hordeolum ketuban pecah dini

18
Pendahuluan KPD adalah pecahnya selaput ketuban sebelum adanya tanda – tanda persalin spontan. Terminologi : Premature Rupture Of The Membrane (PROM : Pecahnya selaput ketuban sebelum onset persalinan pada pasien yang umur kehamilannya "# minggu. Preterm Premature Rupture Of The Membrane (PPROM : Pecahnya selaput ketuban sebelum onset persalinan pada pasien yang umur kehamilannya $ "# minggu. Prolonged Premature Rupture Of The Membrane : Pecahnya selaput ketuban selama ! %& 'am dan belum ter'adi onset persalinan. Periode aten : )nter*al +aktu antara pecahnya selaput ketuban denga persalinan. ,er*ariasi dari - – -% 'am tergantung umur kehamilannya (semakin kurang bulan periode laten semakin lama / 01 2 kehamilan cukup bulan dengan KPD memiliki periode laten $ %& 'am sedangkan 1# 2 kehamilan $ "# minggu dengan KPD memiliki periode laten 3 %& 'am. Pada prinsipnya hal yang perlu diperhatikan dalam pertimbangan pengelolaa KPD adalah usia kehamilan berat 'anin komplikasi yang mungkin ter'adi d ketersediaan 4asilitas dan kemampuan untuk mera+at bayi kurang bulan. Komplikasi Komplikasi yang paling sering ter'adi pada KPD adalah : -. )n4eksi Membutuhkan tindakan yang agresi4. Karena ketuban yang utuh merupakan barrier atau penghalang terhadap masuknya in4eksi asenderen. Dengan tidak adanya selaput ketuban maka 4lora normal *agina bisa men'adi patogen seca asenderen. %. Prematuritas Membutuhkan tindakan konser*ati4. ,erkaitan dengan KPD terutama dikarenak insidensi KPD yang lebih tinggi ter'adi pada kehamilan kurang bulan. ,ayi kurang bulan memiliki resiko mengalami Respiratory Distress Syndrome seba akibat dari paru – paru yang belum masak. Etiologi 5ebab pasti belum diketahui. ,eberapa 4aktor predisposisi ter'adinya KPD 1

description

ketuban pecah dini pada orang hordeolum

Transcript of hordeolum ketuban pecah dini

PendahuluanKPD adalah pecahnya selaput ketuban sebelum adanya tanda tanda persalinan spontan. Terminologi :

Premature Rupture Of The Membrane (PROM) : Pecahnya selaput ketuban sebelum onset persalinan pada pasien yang umur kehamilannya 37 minggu.

Preterm Premature Rupture Of The Membrane (PPROM) : Pecahnya selaput ketuban sebelum onset persalinan pada pasien yang umur kehamilannya < 37 minggu.

Prolonged Premature Rupture Of The Membrane : Pecahnya selaput ketuban selama 24 jam dan belum terjadi onset persalinan.

Periode Laten : Interval waktu antara pecahnya selaput ketuban dengan persalinan. Bervariasi dari 1 12 jam tergantung umur kehamilannya (semakin kurang bulan, periode laten semakin lama ; 85 % kehamilan cukup bulan dengan KPD memiliki periode laten < 24 jam sedangkan 57 % kehamilan < 37 minggu dengan KPD memiliki periode laten > 24 jam).

Pada prinsipnya hal yang perlu diperhatikan dalam pertimbangan pengelolaan KPD adalah usia kehamilan, berat janin, komplikasi yang mungkin terjadi dan ketersediaan fasilitas dan kemampuan untuk merawat bayi kurang bulan.

KomplikasiKomplikasi yang paling sering terjadi pada KPD adalah :

1. Infeksi

Membutuhkan tindakan yang agresif. Karena ketuban yang utuh merupakan barrier atau penghalang terhadap masuknya infeksi asenderen. Dengan tidak adanya selaput ketuban maka flora normal vagina bisa menjadi patogen secara asenderen.

2. Prematuritas

Membutuhkan tindakan konservatif. Berkaitan dengan KPD terutama dikarenakan insidensi KPD yang lebih tinggi terjadi pada kehamilan kurang bulan. Bayi kurang bulan memiliki resiko mengalami Respiratory Distress Syndrome sebagai akibat dari paru paru yang belum masak.

