Isi Referat Kista Bartholin.doc

20
I. PENDAHULUAN Organ kelamin wanita terdiri atas organ genitalia interna dan organ genitalia eksterna. Kedua bagian besar organ ini sering mengalami gangguan, salah satunya adalah infeksi,infeksi dapat mengenai organ genitalia interna maupun eksterna dengan berbagai macammanifestasi dan akibatnya. Tidak terkecuali pada glandula vestibularis major atau dikenaldengan kelenjar bartolini. Kelenjar bartolini merupakan kelenjar yang terdapat pada bagian bawah introitus vagina. Jika kelenjar ini mengalami infeksi yang berlangsung lama dapatmenyebabkan terjadinya kista bartholini, kista bartholini adalah salah satu bentuk tumor jinak pada vulva (Wiknjosastro, 2008). Kista bartolini merupakan kista yang terbentuk akibat adanya sumbatan pada duktus kelenjar bartolini, yang menyebabkan retensi dan dilatasi kistik. Dimana isi di dalam kista ini dapat berupa nanah yang dapat keluar melalui duktus atau bila tersumbat dapat dapat mengumpul di dalam menjadi abses. Kista bartolini ini merupakan masalah pada wanita usia subur, kebanyakan kasus terjadi pada usia 20 sampai 30 tahun dengan sekitar 1 dalam 50 wanita akan mengalami kista bartolini atau abses dalam hidup mereka, sehingga hal ini merupakan masalah yang perluuntuk dicermati. Kista bartolini bisa tumbuh dari ukuran seperti kacang 1

description

kista bartholiniPatologi Anatomi

Transcript of Isi Referat Kista Bartholin.doc

Page 1: Isi Referat Kista Bartholin.doc

I. PENDAHULUAN

Organ kelamin wanita terdiri atas organ genitalia interna dan organ

genitalia eksterna. Kedua bagian besar organ ini sering mengalami gangguan,

salah satunya adalah infeksi,infeksi dapat mengenai organ genitalia interna

maupun eksterna dengan berbagai macammanifestasi dan akibatnya. Tidak

terkecuali pada glandula vestibularis major atau dikenaldengan kelenjar bartolini.

Kelenjar bartolini merupakan kelenjar yang terdapat pada bagian bawah introitus

vagina. Jika kelenjar ini mengalami infeksi yang berlangsung lama

dapatmenyebabkan terjadinya kista bartholini, kista bartholini adalah salah satu

bentuk tumor jinak  pada vulva (Wiknjosastro, 2008).

Kista bartolini merupakan kista yang terbentuk akibat adanya sumbatan

pada duktus kelenjar bartolini, yang menyebabkan retensi dan dilatasi kistik.

Dimana isi di dalam kista ini dapat berupa nanah yang dapat keluar melalui duktus

atau bila tersumbat dapat dapat mengumpul di dalam menjadi abses. Kista

bartolini ini merupakan masalah pada wanita usia subur, kebanyakan kasus

terjadi pada usia 20 sampai 30 tahun dengan sekitar 1 dalam 50 wanita akan

mengalami kista bartolini atau abses dalam hidup mereka, sehingga hal ini

merupakan masalah yang perluuntuk dicermati. Kista bartolini bisa tumbuh dari

ukuran seperti kacang polong menjadi besar dengan ukuran seperti telur. Kista

bartolini tidak menular secara seksual, meskipun penyakit menular seksual seperti

Gonore adalah penyebab paling umum terjadinya infeksi padakelenjar bartolini

yang berujung pada terbentuknya kista dan abses, sifilis ataupun infeksi bakteri

lainnya juga dianggap menjadi penyebab terjadinya infeksi pada kelenjar ini

(Wiknjosastro, 2008).

1

Page 2: Isi Referat Kista Bartholin.doc

II. ISI

A. Definisi

Kista adalah kantung yang berisi cairan atau bahan semisolid yang

terbentuk di bawah kulit atau di suatu tempat di dalam tubuh. Kista

kelenjar Bartholin terjadi ketika kelenjar ini menjadi tersumbat. Kelenjar

Bartolini bisa tersumbat karena berbagai alasan, seperti infeksi,

peradangan atau iritasi jangka panjang. Apabila saluran kelenjar ini

mengalami infeksi maka saluran kelenjar ini akan melekat satu sama lain

dan menyebabkan timbulnya sumbatan. Cairan yang dihasilkan oleh

kelenjar ini kemudian terakumulasi, menyebabkan kelenjar membengkak

dan membentuk suatu kista. Suatu abses terjadi bila kista menjadi

terinfeksi (Sarwono,2006).

