HNP upil ipil

20
HERNIA NUCLEUS PULPOSUS (HNP) A. KONSEP DAS AR MEDIS 1. Pen ge rtia n Hernia Nuc leus Pulpo sus (HNP) Diskus Intervertebralis adalah lempengan kartilago yang membentuk sebuah ban talan dia nta ra tub uh vertebra. Mate ria l yan g keras dan fibros a ini dig abu ngk an dal am satu kap sul . Ban tal an seperti bola dibag ian tenga h disku s diseb ut nukle us pulp osus. HNP merup akan rupturnya nukleus pulposus (Brunner & uddarth! "##"$. HNP adala h keadaan nu%leus pulposus keluar me non ol untuk kemudian menekan kea rah kanalis spina melalui annulus fibrosis yang sobek (Mutta'in! "#$. He rnia Nukl eus Pu lpos us bi sa ke ko rpus ve rt ebra di atas at au  ba)ahnya! bisa uga langsung ke kanalis vertebralis ( Priguna idharta! **#$. 2. Anatomi Fi io! og i a. Anatomi +olumna vertebralis atau rangkaian tulang belakang adalah sebuah str ukt ur ya ng len tur yang dib ent uk ole h seu mla h tul ang yang disebut vertebra atau ruas tulang belakang. Diantara setiap dua ruas tulang pada tulang belakang terdapat bant al an tulan g ra)an  panang. ,angkaian tulang belakang pada orang de)asa dapat men%apai - / 0 %m. eluruhnya terdapat 11 ruas tulang! "2 buah diantaranya adalah tulang / tulang terpisah dari * ruas sisanya  bergabung membentuk " tulang. +olumna vertebra terdiri dari vertebra servikal atau ruas tulang leher! " vertebra thorakal atau ruas tulang punggung! - vertebra

Transcript of HNP upil ipil

HERNIA NUKLEUS PULPOSUS

HERNIA NUCLEUS PULPOSUS (HNP)A. KONSEP DASAR MEDIS1. Pengertian Hernia Nucleus Pulposus (HNP)Diskus Intervertebralis adalah lempengan kartilago yang membentuk sebuah bantalan diantara tubuh vertebra. Material yang keras dan fibrosa ini digabungkan dalam satu kapsul. Bantalan seperti bola dibagian tengah diskus disebut nukleus pulposus. HNP merupakan rupturnya nukleus pulposus (Brunner & Suddarth, 2002).HNP adalah keadaan nucleus pulposus keluar menonjol untuk kemudian menekan kea rah kanalis spina melalui annulus fibrosis yang sobek (Muttaqin, 2011).Hernia Nukleus Pulposus bisa ke korpus vertebra di atas atau bawahnya, bisa juga langsung ke kanalis vertebralis (Priguna Sidharta, 1990).2. Anatomi Fisiologia. AnatomiKolumna vertebralis atau rangkaian tulang belakang adalah sebuah struktur yang lentur yang dibentuk oleh sejumlah tulang yang disebut vertebra atau ruas tulang belakang. Diantara setiap dua ruas tulang pada tulang belakang terdapat bantalan tulang rawan panjang. Rangkaian tulang belakang pada orang dewasa dapat mencapai 57 67 cm. Seluruhnya terdapat 33 ruas tulang, 24 buah diantaranya adalah tulang tulang terpisah dari 19 ruas sisanya bergabung membentuk 2 tulang.Kolumna vertebra terdiri dari 7 vertebra servikal atau ruas tulang leher, 12 vertebra thorakal atau ruas tulang punggung, 5 vertebra lumbal atau ruas tulang pinggang, 5 vertebra sacrum atau ruas tulang kelangkang, 4 vertebra koksigeus atau ruas tulang tungging (Evelyn, 1999).

Dilihat dari samping kolumna vertebralis memperlihatkan 4 (empat) kurva atau lengkung. Di daerah vertebra servikal melengkung ke depan, daerah thorakal melengkung ke belakang, daerah lumbal melengkung ke depan, dan di daerah pelvis melengkung ke belakang (Syaifuddin, 2006).Anatomi yang akan diuraikan merupakan anatomi yang berhubungan dengan pemeriksaan Lumbosakral yang terdiri atas vertebra lumbal dan sakrum.1) Vertebra LumbalVertebralis lumbalis atau ruas tulang pinggang adalah yang terbesar. Badannya lebih besar dibandingkan badan vertebra lainnya dan berbentuk seperti ginjal. Prosesus spinosusnya lebar, tebal, dan berbentuk seperti kapak kecil. Prosesus transversusunya panjang dan langsing. Apophyseal joint dari lumbal lebih ke posterior dari coronal plane, artikulasi ini dapat dilihat dengan posisi oblik. Foramen intervertebralis dari lumbal berada ditengah dari sagital plane.

