Isi Case Tumor Sinonasal

download Isi Case Tumor Sinonasal

of 30

Transcript of Isi Case Tumor Sinonasal

  • 7/22/2019 Isi Case Tumor Sinonasal

    1/30

    TINJAUAN PUSTAKA

    1. DEFINISI

    Karsinoma sinonasal adalah penyakit di mana kanker (ganas) sel ditemukan dalam jaringan

    sinus paranasal dan jaringan sekitar hidung.8

    2. ANATOMI

    Kavum nasi berbentuk terowongan dari depan ke belakang, dipisahkan oleh septum nasi di

    bagian tengahnya menjadi kavum nasi kanan dan kiri. 2,3

    1. Septum Nasi

    Septum nasi dibentuk oleh tulang dan tulang rawan. Dilapisi oleh perikondrium pada bagian

    tulang rawan dan periosteum pada bagian tulang, sedangkan di luarnya dilapisi juga dengan

    mukosa nasal.2,3

    Bagian tulang terdiri dari :

    Lamina perpendikularis os etmoid

    Lamina perpendikularis os etmoid terletak pada bagian supero-posterior dariseptum nasi dan

    berlanjut ke atas membentuk lamina kribriformis dan krista gali.

    Os vomer

    Os vomer terletak pada bagian postero-inferior. Tepi belakang os vomer merupakan ujung

    bebas dari septum nasi.

    Krista nasalis os maksila

    Tepi bawah os vomer melekat pada krista nasalis os maksila dan os palatina.

    Krista nasalis palatine

    1

  • 7/22/2019 Isi Case Tumor Sinonasal

    2/30

    Bagian tulang rawan terdiri dari :

    Kartilago septum (kartilago kuadrangularis)

    Kartilago septum melekat dengan erat pada os nasal, lamina perpendikularis osetmoid, os

    vomer dan krista nasalis os maksila oleh serat kolagen.

    Kolumela

    Kedua lubang berbentuk elips disebut nares, dipisahkan satu sama lain oleh sekat tulang

    rawan dan kulit yang disebut kolumela.

    2. Pembuluh Darah

    Bagian postero-inferior septum nasi diperdarahi oleh arteri sfenopalatina yangmerupakan

    cabang dari arteri maksilaris (dari a,karotis eksterna). Septum nasi bagian antero-inferior

    diperdarahi oleh arteri palatina mayor (juga cabang dari a.maksilaris)yang masuk melalui

    kanalis insisivus. Arteri labialis superior (cabang dari a.fasialis)memperdarahi septum bagian

    anterior mengadakan anastomose membentuk fleksusKiesselbach yang terletak lebih

    superfisial pada bagian anterior septum. Daerah inidisebut juga Littles area yang merupakan

    sumber perdarahan pada epistaksis. Arterikarotis interna memperdarahi septum nasi bagian

    superior melalui arteri etmoidalisanterior dan superior. Vena sfenopalatina mengalirkan darah

    balik dari bagian posterior septum ke fleksus pterigoideus dan dari bagian anterior septum ke

    vena fasialis. Padasuperior vena etmoidalis mengalirkan darah melalui vena oftalmika yang

    berhubungandengan sinus sagitalis superior. 2,3

    3. Sinus Paranasal

    Sinus paranasal adalah rongga-rongga di dalam tulang kepala yang terletak di sekitar nasal

    dan mempunyai hubungan dengan kavum nasi melalui ostiumnya. Terdapat empat pasang

    sinus paranasal, yaitu sinus frontalis, sfenoidalis, etmoidalis, dan maksilaris.Sinus maksilaris

    2

  • 7/22/2019 Isi Case Tumor Sinonasal

    3/30

    dan etmoidalis mulai berkembang selama dalam masa kehamilan. Sinusmaksilaris

    berkembang secara cepat hingga usia tiga tahun dan kemudian mulai lagi saatusia tujuh tahun

    hingga 18 tahun dan saat itu juga air-cell ethmoid tumbuh dari tiga atauempat sel menjadi 10-

    15 sel per sisi hingga mencapai usia 12 tahun. 2,3

    Sinus maksilaris adalah sinus paranasal pertama yang mulai berkembang dalam janin

    manusia. Sinus ini mulai berkembang pada dinding lateral nasal sekitar hari65 kehamilan.

    Sinus ini perlahan membesar tetapi tidak tampak pada foto polossampai bayi berusia 4-5

    bulan. Pertumbuhan dari sinus ini bifasik dengan periode pertama di mulai pada usia tiga

    tahun dan tahap kedua di mulai lagi pada usia tujuh hingga 12 tahun. Selama tahap kedua ini,

    pneumatisasi meluas secaramenyamping hingga dinding lateral mata dan bagian inferior ke

    prosesusalveolaris bersamaan dengan pertumbuhan gigi permanen. Perluasan lambat darisinus

    maksilaris ini berlanjut hingga umur 18 tahun dengan kapasitasnya padaorang dewasa rata-

    rata 14,75 ml. Sinus maksilaris mengalirkan sekret ke dalammeatus media.2,3

    Sel etmoid mulai berkembang dalam bulan ketiga pada proses perkembangan janin. Sinus

    etmoidalis anterior merupakan evaginasi dari dinding lateral nasaldan bercabang ke samping

    dengan membentuk sinus etmoidalis posterior danterbentuk pada bulan keempat kehamilan.

    Saat dilahirkan sel ini diisi oleh cairansehingga sukar untuk dilihat dengan rontgen. Saat usia

    satu tahun sinus etmoidalis baru bisa dideteksi melalui foto polos dan setelah itu membesar

    dengan cepathingga usia 12 tahun. Sinus etmoidalis anterior dan posterior ini dibatasi

    olehlamina basalis. Jumlah sel berkisar 4-17 sel pada sisi masing-masing dengan totalvolume

    rata-rata 14-15 ml. Sinus etmoidalis anterior mengalirkan sekret ke dalammeatus media,

    sedangkan sinus etmoidalis posterior mengalirkan sekretnya kedalam meatus superior.