B. Etiologi

Obstruksi duktus ekskretorik kelenjar Bartholin disebabkan jaringan parut

oleh karena radang (bisa dapat berupa infeksi), metaplasia epitel atau

mengental dan mengerasnya sekresi (DeCherney et al, 2012).

C. Epidemiologi

Dua persen wanita mengalami kista Bartolini atau abses kelenjar

pada suatu saat dalam kehidupannya. Abses umumnya hampir terjadi tiga

kali lebih banyak daripada kista. Salah satu penelitian kasus kontrol

menemukan bahwa wanita berkulit putih dan hitam yang lebih cenderung

untuk mengalami kista bartolini atau abses bartolini daripada wanita

hispanik, dan bahwa perempuan dengan paritas yang tinggi memiliki

risiko terendah. Kista Bartolini, yang paling umum terjadi pada labia

majora. Involusi bertahap dari kelenjar Bartolini dapat terjadi pada saat

seorang wanita mencapai usia 30 tahun. Hal ini mungkin menjelaskan

lebih seringnya terjadi kista Bartolini dan abses selama usia reproduksi

(Sarwono,2006).

Biopsi eksisional mungkin diperlukan lebih dini karena massa pada

wanita pascamenopause dapat berkembang menjadi kanker. Beberapa

2

Page 3: Isi Referat Kista Bartholin.doc

penelitiantelah menyarankan bahwa eksisi pembedahan tidak diperlukan

karena rendahnya risiko kanker kelenjar Bartholin (0,114 kanker per

100.000 wanita-tahun).Namun, jika diagnosis kanker tertunda, prognosis

dapat menjadi lebih buruk.  Sekitar 1 dalam 50 wanita akan mengalami

kista Bartolini atau abses di dalam hidup mereka. Jadi, hal ini adalah

masalah yang perlu dicermati.Kebanyakan kasus terjadi pada wanita usia

antara 20 sampai 30 tahun. Namun, tidak menutup kemungkinan dapat

terjadi pada wanita yang lebih tua atau lebih muda (Sarwono,2006).

D. Faktor Resiko

1. Frekuensi kontak seksual ibu yang jarang, mengingat suami sering

di luar kota. Hal semacam ini seringkali menimbulkan kontak

seksual yang amat excited, apalagi bagi pengantin baru. seringkali

kemudian foreplay agak dilupakan, akibatnya ketika terjadi

penetrasi, lubrikasi belum memadai, sehingga terjadilah iritasi.

Iritasi inilah yang kemudian berpotensi untuk berkembang

menjadi Bartholinitis. Dan Kista Bartolini adalah dampak dari

Bartolonitis    

2. Penyakit keputihan sebelumnya. Mereka yang menderita fluor

albus, cenderung memiliki daya tahan jaringan yang lemah,

disamping ada microorganism (bakteri, jamur, parasit) yang

memudahkan terjadinya acute exacerbation, yaitu munculnya

keluhan klinis yang akut seperti radang

E. Tanda dan Gejala

Gejala akut yang didapatkan dari infeksi adalah nyeri, dyspareunia

atau rasa tidak nyaman saat melakukan hubungan seksual, daerah sekitar

kelenjar Bartholini edema dan inflamasi, dan massa yang tidak menetap

apabila di palpasi (DeCherney et al, 2012).

F. Penegakkan Diagnosis

1. Anamnesis

3

Page 4: Isi Referat Kista Bartholin.doc

Kebanyakan kista kelenjar Bartholini kecil dan tanpa gejala

kecuali ketidaknyamanan saat sedang melakukan hubungan

seksual. Saat lesi menjadi besar dan infeksi, wanita mungkin

mengalami nyeri berat pada vulva yang dapat menghalangi saat

berjalan, duduk atau melakukan aktivitas seksual. Gejala akut

biasanya terjadi akibat dari infeksi, yang mengakibatkan rasa sakit,

nyeri, dan dispareunia. Jaringan sekitarnya menjadi membengkak

dan meradang. Penyakit ini cukup sering rekurens. Dapat terjadi

berulang, akhirnya menahun dalam bentuk kista Bartholin. Kista

tidak selalu menimbulkan keluhan, tapi dapat terasa berat dan

mengganggu coitus (Alan, 2006).

