Referat Dislipidemia Isi

34
BAB I PENDAHULUAN Dislipidemia disebabkan oleh terganggunya metabolisme lipid akibat interaksi faktor genetik dan faktor lingkungan. Walau terdapat bukti hubungan antara kolesterol total dengan kejadian kardiovaskular, hubungan ini dapat menyebabkan kesalahan interpretasi di tingkat individu seperti pada wanita yang sering mempunyai konsentrasi kolesterol HDL yang tinggi. Kejadian serupa juga dapat ditemukan pada subjek dengan DM atau sindrom metabolik di mana konsentrasi kolesterol HDL sering ditemukan rendah. Pada keadaan ini, penilaian risiko hendaknya mengikutsertakan analisis berdasarkan konsentrasi kolesterol HDL dan LDL. Terdapat bukti kuat hubungan antara kolesterol LDL dengan kejadian kardiovaskular berdasarkan studi luaran klinis sehingga kolesterol LDL merupakan target utama dalam tatalaksana dislipidemia. Kolesterol HDL dapat memprediksi kejadian kardiovaskular bahkan pada pasien yang telah diterapi dengan statin tetapi studi klinis tentang hubungan peningkatan konsentrasi kolesterol HDL dengan proteksi kardiovaskular tidak meyakinkan. Bila target kolesterol LDL sudah tercapai, peningkatan kolesterol HDL tidak menurunkan risiko kardiovaskular berdasarkan studi klinis yang ada. Peran peningkatan konsentrasi TG sebagai prediktor terhadap penyakit 1

description

referat dislipidemia

Transcript of Referat Dislipidemia Isi

Page 1: Referat Dislipidemia Isi

BAB I

PENDAHULUAN

Dislipidemia disebabkan oleh terganggunya metabolisme lipid akibat

interaksi faktor genetik dan faktor lingkungan. Walau terdapat bukti hubungan

antara kolesterol total dengan kejadian kardiovaskular, hubungan ini dapat

menyebabkan kesalahan interpretasi di tingkat individu seperti pada wanita yang

sering mempunyai konsentrasi kolesterol HDL yang tinggi. Kejadian serupa juga

dapat ditemukan pada subjek dengan DM atau sindrom metabolik di mana

konsentrasi kolesterol HDL sering ditemukan rendah. Pada keadaan ini, penilaian

risiko hendaknya mengikutsertakan analisis berdasarkan konsentrasi kolesterol

HDL dan LDL.

Terdapat bukti kuat hubungan antara kolesterol LDL dengan kejadian

kardiovaskular berdasarkan studi luaran klinis sehingga kolesterol LDL

merupakan target utama dalam tatalaksana dislipidemia. Kolesterol HDL dapat

memprediksi kejadian kardiovaskular bahkan pada pasien yang telah diterapi

dengan statin tetapi studi klinis tentang hubungan peningkatan konsentrasi

kolesterol HDL dengan proteksi kardiovaskular tidak meyakinkan. Bila target

kolesterol LDL sudah tercapai, peningkatan kolesterol HDL tidak menurunkan

risiko kardiovaskular berdasarkan studi klinis yang ada. Peran peningkatan

konsentrasi TG sebagai prediktor terhadap penyakit kardiovaskular masih menjadi

perdebatan. Hubungan antara TG puasa dengan risiko kardiovaskular yang

didapat berdasarkan analisis univariat melemah setelah dilakukan penyesuaian

terhadap faktor lain terutama kolesterol HDL. Konsentrasi TG yang tinggi

1.1 Pengertian

Dislipidemia adalah kalainan metabolisme lipid yang ditandai dengan

peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid

yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida,

serta penurunan kolesterol HDL.

1.2 Etiologi dan Faktor Resiko

1

Page 2: Referat Dislipidemia Isi

Kadar lipoprotein, terutama LDL meningkat sejalan dengan bertambahnya

usia. Pada keadaan normal pria memiliki kadar LDL yang lebih tinggi, tetapi

setelah menopause kadarnya pada wanita lebih banyak. Faktor lain yang

menyebabkan tingginya kadar lemak tertentu (VLDL dan LDL) adalah:

1. Riwayat keluarga dengan hiperlipidemia

2. Obesitas

3. Diet kaya lemak

4. Kurang melakukan olah raga

5. Penyalahgunaan alkohol

6. Merokok sigaret

7. Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik

8. Hipotiroidisme

9. Sirosis

1.3 Patofisiologi

Lipid dalam plasma terdiri dari kolesterol, trigliserida, fosfolipid, dan

asam lemak bebas. Normalnya lemak ditranspor dalam darah berikatan dengan

lipid yang berbentuk globuler. Ikatan protein dan lipid tersebut menghasilkan 4

kelas utama lipoprotein : kilomikron, VLDL, LDL, dan HDL. Peningkatan lipid

dalam darah akan mempengaruhi kolesterol, trigliserida dan keduanya

(hiperkolesterolemia, hipertrigliseridemia atau kombinasinya yaitu

hiperlipidemia). Hiperlipoproteinemia biasanya juga terganggu.

