Pengaruh Gel Lidah Buaya

31
MAKALAH Penerapan Penggunaan Daun Lidah Buaya (Aloe vera) untuk Pengobatan Recurrent Aphtous Stomatitis Diajukan untuk memenuhi tugas skill lab blok pencegahan Disusun Oleh : SHUFI MUSDALLIFAH 101610101095 Fakultas Kedokteran Gigi

description

skripsi

Transcript of Pengaruh Gel Lidah Buaya

Page 1: Pengaruh Gel Lidah Buaya

MAKALAH

Penerapan Penggunaan Daun Lidah Buaya (Aloe vera) untukPengobatan Recurrent Aphtous Stomatitis

Diajukan untuk memenuhi tugas skill lab blok pencegahan

Disusun Oleh :

SHUFI MUSDALLIFAH

101610101095

Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Jember

2010

Page 2: Pengaruh Gel Lidah Buaya

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME atas rahmat, taufik serta hidayahnya

sehingga penyusunan makalah dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini merupakan tugas

yang diberikan pada Blok Kedokteran Gigi Pencegahan sebagai syarat untuk memenuhi tugas

dari dosen yang bersangkutan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. drg. Zahara M., M.Kes selaku pembimbing atas masukan dan bimbingan yang telah

diberikan pada penulis selama ini.

2. Para dosen pemateri blok Kedokteran Gigi Pencegahan yang telah memberikan ilmu.

3. Teman-teman angkatan 2010 dan semua pihak yang telah membantu dalam

menyelesaikan laporan ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.

Untuk itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diperlukan dalam penyusunan yang

akan datang. Harapan penulis semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

Jember, 07 September 2011

Penulis

Page 3: Pengaruh Gel Lidah Buaya

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang…………………………………………………………

1.2. Rumusan Masalah……………………………………………………...

1.3. Tujuan………………………………………………………………….

1.4. Manfaat………………………………………………………………..

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Recurrent Aphtous Stomatitis (RAS)

2.1. Definisi Recurrent Aphtous Stomatitis (RAS)…………………………

2.2. Etiologi dari Recurrent Aphtous Stomatitis (RAS)…………………….

2.3. Klasifikasi dan Gambaran Klinis……………………………………...

2.4. Diagnosa………………………………………………………………

2.5.Perawatan dan Pengobatan………………………………………….....

Aloe vera (Lidah Buaya)

2.1. Taksonomi…………………………………………………………….

2.2. Gambaran umum……………………………………………………...

2.3. Jenis dan Varietas Lidah Buaya (Aloe vera)…………….....................

2.4. Struktur dan Kandungan Daun Lidah Buaya…………………………

BAB III. PEMBAHASAN

3.1. Peran Aloe vera dalam pengobatan RAS…………………………….

3.2. Penelitian tentang Lidah Buaya………………………………………

3.3. Lidah Buaya sebagai Anti Bakteri……………………………………

3.4.Kegunaan Lidah buaya di Bidang Kedokteran Gigi…………………..

KESIMPULAN

SARAN

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: Pengaruh Gel Lidah Buaya

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kasus Recurrent Aphtous Stomatitis (RAS) sering terjadi di kalangan masyarakat, bahkan

terdapat sekelompok orang yang hampir secara rutin menderita sakit yang berupa luka di dalam

mulutnya. Kalangan awan sering menyebutnya dengan nama sariawan atau panas dalam,

sedangkan dalam dunia medis penyakit ini lebih di kenal dengan sebutan recurrent aphtous

stomatitis (RAS).

RAS bukanlah suatu penyakit yang baru , melainkan suatu penyakit yang relatife sering

terjadi di masyarakat. Sebenarnya, penyakit ini masuk dalam kategori penyakit ringan, tidak

membahayakan, namun seringkali keadaan ini menggangu aktifitas penderita, mulai dari

gangguan mengunyah, menelan, maupun bicara, dan dapat pula menurunkan kualitas hidup

penderita. Pada beberapa orang yang menderita sariawan kerap sekali penyakit ini terjadi secara

berulang dengan luka yang berukuran besar dan sangat menganggu karena terasa sakit. Sariawan

di katakan sering bila dalam sebulan terjadi 2-3 kali. Daerah yang sering terjadi adalah bagian-

bagian selaput lendir/mukosa mulut yang bisa di gerakkan, yaitu daerah pipi bagian dalam, bibir

bagian dalam. Untuk proses penyembuhannya juga cukup lama, rata-rata 7-9 hari atau bisa

sampai 2 minggu. Dari beberapa penelitian menunjukkan pada umunya prevalensi RAS berkisar

20 - 60% dari setiap jenis RAS, tetapi yang lebih mendominasi adalah RAS tipe mayor yang

berkisar antara 70 - 90% di bandingkan RAS tipe lainnya.

Lidah buaya (Aloe vera) adalah salah satu tanaman obat tradisional yang termasuk ke

dalam suku Liliaceae, sering ditanam didalam pot atau halaman rumah hanya saja khasiatnya

belum digunakan secara optimal, padahal lidah buaya ini mengandung berbagai zat aktif yang

dapat menyembukan berbagai penyakit, khasiat yang sudah dikenal dari tanaman ini yaitu hanya

sebagai penyubur rambut dan memperhalus kulit akan tetapi khasiat lidah buaya untuk

mengobati stomatitis aphtous belum banyak orang yang mengetahuinya (Fumawanthi, 2003).

