Isi Case Hap

52
BAB I PENDAHULUAN Angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi yaitu sebesar 420 per 100.000 kelahiran hidup, rasio tersebut sangat tinggi bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya. Langkah utama yang paling penting untuk menurunkan angka kematian ibu adalah mengetahui penyebab utama kematian. Sampai sekarang perdarahan dalam obstetrik masih memegang peran penting sebagai penyebab utama kematian maternal, sekalipun di negara maju, terutama pada kelompok sosio-ekonomi lemah. Baik laporan penelitian dari Inggris dan Amerika keduanya menyatakan bahwa perdarahan obstetrik merupakan penyebab utama kematian maternal. Laporan dari Amerika menyebutkan bahwa 30% kematian maternal disebabkan perdarahan di luar keguguran. Pada sebuah laporan oleh Chichaki dan kawan-kawan disebutkan perdarahan obstetrik yang sampai menyebabkan kematian maternal terdiri dari solusio plasenta (19%), koagulopati (14%), robekan jalan lahir termasuk ruptur uteri (16%), plasenta previa (7%) dan plasenta akreta/inkreta dan parkreta (6%) dan atonia uteri (15%). Perdarahan ante partum dapat disebabkan oleh plasenta previa, solusio plasenta, ruptura sinus marginalis, atau vasa previa. Yang paling banyak menurut data RSCM jakarta tahun 1971-1975 adalah solusio plasenta dan plasenta previa. 1

description

d

Transcript of Isi Case Hap

Page 1: Isi Case Hap

BAB I

PENDAHULUAN

Angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi yaitu sebesar 420 per 100.000

kelahiran hidup, rasio tersebut sangat tinggi bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN

lainnya.

Langkah utama yang paling penting untuk menurunkan angka kematian ibu adalah

mengetahui penyebab utama kematian. Sampai sekarang perdarahan dalam obstetrik masih

memegang peran penting sebagai penyebab utama kematian maternal, sekalipun di negara

maju, terutama pada kelompok sosio-ekonomi lemah. Baik laporan penelitian dari Inggris

dan Amerika keduanya menyatakan bahwa perdarahan obstetrik merupakan penyebab utama

kematian maternal. Laporan dari Amerika menyebutkan bahwa 30% kematian maternal

disebabkan perdarahan di luar keguguran. Pada sebuah laporan oleh Chichaki dan kawan-

kawan disebutkan perdarahan obstetrik yang sampai menyebabkan kematian maternal terdiri

dari solusio plasenta (19%), koagulopati (14%), robekan jalan lahir termasuk ruptur uteri

(16%), plasenta previa (7%) dan plasenta akreta/inkreta dan parkreta (6%) dan atonia uteri

(15%).

Perdarahan ante partum dapat disebabkan oleh plasenta previa, solusio plasenta,

ruptura sinus marginalis, atau vasa previa. Yang paling banyak menurut data RSCM jakarta

tahun 1971-1975 adalah solusio plasenta dan plasenta previa. Diagnosa secara tepat sangat

membantu menyelamatkan nyawa ibu dan janin. Ultrasonografi merupakan motede pertama

sebagai pemeriksaan penunjang dalam penegakkan plasenta previa.

Perdarahan obstetrik yang tidak dengan cepat ditangani dengan transfusi darah atau

cairan infus dan fasilitas penanggulangan lainnya, prognosisnya akan fatal bagi penderrita.

1

Page 2: Isi Case Hap

BAB II

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. K

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 35 tahun

Pendidikan : Tamat SD

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Agama : Islam

Alamat : Kp.Sumberjati, Pedes, Karawang

Suku : Sunda

Tanggal Masuk RS : 19/2/2014

IDENTITAS SUAMI

Nama : Tn. A

Umur : 38 tahun

Pendidikan : Tamat SMP

Pekerjaan : Buruh lepas

Agama : Islam

Alamat : Kp. Sumberjati, Pedes, Karawang

Suku : Sunda

II. ANAMNESIS

Autoanamnesis dilakukan secara autoanamnesis di kamar bersalin RSUD Karawang

pada tanggal 19/2/2014 pukul 20.00

A. Keluhan Utama

G4P3A0 datang dengan rujukan bidan, hamil 8 bulan dengan perdarahan anterpartum

dan tekanan darah tinggi

B. Keluhan Tambahan

-

2

Page 3: Isi Case Hap

C. Riwayat Penyakit Sekarang

G4P3A0 rujukan bidan datang ke kamar bersalin RSUD Karawang dengan

keluhan keluar darah dari jalan lahir sejak 12 jam SMRS dan tekanan darah tinggi.

Darah yang keluar jumlahnya cukup banyak kira – kira 3 pembalut,berwarna merah

segar, bergumpal. Perdarahan yang dialami pasien sekarang adalah perdarahan yang

ketiga kalinya. Pasien tidak merasa mulas – mulas yang teratur, tidak keluar air – air

dari jalan lahir, tidak mengalami keputihan, tidak merasakan nyeri kepala, tidak

merasakan pandangan yang buram sejak tekanan darahnya tinggi, tidak ada mual

ataupun muntah, tidak nyeri pada ulu hati. Pasien menyangkal riwayat trauma

sebelumnya. Pasien masih merasakan gerakan janin yang aktif. Pasien mengaku

hamil 8 bulan. Pertama kali mengalami perdarahan sekitar 1 bulan SMRS saat usia

kehamilan 7 bulan, darah berwarna merah segar dan jumlahnya sedikit, kemudian

berobat ke bidan lalu dirawat 3 hari kemudian dipulangkan dan diberi edukasi agar

bedrest. Kemudian 1 minggu SMRS pasien mengalami perdarahan kembali

jumlahnya sedikit seperti flek pada haid pembalut berwarna merah segar dan

bergumpal.

HPHT : pasien lupa

UK : -

TP : -

ANC : 2x ke posyandu, 1x ke bidan sejak hamil (tidak ingat waktunya)

TT : tidak pernah

USG : tidak pernah

D. Riwayat Haid

Menarche : 12 tahun

Siklus Haid : Teratur

Lama Haid : 4-7 hari

Banyaknya : 2 pembalut per hari

Nyeri haid : (+)

3

Page 4: Isi Case Hap

E. Riwayat Perkawinan

Status : Menikah, 1x

Usia saat menikah : 18 tahun

F. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas Yang Lalu

1. Perempuan, 13 tahun, berat badan lahir lupa, lahir normal di paraji

2. Laki - laki, 11 tahun, berat badan lahir lupa, lahir normal di paraji

3. Perempuan, 1,5 tahun, berat badan lahir lupa, lahir normal di paraji

4. Hamil ini

G. Riwayat Keluarga Berencana

Pasien menggunakan KB suntik 3 bulan sekali sebelum hamil ini

H. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien tidak memiliki riwayat penyakit darah tinggi, kencing manis, asma, alergi obat

atau makanan. Pasien tidak pernah dioperasi sebelumnya. Riwayat kuretase

sebelumnya disangkal.

