IDENTIFIKASI SIFAT KUALITATIF DAN KUANTITATIF TERNAK …

21
JURNAL FAPERTANAK, Volume III, Nomer 1 Agutus 2018 10 IDENTIFIKASI SIFAT KUALITATIF DAN KUANTITATIF TERNAK BABI LOKAL DI DISTRIK NABIRE BARAT KABUPATEN NABIRE Decky Wenno 1 Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Satya Wiyata Mandala Nabire email: [email protected] Abstrak Penelitian ini di laksanakan selama 1 (satu) bulan mulai tanggal 1 sampai 30 Agustus 2018. Penelitian ini bertujuan ini untuk mengetahui sifat kualitatif dan sifat kuantitatif babi lokal yang ada di Distrik Nabire Barat, Kabupaten Nabire. Penelitian ini dilakukan dengan metode survei. Penentuan sampel dilakukan secara sensus dengan pertimbangan bahwa jumlah peternak babi lokal ini jumlahnya sedikit. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif untuk ,menggambarkan kaharakteristik kualitatif maupun kuantitatif babi lokal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kharakteristik kulaitatif babi lokal yang meliputi warna bulu, bentuk punggung, bulu kasar (suarai) di pundak dan leher seta bentuk kepala adalah ; untuk babi lokal betina seluruhnya (100%) berwarna hitam, 82 % berpunggung melengkung ke bawah dan 12 % berpunggung datar, 29 % bersurai dan 71 % tidak bersurai dengan bentuk kepala pendek, bulat 41 % dan panjang, lonjong 59 %. Sedangkan untuk babi lokal jantan, 67 % berwarna hitam dan 33 % berwarna hitam kemerahan, berpunggung melengkung ke bawah 11 % dan berpunggung datar 89 %, 78 % bersurai dan 22 % tidak bersurai dengan bentuk kepala 44 % pendek, bulat dan 46 % panjang, lonjong. Selanjutnya karakteristik kuantitatif yang meliputi panjang badan (PB), tinggi pundak (TP), lingkar dada (LD), tinggi pinggang (TPi) dan berat badan (BB) untuk babi lokal betina masing-masing ; 54,71 cm, 43,65 cm, 70,76 cm, 64,53 cm dan 41,59 kg dan untuk babi lokal jantan masing-masing : 70,56 cm, 55,44 cm, 89,33 cm, 90,78 cm dan 54 kg. Kata Kunci : Ssifat kulaitatif dan kuantitatif, babi lokal dan Distrik Nabire Barat PENDAHULUAN A. Latar Belakang Babi merupakan jenis ternak yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat Papua termasuk di Nabire. Keberlangsungan hidup masyarakat Papua tak lepas dari keberadaan babi. Babi menjadi salah satu hewan

Transcript of IDENTIFIKASI SIFAT KUALITATIF DAN KUANTITATIF TERNAK …

Page 1: IDENTIFIKASI SIFAT KUALITATIF DAN KUANTITATIF TERNAK …

JURNAL FAPERTANAK, Volume III, Nomer 1 Agutus 2018

10

IDENTIFIKASI SIFAT KUALITATIF DAN KUANTITATIFTERNAK BABI LOKAL DI DISTRIK NABIRE BARAT

KABUPATEN NABIRE

Decky Wenno1

Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian dan PeternakanUniversitas Satya Wiyata Mandala Nabire

email: [email protected]

Abstrak

Penelitian ini di laksanakan selama 1 (satu) bulan mulai tanggal 1 sampai30 Agustus 2018. Penelitian ini bertujuan ini untuk mengetahui sifat kualitatif dansifat kuantitatif babi lokal yang ada di Distrik Nabire Barat, Kabupaten Nabire.

Penelitian ini dilakukan dengan metode survei. Penentuan sampeldilakukan secara sensus dengan pertimbangan bahwa jumlah peternak babi lokalini jumlahnya sedikit. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif untuk,menggambarkan kaharakteristik kualitatif maupun kuantitatif babi lokal.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kharakteristik kulaitatif babi lokalyang meliputi warna bulu, bentuk punggung, bulu kasar (suarai) di pundak danleher seta bentuk kepala adalah ; untuk babi lokal betina seluruhnya (100%)berwarna hitam, 82 % berpunggung melengkung ke bawah dan 12 % berpunggungdatar, 29 % bersurai dan 71 % tidak bersurai dengan bentuk kepala pendek, bulat41 % dan panjang, lonjong 59 %. Sedangkan untuk babi lokal jantan, 67 %berwarna hitam dan 33 % berwarna hitam kemerahan, berpunggung melengkungke bawah 11 % dan berpunggung datar 89 %, 78 % bersurai dan 22 % tidakbersurai dengan bentuk kepala 44 % pendek, bulat dan 46 % panjang, lonjong.Selanjutnya karakteristik kuantitatif yang meliputi panjang badan (PB), tinggipundak (TP), lingkar dada (LD), tinggi pinggang (TPi) dan berat badan (BB) untukbabi lokal betina masing-masing ; 54,71 cm, 43,65 cm, 70,76 cm, 64,53 cm dan41,59 kg dan untuk babi lokal jantan masing-masing : 70,56 cm, 55,44 cm, 89,33cm, 90,78 cm dan 54 kg.