    Menurut Kennedy, diseksi sel-sel etmoid anterior dan posterior harus dilakukan dengan hati-

    3

  • 7/22/2019 Isi Case Tumor Sinonasal

    4/30

    hati karena terdapat dua daerah rawan.Daerah pertama adalah daerah arteri etmoid anterior

    yang merupakan cabangarteri oftalmika, terdapat di atap sinus etmoidalis dan membentuk

    batas posterior resesus frontal. Arteri ini berada pada dinding koronal yang sama dengan

    dindinganterior bula etmoid. Daerah yang kedua adalah variasi anatomi yang disebutdengan

    sel onodi. Sel onodi adalah sel udara etmoid posterior yang berpneumatisasi ke postero-lateral

    atau postero-superior terhadap dinding depansinus sfenoidalis dan melingkari nervus optikus

    dan dapat dikira sebagai sinus sfenoidalis. 2,3

    Sinus frontalis mulai berkembang sepanjang bulan keempat kehamilan,merupakan satu

    perluasan ke arah atas dari sel etmoidal anterosuperior. Sinusfrontalis jarang tampak pada

    pemeriksaan foto polos sebelum umur lima atauenam tahun setelah itu perlahan tumbuh, total

    volume 6-7 ml. Pneumatisasi sinusfrontalis mengalami kegagalan pengembangan pada salah

    satu sisi sekitar 4-15% populasi. Sinus frontalis mengalirkan sekretnya ke dalam resesus

    frontalis.2,3

    Sinus sfenoidalis mulai tumbuh sepanjang bulan keempat masa kehamilan yangmerupakan

    evaginasi mukosa dari bagian superoposterior kavum nasi. Sinus ini berupa suara takikan kecil

    di dalam os sfenoid sampai umur tiga tahun ketikamulai pneumatisasi lebih lanjut,

    Pertumbuhan cepat untuk mencapai tingkat sellatursika pada umur tujuh tahun dan menjadi

    ukuran orang dewasa setelah umur 18tahun, total volume 7,5 ml. Sinus sfenoidalis

    mengalirkan sekretnya ke dalammeatus superior bersama dengan etmoid posterior. Mukosa

    sinus terdiri dariciliated pseudostratified, columnar epithelial cell, sel Goblet, dan kelenjar

    submukosa menghasilkan suatu selaput lendir bersifat melindungi. Selaput lendir mukosa ini

    akan menjerat bakteri dan bahan berbahaya yang dibawa oleh silia, kemudian

    mengeluarkannya melalui ostium dan ke dalam nasal untuk dibuang. 2,3

    4

  • 7/22/2019 Isi Case Tumor Sinonasal

    5/30

    3. EPIDEMIOLOGI

    Tumor hidung dan sinus paranasal pada umumnya jarang ditemukan, baik yang jinak maupun

    yang ganas. Di Indonesia dan di luar negeri, kekerapan jenis yang ganas hanya sekitar 1 %dari

    keganasan seluruh tubuh atau 3% dari seluruh keganasan di kepala dan leher.4

    Tumor sinonasal ini lebih umum di Asia dan Afrika dari pada di AmerikaSerikat. Pria yang

    terkena 1,5 kali lebih sering dibandingkan wanita, dan 80% dari tumor ini terjadi pada orang

    berusia 45-85 tahun. Sekitar 60-70% dari keganasan sinonasal terjadi pada sinus maksilaris

    dan 20-30% terjadi pada rongga hidung sendiri. Diperkirakan 10-15% terjadi pada sel-sel

    udara ethmoid (sinus), dengan minoritas sisa neoplasmaditemukan di sinus frontal dan

    sphenoid.3

    4. ETIOLOGI

    Etiologi tumor ganas sinonasal belum di ketahui, tetapi di duga beberapa zat kimiaatau bahan

    industri merupakan penybab antara lain nikel, debu kayu, kulit, formaldehid,kromium, minyak

    isosopril, dan lain-lain. Pekerja di bidang ini mendapat kemungkinanterjadi keganasan

    sinonasal jauh lebih besar. Banyak laporan mengenai kasusadenokarsinoma sinus etmoid pada

    pekerja-pekerja industri penggergajian kayu, danpembuatan mebel. Alkohol, asap rokok,

    makanan yang di asin atau di asap di dugameningkatkan kemungkinan terjadi keganasan,

    sebaliknya buah-buahan dan sayuran mengurangi kemungkinan terjadi keganasan.4

    Paparan yang terjadi pada pekerja industri kayu, terutama debu kayu keras, merupakan faktor

    resiko utam untuk tumor ganas sinonasal. Efek paparan ini mulai timbul setelah 40 tahun atau

    lebih sejak pertama kali terpapar dan menetap setelah penghentian paparan. Paparan terhadap

    thorotrast, agen kontras radioaktif juga menjadi faktor resiko tambahan.5

    5

  • 7/22/2019 Isi Case Tumor Sinonasal

    6/30

    5. KLASIFIKASI

    a. Tumor Jinak

    Tumor jinak tersering adalah papiloma skuamosa. Secara makroskopis mirip dengan polip,

    tetapi lebih vaskuler, padat dan tidak mengkilap. Ada 2 jenis papiloma, pertama eksofitik atau

    fungiform dan yang kedua endofitik disebut papiloma inverted. Papiloma inverted ini bersifat

    sangat invasive, dapat merusak jaringan sekitarnya. Tumor ini sangat cenderung untuk residif

    dan dapat berubah menjadi ganas. Lebih sering dijumpai pada anak laki-laki usia tua.Terapi

    adalah bedah radikal misalnya rinotomi lateral atau maksilektomi medial.4

    Tumor jinak angiofibroma nasofaring sering bermanifestasi sebagai massa yang

    mengisirongga hidung bahkan juga mengisi seluruh rongga sinus paranasal dan mendorong

    bola mata keanterior.4

    b. Tumor Ganas

    Tumor ganas yang tersering adalah karsinoma sel skuamosa (70%), disusul olehkarsinoma

    yang berdeferensiasi dan tumor kelenjar. Sinus maksila adalah yang tersering terkena(65-

    80%), disusul sinus etmoid (15-25%), hidung sendiri (24%), sedangkan sinus sphenoid

    danfrontal jarang terkena.4

    Metastasis ke kelenjar leher jarang terjadi (kurang dari 5%) karena rongga sinus sangatmiskin

    dengan system limfa kecuali bila tumor sudah menginfiltrasi jaringan lunak hidung dan pipi

    yang kaya akan system limfatik.Metastasis jauh juga jarang ditemukan (kurang dari 10%)dan

    organ yang sering terkena metastasis jauh adalah hati dan paru.4

    6

  • 7/22/2019 Isi Case Tumor Sinonasal

    7/30

    Pembagian sistem TNM menurut Simson

    sebagai berikut:

    T : Tumor.

    T1 :

    a. Tumor pada dinding anterior antrum.

    b. Tumor pada dinding nasoantral inferior.

    c. Tumor pada palatum bagian anteromedial.

    T2 :

    a. Invasi ke dinding lateral tanpa mengenai otot.

    b. Invasi ke dinding superior tanpa mengenai orbita.

    T3 :

    a. Invasi ke m. pterigoid.

    b. Invasi ke orbita

    c. Invasi ke selule etmoid anterior tanpa mengenai lamina kribrosa

    d. Invasi ke dinding anterior dan kulit diatasnya.

    T4 :

    a. Invasi ke lamina kribrosa.

    b. Invasi ke fosa pterigoid.

    c. Invasi ke rongga hidung atau sinus maksila kontralateral.

    d. Invasi ke lamina pterigoid.

    e. Invasi ke selule etmoid posterior.

    f. Ekstensi ke resesus etmo-sfenoid

    7

  • 7/22/2019 Isi Case Tumor Sinonasal

    8/30

    N : Kelenjar getah bening regional.

    N1 :

    Klinis teraba kelenjar, dapat digerakkan.

    N2 :

    Tidak dapat digerakkan.

    M : Metastasis.

    M1 :

    Stadium dini, tumor terbatas di sinus.

    M2 :

    Stadium lanjut, tumor meluas ke struktur yang berdekatan.

    7. MANIFESTASI KLINIS4

    Tergantung dari perluasan tumor, gejala dapat di katagorikan sebagai berikut:

    a. Gejala Nasal

    Gejala nasal berupa obstruksi hidung unilateral dan rinorea. Sekretnya sering bercampur darah

    atau terjadi epistaksis. Tumor yang besar dapat mendesak tulanghidung sehingga terjadi

    defornitas hidung. Khas pada tumor ganas ingusnya berbaukarena mengandung jaringan

    nekrotik.

    b. Gejala Orbital

    Perluasan tumor ke arah orbita menimbulkan gejala diplopia, proptosis, ataupeninjilan bola

    mata, oftalmoplegia, gangguan visus, dan epifora.

    8

  • 7/22/2019 Isi Case Tumor Sinonasal

    9/30

    c. Gejala Oral

    Perluasan tumor ke rongga mulut menyebabkan penonjolan atau ulkus di palatum ataudi

    prosessus alveolaris. Pasien mengeluh gigi palsunya tidak pas lagi atau gigi geligigoyah.

    Seringkali pasien datang ke dokter gigi karena nyeri di gigi, tetapi tidak sembuh meskipun

    gigi yang sakit tlah di cabut.

    d. Gejala Fasial

    Perluasan tumor ke depan akan menyebabkan penonjolan pipi. Di sertai nyeri,anastesia atau

    parastesia muka jika mengenai nervus trigeminus.

    e. Gejala Intrakranial

    Perluasan tumor ke intrakranial menyebabkan sakit kepala hebat, oftalmoplegia dangangguan

    visus. Dapat di sertai likourea, yaitu cairan otak yang keluar melaluihidung. Jika perluasan

    sampai ke fossa kranii media maka saraf-saraf kranial lainnyayang terkena. Jika tumor meluas

    ke belakang, terjadi trismus akibat terkenanyamuskulus pterigoideus di sertai anastesia dan

    parastesi daerah yang di persyarafinervus maksilaris dan mandibularis.

    8. PEMERIKSAAN FISIK1

    Saat memeriksa pasien, pertama-tama perhatikan wajah pasien apakah terdapat asimetriatau

    tidak. Jika ada proptosis perhatikan arah perdorongan bola mata. Jika mata terdorong ke atas

    berarti tumor berasal dari sinus maksila, jika ke bawah dan lateral berarti tumor berasal dari

    sinus frontal atau ethmoid.

    Selanjutnya periksa dengan seksama kavum nasi dan nasofaring melalui rinoskopi anterior

    dan posterior. Permukaan yang licin merupakan pertanda tumor jinak sedangkan permukaan

    yang berbenjol-benjol, rapuh dan mudah berdarah merupakan pertanda tumor ganas. Jika

    9

  • 7/22/2019 Isi Case Tumor Sinonasal

    10/30

    dinding lateral kavum nasi terdorong ke medial berarti tumor berada di sinus maksila. Untuk

    memeriksa rongga oral, di samping inspeksi lakukanlah palpasi dengan memakai sarung

    tangan, palpasi gusi rahang atas dan palatum, apakah ada n yeri tekan, penonjolan atau gigi

    goyah.