Etiologi Sebab pasti belum diketahui. Beberapa faktor predisposisi terjadinya KPD :

Infeksi bakteri bakteri menghasilkan peroksidase yang membuat selaput ketuban menjadi lemah ; infeksi dapat terjadi langsung pada selaput ketuban, asenderen dari vagina maupun pada cairan ketuban.

Kandungan kolagen selaput ketuban pada KPD ditemukan bahwa kandungan kolagen selaput ketuban menurun. Hal ini diduga mempengaruhi kekuatan selaput ketuban.

Kekurangan nutrisi sebagai akibat dari defisiensi asam askorbat.

Rokok

Inkompetensi serviks

Plasenta previa

Malpresentasi

Uterus meregang (misalnya pada gemelli dan hidramnion)

Trauma

Pernah induksi aborsi

Solusia plasenta

Umur ibu > 35 tahun

DiagnosaAnanmnesa :

Keluhan utama : penderita yang sedang hamil merasa basah dari vagina atau mengeluh keluar cairan yang terus menerus dari jalan lahir hati hati dengan inkintinensia urin dan vaginitis yang juga mengeluh basah pada vagina.

Tanyakan : kapan keluar pertama kali? berbau? bagaimana keluarnya? warnanya?

Pemeriksaan :

Periksa keadaan umum dan tanda vital pasien

Pemeriksaan obstetri (Leopold 1-4, TFU, HIS, DJJ)

Periksa cairan yang keluar dari vagina, apakah benar air ketuban? Bagaimana warna, konsentrasi, pH dan bau cairan tersebut?

Pemeriksaan nitrazine (kertas lakmus) :

pH sekret vagina ibu hamil : 4 4.5 lakmus tidak berubah warna (tetap merah).

pH air ketuban : 7 7.5 lakmus berubah warna (biru) ; hati hati karena darah (ber pH tinggi) juga akan merubah lakmus menjadi warna biru.

Pemeriksaan inspekulo steril untuk melihat ada tidaknya cairan yang keluar dari OUE

Tampak cairan keluar dari OUE atau tergenang pada fornix posterior.

Bila fundus uteri ditekan atau pasien diminta batuk atau melakukan valsalva maneuver maka akan tampak cairan keluar dari OUE.

Pada pemeriksaan inspekulo juga sekaligus nilai pembukaan, posisi dan pendataran serviks.

Uji Fern

Teteskan cairan sampel di objek glass, keringkan amati dengan mikroskop ; akan tampak bentuk daun pakis (karena konsentrasi protein dan NaCl yang tinggi).

Penegakkan diagnosis KPD dengan Tes Nitrazine dan Uji Fern ketepatannya 90 %Pemeriksaan USG :

Untuk melihat ada tidaknya oligohydramnion

AFI (Amniotic Fluid Index)

Menjumlahkan kedalaman vertikal dari kantong terbesar di 4 kuadran uterus.

Cara : bagi abdomen menjadi 4 kuadran, jumlahkan 4 kedalaman vertikalnya.

Normal bila antara 5 24 cm (< 5 : oligohydramnion dan > 24 : hydramnion).

Single Pocket Mengukur kedalaman vertikal 1 kantong saja

Normal : 2 8 cm

Untuk menentukan usia kehamilan

Untuk melihat letak janin

Untuk menentukan berat badan janin

PenatalaksanaanTergantung umur kehamilan. Bila umur kehamilan tidak diketahui maka lakukan USG. Pada umur kehamilan 34 minggu biasanya paru paru sudah masak.

UK 36 minggu USG untuk memastikan kehamilan.

Cari tanda tanda korioamnionitis (ibu demam, DJJ takikardi, leukositosis, air ketuban berbau), jika ada berikan antibiotik profilaksi dengan penicillin, ampicillin atau sefalosporin.

Jika :

Janin preskep induksi persalinan.

Janin presbo dan skor Bishop tinggi, BDP induksi persalinan dengan oxytocin secara hati hati.

Janin presbo dengan korioamnionitis dan skor Bishop rendah bedah sesar.

