interna

4
Kategori Ilmu Penyakit Dalam Judul Tetanus Abstrak Tetanus adalah suatu toksemia akut yang disebabkan oleh neurotoksin yang dihasilkan oleh Clostridium tetani ditandai dengan spasme otot yang periodik dan berat. Tetanus disebabkan oleh bakteri gram positif Clostridium tetani. Bakteri ini berspora, dijumpai pada tinja binatang terutama kuda, juga bisa pada manusia dan juga pada tanah yang terkontaminasi dengan tinja binatang tersebut. Spora ini bisa tahan beberapa bulan bahkan beberapa tahun, jika ia menginfeksi luka seseorang atau bersamaan dengan benda daging atau bakteri lain, bakteri tersebut akan memasuki tubuh penderita tersebut, lalu mengeluarkan toksin yang bernama tetanospasmin. Sejak tahun 2001-2008 tetanus mengakibatkan kesakitan dan kematian serta menjadi masalah yang serius di seluruh dunia. Total kasus tetanus di negara Amerika Serikat menurt CDC tahun 2014 adalah 233 kasus dan 26 mengakibatkan kematian. Menurut WHO tahun 2009, tetanus terjadi pada pasien yang berusia 65 tahun atau lebih sekitar 30%, 60% tetanus terjadi pada usia 20 sampai 64 tahun, dan 10% terjadi pada usia kurang dari 20 tahun termasuk neonatus. Penatalaksaan pada pasien tetanus adalah merawat dan membersihkan luka sebaik-baiknya; diet cukup kalori dan protein pada pasien trismus makanan dapat diberikan personde atau parenteral; isolasi untuk menghindari rangsang luar seperti suara dan tindakan terhadap penderita; oksigen, pernafasan buatan dan trachcostomi bila perlu; serta mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit. Isi Pasien datang dengan keluhan kejang berkali-kali 4 jam sebelum masuk RS. Selama kejang pasien masih tetap sadar. Tangan dan kaki berguncang-guncang. Pasien tidak merasa pusing, mual, atau muntah sebelum kejang, tidak ada demam dan berkeringat. Pasien juga mengeluh mulut sulit dibuka, tubuh dan anggota gerak kaku sejak 9 hari sebelum masuk rumah sakit. Sejak 2 hari sebelum masuk RS,pasien mengeluh bengkak di kaki kanan, sulit menelan, perut teraba keras. Pasien tertusuk tunggak di sawah 10 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien dibawa ke puskesmas 12 jam setelah tertusuk tonggak.

description

interna

Transcript of interna

Kategori Ilmu Penyakit Dalam

JudulTetanus

AbstrakTetanus adalah suatu toksemia akut yang disebabkan oleh neurotoksin yang dihasilkan oleh Clostridium tetani ditandai dengan spasme otot yang periodik dan berat. Tetanus disebabkan oleh bakteri gram positif Clostridium tetani. Bakteri ini berspora, dijumpai pada tinja binatang terutama kuda, juga bisa pada manusia dan juga pada tanah yang terkontaminasi dengan tinja binatang tersebut. Spora ini bisa tahan beberapa bulan bahkan beberapa tahun, jika ia menginfeksi luka seseorang atau bersamaan dengan benda daging atau bakteri lain, bakteri tersebut akan memasuki tubuh penderita tersebut, lalu mengeluarkan toksin yang bernama tetanospasmin. Sejak tahun 2001-2008 tetanus mengakibatkan kesakitan dan kematian serta menjadi masalah yang serius di seluruh dunia. Total kasus tetanus di negara Amerika Serikat menurt CDC tahun 2014 adalah 233 kasus dan 26 mengakibatkan kematian. Menurut WHO tahun 2009, tetanus terjadi pada pasien yang berusia 65 tahun atau lebih sekitar 30%, 60% tetanus terjadi pada usia 20 sampai 64 tahun, dan 10% terjadi pada usia kurang dari 20 tahun termasuk neonatus. Penatalaksaan pada pasien tetanus adalah merawat dan membersihkan luka sebaik-baiknya; diet cukup kalori dan protein pada pasien trismus makanan dapat diberikan personde atau parenteral; isolasi untuk menghindari rangsang luar seperti suara dan tindakan terhadap penderita; oksigen, pernafasan buatan dan trachcostomi bila perlu; serta mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit.

