SAP DM PJK

26
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) Pokok Bahasan : Diabetes mellitus sebagai faktor resiko PJK Sub Pokok Bahasan : 1. Definisi 2. Penyebab Terjadinya Penyakit Jantung Koroner 3. Gejala Penyakit Jantung Koroner 4. Proses dan Mekanisme Penyumbatan Pada Arteri 5. Faktor Risiko PJK 6. Pengobatan Penyakit Jantung Koroner 7. Kaitan PJK dengan Diabetes Melitus Sasaran : Keluarga pasien ruang CVCU/5 Hari/Tanggal : Kamis/ 15 Oktober 2015 Waktu : 1 x 20 menit Tempat : A. Tujuan 1. Tujuan Instruksional Umum Setelah dilakukan penyuluhan, keluarga pasien dapat memahami tentang diabetes sebagai faktor resiko pjk. 2. Tujuan Instruksional Khusus

description

tggfdgchgh

Transcript of SAP DM PJK

Page 1: SAP DM PJK

SATUAN ACARA PENYULUHAN

(SAP)

Pokok Bahasan : Diabetes mellitus sebagai faktor resiko PJK

Sub Pokok Bahasan :

1. Definisi

2. Penyebab Terjadinya Penyakit Jantung Koroner

3. Gejala Penyakit Jantung Koroner

4. Proses dan Mekanisme Penyumbatan Pada Arteri

5. Faktor Risiko PJK

6. Pengobatan Penyakit Jantung Koroner

7. Kaitan PJK dengan Diabetes Melitus

Sasaran : Keluarga pasien ruang CVCU/5

Hari/Tanggal : Kamis/ 15 Oktober 2015

Waktu : 1 x 20 menit

Tempat :

A.    Tujuan

1.     Tujuan Instruksional Umum

Setelah dilakukan penyuluhan, keluarga pasien dapat memahami tentang

diabetes sebagai faktor resiko pjk.

2.     Tujuan Instruksional Khusus

   Setelah diberikan penyuluhan selama 1x20 menit, keluarga pasien CVCU dapat

menjelaskan tentang :

1. Apakah definisi penyakit jantung koroner

2. Penyebab terjadinya penyakit jantung koroner

3. Gejala penyakit jantung koroner

4. Proses dan mekanisme penyumbatan pada arteri

5. Faktor risiko PJK

6. Pengobatan penyakit jantung koroner

7. Kaitan PJK dengan diabetes melitus

Page 2: SAP DM PJK

B.    Cakupan Materi

1. Definisi penyakit jantung koroner

2. Penyebab terjadinya penyakit jantung koroner

3. Gejala penyakit jantung koroner

4. Proses dan mekanisme penyumbatan pada arteri

5. Faktor risiko PJK

6. Pengobatan penyakit jantung koroner

7. Kaitan PJK dengan diabetes melitus

C.     Pelaksanaan

No Kegiatan Kegiatan

Penyuluh (Mahasiswa) Masyarakat

1. Pembukaan

(5 menit)

         Mengucapkan salam

         Memperkenalkan diri

         Menjelaskan maksud dan

tujuan

         Menjawab salam

         Mendengarkan

         Menyimak,

mendengarkan dan

memahami penjelasan yang

diberikan

2. Inti

(10 menit)

Menyebutkan pengertian dari

Penyakit Jantung Koroner

Menyebutkan penyebab

Penyakit Jantung Koroner

Menyebutkan tanda dan

gejala Penyakit Jantung

Koroner

Menyimak, mendengarkan

dan memahami penjelasan

yang diberikan

Page 3: SAP DM PJK

Menyebutkan proses dan

mekanisme penyumbatan

pada arteri

Menyebutkan faktor resiko

pjk

Menyebutkan pengobatan pjk

Menjelaskn bagaimana katian

antara diabetes mellitus

dengan pjk

3. Penutup

(5 menit)

Memberikan kesempatan

bertanya pada masyarakat

tentang materi yang dibahas

Memberikan pertanyaan

evaluasi

Menyimpulkan hasil kegiatan

evaluasi

Mengucapkan hamdalah,

terima kasih dan salam

Mengajukan pertanyaan

Menjawab pertanyaan

Mendengarkan

Mengucapkan hamdalah,

dan menjawab salam.

D.    Metode

Metode yang digunakan pada penyampaian pendidikan kesehatan adalah :

1.  Ceramah

2.  Diskusi

E.     Media

a.  Leaflet tentang Penyakit Jantung Koroner

b. LCD

c. Banner

F.     Sumber

Brunner, sunddart. (2001). Keperawatan medical bedah. Edisi 8 vol 2. Jakarta : EGC

Masjoer, arieft (2001) kapita selekta edisi tiga, Jakarta:EGC

Page 4: SAP DM PJK

G.    Evaluasi

1.     Bentuk

Pada evaluasi menggunakan bentuk lisan yang dilaksanakan langsung pada

kegiatan diskusi untuk menilai apakah tujuan pendidikan kesehatan dapat berhasil

atau tidak.