Janin presbo tanpa korioamnionitis dan skor Bishop tinggi tunggu persalinan spontan sampai dengan 16 24 jam setelah KPD, bila masih belum dalam persalinan maka induksi persalinan dengan oxytocin.

Nb. Induksi persalinan pada kehamilan antara 34 36 minggu sebaiknya ditunda 16 jam, karena trauma kepala janin pada serviks yang kaku atau pada skor Bishop yang rendah akan berkurang setelah melewati periode laten.

UK < 33 minggu Segera pondokkan di RS.

Lakukan pemeriksaan untuk cari tau ada tidaknya korioamnionitis.

Kalau tidak perlu jangan sekali sekali periksa dalam.

UK 28 33 minggu Pilih tatalaksana konservatif atau agresif.

Konservatif :

Tegakkan diagnosis KPD.

Cari tanda tanda korioamnionitis.

Istirahat penuh.

Periksa jumlah leukosit setiap hari.

Periksa tanda vital ibu teratur 4x / hari.

Observasi tanpa intervensi sampai ada tanda tanda persalinan atau tanda tanda korioamnionitis.

Agresif :

Tegakkan diagnosis KPD.

Observasi dan evaluasi secara hati hati.

Kalau perlu bisa dilakukan amniosentesis untuk pemeriksaan kultur dan shake test atau ratio L/S. Kalau hasil menunjukkan paru paru bayi sudah masak, lakukan induksi persalinan.

Penatalaksanaan KPD di RSUP dr. Sardjito Yogyakarta : UK 36 minggu Tunggu proses persalinan sampai 6 8 jam.

Bila setelah 6 8 jam masih BDP maka lakukan induksi persalinan.

Bila induksi persalinan gagal maka lakukan bedah sesar.

UK 28 35 Pertahankan kehamilan dengan :

Tunggu partus spontan.

Observasi tanda vital ibu dan DJJ.

Deksametason (steroid) 5 mg i.m. dan diulan 12 jam kemudian sebanyak 3x pemberian.

Antibiotik.

UK 24 27 : Terminasi.

BAB IPENDAHULUANKelopak mata adalah bagian mata yang sangat penting. Kelopak mata melindungi kornea dan berfungsi dalam pendisribusian dan eliminasi air mata. Penutupan kelopak mata berguna untuk menyalurkan air mata ke seluruh permukaan mata dan memompa air mata melalui punctum lakrimalis.(1)Kelainan yang didapat pada kelopak mata bermacam-macam, mulai dari yang jinak sampai keganasan, proses inflamasi, infeksi mau pun masalah struktur seperti hordeolum, ektropion, entropion dan blepharoptosis. Kebanyakan dari kelainan kelopak mata tidak mengancam jiwa atau pun mengancam penglihatan.(1,2)Hordeolum adalah salah satu penyakit yang cukup sering terjadi pada kelopak mata. Hordeolum merupakan infeksi atau peradangan pada kelenjar di tepi kelopak mata bagian atas maupun bawah yang disebabkan oleh bakteri. Hordeolum dapat timbul pada 1 kelenjar kelopak mata atau lebih. Kelenjar kelopak mata tersebut meliputi kelenjar Meibom, kelenjar Zeis, dan Moll. Bila kelenjar Meibom yang terkena disebut hordeolum internum, sedangkan bila kelenjar Zeiss atau Moll yang terkena maka disebut hordeolum eksternum. (2,4)Hordeolum biasanya menyerang pada dewasa muda, namun dapat juga terjadi pada semua umur, terutama orang-orang dengan kesehatan yang kurang baik. Mudah timbul pada individu yang menderita blefaritis dan konjungtivitis menahun. (3)Hordeolum disebabkan oleh adanya infeksi dari bakteri Streptococcus dan Staphylococcus, terutama Staphylococcus aureus yang akan menyebabkan inflamasi pada kelenjar kelopak mata. Hordeolum externum timbul dari blokade dan infeksi dari kelenjar Zeiss atau Moll. Hordeolum internum timbul dari infeksi pada kelenjar Meibom yang terletak di dalam tarsus. Obstruksi dari kelenjar-kelenjar ini memberikan reaksi pada tarsus dan jaringan sekitarnya.(1,2)Gejala utama pada hordeolum yaitu nyeri, bengkak, dan merah. Intensitas nyeri menandakan hebatnya pembengkakan palpebral. Gejala dan tanda yang lain pada hordeolum yaitu: eritema, terasa panas dan tidak nyaman, sakit bila ditekan serta ada rasa yang mengganjal. (2,3)Diagnosis hordeolum ditegakkan berdasarkan gejala dan klinis yang mucul pada pasien dan pemeriksaan mata yang sederhana. Pemeriksaan penunjang tidak diperlukan dalam mendiagnosis hordeolum. Diagnosis banding dari hordeolum, yaitu: kalazion, abses palpebral, tumor palpebral dan selulitis preseptal. (5) Penatalaksanaan yang dilakukan pada hordeolum yaitu: pada stadium infiltrate dilakukan kompres hangat, diberikan salep mata antibiotika (seperti: polimiksin, kloramfenikol, dan gentamisisn), diberikan oral antibiotika (seperti: amoksisilin, cephalosporin, dan eritromisin), dan analgetika (seperti asam mefenamat, paracetamol). Stadium supuratif dilakukan insisi jika sudah ada fluktuasi atau sudah 2 minggu tidak membaik. (6)Prognosis baik apabila hordeolum tidak ditekan atau ditusuk karena infeksi dapat menyebar ke jaringan sekitar.(5)BAB II

