hasil Belajar IPA Siswa

4.3.1 Hasil Belajar Kelas Mind Mapping

4.3.1.1 Hasil Pretest Kelas Mind Mapping

Kelas mind mapping diperoleh nilai pretest terendah yaitu 50 dan nilai

tertinggi yaitu 85 dari 21 siswa. Kemudian dihitung rata-rata kelas maka

didapatkan rata-rata kelas yaitu 67,14. Untuk menentukan interval kelas

digunakan rumus seperti berikut ini :

Range/jangkauan = skor maksimal – skor minimal

= 85 – 50

= 35

Banyaknya kategori Sturges (k) = 1 + 3,3 log n

= 1 +3,3 . log 21

= 1 + 3,3 . 1,322

= 5,363 = 5

Panjang kelas interfal (P) =

=

= 7

Distribusi hasil belajar Pretest kelas mind mapping dapat dilihat pada tabel

4.7 berikut :

46

Tabel 4.3

Distribusi Hasil Belajar Pretest Kelas Mind Mapping

No Interval Nilai Frekuensi Presentase (%)

1 50 – 54 1 4,8

2 55 – 59 2 9,5

3 60 – 64 3 14,3

4 65 – 69 4 19

5 70 – 74 6 28,5

6 75 – 79 3 14,3

7 80 – 84 1 4,8

8 85 – 89 1 4,8

Total 21 100

Berdasarkan Tabel distribusi hasil belajar pretest di atas, dapat dilihat

bahwa siswa pada kelas mind mapping berada pada interval 70-74 sebanyak 6

siswa. Dengan presentase sebesar 28,5%.

Hasil deskriptif pretest siswa kelas mind mapping dapat dilihat pada tabel

dibawah ini :

Tabel 4.4

Statistik Deskriptif Pretest Kelas Mind Mapping

Descriptives

Nilai

N Mean Std. Deviation Std. Error 95% Confidence Interval for Mean Minimum Maximum

Lower Bound Upper Bound

Eksperimen 1 21 67,14 8,598 1,876 63,23 71,06 50 85

Tabel diatas menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar pretest kelas mind

mapping sebesar 67,14.

4.3.1.2 Hasil Posttest Kelas Mind Mapping

Hasil posttest adalah hasil yang didapatkan siswa setelah diberi perlakuan

dengan pembelajaran menggunakan model mind mapping. Setelah diuji

ditemukkan bahwa perolehan nilai terendah yaitu 55 dan nilai tertinggi 100. Nilai

47

rata-rata kelas dari hasil posttest ini yaitu 82,38. Untuk melihat distribusi

perolehan hasil posttest ini dapat dilihat berikut ini :

Range/jangkauan = skor maksimal – skor minimal

= 100 – 55

= 45

Banyaknya kategori Sturges (k) = 1 + 3,3 log n

= 1 +3,3 . log 21

= 1 + 3,3 . 1,322

= 5,363 = 5

Panjang kelas interfal (P) =

=

= 9

Distribusi hasil belajar Posttest kelas mind mapping dapat dilihat pada tabel

4.5 berikut :

Tabel 4.5

Distribusi Hasil Belajar Postest Kelas Mind Mapping

No Interval Nilai Frekuensi Presentase (%)

1. 55 – 61 2 9,5

2. 62 – 68 1 4,8

3. 69 – 75 3 14,3

4. 76 – 82 3 14,3

5. 83 – 89 4 19

6. 90 – 96 6 28,6

7. 97 – 103 2 9,5

Total 21 100

48

Berdasarkan tabel distribusi perolehan nilai posttest diatas, maka

presentase terbesar yang mendapat nilai antara 90-96 sebanyak 6 siswa dengan

presentase 28,6%.

Hasil deskriptif posttest siswa kelas mind mapping dapat dilihat pada tabel

dibawah ini :

Tabel 4.6

Statistik Diskriptif Posttest Kelas Mind mapping

Descriptives

Nilai

N Mean Std. Deviation Std. Error 95% Confidence Interval for Mean Minimum Maximum

Lower Bound Upper Bound

Eksperimen 1 21 82,38 12,310 2,686 76,78 87,98 55 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar posttest kelas mind

mapping sebesar 82,38.