Kata Kunci : Ssifat kulaitatif dan kuantitatif, babi lokal dan Distrik Nabire Barat

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Babi merupakan jenis ternak yang mempunyai peranan penting dalam

kehidupan masyarakat Papua termasuk di Nabire. Keberlangsungan hidup

masyarakat Papua tak lepas dari keberadaan babi. Babi menjadi salah satu hewan

Page 2: IDENTIFIKASI SIFAT KUALITATIF DAN KUANTITATIF TERNAK …

JURNAL FAPERTANAK, Volume III, Nomer 1 Agutus 2018

11

yang dipandang penting bagi kehidupan masyarakat Papua dalam berbagai aspek.

Babi bukan saja diternakan untuk dipotong dan diambil dagingnya serta bukan

pula hanya sekedar untuk membantu ekonomi keluarga. tetapi juga merupakan

simbol atau status sosial bagi pemiliknya. Memotong dan memakan daging babi

biasanya dikaitkan dengan peristiwa penting terutama dalam hal mistis, sehingga

babi dianggap hewan sakral dan sering dilibatkan dalam berbagai upacara adat

seperti pembakaran mayat, perkawinan dan ritual mistis lainnya. Hingga kini

masih ada yang menggunakan babi sebagai alat tukar atau alat pembayaran dan

tetap digunakan sebagai hadiah emas kawin. Selain aspek ekonomi dan

kepercayaan, masih banyak aspek-aspek lain dalam kehidupan masyarakat Papua

yang bersinggungan dengan babi.

Sejak dahulu, keberadaan babi memang sudah menjadi hal yang lazim bagi

masyarakat Papua. Pada mulanya babi dibawa oleh pendatang-pendatang dari

Eropa pada abad-abad kolonialisme. Bahkan di beberapa daerah, babi menjadi

satu-satunya hewan ternak yang dapat hidup di Papua karena Papua merupakan

sebuah wilayah yang secara geografis merupakan pegunungan dan lembah-lembah

yang menyebabkan babi dapat berkembang biak dengan baik. Babi yang ada di

Papua saat ini dikenal sebagai jenis Sus Scrofa Papuensis yang merupakan babi

lokal asli endemik di pulau Papua

(https://student.cnnindonesia.com/edukasi/20171017121212-445-248965/mengapa-

babi-sangat-penting-di-papua/#main).

Jenis babi lokal ini sudah didomestifikasi dan banyak dipelihara dan

diternakkan terutama oleh masyarakat petani/peternak orang asli Papua (OAP).

Page 3: IDENTIFIKASI SIFAT KUALITATIF DAN KUANTITATIF TERNAK …

JURNAL FAPERTANAK, Volume III, Nomer 1 Agutus 2018

12

Orang asli Papua khususnya orang pedalaman lebih senang memelihara babi jenis

lokal daripada jenis babi ras yang lain. Selain lebih tahan terhadap penyakit, babi

jenis lokal ini juga mempunyai kelebihan mudah beradaptasi baik terhadap

kondisi pakan maupun lingkungan alam yang kurang menguntungkan serta kadar

lemak dagingnya lebih tendah.

Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Papua melaporkan, pada 2010

kebutuhan protein hewani asal daging di Papua adalah 28.617.148,10 kg atau

28.617,15 ton/tahun. Kondisi ini menjadi peluang bagi pengusaha di bidang

peternakan untuk menyediakan produk-produk asal ternak, salah satunya adalah

ternak babi yang merupakan salah satu jenis ternak potong yang mempunyai

peranan penting dalam memenuhi gizi masyarakat.

Data populasi ternak babi tahun 2013 di kabupaten Nabire berjumlah

sekitar 33 ribu ekor (Dinas Peternakan Kabupaten Nabire, 2014). Penyebaran

populasi ini meliputi wilayah pesisir pantai maupun pegunungan (pedalaman),

dari perdesaan hingga perkotaan. Hal ini dilakukan, karena ternak babi dapat

memenuhi kebutuhan keluarga dan meningkatkan pendapatan keluarga. Ternak

babi yang dominan dipelihara adalah jenis babi lokal (Sus papuaensis) dan babi

ras Vereedelde Deutse Landvanken (VDL)

(https://www.kompasiana.com/hariyawan-esthu/trilogi-masyarakat-papua-

manusia-ubi-ternak-babi_5709129722afbd12151466c7)

Sebagai plasma nutfah, jenis babi lokal ini perlu dilestarikan sekaligus

dikembangkan potensinya sekaligus sebagai upaya pemenuhan kebutuhan daging

di Papua mengingat jenis babi lokal ini lebih dominan diternakkan/ dipelihara

Page 4: IDENTIFIKASI SIFAT KUALITATIF DAN KUANTITATIF TERNAK …

JURNAL FAPERTANAK, Volume III, Nomer 1 Agutus 2018

13

oleh masyarakat atau orang asli Papua (OAP). Namun demikian data karakteristik

yang terkait dengan sifat kualitatif maupun kuantitatif khususnya terhadap babi

lokal Papua (Sus papuaensis) belum banyak diketahui, karena kurangnya

penelitian pada babi lokal. Oleh karena itu dilakukan penelitian tentang

Identifikasi karakteristik tentang sifat Kualitatif Dan Kuantitatif Terhadap Babi

Lokal Di Distrik Nabire Barat Kabupaten Nabire, mengingat Distrik Nabire Barat

merupakan salah satu distrik dengan jumlah orang petani/peternak babi (orang

Asli Papua) cukup banyak.