Page 5: Pengaruh Gel Lidah Buaya

Berdasarkan banyaknya presentase kasus di atas, maka saat ini banyak beredar obat-

obatan yang dipromosikan sebagai pencegahan maupun menyembuhkan sariawan (stomatitis)

dengan cepat, sedangkan kita ketahui bahwa obat-obatan tersebut dijual dengan harga yang

relatif mahal, terutama bagi masyarakat golongan menengah ke bawah. Selain itu, penggunaan

obat-obatan yang kurang hati-hati atau tidak sesuai dengan dosis yang dianjurkan dapat

menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan. Oleh karena factor inilah yang menjadikan

obat tradisional kembali populer dipilih sebagai obat untuk menyembuhkan berbagai penyakit.

Karena di samping harganya terjangkau, tanpa efek samping, khasiatnya juga cukup

menjanjikan. Salah satu tanaman obat yang dapat di gunakan sebagai pencegah dan pengobatan

tersebut adalah Aloe vera atau yang biasa kita kenal dengan sebutan lidah buaya. Sejak berabad-

abad yang lalu orang sudah mengenal lidah buaya sebagai obat untuk menyembuhkan berbagai

penyakit, mulai dari obat untuk kulit, penyubur rambut, dan pencahar. Akan tetapi, untuk fungsi

lidah buaya sebagai obat untuk membantu proses penyembuhan penyakit stomatitis aphtous atau

sariawan ini masih belum banyak sebagian besar masyarakat yang mengetahuinya. Alasan

mengapa lidah buaya dipercaya memiliki peran dalam mempercepat proses penyembuhan

stomatitis aphthous adalah karena lidah buaya banyak mengandung zat-zat yang dibutuhkan

dalam proses penyembuhan stomatitis aphtous. Di antaranya yaitu enzyme bradykinase dan

karboxypeptidase sebagai anti inflamasi, kemudian aloe vera ini juga mengandung vitamin Bl,

B2, B6, C, mineral, asam amino, asam folat, dan zat-zat lainnya yang penting

dalam proses penyembuhan lesi stomatitis aphthous (Purbaya, 2003).

Karena sariawan atau Recurrent Aphtous Stomatitis merupakan salah satu kelainan yang

sering terjadi secara berulang pada mukosa mulut seseorang, jadi dapat dikatakan bahwa setiap

orang pasti pernah mengalami sariawan, baik yang ringan maupun yang berat sampai sariawan

tersebut mengganggu fungsi fisiologis. Gangguan ini dapat menyebabkan seseorang penderita

mengalami gangguan bicara, mengunyah, menelan bahkan kelainan ini dapat mengakibatkan

menurunnya kondisi tubuh bila terjadi dalam waktu yang lama dengan frekuensi kejadian yang

sering. Upaya untuk pencegahan dan mengobati kelainan ini (sariawan) tidak terlepas dari

perubahan perilaku sebagai komponen utama, disamping motivasi dan tanggung jawab terhadap

kesehatan gigi dan mulut. Untuk itu perlu pengetahuan tentang kesehatan mulut untuk

Page 6: Pengaruh Gel Lidah Buaya

menunjang keberhasilan pencegahan penyakit gigi dan mulut secara umum, dan penanggulangan

sariawan secara khusus.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat di rumuskan suatu masalah, yaitu sebagai

berikut : Apakah Gel dari Lidah buaya (Aloe vera) berpengaruh terhadap proses penyembuhan

Recurrent Aphtous Stomatitis (RAS) ?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh gel lidah buaya (Aloe vera) terhadap proses

penyembuhan Recurrent Aphtous Stomatitis (RAS).

2. Untuk mensosialisasikan bahwa ada terdapat obar tradisional yang mudah di dapat

dan dengan harga yang murah dapat di gunakan untuk mengobati sariawan

(stomatitis), khususnya Recurrent Aphtous Stomatitis (RAS).

1.4 Manfaat

Manfaat dari penulisan makalah ini adalah :

1. Dapat mengetahui pengaruh gel lidah buaya (Aloe vera) terhadap proses

penyembuhan Recurrent Aphtous Stomatitis (RAS.

2. Memberikan informasi dan pengetahuan kepada masyarakat luas mengenai

penggunaan gel lidah buaya (Aloe vera) untuk penyembuhan sariawan (stomatitis)

khususnya Recurrent Aphtous Stomatitis (RAS), sehingga tanaman lidah buaya

(Aloe vera) dapat di manfaatkan secara maksimal.

Page 7: Pengaruh Gel Lidah Buaya

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Recurrent Aphtous Stomatitis (RAS).

RAS merupakan radang yang terjadi pada mukosa mulut, biasanya berupa ulser putih

kekuningan. Ulser ini dapat berupa ulser tunggal maupun lebih dari satu. RAS dapat menyerang

selaput lendir pipi bagian dalam, bibir bagian dalam, lidah, serta palatum dalam rongga mulut.

Meskipun tidak tergolong berbahaya, namun sariawan sangat mengganggu.