Pasien dengan hiperkolesterolemia (> 200 – 220 mg/dl serum) merupakan

gangguan yang bersifat familial, berhubungan dengan kelebihan berat badan dan

diet. Makanan berlemak meningkatkan sintesis kolesterol di hepar yang

menyebabkan penurunan densitas reseptor LDL di serum (> 135 mg/dl). Ikatan

LDL mudah melepaskan lemak dan kemudian membentuk plak pada dinding

pembuluh darah yang selanjutnya akan menyebabkan terjadinya arterosklerosis

dan penyakit jantung koroner.

2

Page 3: Referat Dislipidemia Isi

Gambar 1. Lipoprotein Metabolisme (Silbernagl, 2000)

3

Page 4: Referat Dislipidemia Isi

Gambar 2. Metabolisme Lipoprotein Lanjutan (Silbernagl, 2000)

Jalur transport lipid dan tempat kerja obat

1. Jalur eksogen

Trigliserida dan kolesterol dari usus akan dibentuk menjadi kiomikron yang

kemudian akan diangkut ke saluran limfe dan masuk ke duktus torasikus. Di

dalam jaringan lemak, trigliserida dari kilomikron akan mengalami hidrolisis oleh

lipoprotein lipase yang terdapat pada permukaan endotel sehingga akan

membentuk asam lemak dan kilomikron remnan (kilomikron yang kehilangan

4

Page 5: Referat Dislipidemia Isi

trigliseridanya tetapi masih memiliki ester kolesterol). Kemudian asam lemak

masuk ke dalam endotel ke dalam jaringan lemak dan sel otot yang selanjutnya

akan diubah kembali menjadi trigliserida atau dioksidasi untuk menghasilkan

energi.

Kilomikron remnan akan dibersihkan oleh hepar dengan mekanisme

endositosis dan lisosom sehingga terbentuk kolesterol bebas yang berfungsi

sintesis membran plasma, mielin dan steroid. Kolesterol dalam hepar akan

membentuk kolesterol ester atau diekskresikan dalam empedu atau diubah

menjadi lipoprotein endogen yang masuk ke dalam plasma. Jika tubuh

kekurangan kolesterol, HMG-CoA reduktase akan aktif dan terjadi sintesis

kolesterol dari asetat.

2. Jalur endogen

Trigliserida dan kolesterol dari hepar diangkut dengan bentuk VLDL ke

jaringan kemudian mengalami hidrolisis sehingga terbentuk lipoprotein yang lebih

kecil IDL dan LDL. LDL merupakan lipoprotein dengan kadar kolesterol

terbanyak (60-70%). Peningkatan katabolisme LDL di plasma dan hepar yang

akan meningkatkan kadar kolesterol plasma. Peningkatan kadar kolesterol

tersebut akan membentuk foam cell di dalam makrofag yang berperan pada

arterosklerosis prematur.

Jenis lipoprotein

1. Kilomikron

Lipoprotein dengan komponen 80% trigliserida dan 5% kolesterol ester.

Kilomikron membawa makanan ke jaringan lemak dan otot rangka serta

membawa kolesterol kembali ke hepar. Kilomikron yang dihidrolisis akan

mengecil membentuk kilomikron remnan yang kemudian masuk ke hepatosit.

Kilomikronemia post pandrial mereda setelah 8 – 10 jam.

2. VLDL

Lipoprotein terdiri dari 60% trigliserida dan 10 – 15 % kolesterol. VLDL

digunakan untuk mengangkut trigliserida ke jaringan. VLDL reman sebagian akan

5

Page 6: Referat Dislipidemia Isi

diubah menjadi LDLyang mengikuti penurunan hipertrigliserida sedangkan

sintesis karbohidrat yang berasal dari asam lemak bebas dan gliserol akan

meningkatkan VLDL.

3. IDL

Lipoprotein yang mengandung 30% trigliserida, dan 20% kolesterol. IDL

merupakan zat perantara sewaktu VLDL dikatabolisme menjadi IDL.

4. LDL

Lipoprotein pengangkut kolesterol terbesar (70%). Katabolisme LDL melalui

receptor-mediated endocytosis di hepar. Hidrolisis LDL menghasilkan kolesterol

bebas yang berfungsi untuk sintesis sel membran dan hormone steroid. Kolesterol

juga dapat disintesis dari enzim HMG-CoA reduktase berdasarkan tinggi

rendahnya kolesterol di dalam sel.

5. HDL

HDL diklasifikasikan lagi berdasarkan Apoprotein yang dikandungnya. Apo

A-I merupakan apoprotein utama HDL yang merupakan inverse predictor untuk

resiko penyakit jantung koroner. Kadar HDL menurun pada kegemukan, perokok,

pasien diabetes yang tidak terkontrol dan pemakai kombinasi estrogen-progestin.

HDL memiliki efek protektif yaitu mengangkut kolesterol dari perifer untuk di

metabolisme di hepar dan menghambat modifikasi oksidatif LDL melalui

paraoksonase (protein antioksidan yang bersosiasi dengan HDL).

6. Lipoprotein (a)

Terdiri atas partikel LDL dan apoprotein sekunder selain apoB-100.