I. Riwayat Keluarga

Keluarga pasien tidak memiliki riwayat penyakit darah tinggi, kencing manis, asma,

alergi obat atau makanan

III. PEMERIKSAAN FISIK

A. STATUS GENERALIS

Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang

Kesadaran : Compos Mentis

Tanda vital :

Tekanan Darah : 140/90 mmHg (setelah diberikan nifedipin 10mg

di bidan)

Nadi : 82x/menit

Suhu : 36,6°C

Pernapasan : 20 x/menit

Kepala : Normochepali, deformitas (-)

4

Page 5: Isi Case Hap

Mata : CA -/-, SI -/-

Leher : Kelenjar getah bening tidak teraba membesar,

Tiroid tidak teraba membesar

Thoraks

Cor : BJ 1 normal, BJ 2 normal, reguler, murmur (-), gallop (-)

Pulmo : Suara nafas vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-

Abdomen : membuncit sesuai kehamilan, nyeri tekan (-) di seluruh region

abdomen, BU (+) 2x/menit

Ekstremitas atas : Akral dingin -/-, edema -/-

Ekstremitas bawah : Akral dingin -/-, edema +/+

B. STATUS OBSTETRI

Abdomen

Inspeksi : Membuncit, striae (+)

Palpasi : TFU 28 cm , nyeri tekan (-)

Auskultasi : Bising usus (+) 2x/ menit

Genitalia

Inspeksi : v/u tak ada kelainan, perdarahan aktif (-)

Inspekulo : tidak dilakukan

PD : Tidak dilakukan

DJJ : 152 dpm

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium tanggal 19/02/2014

a. Hematologi

Hb : 10,5 g/dl

Leukosit : 14,410 /mm3

Trombosit : 309.000 /mm3

Hematokrit : 31,4 %

GDS : 87 mg/dl

5

Page 6: Isi Case Hap

b. Serologi

HBSAg : negatif

c. Kimia

Golongan Darah : A(+)

Ureum : 9,4 mg/dl

Creatinin : 0,44 mg/dl

SGOT : 13,1 U/L

SGPT : 7 U/L

d. Urinalisa

Protein : (+)1

USG tanggal 19/02/2014 :

Presentasi Kepala

BPD 87,0

HC 305,2

AC 297,2

FL 67,5

TBJ 2407 gram

U/S 34 minggu

Placenta menutupi orificium uteri internum

6

Page 7: Isi Case Hap

Gambaran CTG

V. RESUME

G4P3A0 rujukan bidan datang ke kamar bersalin RSUD Karawang dengan keluhan

keluar darah dari jalan lahir sejak 12 jam SMRS dan tekanan darah tinggi. Darah yang

keluar jumlahnya cukup banyak kira – kira 3 pembalut,berwarna merah segar, bergumpal.

Perdarahan yang dialami pasien sekarang adalah perdarahan yang ketiga kalinya. Pasien

menyangkal riwayat trauma sebelumnya. Pasien masih merasakan gerakan janin yang

aktif. Pasien mengaku hamil 8 bulan. Pertama kali mengalami perdarahan sekitar 1 bulan

SMRS saat usia kehamilan 7 bulan, darah berwarna merah segar dan jumlahnya sedikit,

kemudian berobat ke bidan lalu dirawat 3 hari kemudian dipulangkan dan diberi edukasi

agar bedrest. Kemudian 1 minggu SMRS pasien mengalami perdarahan kembali

jumlahnya sedikit seperti flek pada haid pembalut berwarna merah segar dan bergumpal.

.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan:

o Tekanan Darah : 140/90 mmHg (setelah diberikan nifeipin 10mg

di bidan Nadi:82x/menit ,Suhu : 36,6°C, Pernapasan : 20 x/menit

o Status generalis: oedem extremitas bawah

o Status Obstetri:

Abdomen

7

Page 8: Isi Case Hap

Inspeksi : Membuncit

TFU 28cm di atas simfisis

Palpasi :

- Leopold I : bokong

- Leopold II : punggung kiri

- Leopol III : kepala

- Leopold IV : belum masuk PAP

Auskultasi : Bising usus (+) 2x/ menit

DJJ : 152 dpm

Genitalia

Inspeksi : v/u tak ada kelainan, perdarahan aktif (-)

Inspekulo : portio licin, ostium terbuka, fluor (-), fluxus (+)

PD : tidak dilakukan

Pada pemeriksaan penunjang didapatkan:

Pemeriksaan laboratorium:

Hb : 10,5 g/dl

Leukosit : 14,410 /mm3

Trombosit : 309.000 /mm3

Hematokrit : 31,4 %

GDS : 87 mg/dl

VI. DIAGNOSIS KERJA

G4P3A0 Hamil 34 minggu, JPKTH, dengan HAP e.c Plasenta previa totalis, Pre-

eklampsia berat

VII. PROGNOSIS

Ad vitam : Dubia ad bonam

Ad fungsionam : Dubia ad bonam

Ad sanationam : Dubia ad bonam

8

Page 9: Isi Case Hap

VIII. PENATALAKSANAAN

Observasi keadaan umum, tanda vital, his, dan denyut jantung janin

Observasi perdarahan

Medika mentosa :

Tatalaksana PEB

Maintanance : Adalat Oros 2 x 30 mg

Ceftriaxone 1 x 2gr

CTG

CTG reasuring

Pematangan paru dengan dexamethason 2x6 mg

Tokolisis dengan nifedipin 4x10 mg, profenid supp

CTG nonreasuring

SC cito

FOLLOW-UP

Tanggal S O A P

20/2/2014

07.00

perdarahan

dari jalan

lahir (-),

mulas (-)

gerakan

janin (+)

T.130/80, N.80x.menit,

S.36.5°C, P.18x/menit

St. Generalis:

KU: Tampak sakit sedang/

CM

Mata : CA -/- SI-/-

Thoraks : Cor dan pulmo

dbn

Abdomen: supel,membesar

sesuai usia kehamilan,

bising usus (+)

Extremitas:Akral hangat+/+,

oedem +/+

St. Obstetri:

G4P3A0

hamil 33-34

minggu janin

presentasi

kepala

tunggal

hidup

riwayat HAP

e.c. plasenta

previa totalis

, PER

Observasi

TTV

Dexamethason

2x 6 mg iv

Nifedipin 4 x

10 g po

NAC 3x600mg

VitC 2x400mg

Penanganan

obstetri :

terminasi

pasca

pematangan

paru

-

9

Page 10: Isi Case Hap

TFU : 28 cm, His :-, DJJ

140 dpm

V/U: Tenang, perdarahan

aktif (-)

VT : tidak dilakukan

21/2/14

07.00

pasien

merasa

mulas –

mulas +,

perdarahan

-, pusing (+)

T.170/100, N.88x.menit,

S.36.5°C, P.18x/men

St. Generalis:

KU/Kes: Tampak sakit

sedang/ CM

Mata : CA -/- SI-/-

Thoraks : Cor dan pulmo

dbn

Abdomen: supel,membesar

sesuai usia kehamilan,

bising usus (+)

Extremitas: Akral

hangat+/+, oedem -/-

St. Obstetri:

TFU : 28 cm, His :-,

DJJ 140 dpm

V/U: Tenang, perdarahan

aktif (-)

VT : tidak dilakukan

G4P3A0

hamil 33-34

minggu janin

presentasi

kepala

tunggal hidup

riwayat HAP

e.c. plasenta

previa totalis

dengan PER

Observasi

TTV

Ceftriaxone

1x2gr

Dexamethason

2x 6 mg iv

NAC 3x600mg

VitC 2x400mg

Nifedipin 4 x

10 g po

SC hari ini

-

-

-

Hasil USG (20/1/2014) :

Janin tunggal hidup letak kepala, usia kehamilan 35 minggu, plasenta previa

totalis

TBJ 2511 gram. Taksiran partus 27 Maret 2014

10

Page 11: Isi Case Hap

Laporan operasi 21/2/2014, jam 10.00 WIB

Pasien terlentang di meja operasi dalam anestesi spinal

A dan antisepsis pada daerah operasi dan sekitarnya

Dilakukan insisi mediana,abdomen dibuka lapis demi lapis, sbu di insisi semilunar

secara tajam, ditembus tumpul, dilebarkan tajam.