IsiPasien datang dengan keluhan kejang berkali-kali 4 jam sebelum masuk RS. Selama kejang pasien masih tetap sadar. Tangan dan kaki berguncang-guncang. Pasien tidak merasa pusing, mual, atau muntah sebelum kejang, tidak ada demam dan berkeringat. Pasien juga mengeluh mulut sulit dibuka, tubuh dan anggota gerak kaku sejak 9 hari sebelum masuk rumah sakit. Sejak 2 hari sebelum masuk RS,pasien mengeluh bengkak di kaki kanan, sulit menelan, perut teraba keras. Pasien tertusuk tunggak di sawah 10 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien dibawa ke puskesmas 12 jam setelah tertusuk tonggak. Pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum tampak kejang dan kesakitan dan sulit bernapas, kesadaran compos mentis, tekanan darah 150/80 mmHg, respiratory rate 36x/menit, nadi 116x/menit, suhu 36,8 0C, teerdapat risus sardonicus dan mulut pasien trismus, epistotonus (+), pada pemeriksaan abdomen perut teraba keras seperti papan, kaku kuduk (+), pada bibir dan ekstremitas terdapat sianosis, pada ekstremitas bawah dextra dan sinistra terdapat peningkatan tonus otot. Hasil pemeriksaan laboratorium darah AL : 4,2; AE : 3,8; Hb : 11,8; HT : 35,2 ; MCV : 97,2; MCH : 30,8; MCHC :33,4; AT : 412, GDS : 110 mg/dl, ureum : 24 mg/dl, kreatinin : 0,8 mg/dl, SGOT : 32 u/e, SGPT : 73 u/e.

DiagnosisTetanus

TerapiPlanning: Awasi Keadaan Umum, TTVInfus RL + diazepam 2 ampul dripTetagam 3000 iuInjeksi ceftriaxon 1x1 grInjeksi metronidazol 3x500 mgSP. Midazolam 1 mg/jam

