Infeksi Nosokomial

6
INFEKSI NOSOKOMIAL PENDAHULUAN Setelah mahasiswa mengikuti kuliah bab VIII yang diberikan pada pertemuan keempat belas, diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan kaitan materi sebelumnya dengan pengendalian infeksi nosokomial. Ruang lingkup bab VIII adalah : definisi infeksi nosokomial, sumber infeksi, cara pencegahan serta kaitan materi sebelumnya dengan upaya pengendalian infeksi nosokomial. MATERI Infeksi nosokomial adalah infeksi yang diderita selama penderita di rawat di rumah sakit atau pernah dirawat di rumah sakit atau fasilitas sejenis . Seorang penderita dikatakan menderita infeksi nosokomial apabila memenuhi kriteria berikut : 1. Pada waktu penderita mulai dirawat di rumah sakit tidak di dapatkan tanda-tanda klinik dari infeksi tersebut. 2. Saat penderita dirawat di rumah sakit, tidak sedang dalam masa inkubasi infeksi tersebut. 3. Tanda-tanda klinik infeksi tersebut baru timbul sekurang-kurangnya setelah 3 x 24 jam sejak mulai perawatan. 4. Infeksi tersebut buka merupakan sisa dari infeksi sebelumnya. 5. Bila saat mulai dirawat di rumah sakit sudah terdapat tanda-tanda infeksi dan dapat dibuktikan infeksi tersebut didapat pendrita ketika dirawat di mmah sakit yang sama pada waktu yang lalu, serta belum pernah dilaporkan sebagai infeksi nosokomial. Catalan: 1. Bila tanda-tanda infeksi sudah timbul pada masa kurang dari 3 x 24 jam sejak mulai perawatan, terganrung dari masa inkubasi dari masing-masing jenis infeksi. 2. Untuk penderita yang setelah keluar dari rumah sakit kemudian timbul tanda-tanda infeksi, baru dapat digolongkan sebagai infeksi nosokomial apabila infeksi tersebut dapat dibuktikan berasal dari rumah sakit. 3. Tidak termasuk infeksi nosokomial adalah : keracunan makanan yang tidak disebabkan oleh produk bakteri. BAB VIII

description

infeksi

Transcript of Infeksi Nosokomial

Page 1: Infeksi Nosokomial

INFEKSI NOSOKOMIAL

PENDAHULUAN

Setelah mahasiswa mengikuti kuliah bab VIII yang diberikan pada pertemuan

keempat belas, diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan kaitan materi sebelumnya

dengan pengendalian infeksi nosokomial. Ruang lingkup bab VIII adalah : definisi

infeksi nosokomial, sumber infeksi, cara pencegahan serta kaitan materi sebelumnya

dengan upaya pengendalian infeksi nosokomial.

MATERI

Infeksi nosokomial adalah infeksi yang diderita selama penderita di rawat di

rumah sakit atau pernah dirawat di rumah sakit atau fasilitas sejenis . Seorang penderita

dikatakan menderita infeksi nosokomial apabila memenuhi kriteria berikut :

1. Pada waktu penderita mulai dirawat di rumah sakit tidak di dapatkan

tanda-tanda klinik dari infeksi tersebut.

2. Saat penderita dirawat di rumah sakit, tidak sedang dalam masa inkubasi infeksi

tersebut.

3. Tanda-tanda klinik infeksi tersebut baru timbul sekurang-kurangnya setelah 3 x

24 jam sejak mulai perawatan.

4. Infeksi tersebut buka merupakan sisa dari infeksi sebelumnya.

5. Bila saat mulai dirawat di rumah sakit sudah terdapat tanda-tanda infeksi dan

dapat dibuktikan infeksi tersebut didapat pendrita ketika dirawat di mmah sakit

yang sama pada waktu yang lalu, serta belum pernah dilaporkan sebagai infeksi

nosokomial.

Catalan:

1. Bila tanda-tanda infeksi sudah timbul pada masa kurang dari 3 x 24 jam sejak

mulai perawatan, terganrung dari masa inkubasi dari masing-masing jenis

infeksi.