B.Rumusan Masalah

Pengembangan ternak babi lokal Papua cukup potensial, selain

karena mudah beradaptasi baik terhadap kondisi pakan maupun lingkungan alam

yang kurang menguntungkan serta kadar lemak dagingnya lebih tendah, jenis babi

lokal tersebut banyak dipelihara oleh orang asli Papua (OAP), sehingga dapat

dijadikan sebagai sarana peningkatan kesejahteraan masyarakat khususnya OAP.

Namun karena kurangnya data tentang karakteristik babi lokal Papua khususnya

sifat-sifat kuantitatif seperti dimensi tubuh atau statistic vital tubuh akan

menghambat upaya peningkatan produktivitas babi lokal tersebut.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sifat kualitatif khususnya

yang terkait dengan penampilan secara ekterior yakni warna bulu, bentuk badan

(bentuk punggung), adanya tidaknya surai (bulu kaku) baik di pundak maupun di

leher dan bentuk kepala. serta sifat kuantitatif terutama yang terkait dengan

Page 5: IDENTIFIKASI SIFAT KUALITATIF DAN KUANTITATIF TERNAK …

JURNAL FAPERTANAK, Volume III, Nomer 1 Agutus 2018

14

dimensi tubuh terutama panjang badan, tinggi pundak, lingkar dada, tinggi

pinggang, dan berat badan.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah dapat memberikan informasi ilmiah tentang

karakteristik babi lokal Papua sebagai dasar khususnya bagi para praktisi

Pemulia-biakan ternak guna peningkatan produktivitas babi lokal Papua tersebut.

METODE PENELITIAN

A. Waktu Dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 01 sampai dengan 30 Agustus

2018 di Distrik Nabire Barat, Kabupaten Nabire.

Page 6: IDENTIFIKASI SIFAT KUALITATIF DAN KUANTITATIF TERNAK …

JURNAL FAPERTANAK, Volume III, Nomer 1 Agutus 2018

15

B. Objek Dan Alat Penelitian

Obyek penelitian ini adalah ternak babi lokal dewasa jantan dan betina

dengan umur 10 - 18 bulan (periode finisher) yang dipelihara oleh peternak di

Distrik Nabire Barat, Kabupaten Nabire. Sedangkan alat yang digunakan adalah

daftar panduan pertanyaan (kuesioner), pita ukur, tongkat ukur, alat tulis menulis,

kamera dan timbangan.

C. Jenis Dan Sumber Data

Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan

sekunder. Data primer adalah data yang dikumpulkan dari responden melalui

observasi atau wawancara dengan peternak dan pengamatan langsung terhadap

sampel babi yang menjadi obyek penelitian. Data sekunder adalah data yang

menyangkut keadaan lokasi, populasi ternak babi dan lain-lain yang diperoleh

dari pihak terkait yang relevan.

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan secara sensus pada seluruh peternak

babi lokal yang ada Distrik Nabire Barat.

E. Variabel Pengamatan

E.1. Sifat Kualitatif

Sifat kualitatif yang diamati dilakukan dengan melihat sifat fisik yang

tampak meliputi :

1. Warna bulu, yaitu warna bulu dominan pada setiap ekor ternak babi

lokal.

Page 7: IDENTIFIKASI SIFAT KUALITATIF DAN KUANTITATIF TERNAK …

JURNAL FAPERTANAK, Volume III, Nomer 1 Agutus 2018

16

2. Bentuk punggung, secara umum akan ditemukan 2 bentuk yaitu :

melengkung dan datar.

3. Ada dan tidaknya bulu kasar pada pundak dan leher (surai)

4. Bentuk kepala, secara umum akan ditemukan 2 bentuk yaitu bulat/

pendek dan lonjong/panjang.

E.2. Sifat Kuantitatif

Sifat kuantitatif yang diamati hanya terbatas pada bagian-bagian dimensi

tubuh yang penting terutama panjang badan, tinggi pundak, lingkar dada,

tinggi pinggang, dan berat badan. Adapun cara pengukuran ketiga

dimensi tubuh tersebut adalah sebagai berikut :

1. Panjang Badan (PB), merupakan jarak garis lurus dari tepi

tulang (processus spinocus) sampai benjolan tulang tapis (tulang

duduk / os ischium). Pengukuran dilakukan dengan menggunakan

tongkat ukur dengan satuan cm

2. Tinggi Pundak (TP), dilakukan dengan mengukur jarak tertinggi

pundak sampai tanah, diukur menggunakan tongkat ukur dengan

satuan cm.

