BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Responden Penelitian ...
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Responden
Transcript of BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Responden
55
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Responden
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten
Wonosobo dengan responden yang diambil secara terpilih
yakni guru-guru SD Negeri yang telah tersertifikasi dari
wilayah yang menjadi cakupan Kabupaten Wonosobo.
Wilayah kabupaten Wonosobo terdiri dari 15 kecamatan
dengan rata-rata terdapat 20 SDN. Responden dalam
penelitian ini terdiri dari 93 guru SD Negeri yang telah
tersertifikasi yang diambil dari beberapa kecamatan
yang berada di Kabupaten Wonosobo, di mana jumlah
guru SD Negeri yang tersertifikasi berjumlah 1226 orang,
sedangkan yang dijadikan sampel berjumlah 93 orang.
Sampel sebanyak 93 orang akan diambil dari
beberapa kecamatan yang mewakili seluruh Kabupaten
Wonosobo. Adapun pemilihan kecamatan diambil dari
wilayah pusat kota dan wilayah perbatasan dari
Kabupaten Wonosobo, yakni Kecamatan Selomerto,
Kecamatan Mojotengah, Kecamatan Sapuran, dan
Kecamatan Wadas Lintang. Selanjutnya di pilih beberapa
SDN dengan guru-guru SDN yang tersertifikasi sehingga
diperoleh sampel sebanyak 93 guru SDN yang telah
tersertifikasi.
Sampel adalah bagian dari karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut. Penentuan sampel dalam
penelitian ini menggunakan rumus Slovin, dengan
jumlah populasi sebanyak 1226 maka dengan
56
menggunakan rumus Slovin diperoleh jumlah sampel
sebanyak 93. Kemudian teknik sampling yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Sampling Purposive
(Purposive or Judgemental Sampling). Pada Sampling
Purposive, pengambilan sampel didasarkan pada seleksi
khusus, yakni peneliti membuat kriteria tertentu siapa
yang dijadikan sebagai informan. Pada penelitian ini,
seleksi khusus pada sampel ditunjukkan dengan
pemilihan guru SD Negeri pada Kabupaten Wonosobo
yang sudah tersertifikasi saja.
4.2 Hasil Penelitian
Penelitian dilakukan dengan menggunakan model
analasis kesenjangan atau GAP analysis. Analisis
kesenjangan digunakan untuk mengevaluasi program
sertifikasi guru yang dijalankan di Kabupaten Wonosobo
selanjutnya dibangdingkan dengan standar program
sertifikasi yang ditetapkan oleh pemerintah. Evaluasi
yang akan dilakukan terhadap program sertifikasi guru
meliputi proses pelaksanaan program sertifikasi guru
SDN di Kabupaten Wonosobo, hasil program sertifikasi
guru SDN di Kabupaten Wonosobo, dan faktor-faktor
yang mempengaruhi program sertifikasi guru SDN di
Kabupaten Wonosobo. Penelitian ini dilaksanakan pada
bulan April dengan menyebarkan kuesioner yang telah
valid pada responden yang telah dipilih yakni guru-guru
SD Negeri yang telah tersertifikasi di Kabupaten
Wonosobo.
57
4.2.1 Proses Pelaksanaan Program Sertifikasi Guru
Kabupaten Wonosobo
Program sertifikasi guru merupakan program
Nasional dengan tujuan menentukan kelayakan guru
dalam melaksanakan kewajibannya sebagai agen
pembelajaran dalam mewujudkan tujuan pendidikan
nasional, meningkatkan proses dan mutu hasil
pendidikan, meningkatkan martabat guru dan
meningkatkan profesionalitas guru. Dalam
pelaksanaannya, program sertifikasi tersebut melalui
pihak yang terkait dengan penyelenggaraan sertifikasi
bagi guru, meliputi;
1. Dinas Pendidikan Provinsi,
2. LPMP,
3. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota,
4. Guru Peserta Sertifikasi, dan
5. Pihak-pihak lain yang terkait.
Oleh karena itu, Kabupaten Wonosobo melalui
Dinas Pendidikannya ikut menyelenggarakan
pelaksanaan program sertifikasi. Sesuai dengan tujuan
dan manfaat sertifikasi guru menurut Dirjen PMPTK
(Depdiknas, 2007: 3), bahwa program sertifikasi guru
merupakan upaya pemerintah dalam meningkatkan
mutu guru dan kesejahteraan guru yang ditunjukkan
dengan pemberian sertifikat pendidik kepada guru.
Sertifikat pendidik diberikan kepada guru yang telah
memenuhi standar profesional guru dan dimaksudkan
agar para guru dapat melaksanakan tugasnya dalam
mengajar dengan baik dan sungguh-sungguh sehingga
58
memberikan hasil yang baik pada dunia pendidikan.
