ikterus

31
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan bayi baru lahir kurang dari 1 bulan (neonatal) menjadi hal yang sangat penting karena akan menentukan apakah generasi kita yang akan datang dalam keadaan sehat dan berkualitas. Upaya untuk meningkatkan kesehatan maternal dan neonatal menjadi sangat strategis bagi upaya pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas. Keberhasilan upaya tersebut dapat dilihat dari penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB), khususnya angka kematian bayi baru lahir (neonatal). Angka kematian bayi merupakan indikator yang dapat digunakan untuk menilai tingkat kesehatan masyarakat secara umum yang sekaligus memperlihatkan keadaan dan sistem pelayanan kesehatan di masyarakat, karena dapat dipandang sebagai output dari upaya peningkatan kesehatan secara keseluruhan. Penurunan AKB yang berdampak langsung terhadap meningkatnya usia harapan hidup merupakan kredit poin dalam menimbang keberhasilan pembangunan kesehatan. Berdasarkan penelitian WHO di seluruh dunia, AKI sebesar 500.000 jiwa pertahun dan kematian bayi khususnya neonatus sebesar 10.000.000 jiwa pertahun.

Transcript of ikterus

Page 1: ikterus

BAB I

PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Kesehatan bayi baru lahir kurang dari 1 bulan (neonatal) menjadi hal yang

sangat penting karena akan menentukan apakah generasi kita yang akan datang

dalam keadaan sehat dan berkualitas. Upaya untuk meningkatkan kesehatan

maternal dan neonatal menjadi sangat strategis bagi upaya pembangunan sumber

daya manusia yang berkualitas. Keberhasilan upaya tersebut dapat dilihat dari

penurunan Angka Kematian Ibu  (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB),

khususnya angka kematian bayi baru lahir (neonatal).

Angka kematian bayi merupakan indikator yang dapat digunakan untuk

menilai tingkat kesehatan masyarakat secara umum yang sekaligus

memperlihatkan keadaan dan sistem pelayanan kesehatan di masyarakat, karena

dapat dipandang sebagai output dari upaya peningkatan kesehatan secara

keseluruhan. Penurunan AKB yang berdampak langsung terhadap meningkatnya

usia harapan hidup merupakan kredit poin dalam menimbang keberhasilan

pembangunan kesehatan.

Berdasarkan penelitian WHO di seluruh dunia, AKI  sebesar 500.000 jiwa

pertahun dan kematian bayi khususnya neonatus sebesar 10.000.000 jiwa

pertahun. Kematian maternal dan bayi tersebut terjadi terutama di negara

berkembang sebesar 99%.

Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002/

2003, AKI di Indonesia masih berada pada angka 307/ 100.000 kelahiran hidup

atau setiap jam terdapat 2 orang ibu bersalin meninggal dunia karena berbagai

sebab. AKB, khususnya angka kematian bayi baru lahir (neonatal) masih berada

pada kisaran 20/ 1000 kelahiran hidup.

AKB di Jawa Barat disebabkan oleh penyebab langsung kematian bayi,

yaitu : Asfiksia, komplikasi pada bayi berat lahir rendah (BBLR), dan infeksi,

sedangkan penyebab tidak langsung mendasar yang mempengaruhi AKI dan AKB

adalah faktor lingkungan, faktor genetik dan pelayanan kesehatan.

Page 2: ikterus

Salah satu komplikasi yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah

adalah ikterus neonatorum. Gejala ini sangat umum terjadi pada bayi baru lahir

antara usia satu sampai tujuh hari. Bahkan ada sekitar 60% pada bayi yang lahir

cukup bulan dan 80% pada bayi yang lahir kurang bulan.

Ikterik merupakan salah satu dari beberapa masalah yang sering timbul

baik pada bayi baru lahir maupun pada bayi. Peran bidan dan masyarakat atau ibu

adalah bagian penting dalam mengatasi masalah bayi, oleh karena bidan dan ibu

harus dapat melakukan penanganan dan mencari solusi untuk mengatasi masalah

tersebut, khususnya masalah neonatus dan bayi yang ikterus.

BAB II

Page 3: ikterus

LANDASAN TEORI

BBL DENGAN IKTERUS NEONATORUM

A.      DEFINISI

Ikterus ialah suatu gejala yang perlu mendapat perhatian sungguh-sungguh pada

neonatus. Ikterus ialah suatu diskolorasi kuning pada kulit konjungtiva dan

mukosa akibat penumpukan bilirubin. Gejala ini seringkali ditemukan terutama

pada bayi kurang bulan atau yang menderita suatu penyakit yang bersifat sismetik.

(Abdoerrachman, H, dkk.1981 Kegawatan pada anak. Jakarta. Bagian Ilmu

Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran. Universitas Indonesia)

B.       METABOLISME BILIRUBIN

1.      Produksi    : Sumbernya ialah produk degradasi hemoglobin, sebagian lain dari

sumber lain.    