3. Lingkar Dada (LD), merupakan pengamatan yang dilakukan

dengan cara mengukur lingkar rongga dada melalui sendi bahu (os

scapula) menggunakan pita ukur satuan dalam cm.

4. Tinggi Pinggang (TPi), dilakukan dengan mengukur jarak tertinggi

pinggang ternak secara tegak lurus ke permukaan tanah, diukur

menggunakan tongkat ukur dengan satuan cm.

Page 8: IDENTIFIKASI SIFAT KUALITATIF DAN KUANTITATIF TERNAK …

JURNAL FAPERTANAK, Volume III, Nomer 1 Agutus 2018

17

5. Bobot Badan (BB), n ilai bobot badan diperoleh dengan cara

penimbangan yang dilakukan sebelum ternak babi lokal diberi konsumsi

pakan dengan menggunakan timbangan gantung (timbangan dacin).

F. Analisa Data

Data yang diperoleh selanjutnya dianalisa secara tabulasi untuk

mendeskripsikan gambaran mengenai babi lokal yang dipelihara oleh peternak di

distrik Nabire Barat, Kabupaten Nabire.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Geografis Lokasi Penelitian

Nabire Barat adalah sebuah distrik yang berada di Kabupaten Nabire

Provinsi Papua. Distrik Nabire Barat terletak diantara 135°24’ - 136°32’ Bujur

Timur dan 3°21’ - 3°28’ Lintang Selatan, dengan batas wilayah sebelah utara

dibatasi oleh Teluk Cendrawasih (Teluk Sarera), sebelah selatan dibatasi oleh

Distrik Uwapa, sebelah timur dibatasi oleh Distrik Nabire dan sebelah barat

dibatasi oleh Distrik Wanggar.

Luas wilayah keseluruhan Distrik Nabire Barat pada tahun 2012 tercatat

79,00 km2 yang terbagi terbagi menjadi lima (5) kampung yaitu Kampung

Bumiraya, Kalisemen, Wadio, Waroki dan Gerbang Sadu. Dari kelima kampung

ini satu diantaranya merupakan wilayah pesisir yaitu kampung Waroki dan yang

lain adalah wilayah daratan.

B. Kondisi Peternakan

Page 9: IDENTIFIKASI SIFAT KUALITATIF DAN KUANTITATIF TERNAK …

JURNAL FAPERTANAK, Volume III, Nomer 1 Agutus 2018

18

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Nabire yang

dituangkan dalam Nabire Barat Dalam Angka (2013) pengembangan sektor

pertanian di Distrik Nabire Barat didukung oleh lahan seluas 10.344 hektar yang

terdiri dari lahan sawah seluas 1.532 hektar dan lahan bukan sawah seluas 8.812

hektar. Dari lahan sawah yang ada dibedakan antara sawah berpengairan yang

diusahakan seluas 600 hektar, tidak berpengairan 510 hektar dan sementara

sawah yang belum diusakan seluas 422 hektar.

Jumlah penduduk Distrik Nabire Barat pada tahun 2012 tercatat sebanyak

10.701 jiwa. Dari jumlah ini sebagian besar penduduknya bermata pencaharian

di sektor pertanian yaitu sebanyak 3.863 keluarga, yang terdiri dari 1.430

keluarga tanaman pangan, 1.047 keluarga perkebunan, 771 keluarga peternakan,

441 keluarga kehutanan, 96 keluarga penangkap ikan dan 108 keluarga

pembudidaya ikan (BPS Kabupaten Nabire, 2013).

Jenis dan jumlah populasi ternak di Distrik Nabire Barat secara umum

dapat dirincikan sebagaimana Tabel 3 di bawah ini.

Tabel 3. Jenis Dan Populasi Ternak Di Distrik Nabire Barat

No Jenis ternak Jumlah (ekor)

1 Sapi 1.182

2 Kambing 657

3 Babi 1.111

4 Ayam Buras 43.268

5 Itik/Entog 8.763

Page 10: IDENTIFIKASI SIFAT KUALITATIF DAN KUANTITATIF TERNAK …

JURNAL FAPERTANAK, Volume III, Nomer 1 Agutus 2018

19

6 Ayam Ras Pedaging 16.100

Sumber : BPS Kabupaten Nabire, 2015

C. Manajemen Pemeliharaan Ternak Babi

Sistem pemeliharaan ternak merupakan salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas ternak, perkandangan ternak

diharuskan sesuai dengan kebutuhan ternak agar ternak merasa nyaman sehingga

pertumbuhan dan produktivitas ternak yang dihasilkan sesuai dengan

harapan peternak. Secara umum sistem pemeliharaan ternak babi di Distrik

Nabire Barat dilakukan secara semi intensif dan sebagian dilakukan secara

tradisional. Sistem pemeliharaan semi intensif ditunjukkan dengan adanya

perlakuan seperti pengandangan ternak (dikandangkan), diberikan pakan, diatur

perkembang-biakannya serta dikontrol kesehatannya. Namun perlakuan

tersebut belum sepenuhnya mengikuti pedoman teknis sebagaimana mestinya.

