BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran...

29
52 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di 2 rumah sakit dan klinik swasta yang memiliki unit hemodialisis di Kota Bandung, yaitu Rumah Sakit Advent Bandung, Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung dan Klinik Perisai Husada. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 1-13 Juli 2012. Subjek penelitian adalah seluruh pasien yang menjalani hemodialisis rutin di ketiga rumah sakit tersebut sesuai dengan kriteria inklusi yang telah ditetapkan peneliti. Rumah Sakit Advent Bandung adalah rumah sakit swasta yang memiliki unit hemodialisis dengan kapasitas yang cukup besar. Unit hemodialisis di rumah sakit ini memiliki kapasitas 16 mesin hemodialisis dan dibagi menjadi 2 shif yaitu shif pagi dan shif sore. Jumlah total pasien yang menjalani hemodialisis rutin di tempat ini berjumlah 70 orang. Intensitas hemodialisis rutin yang mereka jalani adalah 1-3 kali dalam seminggu. Cara pembayaran proses hemodialisis di unit hehodialisis ini dapat menggunakan pembayaran mandiri atau jaminan kesehatan, baik dari intitusi swasta maupun jaminan kesehatan yang diberikan pemerintah. Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung adalah rumah sakit swasta yang memiliki renal unit dengan kapasitas 7 tempat tidur. Di unit hemodialisis ini juga dibagi menjadi 2 shif, yaitu shif pagi dan sore. Jumlah pasien yang

Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran...

52

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di 2 rumah sakit dan klinik swasta yang

memiliki unit hemodialisis di Kota Bandung, yaitu Rumah Sakit Advent

Bandung, Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung dan Klinik Perisai Husada.

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 1-13 Juli 2012. Subjek penelitian

adalah seluruh pasien yang menjalani hemodialisis rutin di ketiga rumah sakit

tersebut sesuai dengan kriteria inklusi yang telah ditetapkan peneliti.

Rumah Sakit Advent Bandung adalah rumah sakit swasta yang

memiliki unit hemodialisis dengan kapasitas yang cukup besar. Unit

hemodialisis di rumah sakit ini memiliki kapasitas 16 mesin hemodialisis dan

dibagi menjadi 2 shif yaitu shif pagi dan shif sore. Jumlah total pasien yang

menjalani hemodialisis rutin di tempat ini berjumlah 70 orang. Intensitas

hemodialisis rutin yang mereka jalani adalah 1-3 kali dalam seminggu. Cara

pembayaran proses hemodialisis di unit hehodialisis ini dapat menggunakan

pembayaran mandiri atau jaminan kesehatan, baik dari intitusi swasta maupun

jaminan kesehatan yang diberikan pemerintah.

Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung adalah rumah sakit swasta

yang memiliki renal unit dengan kapasitas 7 tempat tidur. Di unit hemodialisis

ini juga dibagi menjadi 2 shif, yaitu shif pagi dan sore. Jumlah pasien yang

53

menjalani hemodialisis rutin ditempat ini berjumlah 41 orang pasien.

Intensitas hemodialisis yang dilakukan di unit hemodialisis ini berkisar antara

1-3 kali dalam seminggu. Cara pembayaran proses hemodialisis yang

dilakukan di rumah sakit ini sama dengan di Rumah Sakit Advent Bandung

yaitu menggunakan pembayaran mandiri dan jaminan kesehatan swasta

maupun jaminan kesehatan dari pemerintah.

Klinik Perisai Husada adalah klinik swasta yang mempunyai unit

hemodialisis dengan kapasitas 7 tempat tidur. Unit Hemodialisis di tempat ini

mempunyai 35 pasien yang menjalani hemodialisis rutin yang dibagi menjadi

2 shif yaitu shif pagi dan sore. Intensitas hemodialisis yang dijalani pasien

berkisar antara 1-3 kali dalam satu minggu. Cara pembayaran proses

hemodialisis yang dapat digunakan pada klinik ini adalah pembayaran mandiri

dan jaminan kesehatan dari institusi swasta.

4.2 Hasil Penelitian

Penelitian telah dilakukan kepada 95 pasien yang telah menjalani

hemodialisis rutin selama 6 bulan atau lebih, dan pasien tidak pernah dirawat

dalam 3 bulan terahir. Pasien dibagi menjadi dua kelompok yaitu pasien yang

membayar secara mandiri dan pasien yang memiliki jaminan kesehatan.

Pasien diukur dukungan sosial yang mereka terima dan kualitas hidupnya

dengan menggunakan kuesioner.

54

4.2.1 Karakteristik Responden

Hasil analisis yang menggambarkan karakteristik responden

berdasarkan usia, pendidikan, pekerjaan, jaminan kesehatan, dan

penghasilan dapat dilihat dari tabel 4.1 berikut ini :

Tabel 4.1 Karakteristik Responden

Karakteristik Frekuensif =95

Perisaihusada

Advent Muhammadiyah

Persentase%

Usia (tahun)- 21-30- 31-40- 41-50- 51-60

Pendidikan- SD- SMP- SMA/Sederajat- DIII- S1/Lebih

Pekerjaan- Bekerja penuh- Bekerja paruh waktu- Tidak bekerja- Pensiun- Ibu rumah tangga

Jaminan kesehatan- Tidak dijamin- Jamkesmas- Kontraktor- Asuransi pribadi- lainnya

Penghasilan- 0-50 juta/tahun- 50-100 juta/tahun- 100-200 juta/tahun- 200-400 juta/tahun- 400-750 juta/tahun- >750 juta/tahun- Tidak tahu

5163440

1113367

28

3210111626

26441933

6314105111

1369

04717

92035

140410

8243101

15

1622

56

173

13

12749

12

9221120

28762010

38

129

63

1238

112649

322403

27500000

5,2 %16,8 %35,8 %42,2 %

11,6 %13,7 %37,9 %7,4 %

29,5 %

33,7 %11,6 %12,5 %16,8 %27,4 %

27,4 %46,3 %20,0 %3,2 %3,2 %

66,3 %14,7 %10,5 %5,3 %1,1 %1,1 %1,1 %

55

4.2.2 Analisis Univariat

4.2.2.1 Dukungan Sosial Pasien yang Menjalani Hemodialisis Rutin di Kota

Bandung

Dukungan sosial yang diterima responden ditentukan berdasarkan

nilai mean kelompok. Kemudian dikategorikan menjadi

favorable/unfavorable. Hasil tersebut dapat dilihat berdasarkan tabel

dibawah ini.