2.      Tranportasi: Bilirubin indirek dalam ikatannya dengan albumin diangkut ke hepar

untuk diolah oleh sel hepar. Pengolahan dipengaruhi oleh protein Y.

3.      Konjugasi  : Dalam sel hepar bilirubin dikonjugasi menjadi bilirubin direk dengan

pengaruh enzim glukuronil transferase, bilirubin direk diekskresi ke usus melalui

duktus koledokus.

4.      Sirkulasi Enterohepatik     : Sebagian bilirubin direk diserap kembali kehepar

dalam bentuk bilirubin indirek yang bebas. Penyerapan ini bertambah pada

pemberian makanan yang lambat atau pada obstruksi usus.

(Abdoerrachman, H, dkk.1981 Kegawatan pada anak. Jakarta. Bagian Ilmu

Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran. Universitas Indonesia)

C.     BILIRUBIN ADA DUA JENIS

1.      Bilirubin Indirek

a.       Yang belum dikonjugasi

b.      Larut dalam lemak sehingga mudah melekat pada sel otak dalam keadaan bebas

c.       Ekstresi pada janin melalui plasenta. Pada neonatus, dengan peoses konjugasi

diubah menjadi bilirubin direk

2.      Bilirubin direk

a.                               Larut dalam air

Page 4: ikterus

b.                              Ekstresi melalui usus dan pada keadaan obstruksi melalui ginjal

Ikterus terjadi akibat penumpukan bilirubin karena :

1.      Produksi yang berlebihan, misalnya pada proses hernolisis

2.      Gangguan tranportasi, misalnya hipoalbuminemia pada bayi kurang bulan

3.      Gangguan pengolahan oleh hepar

4.      Gangguan fungsi hepar atau imaturitas hepar

5.      Gangguan ekskresi atau obstruksi

(Abdoerrachman, H, dkk.1981 Kegawatan pada anak. Jakarta. Bagian Ilmu

Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran. Universitas Indonesia)

D.      HIPERBILIRUBINEMIA

a.       Suatu penumpukan bilirubin indirek yang mencapai suatu kadar tertentu yang

mempunyai potensi menyebabkan kerusakan otot.

b.      Kadar yang paling rendah yang dapat menyebabkan kerusakan otak belum

diketahui dengan pasti. Kejadian kernikterus pada umumnya terdapat pada kadar

bilirubin lebih dari 20 mg %.

c.       Kadar bilirubin yang dapat disebut hiperbilirubinemia dapat berbeda-beda untuk

setiap tempat. Harus diientifikasi sendiri. Di RSCM jakarta kadar itu ialah

bilirubin indirek yang lebih dari 10 mg %.

Bahaya  Hiperbilirubinemia :

a.       Minimal     : Kelainan Kognitif

b.      Berat         : Kernikterus         kematian

E.       Pendekatan Untuk Mengetahui Penyebab Ikterus Pada Neonatus

Etiologi ikterus pada neonatus kadang-kadang sangat sulit untuk

ditegakkan. Seringkali faktor etiologinya jarang berdiri sendiri. Untuk

memudahkan maka dapat dipakai pendekatan tertentu dan yang mudah dipakai

ialah menurut saat terjadinya ikterus :

I.          Ikterus yang timbul pada 24 jam pertama

Page 5: ikterus

Penyebab ikterus yang terjadi pada 24 jam pertama menurut besarnya

kemungkinan dapat disusun  sebagai berikut :

1.                                  Inkompatibilitas darah Rh, ABO atau golongan lain

2.    Infeksi intrauterin (oleh virus, toksoplasma, sifilis, dan kadang-kadang bakteria)

3.                                  Kadang-kadang oleh defisiensi enzim G6PD

Pemeriksaan yang perlu dilakukan ialah :

a.     Kadar bilirubin serum berkala

b.    Darah tepi lengkap

c.     Golongan darah ibu dan bayi

d.    Tes coombs

e.    Pemeriksaan strining defiensi enzim  G6PD, biarkan darah atau biopsi hepar bila

perlu

II.       Ikterus yang timbul 24-72 jam sesudah lahir. (Abdoerrachman, H, dkk.1981

Kegawatan pada anak. Jakarta. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas

Kedokteran. Universitas Indonesia)

1.                                  Biasanya ikterus fisiologik

2.    Masih ada kemungkinan inkompatibilitas darah ABO atau Rh atau golongan lain.

Hal ini dapat diduga kalau peningkatan kadar bilirubin cepat, misalnya melebihi 5

mg % per 24 jam

3.                                  Defiensi enzim G6PD atau enzim eritrosit lain, juga masih mungkin.

4.                                  Polisitemia

5.    Hemolisis perdarahan tertutup (perdarahan subapeneurosis, perdarahan hepar,

subkapsula dan lainnya).