Sedangkan sistem pemeliharaan ternak secara tradisional ternaknya dilepas-

liarkan dalam area yang sudah diberi pembatas pagar sebagaimana dalam ranc

dengan disediakan tempat berlindung dan dibiarkan mencari makan sendiri dan

hanya kadang-kadang diberi tambahan pakan seadanya, tanpa ada campur

tangan atau minim sekali campur tangan peternak terhadap perkembang-

biakannya ternaknya serta tidak ada kontrol terhadap kesehatan ternaknya.

Jenis babi yang dipelihara umumnya jenis babi persilangan antara babi

ras dan babi lokal. Profil babi lokal Nabire dapat ditunjukkan sebagaimana pada

gambar di bawah ini.

Page 11: IDENTIFIKASI SIFAT KUALITATIF DAN KUANTITATIF TERNAK …

JURNAL FAPERTANAK, Volume III, Nomer 1 Agutus 2018

20

Gambar 3. Profil Babi Lokal Nabire (Papua)

Sumber dan jenis pakan yang diberikan oleh peternak babi di Distrik

Nabire sebagian besar diperoleh dengan mencari atau hasil budidaya sendiri

dan kadang-kadang sisa/ limbah dapur keluarga. Pemberian pakan ternak babi

lokal oleh para peternak di Distrik Nabire dilakukan dua kali sehari, yaitu pada

pagi hari sekitar pukul 08.00 WIB dan sore hari pukul 17.00 WIB. Berdasarkan

hasil pengamatan di lapangan dapat diketahui bahwa jenis pakan yang

diberikan pada ternak relatif sama, yaitu campuran daun dan afkiran ubi jalar

ataupun potongan ubi kayu (singkong). Pakan tersebut diberikan dalam bentuk

masak (dimasak) dan ada juga yang diberikan dalam bentuk mentah, selain itu

ada juga peternak yang hanya memberikan limbah dapur rumah tangga berupa

sayur dan nasi s i s a untuk pakan ternak. Pakan ternak babi yang baik dan

memenuhi kebutuhan sangat penting, dimana pakan merupakan faktor utama

dalam menentukan produktivitas ternak babi, disamping faktor genetik dan

lingkungan (Sihombing, 2006)

D. Sifat Kualitatif

Data hasil penelitian terhadap sifat kualitatif babi lokal betina maupun

jantan yang dipelihara masyarakat di Distrik Nabire Barat disampaikan pada

tabel 4 dan 5 di bawah ini.

Tabel 4. Data Deskreptif Kualitatif Babi Lokal Betina Di Distrik Nabire Barat

Variabel Pengamatan Jumlah Persentase

Page 12: IDENTIFIKASI SIFAT KUALITATIF DAN KUANTITATIF TERNAK …

JURNAL FAPERTANAK, Volume III, Nomer 1 Agutus 2018

21

(ekor) %

1. Warna bulu

- Hitam 17 100

- Hitam Kemerahan - -

2. Bentuk punggung

- Melengkung 14 82

- Datar 3 18

3. Bulu kasar dipundak dan leher (surai)

- Ada 5 29

- Tidak Ada 12 71

4. Bentuk kepala

- Bulat, pendek 7 41

- Lonjong, panjang 10 59

Sumber : Data diolah, 2018

Tabel 5. Data Deskreptif Kualitatif Babi Lokal Jantan Di Distrik Nabire Barat

Variabel PengamatanJumlah Persentase

(ekor) %

1. Warna bulu

- Hitam 6 67

- Hitam Kemerahan 3 33

2. Bentuk punggung

- Melengkung 1 11

- Datar 8 89

3. Bulu kasar dipundak dan leher (surai)

- Ada 7 78

- Tidak Ada 2 22

4. Bentuk kepala

- Bulat, pendek 4 44

- Lonjong, panjang 5 46

Sumber : Data diolah, 2018

Warna bulu merupakan salah satu sifat kualitatif yang biasa digunakan

sebagai kriteria dalam seleksi ternak. Berdasarkan tabel 4 dan 5 terlihat bahwa

warna dominan pada babi lokal di Distrik Nabire Barat adalah hitam yaitu

sebaesar 100 % untuk babi betina dan 67 % untuk babi jantan, sisanya babi

Page 13: IDENTIFIKASI SIFAT KUALITATIF DAN KUANTITATIF TERNAK …

JURNAL FAPERTANAK, Volume III, Nomer 1 Agutus 2018

22

jantan yang berwarna hitam kemerahan sebanyak 13 %. Hal ini sama dengan

babi lokal di daerah Indonesia yang lain bahwa kebanyakan berwarna hitam.

Bentuk punggung babi lokal betina di Distrik Nabire Barat 82 %

berbentuk melengkung dan 18 % berbentuk datar. Sedangkan untuk babi lokal

jantan yang memiliki bentuk punggung melengkung sebanyak 11 % dan 89 %

bentuk punggungnya datar.