Akumulasi nanah pada kista yang menyebabkan

pembengkakan di salah satu kelenjar Bartholin yang menghasilkan

mucous. Abses kelenjar Bartolin ini telah terbentuk saat penutupan

saluran, menyebabkan pembengkakan yang terjadi adalah rasa

sakit, nyeri tekan dan hangat ketika dipalpasi. Meningkatkan

sekresi kelenjar dapat menyebabkan infeksi. Abses bartholin umum

terjadi pada perempuan diperiode reproduksi. Infeksi kelenjar

adalah tidak selalu disebabkan oleh infeksi ditularkan melalui

seksual (Cunningham, 2008).

2. Pemeriksaan fisik

Saat melakukan inspeksi akan tampak pembesaran pada

kelenjar Bartholin dapat menyerupai massa vulvovaginal.

Kebanyakan kista unilateral, bulat atau lonjong, keras. Disekeliling

abses secara khas ada eritem dan sakit pada palpasi. Massa

biasanya terlokalisasi di labia mayor posterior atau vestibula

bawah. Mengingat kebanyakan kista dan abses pasti asimetri dari

anatomi labial, beberapa kista kecil terdeteksi dengan palpasi.

Abses Bartholin yang pecah secara spontan akan memperlihatkan

suatu area yang lembut dimana akan lebih mudah terjadi ruptur

(Cunningham, 2008).

4

Page 5: Isi Referat Kista Bartholin.doc

Gambar 1. Gambaran saat inspeksi kista bartholin (Cunningham, 2008)

3. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan Laboratorium dinilai setelah insisi dan

drainase, nanah disedot dan diperiksa. Pemeriksaan laboratorium

yang dapat dilakukan adalah pewarnaan gram, kultur, dan test

VDRL (Curtis, 2006).

Abses Bartolin dapat disebabkan oleh organisme

pyococcal, gonococcus and Chlamydia trachomatis. Dalam satu

studi, hanya sekitar 21 dari 109 kasus disebabkan oleh

staphylococci, sedangkan 50 kasus disebabkanoleh Escherichia

coli dan 46 kasus disebabkan oleh Streptococcus faecalis (Tanaka,

2005).

G. Patofisiologis

Kelenjar Bartholini dapat membentuk kista pada wanita usia

reproduktif. Kista Bartholini terbentuk ketika ostium duktus obstruksi,

yang menjadi awal dari distensi kelenjar yang nantinya akan terisi oleh

cairan. Obstruksi biasanya terjadi akibat inflamasi non spesifik atau

trauma. Biasanya ukuran kista berdiameter 1-3 cm dan sering

5

Page 6: Isi Referat Kista Bartholin.doc

asimptomatis, tetapi kista yang besar dapat menyebabkan nyeri dan

dyspareunia. Sedangkan apabila terjadi abses pada kelenjar Bartholini,

maka dapat disebabkan oleh kista yang terinfeksi, pasien dapat

mengeluhkan nyeri pada vulva, hal ini biasanya disebabkan oleh

polimikrobial dan jarang disebabkan oleh pathogen melalui hubungan

seksual (Quinn, 2012).

H. Gambaran Histopatologi dan Penjelasannya

Gambaran histologi kelenjar bartholin yang normal dibentuk oleh

kelenjar racemose dibatasi oleh epitel kolumnair atau kuboid. Duktus dari

kelenjar bartholini merupakan epitel transisional yang secara embriologi

merupakan daerah transisi antara traktus urinarius dengan traktus genital

(Fortner, 2007).

Sedangkan gambaran histopatologiknya berupa Gambaran

mikroskopik dimana sel skuamosa dan urothelial epitel umum, tetapi dapat

dihancurkan oleh sel-sel inflamasi yang menginfiltrasi. Masih melihat

kelenjar mucinous residual dengan sialomucin nonsulfated. Mungkin

kalsifikasi menyerupai malakoplakia (Fortner, 2007).

Gambar 2. Histopathology of Bartholin’s Cyst (Sumber: www.pathologyoutlines.com)

6

Page 7: Isi Referat Kista Bartholin.doc

I. Terapi Lama

1. Insisi dan Drainase

Meskipun insisi dan drainase merupakan prosedur yang

cepat dan mudah dilakukan serta memberikan pengobatan

langsung pada pasien, namun prosedur iniharus diperhatikan

karena ada kecenderungan kekambuhan kista atau abses. Ada studi

yang melaporkan, bahwa terdapat 13% kegagalan pada prosedur

ini.

2. Word Catheter

Word catheter ditemukan pertama kali pada tahun 1960-an.

