Hukum Pjk Lanjut Reformasi Pajak Indonesia

17
1 Tugas Hukum Pajak Lanjut REFORMASI PERPAJAKAN INDONESIA Disusun Oleh: Wahyu Ardiansyah - NIM. 11010111150008 KELAS A FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2014

description

buku hukum pajak

Transcript of Hukum Pjk Lanjut Reformasi Pajak Indonesia

Page 1: Hukum Pjk Lanjut Reformasi Pajak Indonesia

1

Tugas Hukum Pajak Lanjut

REFORMASI PERPAJAKAN INDONESIA

Disusun Oleh:

Wahyu Ardiansyah - NIM. 11010111150008

KELAS A

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

2014

Page 2: Hukum Pjk Lanjut Reformasi Pajak Indonesia

2

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara historis pajak telah lama menjadi sumber penerimaan potensial

negara untuk membiayai pengeluaran pemerintah dan pembangunan. Pajak dapat

dipahami sebagai suatu pungutan paksa yang dilakukan oleh pemerintah terhadap

rakyatnya (wajib pajak) yang tidak memberikan kontraprestasi secara langsung

yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum (budgeter) maupun untuk

mengatur segala sesuatu yang ada di luar bidang keuangan (regulator). Menurut

Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH, Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa

timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk

membayar pengeluaran umum.1

Pajak memiliki dua fungsi utama, yaitu fungsi budgeter dan fungsi

regulasi. Fungsi budgeter berkaitan dengan fungsi pajak sebagai alat untuk

mengumpulkan dana dari masyarakat yang kemudian digunakan untuk membiayai

administrasi pemerintahan dan kegiatan-kegiatan pembangunan. Sedangkan

fungsi regulasi adalah fungsi pajak yang berkaitan dengan peran oajak dalam

mengatur perekonomian, alokasi sumber daya, redistribusi pendapatan, konsumsi

dan investasi publik.

Dengan melihat dua fungsi diatas maka sudah jelas bahwasanya

perpajakan merupakan produk kebijakan pemerintah di bidang fiskal/keuangan.

Telah kita cermati kebijakan perpajakan (dengan adanya sistem perpajakan) di

indonesia telah mengalami berbagai perubahan-perubahan besar dalam kurun

waktu sejak Indonesia merdeka hingga era reformasi sekarang. Sistem perpajakan

senantiasa harus disesuaikan dengan perubahan kondisi sosial ekonomi Indonesia.

Sistem perpajakan mengalami perubahan-perubahan yang cukup penting karena

didasari berbagai faktor yang mengharuskan adanya suatu sistem perpajakan yang

1 Mardiasmo, Perpajakan, Andi Offset, Yogyakarta, 2011, hlm : 1.

Page 3: Hukum Pjk Lanjut Reformasi Pajak Indonesia

3

lebih sesuai dengan kondisi kenyataan yang ada. Dapat kita sajikan kenyataan

ketika era “80-an” dikala itu terjadi penurunan harga minyak bumi dunia yang

menyebabkan penurunan pula terhadap penerimaan dari sektor migas sebagai

penerimaan utama negara waktu itu, yang mengharuskan pemerintah menggali

sumber-sumber pendapatan negara dari sektor-sektor lain yang salah satunya

adalah pajak yang belum dikelola secara optimal. Oleh karena itulah muncul

kebijakan baru perpajakan untuk memicu peningkatan penerimaan negara. Hal

tersebut sebagai salah satu contoh bahwasanya sistem perpajakan sebagai sebuah

kebijakan negara di bidang keuangan harus berubah seiring perubahan kondisi

sosial ekonomi yang ada.

Terkait perubahan kebijakan dalam perpajakan, Indonesia telah melakukan

beberapa kali perubahan kebijakan perpajakan yang dapat disebut sebagai

reformasi perpajakan (Tax Reform). Kapan saja reformasi perpajakan tersebut

dilakukan, apa yang mendasarinya dan bagaimana bentuk perubahannya,

akanpenulis sajikan dalam bagian selanjutnya dari tulisan ini.

1.2 Permasalahan

Berdasarkan latar belakang diatas serta mengetahui gambaran yang lebih

lanjut mengenai Reformasi Perpajakan (Tax Reform), maka penulis mencoba

mengidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut :

− Apa latar belakang terjadinya reformasi perpajakan (Tax Reform)?