Kharakteristik bulu kasar di pundak dan leher (surai) pada babi lokal

betina di Distrik Nabire Barat sesuai tabel 4 menunjukkan bahwa 29 %

bersurai dan 79 % tidak bersurai. Sedangkan untuk babi lokal jantan 78 %

bersurai dan 22 % tidak bersurai.

Bentuk kepala babi lokal di Distrik Nabire Barat baik pada babi betina

maupun jantan lebih banyak memiliki bentuk kepala panjang, lonjong, dimana

pada babi betina 41 % memiliki bentuk kepala pendek, bulat, dan 59 %

memiliki bentuk kepala lonjong, panjang. Sedangkan untuk babi jantan 44 %

memiliki bentuk kepala pendek, bulat dan 46 % memiliki bentuk kepala

lonjong, panjang. Bentuk kepala yang lonjong, panjang biasanya memilki

moncong yang relatif panjang, hal ini berkaitan dengan cara memperoleh

pakannya, yaitu untuk mengais-ngais tanah untuk memperoleh mineral atau

hewan-hewan kecil di tanah sebagai sumber asupan protein. Babi-babi lokal

pada umumnya bermoncong panjang sebagaimana babi-babi liar di Indonesia

yang belum didomestifikasi.

E. Sifat Kuantitatif

Page 14: IDENTIFIKASI SIFAT KUALITATIF DAN KUANTITATIF TERNAK …

JURNAL FAPERTANAK, Volume III, Nomer 1 Agutus 2018

23

Sifat kuantitatif seekor hewan atau ternak dapat diketahui melalui besaran

ukuran bagian-bagian tubuh atau dimensi tubuh. Dimensi tubuh erat kaitannya

dengan penampilan seekor ternak. Dimensi tubuh yang diukur dalam penelitian

ini adalah panjang badan (PB), tinggi pundak (TP), lingkar dada (LD), tinggi

pinggang (TPi) dan berat badan (BB). Deskripsi tentang dimensi tubuh pada

babi lokal Nabire betina dan jantan disampaikan pada tabel 6 dan 7 di bawah ini.

Tabel 6. Deskripsi Ukuran Dimensi Tubuh Babi Lokal Betina di Distrik NabireBarat

Babi Ukuran Dimensi TubuhKeteranganSampel PB TP LD TPi BB

(cm) (cm) (cm) (cm) (kg)

1 59 48 75 69 45 PB : Panjang Badan

2 53 42 69 63 40 TP : Tinggi Pundak

3 55 44 71 65 41 LD : Lingkar Dada

4 57 46 73 67 42 TPi : Tinggi Pinggang

5 52 41 68 62 40 BB : Berat Badan

6 51 40 71 61 39 ∑xi : jumlah nilai total

7 52 41 68 62 40 per dimensi tubuh

8 56 44 72 66 42 yang diukur

9 53 42 66 63 41SD : StandarDeviasi

10 53 42 69 63 41KV : KoefisienVariansi

11 59 48 75 69 45

12 57 46 73 67 43

13 54 43 70 64 44

14 50 39 66 60 40

15 54 43 70 64 41

16 57 46 73 67 42

17 58 47 74 66 41

∑xi 930 742 1203 1097 707

Rataan 54,71 43,65 70,76 64,53 41,59

SD 2,80 2,78 2,86 2,67 1,77

KV 5,12 6,38 4,04 4,14 4,26

Sumber : Data hasil olahan, 2018

Page 15: IDENTIFIKASI SIFAT KUALITATIF DAN KUANTITATIF TERNAK …

JURNAL FAPERTANAK, Volume III, Nomer 1 Agutus 2018

24

Tabel 7. Deskripsi Ukuran Dimensi Tubuh Babi Lokal Jantan di Distrik NabireBarat

Babi Ukuran imensi TubuhKeteranganSampel PB TP LD Tpi BB

(cm) (cm) (cm) (cm) (kg)

1 70 55 89 90 55 PB : Panjang Badan

2 69 54 88 89 53 TP : Tinggi Pundak

3 68 53 87 89 50 LD : Lingkar Dada

4 73 58 92 93 57 TPi : Tinggi Pinggang

5 70 57 91 92 56 BB : Berat Badan

6 72 56 90 92 55 ∑xi : jumlah nilai total

7 71 56 90 91 54 per dimensi tubuh

8 68 53 87 89 51 yang diukur

9 72 57 90 92 55 SD : Standar Deviasi

∑xi 635 499 804 817 486 KV : Koefisien Variansi

Rataan 70,56 55,44 89,33 90,78 54,00

SD 1,88 1,81 1,73 1,56 2,29

KV 2,66 3,27 1,94 1,72 4,24

Sumber : Data hasil olahan, 2018

Berdasarkan tabel 6 dan 7 terlihat bahwa rataan seluruh dimensi tubuh

babi yang diukur menunjukkan bahwa ukuran dimensi tubuh babi lokal betina

lebih kecil daripada jantan. Rataan ukuran panjang badan, tinggi pundak, lingkar

dada, tinggi pinggang dan berat badan babi betina masing-masing adalah 54,71

cm, 43,65 cm, 70,76 cm, 64,53 cm dan 41,59 kg. Sedangkan untuk babi jantan

rataan ukuran panjang badan, tinggi pundak, lingkar dada, tinggi pinggang dan

berat badan masing-masing adalah 70,56 cm, 55,44 cm, 89,33 cm, 90,78 cm dan

54 kg.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Page 16: IDENTIFIKASI SIFAT KUALITATIF DAN KUANTITATIF TERNAK …