Merupakan sebuah kateter kecil dengan balon yang dapat

digembungkan dengan saline pada ujung distalnya, biasanya

digunakan untuk mengobati kista dan abses Bartholin. Panjang dari

kateter karet ini adalah sekitar 1 inch dengan diameter No.10

French Foley kateter. Balon kecil di ujung Word catheter dapat

menampung sekitar 3-4 mL larutan saline (Soenik, 2007).

Gambar 3. French Foley kateter (Soenik, 2007).

Setelah persiapan steril dan pemberian anestesi lokal,

dinding kista atau abses dijepit dengan forceps kecil dan blade

no.11 digunakan untuk membuat insisi sepanjang 5mm pada

permukaan kista atau abses. Penting untuk menjepit dinding kista

sebelum dilakukan insisi, atau bila tidak kista dapat collapse dan

7

Page 8: Isi Referat Kista Bartholin.doc

dapat terjadi insisi pada tempat yang salah. Insisi harus dibuat

dalam introitus external hingga ke cincin hymenal pada area sekitar

orifice dari duktus. Apabila insisi dibuat terlalu besar, Word

catheter dapat lepas (Soenik, 2007).

Setelah insisi dibuat, Word catheter dimasukkan, dan ujung

balon dikembangkan dengan 2 ml hingga 3 ml larutan saline.

Balon yang mengembang  ini membuat kateter tetap berada di

dalam rongga kista atau abses. Ujung bebas dari kateter dapat

dimasukkan ke dalam vagina.Agar terjadi  epitelisasi pada daerah

bekaspembedahan, Word catheter dibiarkan di tempat  selama

empat sampai enam minggu, meskipun epithelialisasi mungkin 

terjadi lebih cepat,sekitar tiga sampai empat minggu.Jika Kista

Bartholin atau  abses terlalu dalam, pemasangan Wordcatheter

tidak praktis, dan pilihan lain  harus dipertimbangkan (Soenik,

2007).

Abses biasanya dikelilingi oleh selulitis yang signifikan,

dan pada kasus-kasus tersebut, antibiotik diperlukan. Antibiotik

yang digunakan harus  merupakan antibiotic spektrum luas untuk

mengobati infeksi polymicrobial  dengan aerob dan anaerob. Dapat

dilakukan kultur untuk mencari kuman  penyebab. Selama

menunggu hasil kultur, diberikan terapi antibiotikempiris.  Pasien

dianjurkan untuk merendam di bak mandi hangat dua kalisehari

(Sitzbath). Koitus harus dihindari untuk kenyamanan pasien dan

untuk mencegah lepasnya wordcatheter (Soenik, 2007).

Gambar 4. Pemasangan Word Catheter (Soenik, 2007).

8

Page 9: Isi Referat Kista Bartholin.doc

Sitz bath (disebut juga hip bath, merupakan suatu jenis

mandi, dimana hanya bagian pinggul dan bokong yang direndam di

dalam air atau saline; berasal dariBahasa Jerman yaitu sitzen yang

berarti duduk.) dianjurkan dua sampai tiga kalisehari dapat

membantu kenyamanan dan penyembuhan pasien selama periode

pascaoperasi (Soenik, 2007).

Gambar 5. Alat yang digunakan untuk Sitz Bath (Soenik, 2007).

J. Terapi Baru

1. Marsupialisasi

Alternatif pengobatan selain penempatan Wordcatheter

adalah  marsupialisasi dari kista Bartholin . Prosedur ini tidak

boleh dilakukan  ketika terdapat tanda- tanda abses akut (Patil,

2007).

Gambar 8. Marsupialisasi Kista Bartholin (kiri) Suatu incisi

vertikal disebut pada bagian tengah kista, lalu pisahkan mukosa

sekiar (kanan) Dinding kista dieversi dan ditempelkan pada tepi

mukosa vestibular dengan jahitan interrupted (Patil, 2007).

Setelah dilakukan persiapan yang steril dan pemberian

anestesi lokal, dinding kista dijepit dengan dua hemostat kecil.

9

Page 10: Isi Referat Kista Bartholin.doc

Lalu dibuat incisivertikal pada  vestibular melewati bagian tengah

kista dan bagian luar dari hymenal ring.Incisi  dapat dibuat

sepanjang 1.5 hingga 3cm, bergantung pada besarnya kista.Berikut

adalah peralatanyang diperlukan dalam melakukan tindakan

marsupialisasi (Patil, 2007).

Setelah kista diincisi, isi rongga akan keluar. Rongga ini

dapat diirigasi dengan larutan saline, dan lokulasi dapat dirusak

dengan hemostat. Dinding kista  ini lalu dieversikan dan

ditempelkan pada dindung vestibular mukosa dengan  jahitan

interrupted menggunakan benang absorbable 2 -0.18 Sitz bath

dianjurkan  pada hari pertama setelah prosedur dilakukan.