2.     Jenis

Jenis evaluasi bentuk lisan berupa tanya jawab yang berjumlah 4 soal dan harus

dijawab langsung oleh keluarga pada saat itu juga. Pertanyaan evaluasi antara lain :

a.     Apa pengertian Penyakit Jantung Koroner ?

b.     Sebutkan 4  dari 10 penyebab Penyakit Jantung Koroner ?

c.      Sebutkan 5 dari 9 tanda dan gejala Penyakit Jantung Koroner ?   

d.     Sebutkan 3 dari 6 pencegahan Penyakit Jantung Koroner ?

MATERI PENYULUHAN

PENYAKIT JANTUNG KORONER

1.2       Definisi

Penyakit jantung koroner adalah suatu kelainan disebabkan oleh penyempitan atau

penghambatan pembuluh arteri yang mengalirkan darah ke otot jantung. Bilamana

penyempitan ini menjadi parah maka dapat terjadi serangan jantung. Adapun penyempitan

pembuluh arteri ke otak dapat menimbulkan stroke. Otot jantung diberi oksigen dan nutrisi

yang diangkut oleh darah melalui arteri-arteri koroner utama yang bercabang menjadi sebuah

jaringan pembuluh lebih kecil yang efisien. Sedangkan arteri ke otak yang mengangkut

subtansi yang sama.

Penyempitan Pada Areteri Koroner

Seperti telah disebutkan, untuk berfungsi dengan baik dan memompa darah ke seluruh

tubuh, otot jantung membutuhkan penyedian darah yang cukup untuk memenuhi keperluan

hidup sehari-hari seperti berjalan kaki dan gerak badan. Dengan tubuh yang semakin tua dan

memburuk oleh bermacam-macam factor risiko seperi tekanan darah, tinggi, merokok dan

konsentrasi kolesterol darah yang abnormal, pembuluh menjadi using, dan pembuluh arteri

koroner menjadi sempit dan tersumbat persis seperti karatan pada korosi pipa air.

Page 5: SAP DM PJK

Mengeras dan menyempitnya pembuluh darah oleh pengendapan kolesterol, kalsium,

dan endapan lemak berwarna kuning dikenal sebagai aterosklerosis (atherosclerosis). Bila

terdapat kekurangan aliran darah ke otot jantung karena penyempitan, maka kondisi ini

dikenal sebagai iskemik (ischaemia). Proses ini mulai sewaktu usia muda dan berkembang

pada tingkat individual yang berbeda-beda sesuai dengan hadirnya “factor-faktor risiko”.

Penyakit jantung iskemik biasanya mulai nampak pada umur setengah tua ketika urat nadi

koroner mulai tersumbat sehingga suplai darah tidak cukup untuk memenuhi keperluan otot

jantung.

            Di samping itu, dinding pembuluh arteri koroner oleh sesuatu sebab dapat berkerut

(spasm) dengan akibat menyempitnya saluran pembuluh secara tiba-tiba, sehingga penderita

merasakan nyeri dada, bahkan sampai terjadi serangan jantung mendadak.

Jantung berfungsi memompa darah ke seluruh tubuh. Untuk itu otot jantung

memerlukan oksigen dan nutrisi yang cukup. Oksigen dan nutrisi diangkut oleh darah melalui

pembuluh darah khusus yang disebut arteri koroner. Persoalan akan timbul bila oleh sesuatu

sebab terdapat halangan atau kelainan di arteri koroner, sehingga tidak cukup suplai darah,

yang berarti juga kurangnya suplai oksigen dan nutrisi untuk menggerakkan jantung secara

normal. Keadaan di atas dikenal sebagai penyakit jantung koroner (PJK). Apabila aliran

darah terhalang di arteri yang menuju ke otak, akan terjadi stroke. Dengan tubuh semakin tua

dan memburuk oleh bermacam-macam faktor risiko seperti te kanan darah tinggi, merokok,

kadar kolesterol darah yang abnormal—pembuluh menjadi usang, dan pembuluh arteri

menjadi sempit, kaku, tidak elastis dan tersumbat, persis seperti karatan pada korosi pipa air.

Inilah yang menyebabkan PJK.

1.2         Penyebab Terjadinya Penyakit Jantung Koroner

Makanan mempengaruhi kadar kolesterol total dan karena itu makanan juga

mempengaruhi resiko terjadinya penyakit arteri koroner. Merubah pola makan (dan bila perlu

mengkonsumsi obat dari dokter) bisa menurunkan kadar kolesterol. Menurunkan kadar

kolesterol total dan kolesterol LDL bisa memperlambat atau mencegah berkembangnya

penyakit arteri koroner.

Menurunkan kadar LDL sangat besar keuntungannya bagi seseorang yang memiliki

faktor resiko berikut:

•         Merokok sigaret

•         Tekanan darah tinggi

•         Kegemukan

Page 6: SAP DM PJK

•         Malas berolah raga

•         Kadar trigliserida tinggi

•         Keturunan

•         Steroid pria (androgen).