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Dukungan Sosial Pasien yangMenjalani Hemodialisis Rutin Berdasarkan Jenis Pembiayaan

DukunganSosial

JumlahResponden

(f)

PembiayaanPersentase

(%)DenganJaminan

TanpaJaminan

Mendukung(Favorable)

54 19 35 56,8%

Buruk(Unfavorable)

41 7 34 43,3%

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 54 responden mendapatkan

dukungan sosial yang favorable, sedangkan 41 responden mendapatkan

dukungan sosial yang unfavorable. Responden yang mempunyai jaminan

kesehatan dan mendapatkan dukungan sosial yang unfavorable sebanyak

35 responden, sedangkan responden yang tidak mempunyai jaminan

kesehatan dan mempunyai dukungan sosial yang favorable adalah 19

responden.

56

4.2.2.2 Gambaran Kualitas Hidup Pasien yang Menjalani Hemodialisis Rutin

Kualitas hidup responden yang menjalani hemodialisis rutin di

Kota Bandung ditentukan berdasarkan nilai mean yang didapat dari

kuesioner responden. Kualitas hidup responden akan dibagi menjadi

kualitas hidup baik dan kualitas hidup buruk. Hasil penelitian tentang

kualitas hidup responden dapat dilihat dari tabel di bawah ini :

Tabel 4.3 Gambaran Kualitas Hidup Pasien yang MenjalaniHemodialisis Rutin di Kota Bandung Berdasarkan Jenis Pembiayaan

Kualitas HidupJumlah

Responden(f)

PembiayaanPersentase

(%)DenganJaminan

TanpaJaminan

Baik 49 14 35 51,6%Buruk 46 12 34 48,4%

Hasil penelitian dari 95 responden menunjukkan 49 responden

mempunyai kualitas hidup baik dan 46 responden mempunyai kualitas

hidup buruk. Responden yang mempunyai jaminan kesehatan dan

mempunyai kualitas hidup yang baik sebanyak 35 responden sedangkan

responden yang tidak mempunyai jaminan kesehatan dan mempunyai

kualitas hidup buruk sebanyak 14 responden.

57

4.2.3 Analisis Bivariat

4.2.3.1 Hubungan Dukungan Sosial dan Kualitas Hidup pada Pasien

Hemodialisis Rutin yang Mempunyai Jaminan Kesehatan di Kota

Bandung

Hasil analisis bivariat antara dukungan sosial dan kualitas hidup

pasien yang menjalani hemodialisis rutin dapat dilihat dari tabel dibawah

ini:

Tabel 4.4 Hubungan Dukungan Sosial dengan Kualitas Hidup padaKelompok yang Mempunyai Jaminan Kesehatan

Variabel Kualitas HidupC (X2) p (RR)

Dukungan sosial Buruk BaikTidak Mendukung 23 11

0,511 0,000 3,971Mendukung 11 25DukunganInstrumentalTidak mendukung 23 10

0,364 0,001 2,281Mendukung 11 25DukunganEmosionalTidak mendukung 22 3

0,504 0,000 3,227Mendukung 12 32DukunganInformasionalTidak mendukung 27 13

0,394 0,000 2,796Mendukung 7 22Dukungan hargaDiriTidak mendukung 29 11

0,479 0,000 4,205Mendukung 5 24DukunganKelompok SosialTidak Mendukung 26 9

0,453 0,000 3,157Mendukung 8 26

58

Pengujian yang dilakukan dengan menggunakan Uji Chi Kuadrat

didapatkan nilai p=0,0000 menunjukkan terdapat korelasi antara dukungan

sosial dengan kualitas hidup pasien yang menjalani hemodialisis rutin

dengan jaminan kesehatan di Kota Bandung. Nilai koefisien kontingensi

sebesar 0,511 menunjukkan bahwa kedua variabel memiliki kekuatan

korelasi sedang. Nilai resiko relatif (RR) sebesar 3,971 menunjukkan

pasien hemodialisis rutin yang memiliki dukungan sosial yang tidak

mendukung berpotensial untuk 3,971 kali mempunyai kualitas hidup yang

buruk dibandingkan dengan pasien hemodialisis rutin mempunyai

dukungan sosial mendukung.

Pengujian yang dilakukan dengan menggunakan Uji Chi Kuadrat

didapatkan nilai p= 0,001 menunjukkan terdapat korelasi antara dukungan

instrumental dengan kualitas hidup pasien yang menjalani hemodialisis

rutin dengan jaminan kesehatan di Kota Bandung. Nilai koefisien

kontingensi sebesar 0,364 menunjukkan bahwa kedua variabel memiliki

kekuatan korelasi rendah. Nilai resiko relatif (RR) sebesar 2,881

menunjukkan pasien hemodialisis rutin yang memiliki dukungan

instrumental yang tidak mendukung berpotensial untuk 2,881 kali

mempunyai kualitas hidup yang buruk dibandingkan dengan pasien

hemodialisis rutin mempunyai dukungan instrumental mendukung.

