KABIS KOPI-KAKAO

download KABIS KOPI-KAKAO

of 22

Transcript of KABIS KOPI-KAKAO

1

KAWASAN INDUSTRI MASYARAKAT PERKEBUNAN

(KIMBUN)

AGROFORESTRI KOPI SISTEM EMPAT STRATAI. PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang Pengembangan KIMBUN Kopi Sistem Agroforestri Empat Strata di Kecamatan .. Kabupaten Jene Ponto ini pada hakekatnya ditujukan untuk memanfaatkan seoptimal mungkin sumberdaya lahan kritis secara lestari berdasarkan keunggulan komparatifnya. Pemilihan komoditi unggulan Kopi dengan komoditi penunjangnya didasarkan atas keunggulan wilayah dan peluang untuk mendapatkan manfaat ekonomi dan manfaat ekologis bagi kesejahteraan masyarakat. Beberapa hal yang melatar-belakangi pengembangan KIMBUN-Kopi Sistem Empat Strata adalah: 1. Pemberdayaan ekonomi masyarakat, khususnya masyarakat pedesaan lahan kritis melalui pengembangan KIMBUN Kopi Sistem Empat Strata terpadu 2. Antisipasi Krisis buah segar, akibat melimpahnya Kopi impor 3. Berbagai distorsi dalam Sistem Distribusi produk buah Kopi: - Lemahnya posisi tawar petani produsen Kopi menghadapi lembaga pemasaran pada berbagai tingkatan - Produksi Kopi pada lahan subur mengalami tekanan berat dari komoditi lain - Sistem kemitraan petani Kopi LEMBAGA pemasaran kurang adil - Biaya transportasi relatif tinggi 4. Produk agribisnis Kopi masih terbatas pada buah segar 5. Potensi benefit ekonomi yang sangat besar dari agribisnis Kopi dan sinergi dengan penerapan sistem usahatani konservasi Berdasarkan kepada permasalahan di atas, maka kegiatan pengembangan KIMBUN Kopi Sistem Empat Strata diharapkan mampu memberdayakan ekonomi masyarakat pedesaan melalui KIMBUN Kopi Sistem Empat Strata Terpadu guna peningkatan daya saing produk buah domestik. Secara rinci tujuan ini dapat diabstraksikan sbb: 1. Menginisiasi berkembangnya KIMBUN Kopi Sistem Empat Strata terpadu yang didukung oleh adanya techno-industrial cluster yang relevan 2. Pengembangan teknologi pengolahan diversivikasi produk agribisnis Kopi: Buah Kopi segar, berbagai bentuk olahan, produk tanaman sela semusim, produk tanaman pagar, pupuk organik, ternak dan pakan ternak

HPKM -2001

2

3.

Pengembangan kelembagaan Koperasi pengelola KIMBUN Kopi Sistem Empat Strata terpadu Performance agribisnis Kopi di Wilayah Muara Enim dan sekitarnya pada saat sekarang dapat diabstraksikan berikut ini.

Lima faktor yang menjadi KEKUATAN bagi pengembangan agribisnis Kopi adalah: a. Ketersediaan lahan yang didukung oleh keunggulan komparatif kondisi agroekologi b. Sifat unggul buah Kopi untuk pasar regional dan nasional c. Ketersediaan SDM dan masyarakat untuk mendukung hutan-rakyat Kopi yang unggul d. Sarana /prasarana dan kelembagaan penunjang yang komitmennya tinggi terhadap perhutanan Kopi dan industri pengolahannya e. Potensi pasar yang sangat besar Beberapa KELEMAHAN yang menonjol adalah: a. Kesenjangan hasil-hasil penelitian dengan aplikasi secara komersial b. Posisi lembaga pemasaran sangat dominan c. Belum terbentuknya keterkaitan-kemitraan yang adil antar pelaku (cluster) kebun-rakyat Kopi & sistem distribusi Kopi d. Produk yang dipasarkan masih terbatas pada buah segar. e. Tingginya komponen biaya transportasi dalam struktur biaya produksi Beberapa PELUANG yang dapat diidentifikasi adalah: a. Pasar domestik (lokal, regional dan nasional) sangat terbuka b. Diversifikasi produk-produk olahan Kopi sangat potensial c. Kebutuhan pengembangan keterkaitan antara cluster produksi dan cluster distribusi dalam kelembagaan KIMBUN Kopi terpadu d. Kebutuhan Pemberdayaan sistem kelembagaan produksi Ancaman yang dianggap serius adalah: a. Hambatan-hambatan sistem distribusi /perdagangan buah Kopi b. Persaingan dengan produk impor buah Kopi c. Persaingan dengan komoditi lain dalam penggunaan lahan d. Hambatan-hambatan sistem industri pengolahan Kopi Dampak yang dapat diharapkan adalah : 1. Berkembangnya KIMBUN Kopi Sistem Empat Strata terpadu dengan keterkaitan yang adil di antara cluster-cluster yang ada 2. Terbentuknya Koperasi pengelola KIMBUN Kopi Sistem Empat Strata yang mampu mengkoordinasikan sistem produksi dan sistem distribusi produk

HPKM -2001

3

3 4 5. 6. 7.