    Pemeriksaan nasoendoskopi dan sinuskopi dapat membantu menemukan tumor pada stadium

    dini. Adanya pembesaran kelenjar leher juga perlu dicari meskipun tumor ini jarang

    bermetastasis ke kelenjar leher.

    9. PEMERIKSAAN PENUNJANG

    a. Radiologic imaging

    Foto polos berfungsi sebagai diagnosis awal terutama jika ada erosi tulang dan perselubungan

    padat unilateral.4

    b. CT Scan

    Computed tomography (CT) scan lebih akurat daripada plain film untuk menilai struktur

    tulang sinus paranasal dan lebih murah daripada plain film. Pasien beresiko tinggi dengan

    riwayat terpapar karsinogen, nyeri persisten yang berat,neuropati kranial, eksoftalmus,

    kemosis, penyakit sinonasal dan dengan simtomp persisten setelah pengobatan medis yang

    adekuat seharusnya dilakukan pemeriksaandengan CT scan axial dan coronal dengan kontras

    atau magnetic resonance imaging(MRI). CT scanning merupakan pemeriksaan superior untuk

    menilai batas tulangtraktus sinonasal dan dasar tulang tengkorak. Penggunaan kontras

    dilakukan untuk menilai tumor, vaskularisasi dan hubungannya dengan arteri carotid.4,3

    c. MRI

    10

  • 7/22/2019 Isi Case Tumor Sinonasal

    11/30

    MRI dipergunakan untuk membedakan sekitar tumor dengan soft tissue,membedakan sekresi

    di dalam nasal yang tersumbat dari space occupying lesion,menunjukkan penyebaran

    perineural, membuktikan keunggulan imaging padasagital plane, dan tidak melibatkan

    paparan terhadap radiasi ionisasi. Coronal MRI image terdepan untuk mengevaluai foramen

    rotundum, vidian canal, foramen ovaledan optic canal. Sagital image berguna untuk

    menunjukkan replacement signal berintensitas rendah yang normal dari Meckel cave signal

    berintensitas tinggi darilemak di dalam pterygopalatine fossa oleh signal tumor yang mirip

    dengan otak.4,3

    10. DIAGNOSIS4

    Diagnosis pasti di tegakkan berdasarkan pemeriksaan histopatologi. Jika tumor tampak di

    rongga hidung atau rongga mulut, maka biopsi mudah dan harus di lakukan. Biopsi tumor

    sinus maksila, dapat di lakukan melalui tindakan sinoskopi atau melalui operasiCaldwell-Luc

    yang insisinya melalui sukus ginggivo-bukal. Jika di curigai tumor vaskuler, misalnya

    hemangioma atau angiofibroma, jangan lakukan biopsi karena akan sangat sulit menghentikan

    perdarahan yang terjadi. Diagnosis dapat di tegakkan dengan pemeriksaan angiografi.

    11. TERAPI1

    a. Bedah

    Mungkin diperlukan untuk menghilangkan bagian dari rongga hidung atau sinus paranasal

    pada setiap tahap penyakit ini. Juga, beberapa diseksi kelenjar getah beningmungkin

    diperlukan di leher, tergantung pada pementasan dan grading.Dapatdikombinasikan dengan

    radioterapi di setiap tahap, tergantung pada jenis kanker dan lokasinya.

    11

  • 7/22/2019 Isi Case Tumor Sinonasal

    12/30

    b. Kemoterapi

    Biasanya diperuntukkan untuk tahap III dan IV penyakit. Selain terapi lokal, upaya terbaik

    untuk mengendalikan sel-sel kanker beredar dalam tubuh adalahdengan menggunakan terapi

    sistemik (terapi yang mempengaruhi seluruh tubuh) dalam bentuk suntikan atau obat oral.

    Bentuk pengobatan, yang disebut kemoterapi, diberikandalam siklus (setiap obat atau

    kombinasi obat-obatan biasanya diberikan setiap tigasampai empat minggu). Kemoterapi juga

    dapat digunakan dalam kombinasi denganoperasi, radioterapi, atau keduanya.Pada garis depan

    penelitian kanker kepala dan leher, biologi molekuler dan terapi genmenyediakan wawasan

    baru ke dalam mekanisme dasar kanker usul dan pengobatan. Deteksi berbagai onkogen (gen

    yang dapat menyebabkan pembentukantumor) di kepala dan kanker leher juga maju dengan

    cepat.Percobaan terapi gen, masihdalam tahap awal pada 2001, juga memperkenalkan bahan

    genetik untuk membantusistem kekebalan tubuh mengenali sel kanker.

    c. Radioterapi

    Terapi radiasi juga disebut, radioterapi kadang-kadang digunakan sendiri pada tahap I dan

    penyakit II, atau dalam kombinasi dengan operasi dalam setiap tahap penyakit.Pada tahap

    awal kanker sinus paranasal, radioterapi dianggap sebagai terapilokal alternatif untuk operasi.

    Radioterapi melibatkan penggunaan energi tinggi, penetrasi sinar untuk menghancurkan sel-

    sel kanker di zona diobati. Terapi radiasi jugadigunakan untuk paliatif (kontrol gejala) pada

    pasien dengan kanker tingkatlanjut. Teleterapi (radiasi eksternal) diberikan melalui mesin

    remote dari tubuhsementara radiasi internal (brachytherapy) diberikan dengan menanamkan

    sumber radioaktif ke dalam jaringan kanker. Pasien mungkin atau mungkin tidak

    12

  • 7/22/2019 Isi Case Tumor Sinonasal

    13/30

    memerlukankedua jenis radiasi. Radioterapi biasanya memakan waktu hanya lima sampai

    sepuluh menit per hari, lima hari seminggu selama sekitar enam minggu, tergantung pada

    jenisradiasi yang digunakan.

