IDENTIFIKASI PENYEBAB KETIDAKSTABILAN HARGA KAKAO DI …

61
IDENTIFIKASI PENYEBAB KETIDAKSTABILAN HARGA KAKAO DI DESA KETULUNGAN KECAMATAN SUKAMAJU KABUPATEN LUWU UTARA JUMITA SARI 1602405029 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO 2020

Transcript of IDENTIFIKASI PENYEBAB KETIDAKSTABILAN HARGA KAKAO DI …

Page 1: IDENTIFIKASI PENYEBAB KETIDAKSTABILAN HARGA KAKAO DI …

IDENTIFIKASI PENYEBAB KETIDAKSTABILAN HARGA KAKAO

DI DESA KETULUNGAN KECAMATAN SUKAMAJU

KABUPATEN LUWU UTARA

JUMITA SARI

1602405029

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO

2020

Page 2: IDENTIFIKASI PENYEBAB KETIDAKSTABILAN HARGA KAKAO DI …

i

IDENTIFIKASI PENYEBAB KETIDAKSTABILAN HARGA KAKAO DI

DESA KETULUNGAN KECAMATAN SUKAMAJU

KABUPATEN LUWU UTARA

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Cokroaminoto Palopo

JUMITA SARI

1602405029

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO

2020

i

Page 3: IDENTIFIKASI PENYEBAB KETIDAKSTABILAN HARGA KAKAO DI …

ii

Page 4: IDENTIFIKASI PENYEBAB KETIDAKSTABILAN HARGA KAKAO DI …

iii

Page 5: IDENTIFIKASI PENYEBAB KETIDAKSTABILAN HARGA KAKAO DI …

iv

Page 6: IDENTIFIKASI PENYEBAB KETIDAKSTABILAN HARGA KAKAO DI …

ABSTRAK

Jumita Sari. 2020. Identifikasi Penyebab Ketidakstabilan Harga Kakao di Desa

Ketulungan Kecamatan Sukamaju Kabupaten Luwu Utara (dibimbing oleh Suaedi

dan Erni Firdamayanti).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang menyebabkan

ketidakstabilan harga kakao . Penelitian ini dilaksanakan di Desa Ketulungan

Kecamatan Sukamaju Kabupaten Luwu Utara. Responden dalam penelitian ini

adalah petani yang berusaha tani kakao sebanyak 20 orang, pedagang kakao 5

0rang, dinas terkait 2 orang dan dosen pertanian 3 orang. . Pengambilan sampel

yang dilakukan secara acak (purposive sampling), adapun teknik pengumpulan

data dalam penelitian yaitu dengan menggunakan wawancara dan dokumentasi.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik analisis

dekriptif unruk meceritankan apa saja yang menyebabkan ketidakstabilan kakao.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ketidakstabilan harga kakao disebabkan

oleh nilai tukar rupiah terhadap US Dollar, kadar air, perlakuan pascapanen,

permintaan, kualitas kakao, pemasaran, produksi dan cuaca faktor kualitas kakao

menjadi hal yang paling di perhatikan guna meningkatkan pendapatan usaha tani

kakao dikalangan petani.

Kata kunci: Identifikasi, Harga, Kakao

v

Page 7: IDENTIFIKASI PENYEBAB KETIDAKSTABILAN HARGA KAKAO DI …

KATA PENGANTAR

Puji syukur yang tak terhingga penulis ucapkan kehadirat Tuhan yang

Maha Esa, karenaberkat rahmat dan hidayah-Nyasehingga penulis mampu

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Identifikasi Penyebab Ketidakstabilan

Harga Kakako di Desa Ketulungan Kecamatan Sukamaju Kabupaten Luwu

Utara”.

Penulis menyadari sebagai manusia biasa yang tak luput dari kehilafan

serta keterbatasan sehingga dalam proses penyusunan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan. Maka dari itu, dengan kerendahan hati penulis mengharapkan

saran dan kritikan yang positif demi kesempurnaan penyusunan skripsi ini. Dalam

penyusunan skripsi ini, penulis banyak mengalami kendala dan kesulitan, namun

karena keinginan dan usaha yang kerasserta bantuan dan dorongan semangat dari

berbagai pihak sehingga segala kendala dan kesulitan tersebut dapat terselesaikan

dengan baik. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak mungkin

terwujud tanpa bantuan, dorongan, semangat, dan bimbingan dari berbagai pihak.

Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis patut dan wajar menyampaikan

ucapan terimakasih kepada kedua orang tua tercinta Bapak Jumail dan Ibu

Aaruani yang tak henti-hentinya mendoakan, memberi dukungan, materi, serta

motivasi kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselaisaikan. Selain itu

penulis juga menyampaikan banyak terima kasih dan penghargaan yang setinggi-

tingginya kepada:

1. Prof. Drs. H. Hanife Mahtika., M.S., selaku Rektor Universitas Cokroaminoto

Palopo.

2. Rahman Hairuddin, SP., M.Si selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas

Cokroaminoto palopo.

3. Abd. Rais, S.Si., M.Ling., selaku Ketua Program Studi Agribisnis.

4. Dr. Suaedi, S.Pd., M.Si selaku Dosen Pembimbing I yang telah mengarahkan

dan membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Dharma Fidyansari, S.P., M.M., selaku Dosen Pembimbing II yang telah

mengarahkan dan membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

6. Seluruh staf dan Dosen Program Studi Agribisnis Universitas Cokroaminoto

Palopo.

vi

Page 8: IDENTIFIKASI PENYEBAB KETIDAKSTABILAN HARGA KAKAO DI …

7. Rekan-rekan sesama mahasiswa yang telah memberikan bantuan dalam

menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan baik

dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat

penulis harapkan untuk menyempurnakaan skripsi selanjutnya.

Akhir kata semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada kita

sekalian.

Palopo, Juni 2020

Jumita Sari

vii

Page 9: IDENTIFIKASI PENYEBAB KETIDAKSTABILAN HARGA KAKAO DI …

RIWAYAT HIDUP

Jumita Sari, Lahir di Desa Ketulungan Kecamatan Sukamaju

tanggal 20 juli 1998., anakke tiga dari 4 bersaudara, buah hati

dari pasangan Jumail (Ayah) dan Asriani (Ibu). Penulis

menempuh pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri 169

Ketulungan tahun 2004 sampai dengan 2010. Kemudian

melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP)

Negeri 4 Sukamaju pada tahun 2010 dan tamat pada tahun 2012. Penulis

melanjutkan pendidikan di SMA N 1 Sukamaju pada tahun 2013 dan tamat pada

tahun 2016. Pada tahun 2016, penulis terdaftar sebagai mahasiswi Program Studi

Agribisnis Fakultas Pertanian di Universitas Cokroaminoto Palopo. Diakhir studi

penulis menyusun skripsi dengan judul “Identifikasi Penyebab Ketidakstabilan

Harga Kakao di Desa Ketulungan Kecamatan Sukamaju Kabupaten Luwu Utara”.

viii

Page 10: IDENTIFIKASI PENYEBAB KETIDAKSTABILAN HARGA KAKAO DI …

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .................................................. iii

ABSTRAK .............................................................................................................. iv

KATA PENGANTAR.............................................................................................. v

RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... vii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiii

DAFTAR TABEL .................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ..............................................................................................xi

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 3

1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 3

1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori .............................................................................................. 5

2.2 Penelitian Terdahulu ............................................................................... 13

2.3 Kerangka Pikir ........................................................................................ 15

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Penelitian ..................................................................... 16

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 16

3.3 Populasi dan Sampel ............................................................................... 16

3.4 Teknik Pengumpulan Data...................................................................... 17

3.5 Jenis dan Sumber Data ............................................................................ 17

3.6 Teknik Analisis Data .............................................................................. 18

3.6 Definisi Operasional ............................................................................... 18

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ....................................................................................... 19

4.2 Pembahasan ............................................................................................ 30

ix

Page 11: IDENTIFIKASI PENYEBAB KETIDAKSTABILAN HARGA KAKAO DI …

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 35

5.2 Saran ...................................................................................................... 35

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 37

LAMPIRAN ........................................................................................................... 39

x

Page 12: IDENTIFIKASI PENYEBAB KETIDAKSTABILAN HARGA KAKAO DI …

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Jumlah produksi Kakao Kabupaten Luwu Utara ............................................ 1

2. Persyaratan Umum Biji Kakao ........................................................................ 18

3. Jumlah penduduk berdasarkan kelompok Jenis Kelamin di Desa

Ketulungan Kecamatan Sukamaju Kabupaten Luwu Utara ............................ 19

4. Jumlah penduduk berdasarkan Mata Pencaharian di Desa

Ketulungan Kecamatan Sukamaju Kabupaten Luwu Utara ............................ 20

5. Jumlah penduduk berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa

Ketulungan Kecamatan Sukamaju Kabupaten Luwu Utara ........................... 21

6. Pemanfaatan Lahan di Desa Ketulungan Kecamatan Sukamaju

Luwu Utara ..................................................................................................... 22

7. Karakteristik responden menurut Umur ................................................ 23

8. Karakteristik responden menurut Tingkat Pendidikan Terakhir ........... 23

9. Perbedaan Harga Kakao Kering dan Kakao Basah ......................................... 24

10. Petani yang Melakukan Fermentasi dan Tidak Fermentasi ............................. 25

11. Perubahan Nilai Tukar Rupiah Terhadap US Dollar....................................... 25

12. Mutu dan Kualitas Biji Kakao ......................................................................... 26

13. Jumlah Produksi Kakao Kabupaten Luwu Utara ............................................ 26

xi

Page 13: IDENTIFIKASI PENYEBAB KETIDAKSTABILAN HARGA KAKAO DI …

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Kerangka pikir .................................................................................................. 15

2. Saluran Pemasaran .......................................................................................... 28

3. Dokumentasi Penelitian.................................................................................... 48

xii

Page 14: IDENTIFIKASI PENYEBAB KETIDAKSTABILAN HARGA KAKAO DI …

x

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Panduan wawancara .......................................................................................... 40

2. Identitas responden ............................................................................................ 46

3. Dokumentasi penelitian ..................................................................................... 47

xiii

Page 15: IDENTIFIKASI PENYEBAB KETIDAKSTABILAN HARGA KAKAO DI …

1

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman kakao (Theobroma cacao L.) adalah salah satu tanaman

perkebunan yang peting karena merupakan sumber bahan baku industri yang

dapat meningkatkan devisa negara. Pendapatan petani kakao indonesia secara

signifikan terus meningkat namun mutu yang dihasilkan masih rendah dan

beragam diantaranya tidak cukup kering, ukuran biji tidak seragam, cita rasa yang

beragam, sehingga kakao Indonesia masih rendah dipasar internasional (Doume,

dkk. 2013.

Sentra produksi kakao terbesar di Indonesia tersebar di Sulawesi sebesar

63.8% meliputi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara.

Sulawesi Selatan merupakan pemasok produsen utama kakao Indonesia,diikuti

Sulawesi Tenggah, Sulawesi Tenggaradan Sulawesi Barat. Dari keempat Propinsi

tersebut, Sulawesi Selatan merupakan Provinsi dengan pertumbuhan tertinggi

mencapai 8.6%. Khusus di Sulawesi Selatan sentra kakao terdapat di Luwu Raya,

dengan total produksi 63.259,21 ton dari total luas areal 133.469,70 Ha yang

terdiri dari tiga Kabupaten (Kabupaten Luwu Utara, Kabupaten Luwu Timur,

Kabupaten Luwu Timur), dan satu Kota (Kota Palopo), ini berarti Luwu Raya

memasok sekitar 54% dari total produksi kakao di Sulawesi Selatan sebanyak

117.118,52 ton (Direktorat Jendral Perkebunan, 2013).

Salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Sulawesi Selatan yaitu

Kabupaten Luwu Utara merupakan salah satu sentra perkebunan rakyat yang

berada di Propinsi Sulawesi Selatan Data Badan Pusat Statistik (2014-2018).

Tabel 1. Luas Lahan dan Hasil Produksi Kakao Kabupaten Luwu Utara pada Tahun 2014-2018.

No. Tahun LuasLahan (ha) HasilProduksiKakao (ton)

1. 2014 34.252.40 ha 21.236.48 ton

2. 2015 36.212.67 ha 22.296.45 ton

3. 2016 38.127.60 ha 26.120.85 ton

4. 2017 39.410.27 ha 26.274.91 ton

5. 2018 39.482.04 ha 26.613.28 ton

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Luwu Utara (2014-2018).