Dengan menembus plasenta lahir bayi perempuan 2560 gr 47 cm, A/S 6/8, air

ketuban jernih, jumlah cukup

Plasenta insersi di korpus belakang, meluas menutupi OUI

Dengan tarikan lahir plasenta lengkap

Cavum uteri bersih

Kedua ujung SBU dijahit hemostasis, dijahit 2 lapis, perdarahan dirawat

Dilakukan MOW

Dipastikan alat dan kasa lengkap

Abdomen ditutup lapis demi lapis

Instruksi post SCTPP :

11

Page 12: Isi Case Hap

- Observasi TTV, perdarahan/15 menit dalam 1 jam pertama, tiap 30

menit dalam 1 jam kedua

- Mobilisasi bertahap

- Hygiene vulva/perineum , luka operasi

- GV hari ke 3

- Motivasi ASI

- RL+oksitosin 20 iu/500 cc 20 tpm 1x24 jam

- DPL post op, tranfusi bila hb <7 gr/dl PRC 1 kantong

- Medikamentosa :

o MgSO4 40% 1gr/jam

o Nifedipin 4 x 10mg

o Profenid 3xI supp

o Ceftriaxon 1x2 gr iv

21/2/2014 Nyeri luka

operasi (+),

pusing(+),

BAK

melalui DC,

BAB(-),

ASI -/-,

mobilisasi

(-)

T.170/100,N.88x/menit,

S.36.8°C, P.20x/menit

St. Generalis:

KU/Kes: Tampak sakit

sedang/ CM

Mata : CA +/+, SI-/-

Thoraks : Cor dan pulmo

dbn

Abdomen: Luka operasi

tertutup verban, rembesan

darah(-) pus(-)

Extremitas:Akral hangat+/+

oedem -/-

St. Obstetri:

TFU : sulit dinilai karena

nyeri LO

V/U: Tenang, perdarahan

P4A0 partus

prematurus

secara

SCTPP ai

HAP ec

Plasenta

Previa

Marginalis +

MOW nifas

hari 1

Mobilisasi

bertahap, diet

TKTP

ceftriaxone

1x2gr iv

ketorolak 3x30

mg iv

Hemobion

1x1

MgSO4 40%

1gr/jam

Nifedipine

4x10 mg

o

12

Page 13: Isi Case Hap

aktif (-), lokia rubra (+)

Laboratorium

Hb : 11,6 g%,

Leukosit : 22,6

22/2/2014 Nyeri pada

luka operasi

(+)

berkurang,

BAK (+),

BAB (-),

ASI +/+,

mobilisasi

(+)

T.150/100,N.96x/menit,

S.36.8°C, P.18x/menit

St. Generalis:

KU/Kes: Tampak sakit

sedang/ CM

Mata : CA +/+, SI-/-

Thoraks : Cor dan pulmo

dbn

Abdomen: Luka operasi

tertutup verban, rembesan

darah(-) pus(-)

Extremitas: Akral

hangat+/+, oedem -/-

St. Obstetri:

TFU : sulit dinilai karena

nyeri LO

V/U: Tenang, perdarahan

aktif (-), lokia rubra (+)

P4A0 partus

prematurus

secara

SCTPP ai

HAP ec

Plasenta

Previa Totalis

+ MOW

nifas hari 2

Mobilisasi

bertahap, diet

TKTP

-ceftriaxone

1x2gr iv

-ketorolak

3x30 mg iv

-Hemabion

1x1

MgSO4 40%

1gr/jam

Nifedipine

4x10 mg

23/2/2014 Nyeri pada

luka operasi

(+)

berkurang ,

BAK (+),

BAB (-),

ASI +/+,

mobilisasi

(+)

T.120/80,N.88x/menit,

S.36.8°C, P.18x/menit

St. Generalis:

KU/Kes: Tampak sakit

sedang/CM

Mata : CA +/+, SI-/-

Thoraks : Cor dan pulmo

dbn

Abdomen: Luka operasi

P4A0 partus

prematurus

secara

SCTPP ai

HAP ec

Plasenta

Previa Totalis

+ MOW

Mobilisasi

bertahap, diet

TKTP, cek Hb

dan leukosit

ulang

- cefadroxil 2 x

500 mg

-asam

mefenamat

13

Page 14: Isi Case Hap

kering, hiperemis(-),

rembesan darah(-) pus(-)

Extremitas: Akral

hangat+/+, oedem -/-

St. Obstetri:

TFU : sulit dinilai karena

nyeri LO

V/U: Tenang, perdarahan

aktif (-), lokia rubra (+)

Laboratorium

Hb : 9,9 g%,

Leukosit : 21630

nifas hari 3 3x500 m

-Hemabion

1x1

BAB III

ANALISA KASUS

14

Page 15: Isi Case Hap

Teori Kasus

1) Anamnesis

Pada teori dikatakan, perdarahan

biasanya terjadi pada akhir

trimester kedua menuju trimester

ketiga.

Keluhan subjektif perdarahan

berulang tanpa nyeri. Perdarahan

pertama biasanya berlangsung tidak

banyak dan berhenti sendiri.

Perdarahan kembali terjadi tanpa

sebab yang jelas setelah beberapa

waktu kemudian. Pada setiap

pengulangan, perdarahan lebih

banyak.

- OS G4P3A0 rujukan puskesmas datang ke

VK RSUD Karawang dengan keluhan

keluar darah dari jalan lahir sejak 12 jam

SMRS, bewarna merah segar .

- Perdarahan yang dialami pasien merupakan

perdarahan yang ketiga kalinya dalam

kehamilan ini.

- Pasien mengaku selama adanya perdarahan

dari jalan lahir, pasien tidak merasa nyeri

perut.

2) Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan in speculo,

terlihat darah yang keluar dari

ostium uteri internum.

Pemeriksaan dalam pada plasenta

previa hanya dibenarkan bila

dilakukan di kamar operasi yang

telah siap untuk melakukan operasi

segera.

Pada pemeriksaan Fisik, didapatkan :

Tanda vital : dalam batas normal

Genitalia

Inspeksi : v/u tak ada kelainan,

perdarahan aktif (+)

Inspekulo : portio licin, ostium terbuka,

fluor (-), fluxus (+)

PD : tidak dilakukan

3) Pemeriksaan penunjang

Transabdominal USG akan

memberikan kepastian diagnosis

Pada pemeriksaan darah didapatkan:

Hb : 10,5 g/dl

Leukosit : 14.440 /mm3

15

Page 16: Isi Case Hap

plasenta previa dengan ketepatan

tinggi sampai 95-98%

Pada USG didapatkan kesan plasenta previa

totalis

4) Penatalaksanaan

Penanganan pada pasien plasenta

previa dapat dilakukan dengan 2

cara, yaitu:

- Terminasi

Cara vaginal

Dengan seksio

sesarea

- Ekspektatif

Pada pasien ini, dilakukan terapi konservatif

yaitu rawat inap, dan pemberian

kortikosteroid 2x6 gram iv untuk pematangan

paru janin.

Selain itu, diberikan antibiotik profilaksis

Lalu kehamilan pasien diterminasi dengan

seksio sesarea

BAB IV

PERDARAHAN ANTEPARTUM

16

Page 17: Isi Case Hap

Perdarahan pada bagian akhir kehamilan merupakan ancaman serius kepada kesehatan

dan jiwa baik ibu dan bayi. Plasenta previa dan solusio plasenta merupakan penyebab

tersering dari perdarahan antepartum.(1)

I. Definisi

Perdarahan antepartum adalah perdarahan pada trimester terakhir dari kehamilan.