Vertebra lumbal terdiri dari dua komponen, yaitu komponen anterior yang terdiri dari korpus, sedangkan komponen posterior yaitu arkus vertebralis yang terdiri dari pedikel, lamina, prosesus transverses, prosesus spinosus dan prosesus artikularis. Setiap dua korpus vertebra dipisahkan oleh discus intervertebralis dan ditahan serta dihubungkan satu dengan yang lain oleh ligamentum.Foramina vertebralis lumbalis berbentuk segitiga, ukurannya sedikit lebih besar dari milik vertebra thorakalis tapi lebih kecil dari vertebra servikalis. Bagian bawah dari medulla spinalis meluas sampai foramen vertebra lumbalis satu, foramen vertebra lumbal lima hamya berisi kauda equina dan selaput selaput otak.

Prosesus transversus berbentuk tipis dan panjang kecuali pada vertebra lumbal lima yang kuat dan tebal. Berukuran lebih kecil daripada yang terdapat pada vertebra thorakalis. Prosesus spinosus berbentuk tipis, lebar, tumpul dengan pinggir atas mengarah ke arah bawah dank e arah dorsal. Prosesus ini dapat diketahui kedudukannya dengan cara meraba atau palpasi.Prosesus artikularis superior merupakan fasies artikularis yang sekung dan menghadap posteromedial, sebaliknya fasies artikularis inferiornya cembung dan menghadap ke anterolateralis (Ballinger, 1995).2) SakrumSakrum atau tulang kelangkang berbentuk segitiga dan terletak pada bagian bawah kolumna vertebralis, terjepit diantara kedua tulang inominata (atau tulang koxa) dan membentuk bagian belakang rongga pelvis(panggul). Dasar dari sacrum terletak di atas dan bersendi dengan vertebra lumbalis kelima dan membentuk sendi intervertebral yang khas. Tepi anterior dari basis sacrum membentuk promontorium sakralis.

Kanalis sakralis terletak dibawah kanalis vertebralis (saluran tulang belakang) dan memang lanjutan daripadanya. Dinding kanalis sakralis berlubang-lubang untuk dilalui saraf sacral. Prosesus spinosus yang rudimenter dapat dilihat pada pandangan posterior dari sacrum. Permukaan anterior sacrum adalah cekung dan memperlihatkan empat gili-gili melintang, yang menandakan tempat penggabungan kelima vertebra sakralis.

Pada ujung gili-gili ini, disetiap sisi terdapat lubang-lubang kecil untuk dilewati urat-urat saraf. Lubang-lubang ini disebut foramina. Apex dari sacrum bersendi dengan tulang koksigeus. Di sisinya, sacrum bersendi dengan tulang ileum dan membentuk sendi sakro-iliaka kanan dan kiri (Evelyn, 1999).b. FisiologiKolumna vertebralis merupakan bagian dari rangka batang badan. Berfungsi untuk menyalurkan berat kepala, ekstrimitas atas dan batang badan pada tulang panggul. Juga berfungsi untuk melindungi medula spinalis serta selaput otaknya yang mempunyai tempat di kanalis vertebralis. Fungsi ketiga dari kolumna vertebralis adalah untuk menghasilkan gerakan gerakan serta menjadi tempat lekat dari otot otot.