Page 16: IDENTIFIKASI PENYEBAB KETIDAKSTABILAN HARGA KAKAO DI …

2

2

Pada tahun 2014-2018 produksi kakao di Kabupaten Luwu Utara

mengalami kenaikan setiap tahun yaitu dari tahun 2014 hasil produksi kakao

mencapai 21.236,48.dengan luas lahan 34.252,40 dan tahun 2015 hasil produksi

kakao sebanyak 22.296,45 ton dengan luas lahan36.212,67. Kemudian tahun

2016 hasil produksi kakao 26.120,85 ton dengan luas lahan 38.127,60 dan pada

tahun 2017 sebanyak 26.274,91 dengan luas lahan 39.410,27 dan pada tahun

2018 hasil produksi kakao mencapai 26.613,28 dengan luas lahan 39.482,04.

Jadi produksi kakao Kabupaten Luwu Utara mengalamai kenaikan dari tahun

2014-2018. (BPS LuwuSecara keseluruhan, produktifitas kakao Kabupaten Luwu

Utara yaitu 0.70 ton/haberada di atas produktifitas Nasional 0.54 ton/ha namun

sedikit berada di bawah produktifitasPropinsi Sulawesi Selatan yaitu sebesar 0.71

ton/ha.

Luwu Utara adalah salah satu penghasil kakao terbesar di Sulawesi Selatan

produksi kakao kering di Luwu Utara mencapai 22.296 ton yang setiap tahunnya

mengalami pasang surut, peningkatan luas lahan tidak seiring dengan peningkatan

produksi yang dihasilkan petani. Harga kakao di Kabupaten Luwu Utara tidak

menentu karena disebabkan kualitas kakao yang masih rendah dan tidak

tersedianya pabrik skala besar yang mengolah langsung kakao mentah menjadi

produk yang sudah jadi sehingga pedagang membeli dengan harga yang murah

karena akan dijual kembali ke pengepul sehingga dapat berpengaruh

kependapatan petani di Kabupaten Luwu Utara.

Masalah kakao di Sulawesi Selatan yaitu: 1) Tanaman yang sudah tua, 2)

Kurangnyapengetahuan petani, 3) Pertaniannya bermodalkan pengalaman saja

namun tidak berpacu pada prosedur- prosedur yang benar, 4) Kebanyakan petani

hanya kalangan petani yang latar belakangya hanya lulusan SD, SMP, SMA

bahkan ada petani yang tidak merasakan jenjang persekolahan, dan 5). Gangguan

hama sehingga petani mengalami penurunan harga dari pedagang yang akan

berdampak pada pendapatan petani sehingga perlu adanya penanganan lebih lanjut

dari dinas terkait (BPS, 2016).

Potensi pengembangan pemasaran kakao di Desa Ketulungan cukup

memungkinkan, namun belum kualitas kakao yang masih rendah menyebabkan

ketidakstabilan harga. Ada banyak pedagang, lembaga pemasaran maupun

Page 17: IDENTIFIKASI PENYEBAB KETIDAKSTABILAN HARGA KAKAO DI …

3

3

pemerintah, dengan kepentingannya masing-masing ikut berperan dalam

pemasran biji kakao. Sementara kualitas biji kakao yang dihasilkan petani belum

memiliki standar yang jelas. Hal ini akan mempengaruhi proses pemasaran karena

mekanisme pembentukan harga biji kakao dipasar akan berdampak langsung pada

perilaku partisipan yang terlibat dalam perdagangan komoditas ini. Eksportir

pedagang lokal, pedagang pengumpul, dan petani sendiri di Desa Ketulungan

tersebut, adalah pihak yang terkena dampak harga yang dihadapi oleh petani.

Berdasarkan latar belakang di atas penulis kemudian merasa perlu untuk

melakukan penelitian lebih lanjut mengenai Identifikasi Penyebab Ketidakstabilan

Harga Kakao di Desa Ketulungan Kecamatan Sukamaju Kabupaten Luwu Utara.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka dapat

dirumuskan masalah pokok dalam penelitian ini yaitu untuk Mengidentifikasi

Faktor apa yang menyebabkan ketidakstabilan harga kakao di Desa Ketulungan

Kecamatan Sukamaju Kabupaten Luwu Utara?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka Tujuan Penelitian ini

yaitu Mengidentifikasi Faktor yang Menyebabkan Ketidakstabilan Harga Kakao

di Desa Ketulungan Kecamatan Sukamaju Kabupaten Luwu Utara.

1.3 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dalam penelitian ini adalah:

1. Hasil penelitan ini diharapkan menjadi referensi bagi petanimaupun dinas

terkait Kecamatan Sukamaju Kabupaten Luwu Utara agar memahami berbagai

persoalan yang dihadapi dalam ketidakstabilan harga kakao.

2. Sebagai bahan studi bagi mahasiswa yang berhubungan yang berhubungan

dengan penelitian ini khususnya mahasiswa agribisnis pertanian.

Page 18: IDENTIFIKASI PENYEBAB KETIDAKSTABILAN HARGA KAKAO DI …

4

4

BAB II

TINJAUN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

1. Kakao

Tanaman kakao merupakan satu satunya diantara 22 jenis marga

Theobroma, suku Sterciliacea eyang diusahakan secara komersial. Habitat asli

tanaman kakao adalah hutan tropis dengan naungan pohon-pohon yang tinggi,

curah hujan tinggi, suhu sepanjang tahun relatif sama, serta kelembaban tinggi

yang relatif tetap. Tanaman kakao bersifat dimorfisme, artinnya mempunyai dua

bentuk dua tunas vegetatif. Tunas yang arah pertumbuhannya keatas disebut tunas

ortotropatau tunas air (wiliam atau cupon), sedangkan tunas yang arah

pertumbuhannya kesamping disebut dengan plagiotrop(cabang kipas atau fan)

(Pusat kopi dan Cacao, 2004).

Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas

perkebunanyang mempunyai peran penting dalam perekonomian nasional

khususnya sebagai penyedia lapangan pekerjaan, sumber pendapatan, dan devisa

negara. Selain itu kakao juga berperan dalam pengembangan wilayah dan

pengembangan agroindustri.

Tahun 2010 Indonesia merupakan pengekspor biji kakao terbesar ketiga

dunia dengan produksi biji kering 550.000 tonsetelah Negara Pantai Gading

(1.242.000 ton) dan Ghana dengan produksi 662.000 ton (ICCO,2011). Pada

tahun tersebut, dari 1.651.539 ha real kakao Indonesia, sekitar 1.555.596 ha

atau94% adalah kakao rakyat (Ditjenbun, 2010). Halini mengindikasikan peran

penting kakao baiksebagai sumber lapangan kerja maupun pendapatanbagi petani.

Areal dan produksi kakao Indonesiajuga terus meningkat pesat pada dekade

terakhir,dengan laju 5.99% per tahun (Ditjenbun, 2009).

Volume dan nilai ekspor kakao Indonesia pada periode 1999-2009

meningkat pesat masing-masingdengan laju 12% dan 10.84% per tahun.Hasil

penelitian juga mendukung bahwa industrikakao patut dikembangkan sebagai

salah satuan dalam karena mempunyai koefisien keterkaitan kedepan dan ke

belakang yang lebih besar dari satu,efek penggandaan, dan lapangan kerja yang

Page 19: IDENTIFIKASI PENYEBAB KETIDAKSTABILAN HARGA KAKAO DI …

5

5

relatifbesar, serta efek distribusionalnya cukup baik(tersebar) (Zainudin et al.,

2004).

Sejalan dengan peran penting tersebut, peluang pasar kakao Indonesia

masih cukup terbuka. Potensi untuk menggunakan industri kakao sebagai salah

satu pendorong pertumbuhan dan distribusi pendapatan cukup terbuka dan sangat

menjanjikan. Permintaan biji kakao terus meningkat, terutama dari Amerika

Serikat dan negara-negara Eropa Barat. Berbagai negara tersebut dikenal sebagai

produsen makanan yang menggunakan kakao sebagai komponen utamanya.

Kualitas biji kakao yang diekspor Indonesia dikenal sangat rendah hal ini

desebabkan oleh pengelolaan produk kakao yang masih tradisional (85% Biji

kakao produksi Nasional tidak di fermentasi) sehingga kualitas kakao

Indonesiamenjadi rendah. Kualitas rendah menyebabkan harga kakao dan produk

kakao Indonesia di pasar internasional dikenai diskon USD 300/ton (Departemen

Perindustrian, 2009). Selain itu, kurangnya ketertarikan serta minat para petani

untuk menghasilkan kakao fermentasi disebabkan kurangnya insentif yang

diberikan oleh pembeli terhadap biji kakao fermentasi (Suryani, 2007).

Buah kakao umumnya dapat dipanen hampir sepanjang tahu, biasanya

akan terdapat satu atau dua puncak panen yang terjadi 5-6 bulan setelah musim

hujan. Buah kakao hendaknya dipetik apabila sudah cukup masak, yakni ditandai

dengan adanya perubahan pada warna kulit buah. Buah yang sewaktu belum

masak berwarna hijau, pada waktu masak akan berubah menjadi kuning,

sedangkan buah yang sewaktu belum masak berwarna merah, sewaktu masak

akan berubah menjadi jingga (Wahyudi, 2013).

Biji kakao yang bermutu baik mempunyai berat rata-rata 1.0-1.2 gram atau

sekitar 83-100 biji tiap 100 gram. Berat biji sangat berkaitan dengan kandungan

lemak dan kulit biji. Bila berat biji kurang dari 1 garam maka kandungan

lemaknya turun dan kadar kulitnya naik. Kadar kulit biji 11-12% dinyatakan

sebagai batas optimum, yaitu kadar kematangan dari buah kakao yang bewarna

hijau kekuning-kuningan atau hijau kemerah-merahan yang berarti kakao matang

sempurna. Kadar kulit biji sangat dipengaruhi oleh jenis tanaman dan penanganan

pasca panen. Biji kakao dari Ghana mengandung kulit 11-13%, dari Papua Nugini

16-17%. Buah yang berasal dari Indonesia yang dicuci mengandung 8-10% kulit

Page 20: IDENTIFIKASI PENYEBAB KETIDAKSTABILAN HARGA KAKAO DI …

6

6

dan yang tidak dicuci kandungan kulitnya 12-16%. Kekerasan lemak ditentukan

oleh panjang atom dan derajat kejenuhan asam lemak dan juga merupakan faktor

penting dalam menentukan mutu. Standar titik cair lemak kakao adalah 31-35ºC

(Syam, 2006).

Bagi industri makanan dan minuman cokelat, mutu biji kakao merupakan

persyaratan mutlak. Bagi peodusen kakao sebaiknya mutu biji kakao lebih

menjadi perhatian agar posisi bersaing (barganing position) menjadi lebih baik,

keuntungan dari harga jual menjadi optimal dan memberikan kepuasan kepada

pelanggan tanpa banyak memerlukan biaya yang tinggi (Hayati, dkk, 2012).

2. Panen dan Pasca Panen

Panen dan pasca panen kakao merupakan kegiatan yang penting karena

berpengaruh pada mutu biji kakao yang dihasilkan. Produktifitas yang tinggi

tanpa diikuti panen dan pascapanen yang benar tidak akan menjamin pendapatan

yang tinggi. Pada saat panen buah kakao harus diperhatikan tingkat kemasakan

buah dan cara panennya. Penanganan pasca panen buah kakao adalah fermentasi,

pengeringan atau penjemuran dan penyimpanan (Wahyudi, 2007).

a. Panen

Buah kakao yang sudah masak harus segera dipetik agar bijinya tidak

tumbuh. Tanda-tanda buah masak antara lain terjadinnya perubahan warna. Buah

yang berwarna hijau berubah menjadi bewarna kuning, sedangkan buah muda

yang bewarna merah akan berubah menjadi jingga. Selain itu, biji-biji terlepas

dari kulit buahnya sehingga akan berbunyi bila digoyang-goyang. Tingkat

kemasakan buah berpengaruh terhadap hasil fermentasi.

