Isi Referat Delirium
-
Upload
nami-arthisari -
Category
Documents
-
view
479 -
download
49
Transcript of Isi Referat Delirium
-
7/22/2019 Isi Referat Delirium
1/21
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Delirium adalah kondisi yang sering dijumpai pada pasien di rumah sakit. Sindrom ini
sering tidak terdiagnosis dengan baik saat pasien berada di rumah (akibat kurangnya
kewaspadaan keluarga) maupun saat pasien berada di unit gawat darurat atau unit rawat jalan.
Gejala dan tanda yang tidak khas merupakan salah satu penyebabnya. Setidaknya 32%-67%
dari sindrom ini tidak dapat terdiagnosis oleh dokter, padahal kondisi ini dapat dicegah.
Literature lain menyebutkan bahwa 70% dari kasus sindrom delirium tidak terdiagnosis atau
salah terapi oleh dokter. Sindrom delirium sering muncul dalam keluhan utama atau tak
jarang justru terjadi pada hari pertama pasien dirawat dan menunjukkan gejala yangberfluktuasi. Keadaan yang terakhir ini tentu jika tidak ada keterangan yang memadai dari
dokter-dapat disalahartikan keluarga pasien sebagai kesalahan pengelola di rumah sakit.
Gejala penanda delirium yang utama adalah hendaya kesadaran, biasanya terjadi pada
hendaya fungsi kognitif secara menyeluruh. Abnormalitas mood, persepsi dan perilaku
merupakan gejala psikiatri yang lazim dijumpai, tremor, asteriksis, nistagmus, inkoordinasi
dan inkotinensia urin adalah gejala neurologis yang umumnya ditemui. Secara klasik,
delirium memiliki awitan mendadak (dalam hitungan jam atau hari), perjalanan yang singkat
dan berfluktuasi, serta perbakan cepat bila faktor kausatif diidentifikasi serta dieliminasi,
namun tiap gambaran khas ini dapat bervariasi secara individual.
1.2.Batasan Masalah
Batasan penulisan ini membahas mengenai definisi, epidemiologi, etiologi,
klasifikasi, gambaran klinis, penatalaksanaan dan prognosis dari delirium.
1.3.Tujuan Penulisan
Penulisan ini bertujuan untuk menambah pengetahuan tentang definisi, epidemiologi,
etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, diagnosis, diagnosis banding, penatalaksanaan,
dan prognosis delirium.
1.4.Metode Penulisan
Penulisan ini menggunakan metode penulisan tinjauan kepustakaan merujuk pada
berbagai literatur.
-
7/22/2019 Isi Referat Delirium
2/21
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DEFINISI
Kata delirium berasal dari bahasa latin yang artinya lepas jalur. Sindrom ini
pernah dilaporkan pada masa Hippocrates dan pada tahun 1813 Sutton
mendeskripsikan sebagai delirium tremens, kemudian Wernicke menyebutnya sebagai
Encephalopathy Wernicke.
Delirium merupakan suatu sindrom, bukan suatu penyakit. Delirium adalah suatu
gangguan kesadaran, biasanya terlihat bersamaan dengan gangguan fungsi kognitif
secara global. Biasanya delirium mempunyai onset yang mendadak (beberapa jam
atau hari), perjalanan singkat dan berfluktuasi dan perbaikan yang cepat jika factorpenyebab diidentifikasi dan dihilangkan.
