IUD

17
3 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Kontrasepsi berasal dari kata “kontra” berarti mencegah dan melawan dan “konsepsi” berarti pertemuan antara sel telur yang telah matang dan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Kontrasepsi adalah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan, usaha-usaha itu dapat bersifat sementara atau dapat juga bersifat permanent, jadi kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dan sperma. (Wiknjosastro, 2007) IUD (Intra Uterine Device) adalah Suatu alat kontrasepsi yang dimasukkan kedalam rahim terbuat dari plastik halus (Polyethelen) untuk mencegah terjadinya konsepsi atau kehamilan (BKKBN, 2003).

Transcript of IUD

Page 1: IUD

3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Kontrasepsi berasal dari kata “kontra” berarti mencegah dan melawan dan

“konsepsi” berarti pertemuan antara sel telur yang telah matang dan sperma

yang mengakibatkan kehamilan.

Kontrasepsi adalah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan,

usaha-usaha itu dapat bersifat sementara atau dapat juga bersifat permanent,

jadi kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan

sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dan sperma.

(Wiknjosastro, 2007)

IUD (Intra Uterine Device) adalah Suatu alat kontrasepsi yang

dimasukkan kedalam rahim terbuat dari plastik halus (Polyethelen) untuk

mencegah terjadinya konsepsi atau kehamilan (BKKBN, 2003).

Suatu alat yang terbuat dari plastik atau tembaga yang dimasukkan

kedalam rahim oleh seorang dokter untuk jangka waktu yang lama (Hartanto,

2003).

Macam-macam IUD

Page 2: IUD

4

B. Jenis IUD

Menurut Hartanto, 2004, jenis IUD yang ada di Indonesia antara lain :

1. Cooper – T

Berbentuk T terbuat dari bahan polyethelen dimana dibagian

vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan ini mempunyai efek

anti fertilisasi (anti pembuahan) yang cukup baik.

2. Cooper – 7

Berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan

pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm,

ditambahkan gulungan tembaga yang fungsinya sama seperti lilitan

tembaga halus pada jenis Cooper – T.

3. Multi Load

Terbuat dari plastik atau polyethelen dengan dua tangan, kiri dan

kanan terbentuk sayap yang fleksibel. Batangnya diberi gulungan kawat

tembaga untuk menambah efektifitas.

4. Lippes Loop

Terbuat dari polyethelen, berbentuk spiral atau huruf S

bersambung. Untuk memudahkan kontrol diberi benang pada ekornya.

Lippes Loop mempunyai angka kegagalan yang rendah, keuntungan lain

dari AKDR jenis ini adalah jarang terjadi luka atau porforasi, sebab terbuat

dari bahan plastik (Maryani, 2004).

Page 3: IUD

5

C. Teknik Pemasangan dan pengeluaran

1.    Teknik Pemasangan

Karena metode pemasangan berbeda untuk masing-masing alat, maka

pemasangan paling aman apabila kita mengikuti petunjuk produsen

dengan cermat.

a. Sepanjang prosedur, harus diterapkan teknik “jangan menyentuh” (no

touch technique). Bagian dari sonde dan alat pemasangan yang sudah

terisi yang masuk ke dalam uterus jangan disentuh, bahkan dengan

tangan yang sudah bersarung, kapanpun. Dengan demikian,

pemakaian sarung tangan yang bersih (non-steril) sudah memadai

b. Setelah pemeriksaan panggul bimanual, serviks dipajankan dengan

speculum sementara wanita berbaring dalam posisi litotomi modifikasi

atau posisi lateral.

c. Serviks dibersihkan dengan antiseptik dan dipegang dengan forseps

atraumatik  12 inci (forseps Allis panjang sering digunakan). Tarikan

ringan untuk meluruskan kanalis uteroservikalis membantu

pemasangan AKDR di fundus.

d. Sonde uterus dimasukkan dengan htai-hati untuk menentukan

kedalaman dan arah rongga uterus serta arah dan kepatenan kanalis

servikalis apabila dijumpai spasme/stenosis serviks, maka mungkin

perlu dipertimbangkan pemberian anestetik lokal dan dilatasi os

serviks.

e. AKDR  dimasukkan ke dalam alat pemasangan sehingga AKDRakan

berletak rata dalam bidang transversal rongga uterus saat dilepaskan.

f. AKDR  jangan berada di dalam alat pemasanga lebih dari beberapa

menit karena alat ini akan kehilangan “elastisitasnya” dan bentuknya

akan berubah.

Page 4: IUD

6

g. T abung alat pemasanga secara hati-hati dimasukkan melalui kanalis

servikalis, AKDR dilepaskan sesuai instruksi spesifik untuk masing-

masing alat kemudian alat pemasang dikeluarkan.

h. Setelah pemasangan, dianjurkan untuk melakukan sonde kanalis ulang

untuk menyingkirkan kemungkinan AKDR terletak rendah. AKDR

harus diletakkan di fundus agar insidensi ekspulsi dan kehamilan

rendah.

i. Benang AKDR harus dipotong dengan gunting panjang sampai sekitar

3 cm dan os eksternus.