4.3.2 Hasil Belajar Kelas Example Non-Example

4.3.2.1 Hasil Pretest Kelas Example Non-Example

Kelas example non-example ditemukan hasil pretest dengan nilai terendah

40 dan nilai tertinggi 80. Nilai rata-rata kelas yang diperoleh 61,84. Untuk

menentukan interval kelas digunakan rumus seperti berikut ini :

Range/jangkauan = skor maksimal – skor minimal

= 80 – 40

= 40

Banyaknya kategori Sturges (k) = 1 + 3,3 log n

= 1 +3,3 . log 19

= 1 + 3,3 . 1,279

= 5,221 = 5

49

Panjang kelas interfal (P) =

=

= 8

Distribusi hasil belajar Pretest kelas example non-example dapat dilihat

pada tabel 4.7 berikut :

Tabel 4.7

Distribusi Hasil Belajar Pretest Kelas Example Non-Example

No Interval Nilai Frekuensi Presentase (%)

1. 40 – 45 2 10,5

2. 46 – 51 2 10,5

3. 52 – 57 3 16

4. 58 – 63 3 16

5. 64 – 71 5 26

6. 72 – 77 2 10,5

7. 78 – 83 2 10,5

Total 19 100

Berdasarkan Tabel distribusi hasil belajar pretest di atas, dapat dilihat

bahwa interval pada kelas example non-example berada pada nilai 64 - 71

sebanyak 5 siswa. Dengan perolehan prosentase sebesar 26%.

Hasil deskriptif pretest siswa kelas example non-example dapat dilihat

pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.8

Statistik Diskriptif Pretest Kelas Example Non-Example

Descriptives

Nilai

N Mean Std. Deviation Std. Error 95% Confidence Interval for Mean Minimum Maximum

Lower Bound Upper Bound

Eksperimen 2 19 61,84 11,452 2,627 56,32 67,36 40 80

50

Tabel diatas menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar pretest kelas

example non-example sebesar 61,84.

4.3.2.2 Hasil Posttest Kelas Example Non-Example

Perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran example non-

example didapatkan nilai terendah 50 dan nilai tertinggi yaitu 100 dengan rata-rata

73,94. Untuk mengetahui siswa yang memperoleh nilai terbanyak setelah diberi

pembelajaran dengan model pembelajaran example non-example bedasarkan pada

nilai posttest, dapat dilihat pada tabel berikut bedasarkan interval :

Range/jangkauan = skor maksimal – skor minimal

= 100 – 50

= 50

Banyaknya kategori Sturges (k) = 1 + 3,3 log n

= 1 +3,3 . log 19

= 1 + 3,3 . 1,279

= 5,221 = 5

Panjang kelas interfal (P) =

=

= 10

Distribusi hasil belajar Posttest kelas example non-example dapat dilihat

pada tabel 4.9 berikut :

51

Tabel 4.9

Distribusi Hasil Belajar Postest Kelas Example Non-Example

No Interval Nilai Frekuensi Presentase (%)

1. 50 – 57 2 10,5

2. 58 – 65 4 21,1

3. 66 – 73 2 10,5

4. 74 – 81 7 36,8

5. 82 – 89 1 5,3

6. 90 – 97 2 10,5

7. 98 - 105 1 5,3

Total 19 100

Berdasarkan tabel distribusi hasil belajar posttest di atas, dapat dilihat

bahwa siswa yang memperoleh nilai terbanyak 74 - 81 sebanyak 7 siswa, dengan

prosentase sebesar 36,8%.