Delirium adalah suatu kondisi yang dikarakterisasi dengan adanya perubahan
kognitif akut (defisit memori,disorientasi,gangguan berbahasa) dan gangguaan pada
sistem kesadaran manusia. Delirium bukanlah suatu penyakit melainkan suatu
sindrom dengan penyebab multipel yang terdiri atas berbagai macam pasangan gejala
akibat dari suatu penyakit dasar. Delirium didefinisikan sebagai disfungsi cerebral
yang reversible,akut dan bermanifestasi klinis pada abnormalitas neuropsikiatri.1
2.2.EPIDEMIOLOGI
Menurut DSM-IV-TR, prevalensi delirium pada satu titik waktu pada populasi
umum adalah 0,4% untuk orang berusia 18 tahun ke atas dan 1,1 % pada usia 55
tahun ke atas. Sekitar 10-30% pasien yang sakit secara medis dan dirawat di Rumah
Sakit mengalami delirium. Hampir 30 % pasien di unit perawatan intensif bedah dan
unit perawatan intensif jantung serta 40-50% pasien dalam penyembuhan dari bedah
fraktur panggul mengalami satu episode delirium.Angka delirium tertinggi dijumpai pada pasien pascacardiotomi pada beberapa
penelitian mencapai > 90 %. Sebanyak 20 % pasien luka bakar berat dan 30-40%
pasien AID mengalami episode delirium saat dirawat. Delirium timbul pada 80%
pasien yang mengalami stadium penyakit terminal.Usia lanjut adalah faktor resiko utama timbulnya delirium. Sekitar 30-40%
pasien rawat inap yang berusia di atas 65 tahun mengalami satu episode delirium dan
-
7/22/2019 Isi Referat Delirium
3/21
3
10-15% lansia lainnya mengalami delirium saat masuk rumah sakit. 60% penghuni
panti jompo yang berusia di atas 75 tahun mengalami episode delirium berulang.Munculnya delirium merupakan suatu faktor prognostik buruk. Angka
institusionalisasi meningkat 3 kali lipat pada pasien berusia 65 tahun ke atas yang
mengalami delirium saat dirawat di Rumah Sakit. Angka kematian 3 bulan pasien
yang mengalami 1 episode delirium diperkirakan sekitar 23-33%. Angka kematian 1
tahun pada pasien yang mengalami satu episode delirium dapat setinggi 50 %. Pasien
lansia yang mengalami delirium saat dirawat di Rumah Sakit memiliki angka
kematian 20-75% selama rawat inap. Setelah keluar dari Rumah Sakit, sampai 15 %
dari orang tersebut meninggal dalam periode 1 bulan dan 25 % meninggal dalam
waktu 6 bulan. 1,2
2.3.TINGKAT KESADARAN
Seperti yang telah disebutkan dalam definisi, delirum merupakan suatu
gangguan kesadaran atau dapat disebut juga sebagai suatu penurunan tingkat
kesadaran. Tingkat kesadaran dapat dinilai dengan dua cara yaitu pertama dengan cara
kuantitatifdengan menggunakan Glasgow Coma Scale dan yang kedua dengan cara
kualitatif yang terdiri atas:a. Compos Mentis, yaitu sadar sepenuhnya, baik terhadap dirinya maupun
terhadap lingkungannya. pasien dapat menjawab pertanyaan pemeriksa
dengan baik.
b. Apatis, yaitu keadaan di mana pasien tampak segan dan acuk tak acuhterhadap lingkungannya.
c. Delirium, yaitu penurunan kesadaran disertai kekacauan motorik dan siklustidur bangun yang terganggu. Pasien tampak gaduh gelisah, kacau,
disorientasi dan meronta-ronta.
d. Somnolen(letergia, obtundasi, hipersomnia), yaitu keadaan mengantukyang masih dapat pulih bila dirangsang, tetapi bila rangsang berhenti, pasien
akan tertidur kembali.
e. Sopor (stupor), yaitu keadaan mengantuk yang dalam, Pasien masih dapatdibangunkan dengan rangsang yang kuat, misalnya rangsang nyeri, tetapi
pasien tidak terbangun sempurna dan tidak dapat memberikan jawaban verbal
yang baik.