Program sertifikasi yang dicanangkan pemerintah secara
tidak langsung hendak meningkatkan mutu pendidikan
dengan upaya meningkatkan kesejahteraan guru yang
ditunjukkan dengan pemberian tunjangan. Program ini
telah dijalankan dan diupayakan untuk terus
dikembangkan sehingga membantu tercapainya tujuan
tersebut.
Pelaksaan sertifikasi diatur oleh penyelenggara,
yakni kerja sama antara Dinas Pendidikan Nasional
Daerah atau Departemen Agama Provinsi dengan
Perguruan Tinggi yang ditunjuk. Kemudian pendanaan
sertifikasi ditanggung oleh pemerintah dan pemerintah
daerah sebagaimana yang terdapat dalam UU 14 tahun
2005 pasal 13 (ayat 1) yaitu pemerintah dan pemerintah
daerah wajib menyediakan anggaran untuk peningkatan
kualifikasi akademik dan sertifikasi pendidik bagi guru
dalam jabatan yang diangkat oleh satuan pendidikan
yang diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah
daerah, dan masyarakat. Pada Kabupaten Wonosobo
program sertifikasi guru telah dijalankan dengan baik.
Pada dasarnya pelaksanaan program sertifikasi guru
pada Kabupaten Wonosobo telah sesuai dengan aturan
yang ditetapkan oleh pemerintah. Pelaksanaan program
sertifikasi pada Kabupaten Wonosobo telah sesuai
dengan pedoman penetapan peserta sertifikasi guru yang
dikeluarkan oleh pemerintah. Sejalan dengan peraturan
pemerintah mengenai penyelanggaraan program
sertifikasi, mekanisme pelaksanaan sertifikasi guru di
Kabupaten Wonosobo ada dua macam yakni melalui
penilaian portofolio bagi guru dalam jabatan dan melalui
59
pendidikan profesi guru. Dalam proses pelaksanaan
program sertifikasi, lembaga pendidikan di Kabupaten
Wonosobo menerapkan Program Profesi Guru atau PPG
dalam mekanisme penyaringan calon guru yang akan
mendapat sertifikat pendidik serta penerapan
mekanisme portofolio dengan beberapa ketentuan.
Berikut alur pelaksanaan Sertifikasi Guru Dalam
Jabatan yang diterapkan pada Kabupaten Wonosobo
dengan mengacu Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 5 Tahun 2012.
Gambar 4.1 Alur Sertifikasi bagi guru dalam jabatan
(Sumber: Buku 1. Pedoman Penetapan Peserta Sertifikasi
Guru, 2014: 5)
Program sertifikasi guru juga merupakan wadah
bagi guru-guru yang professional dengan ditandai
pemberian sertifikat pendidik. Seleksi guru profesional di
60
Kabupaten Wonosobo merupakan rangkaian proses yang
digunakan dalam proses pelaksanaan sertifikasi. Di awali
dengan seleksi guru melalui PPG dan PLPG kemudian
bagi guru yang dinyatakan lulus berhak mendapat
sertifikat pendidik. Setelah pemberian sertifikat pendidik
pada guru yang dinyatakan lolos seleksi maka guru
berhak mendapat tunjangan. Untuk meningkatkan
profesionalisme guru, maka pemerintah pada Kabupaten
Wonosobo turut mengadakan penilaian, yang dilakukan
oleh pengawas dan lembaga lain guna memonitoring
apakah guru dapat melaksanakan tugasnya dalam
mengajar dengan baik. Adapun upaya yang harus
dilakukan agar dapat lulus dalam seleksi program
sertifikasi, guru-guru harus dapat memahami tujuan
dan manfaat program sertifikasi bagi profesi keguruan,
hal itu dilakukan untuk sampai dinyatakan lulus
program sertifikasi, seperti pemahaman dan pengalaman
guru dalam menjalani prosedur atau tahap demi tahap
pelaksanaan program sertifikasi. Sedangkan untuk
pengalaman guru dalam mengikuti proses sertifikasi
cukup baik ini ditunjukkan bahwa guru melakukan
semua tahapan yang diprasyaratkan dalam program
sertifikasi guru.