Panen yang terlalu awal menyebabkan mutu biji yang dihasilkan gepeng

dan keriput. Sebaliknya, panen yang terlambat akan menyebabkan biji tumbuh di

dalam buah (Susanto, 2005). Buah kakao dipanen menggunakan gunting potong,

pisau tajam atau sabit. Buah yang letaknya terlalu tinggi dapat dipanen dengan

sabit bergalah. Pengambilan buah dengan menggunakan tangan sebaiknya

dihindari karena dapat merusak bantalan buah sehingga bunga tidak bisa tumbuh.

b. Pascapanen

Proses pengolahan menentukan produk akhir kakao dan pengurangan cita

rasa yang tidak dikehendaki, misalnya rasa pahit dan sepat. Pada proses

Page 21: IDENTIFIKASI PENYEBAB KETIDAKSTABILAN HARGA KAKAO DI …

7

7

pengolahan khususnya fermentasi senyawa-senyawa tersebut akan mengalami

perubahan. Biji kakao yang tidak diolah dengan baik tidak akan diterima di

pasaran atau rendah harganya, karena tidak memeiliki sifat khas tersebut (Lukito,

2007).

c. Fermentasi

Fermentasi merupakan tahap paling menentukan dalam proses pengolahan

biji kakao. Tujuan utama fermentasi adalah melepaskan kakao dari pulp. Proses

fermentasi merupakan tahapan biji kakao yang sangat penting untuk menjamin

dihasilkannya cita rasa maupun aroma cokelat yang baik, dapat mengurangi rasa

pahit dan sepat serta memperbaiki kenampakan biji. Fermentasi yang sempurna

menciptakan citarasa biji kakao dan produk olahannya, termasuk juga karena buah

yang masak serta pengeringan yang baik. Jika hasil fermentasi yang dihasilkan

kurang sempurna, dihasilkan citarasa yang khas cokelat yang pahit dan akan

timbul biji slaty, yaitu biji yang memiliki tekstur sepeti keju (Elisabeth, 2007).

3. Standar Mutu Biji Kakao

Standar mutu biji kakao Indonesia terbagi atas dua persyaratan yaitu,

persyaratan umum dan persyaratan khusus yang diatur dalam standar nasional biji

kakao indonesia sebagaimana tertera pada tabel 3.1 berikut:

Tabel 2. Persyaratan Umum Mutu Biji Kakao

No. Jenis uji Satuan Persyaratan

1. Serangga hidup - Tidak ada

2. Kadar air % fraksi Massa Maks. 7,5

3. Biji berbau asap atau hummy dan atau berbau asing

-

Tidak ada

4. Kadar benda asing - Tidak ada

Sumber SNI 2323:2008 (2008).

Agar mendapatkan mutu biji kakao yang memenuhi standar, maka setiap

tahapan proses pengawasan dan kontrol mutu biji kakao harus diawasi secara

teratur agar pada saat terjadi penyimpangan terhadap mutu biji kakao, suatu

tindakan koreksi yang tepat sasaran dapat segera dilakukan (Hatmi, 2012).

4. Harga

Menurut Kotler dan Armstrong ( 2013), harga adalah sejumlah uang yang

dibebankan atas suatu barang dan jasa dengan jumlah dari nilai uang yang ditukar

konsumen atas manfaaat-manfaat karena memiliki atau menggunakan produk atau

Page 22: IDENTIFIKASI PENYEBAB KETIDAKSTABILAN HARGA KAKAO DI …

8

8

jasa tersebut. Menurut philip Kotler (2012), harga adalah sejumlah uang yang

dibayar untuk suatu produk.

Menurut defenisi diatas kebijakan mengenai harga mengikuti

perkembangan harga dipasar, dan harus mengetahui posisi perusahaan dalam

situasi pasar secara keseluruhan.Sebagai salah satu elemen bauran pemasaran,

harga membutuhkan pertimbangan cermat sehubungan dengan sejumlah dimensi

strategi harga.

a. Harga merupakan pertanyaan nilai dari suatu produk (a statment of value)

Nilai adalah rasio atau perbandingan antara persepsi terhadap manfaat

(perceived benefits) dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan

produk.

b. Harga merupakan aspek yang tampak jelas (visible) bagi para pembeli.. tidak

jarang harga dijadikan semacam indikator kualitas jasa.

c. Harga adalah determinan untuk permintaan (the law of demand) besar

kecilnya harga dipengaruhi kualitas produk yang dibeli oleh konsumen.

d. Harga berkaitan langsung dengan dengan pendapatan dan lab. Harga adalah

suatu unsur bauran pemasaran yang mendatangkan pemasukan bagi

perusahaan, yang pada gilirannnya berpengaruh pada besar kecilnya laba dan

pangsa pasar yang diperoleh.

e. Harga bersifat fleksibel, artinya bisa disesuaikan dengan cepat. Dari empat

bauran pemasaran tradisional, harga adalah elemen yang paling mudah diubah

dan diadaptasikan dengan dinamika pasar.

f. Harga merupakan masalah nomor satu yang dihadpi para manager. Sebaliknya

ini ditunujkan denagn empat level konflik potensial menyangkut aspek harga.

(a) konflik internal perusahaan, (b) konflik dalam saluran distribusi, (c)

konflik dengan pesaing dan (d) konflik dengan lembaga pemerintahan dan

kebijakan publik.

Harga memiliki peranan utama dalam proses pengambilan keputusan

para pembeli, yaitu peranan alokasi dan peranan informasi.

a. Peranan alokasi dari harga yaitu fungsi harga dalam mambantu para pembeli

untuk memmutuskan cara memperoleh manfaat atau utilitas tertinggiyang

diharapkan berdasarkan daya belinnya.

Page 23: IDENTIFIKASI PENYEBAB KETIDAKSTABILAN HARGA KAKAO DI …

9

9

b. Peranan informasi dan harga yaitu fungsi harga dalm manjaring konsumen

mengenai faktor-faktor produk, misalnya kualitas. Hal ini terutama bermanfaat

dalam situasi dimana pembeli mengalamai kesulitan untuk menilai faktor

produk atau manfatnya secara obyekti. Presepsi yang sering berlaku adalah

bahwa harga yang mahal mecerminkan kualitas yang tinggi.

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Kakao

Thantawi (2005) mengemukakan bahwa pada umunnya pertimbangan

petani dalam memilih usaha tani dipengaruhi oleh faktor intrn, ekstern dan motif

keuntunggan. Faktor intern adalah faktor-fakto yang bersumber dari diri petani

atau keluargannya misalnya faktor kemampuan, keahlian atau keadaan keluarga

untuk dapat melaksanakan suatu jenis usaha tani. Faktor ekstern meliputi faktor

insensitas penyuluhan, iklim,dan jenis tanah. Berbicara mengenai motif

keuntunggan secara subsistem ataupun keuntungan secara komersial.

Beberapa faktor-faktoryang mempengaruhi harga kakao yaitu:

a. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap US Dollar

Rata-rata nilai tukar rupiah terhadap US dollar dari tahun 2010 hingga

tahun 2013 cenderung mengalami fluktuasi. Dilihat dari rata-rata per tahun, nilai

tukar rupiah terhadap US Dollar pada tahun 2010 sebesar Rp9095.19/US$ dan

pada tahun 2011 mengalami penurunan sebesar Rp8755.22/US$ dan kembali

meningkat pada tahun 2012 dengan rata-rata sebesar Rp9384.24/US$, kemudian

meningkat lagi pada tahun 2013 dengan rata-rata sebesar Rp10459.09/US$.

Nilai tukar rupiah mencapai nilai titik terendah pada bulan Juni 2011

sebesar Rp8532/US$ dan titik tertinggi pada bulan Desember 2013 sebesar

Rp12087.1/US$. Pada periode awal tahun 2010 nilai tukar rupiah terhadap US

Dollar mencapai nilai Rp9275.45/US$ namun terus mengalami apresiasi hingga

akhir tahun bahkan berkelanjutan hingga di awal tahun 2010. Penguatan nilai

tukar pada tahun 2011 yang mencapai nilai rata-rata sebesar Rp8755.22/US$ per

tahun.

Pada tahun 2012-2013 nilai tukar mengalami apresiasi dengan rata-rata

Rp9384.24/US$ pada tahun 2012 dan Rp10459.09/US$ pada tahun 2013, apabila

nilai tukar rupiah terhadap US$ Dollar mengalami peningkatan 1 satuan, maka

volume ekspor kakao di Indonesia akan menurun sebesar -0.188dengan asumsi

Page 24: IDENTIFIKASI PENYEBAB KETIDAKSTABILAN HARGA KAKAO DI …

10

10

variabel produksi kakao domestik dan harga kakao internasional dianggap

konstan. Berlaku pula sebaliknya apabila nilai tukar rupiah terhadap US$ Dollar

mengalami penurunan 1 satuan maka akan menyebabkan volume ekspor di

Indonesia juga meningkat sebesar 0,188 satuan (Gaza Nickyta dkk, 2015).

b. Faktor Permintaan

Kondisi permintaan merupakan salah satu faktor penting dalam upaya

peningkatan daya saing industri kakao olahan, semakin besar permintaan

konsumen terhadap kakao olahan regional tentunya dapat meningkatkan daya

saing kakao olahan di pasar nasional. Harga ekspor dan volume ekspor

menggambarkan permintaan hasil olahan kakao Perdagangan kakao olahan Jawa

Timur di pasar nasional maupun internasional mengalamii pertumbuhan yang

positif. (Harya, 2014).

Volume ekspor kakao olahan sebesar 8.801.364 Kg dan menurun terus

setiap tahunnya hingga pada tahun 2012 volume ekspor kakao olahan sebesar

3.382.093 Kg. Hal ini menandakan bahwa kakao Olahan terus menurun padahal

permintaan kakao olahan terus meningkat setiap tahunnya untuk memenuhi

konsumsi tingkat daerah, tingkat nasional maupun dunia. Jenis komoditi yang

banyak diminati oleh pasar dalam negeri adalah mentega, lemak, serta minyak

kakao (HS 1804.00), dan bubuk kakao tidak mengandung tambahan gula atau

pemanis lainnya (HS 1805.00). Dua jenis komoditi kakao olahan tersebut banyak

digunakan sebagai bahan baku penunjang industri-industri makanan dan minuman

nasional. (Harya, 2014).

c. Pengolahan biji kakao dalam negeri

Salah satu permasalahan dalam komoditas kakao adalah sebagian besar

(78,5%) diekspor dalam bentuk biji kering tanpa pengolahan lebih lanjut (produk

primer) sehingga harga jualnya menjadi lebih rendah dibanding bila diolah dulu

melalui proses fermentasi (Goenadi et al., 2005).Hal ini terjadi karena petani

menghendaki pembayaran yang lebih cepat tanpa harus menunggu proses

fermentasi. Dampak langsung dari kondisi ini adalah pendapatan petani menjadi

berkurang serta industri pengolahan kakao dalamnegeri kurang berkembang

karena kurang pasokan bahan baku sehingga dampak lebih lanjut adalah

penyerapan tenaga kerja menjadi rendah.

Page 25: IDENTIFIKASI PENYEBAB KETIDAKSTABILAN HARGA KAKAO DI …

11

11

d. Kualitas kakao

Memperoleh kualitas kakao yang baik merupakan aspek penting dalam

mengembangkan produksi kakao secara berkelanjutan dan faktor utama dalam

pemuasan konsumen. Agar berhasil, parapetani hendaknya memahami kualitas

sejakawal keberadaan kakao pada rantai nilai. Hal pertama yang menentukan

harga adalah kualitas biji yang dihasilkan.

Untuk mendapatkan biji yang baik sejalan dengan penerapan budidaya

tanaman yang baik pula, merehabilitasi pohon tua serta mengendalikan hama dan

penyakit. Dan sejalan dengan kegiatan yang dilakukan itu akan menghasilkan

keuntungan yang lebih baik meskipun harga tidak meningkat.

Setelah buah kakao masak, kualitas akan dipengaruhi oleh penanganan

kakao itu sendiri sejak dari pohon hingga pembeli, termasuk penanganan pasca

produksi sejak buah dipetik hingga biji dijual kepada pembeli yang

mempengaruhi kualitas. Kadar air, jumlah kotoran dan ukuran, akan turut

menentukan harga dan hendaknya petaniwas pada jika menghendaki keuntungan.