Menurut Royal College of Obstetrician and Gynecologist, definisi perdarahan antepartum

adalah perdarahan yang berasal dari traktus genitalis yang terjadi mulai usia kehamilan 24

minggu sampai sebelum kelahiran bayi. (1,2)

II. Etiologi

a. Kelainan plasenta: plasenta previa, solusio plasenta, ruptur sinus marginalis

b. Penyebab perdarahan lokal: polip servikal, ca servix, vaginitis, vasa previa

c. Ruptur uteri

IV.1 PLASENTA PREVIA

IV.1.1 Definisi

Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi rendah sehingga menutupi

sebagian/ seluruh ostium uteri internum. Implantasi plasenta yang normal ialah pada dinding

depan, dinding belakang rahim atau di daerah fundus uteri.

Sejalan dengan bertambah membesarnya rahim dan meluasnya segmen bawah rahim

demikian rupa sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium uteri internum.(1)

Sejalan dengan bertambah membesarnya rahim dan meluasnya segmen bawah rahim

ke arah proksimal memungkinkan plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim

ikut berpindah mengikuti perluasan segmen bawah rahim seolah plasenta tersebut bermigrasi.

Ostium uteri secara dinamik mendatar dan meluas dalam persalinan kala satu bisa mengubah

luas permukaan serviks yang tertutup oleh plasenta. (3)

17

Page 18: Isi Case Hap

IV.1.2 Klasifikasi

Berdasarkan letaknya, klasifikasi plasenta previa sebagai berikut: (3)

1. Plasenta previa totalis atau komplit : plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri

intemum

2. Plasenta previa lateralis/parsialis : plasenta plasenta yang menutupi sebagian ostium

uteri intemum

3. Plasenta previa marginalis : plasenta yang tepinya berada pada pinggir ostium uteri

internum

4. Plasenta letak rendah : plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim

demikian rupa sehingga tepi bawahnya berada pada jarak lebih kurang 2 cm dari

ostium internum. Jaarak yang lebih dari 2 cm dianggap plasenta letak normal.

18

Page 19: Isi Case Hap

Penetuan macamnya plasenta previa bergantung pada besarnya pembukaan, misalnya

plasenta previa marginalis pada pembukaan 2 cm dapat menjadi plasenta previa lateralis pada

pembukaan 5 cm. Begitu pula plasenta previa totalis pada pembukaan 3 cm, dapat menjadi

lateralis pada pembukaan 6 cm.

IV.1.3 Insiden (1,3)

Plasenta previa lebih banyak pada kehamilan dengan paritas tinggi dan pada usia di atas 30

tahun. Juga lebih sering terjadi pada kehamilan ganda daripada kehamilan tunggal. Kejadian

plasenta previa bervariasi antara 0,3-0,5% dari seluruh kelahiran. Dengan meluasnya

penggunaan ultrasonografi dalam obstetrik yang memungkinkan deteksi lebih dini, insiden

plasenta previa bisa lebih tinggi.

IV.1.4 Etiologi

Plasenta previa meningkat kejadiannya pada keadaan-keadaan yang endometriumnya kurang

baik, misalnya karena atrofi endometrium atau kurang baiknya vaskularisasi desidua.

Keadaan ini bisa ditemukan pada:

- Multipara, terutama jika jarak antara kehamilannya pendek

- Mioma uteri

- Kuretase yang berulang

- Umur lanjut

- Bekas sectio sesarea

- Perubahan inflamasi atau atrofi, misalnya pada wanita perokok atau pemakai kokain.

Hipoksemia yang terjadi akibat karbon monoksida akan dikompensasi dengan

hipertrofi plasenta. Hal ini terjadi terutama pada perokok berat.

Keadaan endometrium yang kurang baik menyebabkan plasenta harus tumbuh menjadi luas

untuk mencukupi kebutuhan janin. Plasenta yang tumbuh meluas akan mendekati atau

menutupi ostium uteri internum. (1)

IV.1.5 Patofisiologi

Pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya pada trimester ketiga dan mungkin juga lebih

awal, oleh karena telah mulai terbentuknya segmen bawah rahim, tapak plasenta akan

mengalami pelepasan. Sebagaimana diketahui tapak plasenta terbentuk dari jaringan maternal

yaitu bagian desidua basalis yang bertumbuh menjadi bagian dari plasenta. Dengan

19

Page 20: Isi Case Hap

melebarnya isthmus uteri menjadi segmen bawah rahim, maka plasenta yang berimplantasi di

situ sedikit banyak akan mengalami laserasi akibat pelepasan pada desidua sebagai tapak

plasenta. Demikian pula pada waktu serviks mendatar dan membuka ada bagian tapak

plasenta yang terlepas. Pada tempat laserasi itu akan terjadi perdarahan yang berasal dari

sirkulasi maternal yaitu ruangan intervilus dari plasenta. Oleh karena fenomena pembentukan

segmen bawah rahim itu perdarahan pada plasenta previa betapapun pasti akan terjadi.

Perdarahan pada tempat tersebut relatif dipermudah dan diperbanyak oleh karena segmen

bawah rahim dan serviks tidak mampu berkontraksi dengan kuat karena elemen otot yang

dimilikanya sangat minimal, dengan akibat pembuluh darah pada tempat itu tidak akan

tertutup dengan sempurna. Perdarahan akan berhenti akibat terjadinya pembekuan kecuali

jika ada laserasi yang mengenai sinus yang besar dari plasenta pada mana perdarahan akan

berlangsung lebih lama dan lebih banyak.

Oleh karena pembentukan segmen bawah rahim itu akan berlangsung progresif dan bertahap,

maka laserasi baru akan mengulang kejadian perdarahan. Demikianlah perdarahan akan

berulang tanpa sesuatu sebab lain. Darah yang keluar berwarna merah segar tanpa rasa nyeri.

Pada plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri internum perdarahan terjadi lebih awal

dalam kehamilan oleh karena segmen bawah rahim terbentuk lebih dahulu pada bagian

terbawah yaitu pada ostium uteri internum. Sebaliknya, pada plasenta previa pasrsialis atau

letak rendah, perdarahan beru terjadi pada waktu mendekati atau mulai persalinan.

Perdarahan pertama biasanya sedikit tetapi cenderung lebih banyak pada perdarahan

berikutnya. Untuk berjaga-jaga mencegah syok hal tersebut perlu dipertimbangkan.

Perdarahan pertama sudah bisa terjadi pada kehamilan dibawah 30 minggu tetapi lebih dari

separuh kejadiannya pada umur 34 minggu ke atas. Berhubung tempat perdarahan terletak

dekat dengan ostium uteri internum, maka perdarahan lebih mudah mengalir ke luar rahim

dan tidak membentuk hematoma retroplasenta yang mampu merusak jaringan lebih luas dan

melepaskan tromboplastin ke dalam sirkulasi maternal. Dengan demikian, sangat jarang

terjadi koagulasi pada plasenta previa.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah dinding segmen bawah rahim yang tipis dan

mudah diinvasi oleh pertumbuhan vili dari trofoblas, akibatnya plasenta melekat lebih kuat

pada dinding uterus. Lebih sering terjadi plasenta akreta dan plasenta inkreta, bahkan

plasenta perkreta yang pertumbuhan vilinya bisa sampai menembus buli-buli dan ke rektum

bersama dengan plasenta previa. Plasenta akreta dan inkreta lebih sering terjadi pada uterus

yang sebelumnya pernah seksio sesarea. Segmen bawah rahim dan serviks yang rapuh mudah

20

Page 21: Isi Case Hap

robek oleh sebab kurangnya elemen ototyang terdapat disana. Kedua kondisi ini berpotensi

meningkatkan kejadian perdarahan pasca persalinan pada plasenta previa, misalnya dalam

kala tiga karena plasenta sukar melepas dengan sempurna atau setelah plasenta lepas karena

segmen bawah rahim tidak mampu berkontraksi dengan baik. (3)

IV.1.6 Gambaran klinis (1,4)

1. Perdarahan tanpa nyeri

Pasien mungkin berdarah sewaktu tidur dan sama sekali tidak bangun, pada saat

bangun ia merasa kainnya basah. Biasanya perdarahan karena plasenta previa baru

timbul setelah bulan ke tujuh kehamilan

2. Bagian terendah anak sangat tinggi karena plasenta terletak pada kutub bawah rahim

sehingga bagian terendah tidak dapat mendekati pintu bawah panggul

3. Pada plasenta previa, ukuran panjang rahim berkurang maka pada plasenta previa

lebih sering disertai kelainan letak jika perdarahan dosebabkan oleh plasenta previa

lateral dan marginal serta robekannya marginal, sedangkan plasenta letak rendah,

robekannya beberapa sentimeter dari tepi plasenta.