Kopi Meningkatnya citra dan keunggulan produk Kopi domestik Sinergi antar pelaku agribisnis/agroindustri dalam KIMBUN Kopi Sistem Empat Strata terpadu Tumbuh-kembangnya semangat masyarakat untuk memproduksi Kopi Tumbuh-kembangnya pasar produk-produk olahan Kopi Tumbuhnya semangat untuk melestarikan sumberdaya lahan kritis 1.2. Tujuan

Pengembangan Model KIMBUN Kopi Sistem Empat Strata ini ditujukan untuk memberdayakan masyarakat dalam melakukan usaha ekonomi produktif dan sekaligus melestarikan sumberdaya hutan dan lahan kritis dengan memanfaatkan keunggulan komparatif wilayah. Secara rinci tujuan dari program pengembangan KIMBUN Kopi Sistem Empat Strata ini adalah: 1. Pemberdayaan Kelompok tani Pengelola KIMBUN Kopi Sistem Empat Strata Terpadu 2. Pengembangan KIMBUN Kopi Sistem Empat Strata Terpadu dengan komponen utamanya: a. Cluster KSP (Kawasan Sentra Produksi) Hutan Rakyat Kopi Sistem Empat Strata (SES) b. Cluster Industri Pengolahan buah Kopi c. Cluster Industri Pupuk Organik Limbah industri pengolahan d. Cluster POSYANTEK dan Sistem Informasi Pasar e. Cluster KSP Ternak : Sapi atau Kambing kereman f. Cluster Transportasi dan Pemasaran & Promosi 3. Kajian Keunggulan produk-produk hilir dan industri pengolahan Kopi 4. Sosialisasi dan Komersialisasi hasil-hasil kajian 5. Penrapan Gugus Kendali Mutu dalam sistem produksi Kopi

HPKM -2001

4

1.3. Konsep KIMBUN Kopi Sistem Empat Strata

MANAJEMEN PENDANAAN DAN TEKNOLOGI

DANA INVESTASI

POSYANTEK

Teknol dana

Koperasi KIMBUN KOPI

Kebun Teknologi & SIM-Pasar Industri Pengolahan KOPI

KSP KOPI 100-500 ha

Industri Pupuk Organik PENGOLAHAN LIMBAH

KSP TERNAK: SAPI/ KAMBING

Industri Perdagangan / PEMASARAN

EXTERNAL MARKET

KETERKAITAN ANTAR CLUSTER DALAM KIMBUN KOPI-SES

HPKM -2001

5

CLUSTER ALSINTAN/SAPRODI KSP KOPI INDUSTRI PENGOLAHAN PRODUK OLAHAN Cluster pangan OLAHAN PASAR Regional

- Pupuk - Pestisida - Herbisida

Bahan kimia penolong LIMBAH USAHATANI

LIMBAH INDUSTRI Cluster Pemasaran & Transportasi PROMOSI Kemas & Packaging Pasar Nasional

Cluster Agrokimia

Industri PETERNAKAN & Pakan ternak

IndustrI Pupuk Organik

SISTEM PERBANKAN DAN ASURANSI

KSP KOPI: AGROFORESTRI SISTEM EMPAT STRATA Strata I: Tanaman pagar, yaitu Mahoni, Pete, Sengon, Kaliandra, Lamtoro Gung, Glericidea

HPKM -2001

6

Strata II: Kopi Sistem Empat Strata cebol / genjah jenis unggul Jarak tanam 6- 8 x 6 - 8 m

Strata III: Penguat teras rumput gajah & FEED- CROPS Tanaman sela jagung, kacang hijau, sayuran hingga Kopi umur 5-10 tahun

STRATA IV: SISTEM PENGGEMUKAN TERNAK: KAMBING / SAPI KEREMAN UNIT PENGOLAH LIMBAH

HPKM -2001

7

Primer

Sistem KIMBUN Kopi Sistem Empat Strata: Organisasi Produsen

FORKA Kopi SES

Investor Pemerintah

Konsultasi/investasi/Perkreditan

( PTL dan PPL) Tokoh/PEMUKA Agama/ Masyarakat

kredit dengan sistem bagi hasil

Suasta/ perwakilan ASOSIASI Pedagang buah Produsen Saprodi

kerjasama

SL-KOPI

Modal usaha

Pemasaran hasil KOPI & SAPRODI

KOPERASI KIMBUN Kopi SES

KUBA Kopi S E S 25-30 RTP KSP KOPI: HUTAN RAKYAT SES

HPKM -2001

8

Sistem Pemberdayaan KIMBUN Kopi Sistem Empat Strata

FORKA Kopi S E S BPTP

PL / PPL/LSM Tokoh masyarakat

POSYANTEK AGRIBISNIS KOPI

Koperasi KIMBUN Kopi SES

Suasta / Lembaga pemasaran

KUBA Kopi 25-30 RTP

KUBA Kopi 25-30 RTP

.............. .........