-
7/22/2019 Isi Referat Delirium
4/21
-
7/22/2019 Isi Referat Delirium
5/21
5
5. Sisitim LimbikHal ini akan berpengaruh pada
fungsi :
- Perhatian
- Flight of idea
- Memori
- Daya ingat
Secara umum apabila terjadi gangguan pada otak, maka seseorang akan
mengalami gejala yang berbeda, sesuai dengan daerah yang terganggu yaitu :
1. Gangguan pada lobus frontalis , akan ditemukan gejala-gejala sebagai berikut :- Kemampuan memecahkan masalah berkurang
- Hilang rasa sosial dan moral
- Impulsif
- Regresi
2. Gangguan pada lobus temporalis akan ditemukan gejala sebagai berikut:- Amnesia
- Demensia
3. Gangguan pada lobus parietalis dan oksipitalis akan ditemukan gejalagejalayang hampir sama, tapi secara umum akan terjadi disorientasi
4. Gangguan pada sistim limbik akan menimbulkan gejala yang bervariasi antaralain :
- Gangguan daya ingat
- Memori
- Disorientasi2
2.5. ETIOLOGI
Hampir semua penyakit medis,intoksikasi atau medikasi dapat menyebabkan
delirium. Seringkali delirium merupakan multifaktorial dalam etiologinya. Dibawah
ini merupakan multifaktorial etiologi :
Penyebab reversible antara lain :1. Hipoksia2. Hipoglikemia
-
7/22/2019 Isi Referat Delirium
6/21
6
3. Hipertermia4. Antikolinergik delirium5. Putus alcohol atau sedative
Perubahan structural :1. Trauma tertutup kepala atau perdarahan cerebral2. Kecelakaan cerebrovaskular antara lain : infark cerebri,perdarahan
subarachnoid,hipertensif encephalopathy
3. Tumor kepala primer maupun metastase4. Abses otak
Akibat metabolic1. Gangguan air dan elektrolit, gangguan asam basa,hipoksia2. Hipoglikemia3. Gagal ginjal atau gagal hati4. Defisiensi vitamin terutama Thiamine dan cyanocobalamin5. Endokrinopati terutama berhubungan dengan tiroid dan paratiroid
Keadaan hipoperfusi :1. Shock2. CHF (Congestif heart failure)3. Cardiac aritmia4. Anemia
Infeksi :1. Infeksi susunan saraf pusat seperti meningitis2. Ensephalitis3. Infeksi otak yang berhubungan dengan HIV4. Septicemia5. Pneumonia6. URTI (urinaria tractus infection )
Toksik :1. Intoksikasi substansi illegal : alkohol,heroin,ganja,LSD2. Delirium yang dipicu oleh obat antara lain :
- Antikolinergik(Benadryl,tricyclic antidepressant)- Narkotik (meperidine)- Hipnotik sedative (benzodiazepine)
-
7/22/2019 Isi Referat Delirium
7/21
-
7/22/2019 Isi Referat Delirium
8/21
8
simptomatis membaik dengan pemberian obat antipsikosis seperti haloperidol dan
obat penghambat dopamine.
c. Neurotransmitter lainnyaSerotonin ; terdapat peningkatan serotonin pada pasien dengan encephalopati
hepatikum. Peningkatan inhibitor GABA (Gamma-Aminobutyric acid); pada
pasien dengan hepatic encephalopati, peningkatan inhibitor GABA juga
ditemukan. Peningkatan level ammonia terjadi pada pasien hepatic encephalopati,
yang menyebabkan peningkatan pada asam amino glutamat dan glutamine (kedua
asam amino ini merupakan precursor GABA). Penurunan level GABA pada
susunan saraf pusat juga ditemukan pada pasien yang mengalami gejala putus
benzodiazepine dan alkohol.
d. Mekanisme peradangan/inflamasiStudi terkini menyatakan bahwa peran sitokin, seperti interleukin-1 dan
interleukin-6, dapat menyebabkan delirium. Saat terjadi proses infeksi, inflamasi
dan paparan toksik dalam tubuh, bahan pirogen endogen seperti interleukin-1
dilepaskan dari sel. Trauma kepala dan iskemia, yang sering dihubungkan dengan
delirium, dihubungkan dengan hubungan respon otak yang dimediasi oleh
interleukin-1 dan interleukin 6.
e. Mekanisme reaksi stressStress psikososial dan gangguan tidur mempermudah terjadinya delirium.
f. Mekanisme strukturalFormatio reticularis dan jalurnya memainkan peranan penting dari bangkitan
delirium. Jalur tegmentum dorsal diproyeksikan dari formation retikularis
mesensephalon ke tectum dan thalamus adalah struktur yang terlibat pada delirium.
Kerusakan pada sawar darah otak juga dapat menyebabkan delirium,
mekanismenya karena dapat menyebabkan agen neuro toksik dan sel-sel
peradangan (sitokin) untuk menembus otak.1,4
Tabel 1. Beberapa Kondisi yang Lazim Mencetuskan Kondisi Delirium1
Iatrogenik Pembedahan, kateterisasi, urin, psysical restraints
Obat-obatan Psikotropika
Gangguan metabolic/
cairan
Insufisiensi ginjal, dehidrasi, hipoksia, azotemia,
hiperglikemia, hipernatremia, hipokalemia
-
7/22/2019 Isi Referat Delirium
9/21
9
Penyakit psikis/
psikiatrik
Demam, infeksi, stres, alcohol, putus obat (tidur), fraktur,
malnutrisi, gangguan pola tidur
Overstimulation Perawatan di ICU, atau perpindahan ruang rawat
2.7. MANIFESTASI KLINIS
Delirium ditandai dari perubahan mental akut dari pasien,perubahan fluktuatif
pada kognitif termasuk memori,berbahasa dan organisasi.