TINJAUAN PUSTAKA2.1 Anatomi Palpebra

Palpebra superior dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit yang dapat menutup dan melindungi bola mata bagian anterior. Berkedip melindungi kornea dan konjungtiva dari dehidrasi. Palpebra superior berakhir pada alis mata; palpebra inferior menyatu dengan pipi. (1)Palpebra terdiri atas lima bidang jaringan utama. Dari superfisial ke dalam terdapat lapis kulit, lapis otot rangka (orbikularis okuli), jaringan areolar, jaringan fibrosa (tarsus), dan lapis membran mukosa (konjungtiva pelpebrae). Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena tipis, longgar, dan elastis, dengan sedikit folikel rambut, tanpa lemak subkutan. Muskulus orbikularis okuli berfungsi untuk munutup palpebra. Serat ototnya mengelilingi fissura palpebra secara konsentris dan meluas sedikit melewati tepian orbita. Sebagian serat berjalan ke pipi dan dahi. Bagian otot yang terdapat di dalam palpebra dikenal sebagai bagian pratarsal; bagian diatas septum orbitae adalah bagian praseptal. Segmen luar palpebra disebut bagian orbita. Orbikularis okuli dipersarafi oleh nervus facialis.(1,2)Jaringan Areolar terdapat di bawah muskulus orbikularis okuli, berhubungan degan lapis subaponeurotik dari kulit kepala. Tarsus merupakan struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapis jaringan fibrosa padat yang disebut tarsus superior dan inferior. Tarsus terdiri atas jaringan penyokong kelopak mata dengan kelenjar Meibom (40 buah di kelopak atas dan 20 buah di kelopak bawah). (2)Konjungtiva Palpebra, bagian posterior palpebrae dilapisi selapismembran mukosa, konjungtiva palpebra, yang melekat erat pada tarsus. Tepian palpebra dipisahkan oleh garis kelabu (batas mukokutan) menjadi tepian anterior dan posterior. Tepian anterior terdiri dari bulu mata, glandula Zeiss dan Moll. Glandula Zeiss adalah modifikasi kelenjar sebasea kecil yang bermuara dalam folikel rambut pada dasar bulu mata. Glandula Moll adalah modifikasi kelenjar keringat yang bermuara ke dalam satu baris dekat bulu mata. Tepian posterior berkontak dengan bola mata, dan sepanjang tepian ini terdapat muara-muara kecil dari kelenjar sebasesa yang telah dimodifikasi (glandula Meibom atau tarsal). (1,2)Punktum lakrimalis terletak pada ujung medial dari tepian posterior palpebra. Punktum ini berfungsi menghantarkan air mata ke bawah melalui kanalikulus terkait ke sakus lakrimalis. (1,2)Fisura palpebrae adalah ruang elips di antara kedua palpebra yang dibuka. Fisura ini berakhir di kanthus medialis dan lateralis. Kanthus lateralis kira-kira 0,5 cm dari tepian lateral orbita dan membentuk sudut tajam. Septum orbitale adalah fascia di belakang bagian muskularis orbikularis yang terletak di antara tepian orbita dan tarsus dan berfungsi sebagai sawar antara palpebra orbita. Septum orbitale superius menyatu dengan tendo dari levator palpebra superior dan tarsus superior; septum orbitale inferius menyatu dengan tarsus inferior. (1)Retraktor palpebrae berfungsi membuka palpebra. Di palpebra superior, bagian otot rangka adalah levator palpebra superioris, yang berasal dari apeks orbita dan berjalan ke depan dan bercabang menjadi sebuah aponeurosis dan bagian yang lebih dalam yang mengandung serat-serat otot polos dari muskulus Muller (tarsalis superior). Di palpebra inferior, retraktor utama adalah muskulus rektus inferior, yang menjulurkan jaringan fibrosa untuk membungkus meuskulus obliqus inferior dan berinsersio ke dalam batas bawah tarsus inferior dan orbikularis okuli. Otot polos dari retraktor palpebrae disarafi oleh nervus simpatis. Levator dan muskulus rektus inferior dipasok oleh nervus okulomotoris. (1,2)Pembuluh darah yang memperdarahi palpebrae adalah a. Palpebra. Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal nervus V, sedang kelopak mata bawah oleh cabang kedua nervus V. (2)