2.  Teknik Pengeluaran

a. Benang terlihat

b. Gunakan speculum untuk melihat serviks dan lihat dengan jelas

adanya benang AKDR

c. Jepit benang (-benang) dengan kuat dekat os eksternus dengan forceps

arteri lurus.

d. Lakukan tarikan lembut kearah bawah. Biasanya AKDR akan tertarik

dengan mudah dan dengan nyeri minimal. Apabila dijumpai tahanan,

atau apabila pasien merasa nyeri, hentikan tarikan dan

e. Periksa ukuran dan posisi uterus dengan pemeriksaan bimanual.

f. Jepit serviks dengan forceps jaringan dan lakukan terikan lembut untuk

meluruskan kanalis uteroservikalis.

g. Lanjutkan terikan pada benang dan keluarkan AKDR seperti biasa.

h. Kadang-kadang kita perlu memberikan anestesia lokal untuk

mengurangi rasa tidak nyaman saat pengeluaran.

i. Apabila benang putus Sewaktu pengeluaran, kanalis servikalis harus

dieksplorasi secara hati-hati dengan forseps arteri lurus untuk

memeriksa apakah ujung bawah AKDR telah turun ke kanalis

Page 5: IUD

7

servikalis. Apabila terasa, maka batang vertical AKDR dapat dijepit

dan dikeluarkan. Apabila AKDR seluruhnya berada di dalam rongga

uterus, maka dapat dilakukan eksplorasi rongga uterus dengan forceps

bengkok yang kecil dan panjang atau “pengait” untuk mengetahui

lokasi dan mengeluarkan AKDR. Dilatasi serviks dapat dicapai dengan

pemberian misoprostol 400 μg per vagina sebelum eksplorasi uterus.

Hanyar dokter yang berpengalaman dalam teknik intrauterus yang

boleh melakukan prosedur semacam ini.

j. Perubahan AKDR AKDR sebaiknya tidak diganti sebelum interval

yang dianjurkan karena pengeluaran dan pemasangan kembali

meningkatkan risiko kegagalan, ekspulsi, dan infeksi. Pada wanita

yang berusia 40 tahun atau lebih, AKDR yang mengandung tembaga

dapat dibiarkan di tempatnya sampai 12 bulan setelah periode

menstruasi terakhir.

D. Mekanisme Kerja IUD

Sampai saat ini mekanisme kerja IUD belum diketahui secara pasti. Kini

pendapat yang terbanyak menyatakan bahwa IUD dalam cavum uteri

menimbulkan reaksi peradangan setempat (endometrium) yang disertai dengan

sebukan leukosit yang dapat menghancurkan blastokista tau sperma.

Pemeriksaan cairan uterus pada akseptor IUD sering kali dijumpai pula sel-sel

makrofag (fagosit) yang mengandung spermatozoa.

Pendapat lain mengatakan bahwa pada IUD bioaktif mekanisme kerjanya

selain menimbulkan peradangan seperti pada IUD biasa, juga oleh karena ion

logam atau bahan lain yang melarit dari IUD mempunyai pengaruh terhadap

sperma. Logam-logam tertentu, khususnya tembaga, sangat meningkatkan

Page 6: IUD

8

kerja kontrasepsi pada alat-alat yang lengai. IUD juga mencegah terjadinya

fertilisasi (Hanafi, 2004).

Mekanisme kerja IUD secara kimiawi bersifat lengai, belum dapat

ditentukan dengan tepat. IUD yang mengeluarkan hormon juga menebalkan

lendir cervix hingga menghalangi pergerakan sperma untuk masuk melewati

cervix ( Hanafi, 2004).

Dapat ditekankan kembali disini bahwa secara umum mekanisme kerja

merupakan mekanisme kerja yang paling menonjol dari jenis kontrasepsi ini,

hambatan nidasi tersebut terjadi karena adanya respon inflamasi setempat

(pada area terdapatnya IUD endometrium) yang selanjutnya mengakibatkan

terpacunya kerja lisosom pada blastokist dan mungkin pula fagositiosis

spermatozoa (Hartanto, 2003).

Pemakaian IUD adalah seorang wanita yang menggunakan alat

kontrasepsi IUD mencegah atau menghindari kehamilan (BKKBN, 2003).

E. Indikasi dan Kontra Indikasi IUD

1) Yang dapat menggunakan IUD/ indikasi

a) Usia reproduksi

b) Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang

c) Sedang menyusui

d) Setelah mengalami abortus

Page 7: IUD

9

e) Tidak terlihat adanya infeksi, resiko rendah dari infeksi

menular sekual (IMS).

f) Tidak menghendaki metode hormonal.

g) Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari.