− Apakah tujuan dari reformasi perpajakan (Tax Reform)?

− Bagaimana wujud/bentuk reformasi perpajakan (Tax Reform)?

1.3 Maksud dan Tujuan Penulisan

Maksud dan tujuan dari dibuatnya makalah ini, selain untuk memenuhi tugas

mata kuliah Hukum Pajak Lanjut, juga untuk menambah pengetahuan dan

wawasan penulis dalam memahami lebih lanjut mengenai Reformasi Perpajakan

tersebut.

Page 4: Hukum Pjk Lanjut Reformasi Pajak Indonesia

4

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Latar Belakang Tax Reform

Sistem perpajakan di Indonesia telah mengalami beberapa kali perubahan

atau yang kerap disebut Tax Reform. Tax reform (reformasi pajak) adalah

perubahan yang mendasar di segala aspek perpajakan. Setidaknya terdapat lima

tahap reformasi perpajakan di Indonesia, yaitu :

a. Tax Reform yang Pertama pada tahun 1983 – 1985;

b. Tax Reform yang Ke-dua pada tahun 1997;

c. Tax Reform yang Ke-tiga pada tahun 1997;

d. Tax Reform yang Ke-empat pada tahun 2000;

e. Tax Reform yang Ke-lima pada tahun 2002 – 2009.

Apakah kiranya yang menjadi latar belakang dilakukannya Reformasi

Perpajakan yang dimulai pada tahun 1983, setidaknya ada beberapa hal dalam

situasi perpajakan nasional pada saat itu yang melatar belakangi adanya tax

reform :

a. Peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku dikala itu adalah

sebagai warisan zaman kolonial Belanda yang pemikiran, dan tujuan yang

dibuat pada zaman tersebut dirasakan sudah tidak sesuai lagi dengan

kehidupan bangsa Indonesia yang telah merdeka dan berdaulat sejak

Proklamasi 19 Agustus 1945. Pada zaman kolonial, pemungutan pajak

semata-mata dimaksudkan untuk memenuhi kepentingan pemerintah

penjajahan. Sedangkan dalam alam kemerdekaan, pemungutan pajak dijiwai

oleh pancasila dan UUD 1945 untuk kemakmuran bangsa;

b. Selain tidak sesuai kehidupan Bangsa Indonesia yang telah merdeka dan

berdaulat, peraturan pajak warisan hindia belanda dirasakan tidak

memperhatikan azas dan aspek pemerataan, keadilan, kepastian hukum dan

pertumbuhan ekonomi;

Page 5: Hukum Pjk Lanjut Reformasi Pajak Indonesia

5

c. Performa instansi pajak dan aparatnya yang kurang baik sehingga

menimbulkan sikap masyarakat apatis dan berprasangka jelek terhadap pajak.

Baik karena sistem perpajakan yang ada saat itu bukan saja tidak sesuai

dengan perekonomian Indonesia yang makin modern, tapi juga sangat rumit

dan sukar dipahami oleh pemungut pajak maunpun oleh pembayar pajak,

maupun sikap moral korup oknum-oknumnya. Dan berlanjut pada jumlah

penerimaan Pajak yang belum Optimal dan bisa dikatakan masih minim sekali

terlihat dari jumlah Wajib Pajak yang masih sedikit dengan jumlah

penerimaan yang sedikit pula terlihat dari Jumlah Penerimaan pada tahun

anggaran 1983/1984 hanya sebesar Rp 2,3 trilyun. Serta sampai dengan akhir

1983 tax ratio penerimaan pajak dengan produk domestik bruto hanya

sebesar 6,35 persen saja.2

Disamping kondisi perpajakan diatas, pemicu utama sebagai latar

belakang dilaksankannya tax reform tahap pertama adalah merosotnya harga

ekspor minyak bumi pada masa Pasca Oil Boom yang pada Tahun Anggaran

1981/1982 Harga minyak sebesar US$ 35.00/ per barrel menurun menjadi US$

29.53/ barrel pada Tahun Anggaran 1983/1984.

Merosotnya harga minyak di pasar internasional pasca Oil Boom

menimbulkan masalah berat bagi perekonomian Indonesia karena penerimaan

sektor migas menurun, defisit transaksi berjalan dan defisit APBN meningkat.