Pengujian yang dilakukan dengan menggunakan Uji Chi Kuadrat

didapatkan nilai p= 0,0000 menunjukkan terdapat korelasi antara

dukungan emosional dengan kualitas hidup pasien yang menjalani

59

hemodialisis rutin dengan jaminan kesehatan di Kota Bandung. Nilai

koefisien kontingensi sebesar 0,504 menunjukkan bahwa kedua variabel

memiliki kekuatan korelasi sedang. Nilai resiko relatif (RR) sebesar 3,227

menunjukkan pasien hemodialisis rutin yang memiliki dukungan

emosional yang tidak mendukung berpotensial untuk 3,227 kali

mempunyai kualitas hidup yang buruk dibandingkan dengan pasien

hemodialisis rutin mempunyai dukungan sosial mendukung.

Pengujian yang dilakukan dengan menggunakan Uji Chi Kuadrat

didapatkan nilai p= 0,0000 menunjukkan terdapat korelasi antara

dukungan informasional dengan kualitas hidup pasien yang menjalani

hemodialisis rutindengan jaminan kesehatan di Kota Bandung. Nilai

koefisien kontingensi sebesar 0,394 menunjukkan bahwa kedua variabel

memiliki kekuatan korelasi sedang. Nilai resiko relatif (RR) sebesar 2,796

menunjukkan pasien hemodialisis rutin yang memiliki dukungan

informasional yang tidak mendukung berpotensial untuk 2,796 kali

mempunyai kualitas hidup yang buruk dibandingkan dengan pasien

hemodialisis rutin mempunyai dukungan sosial mendukung.

Pengujian yang dilakukan dengan menggunakan Uji Chi Kuadrat

didapatkan nilai p= 0,0000 menunjukkan terdapat korelasi antara

dukungan terhadap harga diri dengan kualitas hidup pasien yang menjalani

hemodialisis rutin yang mempunyai jaminan kesehatan di Kota Bandung.

Nilai koefisien kontingensi sebesar 0,479 menunjukkan bahwa kedua

variabel memiliki kekuatan korelasi sedang. Nilai resiko relatif (RR)

60

sebesar 4,205 menunjukkan pasien hemodialisis rutin yang memiliki

dukungan sosial yang tidak mendukung berpotensial untuk 4,205 kali

mempunyai kualitas hidup yang buruk dibandingkan dengan pasien

hemodialisis rutin mempunyai dukungan sosial mendukung.

Pengujian yang dilakukan dengan menggunakan Uji Chi Kuadrat

didapatkan nilai p= 0,0000 menunjukkan terdapat korelasi antara

dukungan kelompok sosial dengan kualitas hidup pasien yang menjalani

hemodialisis rutin dengan jaminan kesehatan di Kota Bandung. Nilai

koefisien kontingensi sebesar 0,453 menunjukkan bahwa kedua variabel

memiliki kekuatan korelasi sedang. Nilai resiko relatif (RR) sebesar 3,157

menunjukkan pasien hemodialisis rutin yang memiliki dukungan sosial

yang tidak mendukung berpotensial untuk 3,157 kali mempunyai kualitas

hidup yang buruk dibandingkan dengan pasien hemodialisis rutin

mempunyai dukungan sosial mendukung.

61

4.2.3.2 Hubungan Dukungan Sosial dan Kualitas Hidup pada Pasien

Hemodialisis Rutin yang Tidak Mempunyai Jaminan Kesehatan di

Kota Bandung

Hasil analisis bivariat antara dukungan sosial dan kualitas hidup

pasien yang menjalani hemodialisis rutin dapat dilihat dari tabel dibawah

ini:

Tabel 4.5 Hubungan Dukungan Sosial dengan Kualitas Hidup yangTidak Mempunyai Jaminan

Variabel Kualitas HidupC (X2) p (RR)

Dukungan sosial Buruk BaikTidak Mendukung 23 11

0,571 0,000 4,800Mendukung 11 25DukunganInstrumentalTidak mendukung 6 2

0,360 0,090 2,250Mendukung 6 12DukunganEmosionalTidak mendukung 6 1

0,434 0,026 2,714Mendukung 6 13DukunganInformasionalTidak mendukung 7 5

0,221 0,249 1,633Mendukung 5 9Dukungan hargaDiriTidak mendukung 7 1

0,484 0,009 3,150Mendukung 5 13DukunganKelompok SosialTidak Mendukung 8 3

0,415 0,000 2,727Mendukung 4 11

Pengujian yang dilakukan dengan menggunakan Uji Chi Kuadrat

didapatkan nilai p= 0,000 menunjukkan terdapat korelasi dengan tingkat

antara dukungan sosial dengan kualitas hidup pada pasien hemodialisis rutin

62

yang tidak mempunyai jaminan kesehatan di Kota Bandung. Nilai Koefisien

Kontingensi sebesar 0,571 menunjukkan tingkat korelasi sedang. Nilai resiko

relatif (RR) sebesar 4,800 menunjukkan pasien hemodialisis rutin yang

memiliki dukungan sosial yang tidak mendukung berpotensial untuk 4,800

kali mempunyai kualitas hidup yang buruk dibandingkan dengan pasien

hemodialisis rutin mempunyai dukungan sosial mendukung.

Pengujian yang dilakukan dengan menggunakan Uji Chi Kuadrat

didapatkan nilai p= 0,090 menunjukkan tidak terdapat korelasi antara

dukungan instrumental dengan kualitas hidup pasien yang menjalani

hemodialisis rutin di Kota Bandung.

Pengujian yang dilakukan dengan menggunakan Uji Chi Kuadrat

didapatkan nilai p= 0,026 menunjukkan terdapat korelasi antara dukungan

emosional dengan kualitas hidup pada pasien hemodialisis rutin yang tidak

mempunyai jaminan kesehatan di Kota Bandung. Nilai koefisien kontingensi

sebesar 0,434 menunjukkan tingkat korelasi sedang. Nilai resiko relatif (RR)

sebesar 2,714 menunjukkan pasien hemodialisis rutin yang memiliki

dukungan emosional yang tidak mendukung berpotensial untuk 2,714 kali

mempunyai kualitas hidup yang buruk dibandingkan dengan pasien

hemodialisis rutin mempunyai dukungan sosial mendukung.