Hasil deskriptif posttest siswa kelas example non-example dapat dilihat

pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.10

Statistik Deskriptif Posttest Kelas Example Non-Example

Descriptives

Nilai

N Mean Std. Deviation Std. Error 95% Confidence Interval for Mean Minimum Maximum

Lower Bound Upper Bound

Eksperimen 2 19 73,95 13,184 3,025 67,59 80,30 50 100

Berdasarkan tabel statistik deskriptif posttest di atas, dapat dilihat rata-rata

hasil belajar posttest sebesar 73,95.

52

4.4 Uji Persyaratan Analisis Data

4.4.1 Uji Normalitas Data

4.4.1.1 Uji Normalitas data Pretest Kelas Mind Mapping

Uji normalitas data awal kelas mind mapping didapat dari nilai pretest. Uji

normalitas dilakukan dengan menggunakan Shapiro-Wilk karena jumlah

responden yang diteliti kurang dari 30 siswa. Data dikatakan dalam distribusi

normal apabila nilai signifikan >0.05, sedangkan nilai signifikan < 0.05 maka data

tidak berdistribusi normal. Berikut hasil uji normalitas menggunakan program

pengolahan data SPSSfor windows versi 20.0 pada data awal kelas eksperimen 1

dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.11

Hasil Uji Normalitas Pretest Kelas Mind Mapping

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.

pretest_kelas_eksperimen1 ,154 21 ,200* ,971 21 ,762

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

Tabel hasil uji normalitas Shapiro-Wilk menunjukkan hasil pretest kelas

mind mapping yaitu 0,762. Hal ini menunjukkan bahwa distribusi hasil

pengukuran untuk variabel pretest kelas mind mapping adalah normal karena

probabilitasnya lebih besar dari 0,05. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar

berikut :

53

Gambar 4.1

Grafik Normalitas Pretest Kelas Mind Mapping

4.4.1.2 Uji Normalitas data Posttest Kelas Mind Mapping

Uji normalitas data kelas mind mapping didapat dari nilai posttest. Berikut

hasil uji normalitas menggunakan program pengolahan data SPSS for windows

versi 20.0 pada kelas mind mapping dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.12

Hasil Uji Normalitas Posttest Kelas Mind Mapping

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.

posttest_kelas_eksperimen ,156 21 ,200* ,945 21 ,275

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

Tabel di atas menunjukkan hasil uji normalitas untuk posttest kelas mind

mapping yaitu 0,275. Hal ini berarti distribusi hasil pengukuran variabel posttest

54

kelas mind mapping adalah normal karena probabilitasnya lebih besar dari 0,05.

Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 4.2

Grafik Normalitas Posttest Kelas Mind Mapping

4.4.1.3 Uji Normalitas data Pretest Kelas Example Non-Example

Uji normalitas data awal kelas example non-example didapat dari nilai

pretest. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan Shapiro-Wilk karena

jumlah responden yang diteliti kurang dari 30 siswa. Data dikatakan dalam

distribusi normal apabila nilai signifikan >0.05, sedangkan nilai signifikan < 0.05

maka data tidak berdistribusi normal. Berikut hasil uji normalitas menggunakan

program pengolahan data SPSS for windows versi 20.0 pada data awal kelas

example non-example dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

55

Tabel 4.13

Hasil Uji Normalitas Pretest Kelas Example Non-Example

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.

pretest_kelas_eksperimen 2 ,093 19 ,200* ,970 19 ,777

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

Tabel di atas menunjukkan bahwa hasil uji normalitas Shapiro-Wilk untuk

pretest kelas example non-example yaitu 0,777. Hal ini menunjukkan bahwa

distribusi hasil pengukuran untuk variabel pretest kelas example non-example

adalah normal karena probabilitasnya > 0,05. Lebih jelasnya dapat dilihat pada

gambar berikut :

Gambar 4.3

Grafik Normalitas Pretest Kelas Example Non-Example

4.4.1.4 Uji Normalitas data Posttest Kelas Example Non-Example

Uji normalitas data kelas example non-example didapat dari nilai posttest.