4. Perdarahan dapat terjadi bersamaan dengan kontraksi ataupun tidak.

IV.1.7 Diagnosis

Anamnesis perdarahan tanpa keluhan, perdarahan berulang dalam kehamilan lanjut biasanya

menderita plasenta previa atau solusio plasenta.

Karena perdarahan wanita hamil kadang-kadang dapat disebabkan oleh kelainan seviks

(polip, erosi), di rumah sakit dilakukan pemeriksaan in speculo terlebih dahulu untuk

menyingkirkan kemungkinan ini. Pada plasenta previa akan terlihat darah yang keluar dari

ostium uteri internum.

Klinis kelainan letak dari perabaan fornises teraba bantalan lunak pada presentasi kepala.

Pemeriksaan dalam pada plasenta previa hanya dibenarkan bila dilakukan di kamar operasi

yang telah siap untuk melakukan operasi segera.

Diagnosis plasenta previa ditegakkan dengan pemeriksaan ultrasonografi (USG). Dengan

USG transabdominal, ketepatan diagnosisnya mencapai 95-98%. Dengan USG transvaginal

ketepatannya akan lebih tinggi lagi.

21

Page 22: Isi Case Hap

Dengan bantuan USG, diagnosis plasenta previa letak rendah sering kali sudah dapat

ditegakkan sebelum trimester ketiga. Namun dalam perjalanannya dapat terjadi migrasi

plasenta. Sebenarnya bukan plasenta yang berpindah tetapi dengan semakin berkembangnya

segmen bawah rahim, plasenta akan ikut naik menjauhi ostium uteri internum.

IV.1.8 Diagnosis Banding

Plasenta Previa Solutio Plasenta

Perdarahan Tanpa nyeri

Berulang sebelum partus

Keluar banyak

Dengan nyeri

Segera disusul partus

Keluar hanya sedikit

palpasi Bagian terendah masih tinggi Bagian anak sukar ditentukan

Bunyi DJJ Biasanya jelas Biasanya tidak ada

Pemeriksaan dalam Teraba jaringan plasenta Tidak teraba plasenta

Ketuban menonjol

Cekungan plasenta Tidak ada Ada impresi pada jaringan

plsenta karena hematom

Selaput ketuban Robek marginal Robek normal

IV.1.9 Komplikasi

Komplikasi dari plasenta previa termasuk perdarahan dari segmen bawah rahim dimana

plasenta berimplantasi. Dapat terjadi perdarahan antepartum maupun perdarahan postpartum.

Plasenta juga secara abnormal menembus dinding uterus yaitu plasenta akreta bila jaringan

plasenta menembus hingga miometrum dan juga plasenta perkreta seperti yang telah

dijelaskan sebelumnya. Kelainan letak pada anak sering terjadi pada plasenta previa.

Kelahiran prematur dan gawat janin sering tidak terhindarkan sebagian oleh karena tindakan

terminasinasi kehamilan yang terpaksa dilakukan dalam kehamilan sebelum aterm. Resiko

untuk dilakukan histerektomi juga meningkat seiring dengan meningkatnya seksio sesarea

pada pasien plasenta previa. (5,6)

IV.1.10 Penanganan (1)

Penaganan plasenta previa dibagi dalam 2 golongan, yaitu:

22

Page 23: Isi Case Hap

1. Terminasi : kehamilan segera diakhiri sebelum terjadi perdarahan yang membawa

maut, misalnya kehamilan cukup bulan, perdarahan banyak, parturien, anak mati.

a. cara vaginal yang bermaksud untuk mengadakan tekanan pada plasenta, yang

dengan demikian menutup pembuluh-pembuluh darah yang terbuka

(tamponade pada plasenta)

b. dengan seksio sesarea dimaksudkan untuk mengosongkan rahim hingga

rahim fapat berkontraksi dan menghentikan perdarahan. Seksio sesarea juga

mencegah terjadinya robekan serviks yang agak sering terjadi pada persalinan

pervaginam.

2. Ekspektatif dilakukan apabila janin masih kecil sehingga kemungkinan hidup di dunia

luar baginya kecil sekali.

Sikap ekspektatif tertentu hanya dapat dibenarkan juka keadaan ibu baik dan

perdarahan sudah berhenti atau sedikit sekali.

Dahulu ada anggapan bahwa kehamilan dengan plasenta previa harus segera diakhiri

untuk menghindarkan perdarahan yang fatal. Namun, sekarang ternyata terapi

menuggu dapat dibenarkan dengan alasan sebagai berikut:

a. Perdarahan pertama pada plasenta previa jarang fatal

b. Untuk menurunkan kematian bayi karena prematuritas

Syarat: keadaan ibu dan anak masih baik (Hb normal) dan perdarahan tidak banyak.

Pada terapi ekspektatif, pasien dirawat di rumah sakit sampai berat anak +/- 2500g

atau kehamilan usia 37 minggu. Jika kehamilan sudah mencapai 37 minggu,

kehamilan diakhiri menurut salah satu cara yang telah diuraikan. Penderita plasenta

previa juga harus diberikan antibiotik mengingat kemungkinan terjadinya infeksi

yang besar yang disebabkan oleh perdarahan dan tindakan-tindakan intrauterin.

Jenis persalinan apa yang kita pilih untuk penangan plasenta previa dan kapan

melaksanakannya bergantung pada faktor-faktor sebagai berikut:

a. Perdarahan banyak atau sedikit

b. Keadaan ibu dan anak

c. Besarnya pembukaan

d. Tingkat plasenta previa

e. Paritas

Perdarahan yang banyak, pembukaan kecil, nulipara dan plasenta previa totalis

mendorong kita melakukan seksio sesarea. Sebaliknya, perdarahan yang sedang/

23

Page 24: Isi Case Hap

sedikit, pembukaan yang sudah besar, multiparitas dan tingkat plasenta previa yang

ringan dan anak yang mati cenderung untuk dilahirkan pervaginam. Yang dimaksud

dengan plasenta previa tingkat rendah apabila jarak plasenta dari ostium uteri

internum > 2cm. Perlu diperhatikan bahwa sebelum melakukan tindakan apapun pada

penderita plasenta previa, harus selalu tersedia darah yang cukup.

Cara-cara vaginal terdiri dari:

a. Pemecahan ketuban

Dapat dilakukan pada plasenta letak rendah, plasenta previa marginalis dan

plasenta previa lateralis yang menutup ostium kurang dari setengah bagian.

Pada plasenta lateralis yang plasentanya terdapat di sebelah belakang, lebih

baik dilakukan seksio sesarea karena dengan pemecahan ketuban, kepala

kurang menekan pada plasenta.

Pemecahan ketuban dapat menghentikan perdarahan, karena:

Setelah pemecahan ketuban, uterus mengadakan retraksi hingga kepala

anak menekan pada plasenta.