2.1. Definisi Recurrent Aphtous Stomatitis (RAS).

Recurrent Aphtous Stomatitis (RAS), atau yang di kalangan masyarakat awam disebut

sariawan adalah luka yang terbatas pada jaringan lunak rongga mulut. Istilah rekuren digunakan

karena memang lesi ini biasanya hilang timbul. Luka ini bukan infeksi, dan biasanya timbul

soliter atau di beberapa bagian di rongga mulut seperti pipi, di sekitar bibir, lidah, atau mungkin

juga terjadi di tenggorokan dan langit-langit mulut (Anonim, 2009).

Recurrent Aphtous Stomatitis (RAS) adalah salah satu kelainan mukosa rongga mulut

yang paling sering terjadi dan menyerang kira-kira 15-20% populasi masyarakat. Stomatitis

Aftosa Rekuren sering menimbulkan rasa sakit dan perasaan yang tidak nyaman (Plemons dkk,

1994). Recurrent Aphtous Stomatitis (RAS) mengenai permukaan mukosa, baik mukosa

berkeratin maupun mukosa yang tidak berkeratin. Berikut ini permukaan mukosa rongga mulut

yang terlibat : mukosa labial dan bukal, attached gingiva, palatum lunak, pipi, bibir, atap atau

dasar rongga mulut, serta permukaan tengah dari lidah (Casiglia, 2006).

Recurrent Aphtous Stomatitis (RAS) merupakan ulser yang terjadi berulang – ulang pada

mukosa mulut tanpa adanya tanda – tanda suatu penyakit. Penyakit ini relative ringan karena

tidak bersifat membahayakan jiwa dan tidak menular. Tetapi bagi orang – orang yang menderita

RAS dengan frekuensi yang sangat tinggi akan sangat merasa terganggu. Beberapa ahli

menyatakan bahwa RAS bukan merupakan penyakit yang berdiri sendiri, tetapi lebih merupakan

gambaran beberapa keadaan patologis dengan gejala klinis yang sama.

Page 8: Pengaruh Gel Lidah Buaya

2.2. Etiologi dari Recurrent Aphtous Stomatitis (RAS).

Sampai saat ini, etiologi yang pasti dari RAS belum di ketahui dengan pasti. Tetapi, para

ahli mengatakan terdapat beberapa faktor yang turut berperan dalam timbulnya lesi – lesi RAS.

Faktor – faktor tersebut antara lain terdiri dari : factor local berupa trauma, herediter, infeksi

bakteri dan virus, psikologi atau emosi, gangguan system imun, hipersensitif atau alergi,

hormonal contohnya premenstruasi dan menopouse, penyakit gastrointestinal contohnya

penyakit kolon, penyakit darah contohnya defisiensi Fe, defisiensi B12, dan defisiensi asam

folat, dan gangguan sistem imun yang sampai sekarang belum juga di ketahui penyebabnya.

1) Faktor Lokal

Trauma rongga mulut dapat berpengaruh cepatnya perkembangan Recurrent Aphtous

Stomatitis (RAS). Pada studi yang dilakukan oleh Rees terhadap 128 pasien dimana 20

pasien terbukti mengalami trauma pada mukosa mulutnya yang berlanjut menjadi

Recurrent Aphtous Stomatitis (RAS). Trauma tersebut disebabkan karena tergigitnya

mukosa rongga mulut, sikat gigi atau makanan yang tajam yang bisa menyebabkan luka

pada mukosa rongga mulut (Rees dan Binnie, 2006).

2) Alergi

Bahan-bahan allergen yang diduga berhubungan dengan Recurrent Aphtous Stomatitis

(RAS) adalah benzoic acid dan cinnamic aldehide yang sering dipakai sebagai penyedap

rasa, kacang kenari, tomat, buah-buahan terutama strawberry, coklat, kacang tanah,

sereal, kacang, keju, tepung terigu atau gandum yang mengandung gluten (Scully, 2007).

3) Bakteri

streptococcal bakteria juga berperan dalam terjadinya Recurrent Aphtous Stomatitis

(RAS). Jenis bakteri yang juga berperan yaitu Streptococcus sanguis, Streptococcus mitis,

dan Helicobacter pylori (Melamed, 2007).

4) Imunologi

Recurrent Aphtous Stomatitis (RAS) umumnya terjadi pada pasien dengan

imunodefisiensi sel B dan 40% dari pasien-pasien Recurrent Aphtous Stomatitis (RAS)

mempunyai kompleks sirkulasi imun. Pengendapan imunoglobulin dan komponen-

komponen komplemen dalam epitel dan atau respon umum seluler (cell mediated

immune response) terhadap komponen-komponen imun merupakan peyebab terjadinya

Recurrent Aphtous Stomatitis (RAS) (Lawler dkk, 2002).

Page 9: Pengaruh Gel Lidah Buaya

5) Hematologi

Lebih dari 15-20% pasien Recurrent Aphtous Stomatitis (RAS) adalah penderita defisiensi

zat besi, vitamin B12 atau folic acid dan mungkin juga terdapat pada penderita anemia.

Penyembuhan Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Minor seringkali terjadi sesudah terapi

untuk mengatasi defisiensi tersebut (Lawler dkk, 2002).