Penyakit arteri koroner bisa menyerang semua ras, tetapi angka kejadian paling tinggi

ditemukan pada orang kulit putih. Tetapi ras sendiri tampaknya bukan merupakan faktor

penting dalam gaya hidup seseorang.

1.3       Gejala Penyakit Jantung Koroner

Gejala Adanya Penyumbatan (PJK)

            Karena setiap orang berbeda-beda, tanggapan fisik terhadap perkembangan PJK juga

berbeda. Tidak semua orang dengan PJK memiliki simtom atau manifestasi tertentu, tetapi

manifestasi yang umum menurut American Health Assosioation (AHA) adalah sebagai

berikut:

1.      Tidak ada simtomp. Banyak dari mereka yang mengalami PJK tidak merasakan ada

sesuatu yang tidak enak atau tanda-tanda suatu penyakit. Dalam kedokteran kondisi ini

disebut silent ischernia. Mereka yang berpenyakit diabetes amat rentan terhadap silent

ischemia.

2.      Angina. Formalnya disebut angina pectoris. Angina umumnya ditunjukkan dengan sakit

dada sementara sewaktu melakukan gerakan fisik atau olahraga. Anda mungkin merasa

tekanan atau sesak di dada, seolah-olah seseorang sedang berdiri di dada Anda. Rasa sakit,

yang disebut sebagai angina, biasanya dipicu oleh tekanan fisik atau emosional. Hal itu

biasanya hilang dalam beberapa menit setelah menghentikan aktivitas yang menyebabkan

tekanan. Pada beberapa orang, terutama perempuan, nyeri ini mungkin sekilas atau tajam dan

terasa di perut, punggung, atau lengan.

3.      Angina tidak stabil (unstable angina). Sakit dada yang tiba-tiba terasa sewaktu dalam

keadaan istirahat atau terjadi lebih berat secara tiba-tiba. Jika jantung tidak dapat memompa

cukup darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh Anda, Anda dapat mengalami sesak napas

atau kelelahan ekstrem tanpa tenaga

4.      Serangan jantung. Bila aliran darah ke pembuluh arteri koroner terhalang sepenuhnya

terjadilah serangan jantung atau myocardial infarction (MI). Jika arteri koroner menjadi

benar-benar diblokir, Anda mungkin mengalami serangan jantung. Gejala klasik serangan

jantung termasuk tekanan yang menyesakkan dada dan sakit pada bahu atau lengan, kadang-

kadang dengan sesak napas dan berkeringat. Wanita mungkin kurang mengalami tanda-tanda

Page 7: SAP DM PJK

khas serangan jantung dibanding laki-laki, termasuk mual dan sakit punggung atau rahang.

Kadang-kadang serangan jantung terjadi tanpa ada tanda-tanda atau gejala yang jelas.

1.4         Proses dan Mekanisme Penyumbatan Pada Arteri

              Pada awalnya arteri normal, aliran darah tidak terhalang, tetapi oleh berbagai faktor

risiko terjadilah:

1.      Plak, ini dapat menyebabkan arteri mengalami penyum-batan/halangan sebagian. Plak

ini dalam waktu lama dapat tumbuh terus, sehingga terjadi penyumbatan total.

2.      Spasm, proses ini menyebabkan pembuluh arteri mengerut dan ruang aliran tinggal

sebagian dan bila parah terjadi penghentian darah secara total.

3.      Clot atau disebut juga Platelete clumping’, dalam hal ini terjadi proses penggumpalan

dari berbagai substansi dalam darah. Proses ini dapat berlanjut sedemikian rupa, sehingga

menghalangi aliran darah secara total.

4.      Kombinasi dari dua atau lebih peristiwa di atas. Bila kombinasi tersebut terjadi,

umumnya dengan cepat terjadi penyumbatan total (100%) pada arteri koroner.

1.5        Faktor Risiko PJK

            Factor risiko suatu penyakit adalah faktor-faktor yang diyakini meningkatkan risiko

timbulnya penyakit yang bersangkutan. Dalam Bab 3 akan disajikan faktor-faktor risiko yang

berkaitan dengan PJK dan stroke serta hubungannya dengan kolesterol dan lemak.

Pola timbulnya PJK menarik para ahli peneliti medis. Di antaranya dari“Framingham

Heart Study”-USA, yang telah menekuni bidang tersebut lebih dari setengah abad. Mereka

berpendapat bahwa PJK bukanlah penyakit manusia lanjut usia (manula) atau nasib buruk

yang tidak dapat dihindari. Pola hidup atau tingkah laku seseorang (personal behavior)

memegang peran yang amat penting. Dalam hubungan ini dikenal adanya “Faktor Risiko

PJK” yaitu kondisi yang berkaitan dengan meningkatnya risiko timbulnya PJK. Menurut

“American Heart Asosiation”, faktor risiko dapat dibagi menjadi tiga golongan besar yaitu:

·         Faktor Risiko Utama (major risk factor), yaitu factor risiko yang diyakini secara langsung

meningkatkan risiko timbulnya PJK, seperti kadar kolesterol darah yang abnormal, tekanan

darah tinggi atau hipertensi dan merokok.