Petani berada pada posisi mengendalikan kualitas melalui peningkatan budidaya

tanaman (Yasa 2008).

e. Pemasaran

Menurut Hasyim (2012), pemasaran adalah semua kegiatan yang bertujuan

untuk memperlancar arus barang atau jasa dari produsen kekonsumen secara

paling efisien dengan maksud untuk menciptakan permintaan efektif. Pada

pemsaran terjadi suatu aliran barang dari produsen kekonsumen dengan

melibatkan lembaga perantara pemasaran. Seluruh lembaga perantara pemasaran

memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan saluran pemasaran,

karena jika terdiri dari rantai pemasaran yang panjang maka biaya pemasaran

yang dikeluarkan menjadi lebih besar.

Pasca panen yang dilakukan oleh petani pada saat pengeringan belum

dilakukan secara maksimal. Proses pengeringan berpengaruh pada harga jual biji

kakao. Semakin lama proses pengeringan maka harga jual semakin tinggi

begitupun sebaliknya. Petani lebih memilih mengeringkan kakao dalam waktu

singkat, para petani berasumsi bahwa pengeringan dalam waktu singkat akan

memberikan keuntunggan yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan petani tidak

Page 26: IDENTIFIKASI PENYEBAB KETIDAKSTABILAN HARGA KAKAO DI …

12

12

mengeluarkan biaya kembali pada proses pengeringan yang akan berdampak

kepada rendahnya harga kakao tersebut.

f. Produksi

Teori produksi yangsederhana menggambarkan tentang hubungan diantara

tingkat produksi suatu barang dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk

menghasilkan berbagai tingkat produksi barang tersebut. Analisis tersebut

dimisalkan bahwa faktor-faktor produksi lainnya adalah tetap jumlahnya, yaitu

modal dan tanah jumlahnya tidak mengalami perubahan. Juga teknologi tidak

mengalami perubahan. Satu-satunya faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya

adalah tenaga kerja Sukirno (dalam Fachmi, 2014).Produksi merupakan hasil

akhir dari proses atau aktifitas ekomnomi dengan memanfaatkan beberapa

masukan/input. Produksi atau memproduksi menambah kegunaan suatu barang.

Kegunaan suatu barang akan bertambah bila memberikan manfaat lebih dari

bentuk semula. Lebih spesifik lagi produksi adalah kegiatan perusahaan dengan

mengkombinasikan berbagai input untuk menghasilkan output dengan biaya yang

minimum Joesron (dalam Pachmi, 2014).

2.2 Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relefan dengan penelitian ini membuat hasil-hasil

penelitian sebelumnya dengan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti lain

dengan maksud untuk menghindari duplikasi yakni anggapan bahwa mahasiswa

yang sedang melakukan penelitian hanya meniru atau mencopy hasil penelitian

dari orang lain yang pasti akan sangat merugikan baik bagi mahasiswa maupun

peneliti yang bersangkutan.

1. Muhammad Firdaus dan Ariyoso (2010). Keterpaduan Pasar dan Faktor-

Faktor Yang Mempengaruhi Harga Kakao Indonesia.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menyelidiki integrasi pasar antara harga

kakao di Sulawesi Selatan, Indonesia dan harga kakao di NYBOT, dan untuk

menganalisis beberapa faktor yang mempengaruhi harga kakao di Indonesia mode

yang digunakan dalam penelitian ini yaitu mode analisis keterpaduan pasar spot

Makassar dengan bursa berjangka NYBOT, dan analisis regresi untuk melihat

faktor-faktor yang mempengaruhi harga kakao di indonesia.

Page 27: IDENTIFIKASI PENYEBAB KETIDAKSTABILAN HARGA KAKAO DI …

13

13

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat keterpaduan harga

yang kuat baik dalam jangka panjang dan jangka pendek antara pasar kakao spot

di Makassar dengan bursa berjangka di NYBOT. Pergerakan harga kakao di

Indonesia dipengaruhi oleh harga di NYBOT, konsumsi kakao di dunia serta kurs

Rp terhadap US$.

2. Sahara, D dkk.2014. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Keuntunggan

Usaha Tani Kakao di Sulawesi Tenggara

Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi tingkat keuntungan usahatani kakao dan mengetahui pendapatan

maksimal yang diperoleh petani. Metode analisis yang digunakan yaitu untuk

melihat hubungan antara keuntunggan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya

dipergunakan model fungsi keuntunggan cobb-douglas.

Berdasarkan analisisnya menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi

tingkat keuntunggan usaha tani kakao secara nyata adalah luas areal dan harga

pupuk. Pendapatan maksimal akan diperoleh petani dengan memperluas areal

pertanaman dan peningkatan penggunaan pupuk sampai batas rekomendasi dosis

pemupukan.

3. Inspinimiartini dan Elvianti. 2005. Analisis Tingkat Produksi dan Faktor-

Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Kakao di Kabupaten Lima

Puluh Kota

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui tingkat pendapatan

petani kakao dan mengetahui variabel-variabel yang berpengaruh terhadap tingkat

pendapatan petani kakao. Berdasarkan analisis penelitiannya menyimpulkan

bahwa produksi petani kakao 463.4 kg,ha/bulan biji kering, adalah tingkat

pendapatan petani kakao sebesar Rp20.000-Rp24.000/kg biji kering dan variabel-

variabel yang berpengaruh terhadap tingkat pendapatan petani kakao adalah

produksi, harga jual, usia dan luas lahan berpengaruh nyata terhadap pendapatan

petani kakao. Sedangkan umur tanam tidak berpengaruh nyata terhadap

pendapatan petani kakao. Metode penelitian ini untuk melihat tingkat pendapatan

petani kakao menggunakan data primer dan sekunder.

Page 28: IDENTIFIKASI PENYEBAB KETIDAKSTABILAN HARGA KAKAO DI …

14

14

Usaha tani

kakao

Harga kakao

Faktor yang mempengaruhi harga 1. Nilai tukar rupiah

2. Pemasaran 3. Permintaan

4. Pengolahan biji kakao 5. Kualitas kakao

6. Produksi

Ketidkstabikan Harga kakao

4. Ratna Puspita dan Kadrisman Hidayat. 2013.

Pengaruh Produksi Kakao Domestik, Harga Kakao Internasional dan Nilai

Tukar Terhadap Ekspor Kakao Indonesia.Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui perkembangan industri kakao indonesia pada tahun 2010sampai

dengan tahun 2013 . Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data

sekunder yang diperoleh dari badan pusat statistik (BPS).

2.3 Kerangka Pikir

Kecamatan Sukamaju Merupakan salah satu daerah yangmengembangkan

usaha tani kakao salah satu desa yang memiliki potensi untuk pengembangan

kakao yaitu Desa Ketulungan. Tetapi petani memiliki kendala yaitu terjadinya

ketidakstabilan harga yang disebabkan oleh adanya faktor yang menyebabkan hal

tersebut antara lain nilai tukar rupiah terhadap dollar dimana jika dollar naik

maka rupiah melemah selain itu fakttor lainnya adalah permintaan ketika

permintaan naik maka harga kakao naik begitupun sebaliknya, kualitas kakao juga

dapat menjadi faktor yang menyebabkan ketidakstabilan harga karena pembeli

mempunyai standar kakao jika akan menentukan harga selain itu pemasaran juga

menjadi salah satu penyebabnya. Pengolahan biji kakao juga menjadi masalahnya

karena sebagian besar kakao diekspordalam bentuk biji kering tanpa pengolahan

lebihlanjut (produk primer) sehingga harga jualnyamenjadi lebih rendah

dibanding bila diolah duhulumelalui proses sehingga akan berdampak pada harga

kakao itu sendiri.

Gambar 1. Skema Kerangka Pikir

Page 29: IDENTIFIKASI PENYEBAB KETIDAKSTABILAN HARGA KAKAO DI …

15

15

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 JenisPenelitian

Jenis data uang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

deskriptif kualitatif. Metode penelitian deskriptif kualitatif adalah sebuah tipe

penelitian yang berusaha memberikan gambaran dan pemaknaan terhadap

identifikasi penyebab ketidakstabilan harga kakao yang ada di Desa Ketulungan

Kecamatan Sukamaju Kabupaten Luwu Utara.

3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Sukamaju Kabupaten Luwu Utara. Alasan

penentuan lokasi penelitian dikarenakan Desa Ketulungan Kecamatan Sukamaju

merupakan daerah penghasil kakao di Kabupaten Luwu Utara, namun rata-rata

produktifitas kakao masih mengalami ketidakstabilan harga yang berdampak

terhadap pendapatan petani kakao di daerah tersebut. Ruang lingkup penelitian ini

hanya terbatas pada identifikasi yang menyebabkan ketidakstabilan harga kakao.

Penelitian ini di rencanakan berlangsung selama 3 bulan, mulai bulan desember

2019 sampai dengan februari 2020. Penelitian ini dilaksanakan di Desa

Ketulungan Kecamatan Sukamaju Kabupaten Luwu Utara. Penentuan Desa

Ketulungan Kecamatan Sukamaju dilakukan secara sengaja (Purposive sampling)

dengan pertimbangan bahwa petani Desa Ketulungan memproduksi tanaman

kakao.

3.3 Populasi dan Sampel

Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara sengaja

(purposive sampling) dengan melihat ciri-ciri informan mudah ditemui dan

merupakan petani kakao serta melakukan wawanca secara langsung dengan

informan, yaitu orang yang memiliki usaha tani kakao. Pengambilan sampel pada

lokasi penelitian yaitu 20 orang petani kakao, 3 orang dosen pertanian, 5 orang

pedagang kakao, 2 orang dinas terkait. Sehingga diperoleh sampel sebanyak 30

orang.. Penarikan sampel ini dilakukan dengan pertimbangan apabila subjek

kurang dari 100, lebih baik populasi di ambil semua sebagai sampel tetapi jika

Page 30: IDENTIFIKASI PENYEBAB KETIDAKSTABILAN HARGA KAKAO DI …

16

16

lebih dari 100 maka dapat diambil 10-15% atau 20-25% atau lebih (Arikunto,

2013).

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Terdapat dua jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

primer dan data sekunder.

1. Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari petani kakao yang

menjadi sample penelitian

2. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi terkait seperti kantor

Desa/Lurah penyuluh pertanian dan lain-lain.

Menurut Sulistiono (2015), metode pengumpulan data adalah teknik atau

cara-cara yang dapat digunakan meneliti untuk mengumpulkan data yang

biasannya dilakukan oleh peneliti. Penelitian dapatmenggunakan salah satu atau

gabungan dari metode yang ada tergantung masalah yang dihadapi. Teknik

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antar lain:

1. Wawancara

Wawancara adalah percakapan yang dilakukan oeh dua orang yaitu

pewawancara dan naraseumber yang bertujuan untuk memperoleh informasi yang

dibutuhkan oleh pewawancara secara langsung. Dalam penelitian ini proses

wawancara dilakukan kepada petani, dosen, pedagang, dan dinas terkait yang ada

di Desa Ketulungan Kecamatan Sukamaju Kabupaten Luwu Utara yang menjadi

sampel penelitian.

2. Dokumentasi

Dokumentasi adalah salah satu metode pengambilan data dokumentasi

yang diperlukan. Dengan adanya dokumentasi ini peneliti dapat mengambil data

secara mudah dan dapat membuktikan keaslian dari data yang diperoleh agar tidak

terjadi pemalsuan data.

3.5 Teknik Analisis Data

Data adalah bagian terpenting dari suatu penelitian, karena dari data

penelitian dapat mengetahui hasil dari penelitian tersebut. Analisis data yang

digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis data deskriptif untuk

mengidentifikasi, mendeskripsikan dan mengambarkan faktor penyebab

Page 31: IDENTIFIKASI PENYEBAB KETIDAKSTABILAN HARGA KAKAO DI …

17

17

ketidakstabilan harga kakao yang ada di Desa Ketulungan Kecamatan Sukamaju

Kabupaten Luwu Utara.

3.6 Definisi Operasional

1. Petani adalah masyarakat yang bermata pencaharian sebagai petani kakao

untuk memenuhui kebutuhannya.

2. Harga adalah uang yang diterima oleh petani atas penjualan hasil panen

berdasarkan yang diukur dalam satuan rupiah per kilogram Kg.

3. Kualitas biji kakao merupakan persyaratan mutlak. Standar mutu ditentukan

sebagai tolak ukur untuk pengawasan pengendalian mutu. Setiap bagian biji

kakao yang akan dijual oleh petani kakao harus memenuhi standar mutu oleh

pembeli biji kakao.