6) Hormonal

Diduga ada hubungan antara siklus menstruasi dan terjadinya Recurrent Aphtous

Stomatitis (RAS), yang berhubungan dengan kadar estrogen dan progesteron. Dimana

perkiraan ada hubungan antara produksi estrogen yang rendah waktu premenstruasi

dengan kornifikasi rongga mukosa mulut (Hidayanti dan Suyoso, 2006).

7) Psikologi

Studi menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang cukup erat antara stress dan

terjadinya Recurrent Aphtous Stomatitis (RAS) dalam 10-20% dari populasi masyarakat.

Tetapi faktor stress dalam perkembangan Recurrent Aphtous Stomatitis (RAS) masih

perlu diteliti lebih lanjut (Rees dan Binnie).

2.3. Klasifikasi dan Gambaran Klinis

Gambaran klinis Recurrent Aphtous Stomatitis (RAS) penting untuk di ketahui karena

tidak ada metode diagnosa laboratorium yang spesifik yang dapat di andalkan untuk menegakkan

diagnose RAS. RAS di awali dengan gejala prodormal yang di gambarkan sebagai rasa sakit,

rasa terbakar atau tertusuk – tusuk selama 24 - 48 jam sebelum terjadi ulser.

Selanjutnya, Stanley telah membagi karakter klinis dari RAS dalam 4 tahap, yaitu

premonitori, pre-ulseratif, ulseratif, dan penyembuhan. Tahap premonitory terjadi pada 24 jam

pertama perkembangan lesi RAS. Pada waktu prodormal, pasien akan merasakan sensasi

terbakar pada tempat dimana lesi akan muncul. Secara mikroskopis sel – sel mononuclear akan

menginfeksi epithelium, dan oedema akan berkembang.

Tahap pre-ulserasi terjadi pada 18-72 jam pertama perkembangan lesi RAS. Pada tahap

ini, makula dan papula akan berkembang dengan tepi eritematous, dan intensitas rasa nyeri akan

mulai meningkat. Tahap ulseratif akan berlanjut beberapa hari hingga 2 minggu. Pada tahap ini

papula-papula akan berulserasi dan ulser itu akan diselaputi oleh lapisan fibromembranous yang

akan di ikuti oleh intensitas nyeri yang berkurang.

Page 10: Pengaruh Gel Lidah Buaya

Pada tahap penyembuhan, ulser akan di tutupi oleh epithelium. Penyembuhan luka

terjadi dan selalu tidak meninggalkan jaringan parut dimana lesi RAS pernah muncul.

Berdasarkan gambaran klinisnya, Recurrent Aphtous Stomatitis (RAS) di bagi menjadi 3

tipe, yaitu RAS tipe minor, RAS tipe mayor, dan RAS tipe hipertiform.

1. Recurrent Aphtous Stomatitis (RAS) tipe Minor.

Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Minor terjadi sekitar 75-85% dari semua lesi Stomatitis

Aftosa Rekuren (SAR). Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Minor sering mengenai

mukosa rongga mulut yang tidak mengalami keratinisasi seperti pada mukosa bibir,

mukosa bukal, dan dasar mulut (Scully, 2007). Pasien akan mengalami demam ringan,

kelenjar limfa, dan malaise. Lesi berbentuk bundar atau oval dengan diameter < 1 cm.

permukaan abu – abu sampai kuning. Tepi lesi di kelilingi jaringan eritematous.

Penyembuhan dapat terjadi selama beberapa hari hingga 2 minggu dan tidak

meninggalkan jaringan parut (scar).

Gambar . Stomatitis Aftosa Minor.

2. Recurrent Aphtous Stomatitis (RAS) tipe Mayor.

Stomatitis tipe ini di sebut juga Recurrent Scarring Aphtous Ulser, kira – kira berkisar

antara 10-15% kasus. Pada stadium permulaan berupa nodul atau plak yang kecil, lunak,

merah, dan sakit, dan jika pecah akan menjadi ulser yang sangat sakit. Lesi > 1 cm dan

dapat mencapai hingga 5cm. Tepi lesi meninggi dan erythematous. Lesi berbentuk kawah

warna abu – abu dank eras jika di palpasi. Masa penyembuhan sekitar 3 – 6 minggu, dan

meninggalkan jaringan parut.

Page 11: Pengaruh Gel Lidah Buaya

Gambar . Stomatitis Aftosa Mayor

3. Recurrent Aphtous Stomatitis (RAS) tipe Herpetiform.

Stomatitis tipe ini sangat jarang terjadi, biasanya kasus hanya berkisar sekitar 5-10%.

Ukurannya lebih kecil, sebesar ujung peniti dan dapat terbentuk berkelompok. Karena

ukurannya yang sangat kecil, maka jumlahnya dapat mencapai 50 sampai 100.

Permukaan lesi berwarna abu- abu dengan tepi tidak arythematous.

2.4. Diagnosa

Untuk dapat menegakkan diagnosa yang tepat dari SAR dapat dilakukan dengan cara

melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Biasanya pada anamnesis pasien akan merasakan

sakit pada mulutnya, tempat ulser sering berpindah-pindah dan biasanya kejadiannya selalu

berulang-ulang. Pasien biasanya dalam keadaan demam ringan (Haikal, 2010).