KUBA INDUSTRI PENGOLAHAN

SHOW-ROOM / PUSAT PAMER/ PUSAT PROMOSI PRODUK KOPI

HPKM -2001

9

1.4. Lingkup Kegiatan 1.4.1. Penetapan Lokasi dan Sasaran Jenis Usaha Pemilihan lokasi didasarkan atas ketersediaan lahan kritis, kesesuaian lahan serta agroklimatnya bagi tanaman KOPI, kesiapan prasarana, ketersediaan tenaga kerja serta sumberdaya lain yang membentuk keunggulan lokasi. Pemilihan komoditas utama dan penunjang serta jenis usahanya didasarkan atas potensi menghasilkan keuntungan, potensi pemasarannya, kesiapan dan penerimaan masyarakat atas jenis usahatani yang akan dikembangkan, keselarasan dengan kebijakan pembangunan daerah, serta potensi untuk penerapan usahatani konservasi. 1.4.2. Penentuan Kegiatan yang Dilakukan Penentuan kegiatan agribisnis Kopi mempertimbangkan hasil-hasil analisis SWOT mengenai kondisi riil saat ini dan kondisi yang diinginkan, yang dirinci menurut komponen- komponen penting sistem agribisnis, yaitu target grup, ketersediaan dan kesesuaian lahan, dan prasarana nya, ketersediaan sarana produksi, kemampuan pengelolaan budidaya, penanganan pasca panen, pemasaran, dukungan prasarana dan kelembagaan. 1.4.3. Rincian Kegiatan Sinergis Lintas Sektoral Kegiatannya antara lain meliputi hal-hal berikut ini. (1). Pengembangan Budidaya: Agroforestri KOPI Pengembangan hutan milik masyarakat dengan komoditi utama Kopi dan tanaman komplementernya, diidentifikasi menurut volume fisik yang jelas. Garis besar kegiatannya meliputi persiapan lahan dan penyiapan petani, pelatihan agribisnis dan usahatani konservasi, penyediaan bibit, agroinput & alat pertanian, dan penyiapan kelembagaan pelaku agribisnis. Kegiatan teknis penunjang meliputi pembinaan teknis budidaya, cara memanen dan cara untuk mempertahankan kualitas produk, perlakuan pasca panen. (2). Pembinaan Pasca Panen dan Pemasaran Peningkatan ketrampilan teknis dalam penanganan pasca panen seperti cara memanen, mengumpulkan dan menyeleksi hasil panen serta peralatan yang diperlukan untuk mempertahankan kualitas hingga cara pengolahan produk untuk meningkatkan nilai tambah serta meningkatkan kemampuan pemasaran. Untuk melaksanakan pembinaan dengan sarana yang tersedia di wilayah secara lebih optimal maka kerjasama dengan instansi per industrian dan perdagangan setempat harus dilakukan. (3). Pengembangan Usaha Agribisnis Cluster yang menyangkut pengelolaan usaha dan melaksanakan kemitraan dengan pedagang, dan industri pengolahan Kopi diberdayakan melalui pembinaan Kelompok Usaha Bersama Agribisnis (KUBA) ke arah terbentuknya

HPKM -2001

10

koperasi petani Kopi, pembentukan Forum Komunikasi Agribisnis (FORKA), pelaksanaan temu-temu usaha, pelatihan kewirausahaan, dan peningkatan kemampuan BIPP (Balai Penyuluhan) sebagai SL-kopi (Sekolah Lapangan Kopi) dan pusat konsultasi dan pelayanan agribisnis Kopi. (4). Kegiatan Penunjang a. Pelayanan Sarana Produksi Pelayanan ini harus ada untuk menjamin ketersediaan sarana usahatani tepat waktu, jumlah dan harga yang wajar. Instansi pemerintah setempat harus mampu menciptakan iklim usaha dan memberikan dukungan agar koperasi atau pengusaha dapat menjalankan fungsinya secara wajar. Diperlukannya rekomendasi berbagai program insentif untuk mendorong tumbuhnya lembaga pelayanan, khususnya untuk lokasi yang terpencil. b. Pelayanan Informasi Teknologi Spesifik Lokasi Pelayanan informasi ini mencakup pemilihan kultivar dengan kualitas tinggi yang secara ekonomis dapat diproduksi di lokasi setempat, teknologi pembibitan, teknologi budidaya, pasca panen, pengolahan primer, sekunder hingga pengepakan buah segar maupun olahannya. Kerjasama penelitipenyuluh dalam hal alih teknologi kepada petani harus dilakukan secara intensif. Kegiatan perlindungan yang harus mengawali pengembangan kawasan agribisnis Kopi terutama adalah pengawasan sebagai tindak preventif serta metode penanggulangan hama dan penyakit yang mungkin mengganggu tanaman mahoni dan Kopi, serta komoditas penunjangnya. Hal ini sangat penting untuk mencegah kerugian akibat kegagalan panen atau penurunan kualitas produk. c. Pelayanan Pembibitan Jaringan kerjasama dengan Penangkar bibit berlabel diperlukan untuk mendukung pengembangan komoditas MAHONI dan Kopi serta komoditi penunjangnya (tanaman sela: jagung, kedelai, kacang hijau, sayuran); tanaman pagar: Sengon, Pete, rumput gajah, gleriside). Aspek ini mencakup pengadaan bibit, pengawasan dan sertifikasi bibit, serta pembinaan petani penangkar bibit, khususnya untuk tanaman unggulan serta komoditas penunjangnya. d. Pengairan Kebun rakyat Kopi Sistem Empat Strata memerlukan air untuk budidaya, pasca panen, dan kegiatan penunjang lainnya. Kebutuhan air bersih akan meningkat kalau telah terdapat kegiatan pengolahan, terutama dalam bentuk industri pengolahan pangan. Program pengairan dialokasikan untuk kegiatan penyediaan sumber air (sumur gali atau PAH) dan saluran air hujan (SPA). e. Transportasi Sarana transportasi sangat vital dalam membangun kawasan

HPKM -2001

11

agribisnis Kopi, dengan demikian program pembangunan sarana transportasi yang ada harus diarahkan untuk mampu menjamin tersedianya prasarana jalan (jalan desa dan jalan hutan) serta fasilitas transportasi yang memadai di kawasan sentra produksi, yang menghubungkannya dengan pusat-pusat pelayanan dan pemasaran. f. Sarana dan Prasarana Pemasaran Sarana dan prasarana pemasaran, seperti tempat penampungan, alatalat penyimpanan dengan fasilitas pasca panen, alat-alat pengepakan, informasi harga serta fasilitas fisik pasar/kios yang memadai, sangat vital dalam pengembangan sentra agribisnis Kopi.