Plasenta tidak tertahan lagi oleh ketuban dan dapat mengikuti gerakan

dinding rahim sehingga tidak terjadi pergeseran antara lasenta dan

dinding rahim.

Jika his tidak ada atau kurang kuat setelah pemecahan ketuban, dapat

diberikan infus pitosin. Jika perdarahan tetap ada, dilakukan seksio sesarea.

b. Versi Braxton Hicks

Tujuan: untuk mengadakan tamponade plasenta dengan bokong dan untuk

menghentikan perdarahan dalam rangka menyelamatkan ibu.

Versi ini dapat dilakukan pada anak yang sudah mati atau masih hidup.

Mengingat bahaya dari perasat ini yaitu robekan pada serviks dan pada

segmen bawah rahim, perasat ini sudah jarang dilakukan di rumah sakit besar.

Sebaliknya di daerah tang tidak mungkin dapat melakukan seksio sesarea,

versi Braxton Hicks dapat dilakukan. Syarat daari versi ini ialah pembukaan

yang harus dapat dilalui oleh 2 jari supaya dapat menurunkan kaki.

c. Cunam Willett-Gauss

Tujuannya adalah untuk mengadakan tamponade plasenta dengan kepala.

Kulit kepala anak dijepit dengan cunam Willett-Gauss dan diberati dengan

timbangan 500 gr. Sekarang perasat ini sudah tidak dilakukan lagi.

24

Page 25: Isi Case Hap

IV.1.11 Prognosis

Wanita dengan plasenta previa totalis memiliki prognosis yang lebih buruk. Biasanya bayi

akan lahir lebih cepat dari usia aterm. Tingkat mortalutas perinatal pada plasenta previa

sekitar 2-3%. Di UK, dilaporkan bahwa mortalitas maternal yang disebabkan perdarahan

adalah 0,39/100.000 persalinan. (4,7)

IV.2 SOLUTIO PLASENTA

IV.2.1. Definisi

Solutio plasenta dikenal juga dengan istilah abrutio plasenta atau accidental

hemorrhage. Solutio plasenta merupakan lepasnya sebagian atau seluruh plasenta yang

implantasinya normal pada lapisan desidua endometrium sebelum waktunya yaitu diatsa usia

kehamilan 22 minggu dan sebelum lahirnya anak. (1,3)

IV.2.2. Klasifikasi

Plasenta dapat terlepas hanya pada pinggirnya saja yang disebut juga rupture sinus

marginalis, dapat juga terlepas lebih luas atau disebut juga solution plasenta parsialis.

Plasenta juga dapat terlepas seluruhnya atau yang disebut juga solution plasenta totalis.

25

Page 26: Isi Case Hap

Gambar 1.

Solutio plasenta

Perdarahan yang terjadi dapat merembes antara plasenta dan myometrium untuk

seterusnya menyelinap dibawah selaput ketuban dan akhirnya keluar ke kanalis servikalis dan

keluar melalui vagina (revealed hemorrhage). Akan tetapi, ada kalanya, perdarahan tersebut

tidak keluar melalui vagina, tetapi berkumpul di belakang plasenta dan membentuk hematom

retroplasenta. Perdarahan ini disebut juga perdarahan tersembunyi (concealed hemorrhage).

Concealed hemorrhage terjadi jika: (1,3,8)

Bagian plasenta sekitar perdarahan masih melekat pada dinding rahim.

Selaput ketuban masih melekat pada dinding rahim.

Perdarahan masuk ke dalam kantong ketuban setelah selaput ketuban pecah.

Bagian terbawah janin, umumnya kepala, menempel ketat pada segmen bawah rahim.

Tabel 1. Perbedaan solutio plasenta dengan revealed hemorrhage dan concealed

hemorrhage

Secara klinis, solutio plasenta dibagi kedalam berat ringannya gambaran klinis sesuai

dengan luasnya permukaan plasenta yang terlepas, yaitu :

26

PERDARAHAN KELUAR

(Revealed hemorrhage)

PERDARAHAN TERSEMBUNYI

(Concealed hemorrhage)

Biasanya inkomplet

Jarang disertai toksemia

Merupakan 80% dari solutio

plasenta

Pelepasan biasanya komplit

Sering disertai toksemia

Hanya merupakan 20% dari

solutio plasenta

Page 27: Isi Case Hap

a. Solutio plasenta ringan

Biasanya baru diketahui setelah plasenta lahir dengan adanya hematoma yang tidak

luas pada permukaan maternal atau ada rupture sinus marginalis.

Luas plasenta yang terlepas tidak sampai 25% atau kurang dari 1/6 bagian. Jumlah

darah yang keluar <250 ml.

Gejala-gejala perdarahan sukar dibedakan dengan plasenta previa kecuali warna darah

yang kehitaman. Darah yang keluar terlihat seperti pada haid bervariasi dari sedikit

sampai seperti menstruasi yang banyak. (3)

b. Solutio plasenta sedang

Luas plasenta yang terlepas telah melebihi 25%, tetapi belum mencapai separuhnya

(50%). Jumlah darah yang keluar >250 ml tetapi belum mencapai 1000 ml.

Umumnya keluar darah terjadi keluar dan kedalam bersama-sama. Gejela sudah jelas

seperti nyeri pada perut yang terus menerus, DJJ yang menjadi cepat, hipotensi,dan

takikardi. (3)

c. Solutio plasenta berat

Luas plasenta yang terlepas lebih dari 50% dan jumlah darah yang keluar telah

melebihi 1000 ml.

Keluarnya darah terjadi keluar dan kedalam bersama-sama. Gejala klinis jelas,

keadaan umum ibu buruk disertai syok, dan hamper semua janinnya telah meninggal.

Biasanya komplikasi koagulopati telah ada.

IV.2.3 Insidensi

Dalam kepustakaan dilaporkan insidensi solutio plasenta I dalam 200

kelahiran. Angka kematian janin juga menurun dari 1 dalam 830 persalinan ke 1 dalam

1600 persalinan.

Angka kejadian cenderung menurun pada akhir akhir ini akibat semakin baiknya

perawatan antenatal sejalan dengan semakin menurunnya jumlah ibu hamil usia dan

27

Page 28: Isi Case Hap

paritas tinggi. Namun, insidensi solutio plasenta dinyatakan masih tinggi di tanah air

daripada Negara maju. (3)

IV.2.4 Etiologi

Penyebab primer dari solutio plasenta belum diketahui, namum terdapat beberapa

keadanaan patologik yang sering ditemukan bersama kejadian solutio placenta.(8)

Tabel 2. Faktor Resiko Solutio Plasenta

Pada tabel diatas, didapatkan insidens dari solutio plasenta akan meningkat pada usia

ibu dan paritas yang tinggi. Perbedaan suku kelihatan berpengaruh pada risiko. Menurut

28

Page 29: Isi Case Hap

penelitian, inisden solutio plasenta lebih sering terjadi pada ras Africa-Amerika dan

Kaukasian dibandingkan ras Asia ataupun Latin-Amerika.(8)

Kondisi sistemik yang paling sering menyertai solusio plasenta adalah hipertensi,

baik hipertensi dalam kehamilan, preeklampsi, ataupun hipertensi kronis. Selain itu

kelainan pembekuan darah seperti trombofiila juga merupakan faktor resiko.(3,8)

Angka kejadian solutio plasenta akan meningkat pada ibu yang mengalami ketuban

pecah dini. Risiko akan meningkat terutama bila terdapat infeksi. Riwayat solutio

plasenta pada kehamilan sebelumnya juga merupakan faktor risiko.(8)

Pada metaanalisis 1,6 juta kehamilan, ditemukan risiko terjadinya solutio plasenta

meningkat dua kali lebih sering pada ibu yang merokok, dan juga yang memakai kokain.(8)

Pada beberapa kasus trauma eksternal, seperti kekerasan dalam rumah tangga atau

kecelakaan saat berkendaraan dapat menyebabkan pelepasan dari plasenta. Mioma uteri,

terutama bila berlokasi dibelakang tempat implantasi plasenta dapat menjadi presdiposisi

dari plasenta abruption.(3,8)

IV.2.5 Patofisiologi (1,3,8)

Solusio plasenta merupakan hasil akhir dari suatu proses yang bermula dari suatu

keadaan yang mampu memisahkan vili-vili korialis plasenta dari tempat implantasinya

pada desidua basalis sehingga terjadi perdarahan.