1. Gangguan atensiPasien dengan delirium mengalami kesulitan untuk memperhatikan. Mereka
mudah melupakan instruksi dan mungkin dapat menanyakan instruksi dan
pertanyaan untuk diulang berkali-kali. Metode untuk mengidentifikasi gangguan
atensi yaitu dengan menyuruh pasien menghitung angka terbalik dari 100 dengan
kelipatan 7.
2. Gangguan memori dan disorientasiDefisit memori, hal yang sering jelas terlihat pada pasien delirium.
Disorientasi waktu,tempat dan situasi juga sering didapatkan pada delirium.
3. AgitasiPasien dengan delirium dapat menjadi agitasi sebagai akibat dari disorientasi
dan kebingungan yang mereka alami. Sebagai contoh; pasien yang disorientasi
menggangap mereka dirumah meskipun ada dirumah sakit sehingga staff rumah
sakit dianggap sebagai orang asing yang menerobos kerumahnya.
4. Apatis dan menarik diri terhadap sekitar/withdrawalPasien dengan delirium dapat menampilkan apatis dan withdrawal. Mereka
dapat terlihat seperti depresi, penurunan nafsu makan, penurunan motivasi dan
gangguan pola tidur.
5. Gangguan tidurPada pasien delirium sering tidur pada waktu siang hari tapi bangun pada
waktu malam hari. Pola ini digabungkan dengan disorientasi dan kebingungan
yang dapat menimbulkan situasi berbahaya pada pasien, yaitu resiko jatuh dari
tempat tidur, menarik kateter atau IV dan pipa nasogastric.
6. Emosi yang labil
-
7/22/2019 Isi Referat Delirium
10/21
10
Delirium dapat menyebabkan emosi pasien yang labil seperti gelisah, sedih,
menangis dan kadang kadang gembira yang berlebih. Emosi ini dapat muncul
bersamaan ketika seseorang mengalami delirium.
7. Gangguan persepsiTerjadi halusinasi visual dan auditori.
8. Tanda tanda neurologisPada delirium dapat muncul tanda neurologis antara lain: tremor gait, asterixis
mioklonus, paratonia dari otot terutama leher, sulit untuk menulis dan membaca,
dan gangguan visual.4
2.8. DIAGNOSA
Secara klinis penegakkan diagnosis delirium dapat menggunakan DSM IV-
TR. Di bawah ini adalah criteria diagnostik delirium berdasarkan DSM IVTR:
Kriteria diagnostik delirium yang berhubungan dengan kondisi medik umum:
1. Gangguan kesadaran (berkurangnya kejernihan kesadaran terhadaplingkungandalam bentuk memusatkan, mempertahankan dan mengalihkan perhatian).
2. Hambatan dalam fungsi kognitif (hendaya daya ingat segera dari jangka pendeknamun daya ingat jangka panjang tetap utuh, distorsi persepsi, ilusi dan halusinasi
terutama visual, hendaya daya pikir dan pengertian abstrak dengan atau tanpa
waham sementara, tetapi yang khas terdapat sedikit inkoherensi, disorientasi
waktu, tempat dan orang).
3. Awitannya tiba-tiba (dalam beberapa jam atau hari), perjalanan penyakitnyasingkat dan ada kecenderungan berfluktuasi sepanjang hari.
4. Berdasarkan bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik atau laboratoriumuntuk menemukan penyebab delirium ini.
Kriteria diagnostik delirium yang disebabkan intoksikasi zat:
1. Gangguan kesadaran (berkurangnya kejernihan kesadaran terhadap lingkungandalam bentuk memusatkan, mempertahankan dan mengalihkan perhatian)
2. Hambatan dalam fungsi kognitif (hendaya daya ingat segera dari jangka pendeknamun daya ingat jangka panjang tetap utuh, distorsi persepsi, ilusi dan halusinasi
terutama visual, hendaya daya pikir dan pengertian abstrak dengan atau tanpa
-
7/22/2019 Isi Referat Delirium
11/21
11
waham sementara, tetapi yang khas terdapat sedikit inkoherensi, disorientasi
waktu, tempat dan orang).
3. Awitannya tiba-tiba (dalam beberapa jam atau hari), perjalanan penyakitnyasingkat dan ada kecenderungan berfluktuasi sepanjang hari.