III.

SASARAN YANG INGIN DICAPAI

Tujuan dari pengembangan KIMBUN Kopi Sistem Empat Strata ini adalah peningkatan pendapatan petani Kopi di Jene Ponto yang direncanakan menjadi sentra produksi komoditas Kopi. Tujuan lainnya adalah meningkatkan kegiatan perekonomian pedesaan di sekitar sentra produksi Kopi tersebut yang pada akhirnya diharapkan membawa perbaikan pada taraf hidup masyarakat sekitarnya. Sasaran pokok atau target yang ingin dicapai untuk menjadikan sentra pengembangan agribis komoditas Kopi adalah : 1. Pengembangan atau pembangunan hutan Kopi masyarakat di HPKM-Jene Ponto dengan total areal sekitar 500 ha (Sekala model 10 ha). 2. Penumbuhan dan peningkatan peran kelembagaan dalam pembangunan pertanian meliputi : Kelompok Usaha Bersama Agribisnis (KUBA) Kopi, Koperasi Petani Kopi Sistem Empat Strata, perusahaan/swasta, BIPP, SLKOPI dan FORKA (Forum Komunikasi Agribisnis Kopi Sistem Empat Strata). 3. Pembangunan perluasan dan perbaikan sarana dan prasarana di lima wilayah kecamatan, khususnya pada lokasi-lokasi dimana sentra agribisnis komoditas Kopi akan dibangun. Sarana prasarana tersebut meliputi antara lain : sistem pengairan dengan sumur gali, jalan desa/jalan hutan, energi listrik pedesaan, pasar desa dan pusat informasi agro-teknologi. 4. Perbaikan dan peningkatan fasilitas penanganan pasca panen buah dan sistem pemasaran tradisional. 4.1. Pengembangan Komoditas 4.1.1. Pembangunan Kebun Kopi Sistem Empat Strata Bangkok dan Bajul ditetapkan sebagai kultivar Kopi yang akan ditanam pada UTPP kawasan Agribisnis (KIMBUN) Kopi Sistem Empat Strata. Target pembangunan hutan Kopi/sentra produksi Kopi di wilayah ini

HPKM -2001

12

adalah seluas 500 Ha kawasan inti (penghijauan hutan rakyat); seluas 1000 ha daerah dampak, akan dilaksanakan secara bertahap berkesinambungan dalam waktu beberapa tahun. 4.1.2. Agroteknologi Hutan-Rakyat Kopi Sistem Empat Strata Lima hal yang masih dipandang sangat penting untuk menunjang pengembangan KIMBUN Kopi, adalah : (1). Inovasi teknologi bibit dan pembibitan; (2). Teknologi off-season; (3). Teknologi penghambatan pematangan buah Kopi; (4). Pengembangan SL-KOPI sebagai pusat informasi Kopi ; (5). Teknologi pengolahan buah Kopi.

HPKM -2001

13

Agroforestri Kopi S E S: Setiap RTPLK = 0.5 ha hutan

Tanm pagar : Mahoni, Sengon, Pete, Kaliandra, Gleriside

6 -8 m Phn Kopi 6-8 m jalan hutan

tnm sela: Jagung, kac.hijau

arah slope

PAH / sumur

batas lahan

4.1.3. Pola Pengembangan Sentra dan Demplot Sebagaimana telah dikemukakan bahwa pada HPKM-Jene Pontoini akan dikembangkan sentra produksi Kopi seluas 500 ha hutan rakyat inti. Sekitar 1.0 Ha dari hutan inti tersebut akan dikelola oleh Penyuluh Lapang (PL), merupakan hutan inti sekaligus berfungsi sebagai Demplot hutan Kopi. Sedangkan selebihnya merupakan tanaman Kopi yang dikelola petani Kopi.

