INDEKS DERAJAT KEPAHITAN Bagian Tengah Dari Permukaan Atas Lidah

5
INDEKS DERAJAT KEPAHITAN Bagian Tengah dari permukaan atas lidah Digunakan secara terapetik, penambah nafsu makan. Dikarenakan rasa pahit yg merangsang sekresi senyawa di saluran pencernaan pd asam lambung. Tingginya Indeks kepahitan memperlihatkan kandungan senyawa pada simplisia Angka kepahitan digunakan perbandingan konsentrasi ambang pahit sampel dgn kinin HCl Angka kepahitan dinyatakan dlm satuan unit ekivalen terhdp nilai kepahitan dr larutan yg mengandung 1 gr KININ HIDROKSIDA dlm 2000 mL air. Konsentrasi ambang pahit :konsentrasi terendah dimana suatu bahan terus memancing sensasi pahit setelah 30 second Kaitan antara indeks kepahitan dengan mutu dari suatu simplisia adalah semangkin tinggi indeks kepahitan maka semangkin tinggi kualitas suatu simplisia. Karena Bahwa rasa pahit itu sendiri kemungkinan besar berkontribusi terhadap aktivitas farmakologis yang diinginkan dapat mengatasi berbagai permasalahan kesehatan untuk membantu fungsi pencernaan dan meningkatkan nafsu makan. Secara fitokimia, struktur kimia zat pahit sangat bervariasi, antara lain senyawa seskuiterpen absthintin (Artemisia absinthium Vault), glikosida seko-iridoid amarogentin dari akar gentian (Gentiana luteaL.), alkaloid kuinin dari kulit batang kina (Cinchona ledgeriana Moens), dan flavonoid jeruk (naringin dan neohesperidin) dll. Akan tetati Tentunya tidak semua herba yang berasa pahit memiliki efek meningkatkan nafsu makan atau memperbaiki fungsi pencernaan, tetapi banyak juga senyawa pahit yang bersifat toksis seperti strychnin dari Strychnos nux vomica L. Kinin HCl dijadikan sbg standar indeks kepahitan karena senyawa pahit dari kinin HCl dapat terdeteksi dengan dalam ambang yang sangat rendahpun.

description

INDEKS DERAJAT KEPAHITAN Bagian Tengah Dari Permukaan Atas Lidah

Transcript of INDEKS DERAJAT KEPAHITAN Bagian Tengah Dari Permukaan Atas Lidah

INDEKS DERAJAT KEPAHITAN Bagian Tengah dari permukaan atas lidah Digunakan secara terapetik, penambah nafsu makan. Dikarenakan rasa pahit yg merangsang sekresi senyawa di saluran pencernaan pd asam lambung. Tingginya Indeks kepahitan memperlihatkan kandungan senyawa pada simplisia Angka kepahitan digunakan perbandingan konsentrasi ambang pahit sampel dgn kinin HCl Angka kepahitan dinyatakan dlm satuan unit ekivalen terhdp nilai kepahitan dr larutan yg mengandung 1 gr KININ HIDROKSIDA dlm 2000 mL air. Konsentrasi ambang pahit :konsentrasi terendah dimana suatu bahan terus memancing sensasi pahit setelah 30 second Kaitan antara indeks kepahitan dengan mutu dari suatu simplisia adalah semangkin tinggi indeks kepahitan maka semangkin tinggi kualitas suatu simplisia. Karena Bahwa rasa pahit itu sendiri kemungkinan besar berkontribusi terhadap aktivitas farmakologis yang diinginkan dapat mengatasi berbagai permasalahan kesehatan untuk membantu fungsi pencernaan dan meningkatkan nafsu makan. Secara fitokimia, struktur kimia zat pahit sangat bervariasi, antara lain senyawa seskuiterpen absthintin (Artemisia absinthium Vault), glikosida seko-iridoid amarogentin dari akar gentian (Gentiana luteaL.), alkaloid kuinin dari kulit batang kina (Cinchona ledgeriana Moens), dan flavonoid jeruk (naringin dan neohesperidin) dll. Akan tetati Tentunya tidak semua herba yang berasa pahit memiliki efek meningkatkan nafsu makan atau memperbaiki fungsi pencernaan, tetapi banyak juga senyawa pahit yang bersifat toksis seperti strychnin dariStrychnos nux vomicaL. Kinin HCl dijadikan sbg standar indeks kepahitan karena senyawa pahit dari kinin HCl dapat terdeteksi dengan dalam ambang yang sangat rendahpun.

1. Prinsip dari iodi/iodometri adalah reaksi reduksi oksidasi. Reaksi-reaksi yang terjadi meliputi perubahan bilangan oksidasi atau perpindahan elektron-elektron dari zat-zat yang bereaksi. 1. Iodimetri adalah penyelidikan untuk mengetahui kadar suatu zat dengan menggunakan larutan standar iodium, 2. iodometri adalah titrasi terhadap iodium yang dibebaskan dari suatu reaksi kimia.2. Iodimetri/langsung Oksidator lemah Iodium digunakan mengoksidasi reduktor yg dpt dioksidasi secara kuantitatif pd titik EkivalensiEx persamaan reaksi :Tiosulfat Iodometri/tidak langsung Oksidator kuat Analisa oksidator direaksi dgn ion halide berlebih dlm suasana asam tujuan untuk bereaksi dengan iodium. Dan mentitrasi dengan natrium tiosulfat/asam aesient sehingga iodium yg di bebaskan. Ex persamaan reaksi :Dikromat Tembaga (II) 3. ErlenmeyerKalium Bikromat/ Kalium dikromat + Lar. Kanji + Asam Klorida

