BAB I
PENDAHULUAN
Angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi yaitu sebesar 420 per 100.000
kelahiran hidup, rasio tersebut sangat tinggi bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN
lainnya.
Langkah utama yang paling penting untuk menurunkan angka kematian ibu adalah
mengetahui penyebab utama kematian. Sampai sekarang perdarahan dalam obstetrik masih
memegang peran penting sebagai penyebab utama kematian maternal, sekalipun di negara
maju, terutama pada kelompok sosio-ekonomi lemah. Baik laporan penelitian dari Inggris
dan Amerika keduanya menyatakan bahwa perdarahan obstetrik merupakan penyebab utama
kematian maternal. Laporan dari Amerika menyebutkan bahwa 30% kematian maternal
disebabkan perdarahan di luar keguguran. Pada sebuah laporan oleh Chichaki dan kawan-
kawan disebutkan perdarahan obstetrik yang sampai menyebabkan kematian maternal terdiri
dari solusio plasenta (19%), koagulopati (14%), robekan jalan lahir termasuk ruptur uteri
(16%), plasenta previa (7%) dan plasenta akreta/inkreta dan parkreta (6%) dan atonia uteri
(15%).
Perdarahan ante partum dapat disebabkan oleh plasenta previa, solusio plasenta,
ruptura sinus marginalis, atau vasa previa. Yang paling banyak menurut data RSCM jakarta
tahun 1971-1975 adalah solusio plasenta dan plasenta previa. Diagnosa secara tepat sangat
membantu menyelamatkan nyawa ibu dan janin. Ultrasonografi merupakan motede pertama
sebagai pemeriksaan penunjang dalam penegakkan plasenta previa.
Perdarahan obstetrik yang tidak dengan cepat ditangani dengan transfusi darah atau
cairan infus dan fasilitas penanggulangan lainnya, prognosisnya akan fatal bagi penderrita.
1
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. K
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 35 tahun
Pendidikan : Tamat SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Alamat : Kp.Sumberjati, Pedes, Karawang
Suku : Sunda
Tanggal Masuk RS : 19/2/2014
IDENTITAS SUAMI
Nama : Tn. A
Umur : 38 tahun
Pendidikan : Tamat SMP
Pekerjaan : Buruh lepas
Agama : Islam
Alamat : Kp. Sumberjati, Pedes, Karawang
Suku : Sunda
II. ANAMNESIS
Autoanamnesis dilakukan secara autoanamnesis di kamar bersalin RSUD Karawang
pada tanggal 19/2/2014 pukul 20.00
A. Keluhan Utama
G4P3A0 datang dengan rujukan bidan, hamil 8 bulan dengan perdarahan anterpartum
dan tekanan darah tinggi
B. Keluhan Tambahan
-
2
C. Riwayat Penyakit Sekarang
G4P3A0 rujukan bidan datang ke kamar bersalin RSUD Karawang dengan
keluhan keluar darah dari jalan lahir sejak 12 jam SMRS dan tekanan darah tinggi.
Darah yang keluar jumlahnya cukup banyak kira – kira 3 pembalut,berwarna merah
segar, bergumpal. Perdarahan yang dialami pasien sekarang adalah perdarahan yang
ketiga kalinya. Pasien tidak merasa mulas – mulas yang teratur, tidak keluar air – air
dari jalan lahir, tidak mengalami keputihan, tidak merasakan nyeri kepala, tidak
merasakan pandangan yang buram sejak tekanan darahnya tinggi, tidak ada mual
ataupun muntah, tidak nyeri pada ulu hati. Pasien menyangkal riwayat trauma
sebelumnya. Pasien masih merasakan gerakan janin yang aktif. Pasien mengaku
hamil 8 bulan. Pertama kali mengalami perdarahan sekitar 1 bulan SMRS saat usia
kehamilan 7 bulan, darah berwarna merah segar dan jumlahnya sedikit, kemudian
berobat ke bidan lalu dirawat 3 hari kemudian dipulangkan dan diberi edukasi agar
bedrest. Kemudian 1 minggu SMRS pasien mengalami perdarahan kembali
jumlahnya sedikit seperti flek pada haid pembalut berwarna merah segar dan
bergumpal.
HPHT : pasien lupa
UK : -
TP : -
ANC : 2x ke posyandu, 1x ke bidan sejak hamil (tidak ingat waktunya)
TT : tidak pernah
USG : tidak pernah
D. Riwayat Haid
Menarche : 12 tahun
Siklus Haid : Teratur
Lama Haid : 4-7 hari
Banyaknya : 2 pembalut per hari
Nyeri haid : (+)
3
E. Riwayat Perkawinan
Status : Menikah, 1x
Usia saat menikah : 18 tahun
F. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas Yang Lalu
1. Perempuan, 13 tahun, berat badan lahir lupa, lahir normal di paraji
2. Laki - laki, 11 tahun, berat badan lahir lupa, lahir normal di paraji
3. Perempuan, 1,5 tahun, berat badan lahir lupa, lahir normal di paraji
4. Hamil ini
G. Riwayat Keluarga Berencana
Pasien menggunakan KB suntik 3 bulan sekali sebelum hamil ini
H. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit darah tinggi, kencing manis, asma, alergi obat
atau makanan. Pasien tidak pernah dioperasi sebelumnya. Riwayat kuretase
sebelumnya disangkal.
I. Riwayat Keluarga
Keluarga pasien tidak memiliki riwayat penyakit darah tinggi, kencing manis, asma,
alergi obat atau makanan
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. STATUS GENERALIS
Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda vital :
Tekanan Darah : 140/90 mmHg (setelah diberikan nifedipin 10mg
di bidan)
Nadi : 82x/menit
Suhu : 36,6°C
Pernapasan : 20 x/menit
Kepala : Normochepali, deformitas (-)
4
Mata : CA -/-, SI -/-
Leher : Kelenjar getah bening tidak teraba membesar,
Tiroid tidak teraba membesar
Thoraks
Cor : BJ 1 normal, BJ 2 normal, reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Suara nafas vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : membuncit sesuai kehamilan, nyeri tekan (-) di seluruh region
abdomen, BU (+) 2x/menit
Ekstremitas atas : Akral dingin -/-, edema -/-
Ekstremitas bawah : Akral dingin -/-, edema +/+
B. STATUS OBSTETRI
Abdomen
Inspeksi : Membuncit, striae (+)
Palpasi : TFU 28 cm , nyeri tekan (-)
Auskultasi : Bising usus (+) 2x/ menit
Genitalia
Inspeksi : v/u tak ada kelainan, perdarahan aktif (-)
Inspekulo : tidak dilakukan
PD : Tidak dilakukan
DJJ : 152 dpm
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium tanggal 19/02/2014
a. Hematologi
Hb : 10,5 g/dl
Leukosit : 14,410 /mm3
Trombosit : 309.000 /mm3
Hematokrit : 31,4 %
GDS : 87 mg/dl
5
b. Serologi
HBSAg : negatif
c. Kimia
Golongan Darah : A(+)
Ureum : 9,4 mg/dl
Creatinin : 0,44 mg/dl
SGOT : 13,1 U/L
SGPT : 7 U/L
d. Urinalisa
Protein : (+)1
USG tanggal 19/02/2014 :
Presentasi Kepala
BPD 87,0
HC 305,2
AC 297,2
FL 67,5
TBJ 2407 gram
U/S 34 minggu
Placenta menutupi orificium uteri internum
6
Gambaran CTG
V. RESUME
G4P3A0 rujukan bidan datang ke kamar bersalin RSUD Karawang dengan keluhan
keluar darah dari jalan lahir sejak 12 jam SMRS dan tekanan darah tinggi. Darah yang
keluar jumlahnya cukup banyak kira – kira 3 pembalut,berwarna merah segar, bergumpal.