    12. KOMPLIKASI3

    Komplikasi mengobati keganasan sinus berhubungan dengan pembedahan dan rekonstruksi.

    Komplikasi bedah termasuk perdarahan klinis signifikan, kebocoran LCS, infeksi,anosmia,

    dysgeusia, dan kerusakan saraf kranial lainnya.

    a. Perdarahan

    Perdarahan dapat terjadi jika kontrol dari kapal besar yang terlupakan. Masalah ini

    dapatterjadi jika arteri pada awalnya di vasospasme dan jika tidak ada perdarahan aktif di catat

    sampai setelah operasi. Arteri ethmoid dan sphenopalatina anterior dan posterior dapatdibakar,

    dipotong, atau diikat untuk mencegah atau mengendalikan perdarahan. Jikadiperlukan,

    radiologi intervensi dapat diminta untuk membantu dengan intra-arterimelingkar untuk

    mengontrol perdarahan.

    b. Kebocoran LCS

    Selama operasi, kebocoran LCS dapat terjadi dekat dasar tengkorak. Manajemen yangtepat

    dimulai dengan identifikasi.Gejala mungkin termasuk Rhinorrhea jelas, rasa asin dimulut,

    tanda halo, atau tanda reservoir. Setelah mencatat, identifikasi kebocoran dapatdibuat

    endoskopi atau dengan injeksi intratekal dari fluorecin. Tes, seperti tes untuk tauatau beta

    transferin, mungkin yang paling spesifik, tapi mungkin butuh beberapa hariuntuk hasil untuk

    diproses.Manajemen konservatif dengan istirahat dan menguras lumbal dapat digunakan untuk

    5 hari pertama di samping penempatan pada antibiotik. Jika resolusi tidak terjadi,intervensi

    13

  • 7/22/2019 Isi Case Tumor Sinonasal

    14/30

    bedah harus digunakan, termasuk menambal dengan allograft kulit, tulangturbinate, dan

    mukosa hidung. Flaps mukosa dapat dinaikkan dan digunakan untuk menutup kebocoran

    dengan tulang atau tulang rawan interpositioned. Untuk kebocoran besar, menguras tulang

    belakang mungkin diperlukan untuk memungkinkan cangkok danteknik penyegelan untuk

    memperkuat dan mengintegrasikan.

    c. Epifora

    Epiphora adalah komplikasi umum dari operasi yang disebabkan oleh obstruksi padasaluran

    keluar lacrimalis. Hal ini dapat terjadi karena kerusakan pada puncta lacrimalis,karung, atau

    saluran.Perawatan harus diambil untuk marsupialize duktus lakrimal jikaterkoyak atau rusak

    dalam operasi untuk mencegah obstruksi.Tindak lanjutdacryocystorhinostomy endoskopik

    atau terbuka mungkin diperlukan.

    d. Diplopia

    Diplopia adalah komplikasi yang dikenal dalam setiap operasi yang melibatkan kerucut

    orbital. Perbaikan yang tepat dari lantai orbital adalah kunci untuk mencegah komplikasiini,

    tetapi dalam beberapa kasus itu tidak dapat dihindari bahkan dengan telitirekonstruksi. Dalam

    kasus diplopia, lensa prisma biasanya metode yang paling sederhanauntuk koreksi, sebagai

    koreksi bedah dengan oftalmologi dapat rumit oleh jaringan parutdari operasi sebelumnya dan

    pengobatan radiasi. Konsultasi Oftalmologi adalah standar perawatan.

    13. PROGNOSIS

    Tingkat ketahanan hidup bagi pasien dengan rata-rata kanker sinus maksilaris sekitar 40%

    selama 5 tahun. Tahap awal tumor memiliki angka kesembuhan hingga 80%. Pasien dengan

    tumor dioperasi diobati dengan radiasi memiliki tingkat kelangsungan hidup kurang dari20%.

    14

  • 7/22/2019 Isi Case Tumor Sinonasal

    15/30

    Tingkat ketahanan hidup untuk tumor ethmoid telah sedikit meningkat karena kemajuan

    ditengkorak-basis operasi.3

    15

  • 7/22/2019 Isi Case Tumor Sinonasal

    16/30

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Paranasal Sinus Cancer Gale Encyclopedia of Cancer | 2002 | Slomski, Genevieve | 700+

    wor d diunduhdari : http://www.encyclopedia.com/doc/1G2-3405200357.html

    2. L . Adams, George, MD et all. BOEIS Buku Ajar Penyakit THT : edisi 6, Jakarta :Penerbit

    Buku Kedokteran

    3. Tumor Sinonasal , diunduh darihttp://emedicine.medscape.com/article/847189-

    overview#showall

    4. Arsyad efiaty dkk, 2007, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung TenggorokanKepala

    & Leher: edisi 6, Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

    5. Malignant Tumor of the Nasal Cavity, diunduh dari

    http://emedicine.medscape.com/article/846995-overview#showall

    16

  • 7/22/2019 Isi Case Tumor Sinonasal

    17/30

    ILUSTRASI KASUS

    IDENTITAS PASIEN

    Nama : Tn. BH

    Umur : 55 tahun

    MR : 778031

    Jenis Kelamin : Laki-laki

    Pekerjaan : Buruh Tani

    Suku Bangsa : Minang

    Alamat : Desa Rumah Padang, Kecamatan Salak

    ANAMNESIS

    Seorang pasien laki-laki berumur 55 tahun dirawat di Bangsal THT RSUP DR.M Djamil

    Padang pada tanggal 23 Agustus 2012 dengan :

    Keluhan Utama :

    Pasien datang dengan Post Ekstirpasi Ca kavum nasi stadium II ingin melakukan kemoterapi

    yang ke-2

    Riwayat Penyakit Sekarang :

    Pasien sebelumnya sudah dikenal menderita tumor dengan diagnosa Post Ekstirpasi

    Ca kavum nasi stadium II pro kemoterapi yang ke-2.Pasien sudah pernah dirawat

    sebelumnya pada tanggal 11 Juni 2012 dengan keluhan utama nyeri di hidung 3

    bulan sebelum masuk rumah sakit.