Perdarahan yang terjadi berasal dari kematian sel (apoptosis) yang disebabkan oleh

iskemia dan hipoksia. Penyakit ibu yangd apat menyebabkan pembentukan thrombosis

dalam pembuluh darah desidua dapat mengakibatkan hipoksia dan kemudia terjadi

perdarahan. Solusio plasenta dimulai dengan perdarahan dalam desidua basalis.

Perdarahan tersebut menyebabkan desidua basalis terlepas, kecuali selapisan tipis yang

tetap melekat pada myometrium. Kemudian terjadi hematom dalam desidua yang

menyebabkan pelepasan lebih luas, kompresi, dan kerusakan pada bagian plasenta

sekelilingnya yang berdekatan.

Pada beberapa kasus, perdarahan dapat disebabkan oleh terputusnya arteri spiralis

dalam desidua yang mengakibatkan hematom retroplasenta. Hematom retroplasenta

29

Page 30: Isi Case Hap

dapat mempengaruhi penyampaian nutrisi dan oksigen dari sirkulasi maternal ke

sirkulasi janin. Hematoma yang terbentuk berlangsung cepat hingga dapat terjadi

revealed hemorrhage. Perdarahan yang terjadi sulit berhenti karena uterus yang

mengandung tidak dapat berkontraksi untuk menjepit arteri spiralis yang terputusWilliams

Terdapat beberapa keadaan yang secara teoritis dapat berakibat kematian sel karena

iskemia dan hipoksi pada desidua, yaitu :

1. Pada pasien ketuban pecah dini, terjadi pelepasan lipopolisakarida dan endotoksin

lain yang berasl dari agen infeksius dan menginduksi pembentukan dan

penumpukan sitokin. Bahan ini memiliki daya sitotoksis diantarannya terbentuk

NOS (Nitric Oxide Synthase) yang dapat menghasilkan NO (Nitric Oxide) yaitu

vasodilator kuat dan penghambat agrerasi trombosit.

2. Kelainan genetic berupa defisiensi protein C dan protein S yang dapat

meningkatkan pembentukan thrombosis

3. Pada pasien dengan trombofilia dimana kecenderungan pembekuan dengan

pembentukan thrombosis dalam desidua basalis yang menyebabkan iskemia dan

hipoksia.

4. Nikotin dan kokain yang dapat menyebabkan vasokontriksi yang bisa

menyebabkan iskemia dan pada plasenta sering dijumpai beberapa lesi seperti

infark, oksidatif stress, apoptosis, dan nekrosis yang berujung merusak hubungan

uterus dengan plasenta.

IV.2.6 Gejala Klinis (1,3)

Perdarahan yang bewarna tua keluar melalui vagina (80% kasus)

Nyeri perut

Uterus terasa tegang

Anemia beratnya anemia serin tidak sesuai dengan banyaknya darah yang keluar

Fundus uteri yang makin lama makin naik

30

Page 31: Isi Case Hap

Pada pemeriksaan dalam didapati selaput ketuban yang tegang

1. Solutio Plasenta Ringan

Tidak ada gejala

Perdarahan pervaginam masih belum ada atau sedikit

Perut terasa agak sakit

Tanda vital ibu dan bayi masih baik

Pada inspeksi dan auskultasi tidak ditemukan kelainan, kecuali pada palpasi

ditemukan nyeri tekan lokal pada tempat hematom. Bagian janin masih dapat

dikenal

Kadar fibrinogen darah dalam batas normal (350 mg%)

2. Solutio Plasenta Sedang

Gejala sudah jelas

Nyeri perut yang terus menerus

DJJ menunjukan gawat janin

Perdarahan pervaginam tampak banyak, bewarna kehitaman

Pada tanda vital didapatkan takikardi, hipotensi, kulit dingin dan keringatan,

oligouri

Palpasi janin sulit teraba karena nyeri perut

Pada kardiotokografi dapat ditemukan deselerasi lambat.

Kadar fibrinogen berkurang (150-250 mg%)

3. Solutio Plasenta Berat

Perut sangat nyeri dan tegang seperti papan (defance musculaire)

Perdarahan berwarna hitam

Palpasi bagian janin sulit?

Pada tanda vital didapatkan keadaan ibu sudah syok

Pada PF didapatkan TFU makin bertambah tinggi, DJJ janin tidak terdengar akibat

gangguan anatomic dan fungsi plasenta

Pada pemeriksaan penunjang kadar fibrinogen darah rendah (<150 mg%),

gangguan fungsi ginjal, dan trombositopenia

IV.2.7 Diagnosis

31

Page 32: Isi Case Hap

Solusio plasenta yang ringan, pada umumnya tidak menunjukkan gejala klinis yang

jelas, perdarahan antepartum hanya sedikit, dalam hal ini diagnosis baru kita tegakkan setelah

anak lahir. Pada plasenta kita dapati koagulum-koagulum darah.

Pada keadaan yang agak berat kita dapat membuat diagnosis berdasarkan :

1. Anamnesis

Perasaan sakit yang tiba-tiba di perut, kadang-kadang pasien bisa melokalisir tempat

mana yang paling sakit, dimana plasenta terlepas.

Pergerakan anak mulai hebat kemudian terasa pelan dan akhirnya berhenti (anak tidak

bergerak lagi).

Kepala terasa pusing, lemas, muntah, pucat, pandangan berkunang-kunang, ibu

kelihatan anemis tidak sesuai dengan banyaknya darah yang keluar.

Kadang-kadang ibu dapat menceritakan trauma dan faktor kausal yang lain.

2. Inspeksi

Pasien gelisah, sering mengerang karena kesakitan.

Pucat, sianosis, keringat dingin.

Kelihatan darah keluar pervaginam.

3. Palpasi

TFU naik karena terbentuknya retroplasenter hematoma; uterus tidak sesuai dengan

tuanya kehamilan.

Uterus teraba tegang dan keras seperti papan yang disebut uterus in bois (wooden

uterus) baik waktu his maupun diluar his.

Nyeri tekan terutama di tempat plasenta tadi terlepas.

Bagian-bagian janin susah dikenali, karena perut (uterus) tegang.

32

Page 33: Isi Case Hap

4. Auskultasi

Sulit, karena uterus tegang. Bila denyut jantung janin terdengar biasanya diatas 140,

kemudian turun dibawah 100 dan akhirnya hilang bila plasenta yang terlepas lebih

dari sepertiga.

5. Pemeriksaan dalam

Serviks bisa telah terbuka atau masih tertutup.

Kalau sudah terbuka maka ketuban dapat teraba menonjol dan tegang, baik sewaktu

his maupun diluar his.

Kalau ketuban sudah pecah dan plasenta sudah terlepas seluruhnya, plasenta ini akan

turun ke bawah dan teraba pada pemeriksaan, disebut prolapsus plasenta, ini sering

dikacaukan dengan plasenta previa.