Lipoprotein jenis ini menghambat fibrinolisis atau bersifat aterogenik.

6

Page 7: Referat Dislipidemia Isi

1.4 Klasifikasi

1. Klasifikasi Fenotipik

a. Klasifikasi EAS (European Atheroselerosis Society).

Tabel 1. Klasifikasi Berdasarkan EAS (European Atheroselerosis

Society).

b. Klasifikasi NECP (National Cholesterol Education Program).

Tabel 2. Klasifikasi Berdasarkan NECP (National Cholesterol Education

Program).

c. Klasifikasi WHO (World Health Organization).

Tabel 3. Klasifikasi Berdasarkan WHO (World Health Organization).

7

Page 8: Referat Dislipidemia Isi

2. Klasifikasi Patogenik

Klasifikasi dislipidemia berdasarkan atas ada atau tidaknya penyakit dasar

yaitu primer dan sekunder. Dislipidmia primer memiliki penyebab yang tidak

jelas sedangkan dislipidemia sekunder memiliki penyakit dasar seperti

sindroma nefrotik, diabetes melitus, hipotiroidisme. Contoh dari dislipidemia

primer adalah hiperkolesterolemia poligenik, hiperkolesterolemia familial,

hiperlipidemia kombinasi familial, dan lain-lain.

1.5 Gejala Klinis

Kebanyakan pasien adalah asimptomatik selama bertahun-tahun sebelum

penyakit jelas secara klinis. Gejala-gejala yang bisa tampak diantaranya

berkeringat, jantung berdebar, nafas pendek dan cemas.

1.6 Diagnosis

1. Pada anamnesis biasanya didapatkan pasien dengan faktor resiko seperti

kegemukan, diabetes mellitus, konsumsi tinggi lemak, merokok dan faktor

resiko lainnya.

2. Pada pemeriksaan fisik sukar ditemukan kelainan yang spesifik kecuali

jika didaptkan riwayat penyakit yang menjadi faktor resiko dislipidemia.

Selain itu, kelainan mungkin didaptkan bila sudah terjadi komplikasi lebih

lanjut seperti penyakit jantung koroner.

3. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium memegang peranan penting dalam menegakkan

diagnosa. Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan kadar kolesterol

total, kolesterol LDL, kolesterol HDL dan trigliserid.

a. Persiapan

Pasien sebaiknya berada dalam keadaan metabolik yang stabi tanpa

adanya perubahan berat badan, pola makan, kebiasaan merokok, olahraga,

tidak sakit berat ataupun tidak ada operasi dalam 2 bulan terakhir. Selain

itu, sebaiknya pasien tidak mendapatkan pengobatan yang mempengaruhi

kadar lipid dalam 2 minggu terakhir. Apabila keadaan ini tidak

memungkinkan, pemeriksaan tetap dilakukan dan disertai dengan catatan.

8

Page 9: Referat Dislipidemia Isi

b. Pengambilan Bahan Pemeriksaan

Pengambilan bahan dilakukan dengan melakukan bendungan vena

seminimal mungkin dan bahan yang diambil adalah serum. Pengambilan

bahan ini dilakukan setelah pasien puasa selama 12-16 jam.

c. Analisis

Analisis kadar kolesterol dan trigliserid dilakukan dengan metode

ensimatik sedangkan analisis kadar kolesterol HDL dan kolesterol LDL

dilakukan dengan metode presipitasi dan ensimatik. Kadar kolesterol LDL

dapat dilakukan secara langsung atau menggunakan rumus Friedewaid jika

didapatkan kadar trigliserida < 400mg/d menggunakan rumus sebagai

berikut:

1.7 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan dalam dislipidemia dimulai dengan melakukan penilaian

jumlah faktor resiko koroner pada pasien untuk menentukan kolesterol-LDL yang

harus dicapai. Berikut ini adalah tabel faktor resiko (selain kolesterol LDL) yang

menentukan sasaran kolesterol LDL yang ingin dicapai berdasarkan NCEP-ATP

III :

Tabel 4. Faktor Resiko (Selain Kolesterol LDL) yang Menentukan Sasaran

Kolesterol LDL yang Ingin Dicapai

Faktor Resiko (Selain Kolesterol LDL) yang Menentukan Sasaran Kolesterol LDL yang Ingin Dicapai

- Umur pria ≥ 45 tahun dan wanita ≥ 55 tahun.- Riwayat keluarga PAK (Penyakit Arteri Koroner) dini yaitu ayah

usia < 55 tahun dan ibu < 65 tahun.- Kebiasaan merokok- Hipertensi (≥140/90 mmHg atau sedang mendapat obat

atihipertensi)- Kolesterol HDL rendah ( <40 mg/dl). Jika didapatkan kolesterol

HDL ≥60mg/dl maka mengurangi satu faktor resiko

9

Page 10: Referat Dislipidemia Isi

Setelah menemukan banyaknya faktor resiko pada seorang pasien, maka

pasien dibagi kedalam tiga kelompok resiko penyakit arteri koroner yaitu resiko

tinggi, resiko sedang dan resiko tinggi. Hal ini digambarkan pada tabel berikut ini:

Tabel 5. Tiga Kategori Resiko yang Menentukan Sasaran Kolesterol LDL yang Ingin Dicapai berdasarkan NCEP

Kategori Resiko Sasaran Kolesterol LDL (mg/dl)

1. Resiko Tinggia. Mempunyai Riwayat PAK danb. Mereka yang disamakan dengan PAK- Diabetes Melitus- Bentuk lain penyakit arterosklerotik yaitu strok,

penyakit arteri perifer, aneurisma aorta abdominalis

- Faktor resiko multipel (> resiko) yang diperkirakan dalam kurun waktu 10 tahun mempunyai resiko PAK > 20 %

2. Resiko Multipel (≥2 faktor resiko)3. Resiko Rendah (0-1 faktor resiko)

<100

<130<160

Selanjutnya penatalaksanaan pada pasien ditentukan berdasarkan kategori

resiko pada tabel diatas. Berikut ini adalah bagan penatalaksanaan untuk masing-

masing katagori resiko :

Gambar 3. Bagan Penatalaksanaan dislipidemia dengan faktor resiko tinggi

10

Page 11: Referat Dislipidemia Isi

Gambar 4. Bagan Penatalaksanaan dislipidemia dengan faktor resiko sedang

Gambar 5. Bagan Penatalaksanaan Dislipidemia dengan faktor resiko 0-1

Penatalaksanaan Dislipidemia terdiri dari:

1. Penatalaksanaan Umum

Pilar utama pengelolaan dislipidemia adalah upaya nonfarmakologist

yang meliputi modiflkasi diet, latihan jasmani serta pengelolaan berat badan.

terapi diet memiliki tujuan untuk menurunkan resiko PKV dengan mengurangi

asupan lemak jenuh dan kolesterol serta mengembalikan kesimbangan kalori,

sekaligus memperbaiki nutrisi. Perbaikan keseimbangan kalori biasanya

memerlukan peningkatan penggunaan energi melalui kegiatan jasmani serta

pembatasan asupan kalori.

2. Penatalaksanaan Non- Farmakologi

a. Terapi Nutrisi Medis

11

Page 12: Referat Dislipidemia Isi

Terapi diet dimulai dengan menilai pola makan pasien, mengidentifikasi

makanan yang mengandung banyak lemak jenuh dan kolesterol serta berapa

sering keduanyadimakan. Jika diperlukan ketepatan yang lebih tinggi untuk

menilai asupan gizi, perlu dilakukan penilaian yang lebih rinci, yang biasanya

membutuhkan bantuan ahli gizi.Penilaian pola makan penting untuk

menentukan apakah harus dimulai dengan diet tahap I atau langsung ke diet

tahap ke II. Hasil diet ini terhadap kolesterol serum dinilai setelah 4-6 minggu

dan kemudian setelah 3 bulan. Pada pasien dengan kadar kolesterol LDL atau

kolesterol total yang tinggi sebaiknya mengurangi asupan lemak jenuh.

Namun pada pasien ini sebaiknya banyak mengkonsumsi lemak tak jenuh

rantai tunggal dan ganda. Asupan karbohidrat, alkohol dan lemaak perlu

dikurangi pada pasien dengan trigliserid yang tinggi.

Tabel 6. Komposisi Tahap I dan Tahap II

b. Aktivitas Fisik

Dari beberapa penelitian diketahui bahwa latihan fisik dapat meningkatkan

kadar HDL dan Apo AI, menurunkan resistensi insulin, meningkatkan

sensitivitas dan meningkatkan keseragaman fisik, menurunkan trigliserida

dan LDL, dan menurunkan berat badan.

Setiap melakukan latihan jasmani perlu diikuti 3 tahap :

1. Pemanasan dengan peregangan selama 5-10 menit

2. Aerobik sampai denyut jantung sasaran yaitu 70-85 % dari denyut jantung

maximal ( 220 - umur ) selama 20-30 menit .

3. Pendinginan dengan menurunkan intensitas secara perlahan - lahan, selama

5-10 menit. Frekwensi latihan sebaiknya 4-5 x/minggu dengan lama latihan

sepertidiutarakan diatas. Dapat juga dilakukan 2-3x/ minggu dengan lama

latihan 45-60menit dalam tahap aerobik.

12

Page 13: Referat Dislipidemia Isi

Pada prinsipnya pasien dianjurkan melaksanakan aktivitas fisik sesuai

dengan kondisi dan kemampuan pasien agar aktivitas ini berlangsung terus-

menerus.

3. Penatalaksanaan Farmakologi

Pengobatan farmakologi dilakukan bila terjadi kegagalan dengan

pengobatan non-farmakologis. Saat ini didapat beberapa golongan obat yaitu

golongan resin, asam nikotinat, golongan statin, derivat asam fibrat, probutol dan

lain-lain namun obat lini pertama yang danjurkan oleh NCEP-ATP III adalah

HMG-CoA reductase inhibitor. Apabila ditemukan kadar trigliserid >400mg/dl

maka pengobatan dimulai dengan golongan asam fibrat untuk menurunkan

trigliserid. Menurut kesepakatan kadar kolesterol LDL merupakan sasaran utama

pencegahan penyakit arteri koroner sehingga ketika telah didapatkan kadar

trigliserid yang menurun namun kadar kolesterol LDL belum mencapai sasaran

maka HMG-CoA reductase inhibitorakan dikombinasikan dengan asam fibrat.