Diagnosa Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) dapat dilihat dengan adanya ulser rekuren

yang simetris, bulat dan tidak terbatas pada mukosa mulut serta sembuh spontan dengan tidak

disertai oleh tanda ataupun gejala-gejala lainnya (Greenberg, 1994).

Selain pemeriksaan visual, pemeriksaan laboratoris diindikasikan bagi pasien yang menderita

SAR di atas usia 25 tahun terutama dengan tipe mayor yang selalu hilang timbul, atau bila

sariawan tidak kunjung sembuh, atau bila ada gejala dan keluhan lain yang berkaitan dengan

faktor pemicu (Anonim, 2009). Pertimbangan adanya defisiensi hematologi, dan oleh karena itu

penderita harus mengalami pemeriksaan hitung darah lengkap serta perkiraan kadar vitamin B12

(Lewis dan Lamey, 1998).

Page 12: Pengaruh Gel Lidah Buaya

2.5. Perawatan dan Pengobatan.

SAR sebetulnya dapat sembuh sendiri, karena sifat dari kondisi ini adalah self-limiting.

Obat-obatan untuk mengatasi SAR diberikan sesuai dengan tingkat keparahan lesi (Anonim,

2009).  Banyak obat-obatan, termasuk vitamin, obat kumur antiseptik, steroid topikal dan

imunomodulator sistemik untuk mengatasi Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR). Walaupun

demikian hanya sebagian kecil yang secara ilmiah terbukti efisien. Kombinasi vitamin B1

(thiamin, 300 mg sehari) dan vitamin B6 (pyridoxine, 50 mg setiap 8 jam) diberikan selama 1

bulan dianjurkan sebagai penatalaksanaan empiris tahap awal. Penggunaan terapi anxiolytic atau

rujukan hipnoterapi dapat membantu bagi penderita yang diperkirakan memiliki faktor

presipitasi berupa stress. Beberapa pasien memberikan respon yang baik terhadap obat kumur

klorheksidin serta kortikosteroid topikal, seperti hidrokortison hemisuksinat (pellet, 2,5 mg

dilarutkan dalam air dan digunakan sebagai obat kumur 3 kali sehari) (Lewis dan Lamey, 1998).

Terapi Stomatitis Aphthous juga dapat menggunakan obat-obatan, contohnya obat analgesik

untuk mengurangi rasa sakit, agen antiseptik untuk mengurangi indeksi sekunder, antibody

topical untuk menghilangkan berbagai gejala yang timbul akibat infeksi sekunder, kemudian

steroid topical sebagai anti inflamasi (Field dan Longman, 2003).

B. Lidah Buaya (Aloe vera)

Sekilas lidah buaya atau aloe vera hanya merupakan tanaman hias yang banyak

memenuhi pot di rumah-rumah, akan tetapi ternyata lidah buaya merupakan tanaman yang

memiliki banyak kandungan zat bermanfaat untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Lidah

buaya atau aloe vera termasuk suku liliaceae, yang berasal dari kepulauan sebelah barat Afrika,

hal tersebut terungkap dari catatan “Papyrus Ebers” atau pada “Egyption Book of Remidies” di

dalam buku itu dikisahkan bahwa pada jaman Cleopatra, lidah buaya dimanfaatkan untuk bahan

baku kosmetik dan pelembab kulit. Beberapa sumber mengatakan bahwa lidah buaya masuk

Indonesia dibawa petani keturunan cina pada abad ke-17 (Fumawanthi, 2004).

Page 13: Pengaruh Gel Lidah Buaya

Gambar 1. Tanaman lidah Buaya

2.1. Taksonomi

Klasifikasi ilmiah atau taksonomi dari lidah buaya adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Division : Spermatophyta

Class : Monocotyledoneae

Ordo : Liliflorae

Family : Liliceae

Genus : Aloe

Species : Aloe vera

2.2. Gambaran Umum

Lidah buaya sama seperti tanaman lainnya yang mempunyai struktur akar, batang, daun

dan bunga, namun yang sering digunakan di dalam pengobatan adalah bagian daun. Daun lidah

buaya merupakan daun tunggal berbentuk tombak dengan helaian memanjang berupa pelepah

dengan panjang mencapai kisaran 40–60 cm dan lebar pelepah bagian bawah 8–13 cm dan tebal

antara 2–3 cm. Daunnya berdaging tebal, tidak bertulang, berwarna hijau keabu- abuan dan

mempunyai lapisan lilin di permukaan serta bersifat sukulen, yakni mengandung air, getah dan

lendir yang mendominasi daun. Bagian atas daun rata dan bagian bawahnya membulat

(cembung). Daun lidah buaya muda memiliki bercak berwarna hijau pucat sampai putih. Bercak

ini akan hilang saat daun lidah buaya dewasa. Namun tidak demikian halnya dengan tanaman

lidah buaya jenis kecil atau lokal. Hal ini kemungkinan disebabkan faktor genetiknya. Sepanjang

tepi daun berjajar gerigi atau duri yang tumpul dan tidak berwarna.