Vertebra lumbosakaral merupakan bagian dari tulang belakang/kolumna vertebralis yaitu susunan tulang tulang kecil yang dinamakan ruas tulang belakang.Tulang belakang gunanya adalah untuk menahan kepala dan alat alat tubuh yang lain, melindungi sumsum tulang belakang yaitu lanjutan dari sumsum penyambung otak yang terdapat di dalam saluran tulang belakang dan tempat tulang tulang panggul bergantung.3. Etiologi

Dalam buku Kapita Selekta (2011) etiologi dari HNP yaitu:a. Mengangkat beban dengan teknik yang tidak tepat atau terkilir

b. Cidera langsung

c. Penyakit diskus degenerative

4. Patofisiologi

Protrusi atau ruptur nukleus pulposus biasanya didahului dengan perubahan degeneratif yang terjadi pada proses penuaan. Kehilangan protein polisakarida dalam diskus menurunkan kandungan air nukleus pulposus. Perkembangan pecahan yang menyebar di anulus melemahkan pertahanan pada herniasi nukleus. Setela trauma jatuh, kecelakaan, dan stress minor berulang seperti mengangkat) kartilago dapat cedera.Pada kebanyakan pasien, gejala trauma segera bersifat khas dan singkat, dan gejala ini disebabkan oleh cedera pada diskus yang tidak terlihat selama beberapa bulan maupun tahun. Kemudian pada degenerasi pada diskus, kapsulnya mendorong ke arah medula spinalis atau mungkin ruptur dan memungkinkan nukleus pulposus terdorong terhadap sakus dural atau terhadap saraf spinal saat muncul dari kolumna spinal.

Hernia nukleus pulposus ke kanalis vertebralis berarti bahwa nukleus pulposus menekan pada radiks yang bersama-sama dengan arteria radikularis berada dalam bungkusan dura. Hal ini terjadi kalau tempat herniasi di sisi lateral. Bilamana tempat herniasinya ditengah tengah tidak ada radiks yang terkena. Lagi pula, oleh karena pada tingkat L2 dan terus kebawah sudah tidak terdapat medula spinalis lagi, maka herniasi di garis tengah tidak akan menimbulkan kompresi pada kolumna anterior.

Setelah terjadi hernia nukleus pulposus sisa duktus intervertebralis mengalami lisis sehingga dua korpora vertebra bertumpang tindih tanpa ganjalan.

5. Tanda dan GejalaNyeri dapat terjadi pada bagian spinal manapun seperti servikal, torakal (jarang) atau lumbal. Manifestasi klinis bergantung pada lokasi, kecepatan perkembangan (akut atau kronik) dan pengaruh pada struktur disekitarnya. Nyeri punggung bawah yang berat, kronik dan berulang (Muttaqin. 2011).Dalam bukuy Kapita Selekta (2011) tanda dan gejala yang muncul yaitu:

a. Nyeri

b. Rentang pergerakan sendi (RPS) terbatas

c. Parestesia

d. Kelemahan motorik

e. Neuropati perifer

6. Komplikasia. Defisit neurologis

b. Disfungsi usus dan kandung kemih

c. Disfungsi seksual7. Pemeriksaan Diagnostika. Rontgen foto lumbosakral1) Tidak banyak ditemukan kelainan2) Kadang kadang didapatkan aartrosis, menunjang tanda tanda deformitas vertebra

3) Penyempitan diskus invertebralis

4) Untuk menentukan kemungkinan nyeri karena spondilitis

b. MRIuntuk melokalisasi protrusi diskus kecil sekalipun terutama untuk penyakit spinal lumbal.c. CT ScanMelihat gambaran vertebra dan jaringan di sekitarnya termasuk diskus intervertebralis.

d. MielografiMengetahui adanya penyumbatan hambatan kanalis spinalis yang mungkin disebabkan HNP.e. Elektromiografi (EMG)1) Terlihat potensial kecil (fibrolasi) di daerah radiks yang terganggu.

2) Kecepatan konduksi menurun

f. Cairan cerebro spinal

1) Biasanya normal

2) Jika didapatkan blok akan terjadi prot, indikasi operasi.

g. Iskografi

Pemeriksaan dilakukan dengan kontras untuk melihat seberapa besar daerah diskus yang keluar pada kanalis vertebralis.

8. Penatalaksanaan Medika. Terapi konservatif

1) Tirah baring

Penderita harus tetap berbaring di tempat tidur selama beberapa hari dengan sikap yang baik adalah sikap dalam posisi setengah duduk, tungkai dalam sikap fleksi pada sendi panggul dan lutut tertentu.