Selain itu, terdapat obat kombinasi dalam satu tablet (Niaspan yang merupakan

kombinasi lovastatin dan asam nikotinik) yang jauh lebih efektif dibandingkan

dengan lovastatin atau asam nikotinik sendiri dalam dosis tinggi.

Tabel 7. Target kolesterol LDL (mg/dl):

Kategori Resiko Target LDL Kadar LDL untuk mulai PGH

Kadar LDL untuk mulai terapi farmakologis

PJK atau yang disamakn PJK

< 100 100 130

Faktor resiko 2 < 130 130 130Faktor resiko 0-1 < 160 160 190

Terapi hiperkolesterolemia untuk pencegahan primer, dimulai dengan

statin atau sekuestran asam empedu atau nicotic acid. Pemantauan profil lipid

dilakukan setiap 6 minggu. Bila target sudah tercapai, pemantauan dilanjutakan

setiap 4-6 bulan. Bila setelah 6 minggu terapi target belum tercapai,

intensifkan/naikkan dosis statin atau kombinasi dengan yang lain.

13

Page 14: Referat Dislipidemia Isi

1.8 Komplikasi

ATEROSKLEROSIS

DefinisiAterosklerosis (atherosclerosis) merupakan istilah umum untuk beberapa

penyakit, dimana dinding arteri menjadi lebih tebal dan kurang lentur. Penyakit

yang paling penting dan paling sering ditemukan adalah aterosklerosis, dimana

bahan lemak terkumpul dibawah lapisan sebelah dalam dari dinding arteri.

Aterosklerosis bisa terjadi pada arteri di otak, jantung, ginjal, organ vital

lainnya dan lengan serta tungkai. Jika aterosklerosis terjadi di dalam arteri yang

menuju ke otak (arteri karotid), maka bisa terjadi stroke. Jika terjadi di dalam

arteri yang menuju ke jantung (arteri koroner), bisa terjadi serangan jantung.

Etiologi

Aterosklerosis bermula ketika sel darah putih yang disebut monosit,

pindah dari aliran darah ke dalam dinding arteri dan diubah menjadi sel-sel yang

mengumpulkanbahan-bahan lemak. Pada saatnya, monosit yang terisi lemak ini

akan terkumpul, menyebabkan bercak penebalan di lapisan dalam arter.

Setiap daerah penebalan (yang disebut plak aterosklerotik atau ateroma)

yang terisi dengan bahan lembut seperti keju, mengandung sejumlah bahan lemak,

terutama kolesterol, sel-sel otot polos dan sel-sel jaringan ikat.

Ateroma bisa tersebar di dalam arteri sedang dan arteri besar, tetapi

biasanya mereka terbentuk di daerah percabangan, mungkin karena turbulensi di

daerah ini menyebabkan cedera pada dinding arteri, sehingga disini lebih mudah

terbentuk ateroma. Arteri yang terkena aterosklerosis akan kehilangan

kelenturannya dan karena ateroma terus tumbuh, maka arteri akan menyempit.

Lama-lama ateroma mengumpulkan endapan kalsium, sehingga menjadi rapuh

dan bisa pecah. Darah bisa masuk ke dalam ateroma yang pecah, sehingga

ateroma menjadi lebih besar dan lebih mempersempit arteri.

Ateroma yang pecah juga bisa menumpahkan kandungan lemaknya dan memicu

pembentukan bekuan darah (trombus). Selanjutnya bekuan ini akan

mempersempit bahkan menyumbat arteri, atau bekuan akan terlepas dan mengalir

bersama aliran darah dan menyebabkan sumbatan di tempat lain (emboli).

14

Page 15: Referat Dislipidemia Isi

Resiko terjadinya aterosklerosis meningkat pada:

1. Tekanan darah tinggi

2. Kadar kolesterol tinggi

3. Perokok

4. Diabetes (kencing manis)

5. Kegemukan (obesitas)

6. Malas berolah raga

7. Usia lanjut.

Pria memiliki resiko lebih tinggi daripada wanita. Penderita penyakit

keturunan homosistinuria memiliki ateroma yang meluas, terutama pada usia

muda. Penyakit ini mengenai banyak arteri tetapi tidak selalu mengenai arteri

koroner (arteri yang menuju ke jantung). Sebaliknya, pada penyakit keturunan

hiperkolesterolemia familial, kadar kolesterol yang sangat tinggi menyebabkan

terbentuknya ateroma yang lebih banyak di dalam arteri koroner dibandingkan

arteri lainnya.