6.                                  Hipoksia

7.                                  sfersitosis, eliptositosis dan lain-lain

8.                                  dehidrasi-asidosis

Pemeriksaan yang perlu dilakukan :

Bila keadaan bayi baik dan peningkatan ikterus tidak cepat :

a.     Pemeriksaan darah tepi

Page 6: ikterus

b.    Pemeriksaan darah bilirubin berkala

c.     Pemeriksaan skrining enzim G6PD

d.    Pemeriksaan lain-lain dilakukan bila perlu

III.        Ikterus yang timbul sesudah 72 jam pertama sampai akhir minggu pertama.

(Abdoerrachman, H, dkk.1981 Kegawatan pada anak. Jakarta. Bagian Ilmu

Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran. Universitas Indonesia)

1.                                  Biasanya karena infeksi (sepsis)

2.                                  Dehidrasi dan asiolosis

3.                                  Defisiensi enzim G6PD

4.                                  pengaruh obat-obat

5.                                  Sindroma Criggler-najjar

6.                                  Sindroma Gilbert 

IV.    Ikterus yang timbul pada akhir mingu pertama dan selanjutnya.

(Abdoerrachman, H, dkk.1981 Kegawatan pada anak. Jakarta. Bagian Ilmu

Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran. Universitas Indonesia)

1.                                  Biasanya karena ikterus obstruktif

2.                                  Hipotiroidisme

3.                                  “ Breast milk jaundice”

4.                                  Infeksi

5.                                  Hepatitis neonatal

6.                                  Galaktosemia

7.                                  Lain-lain

Pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan :

a.     Pemeriksaan bilirubin berkala

b.    Pemeriksaan darah tepi

c.     Skrining enzim G6PD

d.    Biarkan darah, biopsi hepar bila ada indikasi

e.     Pemeriksaan lain-lain yang berkaitan dengan kemungkinan penyebab

Page 7: ikterus

F.        PENATALAKSANAAN (Abdoerrachman, H, dkk.1981 Kegawatan pada anak.

Jakarta. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran. Universitas

Indonesia)

1.      Ikterus yang kemungkinan besar menjadi patologik ialah :

a.       Ikterus yang terjadi pada 24 jam pertama

b.      Ikterus dengan kadar bilirubin melebihi 10 mg % pada bayi cukup bulan dan 12,5

% pada bayi kurang bulan

c.       Ikterus dengan peningkatan bilirubin lebih dari 5 mg % per hari

d.      Ikterus yang sudah menetap sesudah 1 minggu pertama

e.       Kadar bilirubin direk melebhi 1 mg %

f.       Ikterus yang mempunyai hubungan dengan proses hemolitik, infeksi atau keadaan

patalogik lain yang telah diketahui

2.      Pencegahan

Ikterus dapat dicegah dan dihentikan peningkatannya dengan :

a.       pengawasan antenatal yang baik

b.      Menghindari obat-obat yang dapat meningkatkan ikterus pada bayi, pada masa

kehamilan dan kelahiran misalnya : Sulfafurazol, oksitosin dan lain-lain

c.       Pencegahan dan mengobati hipoksia pada janin dan neonatus

d.      Penggunaan fenobarbital pada ibu 1-2 hari sebelum partus

e.       Iluminasi yang baik bangsal bayi baru lahir

f.       Pemberian makanan yang dini

g.      Pencegahan infeksi

3.      Mengatasi Hiperbilirubinemia

a. mempercepat proses konjugasi, misalnya pemberian fenobarbital.

Fenobarbital dapat bekerja sebagai perangsang enzim sehingga konjugasi

dapat dipercepat. Pengobatan dengan cara ini tidak begitu efektif dan

membutuhkan waktu 48 jam baru terjadi penurunan bilirubin yang berarti,

mungkin lebih bermanfaat bila diberikan pada ibu ± 2 hari sebelum

kelahiran bayi.

b. Memberikan substrat yang kurang untuk tranportasi atau konjugasi.

Contohnya ialah pemberian albumin untuk meningkatkan bilirubin bebas.

Page 8: ikterus

Albumin dapat diganti dengan plasma dengan dosis 30 ml/kg BB.

Pemberian glukosa perlu untuk konjugasi hepar sebagai sumber energi.

c. Melakukan dekomposisi bilirubin dengan fototerapi ini ternyata setelah

dicoba dengan alat-alat bantuan sendiri dapat menurunkan kadar bilirubin

dengan cepat. Walaupun demikian fototerapi tidak dapat menggantikan

tranfusi tukar pada proses hemolisis berat. Fototerapi dapat digunakan

untuk pra dan pasca tranfusi tukar alat fototerapi dapat dibuat sendiri.