Kekambuhan kista Bartholin  setelah prosedur marsupialisasi

adalah sekitar 5-10 % (Patil, 2007).

K. Komplikasi

Komplikasi yang paling umum dari abses Bartholin adalah

kekambuhan. Pada beberapa kasus dilaporkan necrotizing fasciitis setelah

dilakukan drainase abses. Perdarahan, terutama pada pasien dengan

koagulopati dan timbul jaringan parut (Fortner, 2007).

L. Prognosis

Jika abses dengan didrainase dengan baik dan kekambuhan

dicegah, prognosisnya baik. Tingkat kekambuhan umumnya dilaporkan

kurang dari 20% (Sarwono,2006).

10

Page 11: Isi Referat Kista Bartholin.doc

11

Page 12: Isi Referat Kista Bartholin.doc

III. KESIMPULAN

1. Kista kelenjar Bartholin terjadi ketika kelenjar ini menjadi tersumbat.

Kelenjar Bartolini bisa tersumbat karena berbagai alasan, seperti infeksi,

peradangan atau iritasi jangka panjang.

2. Dua persen wanita mengalami kista Bartolini atau abses kelenjar pada suatu

saat dalam kehidupannya. seringnya terjadi kista Bartolini dan abses selama

usia reproduksi. wanita berkulit putih dan hitam yang lebih cenderung untuk

mengalami kista bartolini atau abses bartolini daripada wanita hispanik, dan

bahwa perempuan dengan paritas yang tinggi memiliki risiko terendah.

3. Faktor risiko kista bartholins terjadi seiring meningkatnya frekuensi kontak

seksual dan terjadinya keputihan sebelumnya.

4. Penatalaksanaannya memiliki prinsip drainase cairan abses dan berusaha

seminimal mungkin untuk terjadinya rekurensi penyakit kista bartholin.

Terapi yang sering digunakan adalah dengan metode marsupialisasi.

5. Komplikasi yang paling umum dari abses Bartholin adalah kekambuhan.

Pada beberapa kasus dilaporkan necrotizing fasciitis setelah dilakukan

drainase abses. Perdarahan, terutama pada pasien dengan koagulopati dan

timbul jaringan parut

12

Page 13: Isi Referat Kista Bartholin.doc

DAFTAR PUSTAKA

Alan H. DeCherney MD, Lauren Nathan MD, T. Murphy Goodwin MD, Neri Laufer MD. 2006. Current Diagnosis & Treatment Obstetrics & Gynecology, Tenth Edition. Chapter 37. Benign Disorders of the Vulva & Vagina. The McGraw-Hill Companies.  

Cuningham FG, Halvorson, Hoffman, Shaffer, Schorge. 2008. Williams Gynecology, Section 1 Benign General Gynecology, chapter 4. Benign Disorders of the Lower Reproductive Tract. New York : McGraw-Hill.

Curtis, Michele G.; Overholt, Shelley; Hopkins, Michael P. 2006. Glass' Office Gynecology, 6th Edition, Chapter 5. Benign Disorders of the Vulva and Vagina. Lippincott Williams & Wilkins.

DeCherney, A.H &/ Pernoll, M.L. Obstetric & Gynecologic Diagnosis & Treatment. USA: Lange Medical Book.

Fortner, Kimberly B.; Szymanski, Linda M.; Fox, Harold E.; Wallach, Edward E. 2007. Johns Hopkins Manual of Gynecology and Obstetrics, The 3rd Edition Gynecologic Oncology, chapter 40. Diseases of the Vulva. Lippincott Williams & Wilkins.

Patil S, Sultan AH, Thakar R. 2007. Bartholin’s cyst and abscesses. J Obstetrics and Gynecology Vol.27 No.3.

Quinn, Antonia. 2012. Bartholin Gland Diseases. Medscape’s Article.

Soenik H, Haon A. 2007. The Pathomorphology of Bartholin’s Gland. Analysis of Surgical data. Journal Pathol Vol. 99 No 1.

Tanaka K, Mikamo H, Ninomiya M, et al. 2005. Microbiology of Bartholin’s gland abscess in Japan. J Clinical Microbiology Vol 43

Wiknjosastro Hanifa, Prof, dr. DSOG. 2008. Radang dan beberapa penyakit lain pada alat-alat genital wanita. Ilmu Kandungan, Edisi kedua, Cetakan Ke VI. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

13