    17

  • 7/22/2019 Isi Case Tumor Sinonasal

    18/30

    Awalnya pasien merasa nyeri di hidung, nyeri menjalar hingga ke leher bagian

    belakang.Hidung terasa tersumbat dan terlihat makin membesar serta berubah

    bentuk. Keluar cairan bening, kadang bercampur darah dari hidung 3 bulan sebelum

    masuk rumah sakit yang pertama kali, dan berlanjut kesulitan bernafas serta

    penurunan penciuman. Tidak ada keluhan pada mata seperti melihat ganda, mata

    kabur, atau penonjolan bola mata. Tidak ada keluhan nyeri pada rongga mulut atau

    kesulitan membuka mulut. Tidak ada keluhan rasa nyeri atau kurang rasa pada

    wajah maupun terlihat adanya penonjolan pipi

    Pasien kemudian berobat ke RSUD Solok dan dirujuk ke RSUP Dr.M.Djamil

    Pasien sudah menjalani operasi pengangkatan tumor pada tanggal 19 Juni

    2012.Pasien sudah menjalani kemoterapi yang pertama pada tanggal 28 Juli 2012

    Keluhan pasien sekarang pasien masih merasa kesulitan bernafas akibat masa di

    hidung, keluar cairan terus menerus dari hidung disertai sedikit rasa nyeri.

    Pasien mengeluhkan gangguan pendengaran berupa rasa penuh di telinga jika

    pasien bersuara keras sejak 2 tahun sebelum masuk rumah sakit. Rasa nyeri di

    telinga tidak ada.

    Mual dan muntah tidak ada.

    Batuk atau rasa sesak nafas tidak ada

    Riwayat Penyakit Dahulu

    Pasien sebelumnya sudah dikenal menderita tumor dengan diagnosa Ca kavum nasi stadium II

    pro kemoterapi yang ke-2.Pasien sudah pernah dirawat sebelumnya pada tanggal 11 Juni 2012

    18

  • 7/22/2019 Isi Case Tumor Sinonasal

    19/30

    Riwayat Penyakit Keluarga :

    Tidak ada anggota keluarga yang menderita tumor pada hidung atau tumor pada anggota

    tubuh yang lain

    Riwayat Pekerjaan, Sosial, Ekonomi, dan Kebiasaan:

    Pasien merupakan seorang petani karet. Pasien memiliki kebiasaan merokok 2 bungkus/hari

    selama sekitar 40 tahun namun sudah berhenti 4 bulan yang lalu. Pasien tidak memiliki

    kebiasaan meminum alkohol, jarang mengkonsumsi ikan asin.

    PEMERIKSAAN FISIK

    Status Generalis

    Keadaan Umum : Baik

    Kesadaran : CMC

    Tekanan darah : 120/80 mmHg

    Frekuensi nadi : 84 x/menit

    Frekuensi nafas : 20 x/menit

    Suhu : 37 C

    Pemeriksaan sistemik

    Kepala : tidak ada kelainan

    Mata : Konjungtiva : Tidak Anemis

    Sklera : Tidak Ikterik

    Epifora (+)

    Toraks : dalam batas normal

    19

  • 7/22/2019 Isi Case Tumor Sinonasal

    20/30

    Jantung : dalam batas normal

    Abdomen : hepar dan lien tidak teraba

    Extremitas : tidak ada kelainan, edem (), refleks fisiologis (+/+), refleks patologis (-/-)

    STATUS LOKALIS THT

    Telinga

    Pemeriksaan Kelainan Sinistra Dekstra

    Daun Telinga

    Kel. Kongenital - -

    Trauma - -

    Radang - -

    Kel. Metabolik - -Nyeri tarik - -

    Nyeri tekan - -

    Dinding Liang

    Telinga

    Cukup lapang (N) Cukup lapang Cukup lapang

    Sempit - -

    Hiperemi - -

    Edema - -

    Massa - -

    Sekret / Serumen

    Bau - -

    Warna - -

    Jumlah - -

    Jenis - -Membran Timpani

    Utuh

    Warna Putih Putih

    Refleks cahaya - -

    Bulging - -

    Retraksi - -

    Atrofi - -

    Perforasi

    Jumlah perforasi - -

    Jenis - -

    Kwadran - -

    Pinggir - -

    Gambar

    Mastoid Tanda radang - -

    Fistel - -

    20

  • 7/22/2019 Isi Case Tumor Sinonasal

    21/30

    Sikatrik - -

    Nyeri tekan - -

    Nyeri ketok - -

    Tes Garpu tala

    Rinne + +

    Schwabach Sama dengan

    pemeriksa

    Memanjang

    Weber Lateralisasi ke kiri

    Kesimpulan Tuli Konduktif pada telinga kiri

    Hidung

    Pemeriksaan Kelainan

    Hidung luar

    Deformitas +

    Kelainan congenital -

    Trauma -Radang -

    Massa + : benjolan dengan ukuran

    0,5x1 cm , konsistensi padat,

    permukaan tidak rata, batas

    tegas, terfiksir, nyeri tekan(+)

