Infeksi nosokomial

28
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi masih merupakan penyebab uatama tingginya angka kesakitan dan kematian di dunia.Salah satu jenis infeksi adalah infeksi nosokomial. Menurut data Kemenkes RI tingkat infeksi nosokomial yang terjadi di beberapa negara Eropa dan Amerika adalah rendah yaitu sekitar 1% dibandingkan dengan kejadian di negera-negara Asia, Amerika Latin dan Sub- Sahara Afrika yang tinggi hingga mencapai lebih dari 40%dan menurut data WHO(2009), angka kejadian infeksi di RS sekitar 3 – 21% (rata-rata 9%). Pembentukan Pengendalian Penyakit Infeksi (P3I) sangat dibutuhkan pada tiap rumah sakit karena Pengendalian penyakit infeksi nosokomial dengan menggunakan standar kewaspadaan terhadap infeksi yaitu cuci tangan, sarung tangan, masker, baju pelindung, kain, peralatan perawatan pasien, pembersihan lingkungan, instrument tajam, resusitasi pasien dan penempatan pasien. Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang di dapatkan oleh pasien atau petugas kesehatan selama kurun waktu 3 kali 24 jam di rumah sakit dan tidak dalam masa inkubasi. Infeksi nosokomial sering terjadi di rumah sakit karena rumah sakit merupakan sarang penyakit, tempat berkumpulnya mikroorganisme yang dapat menyebabkan 1

description

manajemen administrasi rumah sakit

Transcript of Infeksi nosokomial

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangPenyakit infeksi masih merupakan penyebab uatama tingginya angka kesakitan dan kematian di dunia.Salah satu jenis infeksi adalah infeksi nosokomial.Menurut data Kemenkes RI tingkat infeksi nosokomial yang terjadi di beberapa negara Eropa dan Amerika adalah rendah yaitu sekitar 1% dibandingkan dengan kejadian di negera-negara Asia, Amerika Latin dan Sub- Sahara Afrika yang tinggi hingga mencapai lebih dari 40%dan menurut data WHO(2009), angka kejadian infeksi di RS sekitar 3 21% (rata-rata 9%).Pembentukan Pengendalian Penyakit Infeksi (P3I) sangat dibutuhkan pada tiap rumah sakit karena Pengendalian penyakit infeksi nosokomial dengan menggunakan standar kewaspadaan terhadap infeksi yaitu cuci tangan, sarung tangan, masker, baju pelindung, kain, peralatan perawatan pasien, pembersihan lingkungan, instrument tajam, resusitasi pasien dan penempatan pasien.Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang di dapatkan oleh pasien atau petugas kesehatan selama kurun waktu 3 kali 24 jam di rumah sakit dan tidak dalam masa inkubasi. Infeksi nosokomial sering terjadi di rumah sakit karena rumah sakit merupakan sarang penyakit, tempat berkumpulnya mikroorganisme yang dapat menyebabkan berbagai macam penyakit.Sehingga diharapkan baik pasien dan petugas di rumah sakit harus tetap waspada dan melakukan pencegahan sedini mungkin agar tidak mendapatkan infeksi nosokomial.Rumah Sakit merupakan tempat berkumpulnya segala macam penyakit, baik menular maupun tidak menular (Musadad, Lubis, &Kasnodihardjo, 1993).Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang diperoleh atau yang terjadi dirumah sakit berkaitan dengan pemberian layanan kesehatan difasilitas pelayanan kesehatan dan tindakan perawat diperlukan untuk mencegah infeksi nosokomial dengan melakukan cuci tangan, menggunakan alat pelindung, mengelola alat kesehatan, desinfeksi lokasi tindakan, melakukan perawatan dan penutupan luka serta pengelolaan sampah. Infeksi nosokomial yang terjadi pada pasien merupakan hal sangat sering terjadi, walaupun pasien tidak mengalami kematian tetapi hal tersebut dapat menyebabkan pasien dirawat lebih lama lagi.Sehingga pengendalian atau pencegahan terhadap infeksi nosokomial harus diketahui.

B. Rumusan MasalahAdapun rumusan masalah dalam pembuatan makalah iniyaitu:1. Apakah pengertian infeksi nosokomial?2. Bagaimanakah pengendalian infeksi nosokomial?

C. Tujuan PenulisanAdapun tujuan penulisan dalam pembuatan makalah ini yaitu :1. Untuk mengetahui pengertian infesksi nosokomial2. Untuk mengetahui pengendalian infeksi nosokomial.

BAB IIPEMBAHASAN

A. Pengertian Infeksi NosokomialRumah sakit sebagai tempat pengobatan, juga meruapakan sarana pelayanan kesehatan yang dapat menjadi sumber infeksi dimana orang sakit dirawat.Infeksi nosokomial dapat terjadi pada penderita, tenaga kesehatan dan juga setiap orang yang datang di Rumah Sakit.Infeksi yang ada di pusat pelayanan kesehatan kesehatan ini dapat ditularkan atau diperoleh melalui petugas kesehatan, orang sakit, pengunjung yang berstatus karier atau karena kondisi Rumah Sakit.Infeksi nosokomial adalah infeksi yang diperoleh atau terjadi di rumah sakit(Darmadi, 2008).Infeksi nosokomial dikenal pertama kali pada tahun 1847 olehSamwelweis dan hingga saat ini merupakan salah satu penyebab meningkatnyaangka kesakitan (morbidity) dan angka kematian (mortality) di rumah sakit, sehinggadapat menjadi masalah kesehatan baru, baik di negara berkembang maupun dinegara maju.Seluruh petugas kesehatan yang bekerja dirumah sakit seharusnya mengetahuipentingnya pencegahan infeksi silang (nosokomial).Infeksi sebagian besar dapatdicegah dengan strategi yang telah tersedia yaitu dengan cuci tangan (Tietjen,Bossemeyer, & McIntosh, 2004).Kejadian infeksi ini menyebabkan lama perawatan (LOS), mortalitas dan biaya pelayanan kesehatan meningkat. Sebuah penelitian menganalisis tentang keefektifan biaya dari program pendidikan hand hygiene (kebersihan tangan), menemukan bahwa total biaya penyediaan alkohol dan promosinya adalah kurang dari 1 % dari biaya infeksi nasokomial.Infeksi nosokomial terjadi di seluruh dunia, baik dinegara sedang berkembang maupun negara maju.Berbagai penelitian yang dilakukan di seluruh duniamenunjukkan bahwa infeksi nosokomial merupakanpenyebab utama morbiditas dan mortalitas.Selain itu,infeksi nosokomial dapat menambah keparahan penyakitdan stres emosional yang mengurangi kualitas hiduppasien.Bertambahnya lama hari perawatan, penggunaanobat dan pemeriksaan laboratorium karena adanya infeksinosokomial menyebabkan peningkatan biaya perawatanpasien.Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indone Di dalam Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, pada pasal 2 dan 3 dinyatakan bahwa pem-bangunan kesehatan diselenggarakandengan berazaskan perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat, perlindungan, penghormatan terhadap hak dan kewajiban, keadilan, gender dan nondiskriminatif dan norma-norma agama.

B. Pengendalian Infeksi NosokomialPengendalian infeksi nosokomial adalah suatu kegiatan yang meliputi perencanaan, pengawasan serta pembinaan dalam upaya menurunkan angka kejadian infeksi nosokomial dan mencegah terjadinya infeksi nosokomial di rumah sakit.Pencegahan infeksi nosokomial dapat dilakukan dengan cara desinfektan, sterilisasi ala, mempertahankan teknik aseptis dan menjagaa kebersihan ruangan.Tujuan dari penerapan program pengendalian infeksi adalah melindungi pasien, melindungi tenaga kesehatan, pengunjung dan orang lain yang berada di lingkungan rumah sakit.Untuk mengurangi penularan mikroorganisme dariperalatan dan lingkungan, diperlukan tindakan pembersihan, desinfeksi dan sterilisasi.Kebijakan dan prosedur tertulisyang diperbaharui secara rutin harus dikembangkan padasetiap fasilitas rumah sakit.Sumber penularan dan cara penularan terutama melalui tangan dan dari petugas kesehatan maupun personil kesehatan lainnya, jarum injeksi, kateter IV, kateter urin, kasa pembalut atau perban dan cara yang keliru dalam menangani luka.Patient safety adalah suatu upaya dari petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan yang aman untuk pasien.World Health Organization (WHO) sebagai induk organisasi kesehatan dunia telah mengkampanyekan program keselamatan pasien salah satunya adalah menurunkan risiko infeksi nosokomial.Pencegahan infeksi nosokomial memerlukan suatu rencana yang terintegrasi, monitoring dan program yang termasuk membatasi transmisi organisme dari atau antar pasien dengan cara mencuci tangan dan penggunaan sarung tangan, tindakan septik dan antiseptik, sterilisasi dan desinfektan, mengontrol resiko penularan dari lingkungan, melindungi pasien dengan penggunaan antibiotika yang adekuat, nutrisi yang cukup dan vaksinasi, membatasi resiko infeksi endogen dengan meminimalkan prosedur invasive dan pengawasan infeksi edentifikasi penyakit dan mengontrol penyebarannya (Harry Wahtudi Utama, 2006)Dalam mengendalikan infeksi nosokomial di Rumah Sakit, ada tiga hal yang perlu ada dalam program pengendalian inkesi nosokomial di Rumah Sakit, diantaranya :1. Adanya Sistem Surveilans yang Mantap.Surveilans suatu penyakit adalah tindakan pengamatan yang sistematik dan dilakukan terus menerus terhadap penyakit tersebut yang terjadi pada suatu populasi tertentu dengan tujuan untuk dapat melakukan pencegahan dan pengendalian.Jadi tujuan dari surveilan adalah untuk menurunkan risiko terjadinya infeksi nosokomial.Keberhasilan pengendalian infeksi nosokomial bukanlah ditentukan oleh canggihnya peralatan yang ada, tetapi ditentukan oleh kesempurnaan perilaku petugas dalam melaksanakan perawatan penderita secara benar.Dalam pelaksanaan surveilan, perawat sebagai petugas lapangan di garis paling depan mempunyai peran yang sangat menentukan. 2. Adanya peraturan yang jelas dan tegas serta dapat dilaksanakan dengan tujuan untuk mengurangi risiko terjadinya infeksi.Adanya peraturan yang jelas dan tegas serta dapat dilaksanakan merupakan hal yang sangat penting adanya.Peraturan-peraturan ini merupakan standar yang harus dijalankan setelah dimengertia semua petugas.Standar ini meliputi standar diagnosis ataupu standar pelaksanaan tugas.Dalam pelaksanaan dan pengawasan pelaksanaan peraturan ini peran perawat sangat besar sekali.3. Adanya program pendidikan yang terus menerus bagi semua petugas Rumah Sakit dengan tujuan mengambalikan sikap menal yang benar dalam merawat penderita. Keberhasilan program ini ditentuan oleh perilaku petugas dalam melaksanakan perawatan yang sempurna kepada penderita. Perubahan perilaku inilah yang memerlukan proses belajar dan mengajar yang terus menerus .program pendidikan hendaknya tidak hanya ditekankan pada aspek perawatan yang baik saja, tetapi juga aspek epidemiologi dari infeksi nosokomial. Jadi jelaslah bahwa dalam seluruh lini program pengendalian infeksi nosokomial perawat mempunyai peran yang sangat menentukan.Pencegahan infeksi nosokomial memerlukan rencana yang terintegrasi, monitoring dan terprogram, program yang termasuk diantaranya adalah :1. Membatasi penularan organisme dari atau antar pasien dengan cara mencuci tangan, menggunakan sarungtangan, tindakan aseptik, isolasi pasien, sterilisasi dan desinfeksi.2. Mengontrol risiko penularan dari lingkungan.3. Melindungi pasien dengan penggunaan antibiotik profilaksis yang tepat, nutrisi yang cukup, dan vaksinasi.4. Mengurangi atau membatasi risiko infeksi endogen dengan cara mengurangi prosedur invasif dan menggunakan antimikroba secara optimal.5. Pengamatan infeksi, identifikasi, dan pengendalian wabah.a. Dekontaminasi tangan.Transmisi penyakit melalui tangan dapat diminimalisasi dengan higiene dari tangan.Tetapi pada kenyataannya, hal ini sulit dilakukan dengan benar. Hal ini karena banyaknya alasan seperti kurangnya peralatan, alergi produk pencuci tangan, sedikitnya pengetahuan mengenai pentingnya hal ini dan waktu mencuci tangan yang lama. Selain itu penggunaan sarung tangan sangat dianjurkan apabila akan melakukan tindakan atau pemeriksaan pada pasien dengan penyakit-penyakit infeksi. Apabila memakai sarung tangan ketika akan mengambil atau menyentuh darah, cairan tubuh atau keringat, tinja urin, membran mukosa dan bahan yang kita anggap telah terkontaminasi dan segera mencuci tangan setelah melepas sarung tangan.Untuk mencegah penyebaran melalui jarum suntik maka diperlukan :a. Pengurangan penyuntikan yang kurang diperlukan.b. Pergunakan jarum steril.c. Penggunaan alat suntik yang disposable.6. Pencegahan penularan dari lingkungan Rumah SakitPembersihan yang rutin sangat penting untuk meyakinkan bahwa Rumah Sakit sangat bersih dan benar-benar bersih dari debu, minyak dan kotoran. Sekitar 90% dari kotoran yang terlihat pasti mengandung kuman. Sehingga harus ada waktu untuk membersihkan dinding, lantai, tempat tidur, pintu, jendela, tirai, kamar mandi dan alat-alat medis yang telah dipakai berkali-kali.Pengaturan udara yang baik sukar dilakukan dibanyak fasilitas kesehatan. Kamar dengan pengaturan udara yang baik akan lebih banyak menurunkan risiko terjadinya tuberculosis. Sebaiknya, Rumah Sakit harus membangun suatu fasilitas penyaring air dan menjaga kebersihan pemprosesan serta filternya untuk pencegahan terjadinya pertumbuhan bakteri.Pemberian disinfektan akan membunuh kuman dan mencegah penularan antar pasien. Disinfektan yang dipakau adalah :a. Mempunyai kriteia membunuh kumanb. Mempunyai efek sebagai detergenc. Mempunyai efek terhadap banyak bakteri, dapat melarutkan minyak dan proteind. Tidak sulit digunakane. Tidak mudah menguapf. Bukan bahan yang mengandung zat yang berbahaya baik untuk petugas maupun pasien.g. Efektifh. Tidak berbau atau tidak berbau tak enak.7. Bahwa prosedur pengendalian infeksi dan antiseptik telah dilaksanakan sesuai dengan kebijakan Rumah Sakit.8. Menghubungkan antara laboratorium dan staf ruang dengan memberi informasi pada kepala bagian dan memberikan nasihat tentang maslah pengendalian infeksi.9. Melakukan kerjasama dengan staf kesehatan okupasi (occupational health staf) dalam pemeliharaan rekaman infeksi staf media, perawat, catering, domestik dan berbagai golongan staf lainnya yang terinfeksi.10. Melakukan kerjasama dengan memberi petunjuk kepada perawat komunitas tentang berbagai masalah infeksi.11. Memberi informasi segera melalui telepon, tentang penyakit yang harus diberitahukan kepada petugas kesehatan masyarakat. 12. Memberi tahu berbagai Rumah Sakit lain, praktisi lain dan yang berkepentingan ketika pasien yang terinfeksi dibebaskan dari Rumah Sakit atau dipindahkan ke tempat lain. 13. Melakukan partisispasi dalam edukasi dan demonstrasi praktis tentang teknik pengendalian infeksi kepada staf medis, perawat domestik, katering, pembantu, dan staf lainnya. 14. Memberitahu perawat tentang masalah dan kesulitan praktis dalam melaksanakan prosedur rutin yang berkaitan dengan aspek perawatan pengendalian infeksi. 15. Menghadiri berbagai komite relevan yang biasanya mengendalikan infeksi dari berbagai komite prosedur perawatan. 16. Melakukan perundingan dengan pimpinan pelayanan steril tentang infeksi tertentu dalam Rumah Sakit. Misalnya : hepatitis B. Perawat pengendali infeksi bekerjasama dengan berbagai komite anggota tim investigasi perjangkitan penyakit, mengadakan survei, mengunjungi dapur dan perusahaan katering, memantau unit khusus, mengumpulkan sampel mikrobiologi, menyiapkan laporan untuk komite pengendalian infeksi klinis dan membantu dalam proyek penelitian. Pencegahan infeksi nosokomial terdiri atas :1. Kewaspadaan UniversalKewaspadaan universal adalah suatu pedoman yang ditetapkan oleh Centers for Disease Control (CDC) untuk mencegah penyebaran dari berbagai penyakit yang ditularkan melalui darah di lingkungan Rumah Sakit maupun sarana pelayanan kesehatan lainnya. Adapun konsep yang dianut adalah bahwa semua darah, dan cairan tubuh tertentu harus dikelola sebagai sumber yang dapat menularkan HIV, HBV dan berbagai penyakit lain yang ditularkan melalui darah. a. Cuci Tangan1) Setelah menyentuh darah, cairan tubuh, sekresi dan bahan terkontaminasi.2) Segera setelah melepas sarung tangan3) Diantara sentuhan dengan pasienb. Sarung tangan1) Apabila kontak dengan darah, cairan tubuh, sekresi dan bahan terkontaminasi.2) Apabila kontak dengan selaput lendir dan kulit terluka. c. Masker, kaca mata dan masker muka.1) Mengantisipasi apabila terkena, melindungi selaput lendir mata, hidung, dan mulut pada saat kontak dengan darah dan cairan tubuh.d. Baju Pelindung1) Melindungi kulit dari kontak dengan darah dan cairan tubuh.2) Mencegah pakaian tercemar selama tindakan klinik yang dapat berkontak langsung dengan darah atau cairan tubuhe. Kain1) Tangani kain tercemar, cegah dari sentuhan kulit/selaput lendir.2) Jangan melakukan prabilas kain yang tercemar di area perawatan pasien.f. Peralatan Perawatan Pasien1) Tanganai peralatan yang tercemar dengan baik untuk mencegah kontak langsung ddengan kulit atau selaput lendir dan mencegah kontaminasi pada pakaian dan lingkungan.g. Pembersihan Lingkungan1) Perawatan rutin, pembersihan dan disinfeksi perlatan dan perlengkapan dalam ruang perawata pasien.h. Instrumen Tajam1) Hindari memasang kembali penutup jarum bekas2) Hindari melepas jarum bekas dari semprit habis pakai.3) Hindari membengkokkan, mematahkan atau memanipulasi jarum bekas dengan tangan.4) Masukkan instrumen tajam ke dalam tempat yang tidak tembus tusukan.i. Resusitasi Pasien1) Usahakangunakan kantong resusitasi atau alat ventilasi yang lain untuk menghindari kontak langsung mulut dalam resusitasi mulut ke mulut.j. Penempatan Pasien1) Tempatkan pasien yang mengontaminasi lingkungan dalam ruang pribasi/isolasi.2. Tindakan Invasifa. Tindakan Invasif sederhanaTindakan ini merupakan suatu tindakan memasukkan alat kesehatan ke dalam tubuh, dan menyebar ke jaringan.Contoh : suntikan, pungsi (vena, lumbai, pericardial. Plueral suprapubik), bronkoskopi, angiografi, pemasangan alat (kontrasepsi, kateter intravena, kateter jantung, pipa endotrakeal, pipa nasogastrik, pacu jantung).b. Tindakan Invasif OperasiTindakan ini merupakan suatu tindakan yang melakukan penyayatan pada tubuh pasien, dan dengan demikian memungkinkan mikroorganisme masuk ke dalam tubuh dan menyebar.Sumber infeksi pada tindakan invasif :1) Petugas Umum, yaitu semua petugas bekerja sekitar ruang tindakan.a) Tidak memperhatikan higgiene peroranganb) Tidak mencuci tanganc) Bekerja tanpa memperhatikan teknik aseptik dan antiseptikd) Tidak memahami cara penularan/penyebaran kuman pathogene) Menderita penyakit menular/infeksi/karierf) Tidak mematuhi tata tertib di kamar operasig) Tidak menguasai tindakan yang dilakukanh) Bekerja ceroboh dan mas bodoh terhadap lingkungan

2) Petugas khusus, yaitu semua petugas yang bekerja di dalam kamar tindakana) Tidak memperhatikan kebersihan perorangan b) Mempunyai penyakit infeksi/menular/karierc) Tidak memahami tata tertib di kamar operasid) Tidak memperhatikan teknik aseptik/antiseptike) Ceroboh dalam bekerjaf) Kuku panjangg) Mencuci tangan dengan cara yang tidak benar.3) Alata) Tidak sterilb) Diluar batas waktu yang ditetapkan (kadaluwarsa) tanpa disterilkan lagi.c) Untuk pemakaian berulang tanpa di sterilkan lagi.d) Penyimpanan tidak baike) Kotorf) Rusak/karatan4) Pasiena) Hygiene pasien tidak baikb) Keadaan gizi tidak baikc) Menderita penyakit kronisd) Menderita penyakit infeksi/menular/kariere) Sedang mendapatkan pengobatan imunosupresiff) Persiapan pasien dari ruang rawat tidak baikg) Daerah sekitarnya terdapat tanda-tanda infeksi5) Lingkungana) Penerangan/sinar matahari tidak cukupb) Sirkulasi udara harus cukup, tidak lembab dan berdebuc) Menjaga kebersihand) Menghindari seranggae) Mencegah air tergenangf) Tempat sampah selalu dalam keadaan tertutupg) Permukaan lantai harus rata dan tidak berlubangh) Dinding kamar operasi harus licin dan mudah dibersihkani) Sudut ruangan tidak tajamj) Jumlah petugas yang keluar masuk ke kamar operasi dibatasik) Ruangan dibersihkan secara rutin, mingguan atau pada kasus infeksi tertentu.3. Tindakan Non InvasifTindakan ini merupakan suatu tindakan medis dengan menggunakan alat kesehatan tanpa memasukkan ke dalam tubuh pasien yang memungkinkan mikroorganisme masuk ke dalam jaringan. Contoh : tindakan EKG, USG, pengukuran suhu tubuh, pengukuran tekanan darah, pengukuran nadi, pemeriksaan reflek tonus treadmil test, pemasangan holter dan lain-lain.a. Sumber infeksi pada tindakan non invasif.Nfeksi pada tindakan non invasif dapat terjadi karena kontak langsung antara :1) Pasien yang menderita penyakit infeksi/menular/karier dapat menularkan penyakit yang diderita kepada pasein lain.2) Pasien dengan Petugasa) Petugas yang menderita penyakit infeksi/menular/karier dapat menularkan penyakit yang diderita kepada pasien atau sebaliknya.b) Petugas dapat menjadi perantara penularan penyakit.3) Pasien dengan Pengunjunga) Pasien dapat menularkan penyakit yang dideritanya kepad pengunjung atau sebaliknya4) Pasien dengan Alata) Pasien dapat menularkan kuman penyakit yang dideritanya ke alat-alat yang telah digunakan atau sebaliknya5) Pasien dengan Lingkungana) Pasien dapat menularkan kuman penyakit yang dideritanya ke lingkungan sekitar atau sebaliknya6) Pasien dengan aira) Pasien dapat menularkan kuman penyakit yang dideritanya ke air yang dipergunakan atau sebaliknya

7) Pasien dengan Makanana) Pasien dapat menularkan kuman penyakit yang diderita ke makanan atau sebaliknya.b. Pencegahan infeksi pada tindakan non infeksi1) Pasiena) Isolasi pasien yang diduga menderita penyakit infeksi atau menular2) Petugasa) Mencuci tangan terlebih dahulu sebelum dan sesudah kontak dengan pasien3) Pengunjunga) Pengunjung yang menderita sakit tidak diperkenankan mengunjungi pasienb) Menggunakan barier nursing sewaktu mengunjungi pasien yang berpenyakit infeksi atau menularc) Jumlah pengunjung dibatasi4) Alata) Alat yang digunakan harus bersih dan keringb) Alat yang terkontaminasi segera dibersihkan dengan bahan disinfektan dan kemudian disterilkanc) Alat yang terkontaminasi oleh pasien dengan penyakit tertentu misalnya gas gangren dimusnahkan5) Lingkungana) Lingkungan pasien/kamar harus dijaga dalam keadaan bersih dan keringb) Sirkulasi udara dalam kamar harus lancarc) Penerangan/sinar matahari dalam kamar harus cukupd) Tempat sampah harus dalam keadaan tertutup6) Aira) Kualitas air yang tersedia memenuhi syarat kesehatan yaitu bebas kuman, tidak berbau, tidak berwarna, jernih dan bersihb) Jumlah air yang tersedia memnuhi kebutuhan pasienc) Air minum harus dimasak sampai mendidihd) Bak tempat penampungan air dibersihkan secara rutin minimal 2 minggu sekalie) Dicegah adanya gengan air limbah7) Makanana) Makanan harus dalam keadaan tertutupb) Makanan yang sudah rusak/terkontaminasi harus dibuangc) Makanan diberikan sesuai diet yang diajurkand) Makanan pemberian dari luar Rumah Sakit harus dicegah4. Tindakan Terhadap Anak dan NeonatusTindakan terhadap anak/neonatus dapat beruapa tindakan invasif, invasif operasi maupun tindakan non invasif. Pencegahan infeksi pada tindakan terhadap anak/neonatus meliputi :a. Petugas 1) Harus dalam keadaan sehat2) Tidak menderita penyakit menular seperti tuberculosa, gastrointestinal, penyakit kulit seperti herpes dan lain-lain3) Pakaian petugas yang bekerja diberbagai anak/neonatus berlengan pendek agar mudah untuk mencuci tangan.4) Sebelum dan sesudah kontak dengan pasien harus mencuci tangan dengan antiseptik serta air mengalir5) Khusus apabila kontak dengan neonatus tangan harus dicuci sampai siku dengan sabun antiseptik dan air mengalir serta digosok dengan sikat6) Sebelum masuk ke bangsal neonatus, topi, masker dan sarung tangan hanya dipakai pada waktu melakukan tindakan invasif seperti fungsi lumbal, ganti darah, kateterisasi diri dan lingkungan.b. Alat1) Semua lata yang dipakai selalu dalam keadaan bersih dan kering2) Alat harus dalam keadaan steril3) Inkubator harus bersih dan kering jika mungkun disterilkan dengan disinfektan/detergen4) Inkubator/tempat tidur dibersihkan setiap bayi/anak dipulangkan/dipindah/meninggal5) Bayi/anak hanya boleh di satu tempat tidur selama satu mingguSc. Pasien anak/neonatus1) Kulit harus dalam keadaan bersih dan kering demikian juga tali pusat2) Kulit tempat tindakan invasif (pengambilan darah, infus, lumbal fungsi) harus dibersihkan dulu dengan zat antiseptik3) Iisolasi/memisahkan bayi yang sehat dari bayi yang diduga ada infeksi4) Bayi/anak masing-masing harus mempunyai perlengkapan sendiri dan dicuci di bangsal bayi5) Susu, dot, dan botol susu sebaiknya disterilkan di autoklaf sub atmospherk (proses pasteurisasi) yang khusus dipakai di dapur susu.6) Pakaian/alas tempat tidur, selimut bayi/anak sebaiknya disediakan setiap 8 jam untuk sekali pakai7) Perlingkapan bayi/anak harus dibawa ke tempat perawatan dalam keadaan steril dan tertutup8) Bahan/zat yang diapaki untuk membersihkan pakaian bayi harus diketahui oleh dokter ruangan bayi/anak untuk mencegah kelaianan yang mungkin timbul terhadap bayi.d. Lingkungan1) Kamar/ruangan peralatan cukup mendapatkan sinar matahari, sehingga secara tidak langsung bayi yang kuning mendapaatkan terpai sinar.2) Kamar/ruang harus ada penerangan/sinar yang diperlukan untuk menghangatkan ruanagn3) Penyediaan air bersih untuk keperluan pasien4) Lantai, dinding, dan jendela dibersihkan dengan desinfektan atau penghisap debu kering yang diikuti dengan wet vaccum pick up machine. Bagian yang dibersihkan adalah sekitar pasien, dan lingkungan tempat perawatan5. Sterilisai dan Desinfektan

Pengurangan penularan infeksi dari orang ke orang dapat melalui :1. Mencuci tangan. Tangan tidak pernah bebas dariberbagai macam kuman.Kuman tersebut dapatberasal dari benda atau alat yang terkontaminasi, ataumerupakan flora normal.Kebiasaan cuci tangansebelum melakukan suatu pekerjaan menjadi penting dalam upaya pencegahan infeksi.Perilaku mencuci tangan merupakan hal yang sangat penting karena tangan merupakan sumber penularan utama yang paling efisien untuk penularan infeksi nosokomial.Sehingga cuci tangan menjadi salah satu langkah yang efektif untuk memutuskan rantai transmisi infeksi, sehingga insidensi nosokomial dapat berkurang.Menurut Depkes (2003) dalam Wulandari Wahyu (2010), cuci tangan harus dilakukan dengan benar sebelum dan sesudah melakukan tindakan perawatan meskipun memakai sarung tangan atau alat pelindung lain untuk menghilangkan atau mengurangi mikroorganisme yang ada di tangan sehingga penyebaran penyakit dapat dikurangi dan lingkungan terjaga dari infeksi. Indikasi cuci tangan harus dilakukan pada saat yang diantisipasi akan terjadi perpindahan kuman melalui tangan, yaitu sebelum melakukan tindakan yang dimungkinkan terjadi pencemaran dan setelah melakukan tindakan yang dimungkinkan terjadi pencemaran.Mencuci tangan selain sebagai pencegahan sebuah penyakit masuk ke dalam tubuh, cuci tangan juga berperan sebagai pemutus rantai penularan sebuah penyakit.Cara mencuci tangan yang baik dan benar bukan hanya wajib dikuasai oleh anak-anak atau orang dewasa, tetapi sangat penting bagi tenaga kesehatan.Para professional di bidang kesehatan seperti dokter dan perawat wajib mengetahui teknik bagaimana seharusnya mencuci tangan agar benar-benar menghilangkan kuman atau bakteri dari permukaan tangan.2. Higiene personal. Kuku harus bersih dan dipotongpendek, kumis, dan janggut harus dipotong pendekdan bersih serta rambut harus diikat.

3. Pakaian. Bahan pakaian harus dari bahan yangmudah dicuci dan didekontaminasi.Pakaian harusdiganti setelah terpajan darah, menjadi basah karenakeringat berlebihan, atau terpajan cairan lainnya.4. Penggunaan masker bertujuan untuk melindungipasien dan tenaga medis. Penggunaan masker olehtenaga medis saat bekerja di ruang operasi dan saatmerawat pasien imunokompromais memberikanperlindungan untuk pasien.Tenaga medis harusmemakai masker ketika merawat pasien denganinfeksi yang ditularkan melalui udara, atau ketikamelakukan bronkoskopi.Pasien dengan infeksi yangditularkan melalui udara harus menggunakan maskerketika berada di luar ruang isolasi.5. Penggunaan sarung tangan perlu saat melakukantindakan bedah, merawat pasien imunokompromais,dan saat melakukan tindakan invasif.6. Tindakan injeksi yang aman dengan menggunakan jarum dan spuit steril; jika mungkin gunakan yang sekali pakai.Untuk mengurangi penularan mikroorganisme dari peralatan dan lingkungan, diperlukan tindakan pembersihan, desinfeksi dan sterilisasi. Kebijakan dan prosedur tertulis yang diperbaharui secara rutin harus dikembangkan pada setiap fasilitas rumah sakit.

BAB IIIKESIMPULAN

A. Kesimpulan1. Infeksi nosokomial adalah infekasi yang terjadi atau didapatkan selama berada di Rumah Sakit dan gejalanya muncul selama 3 kali 24 jam (72 jam) selama pasien di rawat.2. Pencegahan atau pengendalian terhadap infeksi nosokomal sebaiknya diketahui oleh semua petugas kesehatan agar tidak banyak pasien atau tenaga medis yang mengalami infeksi nosokomial selama mereka berada di Rumah Sakit. Salah satu pencegahan yang sangat mudah untuk dilakukan adalah dengan mencuci tangan, menjaga personal hygine, dan memperbaiki sistem imun.

B. Saran1. Diharapkan kepada setiap pasien dan tenaga kesehatan agar selalu waspada dan menjaga kerbersihan lingkungan dan personal hygine.2. Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga diharapkan kepada dosen agar memberikan saran dalam pembuuatan makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Notoadmodjo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat.Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Septiari, Betty Bea. 2012. Infeksi Nosokomial. Yogyakarta : Nuha Medika

Emaliyawati, Etika. Tindakan Kewaspadaan Universal Sebagai Upaya UntukMengurangi Resiko Penyebaran Infeksi.Available.http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/.../tindakan_kewaspadaan_universal.pdf. (Accesed 22 September 2014)

Ginting, Mardan. 2001. Infeksi Nosokomial Dan Manfaat Pelatihan Keterampilan Perawat Terhadap Pengendaliannya Di Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2001.Available.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/.../1pan-jul2006.20(8).pdf.(Accesed 22 September 2014)

Herpan dan Yuniar Wardani.2012. Analisis Kinerja Perawat Dalam Pengendalian Infeksi Nosokomial di RSU PKU Muhammadiyah Bantul Yogyakarta.Available.http://portalgaruda.org/download_article.php.article.123519/ 5543. (Accesed 21 September 2014)

Jamaluddin, Joko. Dkk. 2012.Kepatuhan Cuci Tangan 5 Momen di Unit Perawatan Intensif.Available.http://perdici.org/wp-content/uploads/mkti.../mkti2012-0203-125129.pdf. (Accesed 21 September 2014)

Nasution, Lukmanul Hakim. 2012. Infeksi Nosokomial. Available http://perdoski.org.doc/mdvi/fulltext/20/.../Infeksi_Nosokomial_(36_41).pdf(Accesed21 September 2014)

Nugraheni, Ratna. 2012. Infeksi Nosokomial di RSUD Setjonegoro Kabupaten Wonosobo.Available.http://ejornal.undip.ac.id/index.php/mkmi/article/download/6169/5222. (Accesed 21 September 2012)

Putra, Rahmat Ali. Tindakan Perawat Dalam Pencegahan Infeksi NosokomialLuka Pasca Bedah.Available.http://jurnal.usu.id/index.php/jkk/article/download/196/149.pdf.(Accesed 21 September 2014)

Rikayanti, Kadek Herna dan Sang Ketutu Arta. 2013. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Mencuci Tangan Petugas Kesehatan Di Rumah Sakit Umum Daerah Badung Tahun 2013. Available.http://ojs.unud.ac.id/index.php/jch/article/view/7693. (Accesed 21 September 2014)

Zuhriya, Lilik. 2004. Gambaran Bakteriologis Tangan Perawat. Available. http://jkb.ub,ac.id/index.php/jkb/article/download/240/232.(Accesed 21 September 2014)

5