4. Pemasaran merupakan sebuah sistem meliputi sebuah aliran produk dan jasa

yanga ada, mulai dari titik awal produksi pertanian sampai semua produk dan

jasa tersebut ditangan konsumen.

5. Produksi merupakan hasil akhir dari proses atau aktifitas ekomnomi dengan

memanfaatkan beberapa masukan/input.

6. Permintaan merupakan salah satu faktor penting dalam upaya peningkatan

daya saing industri kakao olahan, semakin besar permintaan konsumen

terhadap kakao olahan regional tentunya dapat meningkatkan daya saing kakao

olahan di pasar nasional.

7. Pengolahan merupakan proses yang dilakukan pasca panen dimana proses

pengolahan akan sangat menentukan kualitas kakao dan harga kakao.

Page 32: IDENTIFIKASI PENYEBAB KETIDAKSTABILAN HARGA KAKAO DI …

18

18

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Daerah Penelitian

a. Letak dan Batas Wilayah

Desa ketulungan terletak di Kecamatan Sukamaju Kabupaten Luwu Utara

yang memiliki luas wilayah 1.578 Ha, yang dalam pemanfaatan lahan terdiri dari

lahan persawahan 420.00 Ha, lahan penduduk 327.36 Ha, lahan basah 6.92 Ha,

lahan perkebunan 70.00 Hadan memiliki batas-batas wilayah yang dibatasi

sebagai berikut:

1) Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Tamboke.

2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Tulung Sari.

3) Sebelah timur berbatasan dengan Desa Kaluku.

4) Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Tulung Indah.

Desa yang terletak di lokasi pertengahan Kecamatan Sukamaju ini

mempunyai jarak tempuh 6 Km dari Ibu Kota Kecamatan. Secara administratif

Desa Ketulungan terdiri dari 10 rukun tetangga (RT) yang dihuni oleh tiga Etnis

yakni Etnis jawa, Etnis bugis dan Etnis Rongkong dimana masyarakatnya

mayoritas agama islam. Secara topografi wilayah Desa Ketulungan merupakan

daerah datar dan tidak ada daerah yang tergolong berbukit-buki dan memiliki

iklim tropis yang menjadi 3 (tiga) bagian yaitu musim pancaraoba, musim

penghujan dan musim kemarau. Musim pancaroba biasa terjadi pada Bulan Mei

sampai Bulan Juli. Pada kondisi normal musim kemarau terjadi pada Bulan

Agustus Sampai dengan bulan November sedangkan musim penghujan terjadi

pada Bulan Desember sampai dengan Bulan April.

b. Keadaan Penduduk

Penduduk merupakan sekelompok orang yang menetap dalam suatu

wilayah dalam jangka waktu yang lama penduduk juga merupakan sumber daya

manusia yang sangat besar potensi dan peranannya dalam pembangunan

pertumbuhan ekonomi pada suatu wilayah juga sebagai pengola sumber daya

alam yang ada. Penduduk juga dapat diartikan sebagai sejumlah orang atau

kelompok yang mendiami suatu daerah tertentu. Potensi ini dapat dimanfaatkan

Page 33: IDENTIFIKASI PENYEBAB KETIDAKSTABILAN HARGA KAKAO DI …

19

19

sesuai dengan dengan kemampuan dan pengetahuannya. Penduduk merupakan

semua orang yang berdomisili di wilayah Geografis selama 6 Bulan atau lebih dan

mereka yang berdomisili kurang dar 6 Bulan dengan tujuan untuk menetap (BPS,

2014). Jumlah penduduk di Desa Ketulungan Kecamatan Sukamaju pada tahun

2019 sebanyak 1.394 orang laki laki dan 1.295 orang perempuan dengan jumlah

total 2.689 penduduk dengan jumlah kepala keluarga (KK) 779 kepala keluarga.

Jumlah penduduk pada daerah penelitian dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Desa Ketulungan Kecamatan

Sukamaju Kabupaten Luwu Utara.

No Jenis kelamin Jumlah Jiwa Presentase(%)

1 Laki-laki 1394 51.85 2 Perempuan 1295 48.16

Jumlah 2689 100.00

Sumber: Kantor Desa Ketulungan (2020).

Tabel 3 di atas menjelaskan bahwa jumlah penduduk yang ada di Desa

Ketulungan dengan penduduk berjenis kelamin laki-laki lebih besar dengan

jumlah 1394 jiwa dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan sebesar

1295 jiwa.

c. Jumlah Penduduk menurut Mata Pencarian

Ada banyak mata percarian yang terdapat pada Desa Katulungan namun

pada umumnya mata pencarian penduduk Desa Ketulungan Kecamatan Sukamaju

Kabupaten Luwu Utara bermata pencarian sebagai petani yang sebagian besar

menanam tanaman seperti padi, jagung manis, kakao dan sayuran, namun ada juga

yang bermata percarian pada sektor ekonomi lain seperti, buruh tani, buruh

migran, pegawai negri sipil, pedagang barang kelontong, peternak, montir,

perawat swasta, bidan swasta, TNI, POLRI, pengusaha kecil, menengah dan

besar, guru swasta, seniman/artis, pedagang keliling, tukang kayu, tukang batu,

pembantu rumah tangga, dan lain sebagainya. Agar lebih jelasnya dapat dilihat

pada tabel 4 berikut.

Page 34: IDENTIFIKASI PENYEBAB KETIDAKSTABILAN HARGA KAKAO DI …

20

20

Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencarian Desa Ketulungan

Kecamatan Sukamaju Kabupaten Luwu Utara.

No Jenis mata pencaharian Jumlah

(Jiwa) Presentase (%)

1 Petani 625 23.29

2 Buruh tani 12 0.45

3 Buruh migran 3 0.11

4 PNS 13 0.45

5 Pedagang barang kelontong 32 1.19

6 Peternak 5 019.

7 Montir 8 0.20

8 Perawat 7 0.21

9 TNI 5 0,19

10 POLRI 3 0.11

11 Pengusaha kecil, menengah dan besar

5 0.19

12 Seniman/artis 1 0.04

13 Tukang kayu 1 0.04

14 Tukang batu 19 0.80 15 Pembantu rumah tangga 2 0.07

16 Karyawan perusahaan swasta 22 0.82

17 Wiraswasta 71 2.64

18 Tidak mempunyai pekerjaan tetap 166 6.18

19 Belum bekerja 281 10.45

20 Pelajar 653 24.33

21 Ibu rumah tangga 689 25.67

22 Buruh harian lepas 2 0.07

23 Pengusaha perdagangan hasil bumi 1 0.04

24 Sopir 2 0.07

25 Karyawan honorer 6 0.22 26 Tukang las 1 0.04

27 Anggota legislatif 2 0.07

28 Bidan 4 0,15

29 Guru swasta 11 0,45

30 Pedagang keliling 27 1,0 Jumlah 2.689 100.00

Sumber: Kantor Desa Ketulungan (2020).

Berdasarkan tabel 4 di atas bahwa jumlah penduduk yang bekerja sebagai

petani sebanyak 625 jiwa atau sekitar 23.29%, penduduk yang

bermatapencaharian sebagai buruh tani sebanyak 10 jiwa atau sekitar 0.45%,

penduduk yang bermatapencaharian sebagai buruh migran sebanyak 3 jiwa atau

sekitar 0.11, penduduk yang bermatapencaharian sebagai PNS sebanyak 21 jiwa

atau 0.45, penduduk yang bermatapencaharian sebagai pedagang 1 jiwa

Page 35: IDENTIFIKASI PENYEBAB KETIDAKSTABILAN HARGA KAKAO DI …

21

21

d. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Jumlah penduduk di Desa Ketulungan Berdasarkan tingkat pendidikan

dapat dilihat pada tabel 5 berikut:

Tabel 5. Jumlah Penduduk berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Presentase (%)

1 TK 73 4,01

2 Tidak Tamat SD 131 7,29 3 SD 1060 58,27

4 SMP 310 17,04

5 SMA 277 15,22

6 Diploma 1-2-3 36 1,97 7 Sarjana (S1) 31 1,70

Jumlah 1819 100.00

Sumber: Kantor Desa Ketulungan, 2020.

Tabel 5 di atas menejaskan bahwa menunjukkan bahwa sebagaian besar

masyarakat di Desa Ketulungan hanya menyelasaikan pendidikan sampai tingkat

sekolah dasar (SD) dan sangat jarang dari penduduk Desa penduduk di Desa

Ketulungan yang melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Hal tersebut

dikarenakan setelah melanjutkan pendidikan di tingkat sekolah Dasar (SD) para

penduduk yang masih tergolong dalam umur yang produktif tersebut disibukan

dengan rutinitas mencari pekerjaan dalam rangka meningkatkan kualitas

perekonomian mereka. Di samping itu, secara umum penduduk di Desa

Ketulungan telah memiliki kesadaran akan pentinggnya pendidikan, hal itu

terlihat bahwa responden mempunyai tingkat pendidikan yang cukup baik yaitu

tamat Sekolah Menengah Atas (SMA), walaupun sarana dan prasarana pendidikan

formal khususnya Sekolah Menengah Atas (SMA) tidak tersedia di Desa

Ketulungan.

d. Luas Wilayah dan Penggunaan Lahan

Desa Ketulungan memiliki lahan yang ratadan tidak berbukit-bukitdan

beberapa faktor pemanfaatan, akan tetapi yang terluas adalah untuk areal

persawahan dan sebagian dipergunakan untuk lahan perkebunan serta lahan

lainnya. Agar lebih jelasnya mengenai pemanfaatan lahan di Desa Ketulungan

dapat dilihat pada tabel 6 berikut.

Page 36: IDENTIFIKASI PENYEBAB KETIDAKSTABILAN HARGA KAKAO DI …

22

22

Tabel 6. Pemanfaatan lahan di Desa Ketulungan Kecamatan Sukamaju

No Jenis lahan Luas (Ha)

1 Lahan Sawah 420,00

2 Lahan Perkebunan 327,36 3 Lahan Lainnya 6,92

Total 754,28

Sumber: Kantor Desa Ketulungan, (2020).

Tabel 6 menunjukkan bahwa pola penggunaan lahan lebih banayk

ditunjukan untuk areal persawahan yakni sebesar 420.00 hetar, ini menandakan

pendapatan utama penduduknya diperoleh dari sektor persawahan seperti pada

data mata pencaharian penduduk yang berprofesi sebagai petani adalah sebanyak

625 orang.

2. Karakteristik Responden

Identitas responden yaitu menguraikan deskripsi identitas reponden

menurut sample penelitian yang telah ditetapkan. Salah satu tujuan deskripsi

karakteristik responden adalah memberikan gambaran menjadi yang menjadi

sampel dalam penelitian ini. Data deskripsi tentang identitas responden diperoleh

dengan malakukan wawancara kepada petani, dinas terkait, pedagang dan dosen

pertanian yang menjadi sample dalam penelitian ini. Identitas responden

mengenai umur jenis kelamin dan pendidikan.

a. Umur Responden

Umur merupakan suatu tolak ukur dalam kehidupan sesorang yang diukur

setiaptahun sejak dari tahun lahir sampai dengan sekarang, maka dengan itu umur

sangat mempengaruhi kemampuan seseorang baik baik dari segi kemampuan fisik

maupun cara berfikir. Semakin muda umur seseorang petani, maka dengan sangat

muda petani tersebut menerima informasi serta penggunaaan teknologi dalam

bidang pertanian dibandingkan dengan petani yang berumur tua yang nyatannya

sulit berinteraksi baik dari segi pendengaran, penglihatan dan lebih mengandalkan

pengalaman dari orang terdahulu sehingga dapat memepengaruhi cara berfikir dan

kemampuan untuk bekerja.

Page 37: IDENTIFIKASI PENYEBAB KETIDAKSTABILAN HARGA KAKAO DI …

23

23

Tabel 7. Umur Responden yang Berkaitan.

No Umur (Tahun) Jumlah Responden (orang) Presentase (%)

1 40-49 17 56,66

2 50-59 11 36,66

3 60-69 2 6,67

Jumlah 30 100,00

Sumber: Data Primer setelah diolah (2020).