Data dikatakan dalam distribusi normal apabila nilai signifikan >0.05, sedangkan

56

nilai signifikan < 0.05 maka data tidak berdistribusi normal. Berikut hasil uji

normalitas menggunakan program pengolahan data SPSS for windows versi 20.0

pada kelas example non-example dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.14

Hasil Uji Normalitas Posttest Example Non-Example

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.

posttest_kelas_kontrol ,113 19 ,200* ,981 19 ,953

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil uji normalitas untuk posttest

kelas example non-example yaitu 0,953. Hal ini menunjukkan bahwa distribusi

hasil pengukuran untuk variabel posttest kelas example non-example adalah

normal karena probabilitasnya lebih besar dari 0,05. Lebih jelasnya dapat dilihat

pada gambar berikut :

Gambar 4.4

Grafik Normalitas Posttest Kelas Example Non-Example

57

4.4.2 Uji Homogenitas Data

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah ada kesamaan

diantara kelas mind mapping dan kelas example non-example sebelum diberikan

perlakuan. Uji Homogenitas data awal kelas mind mapping dan kelas example

non-example dilakukan menggunkana nilai pretest. Berikut ini adalah hasil

analisis uji homogenitas dengan menggunakan SPSS for windows version 20.0.

Tabel 4.15

Hasil Uji Homogenitas Pretest Kelas Mind Mapping dan Kelas Example Non-

Example

Test of Homogeneity of Variances

Nilai

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1,947 1 38 ,171

Tabel perhitungan homogenitas diatas menunjukkan Levene Statistic sebesar

1,947 dengan nilai signifikannya sebesar 0,171 > 0,05. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa data nilai pretest pada kelas mind mapping dan kelas example

non-example bersifat homogen atau variansi data nilai awal kelas mind mapping

sama dengan variansi data nilai awal kelas example non-example.

4.4.3 Uji N-Gain

Uji N-Gain dilakukan untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa

terhadap materi pelajaran. Uji N-Gain diukur dari hasil pre-test dan post-test, pada

kelas mind mapping dan kelas example non-example uji-n gain dapat diketahui

dengan rumus sebagai berikut :

1. Kelas mind mapping

g =

=

58

=

= 0,46

2. Kelas example non-example

g =

=

=

= 0,32

Hasil uji n-gain kelas mind mapping dan kelas example non-example dapat

dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.16

Hasil Uji N-Gain Kelas Mind Mapping dan Kelas Example Non-Example

Kelas Uji n-gain

Mind Mapping 0,46

Example Non-Example 0,32

Tabel di atas menunjukkan bahwa hasil uji n-gain kelas mind mapping dan

kelas example non-example masuk ke dalam kategori sedang.

4.5 Pengujian Hipotesis

4.5.1 Analisis Uji t

Perhitungan uji-t dilakukan dengan mengunakan SPSS versi 20

menggunakan Independent Sampel T-test, dengan tujuan untuk melihat ada atau

tidaknya perbedaan rata-rata hasil belajar IPA antar siswa yang diberi perlakuan

model pembelajaran mind mapping dengan siswa yang diberi perlakuan dengan

model pembelajaran example non-example. Hasil uji hipotesis dengan uji t

59

Independent Samples Test, mempunyai kriteria berdasarkan tingkat signifikansi,

yaitu :

1. Jika signifikan > 0,05 maka diterima ditolak

2. Jika signifikan < 0,05 maka ditolak diterima.

Hasil perhitungan uji t dapat dilihat pada tabel 4.13 di bawah ini :

Tabel 4.17

Independent Sampel Test Dari Posttest Kelas Mind Mapping dan Kelas

Example Non-Example

Independent Samples Test

Levene's Test for

Equality of Variances

t-test for Equality of Means

F Sig. T Df Sig. (2-

tailed)

Mean

Differenc

e

Std. Error

Difference

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Nilai Equal variances

assumed

,043 ,836 2,092 38 ,043 8,434 4,031 ,273 16,594

Equal variances

not assumed

2,085

36,9

21 ,044 8,434 4,045 ,236 16,631

Berdasarkan tabel 4.13 Independent Sampel Test, dapat diketahui bahwa

ditemukan hasil sebesar 2,092 dengan signifikasi dilihat dari Sig. (2-tailed) adalah

,043 pada kelas mind mapping dan kelas example non-example.