Page 14: Pengaruh Gel Lidah Buaya

2.3. Jenis dan Varietas Lidah Buaya (Aloe vera)

Ada lebih dari 350 jenis lidah buaya yang termasuk dalam suku Liliaceae dan tidak

sedikit yang merupakan hasil persilangan. Ada tiga jenis lidah buaya yang dibudidayakan secara

komersial di dunia yaitu Aloe vera atau Aloe barbadensis Miller, Cape aloe atau Aloe ferox

Miller dan Socotrine aloe atau Aloe perry Baker (tabel 1).

Tabel 1. KARAKTERISTIK TIGA JENIS TANAMAN LIDAH BUAYA

No. Karakteristik

Aloe

barbadensis

Miller

Aloe ferox

Miller

Aloe perry

Baker

1. BatangTidak terlihat

jelas

Terlihat jelas

(tinggi 3-5 m

atau lebih)

Tidak terlihat

jelas (lebih

kurang 0,5 m)

2. Bentuk daun

Lebar dibagian

bawah, dengan

pelepah bagian

atas cembung

Lebar di

bagian bawah

Lebar di bagian

bawah

3. Lebar daun 6-13 cm 10-15 cm 5-8 cm

4.Lapisan lilin pada

daunTebal Tebal Tipis

5. DuriDi bagian pinggir daun

Di bagian pinggir dan bawah daun

Di bagian pinggir daun

6.Tinggi Bunga

(mm)

25-30 (tinggi tangkai bunga 60-100 cm)

35-40 25-30

7. Warna Bunga Kuning Merah tua hingga jingga

Merah terang

Dari tiga jenis di atas yang banyak dimanfaatkan adalah spesies Aloe barbadensis Miller

karena jenis ini mempunyai banyak keunggulan yaitu: tahan hama, ukurannya dapat mencapai 121

cm, berat per batangnya bisa mencapai 4 kg, mengandung 75 nutrisi serta aman dikonsumsi.

Page 15: Pengaruh Gel Lidah Buaya

2.4. Struktur dan Kandungan Daun Lidah Buaya

a. Kulit daun

Kulit daun adalah bagian terluar dari struktur daun lidah buaya yang berwarna hijau. Sejauh

ini belum ada tulisan mengenai zat yang terkandung di dalam kulit daun namun penelitian yang

dilakukan Agarry., et al (2005) menunjukkan bahwa ekstrak kulit daun lidah buaya pada konsentrasi

25 mg/ml menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus dengan zona hambat 4 mm. Di dalam

buku pengobatan menyatakan bahwa teh yang terbuat dari kulit daun lidah buaya dapat

menghilangkan kecanduan merokok.

Gambar 1. Struktur daun Lidah Buaya

b. Eksudat

Eksudat adalah getah yang keluar dari daun saat dilakukan pemotongan. Eksudat

berbentuk cair, berwarna kuning dan rasanya pahit. Zat- zat yang terkandung di dalam

eksudat adalah: 8- dihidroxianthraquinone (Aloe Emoedin) dan glikosida (Aloins), biasa

digunakan untuk pencahar.

c. Gel

Gel adalah bagian yang berlendir yang diperoleh dengan cara menyayat bagian dalam

daun setelah eksudat dikeluarkan. Ada beberapa zat terkandung di dalam gel.

Page 16: Pengaruh Gel Lidah Buaya

Tabel Kandungan Zat aktif Lidah buaya (aloe vera)yang Telah Teridentifikasi.

Zat Aktif Manfaat

Lignin Mempunyai kemampuan penyerapan yang tinggi sehingga

memudahkan peresapan gel ke dalam kulit atau mukosa.

Saponin Mempunyai kemampuan membersihkan dan bersifat

antiseptik, serta bahan pencuci yang baik.

Komplekss

Anthraguinone

Sebagai bahan laksatif, penghilang rasa sakit, mengurangi

racun, sebagai anti bakteri. Antibiotik.

Acemannan Sebagai anti virus, anti bakteri, anti jamur, dan dapat

menghancurkan sel tumor, serta meningkatkan daya tahan

tubuh.

Enzim bradykinase,

karbiksipeptidase

anti inflamasi, anti alergi dan dapat mengurangi

rasa sakit

Glukomannan,

mukopolysakarida

Memberikan efek imonomodulasi

Tennin, aloctin A Sebagai anti inflamasi

Salisilat Menghilangkan rasa sakit, dan anti inflamasi

Asam amino Bahan untuk pertumbuhan dan perbaikan serta sebagai

sumber energi. Aloe vera menyediakan 20 asam amino dari

22 asam amino yang dibutuhkan oleh tubuh

Mineral Memberikan ketahanan tubuh terhadap penyakit, dan

berinteraksi dengan Vitamin untuk mengandung fungsifungsi

tubuh

Vitamin A, Bl, B2, B6.