Tempat tidur tidak boleh memakai pegas/per, tempat tidur papan yang lurus dan ditutup dengan lembar busa yang tipis.2) Medikamentosa

a) Simptomatik

Analgesik (salisilat, parasetamol)

Kortikosteroid (prednisone, prednisolon)

Anti inflamasi non steroid (AINS) seperti piroksikan

Antidepresan trisiklik (amitriptilin)

Obat penenang minor (diazepam, klordiasepoksid)

b) Kausal; kolagenase

3) Fisioterapi

Biasanya dalam bentuk diatermi (pemanasan dalam jangkauan permukaan yang lebih dalam) untuk relaksasi otot dan mengurangi lordosis.

b. Terapi Operatif/PembedahanTerapi operatif dilakukan apabila dengan tindakan konservatif tidak memberikan hasil yang nyata, kambuh berulang atau terjadi deficit neurologis.1) Disektomi : Mengangkat fragmen herniasi atau yang keluar dari diskus intervertebral2) Laminektomi : Mengangkat lamina untuk memajankan elemen neural pada kanalis spinalis, memungkinkan ahli bedah untuk menginspeksi kanalis spinalis, mengidentifikasi dan mengangkat patologi dan menghilangkan kompresi medula dan radiks.3) Disektomi dengan peleburan.c. Rehabilitasi

1) Mengupayakan penderita segera bekerja seperti semula.

2) Agar tidak menggantungkan diri pada orang lain dalam melakukan kegiatan sehari hari.

3) Klien tidak mengalami komplikasi.B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

1. Pengkajian Keperawatana. Anamnesa

1) Identitas Klien

2) Keluhan utama : nyeri pada punggung bawah

3) Riwayat penyakit sekarang : kaji adanya trauma, kesemutan, kekuatan otot menurun

4) Riwayat penyakit dahulu : pernah menderita tuberculosis tulang, osteomielitis, keganasan (myeloma multipleks) dan metabolic (osteoporosis).

5) Riwayat penyakit keluarga : hipertensi, diabetes mellitus dan jantung.b. Pemeriksaan Fisik

1) Breathing (B1)Jika tidak mengganggu system pernapasan maka pemeriksaan dengan hasil:

Inspeksi: klien tidak batuk, tidak sesak nafas, frekuensi pernapasan normal

Palpasi: ditemukan taktil fremitus seimbang kanan dan kiri

Perkusi: ditemukan adanya suara resonan pada seluruh lapang paru

Auskultasi: tidak terdengar bunyi nafas tambahan.

2) Blood (B2)

Bila tidak ada gangguan kardiovaskuler, biasanya kualitas dan frekuensi nadi normal, tekanan darah normal.pada auskultasi tidak ditemukan bunyi jantung tambahan.3) Brain (B3)

Tingkat kesadaran biasanya compos mentis.Pemeriksaan saraf cranial

a) Saraf I: tidak ada kelainan fungsi penciuman

b) Saraf II: hasil tes ketajaman penglihatan mata biasanya normal

c) Saraf III, IV dan VI: tidak mengalami gangguan mengangkat kelopak mata dan pupil isokord) Saraf V: umumnya tidak ditemukan paralisis otot wajah dan reflek kornea tidak ada kelainan.

e) Saraf VII: persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah simetris.

f) Saraf VIII: tidak ditemukan adanya tuli konduktif maupun tuli persepsi.

g) Saraf IX dan X: kemampuan menelan baik

h) Saraf XI: tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.

i) Saraf XII: lidah simetris, tidak ada deviasi dan indra pengecapan normal.4) Bladder (B4)

Kaji keadaan urin meliputi warna, jumlah dan karakteristik termasuk berat jenis urin. Penurunan jumlah urin dan peningkatan retensi cairan dapat terjadi akibat menurunnya perfusi pada ginjal.

5) Bowel (B5)

Lakukan pemeriksaan pada rongga mulut dengan melakukan penilaian ada tidaknya lesi pada mulut. Hal ini dapat menunjukkan adanya dehidrasi.

6) Bone (B6)Adanya kesulitan dalam bergerak dan menggerakkan badan karena adanya nyeri, kelemahan, kehilangan sensorik dan mudah lelah dapat mneyebabkan masalah pada pola aktivitas dan istirahat.a. Inspeksi: pelvis yang asimetris, postur tungkai yang abnormal. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, spasme otot, terapi restriktif dan kerusakan neuromuskulus.Adanya hambatan dalam menggerakkan punggung, pelvis dan tungkai selama bergerak.b. Palpasi: kemungkinan deviasi ke lateral anteroposterior. Palpasi dimulai dari yang ringan tingkat nyeri kea rah yang paling terasa nyeri.