Pengujian yang dilakukan dengan menggunakan Uji Chi Kuadrat

didapatkan nilai p= 0,249 menunjukkan tidak terdapat korelasi antara

dukungan informasional dengan kualitas hidup pasien yang menjalani

hemodialisis rutin di Kota Bandung.

63

Pengujian yang dilakukan dengan menggunakan Uji Chi Kuadrat

didapatkan nilai p= 0,009 menunjukkan terdapat korelasi antara dukungan

terhadap harga diri dengan kualitas hidup pasien yang menjalani hemodialisis

rutin di Kota Bandung. Nilai koefisien kontingensi sebesar 0,484

menunjukkan bahwa kedua variabel memiliki kekuatan korelasi sedang. Nilai

resiko relatif (RR) sebesar 3,150 menunjukkan pasien hemodialisis rutin yang

memiliki dukungan terhadap harga diri yang tidak mendukung berpotensial

untuk 3,150 kali mempunyai kualitas hidup yang buruk dibandingkan dengan

pasien hemodialisis rutin mempunyai dukungan sosial mendukung.

Pengujian yang dilakukan dengan menggunakan Uji Chi Kuadrat

didapatkan nilai p= 0,020 menunjukkan terdapat korelasi antara dukungan

kelompok sosial dengan kualitas hidup pasien yang menjalani hemodialisis

rutin di Kota Bandung. Nilai koefisien kontingensi sebesar 0,415

menunjukkan bahwa kedua variabel memiliki kekuatan korelasi sedang. Nilai

resiko relatif (RR) sebesar 2,727 menunjukkan pasien hemodialisis rutin yang

memiliki dukungan sosial yang tidak mendukung berpotensial untuk 2,727

kali mempunyai kualitas hidup yang buruk dibandingkan dengan pasien

hemodialisis rutin mempunyai dukungan kelompok sosial yang mendukung.

64

4.2.4 Perbedaan Kualitas Hidup Pasien Hemodialisis Rutin yang Memiliki

Jaminan Kesehatan dan Tidak Memiliki Jaminan Kesehatan

Hasil uji statistik didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 4.6 Perbedaan Kualitas Hidup Berdasarkan Pembiayaan

Variabel

Kelompok

Jaminan Kesehatan

Kelompok

Tanpa Jaminan Nilai t Nilai p

Rata-rata (SD) Rata-rata (SD)

Kualitas Hidup 59,79 (15,73) 63,67 (17,03) 1,049 0,297

Hasil Uji t kualitas hidup responden yang memiliki jaminan

kesehatan dan yang tidak mempunyai jaminan kesehatan didapatkan nilai t

sebesar 1,049 dan nilai p sebesar 0,297. Hasil tersebut menyatakan bahwa

tidak terdapat perbedaan kualitas hidup antara kelompok yang mempunyai

jaminan kesehatan dan kelompok yang tidak mempunyai jaminan

kesehatan.

4.3 Pembahasan

4.3.1 Dukungan Sosial pada Pasien yang Menjalani Hemodialisis Rutin

Hasil penelitian di tabel 4.2 didapatkan bahwa pasien hemodialisis

rutin yang mendapatkan dukungan sosial yang mendukung sebanyak 54

responden sedangkan pasien mendapatkan dukungan sosial yang tidak

mendukung sebanyak 41 responden. Hasil tersebut menunjukkan bahwa

responden yang mendapatkan dukungan sosial yang baik lebih tinggi

65

dibandingkan dengan responden yang mendapatkan dukungan sosial yang

kurang baik. Karakteristik masyarakat Indonesia yang komunal dan

mempunyai kekerabatan yang tinggi membuat sumber pemberi dukungan

kepada pasien menjadi lebih banyak. Hal ini bisa dilihat dari budaya

mengunjungi dan mendoakan orang sakit yang hampir selalu dilakukan

oleh masyarakat Indonesia (Sudiarto, 2007).

4.3.2 Kualitas Hidup Pasien yang Menjalani Hemodialisis Rutin

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa responden yang mempunyai

kualitas hidup baik sebanyak 49 responden dan responden yang

mempunyai kualitas hidup buruk sebanyak 46 responden. Pengukuran

kualitas hidup pada penelitian ini terdiri dari beberapa komponen yaitu

kondisi kesehatan secara umum, peran dan fungsi fisik, nyeri yang

dirasakan, kesehatan emosional, fungsi sosial, kelelahan fisik, tanda dan

gejala akibat penyakit, efek dari penyakit ginjal terhadap kehidupan, beban

dari penyakit, status pekerjaan, fungsi kognitif, kualitas interaksi sosial,

fungsi seksual, kualitas tidur, dorongan dari petugas dialisis, dan kepuasan

pasien (Hays et al, 1997).

Beberapa faktor penunjang kualitas hidup pasien yang menjalani

hemodialisis terlihat sangat kurang antara lain kondisi kesehatan secara

umum, status pekerjaan, fungsi kognitif, fungsi seksual, kualitas tidur,

fungsi fisik, dan fungsi emosional. Kondisi kesehatan secara umum

sebagian besar pasien menganggap bahwa kondisi kesehatannya kurang

66

lebih sama atau lebih buruk dari satu tahun yang lalu. Kondisi ini terjadi

pada pasien yang sudah menjalani hemodialisis lebih dari 1 tahun. Pasien

yang menjalani hemodialisis kurang 1 tahun sebagian besar menyatakan

kondisi kesehatannya lebih baik dari satu tahun yang lalu. Kelompok yang

menjalani hemodialisis kurang dari 1 tahun sebagian besar mengalami

perbaikan dari kondisi sebelum menjalani hemodialisis.

Status pekerjaan pasien yang menjalani hemodialisis rutin lebih

banyak yang sudah pensiun atau mengajukan pensiun dini setelah mereka

sakit, akan tetapi pada kelompok usia pada rentang 21-40 tahun pasien

justru termotivasi untuk bekerja karena merasa masih mempunyai

tanggungan. Selain itu Usia akan sangat berkaitan dengan prognosis

penyakit dan harapan hidup pasien. Semakin tinggi usia penderita maka

kemungkinan komplikasi yang muncul akan semakin besar.

Fungsi kognitif pasien hemodialisis rutin terlihat juga mengalami

penurunan. Pasien yang menjalani hemodialisis rutin sering kali menjadi

lambat dalam berkata atau melakukan sesuatu, sulit untuk berkonsentrasi

dan sering bingung tanpa sebab. Hal ini dirasakan sangat mengganggu

kehidupan pasien. Pasien menjadi sulit untuk melakukan pekerjaan yang

memerlukan konsentrasi tinggi.

Penurunan fungsi seksual pada pasien yang menjalani hemodialisi

rutin dirasakan cukup besar oleh sebagian besar pasien. Hampir separuh

responden sudah tidak melakukan hubungan seksual dalam satu bulan

67

terahir. Pasien menjadi tidak bergairah dan tidak dapat menikmati dalam

melakukan hubungan seksual.

Penurunan kualitas tidur pada pasien hemodialis rutin juga

dirasakan oleh pasien cukup mengganggu, hampir separuh responden

mengalami kesulitan dalam tidur mereka. Sebagian besar dari mereka

sering terbangun dan sulit untuk memulai tidur kembali. Pasien juga

merasa jarang mendapatkan waktu tidur yang cukup. Sebagian besar dari

mereka merasa sulit untuk terjaga disiang hari.

Penurunan fungsi fisik dan emosional juga sangat dirasakan oleh

pasien. Hampir seluruh pasien menyatakan kondisi fisiknya sudah tidak

seperti pada saat sebelum sakit. Mereka cenderung membatasi aktifitas-

aktifitas sedang dan aktifitas berat seperti berlari ataupun berjalan yang

lebih dari 1,5 kilometer. Mereka juga merasa bahwa kondisi psikologis

mereka sangat mempengaruhi aktivitas mereka.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat kekurangan pada beberapa

faktor pendukung kualitas hidup pasien yang menjalani hemodialisis rutin,

tetapi hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan kualitas hidup

pasien yang menjalani hemodialisis rutin ternyata seimbang antara yang

mempunyai kualitas hidup diatas rata-rata kelompok dan di bawah rata-

rata kelompok. Keadaan ini dipengaruhi oleh banyak hal antara lain afek

positif terhadap penyakit, kondisi komorbid yang menyertai, tanda dan

gejala yang muncul, penurunan fungsi fisik, akomodasi terhadap penyakit

ginjal yang diderita, depresi, dukungan sosial, kepercayaan diri untuk

68

merawat penyakit, proses adaptasi, proses penerimaan terhadap penyakit

(Chan et al, 2011).

Afek yang positif terhadap penyakit akan membuat pasien lebih

mudah beradaptasi dan penerimaan terhadap penyakit yang diderita.

Adaptasi yang baik akan sangat mempengaruhi proses hemodialisis yang

dijalani pasien. Pasien yang sudah beradaptasi terhadap penyakitnya akan

mempengaruhi ideal diri terhadap penyakit yang dideritanya sehingga

pasien akan mengalami penurunan stres psikologis secara signifikan. Hal

ini menyebabkan pasien menjadi lebih tenang terhadap kondisi

kesehatannya. Hal ini sesuai dengan penelitian Moskovitz et al, (1999)

yang menyatakan bahwa koping yang adaptif akan mempengaruhi kualitas

hidup pasien.

Selain itu menurut Ramirez et al, (2011) kondisi stres psikologis

ini akan sangat dipengaruhi oleh koping religius pasien dan akan

mempengaruhi kualitas hidup pasien. Kondisi masyarakat Indonesia yang

beragama membuat kebanyakan pasien hemodialisis mempunyai koping

religius yang positif. Hal ini akan mempengaruhi kepuasan seseorang

terhadap kehidupannya (bersyukur), Selain itu koping religius yang positif

ini akan membantu pasien dalam mereduksi distres psikologis yang akan

membuat kualitas hidup pasien menjadi lebih baik. Sebagian besar

responden menyatakan bahwa penyakit yang mereka derita adalah ujian

yang harus diterima dengan lapang dada. Sebagian besar responden yang

memiliki koping religius yang positif menyatakan harus menjalani proses

69

hemodialisis dengan senang hati dan menganggap proses tersebut sebagai

rekreasi spiritual. Hal ini juga sejalan dengan Berman et al, (2004) yang

menyatakan bahwa religiusitas seseorang yang menjalani hemodialisis

sangat berkaitan dengan peningkatan kepuasan hidup pasien.

4.3.3 Hubungan Dukungan Sosial dengan Kualitas Hidup pada Pasien

Hemodialisis Rutin yang Mempunyai Jaminan dan Tanpa jaminan

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang

bermakna antara dukungan sosial dengan kualitas hidup pasien baik pada

kelompok yang mempunyai jaminan (C=0,511; p=0,000), maupun pada

kelompok tanpa jaminan (C=0,571; p=0,000). Hal ini menunjukkan peran

pembiayaan pada kedua kelompok ini tidak signifikan. Hal ini sesuai

dengan Penelitian yang sudah dilakukan oleh Yu et al, (2007) yang

menunjukkan bahwa seseorang dengan dukungan sosial yang baik

mempunyai tingkat gangguan kesehatan yang rendah. Mekanisme kerja

dukungan sosial sehingga dapat bermanfaat bagi kesehatan tidak diketahui

secara pasti, namun dukungan sosial dapat menurunkan tingkat stres

(Kornblith et al, 2001), membuat lebih terpenuhinya kebutuhan pasien,

akses yang lebih baik terhadap layanan kesehatan, meningkatkan status

psikososial, status nutrisi, dan peningkatan sistem imun (Patel et al, 2008).