Gambar1. Anatomi Kelopak Mata Atas dan Bawah

2.2 DefinisiHordeolum merupakan infeksi atau peradangan pada kelenjar di tepi kelopak mata bagian atas maupun bawah yang disebabkan oleh bakteri. Hordeolum dapat timbul pada 1 kelenjar kelopak mata atau lebih. Kelenjar kelopak mata tersebut meliputi kelenjar Meibom, kelenjar Zeis, dan Moll.(1,2)Berdasarkan tempatnya, hordeolum terbagi menjadi 2 jenis, yaitu: hordeolum interna terjadi peradangan pada kelenjar Meibom. Pada hordeolum interna ini benjolan mengarah ke konjungtiva (selaput kelopak mata bagian dalam). Hordeolum eksterna terjadi peradangan pada kelenjar Zies dan kelenjar Moll. Benjolan ini Nampak dari luar pada kulit kelopak mata (palpebra). (2,4) Gambar 2. Hordeolum Interna Gambar 3. Hordeolum Eksterna

2.3 EpidemiologiData epidemiologi internasional menyebutkan bahwa hordeolum merupakan jenis penyakit infeksi kelopak mata yang paling sering ditemukan. Insidensi tidak bergantungan dengan ras dan jenis kelamin. Dapat mengenai semua usia, tapi lebih sering menyerang pada dewasa muda.(3,5)2.4 EtiologiHordeolum merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus dan Streptoccocus pada kelenjar sebasea kelopak mata. Staphylococcus aureus merupakan agent infeksi pada 90-95% kasus hordeolum. (1,3)2.5 PatofisiologiHordeolum disebabkan oleh adanya infeksi dari bakteri Staphylococcus aureus yang akan menyebabkan inflamasi pada kelenjar kelopak mata. Hordeolum externum timbul dari blokade dan infeksi dari kelenjar Zeiss atau Moll. Hordeolum internum timbul dari infeksi pada kelenjar Meibom yang terletak di dalam tarsus. Obstruksi dari kelenjar-kelenjar ini memberikan reaksi pada tarsus dan jaringan sekitarnya. Kedua tipe hordeolum dapat timbul dari komplikasi blefaritis. Apabila infeksi pada kelenjar Meibom mengalami infeksi sekunder dan inflamasi supuratif dapat menyebabkan komplikasi konjungtiva. (2)2.6 Gambaran KlinisGejala utama pada hordeolum yaitu nyeri, bengkak, dan merah. Intensitas nyeri menandakan hebatnya pembengkakan palpebral. Gejala dan tanda yang lain pada hordeolum yaitu: eritema, terasa panas dan tidak nyaman, sakit bila ditekan serta ada rasa yang mengganjal. Biasanya disertai dengan adanya konjungtivitis yang menahun, kemunduran keadaan umum, acne vulgaris. (1,2,4)Ada 2 stadium pada hordeolum, yaitu: stadium infiltrat yang ditandai dengan kelopak mata bengkak, kemerahan, nyeri tekan dan keluar sedikit kotoran. Stadium supuratif yang ditandai dengan adanya benjolan yang berisi pus (core). (1,6)2.7 DiagnosisDiagnosis hordeolum ditegakkan berdasarkan gejala dan tanda klinis yang muncul pada pasien dan dengan melakukan pemeriksaan mata yang sederhana. Karena kekhasan dari manifestasi klinis penyakit ini pemeriksaan penunjang tidak diperlukan dalam mendiagnosis hordeolum.