4. Berdasarkan bukti dan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik atau laboratoriumuntuk menemukan delirium ini (1) atau (2):
(1)Gejala pada kriteria A dan B berkembang selamaintoksikasi zat.
(2)Penggunaan intoksikasi disini untuk mengatasipenyebab yang ada hubungan dengan gangguannya.
Kriteria diagnostik delirium yang disebabkan putus zat:
1. Gangguan kesadaran (berkurangnya kejernihan kesadaran terhadaplingkungandalam bentuk memusatkan, mempertahankan dan mengalihkan perhatian)
2. Hambatan dalam fungsi kognitif (hendaya daya ingat segera dari jangka pendeknamun daya ingat jangka panjang tetap utuh, distorsi persepsi, ilusi dan halusinasi
terutama visual, hendaya daya pikir dan pengertian abstrak dengan atau tanpa
waham sementara, tetapi yang khas terdapat sedikit inkoherensi, disorientasi
waktu, tempat dan orang).
3. Awitannya tiba-tiba (dalam beberapa jam atau hari), perjalanan penyakitnyasingkat dan ada kecenderungan berfluktuasi sepanjang hari.
4. Berdasarkan bukti dan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik atau laboratoriumuntuk menemukan penyakit delirium ini dalam kriteria A dan B. Keadaan ini
berkembang selama atau dalam waktu singkat sesudah sindroma putus zat.
Kriteria diagnostik delirium yang berkaitan dengan berbagai penyebab:
1. Gangguan kesadaran (berkurangnya kejernihan kesadaran terhadaplingkungandalam bentuk memusatkan, mempertahankan dan mengalihkan perhatian)
2. Hambatan dalam fungsi kognitif (hendaya daya ingat segera dari jangka pendeknamun daya ingat jangka panjang tetap utuh, distorsi persepsi, ilusi dan halusinasi
terutama visual, hendaya daya pikir dan pengertian abstrak dengan atau tanpa
waham sementara, tetapi yang khas terdapat sedikit inkoherensi, disorientasi
waktu, tempat dan orang).
-
7/22/2019 Isi Referat Delirium
12/21
12
3. Awitannya tiba-tiba (dalam beberapa jam atau hari), perjalanan penyakitnyasingkat dan ada kecenderungan berfluktuasi sepanjang hari.
Berdasarkan bukti dan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik atau
laboratorium untuk menemukan etiologi delirium ini yang disebabkan oleh lebih
dari satu penyebab kondisi medik umum, disertai intoksikasi zat atau efek
samping medikasi.5
2.9. DIAGNOSA BANDING
Banyak gejala yang menyerupai delirium. Demensia dan depresi sering
menunjukkan gejala yang mirip delirium; bahkan kedua penyakit/ kondisi tersebut
acap kali terdapat bersamaan dengan sindrom delirium. Pada keadaan tersebut
informasi dari keluarga dan pelaku rawat menjadi sangat berarti pada anamnesis. 3
a. Delirium versus demensiaYang paling nyata perbedaannya adalah mengenai awitannya, yaitu delirium
awitannya tiba-tiba, sedangkan pada demensia berjalan perlahan. Meskipun kedua
kondisi tersebut mengalami gangguan kognitif, tetapi pada demensia lebih stabil,
sedangkan pada delirium berfluktuasi.
Tabel 2. Perbandingan Delirium dan Demensia
4
Gambaran Klinis Delirium Demensia
Gangguan daya ingat +++ +++
Gangguan proses berpikir +++ +++
Gangguan daya nilai +++ +++
Kesadaran berkabut +++ -
Major attention deficits +++ +
Fluktuasi perjalananpenyakit (1 hari)
+++ +
Disorientasi +++ ++
Gangguan persepsi jelas ++ -
Inkoherensi ++ +
Gangguan siklus tidur-
bangun
++ +
Eksaserbasi nocturnal ++ +
-
7/22/2019 Isi Referat Delirium
13/21
13
Insight/tilikan ++ +
Awitan akut/subakut ++ -
Tabel 3. Perbandingan Delirium dan Demensia
4
Delirium Demensia
Onset Biasanya tiba-tiba Biasanya perlahan
Lama Biasanya singkat/ < 1 bulan biasanya lama dan
progressif.
Paling banyak dijumpai
pada usia > 65 th.
