IUD Kelompok 4 New

23
ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM / IUD (Intra Uterine Devices) A. Definisi American College of Obstetricians and Gynecologist menyatakan kontrasepsi jangka panjang, terutama intra uterine device dan implan, sebagai alat kontrasepsi yang paling aman dan efektif untuk perempuan usia produktif (Anna, 2011). IUD (Intra Uterine Device) atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) adalah alat kecil terdiri dari bahan plastik yang lentur yang dimasukkan kedalam rongga rahim, yang harus diganti jika sudah digunakan selama periode tertentu. IUD merupakan cara kontrasepsi jangka panjang. Intra uterine device (IUD) atau awam menyebutnya spiral adalah alat plastik kecil yang terbungkus dengan kabel tembaga. Alat berbentuk "T" ini menghambat kehamilan dengan mencegah bertemunya sel sperma dan sel telur dengan cara menghentikan jalan sperma ke tuba falopi atau dengan mengganti jalan uterus sehingga telur yang matang tidak dapat dibuahi. IUD merupakan alat kontrasepsi yang digunakan didalam rahim. Sesuai tipenya, IUD dapat digunakan secara efektif dalam jangka waktu 5-10 tahun tanpa harus diganti. Bentuknya cukup kecil sehingga ginekolog dapat memasukkan alat ini ke dalam uterus dengan prosedur yang mudah (Anna, 2011).

Transcript of IUD Kelompok 4 New

Page 1: IUD Kelompok 4 New

ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM / IUD (Intra Uterine Devices)

A. Definisi

American College of Obstetricians and Gynecologist menyatakan kontrasepsi

jangka panjang, terutama intra uterine device  dan implan, sebagai alat kontrasepsi yang

paling aman dan efektif untuk perempuan usia produktif (Anna, 2011).

IUD (Intra Uterine Device) atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) adalah

alat kecil terdiri dari bahan plastik yang lentur yang dimasukkan kedalam rongga rahim,

yang harus diganti jika sudah digunakan selama periode tertentu. IUD merupakan cara

kontrasepsi jangka panjang.

Intra uterine device (IUD) atau awam menyebutnya spiral adalah alat plastik kecil

yang terbungkus dengan kabel tembaga. Alat berbentuk "T" ini menghambat kehamilan

dengan mencegah bertemunya sel sperma dan sel telur dengan cara menghentikan jalan

sperma ke tuba falopi atau dengan mengganti jalan uterus sehingga telur yang matang

tidak dapat dibuahi. IUD merupakan alat kontrasepsi yang digunakan didalam rahim.

Sesuai tipenya, IUD dapat digunakan secara efektif dalam jangka waktu 5-10 tahun tanpa

harus diganti. Bentuknya cukup kecil sehingga ginekolog dapat memasukkan alat ini ke

dalam uterus dengan prosedur yang mudah (Anna, 2011).

Gambar 1: IUD (Anna, 2011)

Page 2: IUD Kelompok 4 New

B. Jenis-jenis IUD

1. Copper-T

IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelene dimana pada bagian vertikalnya

diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan kawat tembaga halus ini mempunyai

efek antifertilisasi (anti pembuahan) yang cukup baik. IUD bentuk T yang baru IUD ini

melepaskan levonorgestrel dengan konsentrasi yang rendah selama minimal lima

tahun. Dari hasil penelitian menunjukkan efektivitas yang tinggi dalam mencegah

kehamilan yang tidak direncanakan maupun perdarahan menstruasi. Kerugian metode

ini adalah tambahan terjadinya efek samping hormonal dan amenorhea. 

2. Copper-7

IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan. Jenis ini

mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan kawat

tembaga (Cu) yang mempunyai luas permukaan 200 mm2, fungsinya sama seperti

halnya lilitan tembaga halus pada jenis Copper-T.

Page 3: IUD Kelompok 4 New

3. Multi Load

IUD ini terbuat dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan kanan berbentuk

sayap yang fleksibel. Panjangnya dari ujung atas kebawah 3,6 cm. Batangnya diberi

gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375 mm2

untuk menambah efektivitas. Ada 3 ukuran multi load, yaitu standar, small (kecil), dan

mini.