Gejala

Sebelum terjadinya penyempitan arteri atau penyumbatan mendadak,

aterosklerosis biasanya tidak menimbulkan gejala. Gejalanya tergantung dari

lokasi terbentuknya, sehingga bisa berupa gejala jantung, otak, tungkai atau

tempat lainnya. Jika aterosklerosis menyebabkan penyempitan arteri yang sangat

berat, maka bagian tubuh yang diperdarahinya tidak akan mendapatkan darah

dalam jumlah yang memadai, yang mengangkut oksigen ke jaringan.

Gejala awal dari penyempitan arteri bisa berupa nyeri atau kram yang

terjadi pada saat aliran darah tidak dapat mencukupi kebutuhan akan oksigen.

Contohnya, selama berolah raga, seseorang dapat merasakan nyeri dada (angina)

karena aliran oksigen ke jantung berkurang; atau ketika berjalan, seseorang

merasakan kram di tungkainya (klaudikasio interminten) karena aliran oksigen ke

tungkai berkurang.

Yang khas adalah bahwa gejala-gejala tersebut timbul secara perlahan,

sejalan dengan terjadinya penyempitan arteri oleh ateroma yang juga berlangsung

15

Page 16: Referat Dislipidemia Isi

secara perlahan. Tetapi jika penyumbatan terjadi secara tiba-tiba (misalnya jika

sebuah bekuan menyumbat arteri), maka gejalanya akan timbul secara mendadak.

Diagnosis

Sebelum terjadinya komplikasi, aterosklerosis mungkin tidak akan

terdiagnosis.

Sebelum terjadinya komplikasi, terdengarnya bruit (suara meniup) pada

pemeriksaan dengan stetoskop bisa merupakan petunjuk dari aterosklerosis.

Denyut nadi pada daerah yang terkena bisa berkurang.

Pemeriksaan yang bisa dilakukan untuk mendiagnosis aterosklerosis:

1. ABI (ankle-brachial index), dilakukan pengukuran tekanan darah di

pergelangan kaki dan lengan

2. Pemeriksaan Doppler di daerah yang terkena

3. Skening ultrasonik Duplex

4. CT scan di daerah yang terkena

5. Arteriografi resonansi magnetik

6. Arteriografi di daerah yang terkena

7. IVUS (intravascular ultrasound)

Pengobatan

Bisa diberikan obat-obatan untuk menurunkan kadar lemak dan kolesterol

dalam darah (contohnya Kolestiramin, kolestipol, asam nikotinat, gemfibrozil,

probukol, lovastatin).Aspirin, ticlopidine dan clopidogrel atau anti-koagulan bisa

diberikan untuk mengurangi resiko terbentuknya bekuan darah.

Angioplasti balon dilakukan untuk meratakan plak dan meningkatkan

aliran darah yang melalui endapan lemak.Enarterektomi merupakan suatu

pembedahan untuk mengangkat endapan.Pembedahan bypass merupakan

prosedur yang sangat invasif, dimana arteri atau vena yang normal dari penderita

digunakan untuk membuat jembatan guna menghindari arteri yang tersumbat.

16

Page 17: Referat Dislipidemia Isi

Terapi Farmakologi

KLASIFIKASI OBAT-OBAT HIPERKOLESTEROLEMIAPenghambat HMGCoA

ReduktaseSekueastran Asam Empedu Asam Nikotinat

SimvastatinLuvastatin

ParavastatinFluvastatin

Atorvastatin

KolestiraminKolestipol

Acipimox

GOLONGAN OBAT PENGHAMBAT HMGCoA REDUKTASE

Efficacy Safety Suitability Cost

+++

Farmakodinamik:Menghambat sintesis kolesterol di hati sehingga menurunkan kadar LDL plasma. Selain itu, juga menurunkan kadar trigliserida, kadar kolesterol total dalam serum, serta meningkatkan kadar HDL.

Farmakokinetik:Diabsorbsi sebanyak kira-kira 30%, ikatan protein 95%, metabolisme sebagian besar di hepar, diekskresi melalui feses dan kurang dari 10% dalam urin.

Hati-hati penggunaan pada pasien dengan penyakit hatikronik seperti hepattis B dan C atau kholestasis.

++

Efek samping:Gangguan GIT, sakit kepala, rash, peningkatan serum transaminase asimtomatik, peningkatan kadar kreatinin fosfokinase pada plasma asimtomatik, lelah, gangguan tidur, nyeri otot, kejang otot.

+++

Kontraindikasi:Wanita hamil dan menyusui, miopati, penyakit hati, kolestasis.

17

Page 18: Referat Dislipidemia Isi

Pemilihan obat derivat penghambat HMGCoA Reduktase

Simvastatin (Cholexin, Ethicol, Lesvatin, Lipinorem, Mersivas, Normofat)Efficacy

SafetySuitability Cost

+++

Farmakodinamik:Statin menghambat HMG CoA reduktase, mengganggu konversi HMG CoA reduktase menjadi mevalonat, tahap yang menentukan dalam biosintesis de novo.Pengurangan sintesis LDL dan peningkatan katabolisme LDL di mediasi melalui reseptor LDL menjadi prinsip kerja untuk penurunan lipidAgen penurun kolesterol dan LDL yang paling poten dengan toleransi paling baik.