4.      Pengobatan Umum

Pengobatan terhadap etiologi atau faktor-faktor penyebab bagaimana mungkin dan perwatan yang baik. Hal-hal lain perlu diperhatikan ialah : Pemberian makanan yang dini dengan cairan dan kalori cukup dan iluminasi (penerangan) kamar dan bangsal bayi yang baik.

5.      Tindak lanjut

Sebagai akibat hiperbilirubinemia perlu dilakukan tindak lanjut sebagai berikut   ini :

a.     Evaluasi berkala pertumbuhan dan perkembangan

b.    Evaluasi berkala pendengaran

c.     Fisioterapi dan rehabilitas bila terdapat gejala sisa

Alat yang digunakan

            Lampu Fluoresensi sebanyak 10 buah @20 watt dengan gelombang sekitar

425-475 nm. Jarak antara sumber cahaya dan bayi sekitar 18 inci. Diantara

sumber cahaya dan bayi ditempatkan kaca pleksi 200-400 jam penyinaran,

kemudian harus diganti.

Lampu Fluoresensi yang dapat dipakai ialah :

a.       “Cool White”

b.      “day Light”

c.       “Vita-Kite”

d.      “Blue”

e.       “Special Blue”

Berdasarkan pada penyebabnya, maka manejemen bayi dengan

Hiperbilirubinemia diarahkan untuk mencegah anemia dan membatasi efek dari

Hiperbilirubinemia. Pengobatan mempunyai tujuan :

1.      Menghilangkan Anemia

Page 9: ikterus

2.      Menghilangkan Antibodi Maternal dan Eritrosit Tersensitisasi

3.      Meningkatkan Badan Serum Albumin

4.      Menurunkan Serum Bilirubin

            Metode therapi pada Hiperbilirubinemia meliputi : Fototerapi, Transfusi

Pengganti, Infus Albumin dan Therapi Obat.

Fototherapi

            Fototherapi dapat digunakan sendiri atau dikombinasi dengan Transfusi

Pengganti untuk menurunkan Bilirubin. Memaparkan neonatus pada cahaya

dengan intensitas yang tinggi ( a boun of fluorencent light bulbs or bulbs in the

blue-light spectrum) akan menurunkan Bilirubin dalam kulit. Fototherapi

menurunkan kadar Bilirubin dengan cara memfasilitasi eksresi Biliar Bilirubin tak

terkonjugasi. Hal ini terjadi jika cahaya yang diabsorsi jaringan mengubah

Bilirubin tak terkonjugasi menjadi dua isomer yang disebut Fotobilirubin.

Fotobilirubin bergerak dari jaringan ke pembuluh darah melalui mekanisme

difusi. Di dalam darah Fotobilirubin berikatan dengan Albumin dan dikirim ke

Hati. Fotobilirubin kemudian bergerak ke Empedu dan diekskresi ke dalam

Deodenum untuk dibuang bersama feses tanpa proses konjugasi oleh Hati (Avery

dan Taeusch 1984). Hasil Fotodegradasi terbentuk ketika sinar mengoksidasi

Bilirubin dapat dikeluarkan melalui urine.

            Fototherapi mempunyai peranan dalam pencegahan peningkatan kadar

Bilirubin, tetapi tidak dapat mengubah penyebab Kekuningan dan Hemolisis dapat

menyebabkan Anemia.

            Secara umum Fototherapi harus diberikan pada kadar Bilirubin Indirek 4 -

5 mg / dl. Neonatus yang sakit dengan berat badan kurang dari 1000 gram harus di

Fototherapi dengan konsentrasi Bilirubun 5 mg / dl. Beberapa  ilmuan

mengarahkan untuk memberikan Fototherapi Propilaksis pada 24 jam pertama

pada Bayi Resiko Tinggi dan Berat Badan Lahir Rendah.

Tranfusi  Pengganti

            Transfusi Pengganti atau Imediat diindikasikan adanya faktor-faktor :

1.      Titer anti Rh lebih dari 1 : 16 pada ibu.

2.      Penyakit Hemolisis berat pada bayi baru lahir.

3.      Penyakit Hemolisis pada bayi saat lahir perdarahan atau 24 jam pertama.

Page 10: ikterus

4.      Tes Coombs Positif

5.      Kadar Bilirubin Direk lebih besar 3,5 mg / dl pada minggu pertama.

6.      Serum Bilirubin Indirek lebih dari 20 mg / dl pada 48 jam pertama.

7.      Hemoglobin kurang dari 12 gr / dl.

8.      Bayi dengan Hidrops saat lahir.

9.      Bayi pada resiko terjadi Kern Ikterus.

Transfusi Pengganti digunakan untuk :

1.      Mengatasi Anemia sel darah merah yang tidak Suseptible (rentan) terhadap sel

darah merah terhadap Antibodi Maternal.

