Hipospadia

51
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Hipospadia merupakan kelainan abnormal dari perkembangan uretra anterior dimana muara dari uretra terletak ektopik pada bagian ventral dari penis proksimal hingga glands penis. Muara dari uretra dapat pula terletak pada skrotum atau perineum. Semakin ke proksimal defek uretra maka penis akan semakin mengalami pemendekan dan membentuk kurvatur yang disebut “chordee”. Hipospadia merupakan kelainan bawaan yang terjadi pada 3 diantara 1.000 bayi baru lahir. Beratnya hipospadia bervariasi, kebanyakan lubang uretra terletak di dekat ujung penis, yaitu pada glans penis. Prevelansi hipospadia secara umum sangat bervariasi dari 0,37 sampai 41/10.000 bayi. Kejadian hipospadia telah di laporkan di beberapa Negara seperti Inggris, Wales, Swedia, Norwegia, Denmark, Finlandia, Spanyol, New Zealand, Australia, dan Cekoslovakia. Penelitian di Amerika melaporkan kejadian yang lebih tinggi pada kulit putih dari pada kulit hitam. Sedangkan di Page | 1

description

kesehatan

Transcript of Hipospadia

Page 1: Hipospadia

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Hipospadia merupakan kelainan abnormal dari perkembangan

uretra anterior dimana muara dari uretra terletak ektopik pada bagian

ventral dari penis proksimal hingga glands penis. Muara dari uretra dapat

pula terletak pada skrotum atau perineum. Semakin ke proksimal defek

uretra maka penis akan semakin mengalami pemendekan dan membentuk

kurvatur yang disebut “chordee”.

Hipospadia merupakan kelainan bawaan yang terjadi pada 3

diantara 1.000 bayi baru lahir. Beratnya hipospadia bervariasi, kebanyakan

lubang uretra terletak di dekat ujung penis, yaitu pada glans penis.

Prevelansi hipospadia secara umum sangat bervariasi dari 0,37

sampai 41/10.000 bayi. Kejadian hipospadia telah di laporkan di beberapa

Negara seperti Inggris, Wales, Swedia, Norwegia, Denmark, Finlandia,

Spanyol, New Zealand, Australia, dan Cekoslovakia. Penelitian di

Amerika melaporkan kejadian yang lebih tinggi pada kulit putih dari pada

kulit hitam. Sedangkan di Finlandia kejadiannya lebih rendah yaitu

5/10.000 dibandingkan dengan negara Skandinavia lainnya yaitu

14/10.000 bayi. (Vos JG, Dybing E, Greim HA, 1999) .

Banyak penulis melaporkan angka kejadian hipospadia yang

bervariasi berkisar antara 1 : 350 per kelahiran laki-laki. Bila ini kita

asumsikan ke negara Indonesia karena Indonesia belum mempunyai data

pasti berapa jumlah penderita hipospadia dan berapa angka kejadian

hipospadia. Maka berdasarkan data dari Biro Pusat Statistik tahun 2000

menurut kelompok umur dan jenis kelamin usia 0 – 4 tahun yaitu

10.295.701 anak yang menderita hipospadia sekitar 29 ribu anak yang

memerlukan penanganan repair hipospadia.

Page | 1

Page 2: Hipospadia

B. Rumusan Masalah

Bagaimana Asuhan keperawatan pada pasien Hipospadia ?

C. TUJUAN

Mengetahui definisi Hipospadia

Mengetahui etiologi Hipospadia

Mengetahui patofisiologi Hipospadia

Mengetahui manifestasi klinis Hipospadia

Mengetahui penatalaksanaan Hipospadia

Mengetahui komplikasi Hipospadia

Mengetahui asuhan keperawatan pasien dengan Hipospadia

Page | 2

Page 3: Hipospadia

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan dimana meatus uretra

eksternus terletak dipermukaan ventral penis dan lebih ke proksimal dari

tempatnya yang normal pada ujung gland penis. (Duccket, 1986, Mc

Aninch, 1992)

Hipospadia adalah suatu keadaan dimana terjadi hambatan

penutupan uretra penis pada kehamilan miggu ke 10 sampai ke 14 yang

mengakibatkan orifisium uretra tertinggal disuatu tempat dibagian ventral

penis antara skrotum dan glans penis. (A.H Markum, 1991 : 257).