4.2.2 Hasil Pelaksanaan Program Sertifikasi Guru
Kabupaten Wonosobo
Dalam bagian ini akan dilakukan analisis data
hasil penelitian terhadap evaluasi program sertifikasi
guru di Kabupaten Wonosobo. Hasil penelitian yang akan
dianalisis adalah data hasil observasi peneliti melalui
penyebaran kuesioner evaluasi program sertifikas guru
di Kabupaten Wonosobo. Penyebaraan angket dilakukan
61
untuk mengetahui tanggapan responden mengenai
sejauh mana pelaksanaan program sertifikasi di
Kabupaten Wonosobo sehingga evaluasi dapat dilakukan,
sehingga perolehan data dari kuesioner dapat dikalkulasi
dan dianalisis untuk mengetahui kesenjangannya. Skor
penilaian yang digunakan dalam lembar kuesioner
antara 1- 4 dengan kriteria program belum terlaksana,
perlu perencanaan ulang, perlu perbaikan dan sudah
terlaksana. Dari hasil sebaran kuesioner maka dapat
diketahui analisis kesenjangan dari evaluasi hasil
pelaksanaan program sertifikasi pada tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1 Analisis Kuesioner
Evaluasi Program Sertifikasi Guru
No ASPEK
1. Kegunaan (utility)
INDIKATOR
Program Sertifikasi dilaksanakan untuk meningkatkan mutu pendidikan pada proses pelaksanaan pembelajaran
RUMUSAN ITEM GAP KONDISI RIIL
Program sertifikasi dilaksanakan untuk menyaring tenaga pendidik profesional yang ditandai dengan sertifikat pendidik
-
Perlu pemahaman lebih mendalam mengenai ketetapan penyaringan program sertifikasi
Program sertifikasi dilaksanakan untuk mengontrol kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaraan
-
Kinerja guru belum sepenuhnya terkontrol dengan adanya program sertifikasi
Program sertifikasi yang dijalankan telah meningkatkan proses dan hasil pendidikan
-
Belum terealisasi
INDIKATOR
Program sertifikasi dilaksanakan untuk meningkatkan kinerja
62
guru dalam mengajar
RUMUSAN ITEM GAP KONDISI RIIL
Program sertifikasi memicu kinerja guru sehingga lebih berkompeten dalam mengajar
-
Belum terealisasi, perlu pemahaman lebih mendalam mengenai ditetapkannya program sertifikasi
Guru yang menerima sertifikasi sudah bekerja lebih baik dibandingkan dengan guru yang belum bersertifikasi
-
Hanya sebagian
guru tersertifikasi yang menunjukkan kinerja lebih baik pasca sertifikasi
Guru mampu mengembangkan kemampuannya melalui seminar, workshop, dan pelatihan lainnnya setelah menerima sertifikat dari program sertifikasi
-
Perlu peningkatan
Guru yang bersertifikasi selalu mencobakan berbagai model atau metode dalam mengajar sehingga pembelajaran lebih menarik dan tidak monoton
-
Belum semua guru mampu menciptakan pembelajaran yang menarik pasca sertifikasi
INDIKATOR
Program sertifikasi dilaksanakan dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan guru di bidang ekonomi
RUMUSAN ITEM GAP KONDISI RIIL
Tunjangan dari program sertifikasi meningkatkan kesejahteraan guru di bidang ekonomi
=
Terealisasi sesuai standar
Guru yang tersertifikasi dapat memanfaatkan tunjangan sertifikasi yang diberikan untuk meningkatkan kinerja. Seperti membeli buku dan sarana lainnya yang dapat digunakan untuk menunjang proses pembelajaran
-
Belum semua guru mampu memanfaatkan tunjangan sertifikasi untuk keperluan pembelajaran
63
Program sertifikasi guru memberikan tunjangan untuk hidup yang layak
+ Terealisasi sesuai dengan standar
Guru dengan sertifikasi memiliki kehidupan yang lebih sejahtera di bidang ekonomi ketimbang guru yang belum bersertifikasi
+
Terealisasi sesuai dengan standar
2. ASPEK
Kelayakan (feasibility)
INDIKATOR
Program setifikasi yang dijalankan layak untuk meningkatkan mutu
RUMUSAN ITEM GAP KONDISI RIIL
Program sertifikasi dijalankan dapat dikategorikan praktis untuk meningkatkan mutu pendidikan pada proses pelaksanaan pembelajaran
-
Perlu peningkatan
Program sertifikasi yang dijalankan dapat dikategorikan layak digunakan untuk meningkatkan mutu pendidikan pada proses pelaksanaan pembelajaran
-
Perlu peningkatan