2.      Menghilangkan sel darah merah untuk yang Tersensitisasi (kepekaan)

3.      Menghilangkan Serum Bilirubin

4.      Meningkatkan Albumin bebas Bilirubin dan meningkatkan keterikatan dengan

Bilirubin

            Pada Rh Inkomptabiliti diperlukan transfusi darah golongan O segera

(kurang dari 2 hari), Rh negatif whole blood. Darah yang dipilih tidak

mengandung antigen A dan antigen B yang pendek. setiap 4 - 8 jam kadar

Bilirubin harus dicek. Hemoglobin harus diperiksa setiap hari sampai stabil.

Therapi Obat

            Phenobarbital dapat menstimulasi hati untuk menghasilkan enzim yang

meningkatkan konjugasi Bilirubin dan mengekresinya. Obat ini efektif baik

diberikan pada ibu hamil untuk beberapa hari sampai beberapa minggu sebelum

melahirkan. Penggunaan penobarbital pada post natal masih menjadi pertentangan

karena efek sampingnya (letargi).

Colistrisin dapat mengurangi Bilirubin dengan mengeluarkannya lewat urine

sehingga menurunkan siklus Enterohepatika.

Berdasarkan pada penyebabnya, maka manejemen bayi dengan

Hiperbilirubinemia diarahkan untuk mencegah anemia dan membatasi efek dari

Hiperbilirubinemia. Pengobatan mempunyai tujuan :

5.      Menghilangkan Anemia

6.      Menghilangkan Antibodi Maternal dan Eritrosit Tersensitisasi

7.      Meningkatkan Badan Serum Albumin

Page 11: ikterus

8.      Menurunkan Serum Bilirubin

Derajat pada neonatus menurut KRAMER

Zona Bagian tubuh yang kuning Rata-rata serum indirek (umol / l)

1

2

3

4

5

Kepala dan leher

Pusat dan leher

Pusat dan paha

Lengan + tungkai

Tangan + kaki

100

150

200

250

>250

Tatalaksana ikterus pada neonatus sehat cukup bulan berdasarkan bilirubin indirek

(mg / dl)

Usia

(jam)

Pertimbangkan

terapi sinar

Terapi

sinar

Tranfusi tukar

bila terapi sinar

intensif gagal

Tranfusi tukar dan

terapi sinar intesif

<24

25-48

49-72

>72

>11,8

>15,3

>17

>15,3

>18,2

>20

>20

>25,3

>25,3

>25,3

>30

>30

G.      Batasan – batasan

1.      Ikterus Fisiologis

Ikterus pada neonatus tidak selamanya patologis. Ikterus fisiologis adalah Ikterus

yang memiliki karakteristik sebagai berikut  (Hanifa, 1987): 

         Timbul pada hari kedua-ketiga

         Kadar Biluirubin Indirek setelah 2 x 24 jam tidak melewati 15 mg% pada

neonatus cukup bulan dan 10 mg % pada kurang bulan.

         Kecepatan peningkatan kadar Bilirubin tak melebihi 5 mg % per hari

         Kadar Bilirubin direk kurang dari 1 mg %

         Ikterus hilang pada 10 hari pertama

         Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadan patologis tertentu

2.      Ikterus Patologis/Hiperbilirubinemia

Page 12: ikterus

Adalah suatu keadaan dimana kadar Bilirubin dalam darah mencapai suatu nilai

yang mempunyai potensi untuk menimbulkan Kern Ikterus bila tidak

ditanggulangi dengan baik, atau mempunyai hubungan dengan keadaan yang

patologis. Brown menetapkan Hiperbilirubinemia  bila kadar Bilirubin mencapai

12 mg% pada cukup bulan, dan 15 mg % pada bayi kurang bulan. Utelly

menetapkan 10 mg% dan 15 mg%.

3.      Kern Ikterus

Adalah suatu kerusakan otak akibat perlengketan Bilirubin Indirek pada otak

terutama pada Korpus Striatum, Talamus, Nukleus  Subtalamus, Hipokampus,

Nukleus merah , dan Nukleus pada dasar Ventrikulus IV.

H.      Patofisiologi Hiperbilirubinemia

            Peningkatan kadar Bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan .

Kejadian yang sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan beban

Bilirubin pada sel Hepar yang berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat

peningkatan penghancuran Eritrosit, Polisitemia.

            Gangguan pemecahan Bilirubin plasma juga dapat menimbulkan

peningkatan kadar Bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein Y

dan Z berkurang, atau pada bayi Hipoksia, Asidosis. Keadaan lain yang

memperlihatkan peningkatan kadar Bilirubin adalah apabila ditemukan gangguan

konjugasi Hepar atau neonatus yang mengalami gangguan ekskresi misalnya

sumbatan saluran empedu.