B12, C, E, asam folat

Bahan penting untuk menjalankan fungsi tubuh secara

normal dan sehat

(Purbaya, 2003, Fumawanthi, 2004)

Page 17: Pengaruh Gel Lidah Buaya

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Peran Aloe vera dalam pengobatan RAS

Alasan mengapa lidah buaya dipercaya memiliki peran dalam mempercepat proses

penyembuhan stomatitis aphtous ini karena lidah buaya banyak mengandung zat-zat yang

dibutuhkan dalam proses penyembuhan stomatitis aphtous diantaranya acemannan sebagai

Sebagai anti virus, anti bakteri, anti jamur, serta meningkatkan daya tahan tubuh, enzyme

bradykinase dan karboxypeptidase sebagai anti inflamasi, Aloctin A dan tannin sebagai anti

inflamasi, kemudian mengandung vitamin Bl, B2, B6, C, mineral, asam amino, asam folat dan

zat-zat lainnya yang penting dalam proses penyembuhan lesi stomatitis aphtous yang bekerja

melakukan re-epitelisasi (Purbaya, 2003)

3.2 Penelitian Tentang Lidah Buaya

Berikut adalah beberapa penelitian telah ditemukan berkaitan dengan efektifitas lidah

buaya diantaranya adalah:

1. Penelitian Dr. Bill Wolfe pada tahun 1969 membuktikan bahwa lidah buaya sangat

efektif membunuh bakteri penyebab infeksi. Diantaranya bakteri Staphylococcus aureus .

2. Pada tahun 1994, FDA (Food and drug administration) telah menyetujui penggunaan

ekstrak gel lidah buaya dengan bahan aktif acemannan untuk mengobati apthous

stomatitis.

3. S. levanson dan K. Somova menggunakan getah lidah buaya untuk mengobati penyakit

pada gigi dengan cara menyuntikkan ekstrak getah lidah buaya pada gigi yang terinfeksi.

4. John Heggars menamatkan laporan penelitiannya dan menemukan fungsi asam salisilat

tidak ubahnya seperti aspirin yang bisa mengontrol rasa sakit sekaligus bersifat anti

infeksi dan antimikrobakteri.

5. Agarry., et al (2005) membuktikan bahwa ekstrak lidah buaya sudah menunjukkan

efektifitasnya terhadap Staphylococcus aureus dengan zona hambat 18 mm oleh gel dan 4

mm oleh kulit daun lidah buaya dengan konsentrasi 25 mg/ml.

3.3 Lidah Buaya sebagai Anti Bakteri

Page 18: Pengaruh Gel Lidah Buaya

Pada tahun 1977 dilaporkan dalam Drugs and Cosmetic Journal bahwa rahasia

keampuhan lidah buaya terletak pada kandungan zat nutrisinya (terutama glukomannan) yang

bekerjasama dengan asam-asam amino esensial dan sekunder, enzim oksidase, katalase dan

lipase terutama enzim- enzim pemecah protein (protease). Lidah buaya mengandung gugus

glikosida yang merupakan gugus aminoglikosida yang bersifat antibiotik. Senyawa ini akan

berdifusi pada dinding sel bakteri dan proses ini berlangsung lama dan terus menerus dalam

suasana aerob. Setelah masuk ke dalam sel, kemudian diteruskan pada ribosom yang

menghasilkan protein, sehingga akan menimbulkan gangguan pada proses sintesa protein dan

selanjutnya akan menyebabkan terjadinya pemecahan ikatan protein sel bakteri. Saponin dapat

menimbulkan reaksi saponifikasi. Senyawa ini akan menyebabkan kerusakan struktur lemak

membran bakteri sehingga dinding sel bakteri akan ruptur dan lisis kemudian mati.15 Sedangkan

acemannan merupakan senyawa karbohidrat yang akan mengaktifkan makrofag sehingga

menyebabkan terjadinya fagositosis.

3.4 Kegunaan Lidah buaya di Bidang Kedokteran Gigi

1. Mempercepat penyembuhan luka dan mengurangi rasa sakit akibat tindakan bedah

periodontal ataupun trauma karena sikat gigi, pasta gigi abrasif, makanan yang keras,

dental flos, ataupun karena tusuk gigi dan juga pada luka bakar.

2. Pada lokasi ekstraksi memberikan respon yang lebih nyaman dan dry socket tidak

berkembang lebih lanjut.

3. Aplikasi secara langsung dapat mempercepat penyembuhan lesi akut misalnya pada lesi

virus herpes, aphtous ulcer, sariawan, abses gingiva, dan pecah- pecah pada bibir dan

sudut mulut.

4. Mengurangi lesi- lesi penyakit mulut kronis seperti lichen planus dan Benign pemphigus

bahkan masalah gusi yang berhubungan dengan AIDS dan leukemia

5. Menyembuhkan migratory glossitis, geographic tongue dan burning mouth syndrome.

6. Dapat mengurangi kontaminasi bakteri dan mengurangi inflamasi pada pasien denture

stomatitis.

7. Mengontrol inflamasi dan kontaminasi bakteri pada sekeliling dental implant.

BAB IV

Page 19: Pengaruh Gel Lidah Buaya

KESIMPULAN

Recurrent Aphtous Stomatitis (RAS), atau yang di kalangan masyarakat awam disebut

sariawan adalah luka yang terbatas pada jaringan lunak rongga mulut. Istilah rekuren digunakan

karena memang lesi ini biasanya hilang timbul. Luka ini bukan infeksi, dan biasanya timbul

soliter atau di beberapa bagian di rongga mulut seperti pipi, di sekitar bibir, lidah, atau mungkin

juga terjadi di tenggorokan dan langit-langit mulut (Anonim, 2009).