Diskusi Tetanus adalah suatu toksemia akut yang disebabkan oleh neurotoksin yang dihasilkan oleh Clostridium tetani ditandai dengan spasme otot yang periodik dan berat.Tetanus disebabkan oleh bakteri gram positif; Clostridium tetani. Bakteri ini berspora, dijumpai pada tinja binatang terutama kuda, juga bisa pada manusia dan juga pada tanah yang terkontaminasi dengan tinja binatang tersebut. Spora ini bisa tahan beberapa bulan bahkan beberapa tahun, jika ia menginfeksi luka seseorang atau bersamaan dengan benda daging atau bakteri lain, ia akan memasuki tubuh penderita tersebut, lalu mengeluarkan toksin yang bernama tetanospasmin.Ada tiga bentuk tetanus yang dikenal secara klinis, yakni 1. Localited tetanus ( Tetanus Lokal ) : manifestasi klinis terbatas hanya pada otot-otot disekitar luka. 2. Cephalic Tetanus: bentuk yang jarang dari tetanus lokal yang terjadi setelah trauma kepala atau infeksi telinga. Masa inkubasinya 1-2 hari. Dijumpai trismus dan disfungsi satu atau lebih saraf kranial, yang tersering adalah saraf ke 7, disfagia dan paralisis otot ekstraokular dapat terjadi. 3. Generalized tetanus (Tetanus umum) : Bentuk tetanus yang umum yang ditandai dengan meningkatnya otot dan spasme generalisata. Terdapat trias klinis berupa rigiditas, spasme otot, dan apabila berat disfungsi otonomik. Kaku kuduk, nyeri tenggorokan, dan kesulitan membuka mulut sering merupakan gejala awal tetanus. Spasme otot leher menyebabkan trismus atau rahang terkunci. Diagnosis tetanus dapat diketahui dari pemeriksaan fisik pasien sewaktu istirahat, berupa Gejala klinik berupa kejang tetanic, trismus, dysphagia, risus sardonicus ( sardonic smile ), adanya luka yang mendahuluinya, kultur: C. tetani (+), danLab : SGOT, CPK meninggi serta dijumpai myoglobinuria.Pengelolaan tetanus : 1. Merawat dan membersihkan luka sebaik-baiknya, membersihkan luka, irigasi luka, debridement luka (eksisi jaringan nekrotik), terhadap luka tersebut dilakukan 1-2 jam setelah ATS dan pemberian Antibiotika. 2. Diet cukup kalori dan protein, bentuk makanan tergantung kemampuan membuka mulut dan menelan. Bila ada trismus, makanan dapat diberikan personde atau parenteral. 3. Isolasi untuk menghindari rangsang luar seperti suara dan tindakan terhadap penderita . 4. Oksigen, pernafasan buatan dan trachcostomi bila perlu. 5. Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit. Antibiotika : Diberikan parenteral Peniciline 1,2juta unit / hari selama 10 hari, IM. Sedangkan tetanus pada anak dapat diberikan Peniciline dosis 50.000 Unit / KgBB/ 12 jam secafa IM diberikan selama 7-10 hari. Bila tersedia Peniciline intravena, dapat digunakan dengan dosis 200.000 unit /kgBB/ 24 jam, dibagi 6 dosis selama 10 hari. Antitoksin : Antitoksin dapat digunakan Human Tetanus Immunoglobulin ( TIG) dengan dosis 3000-6000 U, satu kali pemberian saja, secara IM tidak boleh diberikan secara intravena karena TIG mengandung "anti complementary aggregates of globulin ", yang mana ini dapat mencetuskan reaksi allergi yang serius. Tetanus Toksoid :Pemberian Tetanus Toksoid (TT) yang pertama,dilakukan bersamaan dengan pemberian antitoksin tetapi pada sisi yang berbeda dengan alat suntik yang berbeda. Pemberian dilakukan secara I.M. Pemberian TT harus dilanjutkan sampai imunisasi dasar terhadap tetanus selesai. Antikonvulsan : Penyebab utama kematian pada tetanus neonatorum adalah kejang klonik yang hebat, muscular dan laryngeal spasm beserta komplikaisnya. Dengan penggunaan obat obatan sedasi/muscle relaxans, diharapkan kejang dapat diatasi. Antikonvulsan berupa :Diazepam 0,5 1,0 mg/kg, Meprobamat 300 400 mg/ 4 jam. Klorpromasin 25 75 mg/ 4 jam (IM). Bila dosis optimum telah tercapai dan kejang telah terkontrol, maka jadwal pemberian diazepam yang tetap dan tepat baru dapat disusun. Dosis diazepam pada saat dimulai pengobatan ( setelah kejang terkontrol ) adalah 20 mg/kgBB/hari, dibagi dalam 8 kali pemberian (pemberian dilakukan tiap 3 jam ). Kemudian dilakukan evaluasi terhadap kejang, bila kejang masih terus berlangsung dosis diazepam dapat dinaikkan secara bertahap sampai kejang dapat teratasi. Dosis maksimum adalah 40 mg/kgBB/hari( dosis maintenance ).

KesimpulanDari anamnesis dan pemeriksaan fisik dapat disimpulkan bahwa pasien menderita tetanus karena terdapat manifestasi klinis berupa dispneu dan sianosis, takikardi, rigiditas, kaku kuduk, trismus, risus sardonicus, disfagia, epistotonus, meningkatnya tonus otot dan spasme generalisata, riwayat luka tusuk tonggak yang terkontaminasi dengan tanah, serta pasien kejang tanpa penurunan kesadaran. Pada pasien ini hanya dilakukan pemeriksaan laboratorium darah rutin, GDS, ureum kreatinin dan SGOT/SGPT, dan tidak dilakukan pemeriksaan kultur clostridium tetani untuk diagnosis pasti pasien karena tidak adanya biaya untuk pemeriksaan tersebut. Pasien ini telah diberikan obat antikonvulsan, antibiotik spektrum luas, dan antitoksin tetanus.

Referensi1. Sudoyo, W 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I, II, dan III. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit DalamPrice, S.2. Buku Patofisiologi Edisi 6 Volume 1 dan 2. Jakarta : EGC3. Syarif, A. 2009. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia