Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

141
PROGRAM PENGENDALIAN INFEKSI NOSOKOMIAL RUMAH SAKIT UMUM BUDI LUHUR CIREBON Dr. H. Hakiki Akbari 6/19/2008

description

program pengendalian infeksi nosokomial RSBL Cirebon

Transcript of Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

Page 1: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

PROGRAM PENGENDALIAN INFEKSI NOSOKOMIALRUMAH SAKIT UMUM BUDI LUHUR CIREBON

Dr. H. Hakiki Akbari6/19/2008

Page 2: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

KATA PENGANTAR

Rumah sakit sebagai suatu institusi yang melayani pengidap penyakit sangat rentan terhadap terjadinya penularan penyakit. Penularan penyakit bisa terjadi pada siapa saja yang berada di lingkungan RS, Dokter, Paramedik, Karyawan lain, Pasien, Penunggu pasien atau pengunjung pasien.

Karenanya penting sekali bagi RSBL untuk mempelajari bagaimana proses infeksi terjadi, jasad renik apa saja yang sering menginfeksi, serta nagaimana menangani kasus infeksi nosokomial. Sebab bila sampai terjadi penularan infeksi di RS akan cukup sulit mengatasinya, karena umumnya kuman sudah resisten terhadap banyak antibiotika. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka dibuatlah program Pengendalian Infeksi Nosokomial yang dimaksudkan untuk mebuat aturan-aturan dan kegiatan yang diaksudkan untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya infeksi nosokomial di RSBL.

Program pengendalian infeksi nosokomial pada dasarnya terintegrasi dengan program lain sedemikian rupa sehingga tercipta Patient Safety di RSBL.

Buku ini merupakan pedoman yang berlaku di RSBL tentang usaha mengendalikan Infeksi Nosokomial. Semoga bisa dilaksanakan dengan baik.

Cirebon 19/6/08

dr. H. Hakiki Akbari

Direktur

Page 3: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

BAB I. PENGENDALIAN POTENSI INFEKSI

RUANG LINGKUP

I. PROSEDUR TETAP PENGENDALIAN CARRIER SEHATA. Kebijakan Pakaian Seragam Tenaga Keperawatan RSBL B. Kebijakan tentang Alat Perlindungan Perorangan (APP) di RSBLC. Kebijakan Cuci TanganD. Kebijakan Pemeriksaan Kesehatan rutin Tenaga Kesehatan RSBLE. Kebijakan tentang Penunggu PasienF. Kebijakan tentang Waktu BesukG. Kebijakan tentang penerimaan Tamu RSBL

II. PROSEDUR TETAP PENGENDALIAN PENDERITA PENYAKIT MENULARA. Kebijakan tentang penderita penyakit menular secara AerogenB. Kebijakan tentang penderita penyakit menular secara hematogenC. Kebijakan tentang penderita penyakit menular secara enterogenD. Kebijakan tentang penderita penyakit menular secara urogenikE. Kebijakan tentang penderita penyakit menular secara kontak kulit

III. PROSEDUR TETAP PENGENDALIAN HEWAN DI RSBLA. Kebijakan tentang Pengendalian LalatB. Kebijakan tentang Pengendalian NyamukC. Kebijakan tentang Pengendalian TikusD. Kebijakan tentang Pengendalian hewan lain

IV. PROSEDUR TETAP PENGENDALIAN SUMBER INFEKSI INANIMATEA. Kebijakan tentang Pengendalian SampahB. Kebijakan tentang Pengendalian LimbahC. Kebijakan tentang pengendalian PermukaanD. Kebijakan tentang pengendalian Linen

V. PROSEDUR TETAP PENGENDALIAN LINGKUNGANA. Kebijakan tentang Ruang dan BangunanB. Kebijakan tentang UdaraC. Kebijakan tentang PencahayaanD. Kebijakan tentang KebisinganE. Kebijakan tentang suhu ruanganF. Kebijakan tentang Penyediaan Air Bersih dan DrainaseG. Kebijakan tentang batas lahan RSBL

VI. PROSEDUR TETAP PENGENDALIAN INFEKSI MAKANAN DAN MINUMANVII. PROSEDUR PENGENDALIAN INFEKSI DI KAMAR OPERASI VIII. PROSEDUR PENGENDALIAN INFEKSI DI KAMAR BERSALIN

Rumah Sakit Pengendalian Infeksi dari Kemungkinan Carrier Sehat

Page 4: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

Budi Luhur 01/KEP/SOP No Revisi

     

PROSEDUR TETAP Tanggal terbit Ditetapkan

   

Direktur

 

I. ROSEDUR TETAP PENGENDALIAN INFEKSI DARI KEMUNGKINAN CARRIER SEHAT

Pengertian : Prosedur kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam rangka pengendalian sumber infeksi dari carrier sehat

Carrier sehat adalah orang yang mengidap kuman dalam tubuhnya, namun tidak merasa sakit, tidak menunjukkan gejala penyakit,

Sasaran :

Karyawan / tenaga kesehatan Penunggu pasien Pengunjung pasien Tamu RS

Kebijakan :

1. Semua tenaga kesehatan RSBL agar menjaga hygiene pribadi dan melaksanakan prosedur tetap pelayanan medik dan keperawatan yang sudah ditetapkan dengan baik

2. Semua tenaga kesehatan RSBL agar mengedepankan self protection dan patient safety secara seimbang dan disiplin

3. Dilakukan check up dan penapisan rutin bagi seluruh karyawan terhadap kemungkinan infeksi

4. Dilakukan pembatasan penunggu pasien di ruang rawat inap5. Dilakukan pembatasan waktu kunjungan6. Dilakukan pembatasan akses bagi tamu RS

Page 5: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

Ruang Lingkup:

A. Kebijakan Pakaian Seragam Tenaga Keperawatan RSBL

o Kepada Setiap Tenaga keperawatan diberikan 3 tipe seragam, masing-masing 2

pasang dengan warna yang berbeda : Putih, Biru, hijau, batik dan UGD Seragam Putih dipakai hari senin dan Kamis Seragam Hijau dipakai hari selasa dan jumat Seragam biru dipakai hari Rabu dan Sabtu Seragam Batik dipakai tiap hari minggu Seragam UGD jika dinas di UGD Desain seragam dinas lengan hingga 1/3 tengah lengan bawah bagi

wanita, celana panjang tidak boleh melebihi mata kaki.o Tenaga Keperawatan diwajibkan memakai seragam yang sudah dicuci bersih

setiap kali berdinaso Tenaga keperawatan dapat menggunakan fasilitas laundry RSBL tanpa dipungut

Biaya. o Bagian Laundry melakukan Pencucian pakaian sesuai SOP Laundry yang sudah

ditetapkano Bila seragam dinas dibawa pulang setelah dipakai, agar segera direndam dan

dicuci untuk menghindari kemungkinan terjadinya penyebaran kontaminasi keluar RS

o Disediakan sepatu dinas masing-masing 1 pasang, warna putih untuk wanita

dan hitam untuk pria, tidak bertalio Sepatu disimpan di RSBL, dipakai setiap kali berdinas. Dilarang memakai

sepatu secara bergiliran. Dilarang membawa sepatu dinas ke luar RSBL. Sepatu dibersihkan dan dicuci secara rutin 1 minggu sekali.

o Jilbab berwarna putih bersih agar mudah mudah mendeteksi kontaminasi bila

terjadi, di ikat rapi ke belakang atau di desain sedemikian rupa sehingga tidak terurai ke dada sehingga mengurangi resiko kontak dengan kontaminan.

B. Kebijakan tentang Alat Perlindungan Perorangan (APP) di RSBL

a. Hand Gloves / Handschoen o Handschoen yang digunakan di RSBL tdd 3 macam : Handschoen Baru dan

steril, Handschoen daur ulang dan telah melalui proses dekontaminasi dan Desinfeksi Tigkat Tinggi, dan Hanschoen non steril

o Handschoen daur ulang dibuat setelah pemakaian handschoen baru selesai

dipakai. Handschoen segera dicuci dengan larutan chlorine 0,5% sebelum dilepas dan di rendam dengan larutan tersebut selama 10 menit. Setelah itu dibilas dengan air mengalir dari wastafel atau spoolhoek sambil di cek ada kebocoran atau tidak. Setelah dikeringkan dengan diangin-angin diberi talcum powder sedikit, Kemudian dilakukan desinfeksi Tingkat tinggi dengan

Page 6: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

mengukusnya dalam wadah khusus dalam keadaan terlipat seperti handschoen baru selama 1 jam dengan air mendidih. Proses pendauran ulang handschoen ini dilakukan di ruang Verbedding, dilanjutkan DTT di Ruang pusat Sterilisasi.

o Setelah selesai, maka handschoen dipindahkan ke dalam wadah handchoen

yang sudah disterilisasio Handschoen daur ulang juga dapat disterilisasi dengan autoclaf dalam wadah

tromol o Selalu periksa adanya kebocoran pada handschoen daur ulang sebelum

dipakai.o Handschoen daur ulang dibatasi pemakaiannya untuk melakukan bedah

minor atau tindakan keperawatan seperti memasang IV catheter, memasang urine catheter, atau NGT. Khusus untuk pasien pengidap penyakit menular secara hematogen seperti pengidap HBV, HCV atau HIV, sebaiknya memakai Handschoen baru.

o Handschoen daur ulang dibatasi pemakaiannya hingga 3 kali pemakaian.

Setelah 3 kali pemakaian harus diafkir dan dibuang. Caranya, setiap nakes menghitung pemakaian handschoen oleh dirinya. Jika ia memakai handschoen daur ulang , maka handschoen ketiga yang selesai ia pakai harus segera dibuang kedalam tempat sampah infeksius.

o Semua handschoen yang bocor harus dibuang ke tempat sampah infeksius.

o Cara memakai handschoen memakai prinsip skin to skin, glove to glove

o Setelah selesai menggunakan handschoen, maka sebelum dilepas, di cuci

dulu dengan larutan chlorin 0,5% lalu di lepas dan direndam selama 10 menit . Setelah itu dibilas di air mengalir pada wastafel atau spoelhoek.. Selalu perhatikan tangan pasca melepas handschoen. Adakah tanda-tanda kebocoran handschoen pada tangan. Bila hendak didaur ulang, maka prosedur sesuai ketentuan di atas. Bila hendak diafkir, maka langsung dimasukkan kedalam tempat sampah infeksius.

o Bila handschoen terkontaminasi cairan tubuh pasien penderita HBV, HCV

atau HIV, langsung dibuang sebagai sampah infeksius

b. Apron / Celemeko Apron disediakan di ruangan-ruangan : Kamar Operasi, Kamar bersalin,

UGD, High Care Unit, dan Ruang rawat inapo Apron dipakai sesuai standar pemakaian APP (Tabel 1)

o Setelah selesai dipakai, maka pengelolaannya sesuai prosedur pengelolaan

linen kotor o Semua apron pasca operasi atau persalinan dianggap terkontaminasi cairan

tubuh pasien

Page 7: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

o Bila apron terkontaminasi cairan tubuh pasien penderita HIV, langsung

dibuang sebagai sampah infeksius atau sesuai dengan pengelolaan linen kotor / infeksius

c. Maskero Masker disediakan di ruangan-ruangan : Kamar Operasi, Kamar bersalin,

UGD, HCU, Rawat inap, Rawat Jalano Masker yang digunakan di RSBL tdd: Masker Dipossable, dan masker

reusable. o Masker dispossable digunakan hanya sekali pakai. Setelah dipakai langsung

dibuang di tempat sampah infeksius.o Masker reusable terbuat dari kain. Tersedia dalam tromol khusus dalam

keadaan steril dan siap pakai. Setelah dipakai maka pengelolaan sesuai prosedur pengelolaan linen kotor.

o Bila masker reusable terkontaminasi cairan tubuh pasien penderita HBV,

HCV atau HIV, langsung dibuang sebagai sampah infeksiuso Standard pemakaian masker sesuai Tabel 1

d. Goggleo Goggle disediakan di Kamar Operasi,Kamar Bersalin, UGD, dan HCU

o Standard pemakaian seperti pada Tabel 1

o Semua goggle dianggap terkontaminasi cairan tubuh pasien

o Bila kontaminasi tidak jelas, maka goggle di bersihkan dengan larutan

chlorine 0,5%o Bila Kontaminasi jelas atau pasien dengan HBV/HCV/HIV, maka goggle

direndam dulu dalam chlorine 0,5% selama 10 menit, kemudian dibilas dengan air mengalir dicuci dengan detergent dan di keringkan dengan cara diangin2.

e. Pelindung Kakio Pelindung kaki disediakan di Ruang Kamar operasi, Kamar bersalin, UGD,

HCUo Pelindung kaki standar yang digunakan di RSBL tdd : Sepatu sendal khusus

berpenutup jari dan sepatu boot o Pelindung kaki tidak boleh dibawa keluar ruangan tempatnya disimpan /

disediakan.o Setiap orang yang masuk ruangan tersebut harus mengganti alas kaki

dengan pelindung kaki yang disediakan.o Setelah dipakai maka tergantung tingkat kontaminasi, bila masih bersih dan

tidak terkontaminasi cairan tubuh pasien bisa langsung disimpan kembali, bila sedikit kotor dan tidak terkontaminasi cairan tubuh pasien dapat di cuci dengan detergent di spoolhoek

Page 8: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

o Bila terkontaminasi cairan tubuh pasien harus dibersihkan dengan larutan

chlorin 0,5% bila contaminasi banyak sekali, maka alas kaki direndam dengan chlorine 0,5% selama 10 menit kemudian dibilas, lalu dicuci dengan detergent, di keringkan dengn diangin-angin

f. Penutup Kepala / Head Cover (HC)o Penutup kepala disediakan di OK ,UGD, dan Kamar bersalin

o HC yang digunakan di RSBL tdd: HC Dipossable untuk dan HC reusable

o HC dispossable digunakan hanya sekali pakai. Setelah dipakai langsung

dibuang di tempat sampah infeksius.o HC reusable terbuat dari kain. Tersedia dalam tromol khusus dalam keadaan

steril dan siap pakai. Setelah dipakai pengelolaannya sesuai prosedur pengelolaan linen kotor

o Bila HC reusable terkontaminasi cairan tubuh pasien penderita HIV, langsung

dibuang sebagai sampah infeksiuso Standard pemakaian HC sesuai Tabel 1

g. Pakaian Khususo Pakaian khusus disediakan di Kamar Operasi, Kamar bersalin, dan HCU

o Pakaian khusus standard yang ada di RSBL tdd : Pakaian Khusus Kamar

Operasi, Pakaian pelindung di HCU dan Kamar bersalin o Pakaian khusus Kamar Operasi tidak boleh keluar dari zona hijau sesuai

SOP . Pakaian Pelindung HCU dan Kamar bersalin tidak boleh dibawa keluar ruangan.

o Setiap orang yang masuk ruangan OK harus mengganti pakaiannya dengan

pakaian khusus yang disediakan. Setiap orang yang masuk HCU dan Kamar bersalin harus memakai pakaian pelindung yang disediakan

o Setelah dipakai maka tergantung tingkat kontaminasi, bila masih bersih dan

tidak terkontaminasi cairan tubuh pasien bisa langsung disimpan kembali, bila kotor dan atau terkontaminasi cairan tubuh maka pengelolaannya sesuai prosedur pengelolaan linen kotor. Atau dapat juga langsung dibuang sebagai sampah infeksius bila terkontaminasi cairan tubuh pasien penderita HCV, HBV atau HBV.

Page 9: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

h. Tabel Standar Pemakaian Aalat Perlindungan Perorangan (APP) di RSBL

TABEL 1

Jenis Pajanan Contoh APP standard Resiko Rendah Tidak terpajan

langsung dengan darah/cairan tubuh

InjeksiGanti balutan

Tanpa HandschoenDengan handschoen pada pasien HBV/HCV/HIV double

Resiko sedang Kemungkinan tidak

besar terpajan darah/ cairan tubuh

Tak ada cipratan

Rectal toucheVaginal toucheInsersi IUD, laminariaPasang DC, NGTMengambil sample cairan tubuhBedah minorPuntie pleura, Ascites, PericardiocentesisCeceran darahBedah minor

Handschoen± Apron Alas kaki

Resiko besar Kemungkinan besar

terpajan darah / cairan tubuh

Ada Cipratan Perdarahan massif

Bedah mayorPersalinan

HandschoenApronMaskerGogglePelindung kaki

Page 10: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

C. Kebijakan Cuci Tangan

a. Kebijakan cuci tangan ini harus diikuti oleh semua orang yang berada di dalam lingkungan RSBL : Pasien, Dokter, Perawat, Karyawan, Penunggu pasien, Pengunjung RS

b. Cuci tangan wajib dilakukan pada saat : Sebelum dan sesudah kontak dengan pasien atau benda yang

terkontaminasi cairan tubuh pasien. Sebelum dan sesudah melakukan tindakan asepsis / antisepsis Sebelum dan sesudah melakukan pemeriksaan luka dan dressing care Sebelum dan sesudah menyentuh bahan / sample pemeriksaan laboratorium Jika tangan diduga kotor diantara dua tindakan/pemeriksaan fisik pasien Segera setelah masuk atau meninggalkan ruangan/RS Segera setelah memeriksa pasien dengan penyakit kulit menular Segera sebelum memakai handschoen dan setelah melepas Handschoen Sebelum dan sesudah makan Sebelum dan sesudah memberikan obat Segera setelah Keluar dari toilet untuk BAB/BAK Segera setelah membersihkan instrumen/ linen/ APP

c. Standard Alat Cuci tangan di RSBL Air mengalir dari air tanah yang sudah ditampung, atau air PDAM, yang

keduanya sudah secara rutin diperiksa dan lulus uji air dari Dinas Kesehatan / KLH

Wastafel dilengkapi siphon dan saluran air berukuran standard wastafel yang secara rutin dipelihara kebersihan dan kelancaran alirannya oleh bagian Pemeliharaan RSBL

Keran air yang mudah dibuka tutup dan tidak berkarat Sabun cair Antiseptik dalam botol dispenser yang dibersihkan setiap isi ulang Lap tangan dispossable dalam bentuk tissue gulung atau tissue lipat Tersedia tempat sampah domestik

d. Standard Teknik Cuci tangan di RSBL Buka keran air. Usahakan membuka keran dengan bagian tangan atau

lengan yang bersih

Page 11: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

Biarkan air mengalir sejenak Bilas tangan satu persatu. Alirkan air mengaliri lengan bawah ke tangan dan

jari-jari. Ambil sabun cair secukupnya dengan bagian tangan yang dianggap bersih

tampung di telapak tangan satunya. Balurkan sabun ke seluruh tangan hingga 1/3 distal lengan bawah. Lakukan

bergantian satu tangan oleh tangan lainnya. Lakukan 7 langkah mencuci tangan : Gosok – gosokan kedua telapak tangan dan sela jari, Gosok-gosokan

telapak tangan yang satu kepunggung tangan yang lain serta jari-jari secara bergantian, Bersihkan buku-buku jari tangan yang satu oleh tangan lainnya, Gosok-gosokkan ujung jari tangan yang satu pada telapak tangan yang lainnya secara bergantian, Gosok sekitar ibu jari tangan yang satu oleh tangan yang lainnya, gosok-gosokkan sekitar pergelangan tangan yang satu oleh tangan yang lain secara bergantian

Semua proses berlangsung selama minimal 10 detik. Bilas dengan air mengalir dari ujung jari tangan hingga ke lengan

bawah.bergantian kiri dan kanan. Biarkan air dari lengan menetes dulu diatas wastafel. Tutup Keran air Keringkan tangan dan lengan yang basah dengan Tissue Kering yang

tersedia. Buang tissue ke dalam tepat sampah domestik yang tersedia.

D. Kebijakan Pemeriksaan Kesehatan rutin Tenaga Kesehatan RSBL

a. Setiap Calon karyawan baru RSBL harus memenuhi syarat-syarat kesehatan sbb : Pemeriksaan fisik oleh dokter dinyatakan sehat yang disahkan dengan Surat

Keterangan Sehat Tidak mengidap penyakit Paru kronik dan menular yang diperkuat dengan

hasil Foto Rontgen Thorax yang dinyatakan tidak ada kelainan oleh dokter radiolog

Bila dicurigai dapat dikonfirmasi dengan pemeriksaan sputum Gram / BTA Tidak mengidap penyakit potensial kronik yang menular secara hematogen

yang diperkuat dengan hasil pemeriksaan laboratorium untuk HbsAg, Anti HBs, Anti HCV dan HIV negatif.

b. Pemeriksaan diulang setiap tahun 1 kalic. Bila setelah bekerja hasil check up menunjukkan adanya hasil positif untuk penyakit

menular non spesifik, maka karyawan dikonsultasikan dengan dokter konsulen terkait, untuk selanjutnya diterapi dan selanjutnya di evaluasi kelayakan bekerjanya.

Page 12: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

d. Bila positif mengidap penyakit paru menular kronik spesifik /TBC maka karyawan di konsultasikan dengan dokter konsulen paru untuk mendapatkan therapi. Karyawan dapat bekerja kembali setelah hasil sputum BTA negatif 3 X, untuk selanjutnya dievaluasi kelayakan bekerjanya.

e. Bila positif mengidap penyakit potensial kronik yang menular melalui cairan tubuh seperti Hepatitis B maka penderita dikonsultasikan kepda konsulen interna untuk mendapatkan pengobatan. Karyawan dapat bekerja kembali bila hasil pemeriksaan HbsAg dan HbeAg negatif untuk kemudian dievaluasi kelayakan bekerjanya

f. Bila karyawan positif mengidap Hepatitis C, atau HIV (+), maka karyawan diminta untuk mengundurkan diri sesuai ketentuan yang berlaku

E. Kebijakan tentang Penunggu Pasien

a. Pasien rawat inap RSBL diperbolehkan untuk ditemani / ditunggui oleh kerabatnyab. Jumlah penunggu pasien di ruangan rawat inap dibatasi hanya 2 orang saja Per

pasien.c. Penunggu pasien yang lain harus menunggu di luar ruangan rawat inap. Disediakan

ruang lobby dan community center untuk kerabat pasien lainnya menginapd. Penunggu pasien harus ikut menjaga kebersihan ruangan rawat inap dan lingkungan

RSBLe. Penunggu pasien harus ikut mematuhi peraturan yang berlaku di RSBL baik

peraturan umum maupun menyangkut program pengendalian infeksi nosokomial.f. Penunggu pasien dilarang merokok di lingkungan RSBL. Disediakan tempat khusus

untuk merokok (smoking area)g. Anak kecil dibawah usia 10 tahun dilarang masuk area rawat inap dan dilarang

menginap di area rawat inap RSBL disediakan Kids centre untuk tempat menginap anak yang letaknya diluar area rawat inap.

h. Penunggu pasien yang sedang mengidap penyakit menular dilarang menunggui pasien di ruang rawat inap dan diwajibkan memeriksakan diri pada dokter untuk diberi pengobatan.

i. Penunggu pasien di ruang rawat inap dapat menggunakan fasilitas toilet yang tersedia di ruangan rawat inap.

j. Kerabat pasien di luar ruang rawat inap dapat meggunakan fasilitas toilet umum yang tersedia.

k. Penunggu pasien di ruang rawat inap dihimbau /sebaiknya tidak membawa makanan dari luar lingkungan RSBL. Makanan dari luar lingkungan RS bila ada dalam ruang rawat inap harus dalam keadaan tertutup dan atau disimpan di dalam kulkas / bedside cabinet yang tersedia.

l. Paramedik dan pembantu paramedik berhak melakukan tindakan yang diperlukan terhadap penunggu pasien serta makanan serta pakaian dan perilaku penunggu pasien dalam rangka menjaga kebersihan ruang rawat inap.

m. Penunggu pasien dapat mengunakan fasilitas cuci yang tersedia di ruangan rawat inap atau memakai jasa laundry RSBL dengan tarif.

Page 13: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

n. Penunggu pasien dilarang menjemur / meletakkan linen basah di dalam ruangan rawat inap. Linen basah dan pakaian yang hendak dijemur diletakkan di ruang yang sudah disediakan.

F. Kebijakan tentang Waktu Besuk

a. Jam Kunjungan pasien dibatasi hanya 6 jam dalam satu hari, terbagi dalam dua kelompok waktu :

Pukul 09.00 - 11.00 WIB Pukul 15.00 – 19.00 WIB

b. Jumlah pengunjung pasien di ruangan rawat inap dibatasi hanya 2 orang saja.c. Pengunjung pasien yang lain harus menunggu di luar ruangan rawat inap.

Disediakan ruang lobby dan community center untuk kerabat pasien lainnya menginap / menunggu

d. Pengunjung pasien harus ikut menjaga kebersihan ruangan rawat inap dan lingkungan RSBL

e. Pengunjung pasien harus ikut mematuhi peraturan yang berlaku di RSBL baik peraturan umum maupun menyangkut program pengendalian infeksi nosokomial.

f. Pengunjung pasien dilarang merokok di lingkungan RSBL. Disediakan tempat khusus untuk merokok (smoking area)

g. Anak kecil dibawah usia 10 tahun dilarang masuk area rawat inap dan dilarang menginap di area rawat inap, disediakan kids centre untuk anak2 menginap

h. Kerabat pasien di luar ruang rawat inap dapat meggunakan fasilitas toilet umum yang tersedia.

G. Kebijakan tentang penerimaan Tamu RSBL

a. Tamu RSBL yang tidak bermaksud berobat, tidak bermaksud mengunjungi/ mengantar pasien atau utusan pihak berwenang dalam rangka inspeksi, tidak mendapatkan akses ke area rawat inap.

b. Tamu RSBL tersebut tetap harus mematuhi peraturan RSBL baik peraturan umum maupun dalam rangka pengendalian infeksi nososkomial.

Page 14: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

Rumah Sakit Pengendalian Infeksi dari Penderita Penyakit Menular

Budi Luhur 01/KEP/SOP No Revisi

     

PROSEDUR TETAP Tanggal terbit Ditetapkan

   

Direktur

 

II. PROSEDUR TETAP PENGENDALIAN PENDERITA PENYAKIT MENULAR

A. Kebijakan tentang penderita penyakit menular secara aerogen

1. Penderita infeksi saluran nafas non spesifiko Bila pasien dirawat dengan diagnosa infeksi saluran nafas non spesifik /

non TBC maka kepadanya dilakukan pemeriksaan dan pengobatan sesuai indikasi medis.Penunggu pasien di himbau untuk memakai masker yang disediakan RSTenaga Kesehatan di himbau untuk memakai masker yang disediakan RS

o Bila penunggu pasien mengalami infeksi saluran nafas nonspesifik,

sedangkan pasien tidak, maka penunggu tersebut sebaiknya tidak menunggui pasien di ruang rawat inap, diminta untuk memakai masker di lingkungan RS, serta diminta untuk memeriksakan diri kepada dokter RS untuk mendapat pengobatan

o Bila Karyawan RS mengalami infeksi saluran nafas non spesifik, maka ia

diwajibkan memeriksakan diri kepada dokter RS untuk mendapatkan pengobatan, serta di wajibkan memakai masker selama berdinas.

2. Penderita Infeksi saluran nafas spesifiko Bila pasien dirawat dengan diagnosa infeksi saluran nafas TBC maka

kepadanya dilakukan pemeriksaan dan pengobatan sesuai indikasi medis.

Page 15: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

Penunggu pasien di himbau untuk memakai masker yang disediakan RSTenaga Kesehatan di himbau untuk memakai masker yang disediakan RSBila diperlukan pasien dipisahkan dari pasien lain / di rawat di dalam ruang isolasi

o Bila penunggu pasien mengalami infeksi saluran spesifik TBC,

sedangkan pasien tidak, maka penunggu tersebut sebaiknya tidak menunggui pasien di ruang rawat inap, diminta untuk memakai masker di lingkungan RS, serta diminta untuk memeriksakan diri kepada dokter RS untuk mendapat pengobatan

o Bila Karyawan RS mengalami infeksi saluran nafas spesifik / TBC,maka

ia diwajibkan memeriksakan diri kepada dokter RS untuk mendapatkan pengobatan, serta di wajibkan untuk cuti sakit hingga hasil pemeriksaan sputum BTA negatif 3 X.

B. Kebijakan tentang penderita penyakit menular secara hematogen

1. Kegiatan penapisan / screening terhadap kemungkinan infeksi Hepatitis B, Hepatitis C dan HIV

o Kegiatan screening dilakukan bertahap. Untuk sementara kegiatan

screening dilakukan pada pasien dengan resiko penularan infeksi tinggi, seperti pasien dengan rencana operasi atau persalinan

o Kegiatan screening dilakukan oleh paramedik menggunakan formulir

Penapisan Infeksi hematogen segera setelah pasien datang di UGD atau di unit rawat jalan

o Kriiteria yang dicari dalam screening antara lain :

Faktor Kondisi asal pasien : Pasien berasal / lama tinggal di Indramayu, Papua, Luar negeri : Eropa, Emerika, Thailand, lama di Rumah Tahanan/ Lembaga permasyarakatanFaktor Pekerjaan : Pasien bekerja di tempat hiburan malam, PSK, pasangan PSK, Waria, Anak Jalanan, Bekerja di Instansi kesehatan, LaboratoriumFaktor Riwayat Penyakit : Pernah mengalami transfusi darah, pernah sakit kuning, penyakit infeksi yang tidak sembuh2, penyakit TBC/ pneumonia luas dan beratFaktor Budaya/ Kebiasaan : Berganti-ganti pasangan hidup/ pasangan seksual, penyalah guna obat psikotropika, pengguna narkotika suntik, peminum alkohol, Bertato , homoseksual, biseksual.Faktor rencana pengobatan : Pasien rencana persalinan, pasien rencana operasi dengan resiko perdarahan

o Bila terdapat 3 atau lebih dari kriteria diatas maka sudah menjadi indikasi

untuk dilakukan screening

2. Kebijakan bagi penderita Hepatitis B dan atau Hepatitis C

Page 16: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

o Bila pasien rawat di diagnosa terinfeksi Hepatitis B dan atau Hepatitis C,

maka pada pasien dilakukan pemeriksaan dan pengobatan sesuai indikasi medis

o Penunggu pasien disarankan untuk memakai Handschoen non steril

yang disediakan RS bila kontak fisik dengan pasien. Handschoen disimpan penunggu dan tidak boleh dipakai bergantian. Diganti setiap hari dan dibuang di tempat sampah infeksius. Wajib cuci tangan setelah kontak fisik dengan pasien.

o Semua kegiatan medis dan Keperawatan terhadap pasien yang

dilakukan tenaga kesehatan RS wajib menggunakan handschoen dan bila diperlukan Apron. Handschoen dibuang sebagai sampah infeksius. Apron dekontaminasi,desinfeksi, sterilisasi

o Bila penunggu pasien mengalami infeksi Hepatitis B atau C, sedangkan

pasien tidak, maka penunggu tersebut dilarang menunggui pasien di ruang rawat inap tidak tinggal di lingkungan RS kecuali bersedia dirawat, serta diminta untuk memeriksakan diri kepada dokter RS untuk mendapat pengobatan

o Bila Karyawan RS mengalami infeksi hepatitis B atau C , maka ia

diwajibkan memeriksakan diri kepada dokter RS untuk mendapatkan pengobatan, serta di minta untuk mengundurkan diri sesuai ketentuan perundangan yang berlaku .

3. Kebijakan bagi penderita HIV (+)o Bila pasien rawat jalan didiagnosa HIV (+) maka pasien dirujuk ke RS

Pemerintaho Bila pasien Rawat inap didiagnosa HIV (+), maka dirawat di Ruang

Rawat Isolasio Penunggu pasien disarankan untuk memakai Handschoen non steril

yang disediakan RS bila kontak fisik dengan pasien. Handschoen disimpan penunggu dan tidak boleh dipakai bergantian. Diganti setiap hari dan dibuang di tempat sampah infeksius. Diwajibkan cuci tangan setiap setelah kontak fisik dengan pasien.

o Semua kegiatan medis dan Keperawatan terhadap pasien yang

dilakukan tenaga kesehatan RS wajib menggunakan handschoen dan bila diperlukan Apron. Handschoen dibuang sebagai sampah infeksius. Apron didesiinfeksi, dekontaminasi, sterilisasi

o Penanganan materi lain seperti sampah, cairan tubuh, linen, sama

dengan penanganan pasien lain.

C. Kebijakan tentang penderita penyakit menular secara enterogeno Bila pasien rawat di diagnosa mengalami diare, disentri, atau cholera maka

pada pasien dilakukan pemeriksan dan pengobatan sesuai indikasi mediso Membantu pasien BAB sesuai SOP , cuci tangan sesuai petunjuk hingga

bersih sesudah membantu BAB

Page 17: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

o Pengelolaan faeces dan atau muntahan sebagaimana petunjuk buku ini

o Linen yang terkontaminasi faeces harus segera diganti, pengelolaan linen

kotor sesuai SOPo Pengelolaan makanan sesuai SOP

o Menyuapi pasien sesuai SOP, cuci tangan sebelum dan sesudah menyuapi

o Bila penunggu pasien mengalami diare, disentri atau cholera, maka ia

dilarang menunggui pasien di ruang rawat inap, diwajibkan segera memeriksakan diri kepada dokter RS untuk segera mendapatkan pengobatan bila perlu dirawat inap.

o Bila Karyawan RS mengalami diare, disentri atau cholera,maka diwajibkan

segera memeriksakan diri kepada dokter RS untuks segera mendapatkan pengobatan. Bila perlu Cuti sakit, atau dirawat inap, Wajib mematuhi ketentuan tentang cuci tangan.

o Penggunaan toilet sebagaimana petunjuk buku ini.

D. Kebijakan tentang penderita penyakit menular secara urogeniko Bila pasien rawat di diagnosa mengalami UTI maka pada pasien dilakukan

pemeriksan dan pengobatan sesuai indikasi mediso Membantu pasien BAK sesuai SOP , cuci tangan sesuai petunjuk hingga

bersih sesudah membantu BAKo Memasang Urine catheter sesuai SOP cuci tangan sesuai petunjuk

o Pengelolaan urine sebagaimana petunjuk buku ini

o Linen yang terkontaminasi urine harus segera diganti, pengelolaan linen

kotor sesuai SOPo Bila penunggu pasien mengalami UTI maka ia diwajibkan segera

memeriksakan diri kepada dokter RS untuk segera mendapatkan pengobatan bila perlu dirawat inap.

o Bila Karyawan RS mengalami UTI maka diwajibkan segera memeriksakan

diri kepada dokter RS untuk segera mendapatkan pengobatan. Bila perlu Cuti sakit, atau dirawat inap.

o Penggunaan toilet sebagaimana petunjuk buku ini.

E. Kebijakan tentang penderita penyakit menular secara kontak kulito Selama dirawat di RSBL pasien hanya memakai pakaian dan linen yang

disediakan oleh RS, termasuk disini : Baju / celana, sarung, selimut, bantal, dll

o Bila pasien rawat di diagnosa mengalami Tinea, Herpes Zoster, Varicella, dll

maka pada pasien dilakukan pemeriksaan dan pengobatan sesuai indikasi medis

o Membantu pasien mengganti baju sesuai SOP , cuci tangan sesuai petunjuk

hingga bersih sesudah membantu mengganti pakaiano Pengelolaan urine sebagaimana petunjuk buku ini

o Pasien dimandikan sesuai SOP

Page 18: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

o Pakaian harus diganti setiap hari

o Pengelolaan linen kotor sesuai SOP

o Bila penunggu pasien mengalami Tinea, Herpes zoster atau varicella maka

ia diwajibkan segera memeriksakan diri kepada dokter RS untuk segera mendapatkan pengobatan bila perlu dirawat inap. Diberi penerangan untuk selanjutnya sesuai petunjuk dokter.

o Bila Karyawan RS mengalami Tinea, Herpes zoster, atau varicella dll maka

diwajibkan segera memeriksakan diri kepada dokter RS untuk segera mendapatkan pengobatan. Bila perlu Cuti sakit, atau dirawat inap.

F. Kebijakan tentang isolasi Pasien1. Standar Ruang Isolasi RSBL

o Letak ruangan tidak di jalur lalu lintas kegiatan medis, tidak banyak

dilalui orang, tidak disediakan ruang berkumpul di depan ruangano Pencahayaan sesuai standard

o Dilengkapi kamar mandi / toilet

o Dekat dengan ruang jaga paramedik

2. Pasien yang harus / perlu di rawat di ruang isolasio Pasien yang berpotensi tinggi menularkan penyakit secara aerogen :

TBC batuk aktif, Pneumonia dengan batuk aktifo Pasien yang berpotensi menularkan penyakit berbahaya : HIV,

SARS, Hep Bo Pasien dengan gaduh gelisah : Pasien dengan delirium, amok,

schizopreniao Pasien yang berpotensi mengganggu kenyamanan pasien lain :

pasien dengan gangren , berbau busuko Pasien dengan Tetanus

Page 19: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

Rumah Sakit Pengendalian Infeksi dari Binatang

Budi Luhur 01/KEP/SOP No Revisi

     

PROSEDUR TETAP Tanggal terbit Ditetapkan

   

Direktur

 

III. PROSEDUR TETAP PENGENDALIAN BINATANG DI RSBL

A. Pengendalian lalato Secara fisik

Pengaturan pintu ruangan agar lebih sering tertutupMencegah penumpukan sampah domestik, Pengelolaan sesuai SOPMencegah kontaminasi benda lain oleh cairan tubuh pasienMenjaga agar makanan selalu dalam keadaan tetutupMerawat luka dengan baikSanitasi toilet yang baik

o Secara kimia

Penggunaan Pestisida sprayo Cara lain

Penggunaan fly paper, Fly stickPenggunaan lampu anti lalat

B. Pengendalian Nyamuko Secara Fisik

Penggunaan Kawat kasa pada lubang jendelaPengaturan pintu yang lebih sering tertutupPencegahan penumpukan linen dalam ruanganPengaturan hygiene pasien dan penunggu pasienPenggunaan kelambu bagi pasien

Page 20: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

Pengurasan tempat penampungan airo Secara Kimia

Penggunaan pestisida sprayPemberantasan sarang nyamuk / penggunaan bubuk abateBekerjasama dengan PKM setempat dalam rangka PSN

o Cara Lain

Penggunaan lampu anti nyamuk

C. Pengendalian Tikuso Secara Fisik

Menutup semua lubang pada dinding Pencegahan penumpukan sampah domestikPengaturan penyimpanan makananSanitasi ruangan yang baik

o Secara Kimia

Memakai racun tikuso Cara lain

Penggunaan Paper stickPenggunaan perangkap tikus

D. Pengendalian hewan lainPengendalian Kucing

o Menutup semua lubang pada dinding

o Pencegahan penumpukan sampah domestik

o Pengaturan penyimpanan makanan

o Menangkap dan membuang kucing

Page 21: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

Rumah Sakit Pengendalian Infeksi dari Inanimate/Benda mati

Budi Luhur 01/KEP/SOP No Revisi

     

PROSEDUR TETAP Tanggal terbit Ditetapkan

   

Direktur

 

IV. PROSEDUR TETAP PENGENDALIAN SUMBER INFEKSI INANIMATE

A. Kebijakan tentang Pengendalian Sampah

1. Sampah Rumah sakit adalah bahan yang tidak berguna lagi, tidak digunakan, ataupun bahan yang dibuang

2. Sampah RSBL dibedakan menurut potensi infeksinya : Sampah Domestik dibedakan sesuai kemudahan pembakarannya

o Sampah domestik kering/non organik yaitu sampah yang berasal

dari benda mati biasanya berasal dari kegiatan sehari-hari RS seperti kertas, plastik, kotak minuman, kardus, dll

o Sampah domestik basah /organik : yaitu sampah yang berasal dari

benda hidup / yang dapat membusuk seperti sisa makanan, daun, buah, kulit buah, rumput dll

Sampah Infeksiuso Sampah Infeksius adalah semua sampah dari hasil kegiatan

perawatan dan pengobatan pasien, baik yang kontak langsung dengan tubuh pasien atau cairan tubuh pasien ataupun tidak kontak langsung, seperti, tabung syringe, botol infus, catheter urine, urine bag, NGT , Verband,dll

Sampah Radioaktifo Sampah radioaktif adalah sampah yang dihasilkan dari hasil

kegiatan radiologi

Page 22: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

Sampah Sitotoksiko Sampah Sitotoksik adalah sampah yang termasuk bahan beracun

berbahaya terutama jika kontak dengan tubuh seperti formalin, dll

Benda tajam o Benda tajam adalah sampah yang berbentuk tajam yang biasanya

dipakai untuk tindakan invasif kepada pasien seperti jarum suntik, jarum IV catheter, Jarum Spinal, Jarum Jahit bedah bisturi dll

3. Standard Tempat sampah di RS Budi Luhur

Tempat sampah berbentuk tabung meninggi dilengkapi tutup yang memudahkan kita membuang sampah ke dalamnya tanpa mengotori tangan, sebagian dilengkapi dengan Kenop pembuka yang digerakkan dengan cara menginjaknya.

Tempat sampah terbuat dari plastik yang kuat, warna tidak diitentukan, bagian dalamnya rata / kicin , tidak bertekstur yang dapat menambah kemingkinan menempelnya kotoran.

Tempat sampah ada beberapa ukuran :Ukuran kecil untuk disediakan di setiap wastafel dan pada trolley perawatanUkuran sedang untuk disediakan di dalam tiap ruangan rawat inap dan unit – unit pelayananUkuran besar untuk disediakan di beberapa tempat di koridor, dan lingkungan RS serta di ruang verbedding.

Tempat sampah di wastafel terdiri dari tempat sampah domestikTempat sampah di ruangan-ruangan rawat inap dan unit-unit pelayanan terdiri dari tempat sampah domestik dan tempat sampah infeksiusTempat sampah di koridor dan lingkungan RS terdiri dari Tempat sampah domestikTempat sampah di ruang verbedding terdiri dari tempat sampah domestik, tempat sampah infeksius ,tempat sampah cytotoksik, dan kotak penampung benda tajamTempat sampah di bagian radiologi terdiri dari tempat sampah domestik dan tempat sampah radioaktif

Tempat sampah domestik terdiri dari 2 tempat sampah : Tempat sampah kering/anorganik dan tempat sampah basah/organik

Bagian dalam tempat sampah dilengkapi dengan Kantung sampah sedemikian rupa sehingga sampah yang dibuang kedalam tempat sampah tersebut ditampung dengan baik oleh kantung sampah tersebut.Kantung sampah untuk tempat sampah domestik berwarna hitamKantung sampah untuk tempat sampah infeksius berwarna PutihKantung sampah untuk tempat sampah radioaktif berwarna merah

Page 23: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

Kantung sampah untuk tempat sampah cytotoksik berwarna BiruNamun demikian pemakaian warna yang seragam / hitam, masih diperbolehkan mengingat keterbatasan logistik

Diberi petunjuk yang jelas pada tempat sampah mengenai nama tempat sampah dan jenis sampah yang ditampungnya.

Tempat penampungan benda tajam terbuat dari bahan plastik atau kardus yang tahan tusukan

4. Tempat pengumpulan sampah sementara Tempat pengumpulan sampah infeksius sementara bertempat di ruang

verbedding. Tempat pengumpulan sampah domestik sementara bertempat di area

tungku pembakaran

5. Tempat pengolahan sampah akhir Tungku pembakaran

Lokasi : Halaman belakang RSBLFungsi/peruntukan : Pembakaran sampah domestikSpesifikasiUkuran : 5 x 1 meterKomposisi : betonBagianCerobong : Beton, tinggi 3 mBagian atas : Untuk pembakaran sampah domestik basahBagian bawah : Untuk pembakaran sampah kering

IncineratorMerk : Tesena Model TSN 9605ICKapasitas : 0,5m3/jam atau 70kg/jamTemperatur maksimum : 1200oCBurner : 1 buahBlower : 1 buahDimensi : 250 cm X155cmX255cmCerobong : 6 mDaya Listrik : 220V/1500Watt 50HzTangki Bahan Bakar : 60 liter solar

6. Prosedur Pengumpulan sampah di RSBL

a. Sampah di masukkan ke dalam tempat sampah sesuai jenisnya : Sampah domestik dimasukkan ke dalam tempat sampah domestik berisi kantung sampah berwarna hitam

Page 24: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

Sampah infeksius dimasukkan ke dalam tempat sampah infeksius berisi Kantung sampah berwarna KuningSampah radioaktif , beracun / berbahaya dimasukkan ke dalam tempat sampah radioaktif berisi Kantung sampah berwarna merahSampah cytotoksik dimasukkan ke dalam tempat sampah cytotoksik berisi kantung sampah berwarna UnguBenda tajam dimasukkan kedalam tempat tahan tusukkan. Selalu memegang benda tajam menggunakan alat seperti pinset,needle holder atau klem.

b. Petugas Bagian Pemeliharaan Berkeliling memeriksa seluruh kantung sampah di RSBL setiap pagi sesuai jadwal kerjanya, sambil membawa trolley sampah

Kantung sampah domestik yang sudah penuh 2/3 nya diambil dan diganti dengan kantung baru yang sama warnanya. Atau kantung yang sudah berbau busuk dan atau mengundang lalat diambil dan diganti dengan yang baru.

Kantung sampah infeksius setiap hari diganti dengan yang baru. Tidak boleh ada penumpukan sampah infeksius di ruangan2. Beritahukan kepada pasien dan keluarganya bahwa sampah akan diambil.

Sampah radioaktif dikelola oleh petugas radiologi /lab/ farmasi Sampah cytotoksik dikelola oleh paramedik dan atau petugas lab Benda tajam dikelola oleh paramedik.

c. Sampah dikumpulkan di tempat penyimpanan sementara Sampah domestik dibakar setiap hari di tungku pembakaran Sampah infeksius dikumpulkan di ruang verbedding hingga penuh 2/3

kantung sampah besar. Bila sudah penuh 2/3nya. Kantung sampah diambil dan diganti yang baru. Kantung sampah dikirim ke bagian incinerator.

Sampah radioaktif selanjutnya dikemas dan diangkut sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku, diserahkan ke BATAN untuk penanganan lebih lanjut

Sampah cytotoksik bila sudah penuh 2/3 dikirim ke bagian incinerator Sampah benda tajam dikumpulkan dalam wadah tahan tusukan hingga

penuh 2/3nya. Setelah itu dikirim ke bagian incinerator. Semua tempat penyimpanan sementara dibersihkan dan didesinfeksi

setiap kali dikosongkan

7. Prosedur pembakaran sampah domestik di Tungku Pembakaran Petugas pemeliharaan menyiapkan tungku pembakaran. Bersihkan dari

sisa2 pembakaran Masukkan kantung sampah domestik kering ke bagian bawah tungku. Dengan bantuan minyak tanah atau solar maka sampah kering dibakar Setelah api menyala cukup besar , masukkan kantung sampah

domestik basah ke bagian atas tungku Pelihara api menyala sampai semua sampah terbakar habis.

Page 25: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

Tunggu sampai api benar-benar padam, bila perlu dibantu dengan air Tutup pintu tungku rapat2

8. Prosedur pembakaran sampah di Incenerator Pelaksana pembakaran incinerator adalah petugas bagian pemeliharaan

yang sudah terlatih dan sudah mendapat sertifikat pelatihan penggunaan Incinerator.

Buat berita acara pembakaran sampah dalam buku catatan dimana tercantum tanggal, jumlah sampah, berat, asal sampah, jenis sampah, pelaksana pembakaran

Secara teknis pembakaran tidak dilakukan sampai sampah yang terkumpul sudah cukup banyak / mendekati 70 kg

Bila belum mencapai berat / jumlah sampah yang cukup, maka sampah yang terdapat dalam kantung2, disimpan di bagian penyimpanan sementara.

Mulai pembakaran :o Pelaksana pembakaran incinerator adalah petugas bagian

pemeliharaan yang sudah terlatih dan sudah mendapat sertifikat pelatihan penggunaan Incinerator.

o Periksa Ruang pembakaran, bersihkan dari sisa2 pembakaran.

Periksa ulang kondisi stop kontak, tangki bahan bakar dan kompresor

o Masukkan kantung2 sampah kedalam ruang pembakaran

o Tutup pintu ruang pembakaran, kunci dengan kuat

o Isi tangki bahan bakar dengan Solar kurang lebih 20 L

o Hubungkan aliran listrik dengan stop kontak incinerator. Pindahkan

Saklar pada posisi ONo Putar Timer yang diinginkan sesuaikan dengan jumlah sampah

yang akan dibakar. Maksimal waktu pembakaran adalah 2 jam. Standard waktu pembakaran adalah 1 jam untuk sampah 70 kg.

o Tekan tombol pengatur diluar ruangan yang mengacu pada

sampah yang akan dibakar, Lampu Indikator Burner 1 akan menyala

o Tekan tombol pengatur suhu didalam ruangan yang dikehendaki,

lampu Burner 2 akan menyala. Suhu standard untuk pembakaran sampah infeksius adalah 1000oC

o Incinerator akan bekerja secara otomatis dan mesin akan berhenti

bekerja dengan sendirinya.o Tunggu sampai incinerator dingin, periksa ulang ruang pembakaran,

kondisi tangki, kompresor, stop kontak,kabel2 dll

9. Pengolahan sampah organik dengan pembuatan kompos

Page 26: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

Saat ini sedang dipelajari tentang bagaimana mengolah sampah organik menjadi kompos. Diharapkan, dapat terlaksana sistem Zero Waste production, dimana sampah non organik habis dibakar di tungku pembakaran, sampah organik dibuat kompos, serta sampah infeksius habis dibakar di incinerator

10. Skema Pengolahan sampah :

R. MedRec/ Administrasi / Kantor

Dapur / Kantin

R. Perawatan / Watsus

R. Poliklinik / UGD

R. Operasi / R.Bersalin

Laboratorium

Farmasi

Laundry dll

Radiologi

Tempat Sampah Domestik / Kantung Plastik Warna Hitam

Tempat Sampah Infeksius / Kantung

Plastik Warna Kuning

Tempat Sampah Cytotoksik / Kantung Plastik Warna Ungu

Tempat Sampah Bahan Beracun Berbahaya /

Kantung Plastik Warna Merah

TPS

TPS

TPS

TPA Tungku RS

TPA Umum

INCI

NER

ATO

RB

A T

A N

Page 27: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

B. Kebijakan tantang Pengendalian Limbah

1. Pengertian Limbah adalah air buangan dan tinja yang berasal dari Rumah sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun, dan radioaktif yang berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan

2. Limbah menurut asalnya dapat dibedakan menjadi 2 macam : Limbah yang berasal dari tubuh manusia : Urine, faeces, darah, muntahan,

secreta (dahak, ingus,pus) Limbah yang berasal dari kegiatan medis : cairan chlorine, larutan savlon,

larutan antiseptik, desinfektan, sisa obat cair, dll Limbah yang berasal dari kegiatan sehari-hari : air mandi, cucian piring, dll Limbah air hujan

3. Menurut pengelolaannya, dibedakan menjadi : Limbah yang masuk saluran air dan dikelola melalui Unit Pengolahan Limbah

(UPL) Limbah yang dikelola dalam septic tank : Faeces Limbah air hujan melalui saluran drainase

4. Standard saluran air limbah menuju UPL RSBL : Merupakan saluran - saluran yang mengarah pada satu tempat,yaitu UPL Merupakan saluran tertutup semi permanen, terbuat dari Pipa Paralon

berkualitas baik. Saluran yang terdapat di luar tanah diberi warna merah Terdapat bak-bak kontrol di tempat2 tertentu

5. Standard Ruang Toilet / Kamar mandi RSBL Terdapat di semua ruang rawat inap dan unit pelayanan RSBL Menurut pemakainya, dibagi atas :

o Toilet ruangan rawat inap, diperuntukkan bagi pasien dan penunggu

pasieno Toilet pengunjung, diperuntukkan bagi pengunjung, terbagi atas toilet

pria dan wanitao Toilet Karyawan diperuntukkan bagi karyawan RS

Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan dan kapasitas lahan Lantai terbuat dari keramik, dan tidak licin Jamban duduk terbuat dari keramik dilengkapi reservoar air minimal 5 L dan

siphon penahan bau Jamban jongkok terbuat dari keramik dilengkapii siphon penahan bau Pembuangan air dilengkapi sipon penahan bau Tersedia bak mandi atau shower sesuai kebutuhan

Page 28: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

Lubang udara berhubungan dengan ruang bebas Terdapat tanda peringatan untuk menjaga kebersihan, dan penghematan air

6. Standard Spoolhoek RSBL Bukan tempat cuci tangan Terdapat di unit pelayanan UGD, Poliklinik, OK, VK, HCU, Verbedding, Dapur Terbuat dari Stainless steel, dilengkapi tutup lubang, dan siphon Tersedia air bersih dengan keran yang mudah dibuka tutup dan tidak

berkarat Tersedia tanda peringatan bukan tempat cuci tangan

7. Standard saluran faeces Toilet duduk dilengkapi reservoar air minimal 5 L dan siphon penahan bau Toilet jongkok dengan siphon penahan bau Pipa Paralon dibawah tanah diameter minimal 3 Inch

8. Standard Septic Tank RSBL Komposisi semen, pasir dan Batu bata. Terdiri dari 2 ruangan penampung feces dan 1 reservoar air yang terhubung

dengan saluran limbah menuju UPL, 1 lubang udara yang menuju lahan terbuka

Dimensi tergantung kapasitas ruangan dan perkiraan pemakai toilet Kapasitas tergantung dimensi septic tank

9. Standard Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)RSBL

IPAL berfungsi mengolah limbah cair non tinja sebelum dibuang ke badan air lingkungan

Lokasi IPAL berada di blok / area pengolahan limbah ( lihat denah master plan / site plan)

IPAL terdiri dari :o Bak Pengumpul ( slump well ) : berfungsi untuk menampung limbah

cair dari seluruh kegiatan RS sebelum diolah pada unit selanjutnya. Pada bak ini akan terendap partikel2 kasar dan mudah mengendap. Bak pengumpul terdiri dari beberapa bak, dimana inlet dan outlet sama tingginya.

o Bak Sedimentasi awal : berfungsi untuk mengendapkan partikel2

kasar yang belum terendapkan di bak pengumpul. Pada bak ini diberikan koagulan untuk menambah sedimentasi. Bahan koagulan yang digunakan akan ditentukan kemudian.

o Bak Filtrasi : Berfungsi menyaring partikel halus yang mungkin lolos

dari bak pengendap. Jenis Filtrasi yang digunakan adalah Slow sand

Page 29: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

filter. Bahan yang digunakan untuk filter adalah Pasir silika, kwarsa, kalsit, magnetit, kerikil, dan arang.

o Bak Aerasi : Berfungsi mensuplai oksigen dan juga penambahan

tawas sehingga tercampur secara homogen antara limbah cair dengan air dan bahan kimia sehingga memudahkan untuk diendapkan. Diharapkan bisa menghilangkan gas yang tidak diinginkan dalam air serta menghilangkan kotoran seperti Fe, Mn, rasa dan bau. Permberian oksigen dilakukan dengan menggunakan blower selama beberapa jam. Dilakukan pada siang hari sehingga diharapkan suhu air meningkat, dan bak aerasi dibuat lebih luas.

o Bak Klorinasi : Berfungsi membunuh kuman patogen, oksidasi Fe dan

Mn, menghilangkan rasa dan bau, menghilangkan warna, mengontrol lumut. Bahan yang digunakan adalah chlorine.

o Bak penampung akhir / Bak resapan : Berfungsi menampung limbah

cair yang terolah dan meresapkan ke media tanah sebagai media akhir.

o Bak Resapan dapat digantikan dengan Clear well ( kolam terbuka)

sengan indikator pemeliharaan ikan, kemudian air dialirkan ke badan air ke saluran kota, sehingga air libah RS bergabung dengan limbah lainnya dan limbah rumah tangga warga sekitar.

Proses pengolahan melalui IPAL dilakukan setiap hari Pengolahan melalui IPAL dilaksanakan oleh petugas pemeliharaan yang

sudah dilatih secara internal.

10. Prosedur Pembuangan limbah: Faeces dari pasien/penunggu/pengunjung/karyawan sendiri dalam toilet

diguyur air yang banyak, minimal 5 L, hingga faeces benar-benar masuk seluruhnya dan tidak timbul lagi

Faeces dari pasien dalam pispot dialirkan dengan air kedalam toilet kemudian diguyur air yang banyak, minimal 5 L, hingga faeces benar-benar masuk seluruhnya dan tidak timbul lagi. Pispot dibersihkan diatas Spoolhoek hingga bersih. Petugas cuci tangan dengan sabun antiseptik.

Urine dari pasien/penunggu/pengunjung/karyawan sendiri dalam toilet diguyur air yang banyak, minimal 2 L, hingga urine benar-benar masuk seluruhnya dan tidak berbau/berwarna. Guyur sekitar toilet untuk membersihkan cipratan di lantai.

Urine dari pasien dalam Urinal dialirkan dengan air kedalam toilet kemudian diguyur air yang banyak, minimal 2 L, hingga Urine benar-benar masuk seluruhnya dan tidak berbau/berwarna. Urinal dibersihkan diatas Spoolhoek hingga bersih. Petugas cuci tangan dengan sabun antiseptik

Page 30: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

Cairan tubuh : Darah, cairan ascites, cairan pleura, pus, secreta, dahak, ingus, muntahan, dibuang ke dalam spoelhoek, diguyur air yang banyak. Cuci tangan dengan sabun antiseptik di wastafel.

Sisa obat cair / infus dibuang melalui spoolhoek, diguyur air.

11. Skema Pengolahan Limbah

Kamar Operasi

RESERVOIR

SUMBER AIR PDAM / SUMUR

POMPA

Kamar Bersalin

Poliklinik

UGD

Dapur

Laundry

Verbedding

Ruang Perawatan / wastafel / spoolhoek

Laboratorium

Radiologi

SUMBER AIR PDAM / SUMUR POMPA

RESERVOIR

KAMAR MANDI / WC

LAIN - LAIN

IPAL

DRAINASE

SEPTIC TANK

Page 31: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

12. Diagram alir IPAL RSBL

BIDANG RESAPAN / CLEAR WELL

BATANBADAN AIR

Sumber Limbah Cair

Bak kontrol

Sedimentasi 1

Koagulasi / flokulasi

Sedimentasi 2

Netralisasi

Klorinasi

Aerasi

Clear Well

Blower

Filtrasi

Page 32: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

C. Kebijakan tentang Pengendalian Permukaan1. Pengertian permukaan : Seluruh permukaan dari Sarana/ Prasarana/

peralatan yang potensial menampung droplet dan mikroorganisme dan banyak berhubungan dengan pasien/penunggu/karyawan/pengunjung.

2. Ruang lingkup Permukaan : Permukaan Kaca, permukaan meja makanan, permukaan meja kerja, permukaan bedside cabinet, permukaan trolley, permukaan lantai, permukaan peralatan / instrumen

3. Prosedur pengendalian permukaan : Permukaan Lantai :

o Petugas Pelaksana adalah petugas bagian pemeliharaan dibantu

karyawan lainnya. Pada dasarnya seluruh karyawan RSBL bertanggung jawab atas kebersihan ruangan yang menjadi tanggung jawabnya.

o Jadwal mengepel lantai : setiap hari , dua kali sehari, pagi dan sore

o Ruang lingkup : seluruh lantai di seluruh ruangan RSBL dengan

Prioritas : Ruang rawat inap, Koridor, Poliklinik, UGD, Toilet/ Kamar mandi

o Air pembersih adalah air bersih ditambah larutan pembersih yang

bersifat antiseptik atau dicampur Kaporit sesuai petunjuk desinfeksi pada bab III (larutan chlorine 0,5%)

o Prosedur :

Kain Pel bersih dicelupkan ke dalam ember berisi air pembersihKain Pel di peras secukupnyaDengan menggunakan tongkat pel kain pel diusapkan merata pada lantai sambil digosokkan bila ada noda kotorKain pel dicelupkan ke dalam ember untuk dibilas dan diperasKain Pel kembali diusapkan ke lantai demikian seterusnya sampai seluruh lantai dibersihkan atau sampai air dalam ember keruh hingga tidak bisa membilas kain pel lagi.Bila sudah selesai, air sisa dalam ember dibuang melalui spoolhoek di ruang verbedding atau ruang pemeliharaan, kain pel dicuci diatas spoolhoek.Pelaksana memakai sarung tangan karet dan cuci tangan di wastafel

o Peralatan di simpan di ruang pemeliharaan / verbedding

Permukaan lain :o Petugas Pelaksana adalah petugas bagian pemeliharaan dibantu

karyawan lainnya. Pada dasarnya seluruh karyawan RSBL bertanggung jawab atas kebersihan ruangan yang menjadi tanggung jawabnya.

Badan Air

Page 33: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

o Persiapkan larutan Chlorine 0,5 % dan lap bersih. Petugas memakai

hand gloves karet rumah tangga /non sterilo Setelah permukaan disiapkan dari benda2 diatasnya, maka lap

bersih dicelupkan kedalam larutan chlorine 0,5% kemudian diperas. Secukupnya.

o Usapkan lap tersebut ke permukaan secara merata.

o Bilas lap dalam larutan tersebut dan peras lagi sehingga lap bisa

digunakan kembali.o Bila sudah selesai, air sisa dibuang lewat spoolhoek. Kain lap

dibersihkan di atas spoel hoek. Sarung tangan dibersihkan diatas spoolhoek.

o Peralatan disimpan di ruang pemeliharaan

o Petugas cuci tangan diatas wastafel.

D. Kebijakan tentang Pengendalian Linen1. Pengertian Linen adalah segala jenis aset RS yang terbuat dari kain2. Secara umum Linen terdiri atas :

Linen Kelengkapan pakaian Linen Kelengkapan Tempat tidur Linen Pelengkap ruangan Linen Kelengkapan tindakan

Linen Kelengkapan Pakaian terdiri dari : Baju Pasien dewasa pria Baju pasien dewasa wanita Baju Pasien anak Sarung Pakaian Pelindung Pakaian khusus ruang OK pria Pakaian khusus ruang OK wanita Masker kain Head cap kain

Linen Kelengkapan tempat tidur terdiri dari : Seprai putih Seprai warna Selimut tipis bergaris Selimut tebal warna Laken Handuk alas kepala Sarung bantal Sarung guling

Linen Kelengkapan Ruangan terdiri dari :

Page 34: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

Gordyn jendela tipis Gordyn jendela tebal pendek Gordyn Jendela tebal panjang Gordyn penyekat

Linen Kelengkapan tindakan terdiri dari : Pakaian Operasi Apron Duk kecil Duk sedang Duk Besar Duk Bolong kecil Duk bolong sedang Duk Bolong besar

3. Dilihat dari potensi infeksinya, Linen dibagi dalam tiga kategori : Linen Non Infeksius

Yaitu Semua linen yang tidak berhubungan langsung dengan tubuh pasien dan tidak terkontaminasi oleh cairan tubuh pasienContoh : Gordyn, tirai,kelambu, taplak meja, (yg tidak kontak dg tubuh atau cairan tubuh pasien )

Linen Infeksius non kontaminasiYaitu Linen yang berhubungan langsung dengan tubuh pasien namun tidak terkontaminasi cairan tubuh pasienContoh : Pakaian pasien, selimut, seprai,sarung, dll yang tidak terkena cairan tubuh pasien

Linen Infeksius TerkontaminasiYaitu Linen yang langsung berhubungan dengan tubuh pasien ataupun tidak, yang terkontaminasi cairan tubuh pasienContih : Duk, jas operasi, atau linen lain yang terkontaminasi cairan tubuh pasien (darah, urine, muntahan, sputum, faeces, dll)

Khusus untuk pasien dengan Hepatitis B , Hepatitis C dan atau HIV, maka semua linen infeksius dianggap terkontaminasi.

4. Standard Ruang penyimpanan Linen Ruang penyimpanan Linen merupakan ruangan penyimpanan barang-barang

milik RS yang terbuat dari kain yang tidak sedang dipakai / didistribusikan ke ruangan-ruangan.

Lokasi berdekatan dengan ruang laundry dan ruang penyetrikaan / perbaikan/ packing.

Luas Ruangan disesuaikan denga kebutuhan. Merupakan suatu ruangan tertutup, dengan ventilasi dan pencahayaan yang cukup.

Page 35: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

Dibuat aman terhadap hewan tikus, ngengat, nyamuk, laba-laba. Terdapat lemari rak dilengkapi pintu – pintu yang selalu tertutup

5. Standard Fasilitas Laundry RSBL

A. Standard Prasarana / Ruangan Laundry RSBL Lokasi ruangan laundry bisa dijangkau oleh unit lain dengan mudah ( sesuai

dg masterplan RS ) , Tidak berdekatan dengan ruangan rawat inap pasien, dan tidak dijalan lintas.

Lantai terbuat dari plester yang kuat, rata, tidak licin, dan kemiringan memadai

Tersedia saluran pembuangan air kotor sistem tertutup, dengan ukuran, bahan, dan kemiringan yang memadai

Tersedia Ruangan / area penirisan / pengeringan linen yang baru dicuci Tersedia ruangan – ruangan :

o Ruang Linen kotor

o Ruang linen bersih

o Toilet

o Gudang untuk menyimpan alat2 laundry dan alat kebersihan

Pintu masuk ruang laundry untuk linen kotor berbeda dengan pintu keluar linen yang bersih. Ada jalur transport tertentu agar linen bersih tidak terinfeksi lagi linen kotor

B. Standard sarana Laundry RSBL Tersedia Kran air bersih dengan kualitas dan tekanan yang cukup Tersedia pencahayaan yang cukup ±200 Lux Tersedia alat-alat kebersihan Tersedia jalur listrik yang aman dari cipratan air Tersedia wastafel

C. Standard Peralatan dan Obat-obatan di Unit Laundry RSBL Tersedia mesin cuci yang dapat mencuci berbagai jenis linen Tersedia bahan 2 yang diperlukan untuk melakukan Proses Dekontaminasi,

desinfeksi dan Pencucian biasa sebagaimana yang dijelaskan pada Bab II Tersedia sikat dan pengaduk cucian

D. Standard Sumber daya manusia di unit Laundry RSBL Petugas bagian pemeliharaan yang sudah dilatih secara internal tentang

pengelolaan linen

6. Standard Pengelolaan Linen Kotor di RSBL

A. Pengumpulan Linen Kotor Linen kotor segera diambil dan dimasukkan kedalam wadah / ember besar

bertutup . Jangan dibiasakan menaruh linen kotor di lantai.

Page 36: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

Wadah linen kotor dibedakan sesuai jenis linen menurut potensi infeksiusnya : Linen infeksius disimpan pada ember khusus linen infeksius. Sedangkan linen non infeksius disimpan pada embernya sendiri.

Contoh : Pasca operasi, semua duk yang terkena darah dimasukkan ke ember khusus jangan ditaruh dilantai. Segera buka jas operator/asisten / instrumenter dan segera masukkan ke ember . Disediakan ember di ruang ganti baju. Baju OK dimasukan ke ember di ruang ganti baju.

Tutup ember dengan baik. Usahakan linen tidak ada yang menyembul keluar. Segera transport ke bagian laundry. Dengan trollry khusus.

INGAT ! selalu gunakan pelindung tangan / handschoen setiap memegang linen terkontaminasi. Selalu mencuci tangan sesudah menyentuh linen terkontaminasi.

B. Transport Linen kotor dalam ember tertutup menggunakan trolley khusus dengan jalur yang sudah ditentukan, langsung ke ruang laundry. Jangan berhenti atau mampir ke mana-mana.

C. Masuk ke ruang laundry melalui pintu masuk linen kotor. Taruhlah ember tertutup pada ruangan linen kotor. Lakukan serah terima dengan petugas laundry.

D. Petugas laundry mempelajari linen yang terkumpul. Selalu memisahkan linen non infeksius, dan linen infeksius. Hitunglah jumlah linen seluruhnya yang akan dicuci. INGAT Selalu memakai APP standard ruangan laundry.

Page 37: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

E. Perhatikan bagan sbb :

SKEMA ALUR PENGELOLAAN LINEN KOTOR

LINEN KOTOR

Linen Non Infeksius

DEKONTAMINASI

Linen Potential Infeksius

D E S I N F E K S I

PROSES PENCUCIAN BIASA

Linen Non Tindakan Linen Tindakan

STERILISASI DI PUSAT STERILISASI

D I S T R I B U S I

PENGERINGAN , PERBAIKAN, PENYETRIKAAN, PACKING

Page 38: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

F. Penjelasan mengenai proses dekontaminasi, desinfeksi dan sterilisasi, dijelaskan pada Bab II.

G. Proses dekontaminasi, desinfeksi, pencucian biasa dilakukan di ruang laundry dalam bak-bak cuci yang tersedia. Sterilisasi dilakukan di Pusat Sterilisasi RSBL.

H. Pada pelaksanaannya, Petugas laundry bertugas hingga ke proses pengeringan. Proses Perbaikan, Penyetrikaan, Packing dilakukan bersama-sama antara Paramedik , Pembantu Paramedik dan petugas Laundry. Proses Sterilisasi Dilakukan oleh Paramedik. Distribusi dilakukan oleh Masing masing Kepala Ruangan, dengan sepengetahuan kepala unit Linen, melalui buku distribusi. Penyimpanan dilaksanakan di ruang penyimpanan Linen oleh Kepala unit Linen.

P E N Y I M P A N A N

Page 39: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

Rumah Sakit Pengendalian Sumber Infeksi Lingkungan

Budi Luhur 01/KEP/SOP No Revisi

     

PROSEDUR TETAP Tanggal terbit Ditetapkan

   

Direktur

 

V. PROSEDUR TETAP PENGENDALIAN LINGKUNGAN

A. Kebijakan tentang Ruangan dan Bangunan

1. Lingkungan , ruang dan bangunan RS harus selalu dalam keadaan bersih, mudah dibersihkan, dan tersedia fasilitas sanitasi yang memenuhi persyaratan kesehatan

2. Lingkungan , ruang danbangunan Rumah sakit tidak memungkinkan sebagai tempat bersarang dan berkembangbiaknya serangga, binatang pengerat dan binatang pengganggu lainnnya.

3. Bangunan RS harus kuat , utuh, terpelihara, mudah dibersihkan, dan dapat mencegah penularan penyakit serta kecelakaan

4. Tata ruang dan penggunaannya harus sesuai dengan fungsinya, serta memenuhi persyaratan kesehatan.

5. Konstruksi : Lantai

o Lantai terbuat dari bahan yang kuat, yang kedap air, permukaan rata, tidak licin dan mudah dibersihkan

o Lantai yang selalu kontak dengan air, kemiringannya harus cukup ke arah saluran limbah / drainase

o Lantai harus selalu bersih, dibersihkan 2 x sehari, tingkat kebersihan memenuhi syarat

Dinding

Page 40: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

o Permukaan dinding harus rata, berwarna terang, dicat tembok, dan mudah dibersihkan

o Permukaan dinding yang selalu terkena percikan air harus dilapisi bahan yang kuat dan kedap air

Ventilasio Ventilasi dapat menjamin peredaran udaradi dalam kamar dengan

baiko Tersedia lubang udara yang cukup dan dibersihkan secara berkalao Dapat dilengkapi Exhauster Fan, Kipas angin dan atau AC

Atapo Atap harus kuat, dan tidak menjadi tempat perindukan serangga dan

tikus atau binatang lainnya. o Kerangka atap perlu diresidu dulu agar tahan terhadap rayap. o Pemeriksaan secara berkala terhadap kemungkinan kebocoran

Langit-langito Kuat, berwarna terang dan mudah dibersihkano Tinggi minimal 2,5 m dari lantaio Kerangka kayu dibuat anti rayap

Pintuo Pintu harus kuat, dapat mencegah masuknya serangga , tikus dan

binatang pengganggu lainnya.o Menggunakan cat anti rayapo Dilengkapi shutter otomatiso Dibuat sedemikian rupa sehingga pembukaan pintu dapat diminalisir,

misalnya dengan membagi pintu menjadi 2 bagian, 1 bagian cukup untuk dilewati 1 orang saja. Bagian lain lebar, dibuka jika ada bed atau trolley yang melewati.

o Tersedia lubang kaca sehingga paramedik dapat mengawasi ruangan tanpa harus selalu membuka pintu.

Instalasio Pemasangan jaringan instalasi air bersih, air limbah, listrik, Oksigen,

Suction, sistem penghawaan, sarana komunikasi dll harus rapi, aman dan terlindung.

Page 41: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

6. Perbandingan jumlah tempat tidur dan dengan luas lantai untuk ruang perawatan :Ruang bayi

Ruang perawatan minimal 2m2 per Bed Ruang isolasi minimal 3 m2 per bed

Ruang dewasa Ruang perawatan minimal 4,5m2 per bed Ruang isolasi minimal 6 m2 per bed

B. Kebijakan tentang pengendalian Udara Pengendalian udara indoor

o Disiplin melaksanakan prosedur pengendalian penularan infeksi dari penderita penyakit yang menular secara aerogen.

o Isolasi pasien yang potensial tinggi mencemarkan udara dengan penyakit yang dideritanya.

o Isolasi pasien dengan penyakit yang menimbulkan bau tak sedap.o Pembersihan Ruangan dilakukan rutin sehari dua kali, pagi dan sore.o Pembersihan lantai ruangan perawatan dilakukan setelah jam makan,

jam kunjungan, atau segera bila diperlukan.o Menghindari pembersihan ruangan yang menimbulkan debu,

terutama bila dalam ruangan masih ada pasien yang menginap.o Lubang angin disediakan agar menjamin penggantian udara. Luas

lubang angin minimal 10% luas lantai. Dilengkapi kawat kasa. Dibersihkan secara berkala.

o Pada ruangan yang kekurangan lubang angin disediakan exhaust fan.o Udara di dalam Ruang Operasi, Ruang Bersalin dan High Care Unit

dibuat sedemikian rupa sehingga selalu berada dalam tekanan positip saat digunakan, dengan cara menggunakan AC, ruangan tertutup, dan meminimalkan potensi penampungan debu dalam konstruksi ruangan.

o Menghindari penumpukan sampah dalam ruangan yang dapat menimbulkan bau

o Menghindari penumpukan makanan yang cenderung cepat membusuk. Menutup makanan dalam wadah / tempat tertutup.

Page 42: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

o Menghindari pemakaian /penumpukan linen kotor yang dapat menimbulkan bau

o Menghindari padatnya penunggu pasien dalam ruangan, maksimal 2 orang penunggu pasien dalam ruangan.

o Menjaga sanitasi toilet dalam ruangan. Pengendalian udara outdoor

o Jalur lalu lintas kendaraan bermotor dan parkir diletakkan jauh dari area rawat inap.

o Dipasang papan peringatan untuk kendaraan bermotor agar Jalan Perlahan dan larangan membunyikan klakson

o Asap incinerator dialirkan ke udara bebas dengan cerobong asap setinggi 6 meter.

o Incinerator diletakkan jauh dari area rawat inap.o Menambah jumlah tanaman perdu di area terbuka RSBL dalam

bentuk taman.o Menambah tanaman hias dalam pot di seluruh bagian RSBL.o Sampah diletakkan dalam wadah tertutup dan dibuang setiap hari.

C. Kebijakan tentang pencahayaan Standard Pencahayaan di ruangan-ruangan :

No Ruangan Satuan Terang (lux) Keterangan1 Ruang Inap saat tidak tidur 100 – 200 Sedang2 Ruang Inap saat tidur Max 503 Ruang Operasi 300 – 500 Sejuk4 Meja Operasi 10.000 – 20.000 Tanpa bayangan5 Ruang Bersalin 300 – 500 Sejuk6 Ruang Tindakan Kebidanan 300 – 5007 Recovery Room 300 – 500 Sejuk8 High Care Unit 300 – 500 Sejuk9 High Care Unit saat tidur Max 30010 Ruang Isolasi 0,1 – 0,5 Biru11 Laboratorium 300 – 500 Sedang12 Radiologi 75 – 10013 Koridor Min 60 Malam14 Koridor rawat inap saat tidur Max 100 Malam15 Kantor Min 10016 Apotik Min 20017 Dapur Min 200

Page 43: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

18 Toilet Min 10019 Laundry Min 20020 Area Parkir Min 300

Kebijakan menyalakan lampuo Lampu ruangan rawat inap dinyalakan mulai pukul 17.30, atau

sebelumnya bila diperlukan.o Lampu ruangan rawat di kurangi pada pukul 22.00 saat waktu tidur, bila

diperlukan, pasien bisa menggunakan lampu yang disediakan di setiap Cubicle.

o Lampu ruangan rawat inap di matikan pada pukul 05.30 atau lewat bila diperlukan.

o Lampu koridor di luar rawat inap dinyalakan pukul 17.30 s/d 05.30 atau sesuai kebutuhan.

o Lampu koridor di area rawat inap dinyalakan mulai pukul 17.30, atau sebelumnya bila diperlukan.

o Pada waktu tidur atau pukul 22.00 lampu koridor di area rawat inap dikurangi, atau di ganti dengan lampu dinding yang intensitasnya lebih kecil.

o Lampu di ruangan2 yang tidak terpakai dimalam hari, tidak dinyalakan.o Lampu di ruangan2 yang membutuhkan penerangan di siang hari dapat

dinyalakan sesuai kebutuhano Lampu di area taman, halaman, dan area parkir dinyalakan mulai pukul

17.30 s/d 05.30 , atau sesuai kebutuhan.o Lampu di ruangan isolasi tergantung pasien yang menginap di dalamnya.

Bila pasien yang di rawat di ruang isolasi adalah pasien Tetanus, maka lampu yang dinyalakan hanya lampu ruangan berwarna biru yang intensitasnya kecil. Sedangkan bila pasien yang menginap bukan pasien tetanus, maka aturan menyalakan lampu sebagaimana ruang rawat inap lainnya.

Setiap tindakan medis harus mendapatkan pencahayaan yang cukup, baik melalui lampu ruangan, lampu operasi, ataupun lampu sorot

Semua penerangan oleh lampu, baik outdoor maupun indoor tidak boleh menyilaukan, intensitas cahaya disesuaikan peruntukannya

Dilakukan pembersihan secara berkala sesuai program pemeliharaan Dilakukan Penggantian lampu yang tidak berfungsi dengan baik Jaringan instalasi listrik diperiksa secara berkala sesuai programpemeliharaan

Page 44: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

D. Kebijakan tentang Kebisingan Bel ruangan pemanggil perawat diletakkan di ruangan perawat. Di siapkan lampu

penunjuk ruangan pasien yang memanggil / menekan bel. Jalur jalan kendaraan keluar masuk RS terletak jauh dari area ruang rawat inap,

dipasang papan peringatan untuk tidak menghidupkan klakson dan berkendara perlahan.

Dipasang papan peringatan di lingkungan RS : Harap Tenang Semua Karyawan dilarang berbicara keras, tertawa keras. Dibuat program terpadu RS Bersih , Tenang dan Asri. Generator listrik diletakkan jauh dari Area rawat inap, diletakkan dalam ruangan

khusus di bawah tanah dilengkapi peredam suara. Pengunjung dan penunggu pasien di area rawat inap dibatasi, dan dihimbau

untuk menjaga ketenangan RS. Semua roda-roda trolley, Bed pasien , dan brankar di periksa secara berkala

hingga tidak menimbulkan derit.

E. Kebijakan Tentang suhu ruangan Suhu standar Ruangan- ruangan

No RUANGAN SUHU (Co) KELEMBABAN (%)1 Operasi 22 – 25 50 – 602 Bersalin 22 – 25 50 – 603 Recovery 24 – 25 50 – 604 Perawatan ibu – bayi 26 – 27 40 – 505 HCU 26 – 27 40 – 556 Rawat inap 26 – 27 40 – 557 Isolasi 22 – 25 40 - 55

Dipasang thermometer ruangan dan hygrometer ruangan untuk mengawasi suhu dan kelembaban ruangan

Bila suhu ruangan melebihi batas atas standar maka diusahakan menurunkan suhu ruangan dengan beberapa cara menurut prioritas : Mengurangi kepadatan dengan membatasi pengunjung / penunggu pasien, menyalakan kipas angin / exhaust fan, membuka jendela – jendela, menyalakan AC

Kebijakan tentang kipas angin

Page 45: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

o Kipas angin disediakan di ruang rawat inap kelas II dan Kelas IIIo Kipas angin di ruang rawat inap kelas II disediakan di tiap cubicle dengan

jenis wall fano Kipas angin di ruang rawat inap kelas III disediakan 1 ceiling fan untuk 4

cubicleo Kipas angin dinyalakan bila diperlukan.o Pada kegiatan medis tertentu tidak boleh menyalakan kipas angin :

mengganti balutan, memandikan pasien Kebijakan tentang Air Conditioner /AC

o AC disediakan di ruangan rawat inap kelas I, Ruang Operasi, Ruang bersalin, Ruang HCU, Ruang UGD

o AC dinyalakan bila diperlukano AC dibersihkan secara berkala sesuai program pemeliharaan

F. Kebijakan tentang Penyediaan air bersih dan drainase Penyediaan air bersih di RSBL berasal dari 2 sumber : Air PDAM dan air tanah Air PDAM disalurkan dari pipa air PDAM ke ruangan2 yang memerlukan melalui

pipa2 tertutup, langsung keluar melalui kran, tanpa melalui reservoir air. Air tanah diambil dari beberapa titik melalui pompa penyedot, kemudian

ditampung dalam masing-masing reservoir , kemudian dialirkan ke ruangan-ruangan melalui pipa2 tertutup.

Pipa2 tertutup pengalir air dapat terbuatdari pipa besi ataupun pipa paralon bermutu.

Reservoir standar terbuat dari bahan fiber glass atau metal tahan karat dengan kapasitas minimal 1000 L. Diletakkan dengan posisi beberapa meter diatas tanah menggunakan penyangga terbuat dari besi.

Saat ini, terdapat 3 titik penyedotan air tanah menggunakan pompa penyedot :o Titik 1

Lokasi : Ruang rawat inap dekat OKMerk Pompa : MODERN, Type SMP 130W, buatan JepangDaya hisap : 10 mSupply : Reservoir 1, Reservoir 2, Reservoir 3

o Titik 2Lokasi : Belakang RS, Dekat R. 19Merk Pompa : Shimizu Type PS 130W buatan jepangDaya hisap : 35 mSupply : Membantu pengisian Reservoir 2 dan 3

Page 46: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

o Titik 3Lokasi : Ruang LaundryMerk Pompa : Sanyo Type PH 260 buatan JepangDaya hisap : 14 mSupply : Laundry dan Reservoir 2

Saat ini ada 3 reservoir air, yaitu :o Reservoir 1

Lokasi : Ruang perawatan, dekat OKKomposisi : FiberglassKapasitas : 1500LSupply : Ruang Rawat inap R 23, R.20, R. 19, Ruang

Radiologi , Ruang VK, HCU, Area taman Rawat inap

o Reservoir 2Lokasi : Belakang RS dekat dapurKomposisi : Stainless steelKapasitas : 1000 LSupply : OK, R.9, R.10, R.11, R.14, R.15, R.16, R.17, Dapur,

Laundryo Reservoir 3

Lokasi : Lantai 2 gedung poliklinikKomposisi : Stainless steelKapasitas : 1000 LSupply : Lantai 2 gedung poliklinik

Akan dilakukan penilaian kembali efektifitas dari ketiga pompa dan ketiga reservoir dalam rangka meningkatkan mutu penyediaan air bersih di RSBL

Dilakukan kegiatan2 pemeliharaan secara periodik sesuai program pemeliharaan.

Dilakukan penilaian mutu air bersih secara berkala yang dilakukan oleh dinas Kesehatan / Kantor Lingkungan Hidup kota Cirebon

Drainage air hujan terpisah dengan saluran air limbah , merupakan saluran2 tertutup dan terbuka dengan dimensi minimal 30 cm X 50 cm, berlapis semen dengan permukaan licin / rata , tingkat kemiringan baik, terdapat beberapa bak kontrol dan dibersihkan secara berkala.

Page 47: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

G. Kebijakan tentang Batas lahan RS Bahwa lahan milik RS Budi Luhur sebagaimana tercantum dalam gambar

adalah seluas 17000 m2 Bahwa lahan yang aktif dipakai operasional RSBL tidak seluruhnya, dan harus

diberi batas yang jelas dan dilindungi dengan tembok pengaman sehingga bebas dari masuknya hewan, serta pengelolaan lingkungan lebih mudah

Lahan lainnya yang tidak secara aktif dipakai operasional RSBL dapat dipakai berbagai aktifitas yang dianggap tidak mengganggu dan aman bagi operasional RSBL

Senantiasa dilakukan tindakan pemeliharaan terhadap seluruh lahan milik RSBL sesuai program pemeliharaan

Area aktif RSBL

Area Pengembangan RSBL

Area Support

RSBL

Page 48: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

Rumah Sakit Pengendalian Sumber Infeksi Makanan dan Minuman

Budi Luhur 01/KEP/SOP No Revisi

     

PROSEDUR TETAP Tanggal terbit Ditetapkan

   

Direktur

 

VI. PROSEDUR TETAP PENGENDALIAN INFEKSI MAKANAN DAN MINUMAN

Pengertian : Prosedur kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam rangka pengendalian sumber infeksi dari carrier sehat

Sasaran :

Karyawan / tenaga kesehatan Penunggu pasien Pengunjung pasien Tamu RS

Kebijakan :

Prosedur / Kebijakan :

A. Pengertian Ruang lingkup makanan di RSBL :

o Makanan yang disajikan dari dapur kepada pasien maupun karyawan RS

o Bahan makanan baik yang terolah atau belum terolah

o Bahan tambahan pada makanan

o Minuman

Ruang lingkup Pengawasan :o Kemungkinan infeksi dari makanan

o Kemungkinan infeksi dari alat masak

o Kemungkinan infeksi dari alat makan

o Kemungkinan infeksi dari individu

o Kemungkinan intoksikasi dari toksin dari makanan

o Kemungkinan intoksikasi dari toksin bakteri

Page 49: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

o Kemungkinan intoksikasi bahan kimia

B. Diagram Alur Makanan di RSBL

PENERIMAAN BAHAN MAKANAN

BAHAN KERING BAHAN BASAH

PENYIMPANAN

PENCUCIAN

PERACIKAN

PENGOLAHAN

PEWADAHAN

PENYAJIAN

PENCUCIAN PERALATAN DESINFEKSI PERALATAN

PENYIMPANAN PERALATAN

SAMPAH

MAKANAN SEGAR

Page 50: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

B.1. PENGADAAN / PENERIMAAN BAHAN MAKANAN

Kebijakan : Sumber bahan makanan hendaknya dipilih yang berkualitas baik, tempat-tempat

memperoleh bahan mentah harus diketahui oleh kepala dapur / gizi dan secara berkala dievaluasi kinerja dan kualitasnya

Bahan makanan dibawa ke dapur dengan trolley khusus dan melewati jalur yang sudah ditentukan. Usahakan tidak melewati ruangan rawat inap atau ruangan yang potensial infeksi lainnya.

Bahan makanan di periksa dan diseleksi kembali. Bahan makanan yang belum terolah harus dalam keadaan segar, tidak rusak

atau berubah bentuk, warna, dan rasa, tidak berbau busuk, tidak berjamur, bila kotor harus dibersihkan dengan air terlebih dahulu, tidak mengandung bahan yang dilarang seperti formalin, boraks, pestisida, melamin, dll

Bahan makanan dalam kemasan (terolah) harus mempunyai label dan merk, terdaftar di Depkes dan mempunyai nomor daftar,kemasan tidak rusak, pecah, atau robek atau kembung, belum kadaluwarsa, kemasan digunakan hanya untuk satu kali penggunaan.

Bahan makanan berasal dari tempat resmi yang dievaluasi kinerja dan kualitasnya.

B.2. PENCUCIAN

Kebijakan :

Bahan makanan harus dicuci :o Sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan

o Lauk air tawar, lauk air laut, daging2an

o Dll

Pencucian dengan menggunakan air mengalir di bersihkan dan dibilas berkali-kali

Pelaksana harus memakai sarung tangan dan atau mencuci tangan sebelum dan sesudah mencuci bahan makanan

Pencucian bahan makanan dengan bahan pembersih tidak dianjurkan Tempat penyimpanan bahan makanan yang sudah dicuci harus bersih

Page 51: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

B.3. PENYIMPANAN BAHAN MAKANAN

Kebijakan :

Tempat penyimpanan bahan makananharus selalu terpelihara dan dalam keadaan bersih, terlindung dari debu, bahan kimia berbahaya, serangga dan hewan lain

Tentang penyimpanan bahan makanan kering :o Semua tempat penyimpanan bahan makanan hendaknya berada

dibagian tinggi untuk mencegah genangan air dan menjaga kelembabannya.

o Tidak boleh ada kebocoran pada genteng atau atap yang menyebabkan

tetesan air mengenai tempat p[enyimpanan bahan makanano Tidak boleh ada drainase yang potensi macet di sekitar ruang tempat

penyimpanan bahan makanan untuk menghindari meluapnya air.o Semua bahan makanan disimpan pada rak yang baik, dengan ketinggian

terbawah dari lantai 20 – 25 cm.o Bahan makanan disimpan pada wadah-wadah yang selalu dibersihkan

secara berkala dan berpori-pori o Suhu ruangan dijaga kurang dari 22oC dan Kelembaban 40%atau

kurang.o Ruangan harus anti tikus, anti serangga.

o Penyimpanan bahan selain bahan makanan tidak diperbolehkan.

Tentang penyimpanan bahan makanan dalam Referigerator / Kulkas / Freezero Tersedia ruang yang memadai untuk meniris potongan2 dari freezer.

o Standar teknik meniriskan bahan makanan dari freezer ada 3 cara : 1.

Langsung memasak bahan makanan beku 2. Meniriskan makanan beku dengan merendam bahan makanan dengan air mendidih 3. Meletakkan bahan makanan beku dengan air mengalir

o Rak dalam reefrigerator dan isinya disusun sedemikian rupa sehinga

tidak berdesakan, agar aliran udara dingin dapat mencakup semua bahan makanan dengan baik

o Syarat ruangan sama dengan ruangan dapur dan ruang penyimpanan

bahan makanan

B.4. PERACIKAN DAN PENGOLAHAN BAHAN MAKANAN

Pengolahan harus dilakukan oleh penjamah makanan dengan sikap dan perilaku yang hygienis :

o Tidak merokok selama mengolah makanan

Page 52: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

o Tidak makan atau mengunyah

o Tidak memakai perhiasan berlebihan

o Tidak menggunakan peralatan atau fasilitas kerja yang bukan

peruntukannyao Tidak mengerjakan kebiasaan2 yang jorok / menjijikkan seperti

mengorek2, mencungkil, mengupil, menggaruk, menjilat, atau meludaho Semua kegiatan pengolahan makanan harus dilakukan secara terlindung

dari kontak langsung dengan tubuho Perlindungan kontak langsung dengan makanan jadi dilakukan dengan

menggunakan sarung tangan plastik, penjepit makanan, sendok, garpu, dan sejenisnya

o Tenaga pengolah makanan harus selalu melakukan pemeriksaan

kesehatan berkala minimal 6 bulan sekali sesuai prosedur dalam buku ini. Prosedur juga berlaku bila tenaga pengolah makanan mengalami sakit.

Tenaga dapur / gizi selalu berupaya untuk menjaga kebersihan diri dan kebersihan lingkungan kerja dengan cara :

o Menempatkan makanan pada wadah dan tempat yang layak terutama

makanan yang mudah rusako Selalu mencuci tangan dengan sabun sebelum bekerja dan setelah

keluar dari kamar mandi / WC sebagaimana diatur dalam buku ini mengenai cuci tangan

o Selalu memakai pakaian kerja dan pakaian pelindung

o Selalu bersifat teliti dan hati-hati dalam menangani makanan

B.5. PENGANGKUTAN MAKANAN

Makanan jadi yang siap saji tidak boleh diangkut bersama dengan bahan makanan mentah

Makanan diangkut dengan kereta dorong yang tertutup, bersih dan anti karat (stainless steel), dan permukaan dalamnya mudah dibersihkan

Pengisian kereta dorong tidak boleh sampai penuh, agar masih tersedia udara untuk ruang gerak

Perlu diperhatikan jalur khusus yang terpisah dengan jalur untuk mengangkut bahan / barang kotor

B.6. PENYAJIAN MAKANAN

Makanan jadi yang siap saji harus diwadahi dan disajikan dengan peralatan yang bersih dan sudah melalui proses desinfeksi sesuai prosedur

Penyajian dilakukan dengan perilaku penyaji yang sehat dan berpakaian bersih Sebaiknya dalam tata hidang, disiapkan segera dan tidak lama menunggu di

santap. Beri waktu tidak lama kepada penderita untuk menyantapnya agar makanan tidak makin beresiko terpapar mikroorganisme.

Letak makanan sebaiknya satu bidang, bila dgigunakan bidang yang berbeda / bertingkat, maka jenis makanan basah berada di bawah dari makanan kering

Page 53: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

Selalu menyediakan makanan contoh dari menu yang dihidangkan hari ini sebagai bahan pemeriksaan bila terjadi masalah yang diakibatkan makanan.

C. PERALATAN PENGOLAHAN MAKANAN

C.1. PERALATAN MAKANAN DAN MINUMAN Peralatan yang digunakan untuk penyajian makanan yang langsung dimakan

oleh karyawan, pasien atau pengunjung Bahan untuk peralatan harus terbuat dari bahan yang kuat , tidak mudah retak,

penyok, gompel , robek atau pecah bagian permukaan tempat makanan atau yang kontak dengan makanan

haruslah halus, tidak ada sudut mati dan mudah dibersihkan, tidak mudah larut dalam makanan, tidak mengandung bahan beracun atau logam berat lain seperti : Timah, Arsen,

Tembaga, Seng, cadmium atau antimon Kebersihan peralatan harus djaga dengan baik, pencucian dan penyimpanan

harus sesuai prosedur

C.2. PERALATAN MASAK DAN WADAH MAKANAN Peralatan yang digunakan untuk mengolah makanan mentah atau membawa

makanan matang Peralatan makanan mentah terpisah dengan peralatan makanan jadi Peralatan masak dan wadah makanan sebaiknya terbuat dari bahan yang kuat

dan tidak larut dalam makanan seperti stainless steel Semua peralatan harus mempunyai tutup Peralatan yang bukan logam harus dari bahan yang kuat dan setelah rusak

harus langsung dibuang Penyimpanan peralatan masak dan wadah pada rak harus teratuur dan

sebaiknya mendapatkan sinar matahari

C.3. PENCUCIAN PERALATAN Pisahkan segala kotoran atau sisa-sisa makanan yang terdapat pada alat/barang

seperti, gelas, mangkok dll ke tempat yang telah disediakan untuk itu. Selanjutnya sampah tersebut dibuang bersama sampah dapur lainnya sesuai prosedur pengelolaan sampah.

Piring dan alat yang telah dibersihkan sisa makanan, ditempatkan pada tempat piring kotor.

Setiap piring/alat yang dicuci direndam pada bak pertama. Cara ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan peresapan air ke dalam sisa makanan yang masih menempel, sehingga mudah untuk membersihkan selanjutnya.

Setelah direndam untuk selama beberapa saat, maka piring mulai dibersihkan dengan menggunakan detergen pada bak pencuci tersebut. Penggunaan sabun sebaiknya dihindarkan karena sabun tidak dapat menghilangkan lemak.

Page 54: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

Cara pencucian dilakukan dengan menggosok bagian-bagian yang terkena makanan, dengan cara menggosok berulang kali sampai tidak terasa licin lagi. Bilamana masih licin akan menempel sisa-sisa bau yang belum bersih.

Setelah pencucian dirasa cukup, maka langsung dibilas dengan air pembersih/pembilas yang mengalir, sambil digosok dengan tangan dan tidak lagi terasa sisa-sisa makanan atau sisa-sisa detergen.

Piring atau gelas yang telah dicuci dibilas dengan air kaporit untuk disinfeksi, langsung direndam ke dalam air bak kaporit 50 ppm selama 2 menit kemudian ditempatkan pada tempat penirisan.

Sedangkan untuk disinfeksi dengan air panas, disyaratkan suhu 82º C untuk selama 2 menit atau 100º C selama 1 menit.

Cara memasukkan piring/gelas ke dalam air panas, tidak boleh langsung dengan tangan, tetapi sebelumnya dimasukkan ke dalam rak-rak khusus untuk didisinfeksi.

Piring dan alat makan yang telah selesai melalui proses disinfeksi ditempatkan pada rak-rak anti karat ( stainless steel ) sebagai tempat penirisan/pengeringan dengan cara terbalik atau miring sampai kering dengan bantuan sinar matahari atau sinar buatan dan tidak boleh dilap dengan kain. Untuk itu bagian yang menempel ke permukaan piring atau bibir gelas harus dijaga kebersihannya dengan cara disinfeksi.

Piring atau gelas yang akan dipakai tidak perlu dilap atau digosok kain lap, karena menjadi kotor kembali. Bilamana dilap gunakan kain lap ( tissue ) sekali pakai.

C.4. PENYIMPANAN PERALATAN Semua peralatan yang kontak dengan makanan harus disimpan dalam keadaan

kering dan bersih. Cangkir, mangkok, gelas dan sejenisnya cara penyimpanannya harus dibalik. Rak-rak penyimpanan peralatan dibuat anti karat, rata dan tidak aus/rusak. Laci-laci penyimpanan peralatan terpelihara kebersihannya. Ruang penyimpanan peralatan tidak lembab, terlindung dari sumber pencemaran

dan binatang perusak.

D. TATA RUANG DAN BANGUNAN INSTALASI DAPUR / GIZI

D.1. LOKASITerhindar dari sumber pencemaran, terutama yang berasal dari tempat sampah, WC, bengkel cat dan sumber pencemaran lain.

D.2. SYARAT BANGUNAN DAN FASILITAS DAPUR1) Halaman

Halaman bersih, tidak banyak lalat, dan tersedia tempat sampah yang memenuhi syarat kesehatan, tidak terdapat tumpukan barang-barang yang dapat menjadi sarang tikus. Pembuangan air kotor (limbah dapur dan kamar mandi) tidak

Page 55: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

menimbulkan sarang serangga, jalan masuknya tikus dan dipelihara kebersihannya. Pembuangan air hujan lancar, tidak menimbulkan genangan-genangan air.

2) KonstruksiBangunan untuk kegiatan pengolahan makanan harus memenuhi persyaratan teknis konstruksi bangunan yang berlaku.

3) LantaiPermukaan lantai rapat air, halus, kelandaian cukup, tidak licin, dan mudah dibersihkan.

4) DindingPermukaan dinding sebelah dalam halus, kering/tidak menyerap air dan mudah dibersihkan. Pada permukaan dinding yang sering terkena percikan air, harus dilapisi bahan kedap air yang permukaannya halus, tidak menahan debu, setinggi 2m, dan berwarna terang.

5) Langit-langitLangit-langit harus menutup seluruh atap bangunan, tinggi langit-langit sekurang-kurangnya 2,4 m diatas lantai.

6) Pintu dan JendelaSeluruh pintu dan jendela pada bangunan yang dipergunakan untuk memasak harus membuka ke arah luar. Semua pintu dibuat menutup sendiri dan dilengkapi peralatan anti lalat, seperti kasa, tirai, pintu rangkap dan lain-lain.

7) PencahayaanIntensitas pencahayaan harus cukup untuk dapat melakukan pemeriksaan dan pembersihan serta melakukan pekerjaan-pekerjaan secara efektif. Di setiap ruangan tempat pengolahan makanan dan tempat mencuci tangan intensitas pencahayaan sedikitnya 200 lux pada bidang kerja. Semua pencahayaan tidak boleh menimbulkan silau dan distribusinya sedemikian sehingga sejauh mungkin menghindarkan bayangan.

8) Ventilasi / PenghawaanBangunan atau ruangan tempat pengolahan makanan harus dilengkapi dengan ventilasi yang dapat menjaga kenyamanan suhu dan kelembaban dalam ruangan, ventilasi juga harus cukup untuk mencegah udara dalam ruangan terlalu panas, mencegah kondensasi uap air atau lemak pada lantai, membuang bau, asap dan pencemaran lain dari ruangan. Tungku dapat dilengkapi dengan sungkup asap (hood) alat perangkap asap, cerobong asap, saringan dan saluran serta pengumpl lemak. Semua tungku terletak dibawah sungkup asap.

Page 56: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

9) Dapur formula bayi ( dapur susu )Dapur susu dibuat ruangan khusus (ruangan berdinding kaca) yang “bebas” dari micro-organisme pathogen, dan tidak dipakai untuk kegiatan lain. Tenaga penjamah makanan di dapur susu mempunyai baju dan atribut khusus yang steril (barak short, tutup kepala, masker dan sarung tangan). Semua peralatan dan perlengkapan harus steril (botol susu, tempat / wadah dan pengaduk).

10) Ruangan pengolahan makananLuas ruang pengolahan makanan harus cukup untuk bekerja agar terhindar dari kemungkinan terkontaminasinya makanan dan memudahkan pembersihan, dengan luas 2 m² untuk setiap pekerja. Ruang pengolahan makanan tidak boleh berhubungan langsung dengan WC, peturasan, dan kamar mandi. Untuk kegiatan pengolahah dilengkapi sedikitnya meja kerja, lemari tempat penyimpanan bahan dan makanan jadi yang terlindung dari gangguan serangga, tikus dan hewan lainnya.

11) Fasilitas pencucian peralatan dan bahan makananPencucian peralatan harus menggunakan bahan pembersih/detergen. Pencucian bahan makanan yang tidak dimasak harus menggunakan larutan kalium permanganat 0,02% atau dalam rendaman air mendidih dalam beberapa detik. Peralatan dan bahan makanan yang telah dibersihkan disimpan dalam tempat yang terlindung dari kemungkinan pencemaran oleh tikus, serangga dan hewan lainnya.

12) Tempat Cuci TanganTersedia tempat cuci tangan yang bersih dan terpisah dengan tempat cuci perakatan maupun bahan makanan yang dilengkapi dengan kran, saluran pembuangan tertutupm bak penampungan, sabun dan pengering. Jumlah tempat cuci tangan disesuaikan dengan banyaknya karyawan (penjamah makanan). Untuk sebuah tempat cuci tangan dipergunakan maksimal 10 orang, dengan tambahan 1 (satu) buah setiap penampahan 10 orang atau kurang, dam terletak sedekat mungkin dengan tempat kerja.

13) Air minum dan air bersihAir bersih/minum harus tersedia cukup untuk seluruh kegiatan penyelenggaraan pengolahan makanan. Kualitas air harus memenuhi persyaratan sesuai denganperaturan yang berlaku.

E. PETUGAS PENGELOLA MAKANANSemua penjamah makanan harus selalu memelihara kebersihan pribadi (personal hygiene) dan terbiasa untuk berperilaku sehat selama bekerja. Hal-hal yang diperhatikan dalam kebersihan pribadi :

Mencuci tangan, hendaknya tangan selalu dicuci dengan sabun : sebelum bekerja, sesudah menangani bahan makanan mentah/kotor atau terkontaminasi,

Page 57: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

setelah dari kamar kecil, setelah tangan dibunakan untuk menggaruk, batuk atau bersin dan setelah makan atau merokok.

Pakaian, hendaknya memakai pakaian khusus untuk bekerja. Pakaian kerja harus bersih, yang sudah usang jangan dipakai lagi.

Kuku dan perhiasan, kuku hendaknya dipotong pendek dan dianjurkan untuk tidak memakai perhiasan sewaktu bekerja.

Topi/penutup rambut, semua penjamah hendaknya memakai topi atau penutup rambut untuk mencegah jatuhnya rambut ke dalam makanan dan mencegah kebiasaan mengusap/menggaruk rambut.

Merokok, penjamah makanan sama sekali tidak diijinkan merokok selama bekerja baik waktu mengolah meupun mencuci peralatan. Merokok merupakan mata rantai antara bibir dengan tangan dan kemudian ke makanan di samping sangat tidak etis.

Lain-lain, kebiasaan seperti batuk-batuk, menggaruk-garuk, mencet jerawat, merupakan tindakan yang tidak higienis. Kebiasaan ini akan mengkontaminasi tangan dan pada gilirannya mengkontaminasi makanan.

Page 58: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

VII. PENGENDALIAN INFEKSI DI KAMAR OPERASI

A. TATA RUANG DAN BANGUNAN KAMAR OPERASI LOKASI

o Lokasi OK dan VK harus mudah di capai dari bagian lain dan satu sama lain

BENTUKo Sudut-sudutnya todak boleh tajam, baik sudut lantai, dinding maupun langit

– langito Dinding, lantai dan langit-langit terbuat dari bahan yang keras, tidak berpori,

tahan api, kedap air tidak mudah kotor, tidak licin, tidak mempunyai sambungan, warna terang.\, mudah dibersihkan dan tidak ada tempat menampung debu

UKURANo Ukuran minimal 30 – 40 m2, maksimal 55 – 60 m2 tinggi plafon minimal 2,5

m, maksimal 3,65 m PINTU

o Sebaiknya bentuk pintu sliding, namun bila pintu swing, maka pintu harus

selalu tertutup dengan menggunakan penutup otomatiso Ukuran pintu minimal 1,2 X 2,10 m

o Pintu harus selalu terawat, dan tidak boleh mengeluarkan suara

JENDELAo Harus ada kaca tembus pandang agar orang dari luar dapat melihat

keadaan di dalam kamar bedah tanpa harus masuk

VENTILASIo Memakai AC dilengkapi filter dan sistem ultraclean luminay airflow

o Suhu diatur antara 19 – 22 oC dan kelembaban udara 50 – 60 %

SISTEM PENERANGANo Lampu ruangan memakai lampu pijar putih tertanam di dalam langit-langit

sehingga tidak menampung debu dan mudah dibersihkano Pencahayan ruangan sesuai peraturan pencahayaan pada buku ini

o Lampu operasi merupakan lampu khusus yang terdiri dari beberapa lampu

yang fokusnya dapat diatur, tidak panas, terang, tidak menyilaukan dan tidak menimbulkan bayangan

SISTEM GASo Sistem gas sebaiknya dibuat sentral memakai sistem pipa

Page 59: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

o Sistem pipa melalui bawah lantai atau diatas langit-langit

o Dibedakan sistem pipa O2 dan Nitrogen Oksida

SISTEM LISTRIKo Harus ada sistem penerangan darurat dan sistem listrik cadangan

o Bila dalam kamar bedah ada beberapa titik penyambungan aliran listrik,

maka sebaiknya dibedakan sirkuitnya sehingga bila terjadi gangguan listrik pada satu titik, maka bisa dipindahkan ke titik lainnya

SISTEM KOMUNIKASIo Harus ada sistem komunikasi dengan ruangan lain di dalam RS dan ke luar

RS SISTEM PENGAIRAN

o Harus selalu siap mengalir. Harus punya sumber air tersendiri

INTRUMENTASIo Semua peralatan harus mobile, mempunyai roda atau diletakkan diatas

trolley berodao Semua alat sebaiknya terbuat dari stainless steel dan mudah dibersihkan

o Prosedur penanganan instrumen di bahas kemudian

B. SISTEM ZONASI DI KOMPLEKS OK-VK

ZONA 1 : Zona Bebas terbatas ditandai dengan warna hijau ZONA 2 : Zona Bersih (Clean Zone) ditandai dengan warna kuning

Page 60: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

ZONA 3 : Zona Semi Steril ditandai dengan warna oragne ZONA 4 : Zona Steril ditandai dengan warna merah

No Variabel Zona 1 Zona 2 Zona 3 Zona 4 KET1 Pakaian -Pakaian luar

OK masih boleh dipakai

-Pakaian khusus OK tidak boleh lebih luar dari zona ini

-Pakaian luar OK masih boleh dipakai. Tidak boleh lebih dalam dari zona ini. Pergantian pakaian OK –Pakaian Luar OK disini

Petugas OK wajib memakai pakaian khusus OK lengkap dengan masker dan head cover

-Tim Operasi memakai jas operasi-Petugas OK memakai Handschoen

2 Alas Kaki -Alas Kaki luar OK masih bisa di pakai. Tidak boleh lebih dalam dari zona ini, pergantian alas kaki luar-OK disini

-Alas Kaki OK tidak boleh lebih luar dari zona ini

Alas kaki OK harus mulai dipakai

Alas Kaki Khusus OK saja

Alas Kaki khusus OK saja

3 Bed Pasien

Boleh masuk Hanya sampai Recovery Room boleh masuk

Tidak boleh masuk

Tidak boleh masuk

4 Brankar OK

Boleh masuk. Tidak boleh lebih luar dari zona ini

Boleh masuk Boleh masuk Boleh masuk untuk keluar lagi

5 Petugas luar OK

Boleh masuk Boleh masuk Boleh Masuk dengan memakai pakaian pelindung, masker dan head cover

Tidak boleh masuk

6 Lain2 -Berbatas Pintu dari luar kompleks OK-Berbatas Pintu dari Zona / ruangan lain

Berbatas pintu dengam zona / ruangan lain

Syarat tata Ruangan sesuai standard

Page 61: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

C. PERSIAPAN TINDAKAN OPERASI

1. Persiapan Pasien OperasiA. Serah terima pasien

Rumah Sakit Serah Terima Pasien Pra & Pasca Operasi

Budi Luhur 29/KEP/SOP No Revisi

     

PROSEDUR TETAP Tanggal terbit Ditetapkan

   

Direktur

 

Pengertian : Tata cara serah terima pasien yang akan dioperasi antara perawat ruangan dan staf kamar operasi.

Tujuan :

- Diketahui program pengobatan dan pelaksanaan operasi oleh petugas ruangan dan kamar operasi agar pelaksanaan operasi bisa berhasil dengan baik dan mengutamakan keselamatan pasien.

- Menyiapkan obat-obatan, alat-alat, darah dan persiapan khusus lainnya yang dibutuhkan untuk menunjang pelaksanaan operasi tersebut.

Kebijakan : Petugas ruangan dan petugas kamar operasi bertanggung jawab atas persiapan pasien calon operasi ini.

Prosedur :

1. Petugas ruangan mengetahui jadwal operasi2. Petugas ruangan mempersiapkan area operasi sesuai prosedur yang berlaku.3. Petugas ruangan mengisi berita acara.4. Petugas ruangan mempersiapkan semua catatan medik pasien termasuk surat izin operasi

untuk dibawa bersama pasien ke ruang operasi.5. Petugas ruangan menyertakan perlengkapan penunjang operasi misalnya : persediaan obat-

obatan atau persediaan darah yang diperlukan saat operasi dilakukan yang akan dibawa bersama pasien ke kamar operasi.

6. Setengah jam sebelum jadwal operasi atau setelah ada panggilan dari petugas kamar operasi, pasien dibawa ke kamar operasi dengan memakai tempat tidur yang dipakai di ruangan.

7. Serah terima pasien pra operasi dilakukan di ruang transfer.

Page 62: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

8. Petugas ruangan menyerahkan pasien disertai berita acara serah terima yang ditanda tangani oleh petugas ruangan dan petugas kamar operasi dan ditulis dalam buku register kamar operasi.

9. Petugas kamar operasi memeriksa kelengkapan berita acara, kelengkapan identitas, catatan medik pasien, keadaan umum pasien, surat izin tindakan dan kelengkapan penunjang lainnya seperti obat-obatan dan persediaan darah.

10. Kejadian khusus dan pengobatan selama operasi berlangsung dicatat dalam berita acara oleh asisten operasi / omloop.

11. Setelah operasi selesai, asisten menyiapkan berita acara, catatan medik pasien.12. Pasien dipersiapkan untuk serah terima dengan petugas ruangan.13. Serah terima dilakukan di ruang transfer, petugas kamar operasi menyerahkan pasien beserta

semua kelengkapannya yang ditandai dengan penandatanganan berita acara serah terima pasien pasca operasi.

B. Persiapan fisikPasien harus dalam kondisi aman untuk dilakukan operasi yang ditandai oleh

o Dilakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh dengan hasil pemeriksaan fisik oleh dokter ruangan dan atau dokter konsulen RSBL menunjukkan kondisi dalam batas toleransi

o Dilakukan pemeriksaan penunjang yang lengkap, meliputi pemeriksaan laboratorium hematologi, kimia klinik, dan lainnya, pemeriksaan radiologi, pemeriksaan EKG, dan pemeriksaan lain yang diperlukan dengan hasil pemeriksaan penunjang dalam batas normal atau dalam batas toleransi / aman

o Dokter Ruangan dan atau dokter konsulen penyakit dalam dan atau dokter konsulen anestesi dan atau dokter konsulen lainnya menyatakan pasien dapat dioperasi

o Bila diperlukan dilakukan persiapan terhadap pasien untuk menunjang kelancaran operasi, seperti pemasangan infus, lavement, puasa, istirahat total, pemasangan Supportif seperti O2, Foley catheter, NGT , dll.

o Pasien dalam keadaan bersih, bila perlu sudah mandi, pakaian dari RS, bersih.o Diberikan antibiotik perioperatif sesuai petunjuk dokter

C. Persiapan mentalo Pasien harus memahami maksud dan tujuan operasi serta resiko yang harus

dihadapi dalam menjalani operasi ini. Lakukan Informed Consent sesuai prosedur.

o Pasien di tenangkan dan diberi penyuluhan yang baik agar tegar menghadapi tindakan operasi yang akna dijalaninya. Pasien diminta untuk berdoa menurut keyakinannya masing-masing.

o Keluarga pasien diminta selalu mendampingi dan mendukung secara moril.

Page 63: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

D. Persiapan area operasi

Pengertian : Tata cara mempersiapkan area pada tubuh pasien yang akan dilakukan operasi.

Tujuan : Menyiapkan area operasi untuk menghindari dari infeksi nosokomial.

Kebijakan :

- Adanya rencana operasi yang ditentukan oleh dokter operator yang diketahui oleh dokter ruangan, petugas ruangan dan bagian keuangan.

- Petugas ruangan yang bertanggung jawab atas persiapan pasien calon operasi ini.Prosedur :

1. Petugas ruangan mengetahui rencana operasi dari pasien tersebut.2. Petugas ruangan mengetahui jenis operasi yang akan dilakukan sehingga bisa mengetahui area

mana yang perlu dipersiapkan.3. 2 jam sebelum jadwal operasi ditentukan, petugas ruangan mempersiapkan area operasi.4. Selain itu diperhatikan higiene pasien : mulut, kuku, rambut dan kulit.5. Persiapkan area operasi dengan dilakukan pencukuran di area operasi yang cukup luas dengan

mempertimbangkan keperluan untuk perluasan luka operasi.6. Pencukuran menggunakan pisau cukur searah dengan rambut kemudian dicuci dengan sabun

sampai bersih.7. Setelah dilakukan pencukuran, pasien dimandikan dan dikenakan pakaian khusus dan memakai

tutup kepala.8. Perhiasan, gigi palsu, kontak lens dan lain-lain harus sudah ditanggalkan dan diserahkan pada

keluaga.

E. Persiapan Kamar OperasiPembersihan RutinPembersihan Harian

Setiap hari seluruh permukaan lantai kompleks OK – VK di bersihkan dan di desinfeksi

Setiap hari dilakukan pemeriksaan prasarana seperti penyediaan air bersih, kelistrikan, pencahayaan, ventilasi, dsb

Setelah dibersihkan dilakukan sterilisasi ruangan dengan lampu ultraviolet secara terus menerus hingga saat dibersihkan keesokan harinya.

Pelaksana adalah tim pemeliharaan, dan penanggung jawab adalah Kepala OK dan Kepala VK

Page 64: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

Pembersihan Mingguan Seluruh permukaan dinding Kamar Operasi dibersihkan dengan air

mengalir dan didesinfeksi Lantai dibersihkan dengan air mengalir / disemprot , dicuci dengan

detergent, di keringkan dan didesinfeksi Seluruh permukaan lain seperti permukaan lampu operasi, trolley

anestesi, Kabel-kabel dan selang , cuff, Tabung O2, Tabung N2O, meja obat, kursi, AC dll dibersihkan dan didesinfeksi

Kamar mandi dibersihkan Semua peralatan sterilisasi dibersihkan Dilakukan rutin dan teratur seminggu sekali . Pelaksana adalah tim pemeliharaan dan penanggung jawab adalah kepala

OK dan Kepala VK

Pembersihan Bulanan

Dilakukan Pemeriksaan dan penilaian kondisi dan fungsi serta inventarisasi dan kondisi sarana fisik bangunan, prasarana dan peralatan serta obat-obatan di kompleks OK – VK

Semua bahan medis yang disterilisasi kering diperiksa kapasitas formalinnya

Semua hasil pemeriksaan dilaporkan di rapat bulanan

Pembersihan pra dan pasca operasiPembersihan Pra Operasi

Bila jadwal operasi dilaksanakan setelah dilakukan pembersihan rutin maka ruangan bedah tidak perlu dibersihkan lagi

Bila jadwal operasi sebelum dilaksanakan pembersihan rutin, maka segera dilakukan pembersihan ruangan Operasi dan sekitarnya.

Pembersihan Pasca Operasi Cipratan pada dinding dibersihkan dan didesinfeksi Lantai dibersihkan dan di desinfeksi Meja Operasi dibersihkan dan didesinfeksi. Bebaskan pengunci roda,

lantai dibawah meja operasi dibersihkan dan didesinfeksi. Roda meja operasi digelindingkan ke atas cairan desinfektan bolak balik. Setelah

Page 65: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

selesai semua, kembalikan meja operasi ke posisi semula dan kunci rodanya.

Semua kabel dan selang alat yang beada di dalam ruangan bedah dibersihkan

Alat-alat penunjang seperti suction, cauter meja instrumen bila terkontaminasi cairan tubuh pasien dibersihkan dan dibawa keluar OK. Hati hati kontaminasi roda. Bila perlu roda dibersihkan sebelumnya.

Setelah selesai, ruangan operasi ditutup dan lampu UV dinyalakan Bersihkan koridor dan ruangan lainnya Penanggung Jawab adalah paramedik yang bertugas di OK

Persiapan lain pra operasi

Nyalakan AC suhu dibawah 27o C Nyalakan lampu penerangan Siapkan lampu operasi

Page 66: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

F. Persiapan instrumen, Linen dan peralatan lainPersiapan Instrumen

Persiapan instrumen dilakukan oleh instrumenter dibantu oleh Omloop dan Asisten dua. Bila Operasi cito, maka persiapan dapat dilakukan oleh paramedik jaga rawat inap

Instrumenter mengetahui rencana tindakan operasi. Bila diperlukan instrumenter bisa melihat langsung pasien sehingga mendapatkan

gambaran tentang segala kebutuhan di ruang operasi Instrumen , dan omloop berbagi tugas mempersiapkan instrumen, alat dan ruangan Instrumen yang akan dipakai dikeluarkan dan disusun pada trolley. Jenis instrumen dan jumlah disesuaikan standar . Instrumen diperiksa kelayakan pakainya. Pastikan kebersihannya. Instrumen dikelompokkan per jenis instrumen. Pastikan semua kunci instrumen terbuka. Lakukan sterilisasi Sterilisasi dapat dilakukan dengan steam pressure (autoclave) atau dry heat ( UV+panas)

sesuai prosedur. Siapkan nampan yang sudah dialasi duk steril, Siapkan Trolley yang sudah dialasi Duk

steril berlapis Keluarkan instrumen, letakkan pada nampan kemudian pindahkan pada trolley. Susun sedemikian rupa sehingga instrumen mudah disediakan secara berurutan sesuai

urutan tindakan. Tutup trolley denganduk sehingga instrumen diatas trolley tertutup seluruhnya.

Persiapan Linen Instrumenter dibantu omloop menyiapkan sejumlah linen sesuai kebutuhan jenis

tindakan operasi Jenis linen disesuaikan dengan standar Lakukan sterilisasi. Sterilisasi linen harus sudah selesai sebelum instrumen Nampan dan Trolley diberi alas linen steril. Bila perlu berlapis 2. Letakkan linen pada trolley Tutup trolley dengan linen steril

SKEMA ALUR PENGELOLAAN INSTRUMEN

Page 67: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

Skema pengelolaan Linen

SKEMA ALUR PENGELOLAAN LINEN KOTOR

Instrumen pasca tindakan

DEKONTAMINASI

PROSES PENCUCIAN BIASA

STERILISASI DI PUSAT STERILISASI

D I S T R I B U S I

P E N Y I M P A N A N

PENGERINGAN

Packing / set Non packing

TINDAKAN

Page 68: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

G. Persiapan Personil Kamar Operasi

LINEN KOTOR

Linen Non Infeksius

DEKONTAMINASI

Linen Potential Infeksius

D E S I N F E K S I

PROSES PENCUCIAN BIASA

Linen Non Tindakan Linen Tindakan

STERILISASI DI PUSAT STERILISASI

D I S T R I B U S I

P E N Y I M P A N A N

PENGERINGAN , PERBAIKAN, PENYETRIKAAN, PACKING

Page 69: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

Pengertian : Tata cara menjadwalkan operasi pasien.

Tujuan : Terlaksana operasi pada waktunya.

Kebijakan : Waktu operasi adalah kesepakatan antara operator dan anestesi. Pelaksana pengaturan penjadwalan adalah paramedik.

Prosedur :

1. Dokter operator menentukan pasien untuk dioperasi, memberitahukan paramedik tentang waktu operasi.

2. Paramedik melaporkan kepada dokter anestesi untuk meminta persetujuan waktu operasi.3. Paramedik mengatur / mengusahakan kesepakatan waktu antara dokter operator dan dokter

anestesi.4. Jika waktu operasi sudah disepakati, paramedik memberitahukan staf kamar operasi lainnya.5. Paramedik mengusahakan staf kamar operasi selengkap mungkin.6. Staf kamar operasi segera mempersiapkan operasi.

Penunjukkan personil kamar operasi

1. Paramedik jaga menentukan paramedik yang akan ditugaskan di kamar operasi

2. Diusahakan paramedik yang ditunjuk adalah paramedik yang sudah berpengalaman di kamar operasi

3. Diusahakan Paramedik yang ditunjuk adalah paramedik yang sedang tidak tugas jaga rawat inap /UGD

4. Diusahakan paramedik yang ditunjuk adalah paramedik yang sedang tidak libur

5. Paramedik yang ditugaskan di OK datang paling lambat 30 menit sebelum jadwal operasi.

6. Jika diperlukan paramedik jaga ruang rawat inap/UGD membantu menyiapkan instrumentasi dan ruangan OK

7. Selalu konfirmasi dan pastikan semua siap hadir tepat pada waktunya

Pembagian tugas personil OK

Page 70: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

1. Scrub Nurse ( Instrumenter)

Pengertian : Petugas Kamar operasi yang secara steril mengelola semua kebutuhan instrumentasi sebelum, selama dan setelah operasi

Tanggung jawab : menjaga keutuhan dan efisisensi derah steril dengan menyediakan instrumen dan supply steril yang diperlukan Syarat :- Paramedik/bidan terlatih secara intern RS- Menguasai betul / fasih teknik aseptik antiseptik- Mengenal dengan baik teknik operasi yang dilakukan dan kemungkinan

kegawatan- Mengenal dengan baik instrumentasi yang diperlukan- Mengenal karakteristik operator

Tugas :

Sebelum Operasi

- Bersama omloop menyiapkan instrumen dan alat-alat termasuk benang jahit, jarum, juga ketersediaan obat2an anestesi, dan cairan

- Memeriksa ulang kesiapan instrumentasi , pastkan susunan berdasarkan urutan tindakan operasi.

- Melakukan cuci tangan bedah,memakai jas operasi dan sarung tangan steril dengan teknik yang benar

- Bila tersedia meja mayo, maka siapkan meja mayo- Membantu dokter atau asisten satu dalam tindakan antiseptik kulit.

Berdiri pada disisi operator / asisten satu saat melakukan antiseptik kulit.

- Membantu menutup pasien dengan duk steril- Menyiapkan dan memberikan instrument

Selama Operasi

- Memperhatikan jalannya operasi dan mencoba membaca keperluan operator satu langkah lebih dahulu.

- Selalu tersedia kasa di daerah operasi. Sediakan pada wadah tertentu seperti nerbekken.

Page 71: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

- Ingat! Kelompokkan kasa dalam satu ikatan dengan jumlah yang tertentu. Buka lah bundel satu persatu bila diperlukan agar tidak tercampur satu sama lain. Hitung selalu kasa yang tersedia di area operasi dan kasa yang sudah terpakai. Buang Kasa yang sudah terpakai pada tempat sampah infeksius

- Menjaga agar daerah operasi selalu rapi dan kering- Instrumen tidak boleh menumpuk tapi harus tersusun. - Jangan biarkan darah mengering pada instrumen- Meminta supply alat tambahan kepada omloop- Bila sarung tangan bolong atau robek atau tertusuk, segera diganti - Posisi tubuh harus tegak, tidak bolah bersandar pada meja instrumen. - Sebelum menutup luka, hitung kembali kasa , instrumen, jarum.

Pasca Operasi

- Membersihkan luka operasi dengan Na Cl 0,9% steril , keringkan dengan kasa kering

- Luka operasi ditutup dengan kompres betadine dan kasa steril dan difixir dengan plester / Hypafix

- Lepaskan duk, periksa duk klem jangan sampai tertinggal- Rendam instrumen dalam waskom plastik berisi larutan chlorine 0,5%,

biarkan selama10 menit. Rendam secara sekaligus jangan menambah sedikit-sedikit instrumen yang direndam.

- Bisturi di buang di tempat sampah benda tajam- Sebelum dicabut, kanul dan selang harus selalu di spooling / bilas dengan

air chlorine 0,5% dan air bersih- Cuci handschoen dengan chlorine 0,5% sebelum dilepaskan. Jangan lepas

handschoen sebelum semua pekerjaan selesai. Pengelolaan handschoen sesuai prosedur buku ini.

- Bila ada spesimen yang sudah disiapkan Omloop, dicek kembali .

Page 72: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

2. Asisten utama (asisten satu)

Pengertian : Petugas yang mebantu operator melaksanakan operasi

Tanggung jawab : terlaksananya operasi dengan baik dan aman.

Syarat :- Dokter/Paramedik/bidan terlatih secara intern RS- Menguasai betul / fasih teknik aseptik antiseptik- Mengenal dengan baik teknik operasi yang dilakukan dan

kemungkinan kegawatan- Mampu mengelola pasien gawat- Mengenal dengan baik instrumentasi yang diperlukan- Mengenal karakteristik operator- Teliti dan cekatan- Diutamakan berpengalaman

Tugas :Sebelum operasi- Berkomunikasi dengan operator mengenai rencana tindakan operasi

dan kemungkinan komplikasi- Memastikan identitas pasien dan kelengkapan administrasi- Memeriksa pasien yang akan di operasi- Memastikan kelengkapan instrumen dan peralatan- Memastikan kesiapan kegawatan- Memastikan kesiapan anestesi- Memastikan kesiapan fasilitas ruangan operasi- Membantu memposisikan pasien- Membantu operator melakukan antiseptik- Membantu operator menutupi pasien dengan duk steril- Berkomunikasi dengan anestesi tentang kesiapan tindakan operasi dan

kondisi pasien- Cuci tangan bedah dan mengenakan jas operasi

Selama Operasi

- Membantu operator dalam setiap tindakan yang dilakukan- Memberikan lapang pandang yang baik pada area operasi dan bersih

sepanjang operasi

Page 73: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

- Memantau dan meminimalisir perdarahan- Mengawasi kondisi pasien dan berkomunikasi dengan anestesi- Mengawasi kinerja instrumenter dan asisten dua- Mengantisipasi kebutuhan operator baik kebutuhan personal maupun

kebutuhan tindakan operasi selangkah di depan operator- Bertindak sebagai manajer dari tim pendukung operasi

Sesudah operasi

- Membantu menutup luka, membersihkan pasien- Membantu anestesi mengamankan pasien- Membantu transport pasien- Memberikan penjelasan kepada keluarga pasien- Berkomunikasi dengan operator tentang follow up pasien

3. Asisten madya (asisten dua)Pengertian : Petugas Kamar operasi yang secara steril membantu operator dan asisten utama selama operasi Syarat :

- Paramedik/bidan terlatih secara intern RS- Menguasai betul / fasih teknik aseptik antiseptik

Tugas :

Sebelum Operasi

- Bersama omloop menyiapkan instrumen dan alat-alat termasuk benang jahit, jarum, juga ketersediaan obat2an anestesi, dan cairan

- Melakukan cuci tangan bedah,memakai jas operasi dan sarung tangan steril dengan teknik yang benar

- Bila tersedia meja mayo, maka siapkan meja mayo- Membantu dokter atau asisten satu dalam tindakan antiseptik kulit.

Berdiri pada disisi operator / asisten satu saat melakukan antiseptik kulit.

- Membantu menutup pasien dengan duk steril

Selama Operasi

- Memperhatikan jalannya operasi dan mencoba membaca keperluan operator satu langkah lebih dahulu.

Page 74: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

- menghitung selalu kasa yang tersedia di area operasi dan kasa yang sudah terpakai. Buang Kasa yang sudah terpakai pada tempat sampah infeksius

- Menjaga agar daerah operasi selalu rapi dan kering- Membantu sehingga Instrumen tidak boleh menumpuk tapi harus

tersusun. - Sebelum menutup luka, hitung kembali kasa , instrumen, jarum.

Pasca Operasi

- Membersihkan luka operasi dengan Na Cl 0,9% steril , keringkan dengan kasa kering

- Luka operasi ditutup dengan kompres betadine dan kasa steril dan difixir dengan plester / Hypafix

- Lepaskan duk, periksa duk klem jangan sampai tertinggal- Rendam instrumen dalam waskom plastik berisi larutan chlorine 0,5%,

biarkan selama10 menit. Rendam secara sekaligus jangan menambah sedikit-sedikit instrumen yang direndam.

- Bisturi di buang di tempat sampah benda tajam- Membantu malakukan spooling / bilas kanul dan selang dengan air

chlorine 0,5% dan air bersih- Cuci handschoen dengan chlorine 0,5% sebelum dilepaskan. Jangan

lepas handschoen sebelum semua pekerjaan selesai. Pengelolaan handschoen sesuai prosedur buku ini.

- Membantu kegiatan omloop dan instrumenter

4. Circuler (Omloop)

Nama jabatan : Sirkuler / Omloop

Pengertian : Petugas kamar operasi yang tidak steril ( tidak memakai jas operasi tidak memakai handschoen steril)

Tanggung jawab: membantu memenuhi seluruh kebutuhan kamar operasi, operator, anestesi, instrumenter dan pasien sebelum, selama dan sesudah operasi. Membantu team yang steril dengan supply yang steril

Page 75: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

Syarat :

- Paramedik/bidan terlatih secara intern RS- Menguasai betul / fasih teknik aseptik antiseptik- Mengenal dengan baik teknik operasi yang dilakukan dan

kemungkinan kegawatan- Mengenal dengan baik instrumentasi yang diperlukan dan

letak penyimpanan instrumen dan bahan medik lain dalam kompleks OK

- Cekatan dan inisisatif

Tugas :

Sebelum Operasi

- Cuci tangan bedah tapi tidak memakai jas dan handschoen steril. Handschoen dapat yang steril tapi tidak dijaga sterilitasnya.

- Memeriksa kebersihan ruangan , membersihkan ruangan jika belum dibersihkan

- Membantu mempersiapkan instrumen bersama instrumenter- Identifikasi pasien dan serah terima pasien, memastikn kelengkapan

administrasi- Membantu transport pasien senyaman mungkin- Mengganti pakaian pasien- Membantu memposisikan pasien di meja operasi- Menyambungkan alat 2 ke supply listrik, menyambungkan selang dan kabel

steril dengan alat yang non steril spt suction atau diatermi- Membantu team steril mengenakan apron, jas operasi, sepatu goggle- Mengisi buku catatan operasi, catatan pasien, formulir pemeriksaan, dsb

Selama Operasi

- Melihat jalannya operasi dan selalu memenuhi alat , supply atau instrumen yang dibutuhkan team

- Menghitung kasa yang dipakai- Memperhatikan kebutuhan pasien semisal pasien kedinginan, infus habis ,

posisi dsb- Selalu berkomunikasi dengan seluruh tim . Bila keluar ruangan agar

memberitahukan instrumenter- Menerima spesimen dengan baik dan mengelolanya dengan benar

Page 76: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

- Membantu kebutuhan personal tim steril seperti menghapus keringat, menghapus cipratan darah, membenahi pakaian , menyediakan alas kain pada lantai dsb

- Menjaga agar ruang operasi selalu bersih , rapi, dan nyaman

Setelah Operasi

- Menyediakan waskom chlorine 0,5% untuk cuci handschoen operator, melepaskan jas operasi

- Memasangkan plester pada kasa/dressing- Membersihkan pasien dari darah dan kotoran lainnya dari tubuh.- Memakaikan pakaian pasien dengan baik- Transport pasien ke ruang pemulihan bersama penata anestesi atau serah

terima pasien dengan petugas rawat inap.- Menyiapkan laporan operasi, formulir pemeriksaan, atau resep , serta

konsumsi untuk operator - Membantu instrumenter membersihkan alat dan instrumen- Membersihkan ruangan operasi dan menyiapkan ruangan operasi

H. Transport Pasien

Pasien diantarkan ke Ruang operasi oleh paramedik ruangan rawat inap Tergantung kondisi pasien, pasien dapat diantar dengan membawa bed

atau dengan kursi roda Dilakukan serah terima berita acara tindakan operasi antara paramedik

ruangan dengan petugas OK, besaerta status pasien dan obat-obatan yang diperlukan

Petugas OK memeriksa kembali kelengkapan administrasi dan identitas pasien

Setelah dinilai lengkap, pasien dibawa ke koridor transport pasien untuk kemudian dipindahkan ke brankar OK

Lakukan pemindahan senyaman mungkin Setelah pasien diatas brankar, possikan senyaman mungkin, bed pasien

dikeluarkan. Pasien dibawa ke koridor ruang recovery Ganti semua pakaian dengan duk bersih, lepaskan semua perhiasan, beri

penutup kepala, lakukan senyaman mungkin sesuai tata krama. Tenangkan pasien.

Setelah selesai, pasien ditransport ke ruang operasi, pindahkan pasien ke meja operasi senyaman mungkin. Posisikan senyaman mungkin.

Page 77: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

Semua suportif diperiksa kelancarannya : IV line, urine catheter, O2, Pasang manset Tekanan darah, pasang pulse oxymetri, nyalakan pulse oksimeter/ECG Monitor

i. Pelaksanaan Operasi

Surgical Scrub

Pengertian :

Adalah cara cuci tangan bedah yang dilakukan sebelum operasi

Tujuan :

Mencegah terjadinya infeksi dari tangan kepada pasien selama operasi

Kebijakan :

- Cuci tangan dilakukan ditempat cuci tangan khusus- Air yang digunakan adalah air tanah yang mengalir dan

sudah teruji secara biologis- Antiseptik yang digunakan adalah Chlorhexidine tanpa

diencerkan

Prosedur :

1. Lepaskan perhiasan di tangan dan pergelangan2. Pastikan bagian lengan pakaian OK tidak terlalu dekat ke siku3. Buka keran, biarkan air mengalir sejenak4. Dengan posisi tangan lebih tinggi dari siku, alirkan air sedemikian rupa

sehingga seluruh permukaan jari-jari, telapak tangan, punggung tangan, pergelangan dan lengan bawah terbasuh dan air mengalir ke arah siku

5. Lakukan pada lengan yang satunya.6. Keluarkan Chlorhexidine secukupnya dengan tangan satu dan

menampungnya dengan tangan lainnya7. Lakukan tujuh langkah pencucian tangan :

- Gosok-gosokkan kedua telapak tangan- Gosok-gosokkan kedua telapak tangan dengan jari saling terkait diantara

jari sedemikian rupa sehingga sela jari terkena- Gosok-gosok punggung tangan yang satu dengan telapak tangan yang

lain , kaitkan jari diantara jari tangan yang lain sehingga sela jari terkena, lakukan secara bergantian

Page 78: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

- Letakkan punggung jari-jari tangan yang satu dengan telapak tangan yang lain dengan jari saling mengunci lalu gosok-gosok sedemikian rupa sehingga ujung jari-jari tangan yang satu membersihkan buku-buku jari tangan yang lain

- Gosok-gosok ibu jari tangan yang satu dengan telapak tangan yang lain secara berputar, lakukan bergantian

- Kuncupkan tangan yang satu sehingga semua ujung jari bertemu, lalu gosok-gosokkan ke telapak tangan yang satunya, secara berputar ke kiri dan ke kanan, lakukan bergantian

- Gosok-gosok seluruh permukaan pergelangan tangan hingga sepertiga tengah lengan bawah oleh telapak tangan yang lain, lakukan bergantian

8. Seluruh proses 7 langkah tadi dilakukan selama 1 menit, bisa dibagi2 per langkah atau lagkah tadi dilakukan berulang2

9. Biarkan keran air terbuka dan air mengalir sepanjang proses cuci tangan tadi10. Dengan posisi tangan lebih tinggi dari siku, bilaslah seluruh tangan dan

lengan dengan air mengalir sedemikian rupa sehingga seluruh permukaan terbasuh dan buih dari antiseptik terbasuh

11. Lakukan 7 langkah cuci tangan seperti diatas dengan antiseptik chlorheksidin sekali lagi.

12. Tutup keran dengan menggunakan siku13. Pertahankan posisi tangan lebih tinggi dari siku, bila perlu jabatkan kedua

tangan. Posisi tangan jangan terlalu tinggi jangan terlalu dekat dengan wajah.14. Kenakan jas operasi dan Handschoen dengan lengan dan tangan masih

terbalur antiseptik

Surgical gown

1. Pakaian OK dan APP tim operasi sesuai prosedur 2. Jas wajib dipakai pada setiap operasi sedang hingga besar/ luar biasa3. Setelah cuci tangan selesai, dan petugas sudah di dalam ruang operasi, buka

Ikatan jas operasi 4. Kenakann jas dengan memasukkan tangan dan lengan kedalam lengan jas

yang sesuai. Genggam ujung lengan jas dengan tangan.5. Biarkan omloop mengikatkan tali di bagian belakang jas 6. Ikatlah tali pada lengan jas sehingga ujung lengan jas melekat pada

pergelangan7. Kenakan Handschoen dan posisikan tangan selalu diatas pusar

Page 79: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

8. Ingat, walaupun sudah memakai jas, bagian pusar ke bawah tetap dianggap non steril.

Handgloving

1. Kenakan Handschoen secara hand to hand Glove to glove2. Handschoen selalu dalam keadaan bagian lengan terlipat keluar.3. Ambil handshoen kanan dengan tangan kiri dengan memegang bagian

lipatan handschoen kanan yang merupakan sisi yang melekat ke kulit4. Masukkan tangan kanan hingga semua jari masuk ke tempatnya masing

masing. Lepaskan tangan kiri dan biarkan handschoen masih dalam keadaan terlipat ditangan kanan

5. Ambil handschoen kiri dengan menggunakan tangan kanan yang sudah memakai handschoen dengan mengaitkan jari tangan kanan ke dalam lipatan, yaitu sisi yang kelak akan menghadap ke luar, tidak melekat ke kulit

6. Masukkan tangan kiri hingga jari-jari masuk ketempatnya masing masing. Dengan jari tangan kanan yang masih mengait ke lipatan handschoen kiri, lipatan kemudian di buka sedemikian rupa sehingga bagian lengan handschoen menutupi sepertiga distal lengan bawah tangan kiri.

7. Jari tangan kiri mengait ke lipatan handschoen kanan pada sisi yang kelak menghadap keluar, kemudian membuka lipatan sedemikian rupa sehingga sepertiga distal lengan bawah kana tertutup handschoen

8. Posisikan tangan diatas pusar

Posisikan tubuh pasien

Posisi Anestesio Anestesi Umum

Bila dilakukan anestesi umum, maka sebelum anestesi umum pasien sudah diposisikan terlentang. Posisikan senyaman mungkin. Ikat tungkai pada bagian atas lutut. Posisi lengan terlentang dan terikat pada penyanggah.

o Anestesi spinalBila dilakukan anestesi spinal, maka posisi anestesi spinal adalah duduk dengan tungkai lurus ke depan atau uncang-uncang pada kedua sisi bed operasi, tangan diletakkan pada bed atau tungkai dengan posisi palmar diatas, lemas, kepala tertunduk.

o Posisikan pasien sesuai kebutuhan operasi setelah anestesi selesai.

Page 80: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

Posisi Terlentango Setelah proses anestesi selesai, maka posisi lengan disesuaikan kebutuhan

apakah akan terlentang dan terikat pada penyanggah, atau terlipat dibawah kepala, atau lurus disamping tubuh pasien, Tungkai biasanya lurus dan terikat pada bagian atas lutut, tambahan-tambahan lain semisal penyanggah bahu, penyanggah panggul dsb disesuaikan kebutuhan

Posisi Litothomio Posisi bokong pasien pada batas bagian badan dan tungkai bed operasi. Siapkan

penyanggah tungkai di sisi kiri dan kanan batas tersebut.o Letakkan pelindung / pad pada penyanggah tungkai, lalu letakkan bagian

belakang lutut pada penyanggah, sedemikian rupa sehingga bagian perineum terekspos dengan baik dan tungkai terposisikan dengan nyaman.

o Posisikan lengan terlentang dan terikat pada penyanggaho Tutup pasien dengan baik

Posisi miringo Posisi pasien miring kiri atau kanan sedemikian rupa sehingga area operasi

terekspos dengan baik, jalan nafas dan anestesi tidak terganggu, dan posisi pasien stabil tidak dapat jatuh ke posisi depan atau belakang.

Posisi tengkurapo Idem posisi miring.

Antiseptik area operasi

Dengan bantuan sponge clamp / klem kassa / penser klem, balurkan Betadine ke area operasi menggunakan kassa steril

Bila area operasi dinilai kotor , terkontaminasi, misal pada fraktu daerah ekstremitas, terutama tungkai, apalagi fraktur terbuka, area operasi dapat dicuci dulu dengan NaCl 0,9% steril dengan atau tanpa larutan savlon sebelum dibalur betadine. Pencucian dilakukan oleh omloop menggunakan handschoen non steril.

Balurkan mulai titik tengah area operasi berputar kekiri atau ke kanan terus makin luas sedemikian rupa sehingga area yang terbalur betadine cukup luas dan jauh dari area operasi.

Bila terpaksa membalur dengan arah lurus, maka balurkan menjauh area operasi.

Page 81: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

Betadine yang dibalurkan harus cukup banyak, tidak tipis-tipis. Pada area operasi pembaluran dapat dilakukan berkali-kali disertai sedikit tekanan agar kasa sekaligus berfungsi membersihkan kulit juga.

Buanglah kasa ke tempat sampah bila betadine yang terdapat pada kasa tinggal sedikit. Ganti kasa dengan yang baru sebelum memulai membalur lagi.

Daerah sela-sela selangkangan dbalur terakhir. Klem kasa yang sudah dipakai membalur daerah selangkangan tidak boleh dipakai lagi sebelum disteril ulang,

Setelah selesai antisepsis, klem kasa dipisahkan dengan alat lain dan dianggap non steril.

Bila sudah ditutup dengan duk, betadine pada area operasi dibersihkan dengan alkohol 70%

Menutup area operasi

Setelah Proses antisepsis selesai, batasi area operasi dengan duk steril. Pertama tutup bagian tungkai hingga batas bawah area operasi. Pada posisi

lithotomi tutup bagian alas bokong dan bagian bawah bed. Bila menggunakan duk bolong, maka langkah selanjutnya hanya memakai

duk bolong ini. Bila menggunakan duk biasa, maka setelah bagian tungkai, maka tutup

bagian atas pasien hingga batas atas area operasi. Hati-hati duk menutupi wajah pasien

Setelah itu tutup bagian samping tubuh pasien hingga batas lateral area operasi kiri dan kana. Fiksasi duk dengan doek klem. Posisikan doek klem supaya tidak menonjol / mengganggu pelaksanaan operasi.

Lapisi bagian bawah dengan duk satu lagi sehingga bila bagian bawah dipakai menyimpan instrumen tidak mudah melorot atau basah dan terkena bed operasi.

Page 82: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

Beberapa petunjuk selama operasi

Menggunakan hako Agar tercipta lapang pandang yang baik sisi luka perlu ditarik ke arah luar atau

atas.o Gunakan hak yang sesuai dengan ukuran luka operasi dan kedalaman lapang

pandang yang dibutuhkan. Contoh untuk ekstirpasi FAM mungkin hanya dibutuhkan hak Gigi atau langenbeck kecil saja. Untuk Hernia mungkin perlu hak Roche dan langenbeck saja, Untuk hysterctomy pada yang kurus bisa hanya blaas hak saja atau hak cangku / langenbeck besar pada orang gemuk dsb.

o Selalu lepaskan hak dari area operasi bila tangan operator masuk, karena selain bisa menghalangi tangan juga menyebabkan sakit pada tangan operator

o Perhatikan arah operator , gerakkan / pindahkan hak untuk memberi lapang pandang yang lebih baik bila diperlukan

Membersihkan daraho Untuk darah yang menggenang, gunakan suction dengan canul. o Untuk perdarahan yang banyak dan cepat dapat menggunakan suction tanpa

kanul. Hindari tangan terlalu dekat dengan area operasi / menghalangi pandangan.

o Untuk perdarahan yang merembes pada daerah yang sempit / dangkal, gunakan kasa depper kecil / terlipat pada klem kasa

o Untuk perdarahan yang merembes pada daerah yang dalam / luas, gunakan kasa depper besar / tak terlipat / bendera pada klem kasa. Gunakan hanya 1 kasa saja untuk mencegah ketinggalan.

o Menggunakan kasa depper adalah dengan di tekan-tekankan, bukan di usap / gosokan pada luka karena gesekan bisa menimbulkan kembali perdarahan, terutama pada daerah yang rapuh

o Ingat usahakan selalu area operasi dalam keadaan yang kering dan bersih.o Gunakan kasa untuk membersihkan area operasi dan instrumen dari bekuan

darah.

Menghentikan perdarahano Harus pro aktif dalam menghentikan perdarahan. Bedakan perdarahan yang

merembes dari jaringan, mengalir dari pembuluh vena dan menyemprot dari pembuluh arteri

o Perdarahan yang merembes dari jaringan yang robek / di sayat, berasal dari pembuluh darah kecil. Coba lakukan pembersihan dengan kasa. Biasanya lama-

Page 83: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

kelamaan berhenti sendiri.bila masih, coba lakukan penekanan dengan kasa selema beberapa detik.

o Bila tampak perdarahan mengalir, atau tidak berhenti dengan tekanan, mungkin berasal dari pembuluh vena yang ukurannya kecil sampai besar. Darah yang mengalir biasanya lebih gelap dan tidak ada pullsasi. Gunakan klem untuk menjepit pembuluh darah. Biarkan beberapa saat. Bila perdarahan berhenti, maka tidak perlu dijahit/ cauter. Tapi bila masih ada perdarahan, maka jepit ulang dengan klem untuk selanjutnya dijahit / diikat/ atau dibakar dengan cauter.

o Pengikatan / penjahitan perdarahan pada bagian tubuh yang menetap dalam tubuh menggunakan plain gut atau chromic gut. Untuk bagian tubuh yang akan dibuang, menggunakan silk/seide.

o Cauterisasi dengan menempelkan ujung pen pada klem. Tekan tombol coagulate untuk membakar pembuluh darah selama beberapa detik hingga tampak bagian yang dijepit menghitam. Hindari klem atau cauter menempel pada jaringan epidermis kulit. Lepskan klem, perhatikan apakah perdarahan berhenti.

Tentang Jarumo Selalu memegang benda tajam seperti bisturi atau jarum dengan alat, baik

pinset,klem atau naldfulder.o Jarum dapat dipakai kembali sedangkan bisturi harus dibuang ditempat sampah

benda tajam.

jenis jarum menurut mata jarumnyao Jarum taper bermata jaru bulat, bila ditusukkan tidak merobek jaringan yang

ditembusnya. Digunakan untuk menjahit jaringan lunak dibawah jaringan kutis. Kecuali pada jaringan yang keras seperti cervix uteri, kelenjar payudara yang displastik, bisa dipakai jarum cutting dengan pengawasan perdarahan.

o Jarum Cutting bermata jaru segi tiga, bila ditusukkan akan merobek jaringan yang ditembusnya sehingga bisa menimbulkan perdarahan. Digunakan untuk menjahit kulit atau jaringan yang keras.

o Jarum non traumatik, yaitu jarum yang langsung terhubung dengan benang diujung belakang /pangkalnya. Tidak memiliki lubang jarum sehingga dapat menembus jaringan dengan mulus. Misal jarum pada benang dalam kemasan sachet.

o Ekor benang pada lubang jarum jangan terlalu pendek sehingga mudah lepas atau terlalu panjang sehingga mengganggu penjahitan. Standar panjang ekor benang adalah 4 – 5 cm.

Page 84: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

Tentang benango Mengambil benang dalam kaset harus menggunakan naldfulder atau klem . tarik

sebanyak 2 kali panjang naldfulder atau kira-kira 40cm. Atau sesuaikan dengan kebutuhan / karakter operator.

o Mengambil benang dari sachet juga menggunakan naldfulder. Buka lipatan dan ambil jarum dengan nalfulder, dan tarik hingga benang keluar seluruhnya.

o Secara umum benang operasi dibagi menjadi 2 golongan besar yaitu benang absorbable ( dapat diabsorpsi) dan non absorbable ( tidak diabsorpsi)

o Benang yang dapat diabsorpsi dapat dicerna tubuh untuk kemudian hancur oleh proses radang / inflamasi / reaksi tubuh sendiri sehingga hubungan antar 2 sisi bisa saja lepas . Jangka waktu penghancuran ini berbeda beda berkisar antara 3 hari hingga 3 bulan.

o Benang yang non absorpsi tidak dapat dicerna tubuh. Bisa bertahan di dalam tubuh selama bertahun-tahun karena bersifat Inert ( tidak menimbulkan / merangsang reaksi tubuh) digunakan untuk kulit atau jaringan dibawah kulit yang sukar sembuh.

o Contoh benang absorpsi adalah plain gut, chromic gut , Polyglycolic acid (dexxon / Atramat / polysorb) poligaktin ( Safil, safi quick)

o Contoh benang non absorpsi adalah silk / seide, nilon (monosof , Dermalon ), Polypropylen ( Prolene , mersilene)

o Ukuran benang bermacam-macam, pemakaiannya tergantung kebutuhan / jenis operasinya.

Tentang guntingo Semua instrumen yang memiliki bagian yang diperuntukkan jari seperti gunting,

klem, dsb di pegang dengan memasukkan ibu jari pada lubang yang satu dan jari manis pada lubang yang lain. Jari telunjuk dan tengah menopang instrumen dan membantu mengarahkan instrumen

o Dalam hal gunting, untuk menjaga agar tangan tidak goyah yang bisa berakibat fatal, maka jari pada tangan kiri ikut membantu menopang gunting saat pengguntingan dilakukan

Page 85: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

j. Pasca Operasi

Pengelolaan Pasien

Perawatan luka operasi

Segera setelah selesai tindakan operasi, area operasi dicuci bersih dengan NaCL 0,9% steril. Pembersihan dilakukan mulai dari luka sayatan meluas kesekitarnya.

Luka operasi ditutup dengan kasa kompres betadine , lalu kasa steril polos. Fixasi kasa dengan Hypafix atau plester

Setelah masuk rawat inap perawatan luka sebagaimana standar asuhan keperawatan

Membersihkan Pasien dan memberikan pakaian

Setelah area operasi dan sekitarnya dibersihkan pasien dipindahkan ke brankar dengan hati-hati.

Bersihkan bagian tubuh pasien yang menempel pada bed operasi dengan air bersih dan washlap. Miring-mairingkan pasien untukmencapai bagian itu.

Sambil dibersihkan, pakaian pasien diiapkan. Kenakan pakaian pada pasien, beri sarung atau kain bersih, serta selimuti ia.

Pasien pindah ke bed pasien dalam keadaan sadar / tidak, pakaian dan tempat tidur rapi.

Recovery Room (RR) dan Pengawasan di ruang rawat inap

Tempatkan pasien dalam RR sampai pasien sadar betul. Petugas OK melaksanakan tugas pasca operasi sambil mengawasi pasien. Setelah

selesai atau setelah pasien stabil dan sadar betul , pasien ditranfer ke rawat inap. Kemungkinan lain adalah setelah selesai operasi pasien langsung ditransfer ke rawat

inap dan ditempatkan di HCU untuk beberapa jam sampai pasien sadar betul dan diawasi petugas rawat inap. Bila sudah sadar betul / stabil, dapat dipindahkan ke ruangan inapnya.

Pengelolaan Linen

Segera dekatkan waskom berisi Chlorine 0,5%, untuk cuci handschoen operator. Mintalah operator melepaskan handschoen untuk direndam pada waskom tsb.

Segera buka jas operasi operator. Letakkan didalam ember linen kotor berpenutup. Semua duk dimasukkan ke ember linen kotor. Jangan biasakan menjatuhkan duk di

lantai. Jika ada kain alas kaki dilantai juga dimasukkan ke dalam ember tsb.

Page 86: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

Jika apron terbuat dari plastik saja dan tidak ada bagian yang menyerap cairan tubuh pasien cukup dibersihkan dengan cairan chlorine saja. Tapi bila terbuat dariparasit dan atau ada bagian yang menyerap cairan tubuh pasien, harus diperlakukan sebagaimana linen.

Pakaian OK setelah berganti pakaian diletakkan didalam ember. Jangan dibiasakan berserakan dilantai

Penutup kepala dan masker dibuang kedalam tempat sampah infeksius. Selanjutnya Transport Linen kotor dalam ember tertutup menggunakan trolley khusus dengan jalur yang sudah ditentukan, langsung ke ruang laundry. Jangan berhenti atau mampir ke mana-mana.

Linen diolah di ruang laundry sesuai prosedur.

Pengelolaan Instrumen

Segera rendam instrumen kedalam larutan chlorine 0,5% yang terdapat dalam wadah / ember plastik.

Sebaiknya instrumen direndam sekaligus, jangan sedikit-sedikit. Rendam selama 10 menit. Bila instrumen direndam sedikit-sedikit, maka hitungan 10

menit sejak instrumen terakhir dimasukkan. Rendam sampai seluruh instrumen terendam seluruhnya, jangan lupa membuka

pengunci instrumen Untuk selang dan atau kanul, maka sebelum direndam dilakukan spooling dulu dengan

larutan chlorine 0,5% untuk kemudian direndam selama 10 menit. Setelah 10 menit lakukan pencucian dengan detergent dan pembilasan dengan air

bersih mengalir dan penyikatan jika diperlukan. Untuk kanul dispooling dengan air detergent dan dispooling dengan airbersih dan dibilas.

Keringkan dengan menggunakan handuk bersih atau dianginkan menggunakan hairdryer Bila instrumen termasuk dalam packing, maka setelah kering dilakukan packing kembali

dan dilakukan sterilisasi segera. Bila instrumen tidak termasuk yang di packing maka instrumen disimpan dalam lemari kaca yang dilengkapi kantung karbon hidrophilik dan penerangan sekaliguss pemanasan dengan lampu pijar 10 Watt.

Pengelolaan Peralatan dan Fasilitas

Page 87: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

Bed Operasio Seluruh permukaan bed operasi dibersihkan dengan chlorine 0,5%o Buka kunci roda, dan pindahkan bed agar lantai dibawah bed bisa dibersihkan.

Gulirkan roda diatas genangan larutan chlorine bolak balik, keringkan lantai, kemudian kembalikan bed ke tempat semula dan di kunci roda

Trolleyo Perlakuan sama dengan bed operasi.o Trolley diletakkan di ruang peralatan

Brankar dan standaro Perlakuan sama dengan bed operasi.o Standar diletakkan di ruang peralatan, brankar di koridor transport / RR

Lampu Operasio Seluruh permukaan lampu operasi dibersihkan dengan chlorine 0,5%o Periksa adakah bola lampu yang rusak. Segera laporkan kepada bagian

pemeliharaan untuk segera diganti.

Alat anestesio Permukaan trolley di bersihkan dengan chlorine 0,5%o Vaporizer ditutup, O2 dan N2O ditutup.o Facemask di bersihkan denganchlorine 0,5%o Selang, canule, ETT, mayo diperlakukan sebagaimana instrumen.

Monitor EKGo Matikan monitor ECG, cabut kabel dari stekkero Gulung dengan bai semua kabel dan letakkan pada gantungannya.

ACo Matikan AC

Pengelolaan Ruangan

Page 88: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

Lantai dibersihkan dengan chlorine 0,5% Dinding dibersihkan dengan chlorine 0,5% Tempat cuci tangan diperiksa kebersihannya Spoolhoek diperiksa kebersihannya Ruang ganti pakaian dan Ruang dokter diperiksa kebersihannya Kamar mandi diperiksa Ruang instrumen diperiksa Ruang RR diperiksa Ruang sterilisasi diperiksa.

Pengelolaan spesimen

Hal-hal yang harus diperhatikan pada penanganan specimen adalah label yang benar, pengawetan (preserverasi) dan pengiriman yang benar, sebab bila pemberian label yang salah atau specimen tertukar dapat berari menentukan diagnose yang salah untuk dua orang pasien. Hilangnya specimen dapat berarti tidak dapat menentukan diagnose atau harus dilakukan pengambilan specimen baru dengan kemungkinan tidak mendapatkan specimen yang sama jenisnya dengan yang hilang.Oleh karena itu semua specimen harus diamankan kecuali dokter memintanya untuk membuang.

A. Prosedur penanganan specimen1. Tangani specimen dengan hati-hati2. Instrumenter mengkonfirmasikan lagi dengan dokter mengenai sifat specimen

dan jenis pemeriksaan yang akan dilakukan, kemudian periksa ulang dengan om loop sebelum menyerahkan kepada on loop.

3. Om loop menyimpannya ke dalam tempat yang tepat, seperti kantong plastik, stoples dan sebagainya yang steril.

4. Berikan label yang memuat :a. Nama pasien b. Nomor C.M. ( Catatan Medik )c. Tanggal Operasid. Nama specimen

5. Apabila diambil lebih dari satu specimen, specimen-specimen itu harus diberi nomor label sesuai dengan urutan diangkatnya dan tempatkan dalam tempat yang terpisah kecuali dokter meminta untuk menyimpan dalam satu wadah.

Page 89: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

6. Organ-organ yang solid seperti : hati, limpa, uterus, dan lain-lain biasanya dipotong dahulu oleh Dokter sebelum disimpan pada tempat yang sudah berisi pengawet.

7. Organ yang berbentuk pipa seperti : jaster, Colon, Vesica Winara harus dibuka dulu agar bahan pengawet mengenai sisi luar dan dalamnya.

8. Jangan membuat trauma pada jaringan specimen seperti biopsi nosofaringeal.9. Tidak boleh memasukkan dengan paksa ke dalam tempat yang sempit.10. Jangan membuang specimen kecuali Dokter memintanya untuk dibuang.

B. Prosedur khusus Penanganan Specimen untuk Pemeriksaan Histologi1. Rendam specimen dalam formalir 10% (0 cc larutan formalir kadar 40% dalam 90

cc air )2. Tutup rapat-rapat tempat specimen tadi untuk mencegah penguapan bahan

pengawet.

C. Prosedur Khusus penanganan Specimen Untuk Kultur.1. Simpan dalam stoples atau tabung pemeriksaan / test tube yang steril oleh

instrumenter.2. Tidak boleh diberi bahan pengawet, karena jaringan harus dalam keadaan segar

dan seperti asalnya.3. Idealnya specimen untuk kultur dikirim segera kalau tidak specimen tersebut

harus disimpan oleh kotak yang bersuhu ruangan, untuk mempertahankan agar jumlah bakteri tetap sampai kultur dilakukan.

D. Prosedur Khusus Penanganan Specimen untuk Frozen Section1. Pastikan bahwa bagian ahli, Patologi sudah diberitahu sebelumnya, biasanya

sehari sebelumnya diberitahu oleh dokter ahli bedah yang akan mengoperasi pasien.

2. Perintahlah seseorang untuk bersiap-siap pergi mengantarkan specimen ke bagian Patologi Anatomi.

3. Ingatkan dokter untuk mengisi formulir Histologi dengan tepat, misalnya riwayat klinis dan penemuan operasi.

4. Simpan specimen dalam wadah yang sudah diberi label. Untuk pemeriksaan ini tidak perlu bahan pengawet.

5. Tuliskan nomor telepon yang harus dihubungi oleh ahli oleh patologi pada sebelah kanan atas formulir sehingga hasil dapat diperoleh dengan cepat.

6. Specimen dikirimkan ke Laboratorium P.A.7. Catatkan hasil pemeriksaan dengan nama pasien nomor catatan medik, bila

cocok laporkan segera ke dokter.

Page 90: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

8. Jika specimen dikembalikan ke kamar bedah, rendam specimen itu dalam formulir tandai pada tempat specimen itu “Frosen section sudah dilakukan”.

E. Prosedur Khusus Penanganan Specimen Untuk Difoto.1. Tempatkan specimen pada sebuah tempat yang datar, kalau perlu yang dilapisi

duk.2. Sebelum dilakukan pemeriksaan specimen tidak boleh diberi bahan pengawet.

F. Prosedur khusus Penanganan Benda Asing.1. Simpan dalam kotak kontainer seperti stoples, kemudian kembalikan pada

pasien, benda asing ini dapat berupa : tulang ikas, gigi palsu, dan sebagainya.2. Benda asing jika perlu dibungkus dengan kertas kasa, kemudian masukkan ke

dalam wadah/stoples, catat dalam buku catatan benda asing, kemudian serahkan kepada polisi sebagai tanda polisi mengambilnya ia harus menandatangani catatan tadi.

3. Data yang dibentuk dalam tubuh dimasukkan ke dalam kantong plastik tanpa bahan pengawet dan diberi label. Tanyakan pada dokter apakah data tersebut diperlukan oleh analisa atau diserahkan ke keluarganya.

Catatan :

Semua specimen harus dikirimkan dengan formulir yang tepat dan sudah ditandatangani.

Specimen pada bagian yang menular misalnya : Hepatitis B harus ditangani lebih hati-hati.

Simpan specimen ini pada stoples yang berlabel khusus, sehingga orang-orang yang menanganinya akan lebih hati-hati.

Page 91: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

VIII. PENGENDALIAN INFEKSI NOSOKOMIAL DI KAMAR BERSALIN

Pengertian : Prosedur kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam rangka pengendalian sumber infeksi di kamar bersalin

Sasaran :

Karyawan / tenaga kesehatan

1. TATA RUANG DAN BANGUNANLihat tata ruang dan bangunan Kamar operasi

2. SISTEM ZONASILihat sistem zonasi kompleks OK dan VK

3. TATA TERTIB DI KAMAR BERSALINa) Persiapan kamar bersalin

Pembersihan Rutin

Pembersihan Harian Setiap hari seluruh permukaan lantai kompleks OK – VK di bersihkan dan

di desinfeksi Setiap hari dilakukan pemeriksaan prasarana seperti penyediaan air

bersih, kelistrikan, pencahayaan, ventilasi, dsb Setelah dibersihkan dilakukan sterilisasi ruangan dengan lampu

ultraviolet secara terus menerus hingga saat dibersihkan keesokan harinya.

Pelaksana adalah tim pemeliharaan, dan penaggung jawab adalah Kepala OK dan Kepala VK

Pembersihan Mingguan Seluruh permukaan dinding Kamar Bersalin dibersihkan Lantai dibersihkan dengan dan didesinfeksi Seluruh permukaan lain seperti permukaan lampu , trolley , Lemari,

bedside cabinet, Kabel-kabel dan selang , cuff, Tabung O2, meja obat, kursi, AC dll dibersihkan dan didesinfeksi

Kamar mandi dibersihkan Semua peralatan sterilisasi dibersihkan Dilakukan rutin dan teratur seminggu sekali .