            Pada derajat tertentu Bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak

jaringan tubuh. Toksisitas terutama ditemukan pada Bilirubin Indirek yang

bersifat sukar larut dalam air tapi mudah larut dalam lemak. sifat ini

memungkinkan terjadinya efek patologis pada sel otak apabila Bilirubin tadi dapat

menembus sawar darah otak. Kelainan yang terjadi pada otak disebut Kernikterus.

Pada umumnya dianggap bahwa kelainan pada saraf pusat tersebut mungkin akan

timbul apabila kadar Bilirubin Indirek lebih dari  20 mg/dl.

            Mudah tidaknya kadar Bilirubin melewati sawar darah otak ternyata tidak

hanya tergantung pada keadaan neonatus.  Bilirubin  Indirek akan mudah melalui

Page 13: ikterus

sawar darah otak apabila bayi  terdapat keadaan Berat Badan Lahir Rendah ,

Hipoksia, dan Hipoglikemia ( AH, Markum,1991).

I.         Etiologi

1. Peningkatan produksi :

         Hemolisis, misal pada Inkompatibilitas yang terjadi bila terdapat ketidaksesuaian 

golongan darah ibu dan anak pada penggolongan Rhesus dan ABO.

         Pendarahan tertutup  misalnya pada trauma kelahiran.

         Ikatan Bilirubin dengan protein terganggu seperti gangguan  metabolik yang

terdapat pada bayi Hipoksia atau Asidosis .

         Defisiensi G6PD/ Glukosa 6 Phospat Dehidrogenase.

         Ikterus ASI yang disebabkan oleh dikeluarkannya pregnan 3 (alfa), 20 (beta) ,

diol (steroid).

         Kurangnya  Enzim Glukoronil  Transeferase , sehingga  kadar Bilirubin Indirek 

meningkat misalnya pada berat lahir rendah.

         Kelainan kongenital (Rotor Sindrome) dan Dubin Hiperbilirubinemia.

2. Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan 

misalnya pada Hipoalbuminemia atau karena pengaruh obat-obat tertentu

misalnya Sulfadiasine.

3. Gangguan fungsi Hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme 

atau toksion yang dapat langsung merusak sel hati  dan darah merah

seperti Infeksi , Toksoplasmosis, Siphilis.

4. Gangguan ekskresi  yang terjadi intra atau ekstra Hepatik. Peningkatan

sirkulasi Enterohepatik misalnya pada Ileus Obstruktif

Page 14: ikterus

BAB III

ASUHAN KEBIDANAN

PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN IKTERUS NEONATORUM

TERHADAP BAYI Ny. “T” DI RUANG ANGGREK RSUD

JOMBANG

I.       SUBYEKTIF

Tanggal Masuk      : 16-11-2012

Tanggal Pengkajian : 21-11-2012

No. Rekam Medik            : 14-94-63

A.                          Identitas

Nama bayi       : Bayi Ny. T

Jenis Kelamin  : Perempuan

Tanggal lahir   : 16-11-2012

Jam                  : 13.55 WIB

Anak ke           : Satu

Alamat                        : Sumberjo-plandaan

Nama Ibu        : Ny. T

Umur               : 35 tahun

Pendidikan      : SMP

Agama             : Islam

Pekerjaan         : TANI

Alamat                        :Sumberjo

plandaan

Nama Ayah     : Tn S.

Umur               : 30 tahun

Pendidikan      : SMP

Agama             : Islam

Pekerjaan         : TANI

Alamat                        :Sumberjo-plandaan

B.                           Keluhan utama 

Bayi umur 5 hari nampak kekuningan di seluruh tubuh facces lendir dan perut

distendet.

C.  Riwayat Persalinan Sekarang

1.          Persalinan spontan pervaginam tanggal 16-11-2012  pukul 13.55 WIB. Jenis

kelamin perempuan umur kehamilan 38-39 minggu obat yang di berikan selama

persalinan piton

Page 15: ikterus

2.         Riwayat Post Partum

a. Keadaan umum ibu baik

b. TFU 2 jari dibawah pusat

c. Lochea : ada, rubra

d.Lactasi : ASI keluar sedikit

D.  Riwayat penyakit keluarga

Ibu menggatakan bahwa di keluarganya tidak ada yang menderita DM, asma,

hipertensi dan TBC

E.  Riwayat neonatal

1.      Pre Natal

Ibu klien menggatakan bahwa ini anak pertamanya, ibu ANC 9x ke bidan dan

waktu mual dan muntah pada trimester pertama diberi tablet fe dan vitamin, ibu

tidak menderita penyakit apapun, ibu tidak pernah minum jamudan pijat selama

hamil dan mendapat suntikan TT 2x

2.      Riwayat Natal

Ibu melahirkan bayi dengan umur kehamilan 38-39 minggu secara

normal/spontan BBL : 2740 gram  PBL : 49 cm FO : 32 cm A-S : 3-4

3.      Riwayat Natal

Setelah bayi lahir dilakukan VTP, keadaan umum jelek dipasang ET, syanosis,

sesak, terpasang ventilator

F.   Riwayat psikologi

Kelahiran ini sanggat di harapkan keluarga dan sekarang keluarga sanggat

mengahawatirkan keadaan bayinya.