Stressor Racun, infeksi, trauma,
Hipertermia
Hipertensi, hipotensi,
anemia. Racun, defisit
vitamin, tumor atropijaringan otak
Perilaku Fluktuasi tingkat kesadaran
- Disorientasi
- Gelisah
- Agitasi
- Ilusi
- Halusinasi
- Pikiran tidak teratur
-Gangguan penilaian dan
pengambilan keputusan- Afek labil
Hilang daya ingat
- Kerusakan penilaian
- Perhatian menurun
- Perilaku sosial tidak sesuai
- Afek labil
- Gelisah
- Agitasi
b. Delirium versus skizofrenia dan depresiSindrom delirium dengan gejala yang hiperaktif sering keliru dianggap
sebagai pasien yang cemas (anxietas), sedangkan hipoaktif keliru dianggap sebagai
depresi. Keduanya dapat dibedakan dengan pengamatan yang cermat. Pada depresi
terdapat perubahan yang bertahap dalam beberapa hari atau minggu sedangkan pada
delirium biasanya gejala berkembang dalam beberapa jam.3
Beberapa pasien dengan skizofrenia atau episode manik mungkin pada satu
keadaan menunjukkan perilaku yang sangat kacau yang sulit dibedakan dengan
delirium. Secara umum, halusinasi dan waham pada pasien skizofrenia lebih konstan
dan lebih terorganisasi dibandingkan dengan kondisi pasien delirium.4
-
7/22/2019 Isi Referat Delirium
14/21
14
DELIRIUM MNEMONICS (suatu rangkaian kata yang dapat dipakai untuk
membedakan diagnosis delirium):
I WATCH DEATH
Infection : HIV, sepsis, pneumonia
Withdrawal : alcohol, barbiturate, hipnotik-sedatif
Acute metabolic :asidosis, alkalosis, gangguan elektrolit, gagal hepar, gagal
ginjal
Trauma :luka kepala tertutup, heat stroke, postoperative, subdural
hematoma,abses et causa terbakar
CNS patologis :infeksi, stroke, tumor, metastasis, vaskulitis, encephalitis,
meningitis, sifilis
Hipoksia :anemia, keracunan gas CO, hipotensi, gagal pulmoner atau
gagal jantung.
Defisiensi :vitamin B12, folat, niacin, thiamine
Endorinopati :hiper/hipoadenokortism, hiper/hipoglikemi, mixoedem,
hiperparatiroidism.
Acute vaskuler :hipertensif encephalopati, stroke, arrhythmia, shock
Toxin atau obat :obat yang diresepkan, pestisida, pelarut berbahaya
Heavy metals : mangaan, air raksa, timah hitam4
2.10. FAKTOR RESIKO DELIRIUM
Faktor resiko delirium dapat dibagi menjadi 2 yaitu:5)
Pasien dengan karakteristik Pasien dengan kondisi medis
Pasien dengan kharakteristik antara lain :- Orang tua yang masuk rumah sakit- Sakit stadium terminal- Anak kecil- Gangguan tidur- Pasien dengan pengobatan multi drugs- Gangguan sensori (pendengaran atau visual)
-
7/22/2019 Isi Referat Delirium
15/21
15
Pasien dengan kondisi medis antara lain:- Demensia- Status postoperasi (jantung,transplantasi,panggul)- Luka bakar- Gejala putus terhadap alcohol maupun obat- Malnutrisi- Penyakit hati kronis- Pasien dengan hemodialisis- Penyakit Parkinson- Infeksi HIV- Status post stroke6
2.11.TATALAKSANA
Pengobatan terutama pada pasien delirium adalah untuk mengkoreksi kondisi
medis yang menyebabkan gangguan-gangguan utama. Langkah pertama pada tata
laksana pasien dengan delirium adalah melakukan pemeriksaan yang hati hati
terhadap riwayat penderita,pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium. Informasi
dari pasien tentang riwayat pasien terdahulu maupun status penderita sekarang sangat
membantu para praktisi medis untuk melakukan tata laksana yang baik untuk
mengobati delirium.
Anamnesa terbaik dari pasien delirium dapat menyingkirkan differensial
diagnose lain terutama hasil laboratorium juga dapat memperjelas etiologi dari
delirium.