4. Lippes Loop

IUD ini terbuat dari bahan polyethelene, bentuknya seperti spiral atau huruf

S bersambung. Untuk memudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya. Lippes

Loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya. Tipe

A berukuran 25 mm (benang biru), tipe B 27,5 mm (benang hitam), tipe C berukuran

30 mm (benang kuning), dan 30 mm (tebal, benang putih) untuk tipe D. Lippes Loop

mempunyai angka kegagalan yang rendah. Keuntungan lain dari pemakaian spiral jenis

ini ialah bila terjadi perforasi jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab

terbuat dari bahan plastik. Yang banyak dipergunakan dalam program KB nasional

adalah IUD jenis ini.

Page 4: IUD Kelompok 4 New

Klasifikasi AKDR

a. Un-medicated Devices/ generasi pertama

Misalnya :

1. Grafenberg Ring 

2. Ota Ring

3. Margulies Coil

4. Lippes Loop (dianggap sebagai IUD standar)

5. Saf ± T ± Coil

6. Delta Loop: Modified Lippes Loop D: penambahan benang chroic cat gut pada

lengan atas terutama untuk insersi post partum

b. Medicated Devices/ generasi kedua

1. Mengandung logam

AKDR + Cu Generasi pertama

1) Cu T200: tahun + T (3 tahun daya kerja)

2) Cu-7: Gravidard (3 tahun daya kerja)

3) ML Cu + 250 (3 tahun daya kerja)

AKDR + Cu Generasi kedua

1) Cu + 380 A: paragard (8 tahun daya kerja)

2) CuT + 380 Ag (5 tahun daya kerja)

3) CuT-220 C (3 tahun daya kerja)

2. Mengandung hormone Progestasert: Alza-T dengan daya kerja 1 tahun LNG-

20: mengandung levonorgestrel

C. Daya Guna

Daya guna IUD biasa (non medicated IUD) seperti Lippes Loop (ukuran D) dan

cincin anti karat mempunyai angka kegagalan tinggi. Yaitu 2 sampai 6 untuk 100 wanita.

Sebaliknya IUD tembaga (Tcu 380 dan MLCu 375) yang mempunyai luas permakaian

tembaga yang besar adalah IUD yang sangat efektif karena kegagalan tahun pertamanya

hanya atau kurang dari 1. Angka kehamilan tahun pertama dan kumulatif dalam 8 tahun

adalah 0,6 dan 2,3 untuk Copper T 380A. IUD dengan luas permukaan tembaga yang lebih

Page 5: IUD Kelompok 4 New

kecil (Tcu 200, Tcu 220, dan Tcu7) dan progestase (IUD yang melepaskan progesterone)

mempunyai angka kegagalan pertama 1 sampai 3 per 100 wanita (Hanafi, 2003)

D. Daya Tahan

Daya tahan IUD sekitar 3,5 sampai 8 tahun. Untuk jenis IUD yang mengandung

hormon (progestasen- T) mempinyai daya tahan selama 18 bulan. Untuk IUD jenis Lippes

Loop mempunyai daya kerja untuk selama-lamanya sampai menopause selama tidak

menimbulkan masalah atau leluhan pemakaianya (Hanafi, 2003).

E. Mekanisme IUD

Ada beberapa mekanisme kerja IUD yang telah diajukan yaitu:

1. Timbulnya reaksi radang lokal yang non spesifik didalam cavum uteri sehingga

implantasi sel telur yang telah dibuahi terganggu

2. Produksi lokal prostaglandin yang meninggi, yang menyebabkan terhambatnya

implantasi

3. Gangguan/ terlepasnya blastocyst yang telah berimplantasi didalam endometrium

4. Pergerakan ovum yang bertambah cepat di dalam tuba fallopi

5. Immobilisasi spermatozoa saat melewati cavum uteri

6. Dari penelitian juga dikatakan bahwa IUD mencegah spermatozoa membuahi sel telur

7. Untuk IUD yang mengandung Cu:

a. menghambat reaksi carbonic anhydrase sehingga tidak memungkinkan terjadinya

implantasi dan mungkin juga menghambat aktvitas alkhali phospatase

b. mengganggu pengambilan estrogen endogenous oleh mukosa uterus

c. mengganggu jumlah DTM dalam sel endometrium

d. mangganggu metabolisme glikogen

8. Untuk IUD yang mengandung progesteron

a. Gangguan proses pematangan proliferatif ± sekretoir sehingga timbul penekanan

terhadap endometrium dan terganggunya proses implantasi

b. Lendir serviks yang menjadi lebih kental/ tebal karena pengaruh progestin

Page 6: IUD Kelompok 4 New

F. Keuntungan dan Kerugian IUD

No Keuntungan Kerugian1 Efektivitasnya tinggi ® 0,6 – 0,8

kehamilan/100 perempuan dalam tahun pertama, 1 kegagalan dalam 125 – 170 kehamilan.

Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan)

2 AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan

Haid lebih lama dan banyak

3 Metode jangka panjang (10 tahun) Perdarahan antar menstruasi (spotting).4 Sangat efektif (tidak perlu mengingat-

ingat seperti jika memakai pil)Saat haid lebih sakit

5 Tidak mempengaruhi hubungan seksual karena tidak takut hamil

Merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan

6 Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI

Perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan penyebab anemia

7 Tidak ada efek samping hormonal Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangan benar)

8 Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak terjadi infeksi)

Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS/perempuan yang sering bergantian pasangan

9 Dapat digunakan hingga menopause Sakit kepala, berat badan bertambah, perubahan mood, serta rasa nyeri.

10 Tidak ada interaksi dengan obat-obat Nyeri saat berhubungan seks dan inflamasi di bagian vagina. Efek samping tersebut akan berkurang atau menghilang seiring dengan lamanya alat KB ini digunakan.

11 Dapat dibuka kapan saja (oleh tenaga medis)

Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi AKDR untuk mencegah kehamilan normal

12 Dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduktif

Wanita harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu. Untuk  melakukan ini perempuan harus memasukkan jarinya kedalam vagina, sebagian wanita tidak mau melakukan ini.

13 Relatif tidak mahal Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri

14 Mengurangi kunjungan ke klinik15 Tidak dirasakan oleh pemakai ataupun

pasangannyaSumber: Kusumaningrum (2009)

Page 7: IUD Kelompok 4 New

Kelemahan dari penggunaan IUD adalah perlunya kontrol kembali untuk

memeriksa posisi benang IUD dari waktu ke waktu. Waktu kontrol IUD yang harus

diperhatikan adalah:

a. 1 bulan pasca pemasangan

b. 3 bulan kemudian

c. Setiap 6 bulan berikutnya

d. Bila terlambat haid 1 minggu

e. Perdarahan banyak atau keluhan istimewa lainnya (Imbarwati, 2009).

G. Indikasi

1. Wanita pada usia reproduktif 

2. Wanita pada keadaan nullipara

3. Wanita yang menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang

4. Wanita menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi

5. Wanita setelah melahirkan dan tidak menyusukan bayinya

6. Wanita setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi

7. Wanita dengan resiko rendah dari IMS

8. Wanita yang tidak menghendaki hormonal

9. Wanita yang tidak menyukai untuk mengingat ± ingat minum pil setiap hari

10. Wanita yang tidak menghendaki kehamilan, setelah 1 ± 5 hari senggama 

H. Kontraindikasi

1. Wanita yang sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil)

2. Wanita dengan perdarahan vagina yang tidak diketahui (sampai dapat dievaluasi)

3. Wanita yang sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis)

4. Wanita yang 3 bulan terakhir sedang mengalami abortus atau sering mengalami

abortus septik

5. Wanita dengan kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang

dapat mempengaruhi kavum uteri

6. Wanita dengan penyakit trofoblas yang ganas

7. Wanita yang diketahui menderita TBC pelvic

Page 8: IUD Kelompok 4 New

8. Wanita dengan kanker alat genital

9. Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm

I. Efektivitas IUD

Efektifitas IUD (Hanafi, 2003):

1. Efektivitas IUD dinyatakan dalam angka kontinuitas (continuition rate) yaitu beberapa

lama IUD tetap tinggal dalam uteri tanpa:

a. Ekspulsi

b. Terjadinya kehamilan

c. Pengangkatan/pengeluaran karena alasa-alasan medis atau pribadi.

2. Efektivitas dari bermacam-macam IUD tegantung pada:

a. IUD-nya: ukuran, betu kandungannya

b. Akseptor: Umur, parietas, frekuensi senggama.

c. Dari faktor-faktor yang berhubungan dengan akseptor yaitu umur dan parietas

diketahui:

1) Makin tua usia, makin rendah angka kehamilan, ekspulsi dan

pengangkatan/pengeluaran IUD

2) Makin muda usia, terutama pada nulligravida makin tinggi angka ekspulsi dan

pengangkatan/pengeluaran IUD.