2. Untuk penderita yang setelah keluar dari rumah sakit kemudian timbul

tanda-tanda infeksi, baru dapat digolongkan sebagai infeksi nosokomial apabila

infeksi tersebut dapat dibuktikan berasal dari rumah sakit.

3. Tidak termasuk infeksi nosokomial adalah : keracunan makanan yang tidak

disebabkan oleh produk bakteri.

BAB

VIII

Page 2: Infeksi Nosokomial

Pengendalian infeksi nosokomial mempunyai arti penting karena infeksi

nosokomial membahayakan baik bagi penderita maupun lingkungannya (petugas

rumah sakit maupun pengunjung). Pengendalian infeksi nosokomial terutama ditujukan

untuk melindungi penderita, karena pendenta rentan atau lemah secara fisik maupun

psikis akibat penyakit yang dideritanya.

Infeksi nosokomial pada dasarnya timbul karena pengaruh beberapa faktor :

1. Faktor Endogen (berasal dari dalam penderita) contoh : pada penderita dengan

umur yang extrem (muda dan tua), penderita dengan imunologi yang kacau,

pemakai obat-obat imunosuppresan

2. Faktor eksogen (berasal dari luar penderita) , contoh dari petugas

kesehatan, pengunjung rumah sakit

3. Lingkungan

4. Rendahnya fasilitas cuci tangan

Beberapa faktor yang mempengaruhi timbulnya infeksi nosokomial pada

dasarnya mempakan suatu mata rantai infeksi (chain of infectionII) :

1. Adanya agen (mikroba) yang infeksius.

Mikroba penyebab utama infekst nosokomial adalah : bakteri dan virus, namun

kadang-kadang juga bisa disebabkan oleh jamur dan jarang-jarang yang

disebabkan oleh parasit. Peranan mikroba dalam menyebabkan infeksi

nosokomial tergantung antara lain dari patogenitas atau virulensi dan

jumlahnya. Pada tabel HI berikut ini terdapat contoh beberapa bakten yang

sering menyebabkan infeksi nosokomial

Tabel III. Jenis-jenis bakteri penyebab infeksi nosokomial dan tempat masuknya infeksi

No Tempat infeksi Jenis bakteri1 Saluran kemih E. coli, P. aeruginosa, Proteus, E. aerogenes, S.

Marcescenns, Klebsiella, S. Faecalis2 Saluran pencernaan E. coli, Salminella, Shigella, Compylobacter3 Saluran Pernafasan

bagian bawahS. Pneumoniae, P. aemginosa, K. pneumoniae, L.pneumophila

4 Septikemia E. coli, P. aerogmosa, S. aureus .5 Luka S. aureus, S. epidermidis, Klebsiella, Bacteroides, P.

mirabilis, S. Marcescens

Page 3: Infeksi Nosokomial

2. Reservoir

Reservoir adalah tempat dimana mikroba tetap hidup dan berkembang biak.

Reservoir ini bisa berupa makhluk hidup atau benda mati

3. Portal of exit

Portal of exit mikroba dari manusia biasanya melalui satii tempat atau dapat

melalui beberapa tempat. Portal of exit yang utama adalah : saluran nafas,

saluran cerna dan saluran urogenitas

4. Penularan (Transmission)

Penularan adalah perpindahan mikroba dari source ke host. Penyebaran dapat

terjadi melalui jalan kontak, melalui udara maupun vektor. Pengetahuan

mengenai cara penularan ini sangat penting dalam penyelidikan problem infeksi

nosokomial. Dengan cara ini secara lebih cepat dapat diketahui sumber

penularan dan cara mengatasinya

Cara penularan yang paling sering terjadi pada infeksi nosokomial adalah cara kontak.

Pada cara ini terdapat kontak antara korban dengan sumber infeksi baik secara

langsung maupun tidak langsung . Pada kontak langsung, terdapat kontak fisik antara

sumber penyakit dengan penderita. Sedangkan pada kontak tidak langsung korban

mengadakan kontak fisik dengan obyek yang terkontaminasi, biasanya berupa benda

mati. Penularan kuman di rumah sakit dapat terjadi melalui beberapa sumber :

Gambar 5 . Sumber penularan kuman pada infeksi nosokomial

Petugas rumah sakit

Barang-barang (sprei, saputangan)

Medikasi (suntikan, infus, kateter

Pengunjung

Air, makanan,udara

Flora normal pasien

Pembedahan

Infeksi nomokomial

Page 4: Infeksi Nosokomial

5. Portal of entry

Mempakan tempatnya masuk kuman, dapat melalui kulit, dinding mukosa,

saluran nafas. saluran cerna dan saluran urogenital.