Page 92: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

Pelaksana adalah tim pemeliharaan dan penanggung jawab adalah kepala OK

Pembersihan Bulanan

Dilakukan Pemeriksaan dan penilaian kondisi dan fungsi serta inventarisasi dan kondisi sarana fisik bangunan, prasarana dan peralatan serta obat-obatan di kompleks OK – VK

Semua hasil pemeriksaan dilaporkan di rapat bulanan

Pembersihan Pra dan Pasca Persalinan Bila pasien masuk VK setelah dilakukan pembersihan rutin maka ruangan

bersalin tidak perlu dibersihkan lagi Bila pasien masuk VK sebelum dilaksanakan pembersihan rutin, maka

segera dilakukan pembersihan ruangan bersalin dan sekitarnya. Pasca persalinan semua permukaan yang terkontaminasi dibersihkan dan

di desinfeksi

b) Persiapan pasien bersalin

A. Persiapan fisikPasien harus dalam kondisi aman dan sehat untuk melakukan persalinan yang

ditandai oleh o Dilakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh dengan hasil pemeriksaan fisik

oleh dokter ruangan dan atau dokter konsulen RSBL menunjukkan kondisi dalam batas toleransi

o Dokter Ruangan dan atau dokter konsulen Kebidanan menyatakan pasien dapat melaksanakan persalinan normal

o Bila diperlukan dapat dilakukan pemasangan Supportif seperti O2, IV lineo Pasien dalam keadaan bersih, bila perlu sudah mandi, pakaian dari RS, bersih.

B. Persiapan mentalo Pasien harus memahami teknik yang benar dari persalinan dan memahami

tentang segala kemungkinan yang harus dihadapi dalam persalinan ini. Lakukan Informed Consent sesuai prosedur.

o Pasien di tenangkan dan diberi penyuluhan yang baik agar tegar . Pasien diminta untuk berdoa menurut keyakinannya masing-masing.

o Keluarga pasien diminta selalu mendampingi dan mendukung secara moril.o Perlakukan sesuai peraturan Tatakrama di RSBL

Page 93: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

C. Persiapan jalan lahiro Tidak ada persiapan khusus jalan lahir untuk persalinan normal

D. Persiapan personil kamar bersalin

Pelaksana Observasi / Penolong PersalinanPengertian :Adalah petugas yang memeriksa pasien, memeriksa kehamilan, mengobservasi kemajuan persalinan, menolong persalinan, melakukan asuhan Bayi Baru lahir, dan mengelola kala IV

Syarat :Bidan/ dokter/Spesialis terlatihMemahami /fasih asuhan persalinan normalMemahami/fasih tindakan aseptik / antiseptikMampu melakukan resusitasi BBLMampu melakukan Episiotomy dan PenjahitanMengenal tanda-tanda bahaya persalinanMampu menangani kegawatan persalinan

Tugas : Melakukan anamnesa, Melakukan pemeriksaan fisik Menegakkan diagnosa Melakukan konsultasi Melakukan observasi Mellengkapi formulir SOAP dan Partograf Menolong persalinan kala II Melakukan Asuhan BBL Melakukan Resusitasi BBL Melakukan Inisiasi Menyusu Dini Mengelola perdarahan dan perlukaan pasca persalinan Memantau Kala IV Membuat Laporan

Asisten PenolongPengertian :Adalah petugas yang membantu penolong melaksanakan tugasnya

Syarat :Paramedik / Bidan terlatihMemahami proses asuhan persalinan normalMemahami/fasih tindakan aseptik / antiseptikMampu membantu melakukan resusitasi BBL

Page 94: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

Mampu membantu tindakan Episiotomy dan PenjahitanMengenal tanda-tanda bahaya persalinanMampu membantu penenganan kegawatan persalinanMengenal betul ruangan bersalin dan letak alat / obatTugas

Membantu anamnesa, Membantu pemeriksaan fisik Membantu melakukan observasi Sebagai asisten persalinan kala II Membantu Asuhan BBL Membantu resusitasi BBL Membantu Inisiasi Menyusu Dini Membantu pengelolan perdarahan dan perlukaan pasca persalinan Membantu memantau Kala IV Melakukan pembersihan ruangan, desinfeksi, pengelolaan sampah dsb

Rumah Sakit Prosedur Pelayanan Pasien Bersalin

Page 95: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

Budi Luhur 01/KEP/SOP No Revisi

     

PROSEDUR TETAP Tanggal terbit Ditetapkan

   

Direktur

 

Prosedur Tetap Pelayanan Pasien Bersalin di RSBL

Tujuan :

Terlaksana pelayanan persalinan normal yang aman dan sesuai standar Ibu dapat melahirkan dengan selamat dan terawasi dengan cermat Bayi dapat lahir dengans elamat dan terawat dengan baik

Kebijakan :

Tata laksana persalinan normal mengacu pada Standar asuhan persalinan normal JNPK-KR

Pelayanan persalinan normal dilaksanakan oleh setidaknya seorang bidan terlatih dan seorang asisten

Semua Kegiatan pelayanan harus tetap sesuai dengan standar kerja, standar profesi dan kode etik yang berlaku di RSBL

RSBL mendukung program IMD, RS. Sayang Ibu dan Sayang Bayi

Prosedur

1. Pasien datang ke RS melalui Poliklinik atau UGD2. Pasien dapat langsung masuk ruangan / VK setelah itu dilakukan pendaftaran atau

sebaliknya.3. Pasien yang belum inpartu dan atau pasien dengan kala I masuk ke Ruang rawat

Kebidanan (R23), sedangkan pasien dengan Kala II masuk ke Ruang Bersalin/VK4. Pasien diganti pakaiannya dengan pakaian 5. Siapkan Bed sesuai dengan aturan6. Semua pasien rujukan kebidanan dilakukan pemasangan infus RL dengan Transfusion

set dan IV canule 20 F atau sesuai kebutuhan7. Bidan jaga segera memeriksa pasien dan melakukan penapisan8. Konsultasikan pasien kepada Konsulen/ Spesialis Kebidanan

Page 96: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

9. Bila diputuskan untuk persalinan normal, maka penatalaksanaan selanjutnya sesuai standar pelayanan kebidanan / asuhan persalinan normal oleh Bidan

10. Segera konsultasikan pasien kepada Konsulen bila terjadi :o Perdarahan pervaginam yang mencurigakan

o Ketuban pecah bercampur mekonium

o Ada tanda-tanda gawat janin

o Ada tanda-tanda infeksi

o Fase aktif kala I kepala 5/5 pada primipara

o Tali pusat menumbung

o Presentasi ganda

o Gejala shock

o Fase laten > 8 jam grafik partograf dikanan garis waspada

11. Bila pembukaan hampir lengkap dan kemajuan persalinan baik, serta kondisi ibu dan janin baik, pasien segera dipindah ke kamar bersalin / VK

12. Asisten segera menyiapkan ruangan , alat dan bahan medis lainnya13. Dilakukan asuhan persalinan kala II14. Konsultasikan kepada konsulen Kebidanan apabila :

o Kala II > 1 jam pada multipara

o Kala II > 2 jam pada primipara

15. Bila diputuskan untuk :o Vaccuum Ekstraksi, maka lakukan VE sesuai prosedur

o Sectio Caesaria, maka lakukan SC sesuai prosedur

o Lahir normal, maka dilakukan asuhan persalinan normal, asuhan BBL dan

pengawasan kala IV16. Pasca persalinan,Asuhan BBL dan pengawasan kala IV dilakukan di VK.17. Inisiasi menyusu dini dan imunisasi dilakukan di VK18. Setelah kondisi stabil pasca pengawasan kala IV, pasien dipindahkan ke rawat inap

kebidanan19. Pasca persalinan normal, pengawasan ibu dan bayi setidaknya dilakukan selama 24 jam

Page 97: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

ASUHAN PERSALINAN NORMAL

DI KAMAR BERSALIN

RUMAH SAKIT UMUM BUDI LUHUR

PENATALAKSANAAN KALA I

1. Lakukan pengumpulan data subyektif dengan melakukan anamnesa dan catat data subyektif pada kolom Subyektif lembaran SOAP

2. Lakukan pemeriksaan fisik menyeluruh dan mencatatnya dalam kolom data obyektif pada lembaran SOAP

3. Tata Cara mengukur tinggi fundus Uteri (TFU) : ukur panjang jarak tepi atas symphisis pubis sampai puncak fundus uteri dengan menggunakan meteran kain

4. Tata Cara pemeriksaan abdomen cara Lloydo Lloyd I dengan kedua tangan meraba puncak fundus untuk menentukan tinggi

fundus uteri dan isi fundus uteri. Bedakan puncak terisi Bokong, Kepala atau Kosong

o Lloyd II Dengan kedua tangan meraba sisi kiri dan kanan perut ibu untuk

menentukan bagian-bagian keci dan bagian besar janin. Bagian kecil menunjukkan sisi tangan dan kaki, sedangkan bagian besar menunjukkan punggung janin

o Lloyd III Dengan kedua tangan meraba bagian terendah janin. Bila kedua tangan

arah menyempit kemungkinan bagian terendah masih tinggi, sedangkan bila kedia tangan mengarah melebar kemungkinan kepala sudah masuk panggul

o Lloyd IV dengan satu tangan kanan bagian terendah dipegang dengan ibu jari

dan jari lainnya serta dicoba untuk digerakkan. Bila bergerak bagian terendah belum masuk panggul, sedangkan bila tidak bergerak, bagian terendah sudah masuk panggul

5. Tata cara menilai kontraksi uterus :Palpasi uterus sekitar umbilicus dengan sedikit tekanan. Catatlah berapa kali uterus berkontraksi dalam setiap 10 menit. Catatlah berapa lama waktu yang dibutuhkan setiap kali kontraksi, serta Nilailah kekuatan kontraksi secara kualitatif dengan mencoba menekan jari – jari pada daerah pemeriksaan saat kontraksi berlangsung.

6. Tata Cara menghitung Denyut Jantung Janin (DJJ) :Letakkan monoaural atau probe doppler pada daerah punggung janin. Gunakan jelly bersih untuk menambah sensitifitas doppler. Dengarkan DJJ mulai sebelum atau selama puncak kontraksi. Dengarkan selama 60 detik atau setidaknya 30 detik setelah kontraksi berakhir. Dengarkan DJJ di lebih dari satu kontraksi.Bersihkan jelly setelah selesai pemeriksaan.

Page 98: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

Cara lain adalah dengan menghitung DJJ dalam setiap 5 detik 3 kali , dengan selang 5 detik. Jumlahkan ketiga hasil pemeriksaan, dan kalikan dengan 4. Interpretasi DJJ normal bila DJJ antara 120 – 160 kali permenitDJJ waspada bila 120>DJJ>160 kali permenitDJJ bahaya bila 100>DJJ>180 kali permenitDJJ ireguler bila perbedaan perhitungan per 5 detiknya selisih 2deti atau lebih

7. Tata cara mengukur Penurunan Kepala janinDengan salah satu tangan dan jari-jari rabalah kepala janin bila presentasi kepala. Interpretasi :Bila kepala teraba dengan 5 jari : Penurunan kepala 5/5 : Kepala belum masuk PanggulBila kepala teraba dengan 4 jari : Penurunan Kepala 4/5: Kepala di Hodge I-IIBila Kepala teraba dengan 3 jari :Penurunan Kepala 3/5 : Kepala di Hodge II-IIIBila Kepala teraba dengan 2 jari :Penurunan Kepala 2/5 : Kepala di Hodge III(+)Bila kepala teraba dengan1 jari :Penurunan kepala 1/5 : Kepala di Hodge III-IVBila kepala tak teraba : Penurunan Kepala 0/5 : Kepala di Hodge IV

8. Tata Cara melakukan Pemeriksaan Dalam ( Vaginal Touche/VT) Cuci tangan bersih dan memakai handschoen sesuai prosedur Posisikan ibu terlentang dengan kedua tungkai terlekuk pada lutut,sedemikian

rupa sehingga perineum / vulva terekspos. Ingat selalu untuk menutupi ibu semaksimal mungkin.

Basuh vulva dengan Kasa steril dan NaCl 0,9% steril, oleskan dengan arah atas ke bawah, sisi kiri ,sisi kanan dan tengah vulva

Nilai secara visual kondisi vulva, cairan yang keluar dari vulva Buka labia dengan ibujari dan jari manis tangan kiri, masukkan jari telunjuk dan

jari tengan tangan kanan secara perlahan . Nilai Kapasitas panggul terutama pada primipara, dengan cara mencari

Promontorium, dan jarak antara promontorium dengan batas bawah symphisis, raba linea innominata, kelengkungan sacrum dan penonjolan spina ischiadica

Nilai mukosa vagina : apakah ada jaringan parut, bagaimana kondisi cairan dalam vagina

Nilai cervix dan pembukaan serta penipisan cervix Nilai kondisi selaput Ketuban dan air ketuban

o Jika selaput utuh Kode U

o Jika Cairan ketuban jernih Kode J

o Jika Cairan Ketuban berdarah Kode D

o Jika Cairan ketuban Mekoneal Kode M

o Jika cairan ketuban kering Kode K

Tentukan bagian terendah janin, nilai penurunan janin, serta posisi bagian terendah janin.

Page 99: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

Nilai adanya Moulageo Jika tidak ada moulage Kode 0o Jika ada kedua sisi hanya bersentuhan Kode 1o Jika ada moulage masih bisa dipisahkan Kode 2o Jika ada moulage tidak bisa dipisahkan Kode 3

Nilai adakah bagian terkemuka atau menumbung Jika sudah selesai, keluarkan tangan dengan perlahan Cuci handschoen dan rendam dalam chlorine 0,5% Cuci tangan dan keringkan Posisikan ibu ke posisi yang lebih nyaman, Beri penjelasan kepada ibu dan

keluarganya

9. Konsultasikan dengan Spesialis Kebidanan10. Bila diadviskan untuk persalinan normal, maka prosedur berlanjut.11. Catat diagnosa pada kolom assesment pada lembaran SOAP12. Buat perencanaan penanganan sesuai kondisi pasien, catat dalam kolom perencanaan

pada lembaran SOAP.13. Bila pasien masuk dalam fase aktif, maka pemeriksaan dilanjutkan ke lembar Partograf

Bila pasien masuk dalam fase laten, pemeriksaan dilanjutkan pada lembar observasi.14. Observasi DJJ, nadi, dan His setiap 30 menit

Observasi Tekanan darah, suhu dan urine setiap 4 jamPemeriksaan dalam diulang pada jam ke 4. Catat semua data dalam lembaran kedua SOAP sampai 30 menit sebelum jam ke 4.

15. Pada jam ke 4 ulangi seluruh pemeriksaan dan dicatat pada lembaran catatan SOAP16. Bila hasilnya pasien memasuki fase aktif, maka pemeriksaan selanjutnya pada lembar

partograf. Bila hasilnya pasien masih dalam fase laten maka observasi dilanjutkan lagi pada lembar observasi sampai 30 menit sebelum jam ke 8

17. Pada jam ke 8 seluruh pemeriksaan diulangi lagi dan dicatat pada lembaran catatan SOAP

18. Konsultasikan hasilnya dengan konsulen Kebidanan.19. Bila hasilnya Sectio maka dilanjutkan ke prosedur Sectio Caesaria. Bila advisnya untuk

terus melanjutkan, maka prosedur berlanjut.20. Bila pasien masuk ke dalam fase aktif, maka pemeriksaan selanjutnya dicatat dalam

lembaran partograf. Bila pasien masih dalam fase laten, kemungkinan besar konsulen akan mengadviskan untuk Sectio cesaria.

21. Catat kemajuan persalinan dalam partograf sesuai petunjuk APN.22. Segera konsultasikan dengan kosulen Kebidanan bila :

o Ada tanda-tanda gawat janin

o Penurunan kepala tidak ada kemajuan

o Pembukaan cervix tidak ada kemajuan / grafik di kanan garis waspada

o Ada tanda-tanda gawat ibu

Page 100: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

PENATALAKSANAAN KALA II

1. Bila pembukaan lengkap / hampir lengkap, pasien segera dipindahkan ke kamar bersalin / VK

2. Penolong dan asisten segera mempersiapkan ruangan, tempat tidur, trolley alat, meja resusitasi, obat-obatan dan bahan medis lain, serta Alat Perlindungan Perorangan (APP)

3. Persiapan Ruangano Bila ruang bersalin dipakai sebelum jadwal pembersihan rutin, harian, maka

segera dilakukan pembersihan rutin hariano Bila dipakai setelah dilakukan pembersihan rutin, maka tidak perlu dibersihkan

lagio Nyalakan lampu

o Nayalakan AC, atur suhu 27oC

o Periksa kelancaran air kran

o Semprotkan pewangi ruangan

4. Persiapan tempat tiduro Standar lapisan tempat tidur : Matras, seprai, laken, penutup laken, alas /

selendang pasien, pasien, selimuto Semua komponen Bed dalam keadaan bersih

o Posisikan ibu senyaman mungkin

5. Persiapan trolleyo Gelar paket partus set diatas trolley. Perhatikan label pensterilan tidak boleh

lebih dari 7 hari. Bila lebih, harus disteril ulango Siapkan paket linenpartus. Perhatikan label sterilisasi terakhir.

o Masukan bahan medis lain secara aseptik

o Standar susunan trolley :

Page 101: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

o Paket Partus set terdiri dari :

- Klem 2 buah- Amniotome 1 buah- Gunting Episiotomy 1 buah- Gunting benang 1 buah- Needle holder 1 buah- Pinset anatomis 1 buah- Kom kecil 2 buah- Kom sedang 2 buah- Nerbekken 2 buah- Jarum Taper 1 buah- Jarum Cutting 1 buah- Nelaton 1 buah

o Paket linen partus terdiri dari :

- Duk alas bokong 2 buah- Flanel pembungkus bayi 1 buah- Handuk besar 1 buah- Baju bayi lengan panjang 1 buah- Popok bayi 1 buah- Celana panjang tutup 1 buah- Sarung tangan 1 buah- Topi bayi 1 buah

o Bahan Medis yang ditambahkan :

- Kasa steril 1 bundel- NaCl 0,9% steril 1 buah- Handschoen 4 pasang- Oxitocin 1 amp- Methergin 1 amp- Vitamin K1 1 amp- Lidocain 1 amp- Salep tetrasiklin 1 buah- Syringe 3cc 2 buah- Syringe 5 cc 1 buah

6. Persiapan Meja Resusitasio Siapkan alas selimut

o Siapkan gajal bahu

o Siapkan lampu sorot 60 watt

o Siapkan suction pump

o Siapkan O2

o Siapkan Ambu bag

Page 102: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

7. Persiapan Alat Perlindungan Perorangano Apron 2 buah

o Goggle 2 buah

o Masker 2 buah

o Sepatu 2 pasang

o Pelindung kepala 1 buah

8. Persiapan Sarana pendukungo Tempat sampah infeksius

o Wadah sampah benda tajam

o Washkom + Chlorine untuk handschoen

o Ember besar berpenutup untuk linen kotor

o Spoolhoek, wastafel dan air mengalir

9. Persiapan Larutan Chlorineo Larutan chlorine disiapkan di wadah untuk merendam alat, wadah untuk

mencuci handscoen, dalam wadah untuk mengela permukaan .

Page 103: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

10. Pimpinan Kala II

Ibu Bidan / Penolong AsistenIbu ingin mengedan

Kepala janin crowning

Cek Visual, bila tanda-tanda lengkap ada, minta asisten menyiapkan alat

Pasang APD Cuci tangan Pakai handschoen Ki+Ka

Bersihkan vulva dengan kassa +NaCl steril

Pemeriksaan dlam +/- Amniotomy

Cuci hanschoen, lepas, cuci tangan

Cek DJJ

Jelaskan pada ibu dan posisikan ibu

Pakai Handschoen

Pimpin meneran s/d lahir kepala

Cek lilitan

Tunggu putaran paksi luar

Lahirkan bahu

Sanggah Susur, lahirkan bayi

Bayi ditaruh diperut ibu+Penilaian BBL

Hangatkan , keringkan,rangsang taktil BBL

Oxitocin 1 amp IM *

Potong Umbilikus, pasang umbilical klem

Menyiapkan trolley beserta isinya

Cuci tangan Pasang handschoen

+siapkan oxitocin one hand

Siapkan bengkok di perineum

Sediakan Kassa Sediakan amniotome,

pegang bengkok Uang air ketuban ke

spoolhoek, kassa ke tempat sampah infeksius

Siapkan doptone, siapkan jelly dan kassa

Bantu posisikan ibu.

Sediakan Kainflanel, sediakan handuk besar di perut ibu

Cek DJJ diantara his Siap-siap kalau lilitan perlu

dipotong

Posisikan umbilikus sebebas mungkin

Siap-siap barangkali perlu resusitasi

Siapkan Spuit Oxitocin, bila perlu lansung berikan oxitocin IM atau IV*

Siapkan Klem dan gunting dan umbilical klem

Page 104: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

1 jam post partum

Posisikan IMD +/- metode kangguru

Lakukan PTT + dorong uterus dorsokranial

Placenta lepas, laksanakan perlahan

Massase uterus 15”

A

CekPlasenta

Cek Robekan

Cek Kontraksi minta ibu bantu massase

Hecting bila ada robekan

Bersih-bersih Ibu

Kain disimpan diember berpenutup

Ibu dibersihkan dengan washlap dan NaCl, keringkan dengan washlap bersih

Ganti Alas Ibu

Cuci Handschoen, lepaskan, Cucitangan

Pantau kala IV

Isi laporan dan lengkapi Partograf

Pakai Handschoen bersihkan dari talc atau formalin

Beri pakaian pada bayi Vit K 1 strip Ukur panjang bayi Beri salep mata

Bantu posisikan bayi IMD dan cara kangguru

Bila >15” siapkan oksitosin II bila >30” siapkan manual. Bantu hitung detik.

Bantu tampung plasenta

Siap-siap barangkali atoni Dalam pikiran “methergin?

IV?gastrul?RL? HES? Guyur?

Siapkan kassa, saksikan kelengkapan plasenta, simpan placenta

Siapkan barangkali hecting

Bericontoh massase

Asistensi hecting Lakukan pemantauan kala

IV bila sudah 15 menit Siapkan Kain bersih Ibu,

bantu beresin kain ibu Beberes Trolley Rendam alat dalam

chlorine, Kasa dibuang ke tempat

sampah infeksius Jarum di tempat benda

tajam Benang bersihkan dengan

chlorine dan disimpan pada tempatnya

beberes ruangan Cuci alat dan tiriskan Cuci Handschoen, Lepas,

cucitangan Pake rubber glove, Cuci

handschoen, bilas dan tiriskan

Bila alat sudah keringbisa dimulai sterilisasi

Siapkan Perlengkapan bayi, bantu memakaikan

Siapkan vit K dalam spuit Siapkan meteran, sipakan

salep, siapkan timbangan

Page 105: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

Selimuti bayi, timbang bayi Berikan pada ibu, disisi ibu,atau

disusui atau metode kangguru

Pantau kala IV sampai jam ke dua post partum

Pindahkan ibu setelah 2 jam stabil

11. Pengelolaan Peralatan pasca persalinan

Idem pengelolaan instrumen pasca operasi12. Pengelolaan Linen Pasca persalinan

Idem pengelolaan linen infeksius13. Pengelolaan sampah dan limbah

Idem pengelolaan sampah dan limbah14. Pengelolaan benda tajam

Idem pengelolaan sampah benda tajam15. Pengelolaan handschoen

Idem pengelolaan handschoen16. Pengelolaan ruangan Bersalin

Idem pembersihan ruangan pasca persalinan

Page 106: Program Pengendalian Infeksi Nosokomial

BAB II. DEKONTAMINASI, DESINFEKSI , STERILISASI

A. DEFINISI

DekontaminasiAdalah sustu proses / kegiatan yang berusaha menghilangkan kontaminasi suatu

benda oleh benda lain yang potensial menjadi sumber infeksi yang sekaligus juga membasmi sebagian mikroorganisme sehingga kita dapat menangani secara aman DesinfeksiAdalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan hampir semua mikroorganisme penyebab penyakit yang mencemari benda mati atau instrumen. Tindakan serupa pada kulit disebut Antisepsis

SterilisasiAdalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua mikroorganisme termasuk endospora bakteri

B. DEKONTAMINASIC. DESINFEKSID. STERILISASI