Program sertifikasi dijalankan dapat dikategorikan efektif untuk meningkatkan mutu pendidikan pada proses pelaksanaan pembelajaran
-
Belum menunjukkan keefektifan dalam meningkatkan mutu pendidikan
3. ASPEK
Kepatutan (propierty)
INDIKATOR
Program sertifikasi yang dijalankan patut untuk meningkatkan mutu pendidikan pada proses pelaksanaan pembelajaran
RUMUSAN ITEM GAP KONDISI RIIL
Program sertifikasi telah dilaksanakan secara transparan sehingga masyarakat dapat memberikan penilaian
-
Perlu peningkatan
64
Program sertifikasi telah memberi dampak positif bagi guru dan dunia pendidikan yakni dengan meningkatnya profesionalitas guru sehingga mutu pendidikan meningkat khususnya pada proses pembelajaran
-
Dampak posiitif dalam meningkatkan profesionalisme dan mutu pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran belum terlihat
Tenaga pendidik yang kompeten dan profesional dalam mengajar dapat dipilih melalui program sertifikasi
+
Terealisasi
4. ASPEK
Akurasi (accuracy)
INDIKATOR
Program sertifikasi yang dijalankan tepat untuk meningkatkan mutu pendidikan pada proses pelaksanaan pembelajaran
RUMUSAN ITEM GAP KONDISI RIIL
Program sertifikasi telah memberikan hasil yang akurat dalam meningkatnya mutu pendidikan pada proses pelaksanaan pembelajaran
-
Perlu peningkatan
Program sertifikasi memberikan kontrol kepada guru tersertifikasi dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar
-
Perlu peningkatan
Program sertifikasi membangun citra masyarakat terhadap profesi pendidik dan tenaga kependidikan
+
Terealisasi
Program sertifikasi memberi kemudahan dalam memberikan pengawasan terhadap mutu pendidik dan tenaga kependidikan
-
Perlu peningkatan
Guru yang telah tersertifikasi selalu memiliki kualifikasi akademik yang baik sehingga peningkatan mutu pendidikan
-
Belum semua guru memiliki kualifikasi akademik yang
65
dapat terjamin baik pasca sertifikasi
5. ASPEK
Dampak
INDIKATOR
Program sertifikasi memberi dampak positif bagi dunia pendidikan khususnya pada kegiatan belajar mengajar
RUMUSAN ITEM GAP KONDISI RIIL
Program sertifikasi yang diterapkan telah memberikan perkembangan pedidikan di sekolah-sekolah khususnya dalam proses pembelajaran
-
Belum semua sekolah mengalami perkembangan khususnya dalam proses pembelajaran karena program sertifikasi
Program sertifikasi melindungi profesi guru dari praktik layanan pendidikan yang tidak kompeten yang merusak citra profesi guru sendiri
=
Terealisasi sesuai standar
Program sertifikasi melindungi masyarakat dari praktik pendidikan yang tidak berkualitas dan professional yang akan menghambat upaya peningkatan kualitas pendidikan khususnya pada kegiatan belajar dan mengajar
=
Terealisasi sesuai standar
Program sertifikasi menjaga lembaga penyelenggara pendidikan dari keinginan internal dan eksternal yang potensial dapat menyimpang dari ketentuan yang berlaku
+
Terealisasi
6. ASPEK
Keberlanjutan
INDIKATOR
Keberlanjutan program sertifikasi guru dalam peningkatan mutu pendidikan pada proses pelaksanaan pembelajaran
RUMUSAN ITEM GAP KONDISI RIIL
Program sertifikasi mudah - Perlu peningkatan
66
dievaluasi sehingga dapat diketahui manfaatnya
dalam melakukan evaluasi terhadap program sertifikais
Program sertifikasi guru yang telah dilaksanakan sudah sesuai dengan peraturan pemerintah dan undang-undang terkait program sertifikasi guru
-
Perlu peningkatkan dalam pelaksanaan program sertifikasi
Program sertifikasi guru telah dijalankan dan diterima dengan baik oleh tenaga pendidik maupun pihak lain yang terlibat
+
Terealisasi
Program sertifikasi guru menjadi penjamin terhadap meningkatnya mutu pendidikan khususnya pada proses pelaksanaan pembelajaran
=
Teralisasi sesuai standar
7. ASPEK
Prospek
INDIKATOR
Prospek program sertifikasi guru dalam peningkatan mutu pendidikan
RUMUSAN ITEM GAP KONDISI RIIL
Secara sistematis program sertifikasi memberikan hasil yang sepadan dengan anggaran yang dikeluarkan oleh pemerintah dalam
meningkatkan mutu pendidikan