·         Faktor Risiko Tidak Langsung (contributing risk factor), yaitu faktor risiko yang dapat di

“asosiasikan” dengan timbulnya PJK. Hubungan antara faktor-faktor tersebut dengan PJK

Page 8: SAP DM PJK

sering kali bersifat tidak langsung. Termasuk dalam golongan ini adalah Diabetes Melitus,

kegemukan, tidak aktif dan stress.

·         Faktor Risiko Alami, Jenis ini terdiri dari keturunan, jender, dan usia.

Faktor risiko dapat pula digolongkan menjadi factor risiko yang dapat diperbaiki atau

bahkan dihilangkan, yaitu yang tersebut pada butir a dan b. sedangkan golongan lain yaitu

faktor risiko yang tidak dapat diperbaiki atau diubah, yaitu faktor risiko tersebut pada butir c.

A.    Kolesterol

Kolesterol merupakan salah satu kata yang sering diucapkan oleh masyarakat umum

terutama bila menyangkut masalah kesehatan, biasanya dengan konotasi negative.

Sesungguhnya kolesterol tidaklah selalu jelek.  Dari segi ilmu kimia, kolesterol merupakan

senyawa lemak yang kompleks yang dihasilkan oleh tubuh untuk bermacam-macam fungsi

kolesterol maka tubuh membuatnya sendiri di dalam hati (liver).

Kolesterol yang berada dalam zat makanan yang kita makan meningkatkan kadar

kolesterol dalam darah. Sejauh pemasukan ini masih seimbang dengan kebutuhan, tubuh kita

akan tetap sehat. Tetapi sangat disayangkan kebanyakan dari kita memasukkan kolesterol

lebih dari apa yang diperlukan, yaitu dengan makan makanan yang mengandung lemak yang

kaya akan koelsterol dalam jumlah yang berlebihan. Hal ini dapat dimengerti karena

hidangan yang lezat umumnya mengandung banyak lemak. Hasilnya mudah diterka, yaitu

kadar kolesterol darah meningkat sampai di atas angka normal yang diinginkan.

Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di dalam pembuluh

darah arteri, yang menyebabkan penyempitan dan pengerasan yang dikenal sebagai

atherosclerosis.Seperti telah disebutkan di muka, bila penyempitan dan pengerasan ini cukup

berat, sehingga menyebabkan suplai darah ke otot jantung tidak cukup jumlahnya, maka

timbul sakit atau nyeri dada yang disebut angina, bahkan dapat menjurus ke serangan

jantung.

Di sinilah kolesterol tersebut berperan negative terhadap kesehatan. Karena alasan

tersebut di atas, maka kadar kolesterol yang abnormal menjadi factor risiko utama PJK.

B.     Tekanan Darah Tinggi atau Hipertensi

Bila seseorang melakukan aktivitas, excited atau sedang stress, maka tekanan darah

akan meningkat. Peningkatan ini penting karena aktivitas dan emosi memerlukan ekstra

energy dan oksigen yang disuplai dari darah, dengan jalan menaikkan tekanan dan

mempercepat sirkulasinya. Segerasetelah aktivitas berhenti/berkurang dan relaks, tekanan

darah kembali menjadi normal. Kenaikan sementara di atas merupakan kejadian yang normal,

Page 9: SAP DM PJK

tetapi bila tekanan darah naik dan bertahan pada tekanan tersebut meskipun sudah relaks,

maka yang bersangkutan dikatakan memiliki hipertensi.

Hipertensi merupakan salah satu factor resiko PJK. Jika dibiarkan tanpa perawatan

yang tepat maka dapat menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Penderita sering tidak

menyadari selama bertahun-tahun sampai terjadi komplikasi besar seperti stroke, serangan

jantung, atau kegagalan ginjal. Sebab itu hipertensi sering disebut si “pembunuh diam-diam”.

C.     Merokok

Keaadaan jantung dan paru-paru mereka yang merokok tidak akan dapat bekerja

secara efisien. Mereka mempunyai risiko yang tinggi terhadap PJK, stroke, bronchitis yang

kronis bahkan juga kanker. Peranan merokok terhadap PJK dan penyakit kardiovaskuler yang

lain dapat ditelusuri dari kenyataan-kenyataan sebagai berikut:

·         Asap rokok mengandung nikotin yang memacu pengeluaran zat-zat seperti adrenalin. Zat

ini merangsang denyutan jantung dan tekanan darah.