Penerimaan migas dari hasil ekspor menurun 2,0% menjadi US$ 14.449 juta

(1983/1984). Defisit transaksi berjalan meningkat dari US$2..888 juta menjadi

US$4.151 juta (1983/1984). Defisit APBN meningkat dari Rp 1.938 triliun

menjadi Rp 2.742. triliun (1983/1984)3.

Adapun beberapa alasan lainnya mengapa pemerintah melakukan

reformasi perpajakan yaitu :

a. Sebagai upaya menstabilkan perekonomian yang tidak menentu karena

pengaruh perekonomian internasional maupun nasional. 2 Miyasto, Pidato Pengukuhan Guru Besar : Sistem Perpajakan Nasional Dalam Era Ekonomi

Global, Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang, 6 Desember 1997, hlm : 8. 3 Hakim Simanjuntak, Sejarah Masa Pembangunan Ekonomi Indonesia, Global Education, 2013

Page 6: Hukum Pjk Lanjut Reformasi Pajak Indonesia

6

b. Sebagai usaha mengalihkan sektor penerimaan APBN dari migas yang semula

sebagai sektor primadona menjadi pajak sebagai sumber yang lebih dapat

menjanjikan karena secara rasional pajak adalah penerimaan yang

berkelanjutan tidak seperti migas.

c. Usaha mengikuti ketentuan dunia terutama dalam hal pendanaan (pinjaman

luar negeri) yang mensyaratkan struktur pajak yang ada harus disesuaikan

dengan kondisi seharusnya.

d. Meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak.

Harapannya dengan Reformasi Perpajakan, sistem perpajakan akan

berintikan kesederhanaan, menunjang pemerataan dan memberikan kepastian dan

keadilan. Sistem perpajakan baru tidak akan memungut pajak atas keseluruhan

masyarakat, tetapi adalah upaya dalam memperoleh penerimaan negara yang

berasal dari hasil pemungutan pajak terhadap perusahaan-perusahaan besar dan

individu yang berpenghasilan.

2.2 Tujuan Tax Reform

Tujuan reformasi perpajakan adalah dalam rangka mewujudkan

kemandirian bangsa dalam membiayai pembangunan nasional dengan jalan lebih

mengoptimalkan segenap kemampuan dalam negeri terutama di bidang

perpajakan. Pemerintah telah menyadari bahwa untuk membiayai pengeluaran

negara baik itu rutin maupun pembangunan pada saat ini dan masa yang akan

datang kita tidak dapat lagi bergantung pada penerimaaan negara dari sumber

minyak bumi dan gas alam maupun utang luar negeri. Oleh sebab itu peningkatan

penerimaan pajak merupakan keharusan bagi terpenuhinya kebutuhan dana bagi

pengeluaran negara terutama pembangunan. Reformasi perpajakan akan

memudahkan tercapainya kehendak tersebut.

Menteri Keuangan Republik Indonesia, Bapak Radius Prawiro,

menyampaikan tujuan reformasi perpajakan adalah :

“Untuk lebih menegakkan kemandirian Indonesia dalam pembiayaan pembangunan nasional dengan jalan lebih mengarahkan segenap potensi dan kemampuan dari dalam negeri, khususnya dengan

Page 7: Hukum Pjk Lanjut Reformasi Pajak Indonesia

7

cara meningkatkan penerimaan negara melalui perpajakan dan sumber-sumber diluar migas. Untuk membiayai dan menjamin berhasilnya Repelita IV, kita tidak akan sekedar mengandalkan kepada peningkatan penerimaan negara yang berasal dari sektor migas, melainkan juga dari usaha peningkatan penerimaan pajak (non migas). Guna meningkatkan penerimaan dimaksud dianggap perlu untuk mengadakan penyempurnaan Sistem Perpajakan”.