HPKM -2001

14

4.1.4. Tanaman Sela, dan Tanaman Pagar /Pembatas Pada areal KIMBUN di antara pohon Kopi muda yang ditanam dengan jarak 6-8 x 6-8 meter akan ditanam tanaman palawija jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, cabai/lombok atau ubikayu yang dapat dipanen setelah 3 4 bulan. Tujuan dari pemberian tanaman sela ini antara lain agar petani dapat memperoleh hasil/ pendapatan dari lahan usahataninya sebelum tanaman Kopi berproduksi. Salah satu dari kedua palawija tersebut akan ditanam secara bergilir hingga pohon Kopi mencapai usia 5 tahun. Sedangkan tanaman pagar/pembatas dapat berupa mahoni, pete, sengon, randu, melinjo atau pohon kayu-kayuan lainnya. 4.1.5. Kondisi Fisik Setelah kurun waktu lima tahun, diharapkan tercipta sentra produksi Kopi milik petani dengan kondisi sebagai berikut : a. Terdapat hutan Kopi monokultur populasi tanaman Kopi sebanyak 250 pohon per hektar dengan jarak tanam 6 x 6 meter. b. Setiap petani berhasil mengelola 0.5-1 ha hutan Kopi atau 125 - 250 pohon produktif. c. Kebun dilengkapi dengan jalan (jalan hutan) sepanjang 100 meter/Ha. d. Terdapat sumur gali atau embung dua buah per/ha sebagai sumber air bersih. 4.2. Pemberdayaan Kelembagaan KIMBUN Kopi SES Kelembagaan yang ingin diwujudkan kurun waktu tersebut di atas adalah sebagai berikut. 4.2.1. Kelompok Usaha Bersama Agribisnis (KUBA) Kopi Sistem Empat Strata Target penumbuhan kelompok tani sebagai lembaga inti pengembangan sentra agribisnis Kopi dalam kurun waktu tersebut mencapai jumlah 50 KUBA. Target penumbuhan kelompok tani sebanyak 50 KUBA ini berdasarkan pertimbangan bahwa dalam skala/luasan 20 Ha hutan/pekarangan dapat dibentuk satu kelompok tani dan dapat bekerja secara efektif. Satu KUBA Kopi terdiri dari 20-30 RTPLK dengan setiap orang diharapkan menguasai lahan tegalan rataan seluas 0.5 Ha. Dalam 1 Ha lahan akan ditanami Kopi sebanyak 250 pohon. Dengan demikian satu KUBA Kopi Sistem Empat Strata mempunyai tanaman sebanyak 2500-3125 pohon Kopi. Penumbuhan kelompok tani pada Sentra Agribisnis Kopi seyogyanya didasarkan pada kedekatan hamparan dengan maksud mempermudah menghadapi masa panen dan pemasaran hasil. Karena penumbuhan kelompok tani berdasarkan kedekatan hamparan usahataninya, maka melalui pelatihanpelatihan (sekolah lapang) dan dengan bimbingan Petugas Penyuluh Lapangan (PL II) petani-petani yang tergabung dalam kelompok tani hamparan tersebut diharapkan mampu mandiri.

HPKM -2001

15

KIMBUN Kopi Sistem Empat Strata seluas 200 ha

RTPLK-1 0.5 ha tegalan 125 ph Kopi tnm sela

RTPLK-2 0.5 ha tegalan 125 phn Kopi tnm sela

RTPLK-400 0.5 ha tegalan 125 ph Kopi tnm sela

SL-KOPI

PL 1.0 ha Tegalan 125 phn Kopi tnm sela

KUBA-1 25 RTPLK 12.5 ha hutan 3125 ph Kopi

KUBA-2

KUBA-16

25 RTPLK ....... 25 RTPLK 12.5 ha hutan 12.5 ha hutan 3125 ph Kopi

KOPERASI PETANI Kopi SES Kebun Inti 200 ha, 50.000 pohon Kopi Klon UNGGUL Tanaman sela jagung, kedelai, kac hijau 200 ha

SUASTA Industri pengolahan Kopi

PASAR Pedagang

BRI/BPD KKPA, KUT

HPKM -2001

16

4.2.2. Balai Informasi dan Penyuluhan Pertanian (BIPP) BIPP merupakan pusat penyuluhan yang diharapkan mampu mengakomodasikan seluruh permasalahan di bidang penyuluhan khususnya pada komoditi Kopi. Fungsi dan peran BIPP ditingkatkan hingga menjadi Sekolah Lapangan Agribisnis Kopi Sistem Empat Strata (SL-KOPI). Sebagai lembaga kepanjangan Pemerintah yang berada dan terdekat dengan petani maka diharapkan SL-KOPI akan mampu menjadi pusat untuk : - Meningkatkan kemampuan manajerial kelompok tani antaranya memantapkan/membudayakan usaha bersama antar petani dalam satu kelompok dan antar KUBA yang bergabung dalam satu wadah koperasi. - Membina para kontak tani sebagai pengurus koperasi dalam kemampuan pengurus Koperasi mengelola usaha dalam hal perencanaan pengadaan saprodi yang dibutuhkan petani (anggota koperasi). - Mendukung kebutuhan modal petani melalui menyediakan informasi fasilitas kredit yang layak. - Mendukung tersebarnya informasi pasar harga dan permintaan kepada para petani sebagai jaminan petani memperoleh harga yang wajar bagi produknya. - Mendukung peningkatan kerjasama/kemitraan antara petani dan pengusaha. - Pusat disseminasi informasi teknologi spesifik lokasi dengan bermitra kerja dengan BPTP (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian-Malang). - Pusat disseminasi informasi pasar dan pengembangan pasar. - Menjalin kerjasama dengan Lembaga Keuangan (BRI Unit Desa) dan Koperasi untuk pelatihan penyusunan proposal pinjaman kredit usaha. - Penyebaran informasi standard Pertanian Indonesia bagi produk Kopi. 4.3. Sarana dan Prasarana yang dibutuhkan 4.3.1. Pengairan Ketersediaan air merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi pada saat proses produksi s/d proses pengolahan. Bantuan pembuatan sistem Pengairan Air Sumur (PAS) diharapkan dapat terlaksana, atau kalau tidak memungkinkan dapat dikembangkan sistem Pengairan Air Hujan melalui pembangunan kolam penampung air hujan (PAH). Idealnya, sebuah sumur / PAH harus terdapat pada setiap 1 ha hutan Kopi. 4.3.2. Jasa Angkutan dan Transportasi Pembangunan sarana/prasarana angkutan kondisi jalan di sekitar sentra produksi Kopi maupun dari sentra produksi ke jalan Kabupaten menentukan kecepatan penyaluran saprodi dan pengangkutan/pemasaran hasil produksi. Kondisi jalan desa disekitar sentra produksi Kopi perlu ditingkatkan dari jalan tanah/makadam ke jalan aspal, sehingga mudah dilalui kendaraan roda empat