Perdarahan yang dialami pasien sekarang adalah perdarahan yang ketiga kalinya. Pasien
menyangkal riwayat trauma sebelumnya. Pasien masih merasakan gerakan janin yang
aktif. Pasien mengaku hamil 8 bulan. Pertama kali mengalami perdarahan sekitar 1 bulan
SMRS saat usia kehamilan 7 bulan, darah berwarna merah segar dan jumlahnya sedikit,
kemudian berobat ke bidan lalu dirawat 3 hari kemudian dipulangkan dan diberi edukasi
agar bedrest. Kemudian 1 minggu SMRS pasien mengalami perdarahan kembali
jumlahnya sedikit seperti flek pada haid pembalut berwarna merah segar dan bergumpal.
.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan:
o Tekanan Darah : 140/90 mmHg (setelah diberikan nifeipin 10mg
di bidan Nadi:82x/menit ,Suhu : 36,6°C, Pernapasan : 20 x/menit
o Status generalis: oedem extremitas bawah
o Status Obstetri:
Abdomen
7
Inspeksi : Membuncit
TFU 28cm di atas simfisis
Palpasi :
- Leopold I : bokong
- Leopold II : punggung kiri
- Leopol III : kepala
- Leopold IV : belum masuk PAP
Auskultasi : Bising usus (+) 2x/ menit
DJJ : 152 dpm
Genitalia
Inspeksi : v/u tak ada kelainan, perdarahan aktif (-)
Inspekulo : portio licin, ostium terbuka, fluor (-), fluxus (+)
PD : tidak dilakukan
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan:
Pemeriksaan laboratorium:
Hb : 10,5 g/dl
Leukosit : 14,410 /mm3
Trombosit : 309.000 /mm3
Hematokrit : 31,4 %
GDS : 87 mg/dl
VI. DIAGNOSIS KERJA
G4P3A0 Hamil 34 minggu, JPKTH, dengan HAP e.c Plasenta previa totalis, Pre-
eklampsia berat
VII. PROGNOSIS
Ad vitam : Dubia ad bonam
Ad fungsionam : Dubia ad bonam
Ad sanationam : Dubia ad bonam
8
VIII. PENATALAKSANAAN
Observasi keadaan umum, tanda vital, his, dan denyut jantung janin
Observasi perdarahan
Medika mentosa :
Tatalaksana PEB
Maintanance : Adalat Oros 2 x 30 mg
Ceftriaxone 1 x 2gr
CTG
CTG reasuring
Pematangan paru dengan dexamethason 2x6 mg
Tokolisis dengan nifedipin 4x10 mg, profenid supp
CTG nonreasuring
SC cito
FOLLOW-UP
Tanggal S O A P
20/2/2014
07.00
perdarahan
dari jalan
lahir (-),
mulas (-)
gerakan
janin (+)
T.130/80, N.80x.menit,
S.36.5°C, P.18x/menit
St. Generalis:
KU: Tampak sakit sedang/
CM
Mata : CA -/- SI-/-
Thoraks : Cor dan pulmo
dbn
Abdomen: supel,membesar
sesuai usia kehamilan,
bising usus (+)
Extremitas:Akral hangat+/+,
oedem +/+
St. Obstetri:
G4P3A0
hamil 33-34
minggu janin
presentasi
kepala
tunggal
hidup
riwayat HAP
e.c. plasenta
previa totalis
, PER
Observasi
TTV
Dexamethason
2x 6 mg iv
Nifedipin 4 x
10 g po
NAC 3x600mg
VitC 2x400mg
Penanganan
obstetri :
terminasi
pasca
pematangan
paru
-
9
TFU : 28 cm, His :-, DJJ
140 dpm
V/U: Tenang, perdarahan
aktif (-)
VT : tidak dilakukan
21/2/14
07.00
pasien
merasa
mulas –
mulas +,
perdarahan
-, pusing (+)
T.170/100, N.88x.menit,
S.36.5°C, P.18x/men
St. Generalis:
KU/Kes: Tampak sakit
sedang/ CM
Mata : CA -/- SI-/-
Thoraks : Cor dan pulmo
dbn
Abdomen: supel,membesar
sesuai usia kehamilan,
bising usus (+)
Extremitas: Akral
hangat+/+, oedem -/-
St. Obstetri:
TFU : 28 cm, His :-,
DJJ 140 dpm
V/U: Tenang, perdarahan
aktif (-)
VT : tidak dilakukan
G4P3A0
hamil 33-34
minggu janin
presentasi
kepala
tunggal hidup
riwayat HAP
e.c. plasenta
previa totalis
dengan PER
Observasi
TTV
Ceftriaxone
1x2gr
Dexamethason
2x 6 mg iv
NAC 3x600mg
VitC 2x400mg
Nifedipin 4 x
10 g po
SC hari ini
-
-
-
Hasil USG (20/1/2014) :
Janin tunggal hidup letak kepala, usia kehamilan 35 minggu, plasenta previa
totalis
TBJ 2511 gram. Taksiran partus 27 Maret 2014
10
Laporan operasi 21/2/2014, jam 10.00 WIB
Pasien terlentang di meja operasi dalam anestesi spinal
A dan antisepsis pada daerah operasi dan sekitarnya
Dilakukan insisi mediana,abdomen dibuka lapis demi lapis, sbu di insisi semilunar
secara tajam, ditembus tumpul, dilebarkan tajam.