J. Waktu penggunaan

1. Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien tidak hamil

2. Hari pertama sampai ke 7 siklus haid

3. Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4 minggu

pasca persalinan setelah 6 bulan apabila menggunakan metode amenore laktasi

4. Setelah menderita abortus (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila tidak ada gejala

infeksi

5. Selama 1 sampai 5 hari setelah senggama yang tidak dilindungi

Page 9: IUD Kelompok 4 New

K. Petunjuk bagi klien

1. Kembali memeriksakan diri setelah 4 sampai 6 minggu pemasangan AKDR

2. Selama bulan pertama menggunakan AKDR, periksalah tali secara rutin terutama

setelah haid

3. Setelah bulan pertama pemasangan, hanya perlu memeriksa keberadaan benang setelah

haid apabila:

a. Kram/ kejang di perut bagian bawah

b. Perdarahan (spotting) diantara haid atau setelah senggama

c. Nyeri setelah senggama atau apabila pasangan mengalami tidak nyaman selama

melakukan hubungan seksual

4. AKDR perlu dilepas setelah waktu yang ditentukan tetapi dapat dilakukan lebih awal

apabila diinginkan

5. Kembali ke klinik apabila:

a. Tidak dapat meraba tali AKDR

b. Merasakan bagian yang keras dari AKDR

c. AKDR terlepas

d. Siklus terganggu

e. Terjadi pengeluaran cairan dari vagina yang mencurigakan

f. Adanya infeksi

L. Pemasangan IUD

IUD dapat dipasang kapan saja selama periode menstruasi bila wanita tersebut tidak

hamil. Untuk wanita setelah melahirkan, pemasangan IUD segera (10 menit setelah

pengeluaran plasenta) dapat mencegah mudah copotnya IUD. IUD juga dapat dipasang 4

minggu setelah melahirkan tanpa faktor risiko perforasi (robeknya rahim). Untuk wanita

menyusui, IUD dengan progestin sebaiknya tidak dipakai sampai 6 bulan setelah

melahirkan. IUD juga dapat dipasang segera setelah abortus spontan triwulan pertama,

tetapi direkomendasikan untuk ditunda sampai involusi komplit setelah triwulan kedua

abortus. Setelah IUD dipasang, seorang wanita harus dapat mengecek benang IUD setiap

habis menstruasi (ILUNI FKUI, 2010).

Page 10: IUD Kelompok 4 New

1. Persiapan alat

a. Bivalve speculum (kecil, sedang, besar)

b. Tenakulum

c. Sonde uterus

d. Forsep/ korentang

e. Gunting

f. Mangkuk untuk larutan antiseptic

g. Sarung tangan steril

h. Cairan antiseptic untuk membersihkan serviks

i. Kassa

j. Lampu untuk penerangan

k. IUD yang masih belum rusak dan terbuka

2. Langkah-langkah

Prosedur sebelum pemasangan

a. Lakukan prosedur asepsis secara ketat selama pemasangan .

b. Lihatlah serviks dengan speculum dan bersihkan dengan larutan antiseptik. Pegang

bibir anterior dengan tenakulum. Menarik tenakulum dengan hati-hati mengurangi

sudut antara kanalis servikalis dan rongga uterus dan memudahkan pemasangan

sonda uterus. Tenakulum harus tetap terpasang selama memasang IUD supaya

serviks tetap tertarik.

c. Masukkan sonda uterus melalui kanalis serviks ke dalam rongga uterus sampai

mencapai  fundus. Setelah menentukan arah serta panjang kanalis servikalis dan

rongga uterus, siapkan IUD untuk dipasang.

Langkah pemasangan

Langkah 1

a. Setelah uterus diukur, buka separuh dari kemasan.

b. Pegang kedua ujung benang dan tarik alat secara hati-hati kedalam tabung insersi

sampai knop di ujung lengan horizontal menutupi lubang tabung. Knop tidak perlu

ditarik ke dalam tabung. Benang bisa putus kalau ditarik terlalu keras.

Page 11: IUD Kelompok 4 New

Langkah 2

a. Luruskan flens berwarna kuning dengan satu tangan, tarik tabung insersi sampai

ujung bawah flens menunjukkan ukuran yang didapat dari sonda uterus.

b. Pegang benang lurus di dalam tabung dengan satu tangan, masukkan plunger (alat

penghisap) ke dalam tabung insersi. Ini untuk memastikan bahwa benang tidak

tertekan pada alat oleh plunger.

c. Sebelum dipasang, tabung dapat ditekuk untuk disesuaikan dengan posisi uterus.