6. Pemeriksaan umum.

Tensi semula mungkin tinggi karena pasien sebelumnya menderita penyakit vaskuler,

tetapi lambat laun turun dan pasien jatuh syok.

Nadi cepat, kecil, dan filiformis.

7. Pemeriksaan Ultrasonography (USG).

Pemeriksaan USG penting untuk membedakan dengan plasenta previa dan apakah

janin masih hidup. Solusio plasenta tampak sebagai gambaran gumpalan darah

retroplacental, tetapi tidak semua solusio plasenta yang di USG ditemukan gambaran

seperti di atas. Pada fase akut, suatu perdarahan biasanya hyperechoic, atau bahkan

isoechoic, maka kita bandingkan dengan plasenta. Gambaran konsisten yang

mendukung diagnosa solusio plasenta antara lain adalah; gumpalan hematom

retroplasenta (hyperochoic hingga isoechoic pada fase akut, dan berubah menjadi

hypoechoic dalam satu minggu), gambaran perdarahan tersembunyi, gambaran

perdarahan yang meluas. Manfaat lainnya adalah USG dapat dipakai untuk

menyingkirkan kemungkinan penyebab lain perdarahan antepartum.

33

Page 34: Isi Case Hap

8. Pemeriksaan laboratorium

Darah : Hb menurun (anemi), periksa golongan darah, kalau bisa cross match test.

Karena pada solusio plasenta sering terjadi kelainan pembekuan darah

hipofibrinogenemia, maka diperiksan waktu pembukan, waktu protombin, kadar

fibrinogen, dan kadar hancuran fibrin dan hancuran fibrinogen dalam plasma.

9. Pemeriksaan plasenta

Sesudah bayi dan plasenta lahir, kita periksa plasentanya. Biasanya tampak tipis dan

cekung di bagian plasenta yang terlepas dan terdapat koagulum atau darah beku di

belakang plasenta, yang disebut hematoma retroplasenter.

IV.2.8 TATALAKSANA

Penanganan solutio plasenta bervariasi, bergantung pada usia kehamilan ibu dan

keadaan ibu dan janin. Jika janin viabel, dan persalinan pervaginam tidak dapat dilakukan,

maka SC cito dapat dipilih.

Tatalaksana pada Kehamilan Preterm

Penundaan persalinan akan baik apabila fetus dalam keadaan immature. Pemberian

tokolisis dianjurkan pada wanita dengan usia kehamilan kurang dari 36 minggu.

Terapi obstetric pada kehamilan dimana keadaan janin hidup namun sudah mengalami

gawat janin dapat dilakukan operasi Caesar. Apabila solutio plasenta sudah berat dimana

janin telah meninggal, biasanya persalinan pervaginam yang dipilih. Hemostasis pada tempat

implantasi plasenta tergantung pada kontraksi myometrium. Karena itu, stimulasi

myometrium secara farmakologi dan masase uterus diperlukan untuk menekan dan membuat

arteri spiralis tertekan.

Secara umum, penatalaksanaan ibu dengan solutio plasenta diberikan pemberian

darah yang cukup, pemberian O2 , pemberian antibiotik.(1)

Pimpinan persalinan pada solution plasenta bertujuan untuk mempercepat persalinan

sedapat-dapatnya, kelahiran terjadi dalam 6 jam. Hal ini diakibatkan bagian plasenta yang

terlepas meluas, perdarahan yang makin banyak, dan hipofibrigonemi bertambah.

34

Page 35: Isi Case Hap

Proses persalinan dapat dibantu dengan pemecahan ketuban dengan maksud untuk

mengurangkan regangan dinding rahim, pemberian infuk oksitosin 5 IU dalam 500 cc

glukosa 5%.(1)

Seksio caesarea dilakukan bila serviks panjang dan tertutup, setelah pemecahan

ketuban dan pemberian oksitosin dalam 2 jam belum juga ada his, dan anak masih hidup.

Histerektomi dilakukan bila ada atoni uteri yang berat yang tidak dapat ditangani.(1)

IV. 2.9 Komplikasi dan Penyulit (1,3,8)

Komplikasi dan penyulit pada ibu dan janin tergantung dari luasnya plasenta yang

terlepas dan lamanya solusio plasenta berlangsung. Penyulit pada plasenta previa :

a. Timbul dengan segera perdarahan dan syok

b. Timbul agak lambat kelainan pembekuan darah dan gangguan faal ginjal.

1. Shock dan perdarahan

Persalinan dapat dipercepat dengan pemecahan ketuban dan pemberian infus

oksitosin. Disamping itu, transfusi darah juga dapat dilakukan.

Terkadang shock yang terjadi pada solutio plasenta tidak sejalan dengan

banyaknya perdarahan yang terjadi. Shock yang terjadi pada solutio plasenta biasanya

diakibatkan oleh kehilangan darah maternal (syok hipovolemik).

2. Koagulopati

Solusio plasenta merupakan salah satu penyakit yang secara klins paling

sering consumptive coagulopathy dalam obstetric. Biasanya didapatkan

hipogibrigenemia dimana kadar fibrinogen dalam darah kurang dari 150 mg/dl. Hal

ini ditandai dengan meningkatnya produk degenerasi fibrinogen-fibrin atau D- dimer.

3. Gagal ginjal

Acute renal failure dapat terjadi pada solution plasenta yang berat. Hal ini

dapat lebih sering terjadi apabila terlambantnya penanganan hypovolemia. Namun,

beberapa kasus dari acute kidney injury ini bersifat reversible.

4. Sindrom Sheehan35

Page 36: Isi Case Hap

Perdarahan intrapartum yang berat jarang diikuti dengan kegagalan hipofisis

atau sindrom Sheehan. Sindrom ini ditandai dengan kegagalan lakstasi, amenorea,

atrofi mammae, hilangnya rambut pubis dan axilla, hipotiroid, dan insufisiensi

kelenjar adrenal kortikal.

5. Couvelaire uterus

Pada solusio plasenta yang berat terjadi perdarahan dalam otot-otot rahim dan

dibawah perimetrtium kadang-kadang juga dalam ligamentum latum. Karena

perdarahan ini, perdarahan bewarna biru.

IV.2.10 Prognosis

Untuk anak, pada solusio plasenta yang berat adalah buruk, kematian anak 90%.

Untuk ibu, solusio plasenta

Prognosis pada penyakit ini bergantung pada besarnya bagian placenta yang terlepas,

banyaknya perdarahan, beratnya hipofibrinogenemi, ada atau tidaknya preeclampsia, apakah

perdarahan tampak atau tersembunyi, dan lamanya keadaan solusio berlangsung.

DAFTAR PUSTAKA

1. Fakultas Kedokteran UNPAD. Obstetri patologi. Ilmu Kesehatan Produksi. Edisi 2.

Jakarta : EGC. 2004.

2. Thomson AJ, Ramsey JE. Antepartum Haemorrhage. Royal College of Obstetricians

and Gynecologists, RCOG Green-Top Guidelines no.63, 2011

3. Sarwono Prawirohardjo. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo. 2008.

4. Ko P. Placenta Previa in Emergency medicine. Available at:

http://emedicine.medscape.com/article/796182-followup#a2650. Accessed on January

15th, 2014.

36

Page 37: Isi Case Hap

5. Beckmann CRB, Ling FW, Barzansky BM, et al. Obstetrics and Gynecology. Sixth

Edition. Baltimore: Lippincott William & Wilkins, 2010.

6. Berghella V. Obstetrics Evidence Based Guidelines. UK: Informa. 2007.

7. Placenta Previa. Available at: http://www.patient.co.uk/doctor/placenta-praevia.

Accessed on January 15th, 2014.

8. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, dkk. Obstetri Williams. Ed 23. New York:

McGrawHill.2010.755-772

37