4

Secara lebih detail dan dirincikan, reformasi perpajakan memiliki beberapa

tujuan, yaitu antara lain untuk:

a. lebih menegakkan kemandirian Indonesia dalam membiayai pembangunan

nasional;

b. meningkatkan penerimaan pajak dari sektor pajak;

c. membuat beban pajak akan makin adil dan wajar;

d. meningkatkan kualitas pelayanan kepada wajib pajak;

e. meningkatkan kepatuhan bagi wajib pajak;

f. menerapkan prinsip konsep good governance, dengan adanya asas

transparansi, responsibility, keadilan dan akuntabilitas dalam meningkatkan

kinerja instansi pajak;

g. meningkatkan penegakan hukum pajak, pengawasan yang tinggi dalam

pelaksanaan administrasi pajak baik kepada petugas pajak maupun kepada

wajib pajak.

2.3 Pelaksanaan Tax Reform di Indonesia

Sebelum dilakukannya Tax Reform beberapa jenis pajak yang ada di

Indonesia adalah sebagaimana berikut ini :

a. Staatsblad No. 13 Tahun 1908 tentang Ordinasi Rumah Tangga

b. Staatsblad No. 498 Tahun 1921 tentang Aturan Bea Materai

c. Staatsblad No. 291 Tahun 1924 tentang Ordinasi Bea Balik Nama

d. Staatsblad No. 405 Tahun 1932 tentang Ordinasi Pajak Kekayaan

e. Staatsblad No. 718 Tahun 1934 tentang Ordinasi Pajak Kendaraan Bermotor

4 Radius Prawiro, Pidato : Pidato Rancangan Undang-Undang Pajak, DPR-RI, Jakarta, 5 Oktober

1983.

Page 8: Hukum Pjk Lanjut Reformasi Pajak Indonesia

8

f. Staatsblad No. 611 Tahun 1934 tentang Ordinasi Pajak Upah

g. Staatsblad No. 671 Tahun 190368 tentang Ordinasi Pajak Potong

h. Staatsblad No. 17 Tahun 1944 tentang Ordinasi Pajak Pendapatan

i. Staatsblad No. 12 Tahun 1947 tentang Pajak Radio

j. Staatsblad No. 144 Tahun 1947 tentang Pajak Pembangunan 1

k. UU No. 12 Tahun 1952 tentang Pajak Peredaran

l. UU Tahun 1951 tentang Pajak Penjualan yang diubah UU No. 2 Tahun 1968

m. UU No. 21 tahun 1959 tentang Pajak Deviden yang diubah dengan UU No. 10

tahun 1967 tentang Pajak atas Bunga, Deviden, dan Royalti

n. UU No. 19 tahun 1959 tentang Penagihan Pajak Negara dengan Surat Paksa

o. UU No. 74 tahun 1958 tentang Pajak Bangsa Asing

p. UU No. 8 tahun 1967 tentang Tata Cara Pemungutan PPd, PKk, dan PPs/ Tata

Cara MPS-MPO

Sejalan dengan tuntutan perubahan zaman dan kebutuhan yang

melatarbelakangi, pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai langkah guna

mereformasi sistem perpajakan di Indonesia. Reformasi sistem perpajakan

meliputi dua aspek yaitu :

1. Reformasi di bidang kebijakan perpajakan (Tax Policy Reform);

melalui Perubahan UU PPh, Perubahan UU PPN dan PPn Bm, Perubahan UU

PBB, Perubahan UU Bea Materai, serta UU Kepabeanan dan UU cukai. Pada

intinya Paket Amandemen Undang-Undang Perpajakan ini lebih dititik-

beratkan pada pemberian rasa keadilan dan kepastian hukum di bidang

perpajakan, yang bertujuan untuk mendorong investasi, serta mengoptimalkan

penerimaan perpajakan.

2. Reformasi sistem administrasi perpajakan (Tax Administrative Reform);

meliputi :

a. Penyempurnaan peraturan pelaksanaan undang-undang perpajakan;

b. Pembentukan dan perluasan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) khusus Wajib

Pajak (WP) Besar (Large Taxpayer Office, LTO), diantaranya meliputi

pembentukan organisasi berdasarkan fungsi, pengembangan sistem

Page 9: Hukum Pjk Lanjut Reformasi Pajak Indonesia

9

administrasi perpajakan yang terintegrasi dengan pendekatan fungsi, dan

implementasi dari prinsip-prinsip Good Corporate Governance;

c. Pembangunan KPP khusus WP menengah, dan KPP khusus WP kecil di

Kanwil VI Direktorat Jenderal Pajak;

d. Pengembangan basis data, pembayaran pajak dan penyampaian SPT

secara online;

e. Perbaikan manajemen pemeriksaan pajak; serta

f. Peningkatan efektivitas penerapan kode etik di jajaran Direktorat Jenderal

Pajak dan Komisi Ombudsman Nasional.

Secara bertahap, sampai dengan saat ini dapat dikatakan ada 5 tahapan

Reformasi Perpajakan (Tax Reform), yaitu :

I. Reformasi Pajak (Tax Reform ) Tahap I 1983-1985

Diterbitkan serangkaian Undang-undang yaitu:

1. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata

Cara Perpajakan (UU KUP);

2. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (UU PPh

1984);

3. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai

Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (UU PPN 1984

dan UU PPn Bm 1984);

4. Undang-undang No. 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi (UU PBB) dan

Bangunan; dan

5. Undang-undang No. 13 Tahun 1985 tentang Bea Materai (UU BM).

Dalam reformasi perpajakan pertama ini terdapat suatu perubahan sistem

yang sangat mendasar, yaitu dari official assessment menjadi self assessment,

di mana wajib pajak tidak hanya menjadi obyek tetapi justru menjadi subyek

yang diharapkan aktif berpartisipasi dalam system perpajakan nasional.

Selain perubahan system tersebut, terdapat beberapa perubahan penting

dalam tax reform pertama ini, antara lain:

1. Penyederhanaan jumlah dan jenis pajak;

Page 10: Hukum Pjk Lanjut Reformasi Pajak Indonesia

10

2. Penyederhanaan tariff pajak untuk memudahkan wajib pajak dalam

menghitung pajaknya;

3. Menghilangkan insentif pajak;

4. Diabaikannya fungsi regulasi.

II. Reformasi Pajak (Tax Reform ) Tahap II 1994

Setelah pelaksanaan Tax Reform Tahap I, pemerintah tidak lagi melakukan

erus mengupayakan perbaikan reformasi perpajakan, karena terdapat hal-hal

penting yang harus mendapat perhatian, di antaranya:

1. Reformasi perpajakan tahun 1983 ternyata belum mampu memperkecil

prosentase hutang luar negeri dalam struktur APBN;

2. Masih terdapat beberapa loopholes dalam undang-undang pajak tahun

1983, sehingga memberikan kesempatan bagi timbulnya upaya-upaya

penghindaran pajak;

3. Reformasi perpajakan pertama belum banyak mengantisipasi aktivitas-

aktivitas ekonomi yang semakin global;

4. Strategi perpajakan nasional pada tahun 1983 belum secara maksimal

diarahkan untuk membantu pengusaha agar mendapat akses pada

persaingan global.

Oleh karena hal tersebut maka diterbitkan serangkaian undang-undang

perpajakan yaitu :

1. Undang-undang No. 9 tahun 1994 tentang perubahan pertama atas

Undang-undang No. 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata

Cara Perpajakan;

2. Undang-undang No. 10 tahun 1994 tentang perubahan kedua atas Undang-

undang No. 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan;

3. Undang-undang No 11 tahun 1994 tentang perubahan pertama atas

Undang-undang No 8 tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan

Pajak Penjualan Atas Barang Mewah;

4. Undang-undang No. 12 tahun 1994 tentang perubahan pertama atas

Undang-undang No. 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan;

Page 11: Hukum Pjk Lanjut Reformasi Pajak Indonesia

11

5. Undang-undang No.13 tahun 1985 tentang Bea Materai

Dalam tax reform II ini, terdapat beberapa perubahan sistem perpajakan

yang mendasar, antara lain:

1. Di bidang hukum pajak, meliputi:

a) Perluasan kewajiban wajib pajak sehingga termasuk kewajiban

mendaftarkan penghasilan usahanya;

b) Ditambahnya masa daluwarsa dari 5 tahun menjadi 10 tahun;

c) Sanksi pidana diperberat dan cakupan pidananya diperluas.

2. Di bidang Pajak Penghasilan, meliputi:

d) Pemisahan subyek pajak BUT dengan subyek pajak badan;

e) Perluasan biaya yang diperbolehkan yang berkaitan dengan

peningkatan sumber daya manusia dan pemeliharaan lingkungan;

f) Perubahan lapisan tarif pajak, namun masih tetap bersifat progresif;

3. Di bidang PPN dan PPnBM, meliputi perluasan obyek pajak.

4. Di bidang PBB dan BPHTB, meliputi:

g) Diberlakukan adanya NJOP;

h) Diadakannya tindak pidana di bidang PBB.

III. Reformasi Pajak (Tax Reform ) Tahap III 1997

Tax reform tahap III tahun 1997 dilatar belakangi oleh adanya kebutuhan

akan perlunya keberadaan peradilan pajak sebagai sarana untuk

menyelesaikan persengketaan di bidang perpajakan antara wajib pajak dengan

Kantor Pelayanan Pajak (KPP). Pemerintah juga perlu menyediakan payung

hukum bagi pemungutan pajak daerah dan sektor-sektor lain seperti

Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan Bea Perolehan Hak atas Tanah

dan Bangunan (BPHTB) agar lebih sederhana demi adanya kepastian hukum.

Adapun serangkaian Undang-undang yang diterbitkan yaitu:

1. Undang-undang No. 17 tahun 1997 tentang Pengadilan Pajak (Badan

Penyelesaian Sengketa Pajak);

2. Undang-undang No. 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi

daerah; dan

Page 12: Hukum Pjk Lanjut Reformasi Pajak Indonesia

12

3. Undang-undang No. 19 tahun 1997 tentang Penagihan Pajak Dengan Surat

Paksa;

4. Undang-undang No. 20 tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan

Pajak

5. Undang-undang No. 21 tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah

dan Bangunan

IV. Reformasi Pajak (Tax Reform ) Tahap IV 2000,

Diterbitkan serangkaian Undang-undang yaitu :

1. Undang-undang No. 16 tahun 2000 tentang perubahan kedua atas

Undang-undang No. 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata

Cara Perpajakan

2. Undang-undang No. 17 tahun 2000 tentang perubahan ketiga Undang-

undang No. 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan

3. Undang-undang No 18 tahun 2000 tentang perubahan kedua atas Undang-

undang No 8 tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak

Penjualan Atas Barang

4. Undang-undang No. 19 tahun 2000 tentang perubahan pertama atas

Undang-undang No. 19 tahun 1997 tentang Penagihan Pajak Dengan Surat

Paksa

5. Undang-undang No. 20 tahun 2000 tentang perubahan pertama atas

Undang-undang No. 21 tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah

dan Bangunan.

6. Undang-undang No. 34 tahun 2000 tentang perubahan pertama atas

Undang-undang No. 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah

Hal-hal penting yang terdapat dalam tax reform Tahap IV ini antara lain:

1. Perluasan subyek/obyek pajak dan penyederhanaan/pembebasan pajak;

2. Perubahan struktur tarif pada PPh;

3. Mempertegas obyek yang tidak dikenakan pajak pada PPN dan PPn BM;

Page 13: Hukum Pjk Lanjut Reformasi Pajak Indonesia

13

4. Mempertegas jenis-jenis retribusi yang menjadi wewenang Pemerintah

Daerah, baik pemerintah tingkat I maupun pemerintah tingkat II.

V. Reformasi Pajak (Tax Reform ) Tahap V 2002 - 2009

Setelah tahun 2000, pemerintah terus melakukan berbagai upaya lanjutan

reformasi perpajakan, yaitu kembali menerbitkan paket Undang-Undang di

bidang perpajakan. Tax reform Tahap V ini dilatarbelakangi oleh adanya

harapan terwujudnya efisiensi pajak dalam mendukung penerimaan negara,

terwujudnya pelayanan yang baik, keadilan dan daya saing bagi penanaman

modal yang mendukung usaha kecil dan menengah, menyesuaikan

perkembangan sosio-ekonomi masyarakat dan teknologi informasi, serta

meningkatkan profesionalisme aparatur perpajakan.

Adapun paket Undang-Undang yang diterbitkan antara lain:

1. Undang-undang No. 14 tahun 2002 perubahan pertama atas Undang-

undang No. 17 tahun 1997 tentang Pengadilan Pajak (Badan Penyelesaian

Sengketa Pajak).

2. Undang-undang nomor 28 tahun 2007 tentang perubahan ketiga atas

Undang-undang nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata

cara Perpajakan;

3. Undang-undang nomor 36 tahun 2008 tentang perubahan keempat atas

Undang-undang nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan;

4. Undang-undang nomor 36 tahun 2008 tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah.

5. Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 tentang perubahan ketiga atas

Undang-undang No. 12 tahun 1994 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah

dan Bangunan

6. Undang-undang nomor 42 tahun 2009 tentang perubahan ketiga atas

Undang-undang nomor 8 tahun 1983 tentang Pertambahan Nilai Barang

dan jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah;

Page 14: Hukum Pjk Lanjut Reformasi Pajak Indonesia

14

Dalam tax reform terakhir, terjadi beberapa perubahan dalam ketentuan

umum dan tatacara perpajakan, kenaikan besaran penghasilan yang tidak

dikenakan pajak (PTKP), dan lain-lain.

.

Page 15: Hukum Pjk Lanjut Reformasi Pajak Indonesia

15

BAB III

SIMPULAN

Pajak dapat dipahami sebagai suatu pungutan paksa yang dilakukan oleh

pemerintah terhadap rakyatnya (wajib pajak) yang tidak memberikan

kontraprestasi secara langsung yang digunakan untuk membiayai pengeluaran

umum (budgeter) maupun untuk mengatur segala sesuatu yang ada di luar bidang

keuangan (regulator).

Pajak memiliki dua fungsi utama, yaitu fungsi budgeter dan fungsi

regulasi. Fungsi budgeter berkaitan dengan fungsi pajak sebagai alat untuk

mengumpulkan dana dari masyarakat yang kemudian digunakan untuk membiayai

administrasi pemerintahan dan kegiatan-kegiatan pembangunan.

Di Indonesia sendiri, pajak telah dikenal sejak zaman kolonial berjaya di

Indonesia. Latar pemikiran, jiwa, sasaran dan tujuan yang dibuat pada zaman

tersebut dirasakan sudah tidak sesuai lagi kehidupan bangsa Indonesia yang telah

merdeka dan berdaulat. Pada zaman kolonial, pemungutan pajak semata-mata

dimaksudkan untuk memenuhi kepentingan pemerintah penjajahan. Sedangkan

dalam alam kemerdekaan, pemungutan pajak dijiwai oleh pancasila dan UUD

1945.

Sejalan dengan tuntutan perubahan zaman dan kebutuhan, pemerintah

Indonesia telah melakukan berbagai langkah guna mereformasi sistem perpajakan

di Indonesia. Reformasi sistem perpajakan meliputi dua aspek yaitu :

1. Reformasi di bidang kebijakan perpajakan (Tax Policy Reform);

dilakukan dengan penerbitan paket Undang-Undang Perpajakan / Perubahan

Undang-undang, yang lebih menitik-beratkan pada pemberian rasa keadilan

dan kepastian hukum di bidang perpajakan, yang bertujuan untuk mendorong

investasi, serta mengoptimalkan penerimaan perpajakan.

2. Reformasi sistem administrasi perpajakan (Tax Administrative Reform);

meliputi penyempurnaan peraturan pelaksanaan undang-undang perpajakan

dan sistem administrasi pajak serta pengawasan dan pengadilannya.

Page 16: Hukum Pjk Lanjut Reformasi Pajak Indonesia

16

Perubahan tersebut dilakukan melalui lima tahap reformasi perpajakan di

Indonesia, yaitu :

f. Tax Reform yang Pertama pada tahun 1983 – 1985;

g. Tax Reform yang Ke-dua pada tahun 1997;

h. Tax Reform yang Ke-tiga pada tahun 1997;

i. Tax Reform yang Ke-empat pada tahun 2000;

j. Tax Reform yang Ke-lima pada tahun 2002 – 2009.

Page 17: Hukum Pjk Lanjut Reformasi Pajak Indonesia

17

DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo , 2011, Perpajakan, Penerbit ANDI, Yogyakarta.

Miyasto, Pidato Pengukuhan Guru Besar : Sistem Perpajakan Nasional Dalam Era

Ekonomi Global, Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang, 6

Desember 1997.

Prawiro, Radius, Pidato : Pidato Rancangan Undang-Undang Pajak, DPR-RI, Jakarta, 5

Oktober 1983.

Simanjuntak, Hakim, , 2013, Sejarah Masa Pembangunan Ekonomi Indonesia, Global

Education, Jakarta.