HPKM -2001

17

walaupun pada musim hujan, yang lebih lanjut meningkatkan efisiensi pengangkutan hasil/saprodi. Dengan rencana pengembangan sentra produksi Kopi seluas 1000 Ha dan standard kebutuhan jalan hutan/jalan desa adalah 100 m/ha, maka dalam kurun waktu lima tahun dibutuhkan perbaikan/ pembangunan jalan kurang lebih sepanjang 100 km. Dengan meningkatnya kondisi jalan di sekitar sentra, diharapkan akan meningkatkan frekwensi lalulintas angkutan umum termasuk angkutan barang disekitar sentra produksi Kopi yang pada akhirnya menumbuhkan dan meningkatkan kegiatan sektor sektor jasa yaitu jasa angkutan umum termasuk angkutan barang. 4.3.3. Pasar Pasar yang ada untuk tingkat wilayah desa/kecamatan telah cukup memadai. Hal yang perlu ditingkatkan fasilitasnya adalah pasar di tingkat kabupaten. Untuk mengantisipasi melimpahnya Kopi yang akan dipasarkan dalam bentuk buah segar, maka pasar ditingkat kabupaten perlu dilengkapi fasilitas transportasi untuk mengangkut hasil produksi dari desa dan kecamatan. 4.3.4. Alsintan Alsintan yang dibutuhkan dalam pengembangan sentra agribisnis Kopi adalah : - Blower /sprayer sejumlah 1 buah/ Ha hutan - Sumur gali atau PAH sebanyak 1-2 buah setiap hektar hutan - Gerobak pengangkut di hutan. 4.4. Pengolahan dan Pemasaran 4.4.1. Pengolahan Buah Kopi dapat dijual dalam bentuk buah segar atau hasil olahannya. Upaya pengolahan untuk mendapatkan buah segar berkualitas tinggi meliputi : a. Pemeraman untuk menyeragamkan kematangan buah dengan bahan kimia. b. Penghambatan proses pematangan buah dengan Cold Storage dan Kemasan. c. Grading d. Packing/pengemasan e. Kalender panen tanda setelah panen sesuai dengan tanggal dipetik. f. Buku harian pakan (untuk memonitor produksi pohon). Bangkok merupakan jenis Kopi yang masih mempunyai prospek besar dijual sebagai buah segar. Namun demikian tetap perlu dilakukan antisipasi terjadinya fluktuasi harga atau turunnya harga Kopi segar pada saat booming produksi/supply Kopi. Pengolahan buah Kopi menjadi produk olahan dapat berupa : - Manisan/asinan Kopi

HPKM -2001

18

- Kripik Kopi Sistem Empat Strata - Selai dan sirup - Buah potong dalam kaleng atau juice Kopi Industri selai dan sirup dapat dilakukan sebagai home Industri dan bahan bakunya cukup dipenuhi dari Kopi yang bukan kualitas nomor 1. Untuk industri kripik, buah potong dalam kaleng atau juice Kopi diperlukan pengolahan skala besar, dengan kebutuhan bahan baku (buah Kopi) yang harus di supply secara kontinue. Paling sedikit dibutuhkan areal panen seluas 500 Ha untuk dapat memenuhi bahan baku Kopi bagi industri tersebut. 4.4.2. Pemasaran Kopi Sistem Empat Strata khususnya Bangkok, masih memiliki potensi yang cukup besar untuk dijual dalam bentuk buah segar. Alur pemasaran buah Kopi dalam kurun waktu lima tahun yang akan datang adalah seperti berikut. Rantai/alur pemasaran A akan terus di tingkatkan dan dikembangkan, guna memperpendek rantai tata niaga dan sebagai hasilnya diharapkan meningkatkan market share petani lebih besar dari 45 % dari harga beli konsumen. Rantai/alur pemasaran B adalah sistem pemasaran buah Kopi yang telah terbentuk sejak lama. Pada pemasaran dengan sistem ini, upaya yang diperlukan adalah memberikan/ meningkatkan kesadaran petani untuk mengurangi penjualan dengan sistem tebasan kontan atau ijon, guna meningkatkan market share petani dari harga beli konsumen.

V.

RANCANGAN KEGIATAN

Untuk mewujudkan KIMBUN Kopi Sistem Empat Strata di HPKM Jene Ponto, maka berbagai kegiatan dalam seluruh subsistem-subsistem agribisnis termasuk subsistem penunjangnya perlu diprogramkan secara sistematis. Perwujudan Kawasan agribisnis Kopi akan memerlukan waktu sekitar 5 sampai dengan 10 tahun, dimana 5 tahun adalah kebutuhan waktu untuk pembangunan hutan (penanaman) dan 5 tahun adalah kebutuhan waktu untuk pemberdayaan KUBA mandiri. Berikut ini diuraikan kegiatan-kegiatan yang ditargetkan untuk dapat dilaksanakan dalam kurun waktu 5 - 10 tahun. Rancangan kegiatan ini difokuskan pada pengembangan 1000 Ha hutan Kopi monokultur sebagai inti dan sekitar 500 ha Kopi plasma dan 1000 ha lahan pekarangan sebagai daerah dampak dari KIMBUN Kopi. Rancangan kegiatan ini memberikan gambaran kegiatan-kegiatan pokok yang akan ditangani melalui proyek sejak penanaman sampai dengan pemeliharaan tahun ke 4 karena tanaman Kopi baru dapat di panen pada tahun ke 5.