Data diatas menunjukkan bahwa kelompok umur terbesar adalah

kelompok umur 15-64 tahun dengan jumlah 28 responden atau sebanyak 93,33%

termaksuk dalam kelompok usia produktif, sedangkan kelompok umur terendah

yaitu ≥65 tahun dengan jumlah 2 responden atau sebanyak 6,67% termasuk dalam

kelompok usia yang tidak produktif.

b. Pendidikan Responden

Ilmu pengetahuan sebagian besar di pengaruhi oleh tingkat pendidikan.

Pendidikan yang relatif lebih tinggi menyebabkan petani lebih mudah untuk

berpikir serta mampu untuk mengimplementasikan teori secara langsung

kelapangan. Tingkat pendidikan yang diperoleh petani berasal dari dua sumber

yaitu: Pendidikan formal dan informal. Pendidikan formal adalah pendidikan yang

pernah ditempu oleh petani sampel mulai tingkat sekolah dasar sampai perguruan

tinggi.

Pendidikan informal adalah pengetahuan yang diperolah oleh petani

tanpa melalui sekolah seperti pengalaman, informsi dari tetangga, petani lain,

pamong desa, petugas penyuluh dan lain-lain. Pendidikan juga mampu

membentuk watak, cara berfikir, serta pola tanam terutama dalam pengambilan

keputusan dalam pemakaian sarana produksi penentuan harga komoditi kakao.

Semakin tinggi pendidikan yang dimiliki petani, maka diharapkan semakin

rasional cara berfikirnya dalam pengolalaan usaha taninya. Pendidikan bukan lagi

sebagai sarana penunjang tetapi merupakan faktor utama dalam meningkatkan

hasil pertanian, karena didasari atau tidak tanpa pendidikan maka mereka tidak

akan dapat mengadopsi secara maksimal kemajuan-kemajuan teknologi dibidang

pertanian.Gambaran mengenai tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada

tabel 8 berikut:

Page 38: IDENTIFIKASI PENYEBAB KETIDAKSTABILAN HARGA KAKAO DI …

24

24

Tabel 8. Pendidikan Responden yang ada di Desa Ketulungan Kecamatan

Sukamaju Kabupaten Luwu Utara.

No Tingkat pendidikan Jumlah responden Presentase(%)

1 SD 15 50,00

2 SMP 6 20,00

3 SMA 4 13,30

4 S1 2 6,67

5 S2 3 10,00 Jumlah 30 100,00

Sumber: Data Primer setelah diolah (2020).

Data diatas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan tertinggi adalah SD

dengan jumlah 15 responden atau sebanyak 50%, selanjutnya tingkat

pendidikanSMP dengan jumlah 6 responden atau sebanyak 20%, tingkat

pendidikan SMA dengan jumlah 4 responden atau sebanyak 13,3%, tingkat S2

dengan jumlah 3 responden atau sebanyak 10 %, serta tingkat pendidikan S1

sebanyak 2 responden atau sebanyak 6,67%.

3. Faktor- faktor yang Menyebabkan Ketidakstabilan Harga Kakao di Desa

Ketulungan Kecamatan Sukamaju Kabupaten Luwu Utara

a. Kadar Air

Kadar air dalam biji kako merupakan penentu yang harus diperhatikan

dalam menentukan harga kakao, kadar air dapat membedakan kualitas dan harga

kakao baik di tingkat petani, pedagang pengumpul dan pedanag besar adapun

perbedaan harga dapat dilihat pada tabel 9 berikut.

Tabel 9. Perbedaan Harga Kakao Kering dan Harga Kakao Basah.

No Lembaga pemasaran Harga kakao kering (Kg)

Harga kakao basah (Kg)

1 Petani Kakao 20.000,00 12.000,00

2 Pedagang Pengumpul 36.500,00 15.000,00

3 Pedagang Besar 55.000,00 -

Sumber: Data Penelitian setelah diolah (2020).

Dapat dilihat pada tabel di atas bahwa harga jual kakao di tingkat petani

yaitu Rp20.000,00/Kg jika dalam keadaan kering karena proses penjemurannya

hanya menghilangkan sebagian kadar air kakao saja dan jika dalam keadaan basah

yaitu Rp12.000,00/Kg. Sedangkan harga jual di tingkat pedagang pengumpul

yaitu Rp36.500,00/Kg, jika dalam keadaan basah diberikah harga sebesar

Rp15.000,00/Kg. tingkat harga jual di pedagang besar lebih tinggi karena

Page 39: IDENTIFIKASI PENYEBAB KETIDAKSTABILAN HARGA KAKAO DI …

25

25

sebelumnya sudah di lakukan pengeringan secara manual di tingkat pedagang

pengumpul sehingga lebih memiliki harga yang tinggi dengan harga

Rp55.000,00/Kg.

b. Perlakuan Panen dan PascaPanen

Panen dan pasca panen merupakan langkah akhir yang dilakukan dalam

proses pembudidayaan kakao seperti fermentasi, kegiatan ini dilakukan sebelum

penjualan atau pemasaran. Sebanyak 20 petani di Desa Ketulungan Kecamatan

Sukamaju tidak melakukan fermentasi terhadap kakao yang mereka hasilkan dan

lebih memilih menjual hasil panen dalam keadaan basah atau dikeringkan terlebih

dahulu dalam jangka waktu satu hari dengan alasan mudah dan cepat

mendapatkan keuntunggan tanpa memerhatikan kualitas kakao yang dihasilkan.

c. Faktor Permintaan

Kondisi permintaan merupakan salah satu faktor penting dalam upaya

menentukan harga kakao. Semakin besar permintaan konsumen terhadap kakao

olahan tentunya dapat meningkatkan harga dan daya saing di pasar nasional yang

akan mempengaruhi harga kakao di setiap daerah. Permintaan kakao di dapat

dilihat pada tabel berikut.

Tabel 11. Data Permintaan Kakao Sulawesi Selatan 2012-2017.

Tahun Nilai (Juta US Dollar) Berat (000 Ton)

2012 171.98 66.58

2013 241.66 92.07

2014 250.14 66.13 2015 199.18 57.08

2016 159.56 41.00

2017 53.41 17.23

Sumber: Data BPS Sulawesi Selatan (2020).

Data di atas menunjukkan dari rentang tahun 2012 – 2017jumlah besaran

nilai tertinggi ekspor kakao Sulsel ada pada tahun2014 yaitu sebesar US$ 250.14

juta, Sedangkan nilai eksporterendah ada pada tahun 2017. Berbeda dengan

jumlah besaranberat, jumlah terbesar ada pada tahun 2013 yaitu 92.07 ribu ton

danjumlah terendah ada pada tahun 2017 yaitu sebanyak 17.23 ton.Dari gambaran

tersebut dapat diambil kesimpulan. Harga ekspor dan volume ekspor

mengambarkan hasil olahan kakao itu sendiri. Semakin tinggi permintaan jumlah

kakao dunia harga kakao akan mengalami peningkatan tetapi harus sejalan dengan

Page 40: IDENTIFIKASI PENYEBAB KETIDAKSTABILAN HARGA KAKAO DI …

26

26

Petani Pengumpul

kadar air serta kualitas kakao yang dihasilkan agar dapat bersaing di pasar

internasioal dan lolos dalam tahap seleksi untuk dikelola oleh perusahaan karena

perusahaan dalam skala besar memiliki standar kakao yang telah ditentukan.

d. Kualitas Kakao

Dalam penelitian ini kebanyakan responden mengatakan bahwa kualitas

kakao mempengaruhi harga dengan alasan semakin bagus kualitas kakao yang

dimiliki petani maka pedagang akan mudah dalam menentukan harga karena

perusahaan memiliki kriteria kualitas kakao yang akan diolah menjadi suatu

produk sedangkan ada sebagian responden yang tidak setuju kualitas kakao

mempengaruhi harga responden dengan alasan ketika kualitas kakao mereka

rendah tidak menjadi masalah karena pasca panen mereka akan memisahkan

kakao yang memiliki kualitas tidak bagus dengan kakao yang berkualitas sebelum

melakukan proses penjemuran.

e. Saluran Pemasaran

Pemasaran disini berperan sangat penting dalam kestabilan harga kakao

karena merupakan suatu proses dan kegiatan utama yang dilaksanakan dalam

menentukan harga. Ada beberapa pihak yang dilibatkan dalam proses pemasaran

mulai dari petani, pengumpul, kemudian kepedagang adapun Struktur rantai pasok

kakao yang berbentuk jaringan dapat pada Gambar 2.

Gambar 2: Pola aliran dalam rantai pasokan kakao

Dapat dilihat pada gambar diatas pola aliran dalam rantai pasokan

komoditi kakao yang dilalui petani dimulai dari petani sebegai penyedia bahan

baku utama yang selanjutnya akan dibeli oleh pengumpul selanjutnya akan di stor

kepedagang besar dan pedagang besar akan meneruskannya ke perusahaan pola

aliran rantai pasokan yang dilalui petani begitu panjang sehingga harga yang

ditentukan dari pedagang sangatlah rendah. Sedangkan menurut dinas terkait dan

dosen seharusnya petani bisa mendapatkan keuntungan yang lebih jika menjual

hasil kakao langsung kepedagang besar ataupun keperusahaan sehingga tidak

mengalami potongan harga yang dapat merugikan petani.

Perusahaan Pedagang

Besar

Page 41: IDENTIFIKASI PENYEBAB KETIDAKSTABILAN HARGA KAKAO DI …

27

27

f. Produksi

Faktor produksi juga dapat menyebabkan ketidakstabilan harga kakao

disetiap daerah karena saat ini produksi kebun kakao semakin rendah. Petani juga

tidak menganggap komiditas ini menguntungkan. Salah satu penyebabnya adalah

perawatan pohon kakao yang lebih rumit dibandingkan komoditas yang lain.

Adapun hasil produksi kakao di Kabupaten Luwu Utara dapat di lihat pada tabel

berikut:

Tabel 13: Hasil Produksi Kakao Kecamatan Sukamaju tahun 2018-2019.

No Tahun Produksi (Ton) Produktifitas

1 2017 1.548,97 964

2 2018 1.634,85 983

3 2019 1.425,53 942

Sumber : Kantor Kecamatan Sukamaju (2020).

Pada tabel diatas dapat dilihat produksi kakao pada tahun 2017 mencapai

1.548,97 dengan produktifitas sebanyak 964 sedangkan pada tahun 2018

mencapai 1.634,85 ton dengan produktifitas sebanyak 983 sedangkan pada tahun

2019 produksi kakao mencapai 1.425,53 dengan jumlah produktifitas sebanyak

942. Jika dilihat pada tabel diatas produktifitas kakao mengalami penurunan

diakibatkan serangan hama penyakit dan alih fungsi lahan.

4.2 Pembahasan

Faktor yang menyebabkan ketidakstabilan harga kakao di Desa

Ketulungan Kecamatan Sukamaju Kabupaten Luwu Utara antara lain kadar air

yang terlalau tinggi, perlakuan pascapanen, nilai tukar rupiah dll untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada penjelasan dibawah ini.

1. Kadar air

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Desa Ketulungan

Kecamatan Sukamajuharga jual dapat ditentukan oleh kadar air dikarenakan

petani menjual kakao dalam keadaan basah maka pedagang membeli dengan

harga yang rendah seperti yang terdapat pada tabel 9 padahal jika petani

melakukan proses pengeringan terlebih dahulu harga kakao dapat dibeli diatas

harga kakao yang masih mengandung kadar air yang tinggi.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Melia

Ariyanti (2008), yang menyatakan bahwa kadar air yang terlalu tinggi pada kakao

Page 42: IDENTIFIKASI PENYEBAB KETIDAKSTABILAN HARGA KAKAO DI …

28

28

dapat menyebabkan tumbuhnya jamur yang akan merusak kualitas kakao

sehingga dapat berpengaruh negatif terhadap keputusan pembelian.

2. Perlakuan Panen dan Pasca Panen

Berdasarkan hasil penelitian diatas perlakuan panen dan pascapanen yang

baik akan berdampak pada kualias jika proses penanganan pada saat panen dan

pascapanen dilakukan secara asal-asalan maka akan menghasilkan kualitas kakao

yang rendah jika dilihat pada tabel 10 diatas. Petani kakao yang terdapat di daerah

penelitian tidak mengalakukan fermentasi biji kakao terlebih dahulu sebelum

melakukan penjualan akibatnya mutu kakao rendah dan harga jual rendah.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh M. Yusuf

Samad (2006), yang menyatakan bahwa penanganan pascapanen kakao yang baik

sangat berperan dalam mengamankan dari sisi kehilangan jumlah, maupun mutu

sehingga hasil yang diperoleh memenuhi SNI yang bertujuan untuk menekan

kehilangan hasil, memperpanjang daya simpan, meningkatkan nilai tambah serta

meningkatkan daya saing.