    Sinus Paranasal

    Pemeriksaan Dextra SinistraNyeri tekan - -

    Nyeri ketok - -

    Rinoskopi Anterior

    Vestibulum Vibrise + +

    Radang - -

    Kavum nasi Cukup lapang (N) - -

    Sempit + +

    Lapang - -

    Sekret Lokasi Dasar hidung Seluruh kavum nasi

    Jenis Hemoragik Serosa

    Jumlah sedikit banyak

    Bau - -

    Konka inferior Ukuran Eutrofi Eutrofi

    Warna Merah muda Merah muda

    21

  • 7/22/2019 Isi Case Tumor Sinonasal

    22/30

    Permukaan Licin Licin

    Edema - -

    Konka media Ukuran Eutrofi Eutrofi

    Warna Merah muda Merah muda

    Permukaan Licin Licin

    Edema - -Septum Cukup lurus/deviasi Perforasi 1/3 anterior

    Permukaan - -

    Warna - -

    Spina - -

    Krista - -

    Abses - -

    Perforasi - -

    Massa Lokasi - -

    Bentuk - -

    Ukuran - -

    Permukaan - -Warna - -

    Konsistensi - -

    Mudah digoyang - -

    Pengaruh

    vasokonstriktor

    - -

    Gambar

    Rinoskopi Posterior

    Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra

    Koana

    Cukup lapang (N) Sulit dinilai Sulit dinilai

    Sempit - -

    Lapang - -

    Mukosa

    Warna Merah muda Merah muda

    Edema - -Jaringan granulasi - -

    Konkha superior

    Ukuran Sulit dinilai Sulit dinilai

    Warna - -

    Permukaan - -

    Edema - -

    Adenoid Ada/tidak

    Muara tuba Tertutup secret - -

    22

  • 7/22/2019 Isi Case Tumor Sinonasal

    23/30

    eustachius Edema mukosa - -

    Massa

    Lokasi - -

    Ukuran - -

    Bentuk - -

    Permukaan - -

    Post Nasal DripAda/tidak - -

    Jenis - -

    Gambar

    Orofaring dan Mulut

    Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra

    Palatum mole +

    Arkus faring

    Simetris/tidak Simetris Simetris

    Warna Merah muda Merah muda

    Edema - -

    Bercak/eksudat - -

    Dinding Faring Warna Merah muda Merah muda

    Permukaan Licin LicinTonsil Ukuran T1 T1

    Warna Merah muda Merah muda

    Permukaan Rata Rata

    Muara kripti Tidak Melebar

    Detritus Tidak Ada Tidak ada

    Eksudat - -

    Perlengketan dg

    pilar

    - -

    Peritonsil Warna Merah muda

    Edema - -Abses - -

    Tumor Lokasi - -

    Bentuk - -

    Ukuran - -

    Permukaan - -

    Konsistensi - -

    Gigi Karies/radiks Ada Ada

    23

  • 7/22/2019 Isi Case Tumor Sinonasal

    24/30

    Kesan Higiene kurang Higiene kurang

    Lidah

    Warna Merah muda Merah muda

    Bentuk Normal Normal

    Deviasi - -

    Massa - -

    Gambar

    Laringoskopi Indirek

    Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra

    Epiglottis

    Bentuk NormalWarna Merah muda

    Edema -

    Pinggir rata/tidak Rata

    Massa -

    Aritenoid

    Warna merah muda Merah muda

    Edema - -

    Massa - -

    Gerakan Sukar dinilai Sukar dinilai

    Ventrikular Band

    Warna merah muda merah muda

    Edema - -

    Massa - -

    Plika Vokalis

    Warna Tidak bisa dinilai Tidak bisa dinilai

    Gerakan - -

    Pinggir medial - -

    Massa - -

    Subglotis/tracheaMassa Tidak bisa dinilai Tidak bisa dinilai

    Sekret ada/tidak - -

    Sinus piriformisMassa - -

    Sekret - -

    ValekuleMassa - -

    Sekret (jenisnya) - -

    Gambar

    24

  • 7/22/2019 Isi Case Tumor Sinonasal

    25/30

    Pemeriksaan Kelenjar Getah Bening Leher

    Pada inspeksi tidak terlihat pembesaran kelenjar getah bening leher.

    Pada palpasi tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening leher.

    Pemeriksaan penunjang

    1. Pemeriksaan laboratorium ( 15 Agustus 2012)

    Darah : Hb : 12,1 gr/dl

    Leukosit : 5600/mm3 Na : 138 mg/dl

    Trombosit : 476.000/mm3 K : 4,4 mg/dl

    Hematokrit : 37 % Cl : 101 mg/dl

    Gula Darah Sewaktu : 114 mg/dL

    Protein : 6,6 g/dL SGOT: 15 u/L

    Albumin : 3,7 g/dL SGPT : 12 u/L

    Globulin : 2,9 g/dL Ureum : 26 mg/dL

    Alkali Fosfatase : 111 u/L Kreatinin : 1,2 mg/dL

    Kesan : Dalam batas normal

    2. Pemeriksaan Radiologis

    a. Rontgen Thoraks (11 - 6- 2012)

    Kesan : Cor dan Pulmo dalam batas normal, tidak ada pulmonary metastase

    b. CT-Scan SPN (11-6-2012)

    Kesan : soft tissue regio ala nasi sisi kanan dengan perluasan ke cavum nasi (anterior

    sisi kanan)

    3. Pemeriksaan patologi anatomi (27 Juni 2012)

    25

  • 7/22/2019 Isi Case Tumor Sinonasal

    26/30

    Kesan : Schneiderian papiloma dengan bagian squamous cell ca keratinized well

    differentiated

    4. Pemeriksaan Audiometri ( 26 Juli 2012)

    AC BC

    Kanan 45 43

    Kiri 68 45

    Kesan : Telinga Kanan : Tuli sensori neural derajat sedang

    Telinga Kiri : Tuli campuran derajat sedang berat

    Diagnosis Kerja : Post Ekstirpasi Karsinoma cavum nasi stadium II ( T2N0M0) pro

    kemo ke 2

    Diagnosis Tambahan : Tuli sensori neural AD derajat sedang dan tuli campuran AS derajat

    sedang berat

    Diagnosis Banding : -

    Pemeriksaan Anjuran : -

    Terapi : - Ambroxol 3x1

    - Ciprofloxasin 2x500 mg

    - Rhinofed 3x1

    - Kemoterapi dengan Cisplatin dan Paxlitaxel

    Prognosis :