(3)2.8 Diagnosis BandingDiagnosis banding dari hordeolum, yaitu: kalazion, tumor palpebra, dan selulitis preseptal. Kalazion merupakan suatu peradangan granulomatosa kelenjar Meibom yang tersumbat. Kalazion memberikan gejala benjolan pada kelopak mata, tidak hiperemi, dan tidak ada nyeri tekan, serta adanya pseudoptosis. Hal yang membedakan antara kalazion dan hordeolum adalah pada hordeolum terdapat hiperemi palpebra dan nyeri tekan. (1,6)Selulitis preseptal merupakan infeksi umum pada kelopak mata dan jaringan lunak periorbital yang dikarakteristikkan denan adanya eritema pada kelopak mata yang akut dan edema. Yang membedakan selulitis preseptal dengan hodeolum adalah perjalanan penyakitnya, yang ditandai dengan adanya demam yang diikuti oleh pembengkakan. (5)Tumor palpebra merupakan suatu pertumbuhan sel yang abnormal pada kelopak mata. Adapun gejala yang membedakan antara tumor palpebra dengan hordeolum adalah tidak adanya tanda-tanda peradangan seperti hiperemi dan hangat. Tumor palpebra harus ditegakkan diagnosisnya dengan pemeriksaan biopsy. (5)2.9 PenatalaksanaanPada umumnya hordeolum dapat sembuh dengan sendiri dalam waktu 5-7 hari. Penatalaksaan pada hordeolum dilakukan dengan terapi medikamentosa pada stadium infiltrate dan pembedahan untuk fase supuratif atau tidak sembuh dengan menggunakan terapi medikamentosa.(1)Untuk terapi medikamentosa dapat dilakukan dengan memberikan kompres hangat 4-6 kali sehari selama 15 menit tiap kalinya untuk membantu drainase, kemudian bersihkan kelopak mata dengan air bersih atau pun dengan sabun atau sampo yang tidak menimbulkan iritasi, seperti sabun bayi. menghindari menekan atau menusuk hordeolum, hal ini dapat menimbulkan infeksi yang lebih serius. Menghindari pemakaian makeup pada mata, karena kemungkinan hal itu menjadi penyebab infeksi, menghindari memakai lensa kontak karena dapat menyebarkan infeksi ke kornea. 2,4Terapi dengan menggunakan antibiotika topikal diindikasikan bila dengan kompres hangat selama 24 jam tidak ada perbaikan, dan bila proses peradangan menyebar ke sekitar daerah hordeolum. Bacitracin atau tobramicin salep mata diberikan setiap 4 jam selama 7-10 hari. Dapat juga diberikan eritromicin salep mata untuk kasus hordeolum eksterna dan hordeolum interna ringan. Antibiotik sistemik diberikan bila terdapat tanda-tanda bakterimia atau terdapat tanda pembesaran kelenjar limfe di preauricular, pada kasus hordeolum internum dengan kasus yang sedang sampai berat. Dapat diberikan cephalexin atau dicloxacilin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 7 hari. Bila alergi penisilin atau cephalosporin dapat diberikan clindamycin 300 mg oral 4 kali sehari selama 7 hari atau klaritromycin 500 mg 2 kali sehari selama 7 hari. Analgetika seperti asam mefenamat atau paracetamol dapat juga diberikan. (4)Pembedahan dilakukan apabila dengan terapi medikamentosa tidak berespon dengan baik dan hordeolum tersebut sudah masuk dalam stadium supuratif, maka prosedur pembedahan diperlukan untuk membuat drainase pada hordeolum. Pada insisi hordeolum terlebih dahulu diberikan anestesi topikal dengan pantokain tetes mata. Dilakukan anestesi filtrasi dengan prokain atau lidokain di daerah hordeolum. Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus, tegak lurus (vertikal) pada margo palpebral dan pada hordeolum eksternum dibuat insisi sejajar (horizontal) dengan margo palpebra. (1,2,6)2.10 Komplikasi