4.6 Hasil Uji Hipotesis

Setelah dilakukan uji t-hitung maka dapat dianalisis hipotesisnya sebagai

berikut :

Ho : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA dengan

menggunakan model pembelajaran mind mapping dan model

pembelajaran example non-example siswa kelas IV SD Negeri

Kauman Kidul dan SD Negeri Bugel 1 Kota Salatiga Semester II

Tahun 2015/2016.

60

Ha : Terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA dengan

menggunakan model pembelajaran mind mapping dan model

pembelajaran example non-example siswa kelas IV SD Negeri

Kauman Kidul dan SD Negeri Bugel 1 Kota Salatiga Semester II

Tahun 2015/2016.

Hasil t-hitung diperoleh signifikansi ,043 < 0,05, maka dapat disimpulkan

bahwa H0 ditolak Ha diterima, artinya terdapat perbedaan yang signifikan hasil

belajar IPA dengan menggunakan model pembelajaran mind mapping dan model

pembelajaran example non-example siswa kelas IV SD Negeri Kauman Kidul dan

SD Negeri Bugel 1 Kota Salatiga Semester II Tahun 2015/2016.

4.7 Pembahasan Hasil Penelitian

Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil

belajar IPA dengan menggunakan model pembelajaran mind mapping dan model

example non-example pada siswa kelas IV. Dengan materi faktor penyebab

perubahan lingkungan fisik. Kelas eksperimen 1 menggunakan model

pembelajaran mind mapping sedangkan kelas eksperimen 2 menggunakan model

pembelajaran example non-example. Pada setiap kelompok dilakukan masing-

masing dua kali pertemuan.

Perbedaan hasil belajar pada kedua kelas setelah diberi perlakuan

menunjukkan hasil yang signifikan. Pada kelas mind mapping rata-rata hasil

belajar yang diperoleh sebesar 82,38 dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah

55, sedangkan pada kelas example non-example rata-rata hasil belajar yang

diperoleh sebesar 73,95 dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 50. Sehingga

terdapat selisih 8,43.

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan perbedaan hasil belajar pada

kedua kelas tersebut. Salah satunya karena pada kelas mind mapping siswa lebih

aktif dalam mengikuti pembelajaran, didukung dengan sikap dan keterampilan

siswa saat pembelajaran berada pada kategori yang sangat baik. Hal ini dapat

dilihat dari rasa ingin tahu siswa yang tinggi terhadap materi pelajaran. Saat

61

melakukan diskusi kelompok pun sikap tanggung jawab dan kerja sama antar

anggota sangat terlihat, mereka bekerja sama dalam mencari informasi dari

berbagai sumber untuk membuat mind map dan menerima pendapat serta

masukan dari anggota kelompok yang lain. Saat mempresentasikan hasil diskusi,

mereka sangat antusias maju kedepan kelas untuk memperlihatkan mind map yang

mereka buat. Selain itu, siswa pada kelas mind mapping lebih menguasai materi

pembelajaran karena sebelum melaksanakan tugas kelompok, siswa kelas mind

mapping sudah mendapatkan pengetahuan tentang materi yang akan di

diskusikan. Jadi, siswa lebih memahami materi pembelajaran.

Hasil belajar siswa dengan menggunakan model example non-example juga

terbilang baik. Namun tidak semua siswa aktif dalam mengikuti pembelajaran.