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan antara lain :
1. Darah rutin ; untuk mendiagnosa infeksi dan anemia2. Elektrolit ; untuk mendiagnosa low atau high elektrolit level3. Glukosa ; untuk mendiagnosa hipoglikemi,ketoasidosis diabetikum, atau
keadaan hiperosmolar non ketotic
4. Test hati dan ginjal ; untuk mendiagnosa gagal ginjal atau hati5. Analisis urine ; untuk mendiagnosa URTI6. Test penggunaan pada urin dan darah7. HIV test8. Thiamine dan vit B12 level
-
7/22/2019 Isi Referat Delirium
16/21
16
9. Sedimentasi urine10.Test fungsi tiroid
Test neuroimaging:
1. CT Scan kepala2. MRI berfungsi untuk mendiagnosa dari stroke,perdarahan, dan lesi structuralPemeriksaan elektrofisiologi:
1. Pada delirium,umumnya perlambatan pada ritme dominan posterior danpeningkatan aktifitas gelombang lambat pada hasil pencatatan EEG.
2. Pada delirium akibat putus obat/alcohol, didapatkan peningkatan aktifitasgelombang cepat pada pencatatan.
3. Pada pasien dengan hepatic encephalopati, didapatkan peningkatan gelombangdifuse.
4. Pada toksisitas atau gangguan metabolik didapatkan pola gelombang triphasic,pada epilepsy didapatkan gelombang continuous discharge, pada lesi fokal
didapatkan gelombang delta.
Foto radiologi dada :
Digunakan untuk melihat apakah terdapat pneumonia atau CHF
(congestive heart failure).
Test lainnya antara lain :
1. Pungsi lumbal, dilakukan apabila curiga terdapat infeksi susunan saraf pusat2. Pulse oximetry, dilakukan untuk mendiagnosa hipoksia sebagai penyebab
delirium
3. ECG (elektrokardiogram) dilakukan untuk mendiagnosa iskemia danarrhythmia sebagai penyebab delirium.
Terapi MedikamentosaDua gejala utama delirium yang mungkin memerlukan pengobatan
farmakologis adalah psikosis dan insomnia. Terapi farmakologis antara lain:
1. Neuroleptik (haloperidol,risperidone,olanzapine)a. Haloperi dol (haldol)
Suatu antipsikosis dengan potensi tinggi. Salah satu antipsikosis efektif
untuk delirium.
-
7/22/2019 Isi Referat Delirium
17/21
17
DOSIS :
Dewasa : gejala ringan ; 0,5-2 mg per oral
Gejala berat ; 3-5 mg per oral
Geriatric ; 0,5- 2 mg per oral
Anak : 3-12 tahun ; 0,05mg/kg bb/hari
6-12 tahun ; 0,15mg/kg bb/hari
b. Risperidone (r isperdal)Antipsikotik golongan terbaru dengan efek ekstrapiramidal lebih sedikit
dibandingkan dengan haldol. Mengikat reseptor dopamineD2 dengan
afinitas 20 kali lebih rendah daripada 5-ht2-reseptor.
DOSIS :
Dewasa : 0,5-2 mg per oral
Geriatric ; 0,5 mg per oral
2. Short acting sedative ( lorazepam )Digunakan untuk delirium yang diakibatkan oleh gejala putus obat atau
alcohol. Tidak digunakan benzodiazepine karena dapat mendepresi nafas,
terutama pada pasien dengan usia tua,pasien dengan masalah paru.
DOSIS :
Dewasa : 0,5-2 mg per oral/iv/im
3. Vitamin ,thiamine(thiamilate) dan cyanocobalamine(nascobal,cyomin,crystamine).
Seperti telah diungkapkan diatas bahwa defisiensi vitamin b6 dan vitamin b12
dapat menyebabkan delirium maka untuk mencegahnya maka diberikan
preparat vitamin b per oral.
DOSIS :
Dewasa : 100 mg per iv (thiamilate)
100 mcg per oral/hari (nascobal,cyomin,crystamine)
Anak : 50 mg per iv (thiamilate)
10-50 mcg per im/hari (nascobal,cyomin,crystamine)