2. Diagnosa Keperawatana. Nyeri berhubungan dengan kompresi saraf, spasme ototb. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, spasme otot, terapi restriktif dan kerusakan neuromuskulus.c. Ansietas berhubungan dengan tidak efektifnya koping individual

d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai kondisi, prognosis dan tindakan pengobatan.

3. Intervensi keperawatana. Nyeri berhubungan dengan kompresi saraf, spasme otot1) Kaji keluhan nyeri, lokasi, lamanya serangan, faktor pencetus / yang memperberat. Tetapkan skala 0 102) Pertahankan tirah baring, posisi semi fowler dengan tulang spinal, pinggang dan lutut dalam keadaan fleksi, posisi telentang3) Gunakan logroll (papan) selama melakukan perubahan posisi4) Bantu pemasangan brace / korset5) Batasi aktifitas selama fase akut sesuai dengan kebutuhan6) Ajarkan teknik relaksasi7) Kolaborasi pemberian analgetikb. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, spasme otot, terapi restriktif dan kerusakan neuromuskulus.1) Berikan / bantu pasien untuk melakukan latihan rentang gerak pasif dan aktif2) Bantu pasien dalam melakukan aktivitas ambulasi progresif3) Berikan perawatan kulit dengan baik, masase titik yang tertekan setelah rehap perubahan posisi. Periksa keadaan kulit dibawah brace dengan periode waktu tertentu.4) Catat respon emosi / perilaku pada immobilisasi5) emonstrasikan penggunaan alat penolong seperti tongkat.6) Kolaborasi dengan fisioterapi

c. Ansietas berhubungan dengan tidak efektifnya koping individual1) Kaji tingkat ansietas pasien

2) Berikan informasi yang akurat

3) Berikan kesempatan pasien untuk mengungkapkan masalah seperti kemungkinan paralisis, pengaruh terhadap fungsi seksual, perubahan peran dan tanggung jawab.

4) Kaji adanya masalah sekunder yang mungkin merintangi keinginan untuk sembuh dan mungkin menghalangi proses penyembuhannya.

5) Libatkan keluarga dal perawatan klien

6) Kolaborasi pastoral cared. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai kondisi, prognosis dan tindakan pengobatan.1) Jelaskan kembali proses penyakit dan prognosis dan pembatasan kegiatan

2) Berikan informasi mengenai mekanika tubuh sendiri untuk berdiri, mengangkat dan menggunakan sepatu penyokong

3) Diskusikan mengenai pengobatan dan efek sampingnya.

4) Anjurkan untuk menggunakan papan / matras yang kuat, bantal kecil yang agak datar dibawah leher, tidur miring dengan lutut difleksikan, hindari posisi telungkup.

5) Hindari pemakaian pemanas dalam waktu yang lama

6) Berikan informasi mengenai tanda-tanda yang perlu diperhatikan seperti nyeri tusuk, kehilangan sensasi / kemampuan untuk berjalan.C. SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP)

Pokok Bahasan: Hernia Nucleus PulposusSasaran: Klien dan keluarga

Tempat: -

Hari / tanggal: Senin, 28 Mei 2012

Waktu

: 30 menit

Pelaksana: Holys Donna Chris Shihita Tjipta1. Tujuan umum : Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit, diharapkan klien dan keluarga dapat memahami tentang penyakit hernia nucleus pulposus.2. Tujuan khusus : setelah mengikuti penyuluhan tentang penyakit hernia nucleus pulposus., diharapkan klien dan keluarga dapat:

a. Menyebutkan dengan benar pengertian tentang penyakit hernia nucleus pulposus..

b. Menyebutkan dengan benar 4 5 tanda dan gejala penyakit hernia nucleus pulposus.c. Menyebutkan dengan benar faktor penyebab yang dapat menimbulkan penyakit hernia nucleus pulposus.d. Menjelaskan dengan benar cara pengobatan pada penyakit hernia nucleus pulposus.e. Menyebutkan dengan benar komplikasi hernia nucleus pulposus.3. Materi

a. Pengertian hernia nucleus pulposus.b. Tanda dan gejala hernia nucleus pulposus.c. Faktor penyebab hernia nucleus pulposus.d. Cara pengobatan penyakit hernia nucleus pulposus.e. Komplikasi hernia nucleus pulposus.4. Metode :a. Ceramahb. Tanya jawab5. Kegiatan KegiatanPenyuluhAudienceWaktu