Hal ini didukung dengan sikap dan keterampilan siswa dalam mengikuti

pembelajaran yang hanya berada pada kategori baik. Meskipun rasa ingin tahu

siswa sangat tinggi dalam mengikuti pembelajaran, namun saat melakukan diskusi

kelompok, kerja sama antar anggota kelompok kurang terlihat. Beberapa siswa

terlihat kurang bertanggung jawab dengan tugas yang di dapatnya. Pada saat

diminta mempresentasikan hasil diskusi, siswa juga kurang berani untuk maju

kedepan kelas dan harus dibujuk oleh guru terlebih dahulu. Selain itu, dalam

menganalisis gambar yang berkaitan dengan materi pembelajaran, siswa belum

mendapatkan penjelasan mengenai materi tersebut. Siswa hanya mendapat

gambaran besar tentang materi yang di ajarkan pada awal pembelajaran, sehingga

siswa kurang memahami tentang materi pembelajaran tersebut.

Hasil uji n-gain pada kelas mind mapping dan kelas example non-example

tidak memiliki perbedaan. Kelas mind mapping memperoleh hasil uji n-gain

sebesar 0,46. Sedangkan pada kelas example non-example mendapatkan hasil

sebesar 0,32. Kedua kelas tersebut sama-sama menunjukkan kategori sedang,

dimana tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang di sampaikan

oleh guru pada kedua kelas berkategori sedang.

62

Uji t-tes menunjukkan siginifikansi 0,043 < 0,05 artinya terdapat perbedaan

hasil belajar IPA dengan menggunakan model pembelajaran mind mapping

dengan hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran example non-

example. Dari ulasan di atas menunjukkan bahwa model pembelajaran mind

mapping lebih baik digunakan daripada model pembelajaran example non-

example. Hal ini dikarenakan pada model example non-example hanya

menggunakan media berupa gambar sedangkan pada model pembelajaran mind

mapping, pembelajaran menggunakan media berupa gambar serta menggunakan

berbagai warna dalam membuat mind map. Sesuai dengan teori pembelajaran

kontruktivisme yang menyatakan siswa harus menemukan dan membangun

sendiri pengetahuan yang mereka pelajari. Dengan melihat gambar dan bantuan

yang diberikan oleh guru, siswa lebih mudah memahami materi pelajaran. Selain

itu dengan menggunakan model pembelajaran mind mapping dapat

mengkombinasikan fungsi otak kiri dan otak kanan yaitu menggabungkan antara

tulisan, warna dan gambar. Dengan siswa memperlajari secara langsung faktor

penyebab perubahan lingkungan melalui media gambar, membuat sendiri mind

map sesuai dengan pemahaman mereka serta menggunakan berbagai macam

warna, maka pembelajaran lebih menyenangkan dan hasil belajar siswa menjadi

lebih baik. Namun perlu diperhatikan jika di dalam kelas tersebut terdapat anak

yang berkebutuhan khusus seperti contohnya pada kelas mind mapping, guru

harus lebih ekstra memperhatikan anak tersebut dengan menjelaskan pembuatan

mind map secara perlahan dan juga meminta anggota lain yang satu kelompok

dengan anak tersebut untuk mengajaknya dalam mebuat mind map. Dengan

begitu, anak tersebut juga mampu membuat mind map dan juga tidak dibedakan

dengan siswa lain. Alternatif lain yang dapat digunakan dalam menerapkan model

pembelajaran mind mapping antara lain dengan siswa diminta untuk membuat

mind map terlebih dahulu sebelum guru menjelaskan materi pembelajaran.

Dengan begitu siswa tidak hanya menuangkan ide-ide yang telah didapat dalam

sebuah mind map saja, namun tingkat analisis dalam membangun pengetahuan

juga diasah. Dengan siswa membuat terlebih dahulu mind map sesuai analisis

mereka, pada saat guru menjelaskan materi dan terdapat kesalahan pada mind

63

map yang mereka buat, mereka akan mengetahui kesalahan tersebut dan tingkat

pemahaman siswa terhadap materi akan semakin baik. Model pembelajaran mind

mapping lebih baik diterapkan dalam pembelajaran juga lebih diperkuat dengan

penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Arman (2012). Berdasarkan hasil

penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model

mind mapping lebih baik dibandingkan dengan model concept mapping.