Farmakokinetik:A: absorbsi oral (25%)D: protein binding 95%M: di heparE: melalui cairan empedu (sebagian besar) dan ginjalT ½ 1,9 jam

+

Efek Samping:Nyeri abdomen, konstipasi, kembung, asthenia, sakit kepala, miopati, rabdomiolisis, edema angioneurotik. Gangguan fungsi saraf cranial, tremor, pusing, vertigo, kehilangan daya ingat parestesia, neuropati perifer.Anafilaksis, angioedema, trombositopenia, leucopenia, anemia hemolitik. Anoreksia, muntah.Alopesia, pruritus.Ginekomastia, kehilangan libido, disfungsi ereksi.Mempercepat proses katarak, oftalmoplegia.

+++

Kontraindikasi:Penyakit hati aktif, peningkatan persisten idiopatik dari kadar transaminase serum.Hamil dan laktasi

+++

Rp. 1.400- 9.000/tablet

Lovastatin (Cholvastin, Lovacol, Lipovas, Justin)Efficacy

SafetySuitability Cost

+++

Farmakodinamik:Statin menghambat HMG CoA reduktase, mengganggu konversi HMG CoA reduktase menjadi mevalonat, tahap yang menentukan dalam biosintesis de novo.Pengurangan sintesis LDL dan peningkatan katabolisme LDL di mediasi melalui reseptor LDL menjadi prinsip kerja untuk penurunan lipidAgen penurun kolesterol dan LDL yang paling poten dengan toleransi paling baik.Penurunan kolesterol bergantung pada dosis.

Farmakokinetik:A: absorbsi oral (25%)D: protein binding 95%M: di heparE: melalui cairan empedu (sebagian besar) dan ginjalT ½ 1 ½ jam

+

Efek Samping:Miopati, rabdomiolisis, atralgia, disfungsi saraf kranial, tremor, vertigo, hilang ingatan, parestesia, kelumpuhan saraf perifer, neuropati perifer, ansietas, insomnia, depresi, reaksi hipersensitifitas, gangguan GIT, alopesia, pruritus, perubahan kulit, ginekomastia, kehilangan libido, disfungsi ereksi, mempercepat katarak, oftalmoplegia, peningkatan serum transaminase, transpeptidase glutamat dan bilirubin, abnormalisasi tiroid

+++

Kontraindikasi:Penyakit hati aktif atau peningkatan persisten serum transaminase. Hamil dan laktasi

+

Rp. 24.500 – 86.000/tablet

18

Page 19: Referat Dislipidemia Isi

Pravastatin (Cholespar, Gravastin, Koleskol)Efficacy

SafetySuitability Cost

+++

Farmakodinamik:Statin menghambat HMG CoA reduktase, mengganggu konversi HMG CoA reduktase menjadi mevalonat, tahap yang menentukan dalam biosintesis de novo.Pengurangan sintesis LDL dan peningkatan katabolisme LDL di mediasi melalui reseptor LDL menjadi prinsip kerja untuk penurunan lipidAgen penurun kolesterol dan LDL yang paling poten dengan toleransi paling baik.Penurunan kolesterol bergantung pada dosis.

Farmakokinetik:A: absorbsi oral (25%)D: protein binding 95%M: di heparE: melalui cairan empedu (sebagian besar) dan ginjalT ½ 1 ½ - 2 jam

+++

Efek Samping:Mual, muntah, diare, dispepsia, konstipasi, kembung, rabdomiolisis, miopati, sakit kepala.

+++

Kontraindikasi:Penyakit hati aktif atau peningkatan persisten tes fungsi hati yang tidak diketahui sebabnya. Hamil dan laktasi

++

Rp.6.500-11.000 /tablet

Fluvastatin (Lescol)Efficacy

SafetySuitability Cost

+++

Farmakodinamik:Statin menghambat HMG CoA reduktase, mengganggu konversi HMG CoA reduktase menjadi mevalonat, tahap yang menentukan dalam biosintesis de novo.Pengurangan sintesis LDL dan peningkatan katabolisme LDL di mediasi melalui reseptor LDL menjadi prinsip kerja untuk penurunan lipidAgen penurun kolesterol dan LDL yang paling poten dengan toleransi paling baik.Penurunan kolesterol bergantung pada dosis.

Farmakokinetik:A: absorbsi oral (25%)D: protein binding 95%M: di heparE: melalui cairan empedu (sebagian besar) dan ginjalT ½ 1 ½ - 2 jam

+++

Efek Samping:Mual, muntah, diare, dispepsia, konstipasi, kembung, rabdomiolisis, miopati, sakit kepala.

+++

Kontraindikasi:Penyakit hati aktif atau peningkatan persisten tes fungsi hati yang tidak diketahui sebabnya. Hamil dan laktasi

++

Rp. 11.000/tablet

19

Page 20: Referat Dislipidemia Isi

Atorvastatin (Truvaz, Stator, Lipitor)Efficacy

SafetySuitability Cost

+++

Farmakodinamik:Statin menghambat HMG CoA reduktase, mengganggu konversi HMG CoA reduktase menjadi mevalonat, tahap yang menentukan dalam biosintesis de novo.Pengurangan sintesis LDL dan peningkatan katabolisme LDL di mediasi melalui reseptor LDL menjadi prinsip kerja untuk penurunan lipidAgen penurun kolesterol dan LDL yang paling poten dengan toleransi paling baik.Penurunan kolesterol bergantung pada dosis.