Hipospadia adalah keadaan dimana uretra bermuara pada suatu

tempat lain pada bagian belakang batang penis atau bahkan pada perineum

( daerah antara kemaluan dan anus ). (Davis Hull, 1994 ).

Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan congenital dimana

meatus uretra externa terletak di permukaan ventral penis dan lebih ke

proksimal dari tempatnya yang normal (ujung glans penis). (Arif

Mansjoer, 2000 : 374).

B. Etiologi

Penyebabnya sebenarnya sangat multifaktor dan sampai sekarang

belum diketahui penyebab pasti dari hipospadia. Namun, ada beberapa

factor yang oleh para ahli dianggap paling berpengaruh antara lain :

1. Gangguan dan ketidakseimbangan hormone

Hormone yang dimaksud di sini adalah hormone androgen

yang mengatur organogenesis kelamin (pria). Atau bias juga

karena reseptor hormone androgennya sendiri di dalam tubuh yang

kurang atau tidak ada. Sehingga walaupun hormone androgen

sendiri telah terbentuk cukup akan tetapi apabila reseptornya tidak

Page | 3

Page 4: Hipospadia

ada tetap saja tidak akan memberikan suatu efek yang semestinya.

Atau enzim yang berperan dalam sintesis hormone androgen tidak

mencukupi pun akan berdampak sama.

2. Genetika

Terjadi karena gagalnya sintesis androgen. Hal ini biasanya

terjadi karena mutasi pada gen yang mengode sintesis androgen

tersebut sehingga ekspresi dari gen tersebut tidak terjadi.

3. Lingkungan

Biasanya faktor lingkungan yang menjadi penyebab adalah

polutan dan zat yang bersifat teratogenik yang dapat

mengakibatkan mutasi. Johnson, Marion dkk. (2000).

C. Patofisiologi

Penyebab dari Hypospadia belum diketahui secara jelas dan dapat

dihubungkan dengan faktor genetik dan pengaruh Hormonal.

Pada embrio berumur 2 minggu, baru terdapat dua lapisan

ektoderm dan entoderm. Baru kemudian terbentuk lekukan di tengah-

tengah yaitu mesoderm yang kemudian bermigrasi ke perifer, yang

memisahkan ektoderm dan entoderm. Di bagian kaudal ektoderm dan

entoderm tetap bersatu membentuk membrana kloaka. Pada permulaan

minggu ke 6, terbentuk tonjolan antara umbilical corddan tail yang disebut

genital tuberkel. Dibawahnya pada garis tengah terbentuk lekukan dimana

bagian lateralnya ada dua lipatan memanjang yang disebut genital fold.

Selama minggu ke 7, genital tuberkel akan memanjang dan membentuk

glans. Ini adalah bentuk primordial dari penis bila embrio adalah laki-laki.

Bila wanita akan menjadi klitoris. (Anonim. Hipospadia. 2011)

Bila agenesis dari mesoderm, maka genital tuberkel tak terbentuk,

sehingga penis juga tidak terbentuk. Bagian anterior dari membran kloaka,

yaitu membrana urogenitalia akan ruptur dan membentuk sinus. Sementara

itu, sepasang lipatan yang disebut genital fold akan membentuk sisi dari

sinus urogenitalia. Bila genital fold gagal bersatu diatas sinus urogenitalia

maka akan timbul hipospadia. Selama periode ini juga, akan terbentuk

Page | 4

Page 5: Hipospadia

genital swelling di bagian lateral kanan dan kiri. Hipospadia yang terberat

yaitu jenis penoskrotal skrotal dan perineal, terjadi karena kegagalan fold

dan genital swelling untuk bersatu di tengah – tengah. (Anonim.

Hipospadia. 2011)

Hypospadia terjadi karena tidak lengkapnya perkembangan uretra

dalam utero. Terjadi karena adanya hambatan penutupan uretra penis pada

kehamilan minggu ke 10 sampai minggu ke 14. Gangguan ini terjadi

apabila uretra jatuh menyatu ke midline dan meatus terbuka pada

permukaan ventral dari penis. Propusium bagian ventral kecil dan tampak

seperti kap atau menutup.