3. Faktor Permintaan

Berdasarkan hasil penelitian diatas jika permintaan biji kakao Sulawesi

Selatan mengalami peningkatan akan menciptakan pasar yang lebih seimbang

bagi petani yang ada di daerah dan memudahkan para pedagang dalam

menentukan harga sehingga petani mulai mendapatkan keuntungan dari dampak

kenaikan harga tetapi jika permintaan kakao dunia mengalami penurunan petani

akan lebih sulit mendapatkan keuntunggan karena para pengepul menumpuk hasil

kakao petani dan menjualnya dengan harga yang murah

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Farida Millias

Tuty (2011). Yang menyatakan bahwa kakao indonesia mengalami banyak

hambatan dan permasalahan dalam negeri antara lain kualitas biji kakao

indonesia yang belum memenuhi persyaratan nasional yang sebagian besar

disebabkan oleh serangan hama yang mengakibatkan permintaan pasar kakao

dunia mengalami penurunan harga.

4. Kualitas Kakao

Berdasarkan hasil penelitian diatas dari semua faktor yang menyebabkan

ketidakstabilan harga kualitas kakao menjadi faktor utama yang paling

Page 43: IDENTIFIKASI PENYEBAB KETIDAKSTABILAN HARGA KAKAO DI …

29

29

mempengaruhi harga, penurunan kualitas kakao disebabkan berbagai hal di

antaranya serangan hama, perlakuan pasca panen yang kurang baik. Memperoleh

kualitas kakao yang baik merupakan aspek penting dalam mengembangkan

produksi kakao secara berkelanjutan dan menjadi faktor utama dalam pemuasan

konsumen agar dapat mempertahankan harga sesuai dengan apa yang diinginkan

petani.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gyska Indah

Harya (2018) yang mengatakan kualitas kakao yang diekspor oleh Indonesia

dikenal sangat rendah. Hal ini disebabkan oleh pengolahan biji kakao masih

tradisional kualitas rendah menyebabkan harga biji kakao dan produk kakao

Indonesia dikenai diskon USD200/ton atau 10%-20% dari harga pasar.

5. Pemasaran

Berdasarkan hasil penelitian diatas pemasaran merupakan kegiatan yang

melibatkan peranan dari lembaga pemasaran untuk memperlancar proses

pemasaran suatu produk. Lembaga pemasaran timbul karena adanya keinginan

konsumen untuk memperoleh produk, lembaga pemasaran bertugas menjalankan

fungsi-fungsi pemasaran dan memenuhi apa yang diinginkan konsumen secara

maksimal mulai dari petani sebagai penyedia bahan baku sampai ketangan

konsumen, dimana semakin tinggi harga kakao dipasaran maka tingkat

pendapatan petani meningkat serta apabila jalur distribusi pemasaran mengalami

proses yang sangat panjang maka akan berdampak pada harga yang diinginkan

petani.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nur Azizah

Febryanti (2016) yang menyatakan bahwa harga kakao petani dipengaruhi oleh

jalur distribusi atau jumlah mata rantai nilai pemasaran dimana semakin pendek

jalur distribusi maka semakin baik harga yang diterima petani.

6. Produksi

Berdasarkan hasil penelitian diatas kelebihan hasil produktifitas kakao

atau dikatakan produksi kakao yang melimpah juga berdampak terjadinnya

ketidakstabilan harga kakao dikarenakan kurangnya kapasitas penyimpanan

gudang perusahaan yang akan menampung hasil panen para petani sehingga

terjadi penumpukan hasil panen yang akan merusak kualitas kakao begitupun

Page 44: IDENTIFIKASI PENYEBAB KETIDAKSTABILAN HARGA KAKAO DI …

30

30

sebaliknya jika produksi kakao mengalami penurunan pengepul akan membeli

dengan harga yang lebih tinggi karena harus terus menyediakan pasokan untuk

perusahaan terus berproduksi.

Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Ahmad Syarif (2018)

yang mengatakan prubahan harga yang diakbibatkan faktor produksi akan

mempengaruhi keuntungan yang akan diperoleh perusahaan, jika harga produksi

naik sesuai asumsi, maka keuntungan perusahaan berkurag sehingga perusahaan

akan menurunkan jumlah produksinya dan jumlah yang ditawarkan.

Dalam penelitian ini yang berjudul identifikasi penyebab ketidakstabilan

harga kakao di Desa Ketulungan Kecamatan Sukamaju Kabupaten Luwu Utara,

memiliki kelebihan dalam penelitian ini informasi yang didapatkan lebih akurat di

karenakan bersumber dari beberapa informan yang lebih paham terkait harga

kakao serta dapat menjadi referensi selanjutnya. Adapun kekurangan dalam

penelitian ini beberapa informan khususnya petani kakao itu sendiri acuh tak acuh

terkait masalah harga kakao beberpa dari mereka masih ada yang hanya

memikirkan uang dalam artian yang penting mereka mendapatkan uang tanpa

memikirkan modal yang mereka telah keluarkan serta proses wawancara yang

memiliki kendala pada saat harus mewawancarai petani yang lanjut usia dimana

tidak memahami apa yang peneliti bahasakan sehingga membutuhkan waktu

wawancara yang lama.

Page 45: IDENTIFIKASI PENYEBAB KETIDAKSTABILAN HARGA KAKAO DI …

31

31

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dalam penulisan skripsi diatas faktor yang

menyebabkan ketidakstabilan harga kakao antara lain. Kadar air kakao di Desa

Ketulungan Kecamatan Sukamaju Kabupaten Luwu Utara masih terbilang tinggi

karena proses perlakuan pascapanen tidak dilakukan fermentasi dan kualitas

kakao terbilang masih rendah dan jalur distribusi pemasaran mengalami proses

yang sangat panjang berdampak pada harga yang diinginkan petani.Pemasaran

bertugas memenuhi apa yang diinginkan konsumen secara maksimal mulai dari

petani sebagai penyedia bahan baku sampai ketangan perusahaan, adapun

produksi kakao dikecamatan sukamaju mengalami penurunan karena adanya alih

fungsi lahandan serangan hama sehingga akan berdampak pada harga kakao.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, saran yang dapat diberikan

adalah sebagai berikut:

1. Diharapkan kepada petani agar lebih memerhatikan kualitas kakao yang

dihasilkan agar dapat bersaing dengan kakao diluar daerah karena kita ketahui

produksi kakao merupakan salah satu hasil pertanian yang bernilai cukup

tinggi dan merupakan salah satu produk yang dapat dengan mudah menembus

pasar ekspor.

2. Perkembangan teknologi kini sangat pesat, dengan berbagai inovasi pasti

akan lebih meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi kakao. Dari itu

peneliti mengharapkan agar petani tidak pernah berhenti mencoba hal baru

dalam berusaha tani kakao agar hasil usaha tani kakao dapat meningkatkan

kesejahteraan petani kakao.

Page 46: IDENTIFIKASI PENYEBAB KETIDAKSTABILAN HARGA KAKAO DI …

31

32

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Syarif. 2018. Pengaruh Jumlah Produksi, Harga, dan Kurs Terhadap

Nilai Ekspor Kakao Indonesia. Universitas Islam Negri Alauddin

Makassar.

Angusty, Ferdinand. 2006. Metode Penelitian Management: Pedoman Penelitian

untuk skripsi, tesis dan Disertai Ilmu Management. Semarang: Universitas

Diponegoro.

Arikunto, S., 2013. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta.

Badan Pusat Statistik (BPS). 2014-2018. Data Produksi Kakao. Kabupaten Luwu

Utara.

Badan Pusat Statistik (BPS). 2016. Data Produksi Kakao. Sulawesi Selatan.

Departemen Perindustrian. 2009. Membangun Daya Saing Industri Daerah

Dengan Pendekatan Kompetisi Inti IndustriDaerah. Departemen Perindustrian. Jakarta

Direktorat Jendral Perkebunan. 2003.Kebijakan Perkebunan dan Pengolahan

Perkebunan yang Lestari, Berpotensi Ekonomi dan Berkontribusi Pada

Redd (Komoditi Non Kelapa Sawit). Jakarta.

Doume, Z, S. Y., Rostianti dan Hutomo, G. S, 2013. Karakteristik Kimia dan

Sensoris Biji Kakao Hasil Fermentasi Pada Tingkat Petani dan Skala

Laboratorium, e- Journal Agrotegbis.http// diglib.unila.ac.id.pdf. Diakses

30 januari 2018.

Elisabeth, D. A, A, dan L, E Setrojini, 2007. Keragaman Mutu Biji Kakao Kering

dan Produk Setengah Jadi Cokelat Pada Berbagai Tingkat Fermentasi

Jurnal Matematika, Sains dan Teknologi. Diakses 9 Agustus 2018

Farida Millias Tuty. 2009. Analisis Permintaan Ekspor Biji Kakao Sulawesi

Tengah Oleh Malaysia. Universitas Diponegoro Semarang.

Gaza Nickyta, Rizal Alifsyahr. 2015. Pengaruh Nilai Tukar Rupiah Terhadap

Harga Kakao Internasinal dan Produksi Kakako Domestik Terhadap

Total Volume Ekspor Kakao Indonesia. Fakultas Ilmu Administrasi

Universitas Brawijaya Malang.

Gyska Indah Harya. 2014. Analisis Potensi Dan Saing Kakao Jawa Timur.

Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional Jawa Timur.

Page 47: IDENTIFIKASI PENYEBAB KETIDAKSTABILAN HARGA KAKAO DI …

33

33

Hayati, R., Yusminizar, Mustafril, Fauzi, H. 2012. Kajian Fermentasi dan Suhu

Pengeringan Pada Mutu Kakao (Theobroma Cacao L). Jurnal Keteknikan

Pertanian.http://Scholar.unand.ac.id/.pdf. Diakses 15 April 2019

Hasyim, A. I. 2012. Tata Niaga Pertanian.Universitas Lampung. Bandar

Lampung. Diakses 08 Januari 2018

Ikhsan Kurniawan. 2019. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Biji Kakao. Tidak di terbitkan. Palopo: Program Strata 1 UNCP.

Kotler, 2005, Management Pemasaran, Jilid 1 dan 2, PT Indeks, Jakarta.

Lukito, 2007 Budidaya Kakao Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia,

Jakarta

M. Yusuf Samad 2006. Pengaruh Penanganan Pasca Panen Terhadap Mutu Komiditas Hortikultura. Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi

Agroindustri, Jln. MH. Thamrin 8 Jakarta.

Melia Ariyanti, 2008.Karakteristik Mutu Biji Kakao (Theobroma Cacao L)

dengan perlakuan waktu fermentasi berdasar SNI. Balai Besar Industri

Hasil Perkebunan Makassar.

Rubiyo, Siswanto. 2012. Pengaruh Iklim Terhadap Produksi dan Mutu Biji Kakao. Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar. Jln. Raya Pakuon

Km 2 Parungkuda. Sukabumi.

Suryani, Dinie, dan Zul Febriansyah, 2007. Komoditas kako: Potret dan peluang

pembiayaan, Economic Review.http://repositori.ipb.ac.id.pdf. Diakses 25

juni 2018

Syam, 2006. Pendidikan Nilai Moral dan Dimensi. Bandung Lab.FPIPS-UPI.

Siregar, Tumpal H.S., Slamet, R ., Leli, N. 2010. Pembudidayaan, Pengolahan dan

Pemasaran Cokelat. Cetakan ke 13. PT. Penebar Swadaya. Jakarta

Sugiyono. 2011. Metode Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung

Susanto, 2005. Tanaman Kakao Budidaya dan Pengolahan Hasil. Kanisus

Yogyakarta. http//scholar.unand.ac.id/pdf. Diakses 03 April 2019.

Wahyudi T., T. R., Pangabean dan Pujianto. 2013 Panduan Lengkap Kakao

Management Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. PT. Penebar Swadaya,

Yogyakarta. http://scholar.unan.ac.id/,pdf. Diakses 25 November 2013

Jendral Perkebunan. 2013.