Dengan menembus plasenta lahir bayi perempuan 2560 gr 47 cm, A/S 6/8, air
ketuban jernih, jumlah cukup
Plasenta insersi di korpus belakang, meluas menutupi OUI
Dengan tarikan lahir plasenta lengkap
Cavum uteri bersih
Kedua ujung SBU dijahit hemostasis, dijahit 2 lapis, perdarahan dirawat
Dilakukan MOW
Dipastikan alat dan kasa lengkap
Abdomen ditutup lapis demi lapis
Instruksi post SCTPP :
11
- Observasi TTV, perdarahan/15 menit dalam 1 jam pertama, tiap 30
menit dalam 1 jam kedua
- Mobilisasi bertahap
- Hygiene vulva/perineum , luka operasi
- GV hari ke 3
- Motivasi ASI
- RL+oksitosin 20 iu/500 cc 20 tpm 1x24 jam
- DPL post op, tranfusi bila hb <7 gr/dl PRC 1 kantong
- Medikamentosa :
o MgSO4 40% 1gr/jam
o Nifedipin 4 x 10mg
o Profenid 3xI supp
o Ceftriaxon 1x2 gr iv
21/2/2014 Nyeri luka
operasi (+),
pusing(+),
BAK
melalui DC,
BAB(-),
ASI -/-,
mobilisasi
(-)
T.170/100,N.88x/menit,
S.36.8°C, P.20x/menit
St. Generalis:
KU/Kes: Tampak sakit
sedang/ CM
Mata : CA +/+, SI-/-
Thoraks : Cor dan pulmo
dbn
Abdomen: Luka operasi
tertutup verban, rembesan
darah(-) pus(-)
Extremitas:Akral hangat+/+
oedem -/-
St. Obstetri:
TFU : sulit dinilai karena
nyeri LO
V/U: Tenang, perdarahan
P4A0 partus
prematurus
secara
SCTPP ai
HAP ec
Plasenta
Previa
Marginalis +
MOW nifas
hari 1
Mobilisasi
bertahap, diet
TKTP
ceftriaxone
1x2gr iv
ketorolak 3x30
mg iv
Hemobion
1x1
MgSO4 40%
1gr/jam
Nifedipine
4x10 mg
o
12
aktif (-), lokia rubra (+)
Laboratorium
Hb : 11,6 g%,
Leukosit : 22,6
22/2/2014 Nyeri pada
luka operasi
(+)
berkurang,
BAK (+),
BAB (-),
ASI +/+,
mobilisasi
(+)
T.150/100,N.96x/menit,
S.36.8°C, P.18x/menit
St. Generalis:
KU/Kes: Tampak sakit
sedang/ CM
Mata : CA +/+, SI-/-
Thoraks : Cor dan pulmo
dbn
Abdomen: Luka operasi
tertutup verban, rembesan
darah(-) pus(-)
Extremitas: Akral
hangat+/+, oedem -/-
St. Obstetri:
TFU : sulit dinilai karena
nyeri LO
V/U: Tenang, perdarahan
aktif (-), lokia rubra (+)
P4A0 partus
prematurus
secara
SCTPP ai
HAP ec
Plasenta
Previa Totalis
+ MOW
nifas hari 2
Mobilisasi
bertahap, diet
TKTP
-ceftriaxone
1x2gr iv
-ketorolak
3x30 mg iv
-Hemabion
1x1
MgSO4 40%
1gr/jam
Nifedipine
4x10 mg
23/2/2014 Nyeri pada
luka operasi
(+)
berkurang ,
BAK (+),
BAB (-),
ASI +/+,
mobilisasi
(+)
T.120/80,N.88x/menit,
S.36.8°C, P.18x/menit
St. Generalis:
KU/Kes: Tampak sakit
sedang/CM
Mata : CA +/+, SI-/-
Thoraks : Cor dan pulmo
dbn
Abdomen: Luka operasi
P4A0 partus
prematurus
secara
SCTPP ai
HAP ec
Plasenta
Previa Totalis
+ MOW
Mobilisasi
bertahap, diet
TKTP, cek Hb
dan leukosit
ulang
- cefadroxil 2 x
500 mg
-asam
mefenamat
13
kering, hiperemis(-),
rembesan darah(-) pus(-)
Extremitas: Akral
hangat+/+, oedem -/-
St. Obstetri:
TFU : sulit dinilai karena
nyeri LO
V/U: Tenang, perdarahan
aktif (-), lokia rubra (+)
Laboratorium
Hb : 9,9 g%,
Leukosit : 21630
nifas hari 3 3x500 m
-Hemabion
1x1
BAB III
ANALISA KASUS
14
Teori Kasus
1) Anamnesis
Pada teori dikatakan, perdarahan
biasanya terjadi pada akhir
trimester kedua menuju trimester
ketiga.
Keluhan subjektif perdarahan
berulang tanpa nyeri. Perdarahan
pertama biasanya berlangsung tidak
banyak dan berhenti sendiri.
Perdarahan kembali terjadi tanpa
sebab yang jelas setelah beberapa
waktu kemudian. Pada setiap
pengulangan, perdarahan lebih
banyak.
- OS G4P3A0 rujukan puskesmas datang ke
VK RSUD Karawang dengan keluhan
keluar darah dari jalan lahir sejak 12 jam
SMRS, bewarna merah segar .
- Perdarahan yang dialami pasien merupakan
perdarahan yang ketiga kalinya dalam
kehamilan ini.
- Pasien mengaku selama adanya perdarahan
dari jalan lahir, pasien tidak merasa nyeri
perut.
2) Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan in speculo,
terlihat darah yang keluar dari
ostium uteri internum.
Pemeriksaan dalam pada plasenta
previa hanya dibenarkan bila
dilakukan di kamar operasi yang
telah siap untuk melakukan operasi
segera.
Pada pemeriksaan Fisik, didapatkan :
Tanda vital : dalam batas normal
Genitalia
Inspeksi : v/u tak ada kelainan,
perdarahan aktif (+)
Inspekulo : portio licin, ostium terbuka,
fluor (-), fluxus (+)
PD : tidak dilakukan
3) Pemeriksaan penunjang
Transabdominal USG akan
memberikan kepastian diagnosis
Pada pemeriksaan darah didapatkan:
Hb : 10,5 g/dl
Leukosit : 14.440 /mm3
15
plasenta previa dengan ketepatan
tinggi sampai 95-98%
Pada USG didapatkan kesan plasenta previa
totalis
4) Penatalaksanaan
Penanganan pada pasien plasenta
previa dapat dilakukan dengan 2
cara, yaitu:
- Terminasi
Cara vaginal
Dengan seksio
sesarea
- Ekspektatif
Pada pasien ini, dilakukan terapi konservatif
yaitu rawat inap, dan pemberian
kortikosteroid 2x6 gram iv untuk pematangan
paru janin.
Selain itu, diberikan antibiotik profilaksis
Lalu kehamilan pasien diterminasi dengan
seksio sesarea
BAB IV
PERDARAHAN ANTEPARTUM
16
Perdarahan pada bagian akhir kehamilan merupakan ancaman serius kepada kesehatan
dan jiwa baik ibu dan bayi. Plasenta previa dan solusio plasenta merupakan penyebab
tersering dari perdarahan antepartum.(1)
I. Definisi
Perdarahan antepartum adalah perdarahan pada trimester terakhir dari kehamilan.
Menurut Royal College of Obstetrician and Gynecologist, definisi perdarahan antepartum
adalah perdarahan yang berasal dari traktus genitalis yang terjadi mulai usia kehamilan 24
minggu sampai sebelum kelahiran bayi. (1,2)
II. Etiologi
a. Kelainan plasenta: plasenta previa, solusio plasenta, ruptur sinus marginalis
b. Penyebab perdarahan lokal: polip servikal, ca servix, vaginitis, vasa previa
c. Ruptur uteri
IV.1 PLASENTA PREVIA
IV.1.1 Definisi
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi rendah sehingga menutupi
sebagian/ seluruh ostium uteri internum. Implantasi plasenta yang normal ialah pada dinding
depan, dinding belakang rahim atau di daerah fundus uteri.
Sejalan dengan bertambah membesarnya rahim dan meluasnya segmen bawah rahim
demikian rupa sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium uteri internum.(1)
Sejalan dengan bertambah membesarnya rahim dan meluasnya segmen bawah rahim
ke arah proksimal memungkinkan plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim
ikut berpindah mengikuti perluasan segmen bawah rahim seolah plasenta tersebut bermigrasi.