BuretNatrium tiosulfat + Kalium Iodida

4. Penentuan kadar Cu2+Larutan Cu2+ + Kalium Iodida + Tiosulfat

Larutan Fe3+ + Kalium Iodida + Tiosulfat

5. Indicator yg digunakan untuk mendeteksi titik akhir titrasiKloroform, Karbon Tetraklorida, Kanji

6. Karena amilum terdispersi berupa koloid sehingga apabila direaksikan amilum dengan adanya iodin (I2) dengan ion iodide (I-) akan menghasilkan warna biru intensif yg digunakan mendeteksi TAT. Reaksi iodin dengan ion iodide membentuk kompleks Triiodida 7. BE Na2S2O3. 5H2O = 1 8. CuSO4 Cu2+ = N x 63,57gr/L9. KesalahanAdanya CO2dalam H2O yg digunakan untuk membuat larutan satandar dan juga CO2 dr udara sehingga terjadi pengendapan dari S- sehingga konsentrasi turun

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan titrasi iodometri adalah sebagai berikut:1. Larutan Na2S2O3 yang digunakan harus netral. Kestabilan larutan natrium tiosulfat mudah dipengaruhi oleh pH rendah, sinar matahari, dan adanya bakteri yang memanfaatkan sulfur. Pada pH yang rendah, kestabilan larutan natrium tiosulfat akan terganggu sebab S2O32- akan mengalami penguraian. Reaksi penguraian pada S2O32- berjalan lambat, maka kesalahan pada waktu titrasi tidak perlu dikhawatirkan meskipun larutan yang ditirasi bersifat cukup asam, asal titrasi dilakukan dengan penambahan titran yang tidak terlalu cepat. Ketidakstabilan natrium tiosulfat juga dipengaruhi oleh aktivitas bakteri yang mneyebabkan terjadinya perubahan S2O32- mnejadi SO3-, SO4-, dan S. Untuk menghindari ketidakstabilan natrium tiosulfat maka pada saat melarutkannya digunakan larutan Na2CO3.1. Penambahan KI dilakukan di awal titrasi. Jumlah KI yang ditambahkan harus berlebih agar semua analit tereduksi, dengan demikian titrasi akan menjadi akurat. Kelebihan iodide tidak akan mengganggu jalannya titrasi redoks, tetapi jika titrasi tidak dilakukan dengan segera maka I- dapat teroksidasi oleh udara menjadi I2. Titrasi harus dilakukan dengan cepat untuk meminimalisir terjadinya oksidasi iodide oleh udara bebas yang menyebabakan titrasi menjadi tidak kuantitatif.1. Pada awal titrasi setelah penambahan KI, titran dikucurkan dengan cepat dan labu Erlenmeyer digoyang dengan perlahan untuk meminimalisir luas permukaan.1. Penambahan amilum sebaiknya dilakukan saat menjelang akhir titrasi, dimana hal ini ditandai dengan warna larutan menjadi kuning muda/kuning jerami yang semula adalah coklat tua akibat terdapatnya I2 dalam jumlah banyak. Jika amilum ditambahkan di awal titrasi, kompleks amilum-I2 terdisosiasi sangat lambat mengakibatkan banyak I2 yang akan terabsorbsi oleh amilum sehingga larutan akan terus berwarna ungu kehitaman. Selain itu iodometri dilakukan pada media asam kuat sehingga penambahan amilum yang dilakukan di akhir titrasi akan menghindarkan terjadinya hidrolisis amilum.1. Setelah penambahan amilum, titran dikucurkan sedikit demi sedikit dan labu Erlenmeyer digoyang dengan cepat. Bertujuan untuk melepaskan ikatan antara amilum dan I2.1. Pengocokan pada saat melakukan titrasi iodometri sangat diwajibkan untuk menghindari penumpukan tiosulfat pada area tertentu, penumpukan konsentrasi tiosulfat dapat menyebabkan terjadinya dekomposisi tiosulfat sehingga menghasilkan belerang. Terbentuknya reaksi ini dapat diamati dengan adanya belerang dan larutan menjadi bersifat koloid (tampak keruh oleh kehadiran S).1. Adanya CO2dalam air yang digunakan untuk membuat larutan satandar dan juga karbon dioksida dari udara sehingga terjadi pengendapan dari sulfur. Kekeruhan terjadi akibat endapan dari belerang, tetapi reaksi ini lebih lambat dari pada reaksi S2O32-denga iodium, sehingga titrasi masih dapat dilakukan dalam suasana asam

Pada titrasi iodometri terdapat banyak kesalahan pada saat titik akhir tercapai dan penentuan kadar yang didapat menjadi tidak tepat. Hal ini dikarenakan :1. Kurangnya ketelitian penitrasi1. Sifat I2 yang mudah menguap, sehingga sangat tidak stabil1. Penambahan KI yang tidak tepat (seharusnya jumlah KI harus ekivalen dengan sampel K2Cr2O7)1. Pada saat pengenceran sampel, sampel sangat encer sehingga sulit untuk menentukan titik akhir1. Suhu kamar1. pH