Page 48: IDENTIFIKASI PENYEBAB KETIDAKSTABILAN HARGA KAKAO DI …

34

34

L A M P I R A N

Page 49: IDENTIFIKASI PENYEBAB KETIDAKSTABILAN HARGA KAKAO DI …

34

Page 50: IDENTIFIKASI PENYEBAB KETIDAKSTABILAN HARGA KAKAO DI …

34

35

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO Jln. Latamacelling No. 19 Kota Palopo, Sulawesi Selatan Tlp. 0471-22111, Fax. 0471-325055 Webside: www.uncp.ac.id

Lampiran 1. Koesioner Penelitian

PEDOMAN WAWANCARA

Judul Penelitian : Identifikasi Penyebab Ketidakstabilan Harga Kakao di Desa

Ketulungan Kecamatan Sukamaju Kabupaten Luwu Utara

Nama Peneliti : Jumita Sari

NIM 1602405029

No. HP 081240398844 Alamat : Desa Ketulungan Kecamatan Sukamaju Kabupaten Luwu

Utara

A. Identitas Responden

1. Nama :

2. Umur :

3. No.HP :

4. Jenis Kelamin :

5. Pendidikan :

B. Daftar Pertanyaan

Petani

1. Apakah kadar air menjadi penentu dalam ketidakstabilan harga kakao?

Jawab:..............................................................................................................

........................................................................................................................

2. Apakah Bapak/Ibu melakukan fermentasi setelah panen?

Jawab: .............................................................................................................

........................................................................................................................

3. Jika permintaan kakao dipasaran meningkat apakah dapat mempengaruhi

harga?

Jawab :...................................................................................................................

........................................................................................................................

4. Kemana anda menjual hasil panen kakao tersebut?

Jawab:....................................................................................................................

Page 51: IDENTIFIKASI PENYEBAB KETIDAKSTABILAN HARGA KAKAO DI …

........................................................................................................................

5. Berapa harga jual biji kakao bapak/ibu per kilo gram?

a. Basah: Rp...................................................................................................

b. Kering:Rp ..................................................................................................

6. Apakah kualitas kakao dapat mempengaruhi harga?

Jawab:..............................................................................................................

........................................................................................................................

7. Jika jalur pemasaran/distribusi panjang bagaimana keadaan harga dikalangan

petani?

Jawab:..............................................................................................................

........................................................................................................................

8. Apakah ada hal lain yang dapat mempengaruhi harga kakao selain pertanyaan

diatas?

Jawab:..............................................................................................................

........................................................................................................................

Page 52: IDENTIFIKASI PENYEBAB KETIDAKSTABILAN HARGA KAKAO DI …

37

37

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO Jln. Latamacelling No. 19 Kota Palopo, Sulawesi Selatan Tlp. 0471-22111, Fax. 0471-325055 Webside: www.uncp.ac.id

PEDOMAN WAWANCARA

Judul Penelitian : Identifikasi Penyebab Ketidakstabilan Harga Kakao di Desa

Ketulungan Kecamatan Sukamaju Kabupaten Luwu Utara

Nama Peneliti : Jumita Sari

NIM 1602405029

No. HP 081240398844 Alamat : Desa Ketulungan Kecamatan Sukamaju Kabupaten Luwu

Utara

A. Identitas Responden

1. Nama :

2. Umur :

3. No.HP :

4. Jenis Kelamin :

5. Pendidikan :

B. Daftar Pertanyaan

Pedagang

1. Sejak kapan anda melakukan pekerjaan ini?

Jawab:..............................................................................................................

........................................................................................................................

2. Apakah pekerjaan ini sudah menjadi pekerjaan tetap atau sampingan?

Jawab:..............................................................................................................

.......................................................................................................................

3. Darimana anda memperoleh kakao?

Jawab:....................................................................................................................

.......................................................................................................................

4. Setelah anda membeli kakao dari petani, selanjutnya kemana bapak

mendistribusikan kakao tersebut atau kemana kakao tersebut akan diteruskan?

Jawab:.............................................................................................................

.......................................................................................................................

Page 53: IDENTIFIKASI PENYEBAB KETIDAKSTABILAN HARGA KAKAO DI …

38

38

5. Apakah kadar air menjadi penentu dalam ketidakstabilan harga kakao?

Jawab:.............................................................................................................

.......................................................................................................................

6. Jika produksi kakao melimpah apakah dapat menurunkan harga?

Jawab:.............................................................................................................

.......................................................................................................................

7. Apakah kualitas kakao dapat mempengaruhi harga?

Jawab:.............................................................................................................

.......................................................................................................................

8. Kemana anda menjual hasil panen kakao tersebut?

Jawab:.............................................................................................................

.......................................................................................................................

9. Jika jalur pemasaran/distribusi panjang bagaimana keadaan harga dikalangan

petani?

Jawab:.............................................................................................................

.......................................................................................................................

10. Apa yang menyebabkan harga kakao kering dan kakao basah berbeda?

Jawab:.............................................................................................................

.......................................................................................................................

Page 54: IDENTIFIKASI PENYEBAB KETIDAKSTABILAN HARGA KAKAO DI …

39

39

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO Jln. Latamacelling No. 19 Kota Palopo, Sulawesi Selatan Tlp. 0471-22111, Fax. 0471-325055 Webside: www.uncp.ac.id

PEDOMAN WAWANCARA

Judul Penelitian : Identifikasi Penyebab Ketidakstabilan Harga Kakao di Desa

Ketulungan Kecamatan Sukamaju Kabupaten Luwu Utara

Nama Peneliti : Jumita Sari

NIM 1602405029

No. HP 081240398844 Alamat : Desa Ketulungan Kecamatan Sukamaju Kabupaten Luwu

Utara

A. Identitas Responden

1. Nama :

2. Umur :

3. No.HP :

4. Jenis Kelamin :

5. Pendidikan :

B. Daftar Pertanyaan

Dinas Terkait

1. Bagaimana pandangan bapak/ibu terhadap ketidakstabilan harga kakao?

Jawab:.............................................................................................................

.......................................................................................................................

2. Apa peranan pemerintah pada ketidakstabilan harga kakao yang terjadi?

Jawab:.............................................................................................................

.......................................................................................................................

3. Apa yang menyebabkan ketidakstabilan harga kakao itu terjadi?

Jawab:.............................................................................................................

.......................................................................................................................

4. Mengapa harga kakao mengalami ketidakstabilan harga?

Jawab:.............................................................................................................

.......................................................................................................................

5. Apakah kadar air mejadi penentu dalam ketidakstabilan harga kakao?

Jawab:.............................................................................................................

.......................................................................................................................

Page 55: IDENTIFIKASI PENYEBAB KETIDAKSTABILAN HARGA KAKAO DI …

40

40

6. Apakah permintaan terhadap biji kakao dapat mempengaruhi ketidakstabilan

harga?

Jawab:.............................................................................................................

.......................................................................................................................

7. Jika jumlah produksi kakao melimpah apakah dapat mempengaruhi harga?

Jawab:.............................................................................................................

.......................................................................................................................

8. Apakah kualitas kakao dapat mempengaruhi harga?

Jawab:.............................................................................................................

.......................................................................................................................

9. Jika jalur pemasaran/distribusi panjang bagaimana keadaan harga dikalangan

petani?

Jawab:.............................................................................................................

.......................................................................................................................

10. Apakah ada solusi yang dapat diberikan oleh pemerintah kepada petani?

Jawab:.............................................................................................................

.......................................................................................................................

Page 56: IDENTIFIKASI PENYEBAB KETIDAKSTABILAN HARGA KAKAO DI …

41

41

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO Jln. Latamacelling No. 19 Kota Palopo, Sulawesi Selatan Tlp. 0471-22111, Fax. 0471-325055 Webside: www.uncp.ac.id

PEDOMAN WAWANCARA

Judul Penelitian : Identifikasi Penyebab Ketidakstabilan Harga Kakao di Desa

Ketulungan Kecamatan Sukamaju Kabupaten Luwu Utara

Nama Peneliti : Jumita Sari

NIM 1602405029

No. HP 081240398844 Alamat : Desa Ketulungan Kecamatan Sukamaju Kabupaten Luwu

Utara

A, Identitas Responden

1. Nama :

2. Umur :

3. No.HP :

4. Jenis Kelamin :

5. Pendidikan :

Dosen

1. Bagaimana pandangan bapak/ibu terhadap ketidakstabilan harga kakao?

Jawab:.............................................................................................................

.......................................................................................................................

2. Apa saja yang dapat mempengaruhi ketidakstabilan harga kakao?

Jawab:.............................................................................................................

.......................................................................................................................

3. Apakah kualitas biji kakao dapat mempengaruhi harga?

Jawab:.............................................................................................................

.......................................................................................................................

4. Apakah kadar air menjadi penentu dalam ketidakstabilan harga kakao?

Jawab:.............................................................................................................

.......................................................................................................................

Page 57: IDENTIFIKASI PENYEBAB KETIDAKSTABILAN HARGA KAKAO DI …

42

42

5. Jika jalur distribusi pemasaran panjang apakah akan mempengaruhi harga

kakao?

Jawab:....................................................................................................................

.......................................................................................................................

6. Jika produksi kakao melimpah apakah dapat menurunkan harga?

Jawab:.............................................................................................................

.......................................................................................................................

7. Apakah ada solusi bagi dinas terkait mengenai ketidakstabilan harga kakao

yang terjadi?

Jawab:.............................................................................................................

...................................................................................................................

Page 58: IDENTIFIKASI PENYEBAB KETIDAKSTABILAN HARGA KAKAO DI …

43

43

Lampiran 2. Identitas Responden

Tabel 14. Petani Kakao

No Nama Umur (Tahun) Jenis Kelamin Pendidikan

1 Sanggi 55 Laki-Laki SD

2 Rahman 45 Laki-Laki SMP

3 Rabbang 66 Laki-Laki SD 4 Mase 65 Laki-Laki SD

5 Mariati 50 Perempuan SD

6 Madi 40 Laki-Laki SMP

7 Usman 47 Laki-Laki SD

8 Rifai 47 Laki-Laki SD

9 Duarniati 55 Perempuan SD 10 Sinami 49 Laki-Laki SMP

11 Sinapi 47 Laki-Laki SMP

12 Sudirman 44 Laki-Laki SD

13 Baso 57 Laki-Laki SD

14 Sugeng 51 Laki-Laki SD

15 Suparman 46 Laki-Laki SD

16 Kapeda 56 Laki-Laki SD

17 Sanggi 43 Laki-Laki SD

18 Sumardin 48 Laki-Laki SD

19 Accing 56 Laki-Laki SD

20 Hendra 52 Laki-Laki SD

Tabel 15. Pedagang Kakao

No Nama Umur (Tahun) Jenis Kelamin Pendidikan

1 Wayan Sukamti 40 Perempuan SMP

2 Hj. Samsu 45 Laki-Laki SMP

3 Sriayu 50 Perempuan SD

4 Jina 47 Perempuan SMP

5 Tumpi 49 Laki-Laki SD

Tabel 16. Dinas Terkait dan Akademisi (Dosen)

No Nama Umur (Tahun)

Jenis Kelamin Pendidikan

1 Syafaruddin, S.P.,M.Si 52 Laki-Laki S2

2. Iswanu Priharswanto, S.P.,M.Si 45 Laki-Laki S2

3 Sanimuddin, S.P.,M.Si 50 Laki-Laki S2

4 Taufik, S.P 48 Laki-Laki S1 5 Syamsuddin S.P 44 Laki-Laki S1

Page 59: IDENTIFIKASI PENYEBAB KETIDAKSTABILAN HARGA KAKAO DI …

44

44

Lampiran 3. Dokumentasi Penelitian

Gambar 1. Pegambilan Data di Kantor Desa

Gambar 2. Dokumentasi wawancara dengan petani

Page 60: IDENTIFIKASI PENYEBAB KETIDAKSTABILAN HARGA KAKAO DI …

45

45

Gambar 3. Dokumentasi dengan petani

Gambar 4. Dokumentasi dengan pedagang Kakao

Page 61: IDENTIFIKASI PENYEBAB KETIDAKSTABILAN HARGA KAKAO DI …

46

46

Gambar 5. Dokumentasi wawancara dengan dinas perkebunan

Gambar 6. Dokumentasi wawancara dengan dosen