-
Perlu peningkatan
Sanksi terhadap kelalaian dalam pelaksanaan program sertifikasi telah dijalankan sehingga dapat memperbaiki kekurangan yang timbul dari pelaksanaan program sertifikasi
-
Belum ada sanksi tegas untuk mengatasi pihak-pihak yang lalai
Program sertifikasi menciptakan kondisi yang kompetitif bagi guru untuk
= Terealisasi sesuai standar
67
mengembangkan kemampuannya dalam pembelajaran
Program sertifikasi guru telah dibenahi secara berkala melalui evaluasi sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan
-
Perlu peningkatan
Meningkatnya kemampuan guru dan profesionalisme guru karena program sertifikasi telah membuat mutu pendidikan turut meningkat
-
Perlu peningkatan
Dari paparan analisis gap di atas dapat diketahui
adanya kesenjangan antar kondisi riil program sertifikasi
dan standar program sertifikasi. Berdasarkan tabel 4.1
dapat diketahui bahwa secara keseluruhan dari ketujuh
aspek yang tertuang dalam kuesioner menunjukkan
adanya kesenjangan. Pada aspek 1 kesenjangannya
mencapai 78%, pada aspek ke dua yakni aspek
kelayakana terjadi kesenjangan 90%, selanjutnya pada
aspek kepatutan kesenjangannya sebesar 85 %,
kesenjangan pada aspek akurasi mencapai 75%,
kesenjangan juga terlihat pada aspek dampak yakni
mencapai 65%, selanjutnya pada aspek keberlanjutan
kesenjangannya sebesar 80% dan pada aspek prospek
kesenjangannya mencapai 85%. Hal tersebut
menunjukkan bahwa hasil pelaksanaan program
sertifikasi yang di Kabupaten Wonosobo menunjukkan
adanya kesenjangan, dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa program sertifikasi di Kabupaten
belum sepenuhnya sesuai dengan standar dari juknis
dan undang-undang tentang program sertifikasi, serta
68
tujuan dari pelaksanaan program sertifikasi belum
tercapai.
4.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Program
Sertifikasi Guru di Kabupaten Wonosobo
Berdasarkan hasil studi dokumentasi dan analisis
data dari kuesioner dapat diketahui bahwa pelaksanaan
program sertifikasi pada Kabupaten Wonosobo telah
berjalan dengan baik, namun hasil yang ditunjukkan
belum mencapai standar dan tujuan dari program
sertifikasi yakni untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Hal tersebut dibuktikan dengan hasil analisis kuesioner
yang menunjukkan adanya kesenjangan di setiap aspek
yang dikaji. Memperhatikan hal tersebut, maka dapat
diketahui bahwa meskipun pelaksanaan program
sertifikasi di Kabupaten Wonosobo tergolong berhasil,
namun hasil dari pelaksanaan program sertifikasi masih
belum mencapai tujuan yang ditetapkan dari
pemerintah. Kondisi tersebut terjadi dikarenakan
beberapa faktor, diantaranya kurangnya pemahaman
guru mengenai hakikat sertifikasi dan tujuan dari
program sertifikasi itu sendiri. Guru yang tersertifikasi
diwajibkan memiliki kualifikasi akamedik yang baik.
Kebijakan sertifikasi guru dalam jabatan menurut
peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 18 tahun
2007 adalah guru yang telah memiliki kualifikasi
akademik sarjana (S1) atau diploma empat (DIV). Hal ini
menjadi penghambat dalam pelaksanaan sertifikasi guru
dalam jabatan, karena di daerah masih ada guru yang
belum sarjana, sehingga berakibat pada kurangnya
pemahaman mengenai program sertifikasi yang tujuan
69
utamanya adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan
dalam aspek pelaksanaan proses pembelajaran bukan
pemberian tunjangan semata.
Memperhatikan pernyataan tersebut, pada
kenyataannya pelaksanaan program sertifikasi guru di
Kabupaten Wonosobo masih mengalami kendala. Pada
dasarnya faktor yang mempengaruhi program sertifikasi
diantaranya yakni kompetensi guru. Guru yang
dinyatakan profesional dan ditandai dengan sertifikat
pendidik secara otomatis akan memperoleh tunjangan.
Namun, kondisi riil menunjukkan bahwa program
sertifikasi belum sepenuhnya meningkatkan
profesionalitas guru, sehingga tujuan untuk
meningkatkan mutu pendidikan belum tercapai.
Menurut Usman (2005: 5) guru yang profesional
diwajibkan mampu menguasai pendidikan dan
pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan dengan
pembinaan dan pengembangan melalui masa pendidikan
tertentu atau melalui pendidikan prajabatan, dengan
profesionalitas tersebut guru berhak memperoleh
sertifikasi. Sejalan dengan pendapat tersebut, Kurniawan
(2011: 261) memaparkan bahwa sertifikasi guru menjadi
landasan untuk menjamin profesionalitas guru dalam
mewujudkan tujuan pendidikan nasional yakni untuk
meningkatkan mutu pendidikan. Pelaksanaan sertifikasi
guru diharapkan mampu dijadikan solusi yang berkaitan
dengan pencapaian standar guru yang berkualitas dan
professional. Namun pada kenyataanya, melalui hasil
analisis gap, diketahui adanya kesenjangan terhadap
profesionalitas guru pasca sertifikasi. Hal ini
menunjukkan bahwa profesionalitas guru pasca
70
sertifikasi belum terlihat, sehingga tujuan untuk
meningkatkan mutu pendidikan belum tercapai. Faktor
lainnya yang mempengaruhi program sertifikasi guru di
Kabupaten Wonosobo dintaranya kualifikasi akademik
yang dimiliki guru. Pelaksanaan program sertifikasi
berdasar pada Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen (UUGD) yang disahkan tanggal
30 Desember 2005. Pada Pasal 8 menyatakan bahwa
guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi,
sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta
memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional. Pasal lainnya adalah Pasal 11, ayat
(1) menyebutkan bahwa sertifikat pendidik seperti halnya
pada Pasal 8 diberikan kepada guru yang telah
memenuhi persyaratan. Melalui hasil analisis kuesioner,
guru yang sudah sertifikasi tidak memperlihatkan
kompetensinya dalam melaksanakan kewajibannya.
Melalui gap analysis menunjukkan adanya kesenjangan
pada kualifikasi akademik yang baik pasca sertifikasi,
hal ini menunjukkan bahwa kondisi riil guru pasca
sertifikasi belum tentu memiliki kualifikasi yang baik.
Faktor lainnya yang turut berpengaruh pada program
sertifikasi guru adalah belum terealisasinya alat evaluasi
langsung terhadap guru pasca sertifiaksi untuk
mengukur profesionalitas guru yang tersertifikasi serta
sanksi yang tegas terhadap kelalaian yang timbul. Pada
kenyataanya program sertifikasi yang dijalankan selama
ini belum memiliki alat untuk melakukan evaluasi serta
sanki, sehingga guru hanya berupaya untuk mengejar
sertifikasi. Tidak adanya alat evaluasi serta sanki yang
tegas dalam program sertifikasi ini turut menjadi
71
masalah yang nantinya harus ditangani oleh pemerintah,
sehingga apa yang menjadi tujuan dasar terbentuknya
program sertifikasi dapat tercapai.
4.3 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan
di lapangan melalui penyebaran kuesioner serta studi
dokumentasi yang berfokus pada proses pelaksanaan
program sertifikasi, hasil pelaksanaan program sertifikasi
dan faktor-faktor yang mempengaruhi program
sertifikasi, maka disampaikan analisis pembahasan
sebagai berikut:
4.3.1 Proses Pelaksanaan Program Sertifikasi di
Kabupaten Wonosobo
Proses pelaksanaan program sertifikasi pada
Kabupaten Wonosobo telah dilaksanakan sesuai dengan
pedoman pelaksanaan program sertifikasi guru. Pada
kabupaten Wonosobo, pelasanaan program sertifikasi
guru sudah berjalan dari tahun 2007 hingga sekarang.
Adapun perkembangan pelaksanaan program sertifikasi
guru di Kabupaten Wonosobo mengikuti perkembangan
yang ditetapkan oleh pemerintah pusat dan tertuang
dalam pedoman penetapan peserta sertifikasi guru yang
mengalami perkembangan tiap tahunnya. Pada saat ini,
pelaksanaan program sertifikasi di Kabupaten Wonosobo
menerapkan mekanisme PLPG dan portofolio dengan
beberapa ketentuan sesuai dengan pedoman
pelaksanaan program sertifikasi.
Pada mekanisme PLPG, peserta wajib mengikuti uji
kompetensi awal. Pada pelaksanaannya, PLPG
ditentukan oleh Rayon LPTK yang tertuang dalam
72
Rambu-Rambu Penyelenggaraan Pendidikan dan Latihan
Profesi Guru. Kemudian PLPG diakhiri dengan uji
kompetensi. Peserta yang dinyatakan lulus uji
kompetensi berhak mendapat sertifikat pendidik dan
peserta yang tidak lulus diberi kesempatan mengikuti
satu kali ujian ulang. Apabila peserta tersebut lulus
dalam ujian ulang, berhak mendapat sertifikat pendidik
dan apabila tidak lulus mengikuti pembinaan dari dinas
pendidikan kabupaten/kota atau mengembangkan diri
secara mandiri untuk mempersiapkan diri untuk
menjadi peserta sertifikasi tahun berikutnya.
Mekanisme portofolio, penyusunan portofolio
mengacu pada ketentuan yang tertuang dalam Pedoman
Penyusunan Portofolio. Setelah itu Portofolio yang telah
disusun diserahkan kepada LPMP setempat melalui
dinas pendidikan kabupaten/kota untuk dikirim ke LPTK
sesuai program studi. Jika hasil penilaian portofolio dari
peserta sertifikasi guru dapat mencapai batas minimal
kelulusan (passing grade), maka selanjutnya portofolio
yang telah disusun diverifikasi, jika lulus verivikasi maka
guru berhak mendapat sertifikat. Namun bila hasil
penilaian portofolio peserta sertifikasi guru tidak
mencapai passing grade, maka guru wajib mengikuti uji
kompetensi awal dan bila dinyatakan lulus, guru
tersebut dapat menjadi peserta sertifikasi pola PLPG dan
apabila tidak lulus mengikuti pembinaan dari dinas
pendidikan kabupaten/kota atau mengembangkan diri
secara mandiri untuk mempersiapkan diri untuk
menjadi peserta sertifikasi tahun berikutnya.
73
4.3.2 Hasil Pelaksanaan Program Sertifikasi Guru
Kabupaten Wonosobo
Hasil pelaksanaan program sertifikasi guru pada
Kabupaten Wonosobo setelah dilakukan dengan analysis
gap menunjukkan adanya kesenjangan. Hal ini terlihat
pada hasil analisis kuesioner yang tersaji dalam tabel
4.1. Pada hasil analisis kuesioner menunjukkan bahwa
lebih dari 70% butir item menunjukkan adanya
kesengjangan. Kesenjangan dapat dilihat pada aspek
kegunaan yakni pada item kegunaan program sertifikasi
pada penyaringan tenaga profesional, kegunaan program
sertifikasi sebagai pengontrol kinerja guru dalam proses
pembelajaran, kegunaan program sertifikasi dalam
meningkatkan mutu pendidikan, serta peningkatkan
kinerja dan kompetensi guru pasca sertifikasi.
Selanjutnya pada aspek kelayakan, kesenjangan terjadi
disemua butir item baik pada kepraktisan, kelayakan
dan keefektifan program sertifikasi guru dalam
meningkatkan profesionalitas guru dan mutu
pendidikan. Aspek kepatutan, kesenjangan terjadi pada
transparansi program sertifikasi dan dampak positif dari
program sertifikasi yakni meningkatnya profesionalitas
guru dan mutu pendidikan. Pada aspek ke empat yakni
aspek akurasi, kesenjangan terlihat pada butir item
transparansi pelaksanaan program sertifikasi,
keakuratan hasil program sertifikasi dalam
meningkatkan mutu pendidikan, dan pengawasan
terhadap mutu pendidikan. Selanjutnya, kesenjangan
juga terjadi pada aspek dampak yakni pada
perkembangan bagi sekolah-sekolah karena
pencanangan program sertifikasi. Aspek keberlanjutan
74
menunjukkan adanya kesenjangan pada item
terlaksananya evaluasi terhadap program sertifikasi guna
menngetahui manfaat, serta pada pelaksanaan program
sertifikasi yang beracuan pada standar. Pada aspek
prospek, kesenjangan terlihat pada kesesuaian anggaran
yang dikeluarkan dengan hasil dari pelaksanaan
program sertifikasi, sanksi terhadap guru yang lalai akan
tugasnya dalam proses pembelajaran pasca sertifikasi,
pembenahan program sertifikasi secara berkala, serta
pada peningkatan profesionalisme guru dan mutu
pendidikan pasca sertifikasi. Adanya kesenjangan pada
item tersebut menunjukkan bahwa hasil pelaksanaan
program sertifikasi dari kondisi riil belum sesuai dengan
standar yang ditetapkann. Hal tersebut, terlihat dari
capaian gap analysis yang menunjukkan hasil negatif (-),
hasil tersebut menunjukkan bahwa apa yang menjadi
harapan belum tercapai karena hasil program sertifikasi
pada Kabupaten Wonosobo masih berada di bawah
standar, dengan demikian pada aspek yang memperoleh
analisis negatif (-) perlu dikaji dan dikembangkan lagi,
sedangkan pada hasil analisis dengan kriteria sama (=)
dan positif telah menunjukkan tidak adanya
kesenjangan. Hal ini berarti pada aspek dengan capaian
sama (=) dan positif (+) telah sesuai dengan standar yang
diberlakukan, dengan demikian pada aspek tersebut
dapat dijadikan acuan untuk perkembangan yang lebih
baik.
4.3.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Program
Sertifikasi
Setelah dilakukan analisis kesenjangan terhadap
kuesioner dan studi dokumentasi maka dapat diketahui
75
bahwa pelaksanaan program sertifikasi di Kabupaten
Wonosobo telah berjalan dengan baik, namun hasil dari
program sertifikasi di Kabupaten Wonosobo belum
sepenuhnya sesuai, hal ini terbukti dengan adanya
kesenjangan sebesar lebih dari 70% dikeseluruhan aspek
yang dikaji. Hasil tersebut membuktikan bahwa hasil
yang belum tercapai menunjukkan faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan program sertifikasi guru.