Penelitian lain yang dilakukan pada pasien kanker payudara oleh

Kornblith et al, (2001) menunjukkan bahwa dukungan sosial dapat

menjadi penahan dari efek psikososial yang timbul akibat perubahan

70

hidup yang penuh dengan stres. Dukungan sosial yang sangat besar

diperlukan untuk menurunkan efek dari gangguan psikologis yang berat.

Pasien GGT yang menjalani terapi hemodialisis mempunyai

perubahan pola hidup yang sangat signifikan. Semua responden

menyatakan bahwa proses adaptasi yang mereka jalani pada saat awal

menjalani proses hemodialisis adalah proses yang sangat berat. Mereka

menyatakan lebih sering gelisah, sulit memulai tidur dan frustasi akibat

memikirkan penyakit, gejala yang muncul akibat penyakit dan biaya

proses hemodialisis yang sangat besar. Sebagian besar responden

menyatakan bahwa mereka memerlukan dukungan yang kuat dari orang-

orang terdekatnya untuk bangkit dari keterpurukan. Akan tetapi setelah

mereka beradaptasi dengan penyakitnya selain dukungan sosial yang baik,

dorongan motivasi internal merupakan hal yang sangat penting bagi

mereka. Motivasi internal yang akan mendorong pasien untuk mencapai

kualitas hidup yang lebih baik. Nurmanawati (2011) menyatakan bahwa

motivasi untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik adalah keluarga

dan status kesehatan.

71

4.3.4 Hubungan Dukungan Instrumental dengan Kualitas Hidup pada

Pasien Hemodialisis Rutin yang Memiliki Jaminan Kesehatan dan

Tanpa Jaminan

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang

bermakna antara dukungan instrumental dengan kualitas hidup pasien pada

kelompok yang mempunyai jaminan kesehatan, Tetapi hal ini tidak terjadi

pada kelompok yang tidak memiliki jaminan kesehatan. Hasil uji statistik

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara dukungan instrumental

dengan kualitas hidup pasien.

Hal ini dipengaruhi oleh motivasi internal dan kemandirian yang

kuat dari pasien hemodialisis yang tidak mempunyai jaminan. Pasien yang

tidak memiliki jaminan lebih cenderung untuk lebih mandiri dalam

aktivitas keseharian mereka, sebagian besar dari mereka sudah dapat

mengontrol hal-hal yang berkaitan dengan perawatan dirumah yang

khusus pada pasien dialisis seperti pembatasan cairan, pembatasan diet,

keteraturan minum obat dan penyesuaian aktivitas. Sebagian besar dari

mereka adalah tulang punggung keluarga yang mempunyai tanggung

jawab kepada anggota keluarganya. Hal sesuai dengan penelitian

Nurmanawati (2011) yang melaporkan bahwa motivasi pasien

hemodialisis untuk mencapai kualitas hidup adalah keluaga dan status

kesehatan.

72

Dukungan instrumental meliputi pemberian bantuan langsung

kepada penderita, ketika mereka sedang membutuhkan bantuan. Seperti

menyiapkan makanan ketika mereka sedang sakit, mengingatkan penderita

untuk teratur minum obat, merawat ketika mereka sedang sakit, ataupun

bantuan berupa materi untuk keperluan pengobatannya. Dukungan ini

diperlukan klien untuk mendapatkan sarana dalam memenuhi

kebutuhannya, baik kebutuhan sehari-harinya maupun kebutuhan

pengobatannya (Sarafino, 1998).

Dukungan instrumental ini membuat pasien akan lebih terpenuhi

kebutuhannya (Pattel et al, 2008). Pasien ada yang mengingatkan untuk

minum obat, membatasi asupan cairan dan menyediakan menu khusus

gagal ginjal. Dukungan instrumental juga akan membuat pasien

mendapatkan akses ke sarana kesehatan yang lebih baik (Pattel et al,

2008). Sebagian besar responden diantar jemput selama menjalani proses

hemodialisis akan tetapi sebagian besar tidak ditemani saat menjalani

proses hemodialisis, hal ini disebabkan karena kesibukan sumber

dukungan sosial pasien.

Aspek dukungan instrumental yang lain adalah biaya pengobatan

dan transportasi menuju ke sarana kesehatan. Sebagian besar responden

yang mendapatkan keringanan biaya pengobatan tetapi sebagian besar dari

mereka tidak mendapatkan keringanan biaya secara penuh. Mereka harus

mengeluarkan biaya lebih untuk kekurangan biaya hemodialisis, membeli

obat dan transportasi menuju ke sarana kesehatan. Di sisi lain kapasitas

73

fisik sangat jauh menurun sehingga penghasilan pun juga menurun. Hal ini

akan menambah stres psikologis bagi pasien, karena selain mereka

memikirkan kondisi kesehatannya mereka juga harus memikirkan

bagaimana membayar biaya perawatan.