·         Asap rokok mengandung karbon mono-oksida (co) yang memiliki kemampuan jauh lebih

kuat daripada sel darah merah (haemoglobin) dalam hal menarik atau menyera oksigen,

sehingga menurunkan kapasitas darah merah tersebut untuk membawa oksigen ke jaringan-

jaringan termasuk jantung. Hal ini perlu diperhatikan terutama bagi penderita PJK, karena

daerah arteri yang sudah ada plak, aliran darahnya sudah berkurang dari yang sebenarnya.

·         Merokok dapat “menyembunyikan” angina, yaitu sakit di dada yang dapat member signal

adanya sakit jantung. Tanpa adanya signal tersebut, penderita tidak sadar bahwa ada penyakit

berbahaya yang sedang menyerangnya, sehingga ia tidak mengambil tindakan yng

diperlukan.

·         Perokok, dua atau tiga kali lebih mungkin terkena stroke dibandingkan mereka yang tidak

merokok.

·         Terlepas dari berapa banyak rokok yang dihisap per hari, merokok terus-menerus dalam

jangka panjang berpeluang besar untuk menderita penyumbata arteri di leher.

·         Perokok mudh mengalami kejang kaki pada waktu olahraga, karena penyumbatan pada

pembuluh arteri di kaki.

·         Merokok menempatkan seseorang lebih beresiko terhadap penyakit degenerativeyang lain,

termasuk kanker paru-paru.

2.      Hubungan Rokok dengan Kolesterol

Di samping akibat-akibat buruk yang dapat diderita oleh perokok yang telah

disebutkan di atas, hasil penelitian “Framingham Heart Study” menemukan bahwa merokok

menurunkan kadar kolesterol baik (HDL). Penelitian dilakukan terhadap 2.000 lelaki dan

Page 10: SAP DM PJK

2.000 perempuan, berumur antara 20-49 tahun. Penurunan HDL pada kaum lelaki rata-rata

4,5 mg/dl dan bagi kaum perempuan 6,5 mg/dl. Pada penelitian tersebut, factor yang penting

adalah jumlah batang rokok yang diisap per hari dan bukan lamanya waktu seseorang telah

merokok.

Penelitian yang dilakukan oleh “Lipid Research Program Prevalence

Study”menunjukkan hal-hal yang lebih terinci, yaitu mereka yang merokok 20 batang atau

lebih per hari, mengakibatkan penurunan HDL sekitar 11% untuk laki-laki dan 14% untuk

perempuan, dibanding mereka yang tidak merokok. Secara garis besar hubungan merokok

dengan kolesterol dapat disingkat sebagai berikut:

·         Merokok menurunkan kadar kolesterol baik (HDL) dalam darah, yang

berartimeningkatkan risiko PJK.

·         Makin banyak jumlah rokok yang diisap, makin besar penurunan HDL.

·         Perempuan yang merokok mengalami penurunan HDL lebih banyak disbanding laki-laki.

D.    Diabetes Melitus

1.      Diabetes dan Metabolisme Karbohidrat

Insulin adalah salah satu jenis hormone yang dihasilkan oleh sel beta di dalam

pancreas, yaitu sebuah kelenjar yang terletak dekat lambung. Dari sinilah dialirkan ke dalam

aluran darah. Insulin ini memiliki dua fungsi sebagai berikut :

·         Untuk mendorong glucose dari darah ke sel tertentu dari tubuh, kemudian dibakar menjadi

energy.

·         Untuk mengubah kelebihan glucose dalam darah menjadi glikogen yang disimpan di

dalam hati dan otot sebagai timbunan energy.

Dengan demikian insulin membantu mempertahankan kadar glucose darah dalam batas –

batas normal. Bilamana insulin tersebut tidak cukup jumlahnya atau tidak dapat digunakan

sebagaimana mestinya, maka tubuh kehilangan kemampuan untuk memprooses glucose atau

tubuh tidak mampu melakukan metabolism karbohidrat secara normal. Akibatnya glukosa

berkumpul didalam darah sampai melewati ambang batas dan keluar bersama urine. Ini

merupakan tanda yang jelas akan adanya penyakit diabetes mellitus atau juga disebut

penyakit kencing manis. Karena dari glucose, dan juga tidak dapat menyimpannya dalam

lemak untuk mensuplai energy yang diperlukan. Dan ini dapat menimbulkan bermacam

akibat yang tidak diinginkan bagi kesehatan.

2.      Diabetes dan PJK

Page 11: SAP DM PJK

Diabetes menyebabkan factor risiko terhadap PJK yaitu bila kadar glucose darah naik

terutama bila berlangsung dalam waktu yang cukup lama, sehingga gula darah (glukoosa)

tersebut dapat menjadi pekat, dan ini mendorong terjadinya pengendapan atherosclerosis

pada arteri koroner. Pasien dengan diabetes cenderung mengalami gangguan jantung pada

usia yang masih muda. Diabetes yang tidak terkontrol dengan kadar glukosa yang tinggi

dalam darah cenderung menaikan kadar kolesterol.