4. Terapi cairan dan nutrisi.
-
7/22/2019 Isi Referat Delirium
18/21
18
Terapi Non MedikamentosaIntervensi personal dan lingkungan terhadap pasien delirium juga sangat
berguna untuk membina hubungan yang erat terhadap pasien dengan lingkungan
sekitar untuk dapat berinteraksi serta dapat mempermudah pasien untuk
melakukan ADL (activity of daily living) sendirinya tanpa tergantung orang lain.7
Intervensi personal yang dapat dilakukan antara lain:
Tabel 4. Intervensi Personal dan Lingkungan Pasien Delirium7
Panduan
intervensi
Tindakan Tujuan
Reorientasi Pasang jam dinding
Kalender
Ruangan yang terang
Kunjungan sesering mungkin
Beri nama/petunjuk/tanda padaruangan, kamar, barang pribadi
Memulihkanorientasi
Memulihkan
siklus tidur
Padamkan lampu
Minum susu hangat atau the herbal
Musik yang tenang
Pemijatan (massage) punggung
Hindari tidur diluar jam tidur
Tidur tanpaobat
Mobilisasi Latihan lingkup gerak sendi
Mobilisasi bertahap
Batasi penggunaan restrain
Pulihnyamobilisasi
Penglihatan Kenakan kacamata
Menyediakan bacaan dengan hurufberukuran besar
Meningkatkankemampuanpenglihatan
Pendengaran Bersihkan serumen prop
Alat Bantu dengar
Meningkatkankemampuan
pendengaran
Rehidrasi Diagnosis dini rehidrasi
Tingkatkan asupan cairan oralkalau perlu per infuse
BUN/Cr < 18
Halusinasi Jauhkan dari benda-benda yangberbahaya
Barang-barang seminimal mungkin
Tidak melukaidiri sendiri danorang lain
-
7/22/2019 Isi Referat Delirium
19/21
19
2.12. PROGNOSIS
Awitan delirium yang akut, gejala prodromalnya seperti gelisah dan
perasaan takut mungkin muncul pada awal awitan. Bila penyebabnya telah
diketahui dan dapat dihilangkan maka gejala-gejalanya akan hilang dalamwaktu
3-7 hari dan akan hilang seluruhnya dalam waktu dua minggu.6
-
7/22/2019 Isi Referat Delirium
20/21
20
BAB III
KESIMPULAN
Sindrom delirium sering tidak terdiagnosis dengan baik karena berbagai sebab.
Keterlambatan diagnosis memperpanjang masa rawat dan meningkatkan mortalitas.
Defisiensi asetilkolin yang berhubungan dengan beberapa factor predisposisi dan factor
pencetus merupakan mekanisme dasar yang harus selalu diingat. Pencetus tersering adalah
pneumonia dan infeksi saluran kemih.
Gangguan kognitif global, perubahan aktivitas psikomotor, perubahan siklus tidur,
serta perubahan kesadaran yang terjadi akut dan berfluktuatif merupakan gejala yang sering
ditemukan. Beberapa peneliti menggolongkan delirium ke dalam beberapa tipe. Kriteria
diagnosis baku menggunakan DSM-IV instrument baku yang digunakan untuk membantu
menegakkan diagnosis.
Beberapa penyakit mempunyai gejala dan tanda mirip sehingga diperlukan
kewaspadaan serta pemikiran kemungkinan diferensial diagnosis. Pengelolaan pasien
terutama ditujukan untuk mengidentifikasi serta menatalaksana factor predisposisi dan
pencetus. Penatalaksanaan non-farmakologik dan farmakologik sama pentignnya dan
diperlukan kerjasama dengan psikiater geriatric terutama dalam pengelolaan pasien yanggelisah.
-
7/22/2019 Isi Referat Delirium
21/21
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudoyo, Aru W. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Jakarta: InternaPublishing;2009
2.
Stuart, Gw. and Sundeen S.J (1995). Perbandingan Delirium, Depresi danDemensia.St.louis : Mosby year book
3. Lumantobing SM. Neurologi klinik pemeriksaan fisik dan mental. Jakarta: BalaiPenerbit FK UI;2011
4. Sadock BJ, Kaplan. Kaplan dan Sadock buku ajar psikiatri klinis. 2nd ed. Jakarta :EGC;2010.
5. American Psychiatric Association.Diagnostic and Statistical Manual of MentalDisorders (DSM-IV-TR). 4th ed. Washington, DC: American Psychiatric
Association; 2000.
6. Alagiakrishnan K. Delirium. Available athttp://emedicine.medscape.com/article/288890-overview . Accessed on October 22,
2013.
7. American Psychiatric Association. Practice guideline for the treatment of patients withdelirium.Am J Psychiatry. May 1999;156(5 Suppl):1-20.
http://emedicine.medscape.com/article/288890-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/288890-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/288890-overview