Tetukan harus dilakukan ketika alat masih berada dalam kemasan steril setelah

memasukkan plunger kedalam tabung insersi.

Langkah 3

a. Pastikan bahwa flens menunjukkan arah lengan horizontal akan membuka di

dalam uterus.

b. Keluarkan tabung insersi yang telah terisi dari kemasan .

c. Masukkan tabung insersi ke dalam uterus melalui kanalis servikalis sampai flens

menyentuh os servikal.

Langkah 4

a. Perhatikan bagian plunger yang kasar. Pegang plunger dengan erat dan lepaskan

lengan horizontal dari alat dengan menarik tabung insersi ke bawah sampai

ujungnya menyentuh bagian yang kasar.

b. Jarak antara flens dan os servikal sekarang sekitar 1,5 cm.

Langkah 5

Pegang tabung dan plunger secara bersamaan, tekan alat secara hati- hati sampai flens

menyentuh os servikal lagi.

Langkah 6

a. Pegang plunger dengan erat, keluarkan alat dari tabung insersi seluruhnya dengan

menarik tabung ke bawah sampai cincin dari plunger.

b. Supaya alat tidak bergeser dari posisi fundus, pertama-tama lepaskan plunger

sambil terus menahan tabung insersi, kemudian keluakan tabung insersi.

c. Gunting benang sampai tersisa 2-3 cm terlihat di luar serviks.

Page 12: IUD Kelompok 4 New

Kunjungan Ulang Setelah Pemasangan Akdr

Pemerisaan ulang IUD menurut Manuaba (1998) menyatakan jadwal

pemeriksaan ulang IUD sebagai berikut: 2 minggu setelah pemasangan, 1 bulan setelah

pemeriksaan pertama, 3 bulan setelah pemeriksaan kedua, setiap 6 bulan sampai 1

tahun.

Kunjungan ulang setelah pemasangan AKDR Menurut BKKBN (2003) :

1. Bulan pasca pemasangan

2. Bulan kemudian

3. Setiap 6 bulan berikutnya

4. 1 tahun sekali

5. Bila terlambat haid 1 minggu

6. Perdarahan banyak dan tidak teratur.

M. Cara pelepasan IUD

1. Petugas harus siap ditempat

2. Harus ada permintaan dan persetujuan dari calon peserta.

3. Ruang pemeriksaan yang tertutup, bersih, dan cukup ventilasi.

4. Alat-alat yang harus tersedia lengkap sesuai dengan standart yang ditentukan :

a. Meja dengan alas duk steril

b. Sarung tangan kanan dan kiri

c. Lidi kapas, kapas first aid secukupnya.

d. Cocor bebek/spekulum

e. Tampon tang

f. Tutup duk steril

g. Bengkok

h. Lampu

i. Timbangan berat badan

j. Tensimeter

k. Stetoskop

Page 13: IUD Kelompok 4 New

5. Langkah-langkah :

a. Memberi penjelasan kepada calon peserta mengenai keuntungan, efek samping

dan cara menanggulangi efek samping.

b. Melaksanakan anamnese umum, keluarga, media dan kebidanan.

c. Melaksanakan pemeriksaan umum meliputi timbang badan, mengukur tensimeter.

d. Siapkan alat-alat yang diperlukan.

e. Mempersilakan calon peserta untuk berbaring di bed gynecology dengan posisi

litotomi.

f. Bersihkan vagina dengan Lysol

g. Melaksanakan pemeriksaan dalam untuk menentukan keadaan dan posisi uterus.

h. Pasang speculum sym.

i. Mencari benang IUD kemudian dilepas dengan tampon tang

j. Setelah IUD berhasil dilepas, alat-alat dibereskan

k. Pasien dirapikan kembali

l. Memberi penjelasan kepada peserta gejala-gejala yang mungkin terjadi / dialami

setelah AKDR dilepas dan kapan harus kontrol (Imbarwati, 2009).