HPKM -2001

19

5.1. Pemantapan Kelembagaan Kelembagaan yang harus ada di lokasi KIMBUN meliputi kelembagaan petani, kelembagaan ekonomi dan kelembagaan aparatur. a. b. c. d. e. (1). Kelembagaan Pengelola KIMBUN Kopi Sistem Empat Strata Setiap petani menjadi anggota KUBA Kopi Sistem Empat Strata yang mengelola hutan-rakyat. Setiap KUBA Kopi Sistem Empat Strata tani beranggotakan 20 - 30 RTPLK. Setiap petani menguasai sekitar 0.5 - 1.0 ha lahan untuk hutan-rakyat Kopi. Setiap 15 KUBA Kopi Sistem Empat Strata diberdayakan dan didampingi oleh 1 orang PL. Setiap orang PL mengelola 0.5 - 1.0 ha hutan inti yang berfungsi sebagai hutan produksi, pusat informasi teknologi Kopi, yang dilengkapi dengan SAUNG (gubuk tempat pertemuan kelompok tani).

(2). Disain Inovasi Agro-Teknologi Usaha pemeliharaan Kopi dengan sistem KUBA disarankan dengan perbaikan paket agroteknologi alternatif sebagai berikut : 1. Sistem perhutanan Kopi permanen dengan pemeliharaan tanaman secara intensif 2. Menggunakan bibit Kopi jenis unggul, misalnya Bangkok atau Bajul 3. Kebun monokultur lebih disarankan apabila memungkinkan. 4. Pengawasan kesehatan dan kesuburan tanaman dilakukan dengan menerapkan praktek budidaya tanaman secara intensif. 5. Recording buku harian individu tanaman Kopi dan pengawasan periode pembungaan dan pembuahan kalau memungkinkan. 6. Menerapkan teknologi penanganan pasca panen buah untuk menyeragamkan pematangan buah atau menangguhkan proses pematangan melalui manipulasi teknologi kemasan. 5.2. Kelayakan Disain KIMBUN Kopi Sistem Empat Strata (1). Kelayakan Teknis Hutan rakyat Kopi digunakan secara khusus untuk memproduksi buahbuah Kopi yang kualitasnya bagus; sedangkan pengelolaan hutan RAKYAT dapat mengikuti rekomendasi yang ada. Tanaman sela selama lima tahun pertama adalah kedelai atau jagung yang dikelola secara intensif. (2). Kelayakan Ekonomi Sekala ekonomi minimum bagi rumah tangga petani adalah 0.5-1.0 ha dengan jumlah pohon produktif 100-200 pohon. Peningkatan produksi dan pendapatan usahatani Kopi mulai tahun ke V diharapkan telah cukup tinggi untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga secara memadai (telah melampaui batas ambang kemiskinan); Fluktuasi pendapatan

HPKM -2001

20

dan produksi hampir merata dari tahun ke tahun tahun. Penyerapan tenaga kerja memungkinkan mempekerjakan tenagakerja luar keluarga ; Secara ekonomi layak; Beberapa faktor penunjang kelayakan ekonomi tersebut adalah : a. Menambah sasaran produksi, yaitu grading buah-buah Kopi untuk pasar lokal, regional dan kota-kota besar. b. Meningkatkan hasil buah Kopi secara bertahap setiap tahun hingga sasaran akhir tahun ke 10 dengan sekala usaha 50-100 pohon produktif setiap rumahtangga yang memiliki lahan kering 0.5 -1.0 ha. c. Mengurangi fluktuasi produksi dan pendapatan dengan jalan disiplin usaha dan pemantauan/pemeliharaan tanaman produktif secara intensif. d. Menciptakan adanya pola usaha bersama (KUBA) secara berkelompok dengan pangsa yang relatif sama. (3). Kelayakan Sosial Usaha pemeliharaan Kopi secara berkelompok telah lazim dilakukan dengan kerjasama yang serasi; dengan demikian proyek KIMBUN Kopi Sistem Empat Strata ini tidak akan menimbulkan konflik sosial dan mengganggu sistem kelompok yang telah serasi. (4). Rekayasa Kelembagaan 1. Petani yang terikat pinjaman dengan pedagang/pelepas uang harus melunasi untuk melepaskan ikatan tersebut; 2. Respon terhadap inovasi teknologi masih harus ditingkatkan, karena keterbatasan akses individu petani terhadap sumber informasi inovasi, peluang- peluang bisnis dan informasi pasar yang ada; 3. Respon masyarakat umumnya rendah dan terkesan bahwa peran KUD dalam membantu pemasaran hasil buah serta penyediaan modal belum banyak dirasakan oleh masyarakat petani ; 4. Respon terhadap perkreditan formal rendah, hal ini disebab- kan pengalaman sebelumnya dimana penyaluran kredit kurang aspiratif, terlalu birokratif, bunga tinggi dan tidak sesuai dengan kebutuhan petani . Berdasarkan atas beberapa kendala tersebut, maka strategi rekayasa kelembagaan yang perlu disarankan adalah sebagai berikut : 1. Menciptakan usaha berkelompok dari RTPLK yang memungkinkan berkongsi dengan pangsa yang relatif seimbang dalam bentuk KUBA; 2. Meningkatkan peran serta PTL, PPL, dan tokoh masyarakat dalam pembinaan KUBA Kopi; 3. Mengurangi secara bertahap ketergantungan petani pada pedagang/ lembaga pemasaran sehingga meningkatkan posisi tawar- menawar dalam pemasaran hasil ; 4. KUBA-KUBA Kopi perlu membentuk koperasi petani Kopi (Unit Usaha Otonom Agribisnis) yang berfungsi sebagai jembatan penghubung antara