Farmakokinetik:A: absorbsi oral (25%)D: protein binding 95%M: di heparE: melalui cairan empedu (sebagian besar) dan ginjalT ½ 1 ½ - 2 jam

++

Efek Samping:Gangguan GI, sakit kepala, mialgia, asthenia, oedema angioneurotik, kram otot, miopati, ikterus kolestatik, neuropati perifer, pruritus.

+++

Kontraindikasi:Penyakit hati aktif atau peningkatan persisten tes fungsi hati yang tidak diketahui sebabnya. Hamil dan laktasi

++

Rp. 11.000 – 14.000/tablet

.

GOLONGAN SEKUESTRAN ASAM EMPEDU

Efficacy Safety Suitability Cost

++

Farmakodinamik:Mengikat asam empedu dalam lumen saluran cerna, dengan gangguan stimulasi terhadap siklus enterohepatik asam empedu, yang menurunkan penyimpanan asam empedu dan merangsang hepatic sintesis asam empedu dari kolesterol.

Farmakokinetik:Tidak diabsorbsi, eliminasinya melalui feses.

++

Efek samping:Awalnya kenaikan konsentrasi alkali fosfatase dan transaminase, gangguan absorbsi vitamin larut lemak (ADEK), hipernatremi dan hiperkloremi, gangguan GIT, reduksi bioavabilitas obat jenis asam.

+++

Kontraindikasi:Penyumbatan saluran empedu.

20

Page 21: Referat Dislipidemia Isi

Pemilihan obat derivat sekuestran asam empedu:

KolestiraminEfficacy

SafetySuitability Cost

+++

Farmakodinamik:Mengikat asam empedu dalam lumen saluran cerna, dengan gangguan stimulasi terhadap sirkulasi enterohepatik asam empedu yang menurunkan penyimpanan asam empedu dan merangsang hepatic sintesis asam empedu dari kolesterol.

Farmakokinetik:A: tidak absorbsiD: -M: -E: melalui fekal

+++

Efek Samping:Gangguan GI, meningkatkan resiko perdarahan akibat vitamin K. penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan asidosis hiperkloremik.

+++

Kontraindikasi:Penyumbatan saluran empedu, gangguan fungsi hati, kehamilan dan menyusui.

++

Rp. 19.350 – 50.000/tablet

GOLONGAN OBAT ASAM NIKOTINAT

Efficacy Safety Suitability Cost

++

Farmakodinamik:Mengurangi sintesis hepatic VLDL yang akan mengarah pada pengurangan sintesis LDL, meningkatkan HDL dengan mengurangi katabolismenya.

Farmakokinetik:Mudahdiabsorbsi. Ekskresinyamelaluiurin, sebagiankecildalambentukutuhdansebagianlainnyadalambentukberbagaimetabolitnya.

Gunakan hati-hati pada penderita penyakit hati, perdarahan arteri, riwayat ulkus pepetikum, gout, glaukoma dan DM.

+

Efek samping:Gatal dan kemerahan kulit terutama wajah, gangguan fungsi hati, gangguan GIT, hiperurisemia, hiperglikemia dan pandangan kabur pada pemakaian jangka lama.

+++

Kontraindikasi:Hipersensitivitas niasin.

21

Page 22: Referat Dislipidemia Isi

Pemilihan obat derivat asam nikotinat:

Acipimox (Olbetam)Efficacy

SafetySuitability Cost

++

Farmakodinamik:Mengurangi sintesis hepatik VLDL yang akan mengurangi sintesis LDL. Niasin juga meningkatkan HDL dengan mengurangi katabolismenya.

Farmakokinetik:A: GITD: -M: -E: melalui urineT1/2 : 2 jam

+

Efek Samping:Vasodilatasi, flushing, gatal, eritema, mual, nyeri epigastrium, diare, sakit kepala, mata kering, malaise, urtikaria, angioedema, bronkospasme dan anafilaktik.

+++

Kontraindikasi:Ulkus peptic, CrCl < 30 ml/menit, kehamilan, laktasi.

++

22

Page 23: Referat Dislipidemia Isi

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Bahri. 2004. Dislipidemia sebagai Faktor Resiko Penyakit Jantung

Koroner. Medan : FK USU.

Darey, Patrick. 2005. At a Glance Medicine. Jakarta : Erlangga.

Ganiswarna, Sulistia. 2007. Farmakologi dan Terapi. Jakarta : Gaya Baru.

PDT. 2008. Standar Pelayanan Medis RSUD dokter Soetomo, Surabaya

Silbernagl, Stefan, Florian, Lang. 2000. Color Atlas of Patophysiology. New York

: Thieme.

Sudoyo, Ary, Setyohadi, Bambang, Alwi, Idrus. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam. Jakarta : FK UI.

Sukandar, Elind., et al. 2008. ISO Farmakoterapi. Jakarta : PT. ISFI.

23