E.     Kegemukan dan Kurang Aktivitas

      Seperti telah diuraikan di muka, kegemukan atau obesitas dan kurang aktivitas merupakan

salah satu factor risiko PJK. Namun demikian kegemukan berada dengan factor yang lain,

artinya bila dibandingkan dengan kolesterol atau merokok yang secara langsung memicu

timbulnya PJK. Kegemukan mendorong timbulnya factor risiko yang lain seperti diabetes

mellitus, hipertensi, yang pada taraf selanjutnya meningkatkan risiko PJK. Kegemukan dalam

arti kurangnya tenaga yang dikeluarkan sehingga zat makanan yang dimakan akan tersimpan

akan tersimpan dan tertumpuk dalam tubuh sebagai lemak.

F.      Stres

Stres dianggap merupakan salah satu faktor risiko dari PJK meskipun belum dapat

“diukur” berapa besar pengaruh tersebut memicu timbulnya PJK. Demikian juga, amat sulit

untuk memberikan definisi stress secara cepat. Mungkin deskripsi yang paling mendekati

ialah suatu keadaan mental yang Nampak sebagai kegelisahaan, kekhawatiran, tensi tinggi,

keasyikan yang abnormal dengan suatu dorongan atau sebab dari lingkungan yang tidak

menyenangkan. Jadi seorang yang mengalami tres dapat mengeluh karena merasa tidak sehat,

sakit kepala, berdebar (palpitasi), sakit lambung atau susah tidur, tidak bahagia, atau bahkan

depresi. Tidak semua simtom tersebut hadir bersama – sama.

Stres dapat memicu pengeluaran hormone andrenalin dan katekolamin yang tinggi

dapat berakibat mempercepat kekejangan (spam) arteri koroner, sehingga suplai darah ke otot

jantung terganggu.

G.    Faktor Risiko Alami

Page 12: SAP DM PJK

      Seperti telah disebutkan di muka, ada beberapa factor risiko yang tidak dapat dicegah atau

bersifat alami, seperti keturunan, jenis kelamin, dan umur. Meskipun factor risiko tersebut

tidak dapat diubah, kita perlu mengetahui pengertian masalah tersebut, karena ini akan

memberikan pengertian lebih lengkap mengenai total risiko PJK dan cara menghadapinya

agar dampaknya tidak menjadi lebih parah. Factor risiko alami akan dibahas dalam Bab 7 dan

Bab 8, terutama terkaitannya dengan kadar kolesterol dalam darah.

1. 6      Pengobatan Penyakit Jantung Koroner

Pada prinsipnya pengobatan PJK ditujukan untuk agar terjadi keseimbangan lagi

antara kebutuhan oksigen jantung dan penyediaannya. Aliran darah melalui arteri koronaria

harus kembali ada dan lancar untuk jantung. Pengobatan awal biasanya segera diberikan

tablet Aspirin yang harus dikunyah. Pemberian obat ini akan mengurangi pembentukan

bekuan darah di dalam arteri koroner. Pengobatan penyakit jantung koroner adalah

meningkatkan suplai (pemberian obat-obatan nitrat, antagonis kalsium) dan mengurangi

demand (pemberian beta bloker), dan yang penting mengendalikan risiko utama seperti kadar

gula darah bagi penderita kencing manis, optimalisasi tekanan darah, kontrol kolesterol dan

berhenti merokok.

Jika dengan pengobatan tidak dapat mengurangi keluhan sakit dada, maka harus

dilakukan tindakan untuk membuka pembuluh koroner yang menyempit secara intervensi

perkutan atau tindakan bedah pintas koroner (CABG). Intervensi perkutan yaitu tindakan

intervensi penggunaan kateter halus yang dimasukkan ke dalam pembuluh darah untuk

dilakukan balonisasi yang dilanjutkan pemasangan ring (stent) intrakoroner.

1.7       Kaitan PJK dengan Diabetes Melitus

DM merupakan penyakit gangguan kronik pada metabolisme yang ditandai dengan

hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak dan

protein, yang disebabkan oleh defisiensi insulin.

DM yang tidak dikelola dengan baik akan mengakibatkan komplikasi makrovaskuler

seperti PJK dan PJK merupakan penyebab kematian utama pada penderita DM. Pada

penderita DM terjadinya iskemia atau infark miokard kadang-kadang tidak disertai dengan

nyeri dada atau disebut silent myocardial infarction (SMI) yang mungkin menyebabkan

kematian karena terlambatnya diagnosis PJK atau sulitnya mendiagnosa PJK pada DM.

Kematian mendadak pada penderita DM mungkin disebabkan PJK yang menghasilkan

Page 13: SAP DM PJK

aritmia atau infark miokard. Oleh karena itu perlu diketahui faktor-faktor risiko terjadinya

PJK pada penderita DM.