N. Penanganan Efek Samping AKDR (Cu T-380A)

Penanganan Efek Samping AKDR (Cu T-380A) menurut Saefuddin (2004):

1. Amenora

Periksa apakah sedang hamil, apbila tidak, jangan lepas AKDR, lakukan

konseling dan selidiki penyebab amenoreaapabila diketahui. Apabila hamil, jelaskan dan

sarankan untuk melepas AKDR bila talinya terlihat dan kehamilan kurang dari 13

minggu. Apabila benang tidak terlihat, atau kehamilan lebih dari 13 minggu, AKDR

jangan dilepas.Apabila klien sedang hamil dan ingin mempertahankan kehamilannya

tanpa melepas AKDR jelaskan ada resiko kemungkinan terjadinya kegagalan kehamilan

dan infeksi serta perkembangan kehamilanharus lebih diamati dan diperhatikan

2. Kejang

Pastikan dan tegaskanlah adanya PRP dan penyebab ain dari kekejangan.

Tanggulangi penyebabnya apabila ditemuka. Apabila tidak ditemukan penyebabnya beri

Page 14: IUD Kelompok 4 New

analgesik untuk sedikt meringankan. Apabila klien menglami kejang yang berat,

lepaskan AKDR dan bantu klien menentukan metode kontrasepsi yang lain.

3. Perdarahan pervagina yang hebat dan tidak teratur

Pastikan dan tegaskan adanya infeksi pelvik dan kehamiolan ektopik. Apabila

tidak ada kelainan potologis, perdarahan berkelanjutan serta prdarahan hebat, lakukan

konseling dan pemantauan. Beri ibu profen (800mg, 3x sehriselama 1 minggu) untuk

mengurangi perdarahan dan berikan tablet besi (1 tablet setiap hari selama 1 sampai 3

bulan).

4. Benang yang hilang pastikan adanya kehamilan atau tidak

Tanyakan apakah AKDR terlepas. Apabila tidak hamil dan AKDR tidak terlepas,

berikan kondom, periksa talinya di dalam saluran endoservik dan kavum uteri (apabila

memungkinkan adanya peralatan dan tenaga terlatih) setelah masa haid briutnya.

Apabila tidak ditemukan rujk ke dokter, lakukan x-ray atau pemeriksaan ultrasound.

Apabila tidak hamil dan AKDR yang hilang tidak ditemukan, pasanglah AKDR baru

atau bantulah klien menentukan metode lain.

5. Adanya pengeluaran cairan dari vagina atau dicurigai adanya PRP

Pastikan pemeriksaan untuk IMS. Lepaskan AKDR apabila ditemukan menderita

atau sangat dicurigai menderita gonorhoe atau infeksi klamidal, lakukan pengobatan

yang memadai. Bila PRP, obati dan lepas AKDR sesudah 48 jam. Apabila AKDR

dikeluarkan beri metode lain sampai masalahnya teratasi.

Page 15: IUD Kelompok 4 New

DAFTAR PUSTAKA

Anna, L. K. (2011). IUD, kontrasepsi paling aman dan efektif. Diperoleh dari http://health.kompas.com/read/2011/06/21/10145289/IUD - Kontrasepsi - Paling - Aman - dan - Efektif pada tanggal 19 Maret 2013.

ILUNI FKUI. (2010). Keluarga Berencana (KB). http://www.klikdokter.com/medisaz/read/2010/07/05/120/keluarga-berencana--kb pada tanggal 19 Maret 2013.

Hanafi, H. (2003). Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: CV. Mulia Sari.

Imbarwati. (2009). Beberapa Faktor yang Berkaitan dengan Penggunaan KB IUD Pada Peserta KB Non IUD di Kecamatan Pedurungan Kota Semarang. Diperoleh dari http://eprints.undip.ac.id/17781/1/IMBARWATI.pdf pada tanggal 19 Maret 2013.

Kusmarjadi, Didi. (2010). KB IUD (=Intrauterine divece). Diperoleh dari http://www.drdidispog.com/2010/02/kb-iud-intrauterine-device.html pada tanggal 19 Maret 2013

Kusumaningrum, Radita. (2009). Faktor-Faktor yang MempengaruhiPemilihan Jenis Kontrasepsi yang Digunakanpada Pasangan Usia Subur. Diperoleh dari http://eprints.undip.ac.id/19194/1/Radita_Kusumaningrum.pdf pada tanggal 19 Maret 2013

Muhammad. (2008). Alat Kontrasepsi untuk Wanita (Contraseptive for Female). Diperoleh dari http:\IUD\IUD.mht.Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (IUD) pada tanggal 19 Maret 2013

Zahra. (2008). KB Spiral. Diperoleh dari http://sekarlove.multiply.com/reviews/item/2 pada tanggal 19 Maret 2013