Komplikasi yang dapat ditimbulkan dari hordeolum adalah selulitis palpebral yang merupakan radang jaringan ikat longgar palpebral di depan septum orbita, serta abses palpebral. (2)2.11 Prognosis Walaupun hordeolum tidak berbahaya dan komplikasinya sangat jarang, tetapi hordeolum sangat mudah kambuh. Hordeolum biasanya sembuh sendiri atau pecah dalam beberapa hari sampai minggu. Dengan pengobatan yang baik hordeolum cenderung sembuh dengan cepat dan tanpa komplikasi. Prognosis baik apabila hordeolum tidak ditekan atau ditusuk karena infeksi dapat menyebar ke jaringan sekitar. (2,4)BAB 3

LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Penderita

Nama

: ARUmur

: 38 tahunJenis Kelamin

: laki-lakiAlamat

: denpasarPekerjaan

: Karyawan SwastaAgama

: IslamSuku

: Jawa3.2 Anamnesis

Keluhan utama

: Mata kiri bengkakRiwayat Penyakit Sekarang : Pasien mengeluh mata kiri bengkak sejak 1 hari yang lalu disertai rasa nyeri, keluar kotoran disangkal oleh pasien, mata kabur disangkal oleh pasien. Riwayat Penyakit Dahulu dan Pengobatan:

Pasien tidak pernah mengalami hal yang sama sebelumnya

Riwayat hipertensi disangkal oleh pasien, riwayat DM disangkal oleh pasien Riwayat Sosial:

Keluarga tidak ada yang mengalami hal serupa

Lingkungan rumah tidak ada yang mengalami hal serupa3.3Pemeriksaan Fisik3.3.1 Pemeriksaan Fisik Umum

Kesadaran

: compos mentisTekanan darah

: 120/80Nadi

: 82Temperatur aksila: 36,5 o C

3.3.2 Pemeriksaan Fisik Khusus (Lokal pada Mata)

Okuli Dekstra (OD)Okuli Sinistra

Visus

Refraksi/Pin Hole6/6

Tidak ada6/6

Tidak ada

Supra cilia

Madarosis

SikatriksTidak ada

Tidak adaTidak ada

Tidak ada

Palpebra superior

Edema

Hiperemi

Enteropion

Ekteropion

BenjolanTidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak adaTidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Palpebra inferior

Edema

Hiperemi

Enteropion

Ekteropion

BenjolanTidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak adaTidak ada

Ada

Tidak ada

Tidak ada

Ada

Pungtum lakrimalis

Pungsi

BenjolanTidak ada

Tidak adaTidak ada

Tidak ada

Konjungtiva palpebra superior

Hiperemi

Folikel

Sikatriks

Benjolan

SekretPapilTidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak adaTidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Konjungtiva palpebra inferior

Hipermi

Folikel

Sikatriks

Benjolan

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak adaCVI(+)Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Konjungtiva bulbi

Kemosis

Hiperemi

Konjungtiva Silier

Perdarahan di bawah konjungtivaPterigium

PingueculaeTidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak adaTidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Sklera

Arkus SenilisTidak adaTidak ada

Kornea

Infiltrat

Ulkus

Sikatriks

Keratik presifitatTidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak adaTidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Bilik mata depanKedalamanHypema