JURNAL FAPERTANAK, Volume III, Nomer 1 Agutus 2018

25

1. Karakteristik atau sifat kualitatif babi lokal di Distrik Nabire Barat adalah

sebagai berikut :

a. 100 % babi betina berwarna hitam dan untuk babi jantan 67 % berwarna

hitam dan 33 % berwarna hitam kemerahan.

b. Sebagian besar babi betina yaitu 82 % berpunggung melengkung dan 18 %

berpunggung datar. Kebalikan dengan babi betina, dimana babi jantan yang

berpunggung melengkung lebih sedikit yaitu hanya 11 % dan yang

berpunggung datar 89 %.

c. Sebagian kecil babi betina berbulu kasar di pundak dan leher yaitu 29 % dan

yang tidak berbulu kasar sebanyak 71 %. Kebalikan dengan babi betina

dimana jumlah babi jantan yang berbulu kasar pada pundak dan leher

sebanyak 78 % dan yang tidak berbulu kasar sebanyak 22 %.

d. Baik pada babi betina maupun babi jantan, bentuk kepala panjang, lonjong

lebih banyak dibanding babi yang memliki bentuk kepala pendek, bulat.

Jumlah babi betina yang memiliki bentuk kepala pendek, bulat sebanyak 41

% dan 59 % memiliki bentuk kepala panjang, lonjong, sedangkan pada babi

jantan 44 % memiliki bentuk kepala pendek, bulat dan 46 % memiliki

bentuk kepala panjang, lonjong.

2. Karakteristik kuantitatif didasarkan pada ukuran dimensi tubuh yang pada

penelitian ini meliputi panjang badan (PB), tinggi pundak (TP), lingkar dada

(LD), tinggi pinggang (TPi) dan berat badan (BB) adalah 54,71 cm, 43,65 cm,

70,76 cm, 64,53 cm dan 41,59 kg untuk babi betina dan 70,56 cm, 55,44 cm,

89,33 cm, 90,78 cm dan 54 kg untuk babi jantan.

Page 17: IDENTIFIKASI SIFAT KUALITATIF DAN KUANTITATIF TERNAK …

JURNAL FAPERTANAK, Volume III, Nomer 1 Agutus 2018

26

B. Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan pengukuran dimensi tubuh

yang lebih lengkap dan beragam serta dengan lokus yang lebih luas.

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous, 2017. (https://student.cnnindonesia.com/edukasi/20171017121212-445-248965/mengapa-babi-sangat-penting-di-papua/#main

Page 18: IDENTIFIKASI SIFAT KUALITATIF DAN KUANTITATIF TERNAK …

JURNAL FAPERTANAK, Volume III, Nomer 1 Agutus 2018

27

Anonimous, 20xy. (https://www.kompasiana.com/hariyawan-esthu/trilogi-masyarakat-papua-manusia-ubi-ternak-babi_5709129722afbd12151466c7)

Badan Litbang Pertanian. 2010. Rencana strategis Badan Penelitian danPengembangan Pertanian. Jakarta (Indonesia): Badan Penelitian danPengembangan Pertanian.

Bernaddeta WIR, Warsono IU, Basna A. 2011.engembangan babilokal di lahan kelapa sawit (palm-pig) untuk menunjangketahanan pangan spesifik lokal Papua. Dalam: Rahayu S, Alimon AR,Susanto A, Sodiq A, Indrasanti D, Haryoko I, Ismoyowati,Sumarmono J, Muatip K, Iriyanti N, et al., penyunting. Prospek danPotensi SumberdayaTernak Lokal dalam Menunjang KetahananPanganHewani. Prosiding Seminar Nasional. Purwokerto, 15Oktober2011. Purwokerto (Indonesia): UNSOED Press. hlm. 266-270.

BPS. 2014. Statistik Indonesiea: Statistical yearbook of Indonesia 2014. Jakarta(Indonesia): Badan Pusat Statistik.

Brickner WA. 2001. Karyotype analysis and chromosom banding. Secondarticle. Encyclopedia of live science. London (UK): Nature PublishingGroup.

Chamdi AN. 2005. Karakteristik sumberdaya genetik ternak sapi Bali (Bos-bibosbanteng) dan alternatif pola konservasinya. Biodiversitas. 6:70-75.

Ditjen PKH. 2013a. Statistik peternakan dan kesehatan hewan 2013. Jakarta(Indonesia): Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.

Ditjen PKH. 2013b. Rencana strategis Direktorat Jenderal Peternakan danKesehatan Hewan. Jakarta (Indonesia): Direktorat Jenderal Peternakandan Kesehatan Hewan.