6. Penderita / host yang susceptible

Masuknya kuman dalam rubuh host tidak selalu menyebabkan infeksi . Respon

host yang terkena mikroba dapat hanya berupa infeksi subklinis hingga yang

terhebat dapat menyebabkan kematian. Dalam hal ini mekanisme pertahanan

tiibuh dari host memegang peranan yang sangat penting. Mekanisme ini

bervariasi pada setiap orang.

Pencegahan infeksi nosokomial pada dasarnya dilakukan dengan cara memotong

rantai infeksi sehingga infeksi tidak akan terjadi, sebagaimana gambar berikut :

Gambar 6. Pemutusan rantai infeksi

Page 5: Infeksi Nosokomial

Dari gambar didepan terlihat bahwa sterilisasi dan desinfeksi sebagaimana telah

diterangkan pada bab yang telah lain mempakan salah satu cara pengendalian infeksi

yang ditujukan untuk mematahkan rantai infeksi tersebut

Agar program pencegahan infeksi nosokomial sukses , maka perlu didukung

oleh beberapa hal berikut :

1. Organisasi

Organisasi di rumah sakit yang menangani permasalahan infeksi nosokomial

biasanya disebut Komite Pengendalian Infeksi Nosokomial . Organisasi ini

biasanya dibentuk dengan beranggotakan

1) Dokter ahli di bidang epidemiologi klinik

2) Dokter ahli bidang mikrobiologi klinik

3) Pegawai administrasi

4) Kepala bagian sterilisasi

5) Kepala perawatan

6) Wakil dari SMF yang dianggap rawan .

Komite bertugas menentukan kebijakan (policy) yang berkaitan dengan

upaya pengendalian infeksi nosokomial

2. Kebijakan

Suatu kebijakan adalah keputusan konsensus yang menggariskan

tindakan-tindakan yang hanis diambil dalam situasi tertentu. Kebijakan tersebut

haruslah sederhana, mudah dilaksanakan dan meliputi cara-cara kerja yang

berlaku di rumah sakit. Kebijakan pengendalian infeksi dapat dirumuskan

beberapa hal berikut :

1) Proses desinfeksi

2) Penggunaan antibiotic

3) Pelayanan-pelayanan sterilisasi

4) Penanganan dan pembuangan limbah

5) Fasilitas isolasi untuk pasien-pasien

6) Dapur dan pelayanan makanan

7) Dekontaminasi peralatan

8) Persiapan penderita

9) Prosedur cuci tangan

Kebijakan-kebijakan tertentu mungkin perlu dirumuskan untuk daerah-daerah kerja

khusus seperti ICU, kamar operasi, unit luka bakar, dll 3.

Page 6: Infeksi Nosokomial

3. Pendidikan dan latihan

Pendidikan dan latihan bagi semua staf rumah sakit adalah kegiatan yang

esensial untuk meningkatkan kesadaran arti pentingnya pengendalian infeksi.

Semua anggota staf harus memaliami apa yang terjadi dan mengapa hal hal itu

terjadi, dan ini merupakan salah satu kunci keberhasilan kebijakan

pengendalian infeksi

PENUTUP

Pengendalian infeksi nosokomial di rumah sakit sangat penting karena akan

berpengaruh pada mutu pelayanan rumah sakit tersebut secara kesluruhan. Infeksi

nosokomial yang tidak terkendali dapat menyebabkan pemborosan baik dari segi biaya

maupun waktu. Pencegahan infeksi nosokomial pada dasarnya dilakukan dengan cara

memotong rantai infeksi sehingga infeksi tidak akan terjadi. Agar program pencegahan

infeksi nosokomial sukses, perlu didukung oleh organisasi, adanya kebijakan serta

pendidikan dan latihan bagi petugas di rumah sakit.