Ostium uteri secara dinamik mendatar dan meluas dalam persalinan kala satu bisa mengubah
luas permukaan serviks yang tertutup oleh plasenta. (3)
17
IV.1.2 Klasifikasi
Berdasarkan letaknya, klasifikasi plasenta previa sebagai berikut: (3)
1. Plasenta previa totalis atau komplit : plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri
intemum
2. Plasenta previa lateralis/parsialis : plasenta plasenta yang menutupi sebagian ostium
uteri intemum
3. Plasenta previa marginalis : plasenta yang tepinya berada pada pinggir ostium uteri
internum
4. Plasenta letak rendah : plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim
demikian rupa sehingga tepi bawahnya berada pada jarak lebih kurang 2 cm dari
ostium internum. Jaarak yang lebih dari 2 cm dianggap plasenta letak normal.
18
Penetuan macamnya plasenta previa bergantung pada besarnya pembukaan, misalnya
plasenta previa marginalis pada pembukaan 2 cm dapat menjadi plasenta previa lateralis pada
pembukaan 5 cm. Begitu pula plasenta previa totalis pada pembukaan 3 cm, dapat menjadi
lateralis pada pembukaan 6 cm.
IV.1.3 Insiden (1,3)
Plasenta previa lebih banyak pada kehamilan dengan paritas tinggi dan pada usia di atas 30
tahun. Juga lebih sering terjadi pada kehamilan ganda daripada kehamilan tunggal. Kejadian
plasenta previa bervariasi antara 0,3-0,5% dari seluruh kelahiran. Dengan meluasnya
penggunaan ultrasonografi dalam obstetrik yang memungkinkan deteksi lebih dini, insiden
plasenta previa bisa lebih tinggi.
IV.1.4 Etiologi
Plasenta previa meningkat kejadiannya pada keadaan-keadaan yang endometriumnya kurang
baik, misalnya karena atrofi endometrium atau kurang baiknya vaskularisasi desidua.
Keadaan ini bisa ditemukan pada:
- Multipara, terutama jika jarak antara kehamilannya pendek
- Mioma uteri
- Kuretase yang berulang
- Umur lanjut
- Bekas sectio sesarea
- Perubahan inflamasi atau atrofi, misalnya pada wanita perokok atau pemakai kokain.
Hipoksemia yang terjadi akibat karbon monoksida akan dikompensasi dengan
hipertrofi plasenta. Hal ini terjadi terutama pada perokok berat.
Keadaan endometrium yang kurang baik menyebabkan plasenta harus tumbuh menjadi luas
untuk mencukupi kebutuhan janin. Plasenta yang tumbuh meluas akan mendekati atau
menutupi ostium uteri internum. (1)
IV.1.5 Patofisiologi
Pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya pada trimester ketiga dan mungkin juga lebih
awal, oleh karena telah mulai terbentuknya segmen bawah rahim, tapak plasenta akan
mengalami pelepasan. Sebagaimana diketahui tapak plasenta terbentuk dari jaringan maternal
yaitu bagian desidua basalis yang bertumbuh menjadi bagian dari plasenta. Dengan
19
melebarnya isthmus uteri menjadi segmen bawah rahim, maka plasenta yang berimplantasi di
situ sedikit banyak akan mengalami laserasi akibat pelepasan pada desidua sebagai tapak
plasenta. Demikian pula pada waktu serviks mendatar dan membuka ada bagian tapak
plasenta yang terlepas. Pada tempat laserasi itu akan terjadi perdarahan yang berasal dari
sirkulasi maternal yaitu ruangan intervilus dari plasenta. Oleh karena fenomena pembentukan
segmen bawah rahim itu perdarahan pada plasenta previa betapapun pasti akan terjadi.
Perdarahan pada tempat tersebut relatif dipermudah dan diperbanyak oleh karena segmen
bawah rahim dan serviks tidak mampu berkontraksi dengan kuat karena elemen otot yang
dimilikanya sangat minimal, dengan akibat pembuluh darah pada tempat itu tidak akan
tertutup dengan sempurna. Perdarahan akan berhenti akibat terjadinya pembekuan kecuali
jika ada laserasi yang mengenai sinus yang besar dari plasenta pada mana perdarahan akan
berlangsung lebih lama dan lebih banyak.
Oleh karena pembentukan segmen bawah rahim itu akan berlangsung progresif dan bertahap,
maka laserasi baru akan mengulang kejadian perdarahan. Demikianlah perdarahan akan
berulang tanpa sesuatu sebab lain. Darah yang keluar berwarna merah segar tanpa rasa nyeri.
Pada plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri internum perdarahan terjadi lebih awal
dalam kehamilan oleh karena segmen bawah rahim terbentuk lebih dahulu pada bagian
terbawah yaitu pada ostium uteri internum. Sebaliknya, pada plasenta previa pasrsialis atau
letak rendah, perdarahan beru terjadi pada waktu mendekati atau mulai persalinan.
Perdarahan pertama biasanya sedikit tetapi cenderung lebih banyak pada perdarahan
berikutnya. Untuk berjaga-jaga mencegah syok hal tersebut perlu dipertimbangkan.
Perdarahan pertama sudah bisa terjadi pada kehamilan dibawah 30 minggu tetapi lebih dari
separuh kejadiannya pada umur 34 minggu ke atas. Berhubung tempat perdarahan terletak
dekat dengan ostium uteri internum, maka perdarahan lebih mudah mengalir ke luar rahim
dan tidak membentuk hematoma retroplasenta yang mampu merusak jaringan lebih luas dan
melepaskan tromboplastin ke dalam sirkulasi maternal. Dengan demikian, sangat jarang
terjadi koagulasi pada plasenta previa.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah dinding segmen bawah rahim yang tipis dan
mudah diinvasi oleh pertumbuhan vili dari trofoblas, akibatnya plasenta melekat lebih kuat
pada dinding uterus. Lebih sering terjadi plasenta akreta dan plasenta inkreta, bahkan
plasenta perkreta yang pertumbuhan vilinya bisa sampai menembus buli-buli dan ke rektum
bersama dengan plasenta previa. Plasenta akreta dan inkreta lebih sering terjadi pada uterus
yang sebelumnya pernah seksio sesarea. Segmen bawah rahim dan serviks yang rapuh mudah
20
robek oleh sebab kurangnya elemen ototyang terdapat disana. Kedua kondisi ini berpotensi
meningkatkan kejadian perdarahan pasca persalinan pada plasenta previa, misalnya dalam
kala tiga karena plasenta sukar melepas dengan sempurna atau setelah plasenta lepas karena
segmen bawah rahim tidak mampu berkontraksi dengan baik. (3)
IV.1.6 Gambaran klinis (1,4)
1. Perdarahan tanpa nyeri
Pasien mungkin berdarah sewaktu tidur dan sama sekali tidak bangun, pada saat
bangun ia merasa kainnya basah. Biasanya perdarahan karena plasenta previa baru
timbul setelah bulan ke tujuh kehamilan
2. Bagian terendah anak sangat tinggi karena plasenta terletak pada kutub bawah rahim
sehingga bagian terendah tidak dapat mendekati pintu bawah panggul
3. Pada plasenta previa, ukuran panjang rahim berkurang maka pada plasenta previa
lebih sering disertai kelainan letak jika perdarahan dosebabkan oleh plasenta previa
lateral dan marginal serta robekannya marginal, sedangkan plasenta letak rendah,
robekannya beberapa sentimeter dari tepi plasenta.
4. Perdarahan dapat terjadi bersamaan dengan kontraksi ataupun tidak.
IV.1.7 Diagnosis
Anamnesis perdarahan tanpa keluhan, perdarahan berulang dalam kehamilan lanjut biasanya
menderita plasenta previa atau solusio plasenta.
Karena perdarahan wanita hamil kadang-kadang dapat disebabkan oleh kelainan seviks
(polip, erosi), di rumah sakit dilakukan pemeriksaan in speculo terlebih dahulu untuk
menyingkirkan kemungkinan ini. Pada plasenta previa akan terlihat darah yang keluar dari
ostium uteri internum.
Klinis kelainan letak dari perabaan fornises teraba bantalan lunak pada presentasi kepala.
Pemeriksaan dalam pada plasenta previa hanya dibenarkan bila dilakukan di kamar operasi
yang telah siap untuk melakukan operasi segera.
Diagnosis plasenta previa ditegakkan dengan pemeriksaan ultrasonografi (USG). Dengan
USG transabdominal, ketepatan diagnosisnya mencapai 95-98%. Dengan USG transvaginal
ketepatannya akan lebih tinggi lagi.
21
Dengan bantuan USG, diagnosis plasenta previa letak rendah sering kali sudah dapat
ditegakkan sebelum trimester ketiga. Namun dalam perjalanannya dapat terjadi migrasi
plasenta. Sebenarnya bukan plasenta yang berpindah tetapi dengan semakin berkembangnya
segmen bawah rahim, plasenta akan ikut naik menjauhi ostium uteri internum.
IV.1.8 Diagnosis Banding
Plasenta Previa Solutio Plasenta
Perdarahan Tanpa nyeri
Berulang sebelum partus
Keluar banyak
Dengan nyeri
Segera disusul partus
Keluar hanya sedikit
palpasi Bagian terendah masih tinggi Bagian anak sukar ditentukan
Bunyi DJJ Biasanya jelas Biasanya tidak ada
Pemeriksaan dalam Teraba jaringan plasenta Tidak teraba plasenta
Ketuban menonjol
Cekungan plasenta Tidak ada Ada impresi pada jaringan
plsenta karena hematom
Selaput ketuban Robek marginal Robek normal
IV.1.9 Komplikasi
Komplikasi dari plasenta previa termasuk perdarahan dari segmen bawah rahim dimana
plasenta berimplantasi. Dapat terjadi perdarahan antepartum maupun perdarahan postpartum.
Plasenta juga secara abnormal menembus dinding uterus yaitu plasenta akreta bila jaringan
plasenta menembus hingga miometrum dan juga plasenta perkreta seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya. Kelainan letak pada anak sering terjadi pada plasenta previa.
Kelahiran prematur dan gawat janin sering tidak terhindarkan sebagian oleh karena tindakan
terminasinasi kehamilan yang terpaksa dilakukan dalam kehamilan sebelum aterm. Resiko
untuk dilakukan histerektomi juga meningkat seiring dengan meningkatnya seksio sesarea
pada pasien plasenta previa. (5,6)
IV.1.10 Penanganan (1)
Penaganan plasenta previa dibagi dalam 2 golongan, yaitu:
22
1. Terminasi : kehamilan segera diakhiri sebelum terjadi perdarahan yang membawa
maut, misalnya kehamilan cukup bulan, perdarahan banyak, parturien, anak mati.
a. cara vaginal yang bermaksud untuk mengadakan tekanan pada plasenta, yang
dengan demikian menutup pembuluh-pembuluh darah yang terbuka
(tamponade pada plasenta)
b. dengan seksio sesarea dimaksudkan untuk mengosongkan rahim hingga
rahim fapat berkontraksi dan menghentikan perdarahan. Seksio sesarea juga
mencegah terjadinya robekan serviks yang agak sering terjadi pada persalinan
pervaginam.
2. Ekspektatif dilakukan apabila janin masih kecil sehingga kemungkinan hidup di dunia
luar baginya kecil sekali.
Sikap ekspektatif tertentu hanya dapat dibenarkan juka keadaan ibu baik dan
perdarahan sudah berhenti atau sedikit sekali.
Dahulu ada anggapan bahwa kehamilan dengan plasenta previa harus segera diakhiri
untuk menghindarkan perdarahan yang fatal. Namun, sekarang ternyata terapi
menuggu dapat dibenarkan dengan alasan sebagai berikut:
a. Perdarahan pertama pada plasenta previa jarang fatal
b. Untuk menurunkan kematian bayi karena prematuritas
Syarat: keadaan ibu dan anak masih baik (Hb normal) dan perdarahan tidak banyak.
Pada terapi ekspektatif, pasien dirawat di rumah sakit sampai berat anak +/- 2500g
atau kehamilan usia 37 minggu. Jika kehamilan sudah mencapai 37 minggu,
kehamilan diakhiri menurut salah satu cara yang telah diuraikan. Penderita plasenta
previa juga harus diberikan antibiotik mengingat kemungkinan terjadinya infeksi
yang besar yang disebabkan oleh perdarahan dan tindakan-tindakan intrauterin.
Jenis persalinan apa yang kita pilih untuk penangan plasenta previa dan kapan
melaksanakannya bergantung pada faktor-faktor sebagai berikut:
a. Perdarahan banyak atau sedikit
b. Keadaan ibu dan anak
c. Besarnya pembukaan
d. Tingkat plasenta previa
e. Paritas
Perdarahan yang banyak, pembukaan kecil, nulipara dan plasenta previa totalis
mendorong kita melakukan seksio sesarea. Sebaliknya, perdarahan yang sedang/
23
sedikit, pembukaan yang sudah besar, multiparitas dan tingkat plasenta previa yang
ringan dan anak yang mati cenderung untuk dilahirkan pervaginam. Yang dimaksud
dengan plasenta previa tingkat rendah apabila jarak plasenta dari ostium uteri
internum > 2cm. Perlu diperhatikan bahwa sebelum melakukan tindakan apapun pada
penderita plasenta previa, harus selalu tersedia darah yang cukup.
Cara-cara vaginal terdiri dari:
a. Pemecahan ketuban
Dapat dilakukan pada plasenta letak rendah, plasenta previa marginalis dan
plasenta previa lateralis yang menutup ostium kurang dari setengah bagian.
Pada plasenta lateralis yang plasentanya terdapat di sebelah belakang, lebih
baik dilakukan seksio sesarea karena dengan pemecahan ketuban, kepala
kurang menekan pada plasenta.
Pemecahan ketuban dapat menghentikan perdarahan, karena:
Setelah pemecahan ketuban, uterus mengadakan retraksi hingga kepala
anak menekan pada plasenta.
Plasenta tidak tertahan lagi oleh ketuban dan dapat mengikuti gerakan
dinding rahim sehingga tidak terjadi pergeseran antara lasenta dan
dinding rahim.
Jika his tidak ada atau kurang kuat setelah pemecahan ketuban, dapat
diberikan infus pitosin. Jika perdarahan tetap ada, dilakukan seksio sesarea.
b. Versi Braxton Hicks
Tujuan: untuk mengadakan tamponade plasenta dengan bokong dan untuk
menghentikan perdarahan dalam rangka menyelamatkan ibu.
Versi ini dapat dilakukan pada anak yang sudah mati atau masih hidup.
Mengingat bahaya dari perasat ini yaitu robekan pada serviks dan pada
segmen bawah rahim, perasat ini sudah jarang dilakukan di rumah sakit besar.
Sebaliknya di daerah tang tidak mungkin dapat melakukan seksio sesarea,
versi Braxton Hicks dapat dilakukan. Syarat daari versi ini ialah pembukaan
yang harus dapat dilalui oleh 2 jari supaya dapat menurunkan kaki.
c. Cunam Willett-Gauss
Tujuannya adalah untuk mengadakan tamponade plasenta dengan kepala.
Kulit kepala anak dijepit dengan cunam Willett-Gauss dan diberati dengan
timbangan 500 gr. Sekarang perasat ini sudah tidak dilakukan lagi.
24
IV.1.11 Prognosis
Wanita dengan plasenta previa totalis memiliki prognosis yang lebih buruk. Biasanya bayi
akan lahir lebih cepat dari usia aterm. Tingkat mortalutas perinatal pada plasenta previa
sekitar 2-3%. Di UK, dilaporkan bahwa mortalitas maternal yang disebabkan perdarahan
adalah 0,39/100.000 persalinan. (4,7)
IV.2 SOLUTIO PLASENTA
IV.2.1. Definisi
Solutio plasenta dikenal juga dengan istilah abrutio plasenta atau accidental
hemorrhage. Solutio plasenta merupakan lepasnya sebagian atau seluruh plasenta yang
implantasinya normal pada lapisan desidua endometrium sebelum waktunya yaitu diatsa usia
kehamilan 22 minggu dan sebelum lahirnya anak. (1,3)
IV.2.2. Klasifikasi
Plasenta dapat terlepas hanya pada pinggirnya saja yang disebut juga rupture sinus
marginalis, dapat juga terlepas lebih luas atau disebut juga solution plasenta parsialis.
Plasenta juga dapat terlepas seluruhnya atau yang disebut juga solution plasenta totalis.
25
Gambar 1.
Solutio plasenta
Perdarahan yang terjadi dapat merembes antara plasenta dan myometrium untuk
seterusnya menyelinap dibawah selaput ketuban dan akhirnya keluar ke kanalis servikalis dan
keluar melalui vagina (revealed hemorrhage). Akan tetapi, ada kalanya, perdarahan tersebut
tidak keluar melalui vagina, tetapi berkumpul di belakang plasenta dan membentuk hematom
retroplasenta. Perdarahan ini disebut juga perdarahan tersembunyi (concealed hemorrhage).
Concealed hemorrhage terjadi jika: (1,3,8)
Bagian plasenta sekitar perdarahan masih melekat pada dinding rahim.
Selaput ketuban masih melekat pada dinding rahim.
Perdarahan masuk ke dalam kantong ketuban setelah selaput ketuban pecah.
Bagian terbawah janin, umumnya kepala, menempel ketat pada segmen bawah rahim.
Tabel 1. Perbedaan solutio plasenta dengan revealed hemorrhage dan concealed
hemorrhage
Secara klinis, solutio plasenta dibagi kedalam berat ringannya gambaran klinis sesuai
dengan luasnya permukaan plasenta yang terlepas, yaitu :
26
PERDARAHAN KELUAR
(Revealed hemorrhage)
PERDARAHAN TERSEMBUNYI
(Concealed hemorrhage)
Biasanya inkomplet
Jarang disertai toksemia
Merupakan 80% dari solutio
plasenta
Pelepasan biasanya komplit
Sering disertai toksemia
Hanya merupakan 20% dari
solutio plasenta
a. Solutio plasenta ringan
Biasanya baru diketahui setelah plasenta lahir dengan adanya hematoma yang tidak
luas pada permukaan maternal atau ada rupture sinus marginalis.
Luas plasenta yang terlepas tidak sampai 25% atau kurang dari 1/6 bagian. Jumlah
darah yang keluar <250 ml.
Gejala-gejala perdarahan sukar dibedakan dengan plasenta previa kecuali warna darah
yang kehitaman. Darah yang keluar terlihat seperti pada haid bervariasi dari sedikit
sampai seperti menstruasi yang banyak. (3)
b. Solutio plasenta sedang
Luas plasenta yang terlepas telah melebihi 25%, tetapi belum mencapai separuhnya
(50%). Jumlah darah yang keluar >250 ml tetapi belum mencapai 1000 ml.
Umumnya keluar darah terjadi keluar dan kedalam bersama-sama. Gejela sudah jelas
seperti nyeri pada perut yang terus menerus, DJJ yang menjadi cepat, hipotensi,dan
takikardi. (3)
c. Solutio plasenta berat
Luas plasenta yang terlepas lebih dari 50% dan jumlah darah yang keluar telah
melebihi 1000 ml.
Keluarnya darah terjadi keluar dan kedalam bersama-sama. Gejala klinis jelas,
keadaan umum ibu buruk disertai syok, dan hamper semua janinnya telah meninggal.
Biasanya komplikasi koagulopati telah ada.
IV.2.3 Insidensi
Dalam kepustakaan dilaporkan insidensi solutio plasenta I dalam 200
kelahiran. Angka kematian janin juga menurun dari 1 dalam 830 persalinan ke 1 dalam
1600 persalinan.
Angka kejadian cenderung menurun pada akhir akhir ini akibat semakin baiknya
perawatan antenatal sejalan dengan semakin menurunnya jumlah ibu hamil usia dan
27
paritas tinggi. Namun, insidensi solutio plasenta dinyatakan masih tinggi di tanah air
daripada Negara maju. (3)
IV.2.4 Etiologi
Penyebab primer dari solutio plasenta belum diketahui, namum terdapat beberapa
keadanaan patologik yang sering ditemukan bersama kejadian solutio placenta.(8)
Tabel 2. Faktor Resiko Solutio Plasenta
Pada tabel diatas, didapatkan insidens dari solutio plasenta akan meningkat pada usia
ibu dan paritas yang tinggi. Perbedaan suku kelihatan berpengaruh pada risiko. Menurut
28
penelitian, inisden solutio plasenta lebih sering terjadi pada ras Africa-Amerika dan
Kaukasian dibandingkan ras Asia ataupun Latin-Amerika.(8)
Kondisi sistemik yang paling sering menyertai solusio plasenta adalah hipertensi,
baik hipertensi dalam kehamilan, preeklampsi, ataupun hipertensi kronis. Selain itu
kelainan pembekuan darah seperti trombofiila juga merupakan faktor resiko.(3,8)
Angka kejadian solutio plasenta akan meningkat pada ibu yang mengalami ketuban
pecah dini. Risiko akan meningkat terutama bila terdapat infeksi. Riwayat solutio
plasenta pada kehamilan sebelumnya juga merupakan faktor risiko.(8)
Pada metaanalisis 1,6 juta kehamilan, ditemukan risiko terjadinya solutio plasenta
meningkat dua kali lebih sering pada ibu yang merokok, dan juga yang memakai kokain.(8)
Pada beberapa kasus trauma eksternal, seperti kekerasan dalam rumah tangga atau
kecelakaan saat berkendaraan dapat menyebabkan pelepasan dari plasenta. Mioma uteri,
terutama bila berlokasi dibelakang tempat implantasi plasenta dapat menjadi presdiposisi
dari plasenta abruption.(3,8)
IV.2.5 Patofisiologi (1,3,8)
Solusio plasenta merupakan hasil akhir dari suatu proses yang bermula dari suatu
keadaan yang mampu memisahkan vili-vili korialis plasenta dari tempat implantasinya
pada desidua basalis sehingga terjadi perdarahan.
Perdarahan yang terjadi berasal dari kematian sel (apoptosis) yang disebabkan oleh
iskemia dan hipoksia. Penyakit ibu yangd apat menyebabkan pembentukan thrombosis
dalam pembuluh darah desidua dapat mengakibatkan hipoksia dan kemudia terjadi
perdarahan. Solusio plasenta dimulai dengan perdarahan dalam desidua basalis.
Perdarahan tersebut menyebabkan desidua basalis terlepas, kecuali selapisan tipis yang
tetap melekat pada myometrium. Kemudian terjadi hematom dalam desidua yang
menyebabkan pelepasan lebih luas, kompresi, dan kerusakan pada bagian plasenta
sekelilingnya yang berdekatan.
Pada beberapa kasus, perdarahan dapat disebabkan oleh terputusnya arteri spiralis
dalam desidua yang mengakibatkan hematom retroplasenta. Hematom retroplasenta
29
dapat mempengaruhi penyampaian nutrisi dan oksigen dari sirkulasi maternal ke
sirkulasi janin. Hematoma yang terbentuk berlangsung cepat hingga dapat terjadi
revealed hemorrhage. Perdarahan yang terjadi sulit berhenti karena uterus yang
mengandung tidak dapat berkontraksi untuk menjepit arteri spiralis yang terputusWilliams
Terdapat beberapa keadaan yang secara teoritis dapat berakibat kematian sel karena
iskemia dan hipoksi pada desidua, yaitu :
1. Pada pasien ketuban pecah dini, terjadi pelepasan lipopolisakarida dan endotoksin
lain yang berasl dari agen infeksius dan menginduksi pembentukan dan
penumpukan sitokin. Bahan ini memiliki daya sitotoksis diantarannya terbentuk
NOS (Nitric Oxide Synthase) yang dapat menghasilkan NO (Nitric Oxide) yaitu
vasodilator kuat dan penghambat agrerasi trombosit.
2. Kelainan genetic berupa defisiensi protein C dan protein S yang dapat
meningkatkan pembentukan thrombosis
3. Pada pasien dengan trombofilia dimana kecenderungan pembekuan dengan
pembentukan thrombosis dalam desidua basalis yang menyebabkan iskemia dan
hipoksia.
4. Nikotin dan kokain yang dapat menyebabkan vasokontriksi yang bisa
menyebabkan iskemia dan pada plasenta sering dijumpai beberapa lesi seperti
infark, oksidatif stress, apoptosis, dan nekrosis yang berujung merusak hubungan
uterus dengan plasenta.
IV.2.6 Gejala Klinis (1,3)
Perdarahan yang bewarna tua keluar melalui vagina (80% kasus)
Nyeri perut
Uterus terasa tegang
Anemia beratnya anemia serin tidak sesuai dengan banyaknya darah yang keluar
Fundus uteri yang makin lama makin naik
30
Pada pemeriksaan dalam didapati selaput ketuban yang tegang
1. Solutio Plasenta Ringan
Tidak ada gejala
Perdarahan pervaginam masih belum ada atau sedikit
Perut terasa agak sakit
Tanda vital ibu dan bayi masih baik
Pada inspeksi dan auskultasi tidak ditemukan kelainan, kecuali pada palpasi
ditemukan nyeri tekan lokal pada tempat hematom. Bagian janin masih dapat
dikenal
Kadar fibrinogen darah dalam batas normal (350 mg%)
2. Solutio Plasenta Sedang
Gejala sudah jelas
Nyeri perut yang terus menerus
DJJ menunjukan gawat janin
Perdarahan pervaginam tampak banyak, bewarna kehitaman
Pada tanda vital didapatkan takikardi, hipotensi, kulit dingin dan keringatan,
oligouri
Palpasi janin sulit teraba karena nyeri perut
Pada kardiotokografi dapat ditemukan deselerasi lambat.
Kadar fibrinogen berkurang (150-250 mg%)
3. Solutio Plasenta Berat
Perut sangat nyeri dan tegang seperti papan (defance musculaire)
Perdarahan berwarna hitam
Palpasi bagian janin sulit?
Pada tanda vital didapatkan keadaan ibu sudah syok
Pada PF didapatkan TFU makin bertambah tinggi, DJJ janin tidak terdengar akibat
gangguan anatomic dan fungsi plasenta
Pada pemeriksaan penunjang kadar fibrinogen darah rendah (<150 mg%),
gangguan fungsi ginjal, dan trombositopenia
IV.2.7 Diagnosis
31
Solusio plasenta yang ringan, pada umumnya tidak menunjukkan gejala klinis yang
jelas, perdarahan antepartum hanya sedikit, dalam hal ini diagnosis baru kita tegakkan setelah
anak lahir. Pada plasenta kita dapati koagulum-koagulum darah.
Pada keadaan yang agak berat kita dapat membuat diagnosis berdasarkan :
1. Anamnesis
Perasaan sakit yang tiba-tiba di perut, kadang-kadang pasien bisa melokalisir tempat
mana yang paling sakit, dimana plasenta terlepas.
Pergerakan anak mulai hebat kemudian terasa pelan dan akhirnya berhenti (anak tidak
bergerak lagi).
Kepala terasa pusing, lemas, muntah, pucat, pandangan berkunang-kunang, ibu
kelihatan anemis tidak sesuai dengan banyaknya darah yang keluar.
Kadang-kadang ibu dapat menceritakan trauma dan faktor kausal yang lain.
2. Inspeksi
Pasien gelisah, sering mengerang karena kesakitan.
Pucat, sianosis, keringat dingin.
Kelihatan darah keluar pervaginam.
3. Palpasi
TFU naik karena terbentuknya retroplasenter hematoma; uterus tidak sesuai dengan
tuanya kehamilan.
Uterus teraba tegang dan keras seperti papan yang disebut uterus in bois (wooden
uterus) baik waktu his maupun diluar his.
Nyeri tekan terutama di tempat plasenta tadi terlepas.
Bagian-bagian janin susah dikenali, karena perut (uterus) tegang.
32
4. Auskultasi
Sulit, karena uterus tegang. Bila denyut jantung janin terdengar biasanya diatas 140,
kemudian turun dibawah 100 dan akhirnya hilang bila plasenta yang terlepas lebih
dari sepertiga.
5. Pemeriksaan dalam
Serviks bisa telah terbuka atau masih tertutup.
Kalau sudah terbuka maka ketuban dapat teraba menonjol dan tegang, baik sewaktu
his maupun diluar his.
Kalau ketuban sudah pecah dan plasenta sudah terlepas seluruhnya, plasenta ini akan
turun ke bawah dan teraba pada pemeriksaan, disebut prolapsus plasenta, ini sering
dikacaukan dengan plasenta previa.
6. Pemeriksaan umum.
Tensi semula mungkin tinggi karena pasien sebelumnya menderita penyakit vaskuler,
tetapi lambat laun turun dan pasien jatuh syok.
Nadi cepat, kecil, dan filiformis.