4.3.5 Hubungan Dukungan Emosional dengan Kualitas Hidup pada Pasien

Hemodialisis Rutin yang Memiliki Jaminan Kesehatan dan Tanpa

Jaminan

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang

bermakna antara dukungan emosional dengan kualitas hidup pasien pada

kelompok dengan jaminan (C=0,501; p=0,000); dan kelompok tanpa

jaminan kesehatan (C=0,434;p=0,026). Dukungan emosional merupakan

dukungan yang diberikan kepada klien, sehingga pasien merasa berharga,

nyaman, aman, disayangi dan tidak sendiri dalam menghadapi berbagai

permasalahan yang ada. Dukungan ini mencakup ungkapan ekspresi

empati, kepedulian, dan perhatian terhadap orang yang bersangkutan,

misalnya meyakinkan penderita bahwa mereka masih dicintai, disayangi

dan diharapkan dalam keluarga, mendengarkan keluhan klien, bersikap

terbuka, menunjukan sikap percaya terhadap apa yang dikeluhkan,

memahami keadaan klien, ekspresi kasih sayang dan perhatian (Sarafino,

1998).

Dukungan emosional yang diberikan oleh orang terdekat

responden akan menurunkan stres sebagai efek dari penyakit ginjal yang

diderita pasien. Sebagian besar responden menyatakan bahwa kasih

74

sayang, perhatian dan sikap terbuka yang ditunjukkan oleh orang terdekat

responden sangat membantu mereka dalam beradaptasi terhadap penyakit

dan proses terapi yang harus dijalani.

4.3.6 Hubungan Dukungan Informasional dengan Kualitas Hidup pada

Pasien Hemodiaisis Rutin yang Memiliki Jaminan dan Tanpa

Jaminan

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang

bermakna antara dukungan Informasional dengan kualitas hidup pasien

pada kelompok yang mempunyai jaminan kesehatan. Pada kelompok yang

tanpa jaminan kesehatan didapatkan hasil bahwa tidak terdapat hubungan

antara dukungan informasional dengan kualitas hidup pasien.

Perbedaan ini dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang lebih

tinggi pada kelompok tanpa jaminan. Tingkat pendidikan seseorang akan

mempengaruhi bagaimana pasien mengontrol dirinya dalam mengatasi

masalah yang dihadapi, tingkat kepercayaan diri, pengalaman, perkiraan

bagaimana mengatasi kejadian, kemandirian untuk mencari informasi dan

pemahaman tentang apa yang dianjurkan oleh petugas kesehatan. Hal ini

akan mengurangi kecemasan pasien yang dapat membantu pasien dalam

mengambil keputusan (Kamaludin & Rahayu, 2009).

Dukungan informasional meliputi pemberian informasi, saran dan

nasihat atas pemecahan permasalahan yang dihadapi penderita, berusaha

untuk mencari berbagai informasi berkaitan dengan gagal ginjal dan

75

hemodialisis. Dukungan ini bertujuan untuk memberikan penjelasan

tentang situasi dan segala sesuatu yang berhubungan dengan masalah yang

sedang dihadapi oleh penderita (Sarafino, 1998).

Menurut responden, dukungan informasional yang didapatkan

pasien sebagian besar didapatkan dari dokter yang memberikan

pengobatan. Informasi yang diberikan kepada pasien meliputi informasi

tentang penyakit ginjal, tanda dan gejala yang muncul setelah sakit dan

selama menjalani hemodialisis, informasi tentang perawatan dirumah,

jenis makanan yang harus dihindari, pembatasan cairan, obat-obatan yang

harus rutin di minum serta informasi tentang keluhan yang dihadapi

pasien.

Menurut sebagian besar responden, petugas kesehatan lain selain

dokter tidak semua memberikan informasi yang cukup berkaitan dengan

penyakit yang dideritanya. Perawat lebih sering mengerjakan pekerjaan

teknis proses hemodialisis. Masih menurut pasien juga bahwa perawat

masih kurang memperhatikan aspek dukungan informasional kepada

mereka, meskipun mereka merasa didorong oleh perawat untuk mandiri

dan beradaptasi terhadap aktivitas keseharian setelah sakit pada saat awal

menjalani hemodialisis. Pemberian informasi tentang penyakit mereka dan

keterlibatan dalam perencanaan dan implementasi perawatan membantu

pasien untuk melawan perasaan-perasaan ketergantungan dan menjadi

termotivasi untuk mempertahankan kesehatan mereka sedapat mungkin

(Hudak dan Gallo, 1996).

76

4.3.7 Hubungan Dukungan Harga Diri dengan Kualitas Hidup pada Pasien

Hemodialisis Rutin yang Mempunyai Jaminan dan Tanpa jaminan

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang

bermakna antara dukungan terhadap harga diri dengan kualitas hidup

pasien pada kelompok dengan jaminan (C=0,473; p=0,000) atau tanpa

jaminan kesehatan (C=0,484;p=0,009). Dukungan penghargaan meliputi

pemberian penghargaan yang positif terhadap penderita, seperti tidak

menyalahkan atas penyakit yang dideritanya, memberikan dorongan,

motivasi, dan penguatan kepada penderita dalam menghadapi berbagai

macam tekanan yang ada, dan memberikan perbandingan positif pada

penderita bahwa mereka itu sebenarnya sama dengan orang lain

(Sarafino,1998).

Sebagian besar responden merasa orang-orang terdekatnya

menganggap mereka bukanlah beban dalam keluarga. Mereka juga jarang

disalahkan atas penyakit yang mereka derita, selain itu sebagian responden

merasa sering dilibatkan dalam acara-acara keluarga, mereka menganggap

masih sangat dibutuhkan oleh orang-orang terdekat responden. Hal ini

dapat menaikkan harga diri pasien, meskipun sebagian besar dari mereka

memilih untuk membatasi kegiatan sosial kemasyarakatan akibat dari

keterbatasan fisik yang mereka alami.

77

4.3.8 Hubungan Dukungan Kelompok Sosial dengan Kualitas Hidup pada

Pasien Hemodialisis Rutin yang Mempunyai Jaminan Kesehatan dan

Tanpa jaminan Kesehatan.