Sekitar 3 - 20 per 1000 orang populasi mengalami jantung koroner, prevalensinya

meningkat seiring pertambahan usia (100 per 1000 orang pada usia di atas 60 tahun) (Gray

dkk, 2003). Dari hasil penelitian Framingham menunjukan mortalitas dalam 5 tahun terjadi

peningkatan penderita DM dengan penyakit jantung koroner. berdasarkan dari data di

Amerika terdapat 3 juta penderita penyakit jantung koroner dan setiap tahunnya bertambah

dengan 400.000 orang,  sedangkan untuk di Indonesia angka kejadian tersebut belum pasti

(kalbefarma, 2002).

Dari data yang didapat di Medical Record RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu, khususnya

di poliklinik jantung didapat jumlah kunjungan penderita penyakit jantung koroner pada

tahun 2007 berjumlah 514 orang, pada tahun 2008 berjumlah 1.305 orang dan pada tahun

2009 berjumlah1.409. Dari data tersebut terjadi peningkatan kasus lebih dari 60%.

Berdasarkan survey awal yang peneliti lakukan pada tanggal 21 april 2010 dari 25 pasien

yang berobat di poli jantung RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu yang terdiagnosa PJK ada 6

orang dan 2 orang memiliki riwayat Diabetes Melitus. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk

meneliti tentang “Hubungan Diabetes Melitus dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner

pada pasien di Poliklinik Jantung RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu” 2010, sedangkan

pengumpulan data penelitian dilakukan selama 1 minggu yaitu tanggal 7 Juli  – 12 Juli

2010.Poliklinik Jantung RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu.

1.      Penyakit Jantung Koroner

Tabel Distribusi frekuensi PJK pada pasien yang berkunjung ke Poliklinik Jantung

RSUD Dr.M. Yunus Bengkulu Tahun 2010

No Kategori

kejadian

PJK

Frekuensi

(f)

Presentase

(%)

1

2

PJK

Tidak PJK

183

183

50

50

Jumlah 366 100

Sumber : Data Penelitian 2010

Page 14: SAP DM PJK

Berdasarkan tabel 4.1 di atas diperoleh bahwa dari 366 orang pasien yang dijadikan

sampel, terdapat 183 orang (50%) pasien yang menderita penyakit jantung koroner sebagai

kelompok kasus, sedangkan  183 orang (50%) pasien yang tidak menderita penyakit jantung

koroner sebagai kelompok kontrol.

2.      Diabetes Melitus

Tabel Distribusi frekuensi penyakit Diabetes Melitus pada pasien yang berkunjung ke

Poliklinik Jantung RSUD Dr.M. Yunus Bengkulu Tahun 2010

No Kategori

kejadian DM

Frekuensi

(f)

(%)

1

2

DM

Tidak DM

195

171

53,3

46,7

Jumlah 366 100

Sumber : Data Penelitian 2010

Berdasarkan tabel 4.2 di atas diketahui bahwa dari 366 orang pasien yang dijadikan sampel

lebih dari sebagian 195 orang (53,3%) pasien dengan riwayat diabetes mellitus.

Hubungan antara Penyakit Diabetes Melitus dengan Penyakit Jantung Koroner 

Analisa hubungan diabetes melitus dengan penyakit jantung koroner di poliklinik

jantung RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu

PJK

DM

Penyakit X²

OR

P

PJK Tidak PJK

n % N %

32,006 0,000

3,479

2,261-5,354

DM 125 68,3 70 35,9

Tidak DM 58 31,7 113 66,1

Jumlah 183 100 183 100

Sumber : Data Penelitian 2010

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pada kelompok kasus (kejadian PJK)

hampir sebagian besar (68,3%) dengan riwayat DM sedangkan pada kelompok kontrol (tidak

Page 15: SAP DM PJK

PJK) hampir sebagian besar pasien tidak memiliki riwayat DM. Dari uji chi square diperoleh

nilai  X2 adalah  32,006  dengan nilai p = 0,000 (a = 0,05) dan derajat kebebasan (d.f = 1) ini

menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara diabetes melitus dengan penyakit

jantung koroner serta responden yang menderita diabetes melitus mempunyai peluang terkena

penyakit jantung koroner 3,479 (95% CI : 2,261-5,354) kali dibandingkan dengan responden

yang tidak menderita diabetes mellitus

.

Penyakit Jantung Koroner

Berdasarkan tabel tersebut diperoleh 183 orang pasien yang dijadikan sampel kasus

dengaan PJK dan 183 orang tidak PJK sebagai sampel kontrol. Sejalan dengan pendapat

Kabo, (2008), bahwa Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah penyakit jantung yang

disebabkan penyempitan arteri koroner, mulai terjadinya aterosklerosis (kekakuan arteri),

maupun yang sudah terjadi penimbunan lemak atau plak (Plaque) pada dinding arteri

koroner, baik disertai gejala klinis atau tanpa gejala sekalipun.