Setelah dilakukan studi dokumentasi dan analisis
terhadap kesenjangan terhadap program sertifikasi,
maka dapat diketahui adanya beberap faktor yang
mempengaruhi program sertifikasi. Faktor-faktor
tersebut diantarnya yakni kompetensi guru dalam
mengajar pasca sertifikasi yang diharapkan meningkat
namun pada kondisi riil belum sepenuhnya guru mampu
memenuhi kewajiban tersebut. Menurut Moran (2009:
45) Guru yang profesional adalah guru yang dalam
persepsi rekan sejawatnya mampu bekerja secara serius,
menampilkan komitmen yang tinggi dan melampaui
harapan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan para
siswa. Sehingga dapat menjadi contoh bagi rekan-rekan
sejawatnya dalam mengajar. Namun pada kondisi riil,
setelah dilakukan gap analysis menunjukkan adanya gap
terhadap kinerja guru yang lebih baik dibanding
rekannya dalam proses pembelajaran pasca sertifikasi.
Hal tersebut menunjukkan bahwa, masih banyak guru
yang belum mampu menunjukkan kinerja yang baik
dalam proses pembelajaran pasca sertifikasi dibanding
rekan sejawatnya yang belum tersertifikasi. Hal ini tentu
menjadi faktor penghambat tercapainya tujuan dari
76
pelaksanaan program sertifikasi, yakni untuk
meningkatkan mutu pendidikan.
Profesionalitas guru pasca sertifikasi juga belum
terlihat, hanya sebagian guru yang menunjukkan
profesionalistanya, hal ini terbukti dengan adanya gap
pada profesionalitas guru pasca sertifikasi. Hilferty
(2008: 161–173) menyatakan bahwa, profesionalitas
ditunjukkan melalui kualitas kerja, dengan merujuk
pada karakter pada kerja profesional yang berdasar pada
standar petunjuk pelaksanaan. Mencermati hal tersebut,
maka dapat diketahui dari hasil analysis gap bahwa
adanya kesenjangan pada profesionalitas guru
menunjukkan belum terciptanya karakter kerja yang
profesional yang sesuai dengan standar pelaksanaan
proses pembelajaran.
Hasil penelitian di Amerika, menyebutkan guru
yang profesional dituntut memiliki lima hal yang menjadi
indikator: (1) Guru mempunyai komitmen pada siswa
dan proses belajarnya; (2) Guru menguasai secara
mendalam bahan/mata pelajaran yang diajarkannya
serta cara mengajarnya kepada siswa; (3) Guru
bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui
berbagai cara evaluasi; (4) Guru mampu berfikir
sistematis tentang apa yang dilakukannya dan belajar
dari pengalamannya; (5) Guru seyogyanya merupakan
bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan
profesinya (Vandevoort, Beardsley, Berliner, 2004).
Sejalan dengan hal tersebut, berdasarkan PP No.
74/2008 tentang profesionalitas guru yang memuat
persyaratan kompetensi yang harus dimiliki oleh guru, di
Indonesia ada 4 kompetensi yang harus dimiliki oleh
77
guru profesional, diantaranya adalah kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial
dan kompetensi profesional. Kompetensi profesional
sebagaimana di maksud pada ayat (2) merupakan
kemampuan guru dalam menguasai pengetahuan bidang
ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan budaya
yang diampunya yang sekurangkurangnya meliputi
penguasaan: a) materi pelajaran secara luas dan
mendalam sesuai dengan standar isi program satuan
pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata
pelajaran yang akan diampu. b) konsep dan metode
disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan, yang
secara konseptual menaungi atau koheren dengan
program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau
kelompok mata pelajaran yang akan diampu.
Mencermati hal tersebut, maka dengan mengkaji
aspek prospek pada kuesioner menunjukkan adanya gap
pada meningkatnnya profesionalitas guru pasca
sertifikasi. Hal ini berarti belum tercapainya standar
profesionalisme pada guru pasca sertifikasi. Selain itu,
faktor lainnya yang turut berpengaruh pada program
sertifikasi guru adalah tidak adanya evaluasi langsung
terhadap guru pasca sertifikasi, menjadikan guru hanya
mengejar tunjangan dari program sertifikasi tanpa harus
memenuhi kewajiban yakni meningkatkan
profesionalitas dalam mengajar guna membantu
meningkatnya mutu pendidikan. Faktor lainnya yang
turut mempengaruhi program sertifikasi yakni tidak
adanya sanksi terhadap guru yang lalai dalam
melaksanakan kewajibannya dalam proses pembelajaran
pasca sertifikasi.