2) Yang tidak diperkenankan menggunakan IUD / kontra indikasi:

a) Sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil)

b) Perdarahan vagina yang tidak diketahui (sampai dapat

dievaluasi).

c) Sedang menderita infeksi alat genetalia (vaginitis, servixitis).

d) Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita

penyakit radang panggul atau abortus septic.

e) Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim,

kanker alat genetal.

f) Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm (Saifuddin, 2003).

F. Keuntungan dan Keterbatasan IUD

1) Keuntungan memakai alat kontrasepai IUD banyak sekali diantaranya :

a) Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila

tidak terjadi infeki).

b) IUD dapat efektif segera setelah pemasangan

Page 8: IUD

10

c) Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak

perlu diganti).

d) Tidak ada efek sistemik.(tidak ada efek samping hormonal dengan Cu

AKDR CuT-380A).

e) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI

f) Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat.

g) Tidak mempengaruhi hubungan seksual dan meningkatkan kenyamanan

karena tidak perlu takut hamil.

h) Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid

terakhir).

i) Membantu mencegah kehamilan ektopik.(Sri Handayani, 2010)

2) Keterbatasan IUD antara lain :

a) Perubahan siklus haid (umumnya pada 8 bulan pertama dan akan

berkurang setelah 3 bulan).

b) Haid lebih lama dan banyak.

c) Perdarahan (spotting) antar menstruasi.

d) Saat haid lebih sakit.

e) Tidak mencegah IMS termasuk HIV / AIDS.

f) Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan

yang sering berganti pasangan.

Page 9: IUD

11

g) Penyakit radang panggul terjadi. Seorang perempuan dengan IMS

memakai IUD, dapat memicu infertilitas.

h) Klien tidak dapat melepas IUD oleh dirinya sendiri. Petugas kesehatan

terlatih yang harus melakukannya.

i) Perempuan harus memeriksa posisi benang dari waktu ke waktu, untuk

melakukan ini perempuan harus memasukkan jarinya kedalam vagina.

Sebagian perempuan ini tidak mau melakukannya. .(Sri Handayani,

2010)

Cara Pasang IUD

G. Waktu Pemasangan IUD

IUD dipasang pada saat selesai menstruasi. Pemasangan program post

partum belum memuaskan karena banyak terjadi ekspulsi dan masyarakat

segan untuk kembali. Waktu pemasangan antara lain :

1. dengan menstruasi

2. Segera setelah bersih menstruasi

3. Pada masa akhir mentruasi

Page 10: IUD

12

4. Tiga bulan pasca puerperium

5. Bersamaan dengan seksio cesaria

6. Bersamaan dengan abortus dan kuretage

7. Hari kedua – ketiga pasca persalinan (Manuaba, 2001)

H. Efek Samping IUD dan Penanganan

1. Efek samping yang umum terjadi

a. Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan

berkurang setelah 3 bulan).

b. Haid lebih lama dan banyak.

c. Perdarahan (spotting antar menstruasi).

d. Saat haid lebih sakit (Sujiyatini, 2011)

2. samping yang lain

a. Periksa apakah sedang hamil, apabila tidak, jangan lepas IUD,

lakukan konseling dan selidiki penyebab amenore apabila

diketahui. Apabila hamil, jelaskan dan sarankan untuk melepas

IUD bila talinya terlihat dan kehamilan kurang dari 13 minggu.

Apabila benang tidak terlihat, atau kehamilan lebih dari 13 minggu,

IUD jangan dilepas. Apabila klien sedang hamil dan ingin

mempertahankan kehamilannya tanpa melepas IUD jelaskan ada

resiko kemungkinan terjadinya kegagalan kehamilan dan infeksi

Page 11: IUD

13

serta perkembangan kehamilan harus lebih diamati dan

diperhatikan.

b. Kejang

Pastikan dan tegaskanlah adanya penyebab lain dari

kekejangan. Tanggulangi penyebabnya apabila ditemukan. Apabila

tidak ditemukan penyebabnya beri analgesic untuk sedikit

meringankan. Apabila klien mengalami kejang berat, lepaskan IUD

dan bantu klien menentukan metode kontrasepsi yang lain.

c. Perdarahan pervaginam yang hebat dan tidak teratur

Pastikan dan tegaskan adanya infeksi pelvic dan kehamilan

ektopik. Apabila tidak ada kelainan patologis, perdarahan

berkelanjutan serta perdarahan hebat, lakukan konseling dan

pemantauan. Beri ibu profen (800mg, 3x sehari selama 1 minggu)

untuk mengurangi perdarahan dan berikan tablet besi (1 tablet

setiap hari selama 1 sampai 3 bulan).

d. Benang yang hilang pastikan adanya kehamilan / tidak.

Tanyakan apakah IUD terlepas. Apabila tidak hamil dan

IUD tidak terlepas, berikan kondom, periksa talinya di dalam

saluran endoservik dan kavum uteri. Apabila tidak ditemukan rujuk

ke dokter, lakukan pemeriksaan ultrasound. Apabila tidak hamil

dan IUD yang hilang tidak ditemukan, pasanglah IUD baru atau

bantulah klien menentukan metode lain.