Sampai saat ini, etiologi yang pasti dari RAS belum di ketahui dengan pasti. Tetapi, para

ahli mengatakan terdapat beberapa faktor yang turut berperan dalam timbulnya lesi – lesi RAS.

Faktor – faktor tersebut antara lain terdiri dari : factor local berupa trauma, herediter, infeksi

bakteri dan virus, psikologi atau emosi, gangguan system imun, hipersensitif atau alergi,

hormonal contohnya premenstruasi dan menopouse, penyakit gastrointestinal contohnya

penyakit kolon, penyakit darah contohnya defisiensi Fe, defisiensi B12, dan defisiensi asam

folat, dan gangguan sistem imun yang sampai sekarang belum juga di ketahui penyebabnya.

Untuk jenis dan macamnya berdasarkan gambaran klinisnya, Recurrent Aphtous Stomatitis

(RAS) di bagi menjadi 3 tipe, yaitu RAS tipe minor, RAS tipe mayor, dan RAS tipe hipertiform.

SAR sebetulnya dapat sembuh sendiri, karena sifat dari kondisi ini adalah self-limiting.

Obat-obatan untuk mengatasi SAR diberikan sesuai dengan tingkat keparahan lesi (Anonim,

2009).  Banyak obat-obatan, termasuk vitamin, obat kumur antiseptik, steroid topikal dan

imunomodulator sistemik untuk mengatasi Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR).

Sedangkan untuk terapi Stomatitis Aphthous juga menggunakan obat-obatan, contohnya

obat analgesik untuk mengurangi rasa sakit, agen antiseptik untuk mengurangi indeksi sekunder,

antibody topical untuk menghilangkan berbagai gejala yang timbul akibat infeksi sekunder,

kemudian steroid topical sebagai anti inflamasi (Field dan Longman, 2003).

SARAN :

Page 20: Pengaruh Gel Lidah Buaya

Saran yang perlu di perhatikan sehubungan dengan jumlah kasus Recurrent Aphtous

Stomatitis (RAS) yang memiliki presentase yang cukup tinggi dan sering terjadi di kalangan

masyarakat luas adalah sebagai berikut :

1. Masyarakat hendaknya menjaga kebersihan gigi dan mulut dengan memeriksa gigi

minimal 6 bulan sekali.

2. Menghindari situasi yang membuat kondisi menjadi stress, dan sesering mungkin untuk

mengkonsumsi vitamin yang terdapat pada sayuran dan buahan ( terutama yang banyak

mengandung vitamin B , C, dan zat besi ) untuk mencukupi nutrisi tubuh.

3. Jika terdapat keluhan sariawan yang tak kunjung sembuh, segera di lakukan penanganan

dengan mengunjungi dokter atau dokter gigi, karena dapat di diagnose sebagai salah satu

gejala dari HIV/AIDS.

DAFTAR PUSTAKA

Page 21: Pengaruh Gel Lidah Buaya

Borrego, P., dkk. 2002. Stomatitis Aftosa Recurrent. Rev Cubana Estomatol, Vol. 39, no. 2,

hlm 39.

Casiglia, J. M. 2006. Stomatitis Aphthous Recurrent. Harvard School of Dental Medicine,

hlm : 1-23.

Fernandes, dkk. 2007. The Best Treatment for Aphthous Ulcers. American Dental Journal,

hlm : 1-7.

Hidayanti, A. N. dan Suyoso, S. 2006. Recurrent Aphthous Stomatitis (RAS). Berkala

Penyakit Kulit dan Kelamin, Vol. 18, no. 2, hlm : 156-164.

Lawler, dkk. 2002. Buku Pintar Patologi untuk Kedoktera Gigi. Penerbit Buku Kedokteran

EGC : Jakarta.

Melamed, F. 2007. Aphthous Stomatitis. UCLA Medical School Journal, hlm 1-5

Haikal, Mohammad. 2009. Aspek Imunologi Stomatitis Aftosa Rekuren. USU Available :

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/8273/1/10E00345.pdf

Scully, C. 2007. Aphthous Ulceration. American Dental Journal, hlm : 1-8.

Field, A dan Longman, L. 2003. Tyldesley's Oral Medicine. Ed. Ke-5. Oxford University

Press. Hlm 52-58

Fitriana, S., Ema H. Tenny S. 2005. Efektifitas Pemberian Gel Lidah Buaya (Aloe Vera Gel)

Secara Topikal Pada Stomatitis Aphthousa Minor (Sariawan). Lembaga Penelitian. Unpad.

Fumawanthi, I. 2004. Khasiat & Manfaat Lidah Buaya Si Tanaman Ajaib. Agro Media

Pustaka. Jakarta. Hlm 1-21.

Greenberg M.S.,D.D.S. dan Glick M. 2003. Burket's Oral Medicine Diagnosis & Treatment.

Ed. Ke-10. BC Decker Inc. New Jersey. Hlm. 63-65.

Page 22: Pengaruh Gel Lidah Buaya

W.B. Saundeis Company.Hlm. 45-471. Purbaya J.R. 2003. Mengenal & Memanfaatkan

Khasiat Aloe Vera. CV. Pionerjaya. Bandung. Hlm. 21-165.