HipopionDalam

Tidak ada

Tidak adaDalam

Tidak ada

Tidak ada

Iris/Pupil

Bentuk

Refleks cahaya langsungRefleks cahaya konsensualBulat, regular

Positif

PositifBulat, regular

Positif

Positif

Lensa

Kejernihan

Dislokasi/subluksasiJernih

Tidak adaJernih

Tidak ada

3.4 Resume

Pemeriksaan lokalODPemeriksaanOS

6/6Visus6/6

NormalPalpebraBenjolan (+) di palpebra inferior, hiperimi (+)

TenangKonjungtiva palpebraHiperemi, CVI (+)

TenangKonjungtiva bulbiTenang

JernihKorneaJernih

NormalBilik mata depanNormal

Bulat, reguler, sentralIris/pupilBulat, reguler, sentral

PositifRefleks pupilPositif

JernihLensaJernih

Tidak dilakukanTes flouresinTidak dilakukan

3.5 Diagnosis Banding Kalazion Tumor Palpebral Selulitis Preseptal

3.6 Diagnosis KerjaOS hordeolum interna palpebra inferior3.7 Usulan Pemeriksaan

Tidak ada3.8 Terapi - KIE kompres hangat -C Xitrol eye ointment 3x1 OS-Na Diclofenac 2x50 mg-Becom C tab 1x13.9Prognosis

Dubius ad bonamBAB 4

PEMBAHASANDari hasil anamnesis didapatkan bahwa pasien memiliki keluhan utama yaitu kelopak mata kiri bengkak. Keluhan ini dirasakan sehari sebelum pasien datang ke rumah sakit. Selain itu, pasien juga mengeluhkan adanya warna kemerahan serta nyeri pada kelopak mata kiri bagian bawah. Hal ini sesuai dengan keluhan subjektif dari hordeolum.

Dari hasil pemeriksaan fisik khusus dengan membalikan kelopak mata inferior kiri terdapat benjolan yang menghadap ke konjungtiva. Selain itu, juga terlihat CVI dan core pada conjungtiva palpebra inferior mata kirinya. Hal ini sesuai dengan keadaan klinis hordeolum internum terjadi apabila yang terkena kelenjar yang lebih dalam yaitu pada kelenjar Meibom dengan benjolan yang agak besar dan mengarah ke konjungtiva. Hal ini membedakan hordeolum interna dengan externa. Pada hordeolum externa terjadi peradangan pada kelenjar Zeis dan kelenjar Moll. Benjolan nampak dari luar pada kulit kelopak mata bagian luar (palpebra). Edema pada kelopak mata kiri inferior disebabkan adanya peningkatan permeabilitas pembuluh darah. Pelebaran pembuluh darah berupa CVI dikarenakan adanya reaksi peradangan yang meluas sampai ke arteri konjungtiva posterior. Gejala ini disebabkan infeksi atau peradangan pada kelenjar Meibom di kelopak mata bagian bawah. Penyebab dari hordeolum adalah infeksi bakteri, biasanya bakteri Staphylococcus (Staphylococcus aureus). Berdasarkan gejala dan tanda yang didapat pada pasien ini disimpulkan bahwa pasien ini mengalami hordeolum interna pada mata kirinya. Ada beberapa penyakit yang menyerupai penyakit hordeolum, seperti selulitis preseptal dan tumor palpebra.Pengobatan yang diberikan pada pasien ini adalah C xitrol salep mata 3x1 OS, Na diclofenac tablet 2x50 mg, Becom C tablet 1x1, dan diberikan KIE kompres air hangat. C xytrol merupakan salah satu contoh antibiotika steroid yang memberikan efek sangat baik pada peradangan utamanya pada hordeolum. Obat ini mengurangi permeabilitas pembuluh darah, mengurangi gejala radang, dan mengurangi pembentukan jaringan parut atau scar. Na Diclofenac merupakan salah satu jenis dari obat anti inflamasi non steroid yang dapat mengurangi keluhan merah atau tanda peradangan lainnya pada hordeolum. Becom C merupakan antioksidan yang berguna untuk meningkatkan daya tahan tubuh pasien. Prognosis pada penderita baik, karena sebagian besar hordeolum akan sembuh sendiri, tidak berbahaya bagi mata dan tidak mengganggu penglihatan.19