G. Kebutuhan dasar

1.        Pola nutrisi

       ASI : 2,5 cc per 2-3 jam

2.        Pola eliminasi

       BAB : ya , konsistensi lendir warna kuning

       BAK : ya, warna Kuning

3.        Pola aktivitas

Page 16: ikterus

       Gerak bayi lemah

II.    Obyektif

a.    Pemerisaan umum

Keadaan umum      : lemah

Kesadaran               : composmentis

BBL                        : 2740 gram                 BBM   : 2740 gram

PB                           : 49 cm

HR                          : 167 x/mmenit

Suhu                       : 36 0

Lingkar kepala        : MO   = 34 cm

                                  FO    = 32 cm

                                  SOB  = 32 cm

LD                          : 34 cm

Lingkar abdomen   : 29 cm

b.    Pemeriksaan fisik

Inspeksi

a.    Kepala : Simetris, tumbuh rambut berwarna hitam dan tipis, bersih, tidak ada kelainan.

b.    Muka : Simetris, kulit berwarna merah, terdapat lanugo.

c.    Mata : Simetris, conjungtiva berwarna merah muda, sclera kuning, trdapat secret mata.

d.   Telinga : Simetris, tidak ada serumen.

e.    Hidung : Simetris, ada pernapasan cuping hidung, terpasang ET dan ventilator, tidak ada

secret.

f.     Mulut : Simetris, tidak terdapat labiopalatoskizis, terpasang ventilator mode sim v bibir

kering.

g.    Dada : Simetris, puting susu menonjol, areola terbentuk baik, retraksi dada normal.

h.    Tali pusat : Bersih, tali pusat agak kering, terpasang infus umbilicalis.

i.      Punggung : Simetris, tidak ada spina bifida, terdapat bercak kecil berambut.

j.      Ekstrimitas : atas = tidak edem, akral hanggat, Simetris, tidak ada kelainan jumlah jari-jari tangan

Page 17: ikterus

Bawah = akral hangat, edema, kaki kiri terpasang infus kaki kanan terpasang saturasi

oksigen

k.    Genetalia : Bersih, labia mayor menutupi labia minor.

l.      Anus : Berlubang dan mengeluarkan meconium.

Palpasi

a.    Kepala : Tidak ada oedem, tidak ada kelainan seperti : cephal hematoma, caput

succadeneum, anencephalus, hidrosephalus.

b.    Ubun-ubun : Cembung.

c.    Leher : Tidak oedem, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis.

d.   Abdomen : tidak ada massa, supel

e.    Mgenetalia :labia mayora menutupi labia minora

f.     Anus : mteraba lubang

g.    Ekstremitas : akral hanggat, odem pada kaki kanan kiri

3.     Auskultasi

Dada : denyut jantung 167 x/menit Bunyi nafas normal, tidak ada wheezing

ataupun ronchi, dan tidak ada bunyi mur-mur.

4.     Perkusi

Perut : tidak kembung

Reflek

Reflek moro                            :  (- ) hal ini terbukti ketika kita menepuk tangan maka bayi tidak kaget

Reflek rooting                         :  (-) ketika menyentuh pipi bayi, bayi tidak menoleh ke arah rangsangan

Reflek sucking                        :  (-) karena bayi tidak minum asi langsung ke ibunya tapi dengan sendok.

Reflek tonick neck                  :  (-) negative, terbukti karena bayi terpasang ET dan ventilator, bayi tidak

mengangkat kepalanya

Reflek graf                              :  (+) terbukti ketika kita menyentuh telapak tangan bayi, maka bayi menggenggam

tangan kita

c.    Terapi

-       Termoreglasi

-       O2 ET + ventilator mode sim V

Page 18: ikterus

-       Infus D10 0,18 % 200 cc

-       Aminofusin paed (2) 110 cc

-       Ca gmlukomnas 10 %  10 cc

-       Lipid 30 cc

-       Inj ampralin 2x150 mg

-       Asi per sonde 8x2,5 / 12x2,5 = 30 cc

-       Excange tranfusion 500 cc tiap 100 cc, ca glukonas 1cc (besok)

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Kimia klinik

Bilirubin T

Bilirubin D

SGOT

SGPT

34,41

11,95

61

43

0,3-1,0 mg/dl

< 0,25 mg/dl

< 38 mg / dl

< 40 mg / dl

Gol Darah : B

Rh               :+

III. Analisa data

Diagnosa : Bayi Ny “T” umur  5 hari dengan ikterus neonatorum

DS         : ibu menggatakan melahirkan bayinya dengan umur kehamilan 39 minggu

tanggal : 16-11-2012 jam 13.55 WIB nampak kekuningan.