    Quo ad Vitam : dubia et bonam

    Quo ad Sanam: dubia et malam

    26

  • 7/22/2019 Isi Case Tumor Sinonasal

    27/30

    RESUME

    (DASAR DIAGNOSIS)

    Anamnesis :

    Pasien akan melakukan kemoterapi ke-2

    Nyeri dan masa pada hidung. Hidung terasa tersumbat dan mengeluarkan ingus bening

    kadang bercampur darah

    Gangguan penciuman dan kesulitan bernafas(+)

    Telinga terasa penuh

    Pasien sudah dikenal menderita Ca kavum nasi dan sudah melakukan kemoterapi

    terakhir 3 minggu yang lalu

    Pasien memiliki kebiasaan merokok 2 bungkus/ hari sejak usia 15 tahun dan baru

    berhenti 4 bulan yang lalu

    Pemeriksaan Fisik :

    Kavum nasi kanan dan kiri tampak sempit dengan adanya sekret serosa di kavum nasi

    kiri dan hemoragik di kavum nasi kanan

    Tampak masa di hidung kanan

    Pemeriksaan Penunjang

    27

  • 7/22/2019 Isi Case Tumor Sinonasal

    28/30

    1.Pemeriksaan radiologis

    a. Rontgen Thoraks (11 - 6- 2012)

    Kesan : Cor dan Pulmo dalam batas normal, tidak ada pulmonary metastase

    b. CT-Scan SPN (11-6-2012)

    Kesan : soft tissue regio ala nasi sisi kanan dengan perluasan ke cavum nasi (anterior

    sisi kanan)

    2. Pemeriksaan patologi anatomi (27 Juni 2012)

    Kesan : Schneiderian papiloma dengan bagian squamous cell ca keratinized well

    differentiated

    Diagnosis Kerja : Post Ekstirpasi Karsinoma Kavum nasi stadium II (T2N0M0) kemo

    ke 2

    Diagnosis Tambahan : Tuli sensorineural AD derajat sedang dan Tuli campuran AS

    Diagnosis Banding : -

    Pemeriksaan Anjuran : -

    Terapi : - Ambroxol 3x1

    - Ciprofloxasin 2x500 mg

    - Rhinofed 3x1

    - Kemoterapi dengan Cisplatin dan Paxlitaxel

    Prognosis :

    Quo ad Vitam : dubia et bonam

    Quo ad Sanam: dubia et malam

    28

  • 7/22/2019 Isi Case Tumor Sinonasal

    29/30

    DISKUSI

    Telah dilaporkan kasus seorang pasien laki-laki umur 55 tahun dengan diagnosis Post

    Ekstirpasi Karsinoma kavum nasi stadium II jenis Schneiderian papiloma dengan bagian

    squamous cell ca keratinized well differentiated. Diagnosis ditegakan dari anamnesis,

    pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

    Pasien datang dengan keluhan prokemoterapi yang ke-2. Pasien telah di ekstirpasi.

    Pasien mengeluh hidung terasa nyeri, tersumbat, ingus yang mengalir terus menerus, dan

    kesulitan bernafas. Hal ini terjadi karena massa tumor yang membesar atau karena

    pertumbuhan tumor pada nasal. Tidak ada gejala orbita seperti diplopia, proptosis atau

    gangguan visus. Berdasarkan klasifikasi UICC dan AJCC pasien ini tergolong kedalam

    karsinoma kavum nasi stadium II, dimana dijumpai invasi ke dinding lateral tanpa mengenai

    otot atau invasi ke dinding superior tanpa mengenai orbita.Tidak ditemui pembesaran KGB

    dan pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan adalah pemeriksaan radiologis rontgen

    thoraks tidak ada pulmonary metastase, dan tes fungsi hati tidak menunjukkan kelainan

    (T2N0M0).

    Pemeriksaan fisik yang menunjang diagnosis adalah pada pemeriksaan luar hidung

    ditemukan benjolan dengan ukuran 0,5x1 cm , konsistensi padat, permukaan tidak rata, batas

    29

  • 7/22/2019 Isi Case Tumor Sinonasal

    30/30

    tegas, terfiksir, nyeri tekan(+). Rinoskopi anterior kavum nasi kanan dan kiri tampak sempit

    dengan adanya sekret serosa di kavum nasi kiri dan hemoragik di kavum nasi kanan.

    Pemeriksaan CT-Scan SPN menunjukkan kesan soft tissue regio ala nasi sisi kanan

    dengan perluasan ke cavum nasi (anterior sisi kanan).Pemeriksaan patologi anatomi memiliki

    kesan Schneiderian papiloma dengan bagian squamous cell ca keratinized well differentiated

    Faktor resiko yang dijumpai pada pasien ini adalah adanya riwayat merokok yang

    lama. Di dalam asap rokok sigaret terkandung suatu senyawa polisiklik aromatik hidrokarbon

    yang merupakan bahan bersifat prekarsinogen. Sedang di dalam tubuh manusia terdapat

    sistem ensim arilhidrokarbonhidroksilase yang mampu mengubah bahan prekarsinogen

    (polisiklik aromatik hidrokarbon) menjadi karsinogen. Makin tinggi kadar kandungan AHH di

    dalam tubuh seseorang, makin tinggi pula risiko untuk menderita karsinoma.

    Penatalaksanaan terhadap pasien ini adalah ekstirpasi yang sudah dilakukan dan

    dilanjutkan dengan pemberian kemoterapi sesuai dengan protap kemoterapi di bagian RSUP

    M.Djamil Padang.