7. Pemeriksaan Ultrasonography (USG).
Pemeriksaan USG penting untuk membedakan dengan plasenta previa dan apakah
janin masih hidup. Solusio plasenta tampak sebagai gambaran gumpalan darah
retroplacental, tetapi tidak semua solusio plasenta yang di USG ditemukan gambaran
seperti di atas. Pada fase akut, suatu perdarahan biasanya hyperechoic, atau bahkan
isoechoic, maka kita bandingkan dengan plasenta. Gambaran konsisten yang
mendukung diagnosa solusio plasenta antara lain adalah; gumpalan hematom
retroplasenta (hyperochoic hingga isoechoic pada fase akut, dan berubah menjadi
hypoechoic dalam satu minggu), gambaran perdarahan tersembunyi, gambaran
perdarahan yang meluas. Manfaat lainnya adalah USG dapat dipakai untuk
menyingkirkan kemungkinan penyebab lain perdarahan antepartum.
33
8. Pemeriksaan laboratorium
Darah : Hb menurun (anemi), periksa golongan darah, kalau bisa cross match test.
Karena pada solusio plasenta sering terjadi kelainan pembekuan darah
hipofibrinogenemia, maka diperiksan waktu pembukan, waktu protombin, kadar
fibrinogen, dan kadar hancuran fibrin dan hancuran fibrinogen dalam plasma.
9. Pemeriksaan plasenta
Sesudah bayi dan plasenta lahir, kita periksa plasentanya. Biasanya tampak tipis dan
cekung di bagian plasenta yang terlepas dan terdapat koagulum atau darah beku di
belakang plasenta, yang disebut hematoma retroplasenter.
IV.2.8 TATALAKSANA
Penanganan solutio plasenta bervariasi, bergantung pada usia kehamilan ibu dan
keadaan ibu dan janin. Jika janin viabel, dan persalinan pervaginam tidak dapat dilakukan,
maka SC cito dapat dipilih.
Tatalaksana pada Kehamilan Preterm
Penundaan persalinan akan baik apabila fetus dalam keadaan immature. Pemberian
tokolisis dianjurkan pada wanita dengan usia kehamilan kurang dari 36 minggu.
Terapi obstetric pada kehamilan dimana keadaan janin hidup namun sudah mengalami
gawat janin dapat dilakukan operasi Caesar. Apabila solutio plasenta sudah berat dimana
janin telah meninggal, biasanya persalinan pervaginam yang dipilih. Hemostasis pada tempat
implantasi plasenta tergantung pada kontraksi myometrium. Karena itu, stimulasi
myometrium secara farmakologi dan masase uterus diperlukan untuk menekan dan membuat
arteri spiralis tertekan.
Secara umum, penatalaksanaan ibu dengan solutio plasenta diberikan pemberian
darah yang cukup, pemberian O2 , pemberian antibiotik.(1)
Pimpinan persalinan pada solution plasenta bertujuan untuk mempercepat persalinan
sedapat-dapatnya, kelahiran terjadi dalam 6 jam. Hal ini diakibatkan bagian plasenta yang
terlepas meluas, perdarahan yang makin banyak, dan hipofibrigonemi bertambah.
34
Proses persalinan dapat dibantu dengan pemecahan ketuban dengan maksud untuk
mengurangkan regangan dinding rahim, pemberian infuk oksitosin 5 IU dalam 500 cc
glukosa 5%.(1)
Seksio caesarea dilakukan bila serviks panjang dan tertutup, setelah pemecahan
ketuban dan pemberian oksitosin dalam 2 jam belum juga ada his, dan anak masih hidup.
Histerektomi dilakukan bila ada atoni uteri yang berat yang tidak dapat ditangani.(1)
IV. 2.9 Komplikasi dan Penyulit (1,3,8)
Komplikasi dan penyulit pada ibu dan janin tergantung dari luasnya plasenta yang
terlepas dan lamanya solusio plasenta berlangsung. Penyulit pada plasenta previa :
a. Timbul dengan segera perdarahan dan syok
b. Timbul agak lambat kelainan pembekuan darah dan gangguan faal ginjal.
1. Shock dan perdarahan
Persalinan dapat dipercepat dengan pemecahan ketuban dan pemberian infus
oksitosin. Disamping itu, transfusi darah juga dapat dilakukan.
Terkadang shock yang terjadi pada solutio plasenta tidak sejalan dengan
banyaknya perdarahan yang terjadi. Shock yang terjadi pada solutio plasenta biasanya
diakibatkan oleh kehilangan darah maternal (syok hipovolemik).
2. Koagulopati
Solusio plasenta merupakan salah satu penyakit yang secara klins paling
sering consumptive coagulopathy dalam obstetric. Biasanya didapatkan
hipogibrigenemia dimana kadar fibrinogen dalam darah kurang dari 150 mg/dl. Hal
ini ditandai dengan meningkatnya produk degenerasi fibrinogen-fibrin atau D- dimer.
3. Gagal ginjal
Acute renal failure dapat terjadi pada solution plasenta yang berat. Hal ini
dapat lebih sering terjadi apabila terlambantnya penanganan hypovolemia. Namun,
beberapa kasus dari acute kidney injury ini bersifat reversible.
4. Sindrom Sheehan35
Perdarahan intrapartum yang berat jarang diikuti dengan kegagalan hipofisis
atau sindrom Sheehan. Sindrom ini ditandai dengan kegagalan lakstasi, amenorea,
atrofi mammae, hilangnya rambut pubis dan axilla, hipotiroid, dan insufisiensi
kelenjar adrenal kortikal.
5. Couvelaire uterus
Pada solusio plasenta yang berat terjadi perdarahan dalam otot-otot rahim dan
dibawah perimetrtium kadang-kadang juga dalam ligamentum latum. Karena
perdarahan ini, perdarahan bewarna biru.
IV.2.10 Prognosis
Untuk anak, pada solusio plasenta yang berat adalah buruk, kematian anak 90%.
Untuk ibu, solusio plasenta
Prognosis pada penyakit ini bergantung pada besarnya bagian placenta yang terlepas,
banyaknya perdarahan, beratnya hipofibrinogenemi, ada atau tidaknya preeclampsia, apakah
perdarahan tampak atau tersembunyi, dan lamanya keadaan solusio berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA
1. Fakultas Kedokteran UNPAD. Obstetri patologi. Ilmu Kesehatan Produksi. Edisi 2.
Jakarta : EGC. 2004.
2. Thomson AJ, Ramsey JE. Antepartum Haemorrhage. Royal College of Obstetricians
and Gynecologists, RCOG Green-Top Guidelines no.63, 2011
3. Sarwono Prawirohardjo. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. 2008.
4. Ko P. Placenta Previa in Emergency medicine. Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/796182-followup#a2650. Accessed on January
15th, 2014.
36
5. Beckmann CRB, Ling FW, Barzansky BM, et al. Obstetrics and Gynecology. Sixth
Edition. Baltimore: Lippincott William & Wilkins, 2010.
6. Berghella V. Obstetrics Evidence Based Guidelines. UK: Informa. 2007.
7. Placenta Previa. Available at: http://www.patient.co.uk/doctor/placenta-praevia.
Accessed on January 15th, 2014.
8. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, dkk. Obstetri Williams. Ed 23. New York:
McGrawHill.2010.755-772
37