FAO. 2009. The State of The World’s Animal Genetic Resources for Food andAgricukture. Rischkowsky B, Pilling D, editors. Rome (Italy): Commissionon Genetic Resources for Food and Agriculture Food and AgricultureOrganization Of The United Nations.

Hardjosubroto W. 2004. Alternatif kebijakan pengelolaan berkelanjutansumberdaya genetik sapi potong lokal dalam sistem perbibitan ternaknasional. Dalam: Setiadi B, Priyanti A, Handiwirawan E, Diwyanto K,Wijono DB, penyunting. Strategi Pengembangan Sapi Potong denganPendekatan Agribisnis dan Berkelanjutan. Prosiding Lokakarya NasionalSapi Potong. Yogyakarta, 8-9 Oktober 2004. Bogor (Indonesia):Puslitbangnak: hlm. 29-34.

Hartatik T, Soewandi BDP, Volkandari SD, Tabun AC, Sumadi. 2014.Identification genetics of lokal pigs, Landrace and Duroc based on

Page 19: IDENTIFIKASI SIFAT KUALITATIF DAN KUANTITATIF TERNAK …

JURNAL FAPERTANAK, Volume III, Nomer 1 Agutus 2018

28

qualitative analysis. In: SUSTAIN. Yogyakarta (Indonesia): Gadjah MadaUniversity. p. 1-6.

Hartatik T. 2013. Analisis genetika ternak lokal. Hartatik T, penyunting.Yogyakarta (Indonesia): Universitas Gadjah Mada Press.

Hastiti RD. 2011. Kearifan lokal dalam perburuan satwa liar Suku DayakKenyah, di Taman Nasional Kayan Mentarang, Kalimantan Timur[Skripsi]. [Bogor (Indonesia)]: Institut Pertanian Bogor.

Hoffman JR, Falvo MJ. 2005. Protein-which is best? J Sport Sci Med. 3:118-130.

Johns C, Cargill C, Patrick I, Geong M, Johanis. 2010.Budidaya ternakbabi komersial oleh peternak kecil di NTT-peluang untuk integrasi pasaryang lebih baik. Laporan Akhir ACIAR. Canberra(Australia):Australian Centre for International Agricultural Research.

Kawanishi K, Gumal M, Oliver W. 2008. Sus barbatus. The IUCN red list ofthreatened species. Version 2014.2. IUCN Global Species Programme RedList Unit [Internet]. [cited 24 November 2014]. Available from:http://www.iucnredlist. org/details/41772/0

Labalut J, Girard N, Jean-Miche A, Bibe B. 2013. Dissemination ofgenetic progress: A key aspect of genetic improvement of lokal breeds.Anim Genet Resour. 53:117-127.

Leus K, Macdonald AA. 1997. From babirusa (Babyrousa babyrussa) todomestic pig: The nutrition of swine. Proc Nutr Soc. 56:1001-1012.

Ligda C, Casabianca F. 2013. Adding value to lokal breeds: Challenges,strategies and key factors. Anim Genet Resour. 53:107-116.

Macdonald AA, Burton J, Leus K. 2008. Babyrousa babyrussa. The IUCN redlist of threatened species. Version 2014.2. IUCN Global SpeciesProgramme Red List Unit [Internet]. [cited 24 November 2014].

Page 20: IDENTIFIKASI SIFAT KUALITATIF DAN KUANTITATIF TERNAK …

JURNAL FAPERTANAK, Volume III, Nomer 1 Agutus 2018

29

Muladno. 2010. Menata perbibitan ternak dalam menjamin ketersediaanbibit/benih ternak di Indonesia. Orasi Ilmiah Guru Besar IPB. Bogor(Indonesia): Institut Pertanian Bogor.

Murdiyanto E. 2011. Partisipasi masyarakat dalam pengembangan desa wisataKaranggeneng, Purwobinangun, Pakem, Sleman. SEPA. 7:91-101.

SK, Ji-Eun L, Young-Jun K, Mi-Sook M, Voloshina I, Myslenkov A, Oh JG,Tae-hun K, Markov N, Seryodkin I, et al. 2014. Genetic structure ofwild boar (Sus scrofa) populations from East Asia based on microsatelliteloci analyses. BMC Genet. 15:1-10.

Siagian PH, 2014. Pig production in Indonesia. Animal Genetic ResourcesKnowledge Bank in Taiwan [Internet]. [cited 24 November 2014].Available from: http://www.angrin.tlri.gov. tw/English/2014Swine/p175-186.pdf

Talib C, Naim M. 2012. Grand design pembibitan kerbau nasional. Dalam:Handiwirawan E, Talib C, Romjali E, Anggraeni A, Tiesnamurti B,penyunting. Membangun Grand Design Perbibitan Kerbau Nasional.Prosiding Lokakarya Nasional Perbibitan Kerbau 2012. Bukittingi, 13-15September 2012. Bogor (Indonesia): Puslitbangnak. hlm. 8-25.

Page 21: IDENTIFIKASI SIFAT KUALITATIF DAN KUANTITATIF TERNAK …

JURNAL FAPERTANAK, Volume III, Nomer 1 Agutus 2018

30

Lampiran 1. Ada Exel