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang

bermakna antara dukungan kelompok sosial dengan kualitas hidup pasien

pada kelompok dengan jaminan (C=0,453; p=0,000) atau tanpa jaminan

kesehatan (C=0,415;p=0,020). Dukungan ini akan membuat pasien merasa

menjadi anggota dari kelompok yang memiliki kesamaan minat dan

aktifitas sosial. Pasien akan merasa lebih nyaman karena mempunyai

teman yang senasib dengannya.(Sarafino, 1998).

Dukungan yang responden dapatkan dari kelompok sosial cukup

membantu responden dalam beradaptasi terhadap penyakit. Sebagian besar

dari mereka merasa bukanlah satu-satunya orang yang harus dicuci darah.

Mereka merasa mempunyai teman senasib sehingga mereka merasa lebih

nyaman. Sebagian besar dari responden merasa lebih bersemangat dan

sangat menantikan waktu untuk bertemu dengan teman di kelompok

sosial mereka. Mereka bahkan menganggap proses hemodialisis adalah

rekreasi karena banyak teman untuk berbagi cerita dan pengalaman, akan

tetapi kadang-kadang responden juga merasa khawatir jika ada teman

mereka yang kondisinya memburuk atau bahkan meninggal dunia.

Dukungan kelompok sosial ini juga bisa dilakukan pada wadah

kelompok khusus pasien penderita gagal ginjal atau pasien yang menjalani

hemodialisis rutin, akan tetapi sampai saat ini belum terbentuk organisasi

78

yang menaungi pasien tersebut. Wadah khusus pasien hemodialisi

memang bekum ada, tetapi kegiatan yang sudah dilaksanakan sudah cukup

banyak diantaranya yaitu berupa family gathering yang dilaksanakan satu

tahun sekali. Menurut pasien kegiatan ini sangat membantu mereka dalam

meningkatkan pengetahuan mereka tentang gagal ginjal dan perawatan di

rumah. Selain itu kegiatan ini juga meningkatkan semangat mereka untuk

terus menjalani hidup.

4.3.9 Perbedaan Kualitas Hidup Pasien yang Menjalani Hemodialisis Rutin

antara Kelompok yang Mempunyai Jaminan Kesehatan dan yang

Tidak Mempunyai Jaminan Kesehatan

Jaminan kesehatan, penghasilan dan status pekerjaan yang dimiliki

responden akan sangat membantu intensitas hemodialisis. Pasien dengan

penghasilan keluarga yang baik akan lebih terjamin intensitasnya

dibandingkan dengan pasien yang mempunyai penghasilan keluarga

kurang.

Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada perbedaan yang

signifikan dukungan sosial yang diterima pasien antara kelompok yang

mempunyai jaminan kesehatan dan kelompok yang tidak mempunyai

jaminan kesehatan (t=1,049; p=0,297). Hal ini dikarenakan sebagian besar

tingkat penghasilan dari responden yang tidak mempunyai jaminan

kesehatan cukup besar setiap tahunnya. Sebagian besar responden

memiliki penghasilan leih dari 100 juta /tahun. Penghasilan yang cukup

79

membuat responden yang tidak memiliki jaminan kesehatan menganggap

bahwa biaya bukanlah masalah yang aktual. Hal ini akan berdampak

terhadap tingkat stres yang muncul akibat permasalahan biaya perawatan

dan pengobatan rutin pasien.

Kondisi ini sangat berbeda dengan responden yang tidak memiliki

jaminan kesehatan dan mempunyai penghasilan di bawah 100 juta /tahun

(12 orang responden). Pada kelompok ini hampir seluruhnya (9

responden) memiliki kualitas hidup di bawah rata-rata kelompok. Hasil uji

statistik menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kualitas hidup yang

bermakna antara pasien yang memiliki penghasilan di bawah 100 juta dan

di atas 100 juta (p=0,004). Keterbatasan biaya yang mereka alami akan

berdampak terhadap intensitas hemodialisis yang mereka lakukan. Pada

kelompok ini sering terjadi penjadwalan ulang waktu hemodialisis karena

terbentur masalah keuangan. Intensitas hemodialisis yang menurun akan

menyebabkan penumpukan sisa metabolisme tubuh, yang akan

menyebabkan semakin banyak keluhan dan gejala yang dirasakan oleh

responden. Sebagian besar pasien yang mempunyai penghasilan rendah di

negara berkembang akan meninggal atau berhenti melakukan terapi ginjal

pengganti setelah 3 bulan menjalani terapi (Shcieppati & Remuzzi, 2005).

Melihat kondisi tersebut maka jaminan kesehatan dari pemerintah sangat

diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup penduduknya. Adanya

jaminan kesehatan maka beban pembiayaan yang harus ditanggung

80

responden dan keluarganya semakin berkurang. Hal ini dapat mengurangi

stres yang muncul.

Hal yang berbeda terjadi pada pasien hemodialisis rutin yang

mempunyai penghasilan yang baik. Kondisi keuangan keluarga yang stabil

akan membuat intensitas hemodilisis menjadi rutin. Kondisi ini dapat

terjadi pada kelompok responden yang mempunyai penghasilan diatas 200

juta rupiah. Jumlah total responden pada kelompok ini berjumlah 14

responden, pada kelompok ini hampir seluruhnya mempunyai kualitas

hidup di atas rata-rata kelompok yaitu 11 responden.

4.4 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan. Keterbasan tersebut

antara lain: Instrumen penelitian pada variabel dukungan sosial adalah

instrumen yang dibuat sendiri oleh peneliti dan baru pertama digunakan,

meskipun sudah dilakukan uji konten dengan Content Validity Indeks

sebesar 0.89. Aspek kualitas hidup adalah sesuatu yang dinamis dan tidak

statis sehingga mungkin akan berubah pada saat yang lain, sehingga

perawat harus mengukur kualitas hidup pasien secara berkala. Terahir,

hasil penelitian ini belum bisa berlaku umum untuk semua unit

hemodialisis karena sampel hanya dari tiga unit hemodialis.