HPKM -2001

21

kelompoktani Kopi dengan dunia luar, baik dunia bisnis, birokrasi dan perbankan, maupun sumber inovasi teknologi 5. Memperkenalkan kredit yang ditempuh dengan sistem bagi hasil, serta mengatur sistem bagi hasil yang lebih seimbang dengan melibatkan lembaga antara , yaitu Koperasi petani Kopi. (5). Pranata Tugas dan tanggung masing-masing komponen organisasi yang diusulkan tersebut diuraikan sebagai berikut : a. Investor Pemerintah: - Menyediakan fasilitas kredit lunak dalam bentuk paket agribisnis Kopi intensif untuk KUBA melalui koperasi petani Kopi; - Menjalin kerjasama kemitraan dalam permodalan dengan koperasi petani dengan jalan menyediakan kemudahan-kemudahan birokrasi dan administrasi; - Menjalin kerjasama konsultatif dengan Koperasi petani Kopi, khususnya dalam pelatihan manajemen permodalan bagi usaha agribisnis Kopi. b. Suasta: Pedagang buah/Produsen Saprodi : - Diharapkan bersedia sebagai mitra kerja Koperasi Petani Kopi Sistem Empat Strata atau KUBA Kopi, dengan jalan menunjuk perwakilannya di desa ; - Menjalin kerjasama kemitraan dengan jalan menyediakan informasi-informasi pasar dan transfer teknologi inovatif . c. Petugas Penyuluhan/Teknis Lapangan (PPL/PTL) : - Bertanggung jawab terhadap pelatihan dan penyuluhan untuk lebih meningkatkan akses petani kecil terhadap peluang-peluang ekonomi yang ada dan penguasaan teknologi; - Menjalin kerjasama konsultatif dan kemitraan dengan instansi terkait dan tokoh masyarakat setempat dalam pelaksanaan transfer teknologi dan pembinaan pengelolaan usaha d. Koperasi Petani Kopi Sistem Empat Strata (Unit Usaha Otonom ) - Mengawasi, mengkoordinasikan dan membina pelaksanaan sistem usaha agribisnis yang dilakukan oleh KUBA Kopi ; - Membantu KUBA dalam operasionalisasi kegiatan pembinaan agribisnis Kopi ; - Membina mekanisme kerja pengembalian kredit sehingga dapat memenuhi aspirasi petani dan sumber kredit ; - Menjalin kerjasama kemitraan dengan suasta pedagang telur dan produsen/pedagang SAPRODI ; - Membina dan mengembangkan mekanisme tabungan sukarela dari para petani.

HPKM -2001

22

e. RTPLK Pemilik-pengelola Kebun rakyat Kopi Sistem Empat Strata - Melaksanakan usaha agribisnis Kopi melalui KUBA - Menjalin kerjasama kemitraan dengan instansi/ investor melalui mekanisme "kerjasama yang saling menguntungkan"; - Mengikuti pelatihan teknologi sebelum/selama operasio nalisasi kegiatan; - Memasarkan hasil produksinya kepada lembaga pemasaran yang bermitra dengan KUBA - Pengelolaan pemilikan alat produksi (jika kredit telah lunas), tetap berusaha secara kongsi di bawah pengawasan dan pembinaan KUBA dan Koperasi; - Menjalin kerjasama dengan Koperasi KIMBUN Kopi Sistem Empat Strata melalui program tabungan bebas sebagai dana untuk perawatan alat-alat produksi.

VI. SASARAN KEGIATANUntuk mengembangkan KIMBUN Kopi Sistem Empat Strata diperlukan pembinaan dan pembiayaan dari Pemerintah selama 4-5 tahun. dasar pertimbangan dibutuhkannya waktu 5 tahun adalah sebagai berikut : 1. Sasaran luas areal yang akan dikembangkan menjadi KIMBUN Kopi Sistem Empat Strata adalah 500 ha dengan target penanaman 100 Ha/tahun. Dengan demikian dibutuhkan waktu selama 5 tahun untuk mengembangkan 500 ha KIMBUN Kopi Sistem Empat Strata di lokasi Jene Ponto. 2. Tanaman Kopi baru dapat berproduksi setelah tanaman berusia 5 tahun. Agar petani mampu melakukan melakukan pemeliharaan tanaman sesuai paket teknologi yang dianjurkan, maka diharapkan pembinaan dan bantuan Pemerintah diberikan kepada petani tidak hanya berupa paket 1 tahun (pada tahun penanaman) tapi juga pembinaan dan paket pemeliharaan tanaman sampai dengan tanaman mulai berproduksi. Tanaman yang ditanam pada tahun ke 5 baru akan berproduksi pada tahun ke 9. Oleh karena itu dibutuhkan waktu sampai dengan 10 tahun untuk mencapai tingkat kemandirian seluruh KIMBUN Kopi Sistem Empat Strata .

Pada setiap tahun dapat dilaksanakan evaluasi dampak (ex-post evaluation) untuk menilai dampak pembangunan KIMBUN Kopi terhadap peningkatan pendapatan masyarakat, dan peningkatan kegiatan ekonomi pedesaan pada umumnya.

HPKM -2001