Pendahuluan dan apersepsi1. Salam pembuka, perkenalan

2. Menjelaskan tujuan penyuluhan1. Menjawab salam

2. Menyimak5 menit

Isi1. Menyampaikan materi penyuluhan hernia nucleus pulposus yaitu:

a. Pengertian b. Tanda dan gejala c. Faktor penyebabd. Cara pengobatane. Cara pencegahan

2. Memberikan kesempatan bertanya

3. Menjawab pertanyaan1. Mendengarkan

2. Menanyakan yang tidak jelas

3. Memperhatikan jawaban20 menit

Penutup1. Melakukan evaluasi secara verbal

2. Memberi kesimpulan pujian dan pesan

3. Mengakhiri pertemuan/salam penutup1. Menyampaikan apa yang telah diketahui

2. Mendengarkan dan menerima pesan

3. Menjawab salam5 menit

6. Alat peraga: Laptop, LCD, Flip chart dan leaflet

7. Evaluasi

: Secara lisan tentang:

a. Apa itu penyakit hernia nucleus pulposus?

b. Sebutkan tanda dan gejala dari hernia nucleus pulposus!

c. Sebutkan faktor - faktor penyebab dari hernia nucleus pulposus!

d. Jelaskan cara pengobatan hernia nucleus pulposus!

e. Sebutkan komplikasi dari hernia nucleus pulposus!

D. ASPEK LEGAL ETIK1. Legal

Peran perawat bila ditinjau dari aspek legal dalam kasus hernia nucleus pulposus adalah membantu klien dan keluarga dalam hal inform concern atas tindakan keperawatan yang dilakukan2. Etik

a. OtonomiPrinsip bahwa individu dan keluarga berhak menentukan yang terbaik.

Perawat yang mengikuti prinsip ini akan menghargai kebebasan klien dan keluarga dalam menentukan segala sesuatu yang berhubungan dengan sakitnya.b. Non maleficiencePrinsip menghindari tindakan yang membahayakan. Bahaya disini dapat berarti dengan sengaja, risiko atau tidak sengaja membahayakan klien dalam memberikan perawatan. c. BeneficiencePrinsip bahwa seorang perawat harus melakukan kebaikan. Dalam hal ini perawat melakukan kebaikan dengan mengimplementasikan tindakan keperawatan yang menguntung dan bermanfaat bagi klien dan keluargad. JusticePrinsip ini yaitu prinsip bahwa individu berhak untuk diperlakukan sama secara adil sesuai kebutuhan kesehatan klien tanpa membeda bedakan dengan klien lain.E. ASPEK ADVOKASIDalam kasus hernia nucleus pulposus peran perawat sebagai advokat yaitu harus bertanggungjawab membantu klien dan keluarga dalam hal inform concern atas tindakan tindakan medis maupun tindakan tindakan keperawatan yang akan dilakukan. Selain itu, perawat juga harus mampu mempertahankan dan melindungi hak hak klien serta memastikan bahwa kebutuhan klien yang berhubungan dengan status kesehatannya terpenuhi.DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, ME. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 2, Jakarta: EGC.Mansjoer, Arif. 1999. Kapita selekta Kedokteran. Jakarta: EGC.

Muttaqin, Arif. 2011. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan System Persarafan. Jakarta: EGC.

Nanda. 2009. Nursing Diagnose Definition and Clasification. 2009 2011. Willey. Blackwall: USA

Nursing Intervention Clasification (NIC) 4 th. Ed. Mosbi. USA

Nursing Ourcome Clasification (NOC) 4 th. Ed. Mosbi. USA

Priguna Sidharta. 1996. Neuromuskuloskeletal dalam Praktek, Jakarta : Dian

Rakyat.Smeltzer, Suzane C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth edisi 8 Vol 3, Jakarta : EGC.Tucker, Susan Martin. 1998. Standar Perawatan Pasien edisi 5, Jakarta : EGC.SGD KELOMPOK VII SISTEM MUSKULOSKELETALHERNIA NUCLEUS PULPOSUS (HNP)HOLYS DONNA CHRIS SHIHITA TJIPTANIM : 1102053

PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BETHESDA YAKKUM YOGYAKARTA

2014