Menurut pengamatan yang peneliti lakukan PJK terjadi karena adanya gaya hidup

yang kurang sehat dan kurangnya aktifitas fisik seperti olahraga. oleh karena itu gizi

seimbang dengan memperbanyak konsumsi sayur-sayuran, buah-buahan, roti dan cereal

sangat bagus untuk penderita PJK. Hal ini juga harus di imbangi dengan menjaga berat

badan, olah raga secara rutin dan menghindari stress.

Hal ini di akibatkan karena penyakit jantung koroner dapat disebabkan oleh beberapa

faktor-faktor resiko yaitu : Faktor resiko yang bersifat alamiah  (Non Modifiable) dan Faktor

resiko yang non alamiah / yang bisa diubah (modifiable). Dari faktor resiko yang bersifat

alamiah antara lain : jenis kelamin, usia dan genetik atau riwayat keluarga serta Faktor resiko

yang non alamiah / yang bisa diubah yaitu: Merokok, Hipertensi, Hiperkolesterolemia,

Diabetes Militus (DM), Obesitas, Stress Inflamasi, Kurang bergerak dan pola makan yang

salah. Kabo, (2008).

Bila melihat dari jumlah kasus yang ada, ini berarti cukup banyak pasien jantung

koroner yang ada di poliklinik jantung RSUD. Dr. M. Yunus Bengkulu. Kondisi ini cukup

menghawatirkan karena dampak dari penyakit jantung koroner sangat berbahaya karena dapat

menyebabkan kematian secara mendadak. Menurut Setiawan, (2005) bahwa kejadian PJK

yang lebih berat, lebih progresif, lebih kompleks, dan lebih difus dapat menimbulkan

kematian lebih cepat dibandingkan penyakit jantung lainnya.

Page 16: SAP DM PJK

Diabetes Melitus

Berdasarkan tabel 4.2 di atas diperoleh bahwa dari 366 orang pasien yang dijadikan

sampel, lebih dari sebagian pasien yang datang berobat di poliklinik jantung RSUD. Dr. M.

Yunus Bengkulu lebih dari sebagian pasien dengan riwayat menderita diabetes melitus.

Menurut pengamatan yang peneliti lakukan faktor penyebab diabetes melitus bukan

hanya karena faktor keturunan atau gen tetapi lebih disebabkan karena adanya pola hidup

yang kurang sehat dan kurangnya aktifitas fisik seperti olahraga. Oleh karena itu gizi

seimbang dengan mengurangi konsumsi gula dan karbohidrat yang berlebih, menjaga berat

badan, olah raga secara rutin dan menghindari stress sangat bagus untuk mencegah terjadinya

DM dalam rangka meminimalkan kejadian penyakit lanjutan lainnya.

Hal ini sejalan dengan pendapat Harto (2003), penyakit yang dapat di timbulkan oleh

penyakit diabetes melitus adalah sebagai berikut : a). Penyakit jantung koroner adalah adanya

pengapuran/pengerasan, penyempitan dan penyumbatan darah jantung koroner. Serangan

jantung terjadi jika pembuluh darah koroner tersumbat total, sehingga otot jantung tidak

teraliri oleh darah serta makanan, akibatnya sebagian kecil otot jantung akan mati, dan

kemudian pekerjaan jantung sebagai alat pemompa darah ke seluruh bagian tubuh langsung

akan terganggu. b). Trombosis koroner atau serangan jantung terjadi bila bekuan darah

menutup salah satu pembuluh darah utama yang memasok darah ke jantung. Akibatnya

jantung kekurangan darah dan kadang-kadang berhenti sama sekali. Diabetes melitus dapat

membuat darah menjadi lebih lengket dan lebih mudah membeku dan juga mengganggu

irama jantung, itulah sebabnya maka kematian secara tiba-tiba akibat serangan jantung tanpa

peringatan terlebih dahulu. c). Kanker adalah penyakit yang sel-sel di beberapa bagian tubuh

mengganda secara tiba-tiba dan tidak berhenti, kadang-kadang gumpalan sel ini hancur dan

terbawa dalam aliran darah ke bagian tubuh lain, tidak seorang pun mengetahui secara pasti 

bagaimana pertumbuhan sel yang tiba-tiba menjadi ganas.

KESIMPULAN

Berdasarkan pemaparan diatas maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan

antara penyakit jantung koroner oleh akibat dari penyakit diabetes, yaitu yang mana pada

penyakit diabetes mellitus sering kali mengalami proses yang dinamakan mikroangiopathy

atau terjadi pengerasan pada dinding arteri. Sebagaimana diketahui bahwa elastisitas dinding

Page 17: SAP DM PJK

arteri sangat mendukung lancarnya peredaran darah keseluruh tubuh agar sel mendapatkan

suplai oksigen dan nutrisi yang cukup, maka apabila terjadi mikroangiopathy ini secara tidak

langsung akan berdampak pula pada terhambatnya suplai oksigen dan nutrisi tersebut

terutama pada arteri koronaria. Sehingga terjadilah beberapa penyakit jantung seperti

penyakit jantung koroner.