Do       : Keadaan umum         : lemah

Kesadaran                 : composmentis

BBL                          : 2740 gram                 BBM   : 2740 gram

PB                             : 49 cm

HR                            : 167 x/mmenit

Suhu                          : 36 0

Lingkar kepala          : MO   = 34 cm

                                            FO    = 32 cm

                                            SOB  = 32 cm

Page 19: ikterus

LD                             : 34 cm

Lingkar abdomen      : 29 cm

Warna kulit                              : kuning

Reflek : Reflek moro               : (- )

Reflek rooting           :  (-)

Reflek sucking          :  (-)

Reflek tonick neck    :  (-)

Reflek graf                :  (+)

Masalah :

-          Penurunan kadar bilirubin

Dasar : terdapat warna kuning pada seluruh tubuh dari hasil pemeriksaan leb kadar

bilirubinya meningkat, bilirubin T : 34,41  bilirubin D = 11,95

-          Perawatan tali pusat

Dasar : tali pusat muelai mengering dan terpasang infus umbilicalis

Kebutuhan :

-          Pemenuhan nutrisi yang adekuat (ASI)

-          Termoregulator

-          Penyinaran ( fototerapi) 1x24 jam

-          Exchange tranfusion

               

IV. Penatalaksanaan

Tanggal 21-11-2012         

Jam

20.0

0

1.   Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan,

dilakuakan oleh petugas kesehatan

2.   Melakukan perawatan bayi seperti menyeka, menganti alas kain,

mengganti selimut, mengganti popok, dilakukan oleh petugas

kesehatan, bayi terlihat nyaman.

3.   Melakukan observasi TTV setiap 4 jam

Jam 20.00 = suhu : 36,9 0c HR : 149 x/mnt BAB/BAK +/+, section

lendir kental, di puasakan retensi, foto terapi.

Jam 24.00 = suhu : 37 0 c HR : 168x/mnt petike

Page 20: ikterus

Jam

20.3

0

24.0

0

02.0

0

05.0

0

Jam 05.00 = suhu : 390c HR: 188x/menit foto terapi di matikan, section, ikterus,

retraksi 2cc keruh

4.   Melakukan retensi dengan hasil 5 cc lendir keruh bayi di puasakan,

di lakukan oleh petugas kesehatan.

5.   Melakukan section dengan lendir kental, ilakukan oleh petugas

kesehatan.

6.   ET terektubasi, melakukan intubasi ulang, spo2 95 % HR 162

x/menit retensi 3 cc warna coklat

7.   Melakukan injeksi meronam 75 mg secara IV dilakukan oleh

petugas kesehatan.

8.   Melakukan perawatan bayi seperti menganti popok, menganti

selimut dan mengganti alas, dilakukan oleh petugas kesehatan.

Bayi nyaman

9.   Melakukan retensi dengan hasil 2cc

CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal 22-11-2012   pukul 08.00 WIB

S       :  -

O      :  Tanda-tanda vital

                  RR             : 45 x/menit                             BB       : 2860 gram

                  Suhu          : 38,60 C                                  PB       : 49 cm

                  Nadi          : 168 x/menit

            Keadaan umum : jelek

            Sesak               : +

            Terpasang ventilator dengan mode sim V dg FIO2  50% PIP 14 Fr 40  1:E

= 1:2

            Odem              :+ leb albumin menurun = 3,88

A      :  By “ T” umur 6 hari dengan ikterus neonatorum

P       :

-          Perawatan bayi

-          Observasi TTV

Page 21: ikterus

-          Observasi retensi + section

-          Terapi = infus D10  0,18% 250cc

Aminofusin 125cc

Meronem 3x 75 mg

Albumin 25cc pre lasix 2 mg

-          Excheng tranfusion 500 cc tiap 100 cc ca glukonas 1cc

Tanggal 23-11-2012      jam : 20.00

S       :  -

O      :  Keadaan umum : jelek

            Tanda-tanda vital :

                        BB    : 3100 gram                                   PB    : 49 cm

                        Suhu : 36,60 C                                        Nadi : 136 x/menit

Sesak                     : +

Terpasang ET ventilator mode sim V dengan Fio2 55 % PIP 14 Fr 40 I:E=1: 2

Cyanosis                : -

A      :  By “T” umur 7 hari dengan ikterus neonatorum

P       : 

-          Perawatan bayi

-          Observasi TTV

-          Observasi retensi

-          Terapi :

1.      Infus D10 0,18% 250 cc

2.      Aminofusin 100 cc

3.      Meronem 3x75 mg

4.      Tranfusi albumin 25cc lasix 2 mg

5.      Mfoto terapi 1x24 jam