Bayi yang menderita hipospadia sebaiknya tidak disunat. Kulit

depan penis dibiarkan untuk digunakan pada pembedahan nanti.

Rangkaian pembedahan biasanya telah selesai dilakukan sebelum anak

mulai sekolah. Pada saat ini, perbaikan hipospadia dianjurkan dilakukan

sebelum anak berumur 18 bulan. Jika tidak diobati, mungkin akan terjadi

kesulitan dalam pelatihan buang air pada anak dan pada saat dewasa nanti,

mungkin akan terjadi gangguan dalam melakukan hubungan seks.(Price,

Sylvia Anderson. (1995).

Fusi dari garis tengah dari lipatan uretra tidak lengkap terjadi

sehingga meatus uretra terbuka pada sisi ventral dari penis. Ada berbagai

derajat kelainan letak meatus ini, dari yang ringan yaitu sedikit pergeseran

pada glans, kemudian disepanjang batang penis, hingga akhirnya di

perineum. Prepusium tidak ada pada sisi ventral dan menyerupai topi yang

menutup sisi dorsal dari glans. Pita jaringan fibrosa yang dikenal sebagai

chordee, pada sisi ventral menyebabkan kurvatura (lengkungan) ventral

dari penis. (Price,Sylvia Anderson. (2001). Patofisiologi : Konsep Klinis

Proses Penyalur, Edisi 6. Jakarta : EGC)

Page | 5

Page 6: Hipospadia

D. Klasifikasi Hipospadia

Tipe hipospadia berdasarkan letak orifisium uretra eksternum/ meatus :

1. Tipe sederhana/ Tipe anterior

Hipospadia Glandular

Terletak di anterior yang terdiri dari tipe glandular dan coronal.

Pada tipe ini, meatus terletak pada pangkal glands penis. Secara klinis,

kelainan ini bersifat asimtomatik dan tidak memerlukan suatu tindakan.

Bila meatus agak sempit dapat dilakukan dilatasi atau meatotomi

2. Tipe penil/ Tipe Middle

Hipospadia Pene-escrotal

Middle yang terdiri dari distal penile, proksimal penile, dan

peneescrotal. Pada tipe ini, meatus terletak antara glands penis dan

skrotum. Biasanya disertai dengan kelainan penyerta, yaitu tidak adanya

kulit prepusium bagian ventral, sehingga penis terlihat melengkung ke

bawah atau glands penis menjadi pipih. Pada kelainan tipe ini, diperlukan

intervensi tindakan bedah secara bertahap, mengingat kulit di bagian

ventral prepusium tidak ada maka sebaiknya pada bayi tidak dilakukan

sirkumsisi karena sisa kulit yang ada dapat berguna untuk tindakan bedah

selanjutnya.

Page | 6

Page 7: Hipospadia

3. Tipe Posterior

Hipospadia Perineal

Posterior yang terdiri dari tipe scrotal dan perineal. Pada tipe ini,

umumnya pertumbuhan penis akan terganggu, kadang disertai dengan

skrotum bifida, meatus uretra terbuka lebar dan umumnya testis tidak

turun. Purnomo, B Basuki. (2000).

E. Manifestasi Klinik

Gejala dan tanda yang biasanya di timbulkan antara lain :

a. Lubang penis tidak terdapat di ujung penis, tetapi berada di bawah

penis

b. Penis melengkung ke bawah

c. Penis tampak seperti kerudung karena kelaianan pada kulit di

depan penis.

d. Ketidakmampuan berkemih secara adekuat dengan posisi berdiri

e. Glans penis bentuknya lebih datar dan ada lekukan yang dangkal di

bagian bawah penis yang menyerupai meatus uretra eksternus.

f. Preputium tidak ada dibagian bawah penis, menumpuk di bagian

punggung penis

g. Adanya chordee, yaitu jaringan fibrosa yang mengelilingi meatus

dan membentang hingga ke glans penis, teraba lebih keras dari

jaringan sekitar

h. Kulit penis bagian bawah sangat tipis

i. Tunika dartos, fasia buch dan korpus spongiosum tidak ada

j. Dapat timbul tanpa chordee, bila letak meatus pada dasar dari glans

penis

Page | 7

Page 8: Hipospadia

k. Chordee dapat timbul tanpa hipospadia sehingga penis menjadi

bengkok

l. Sering disertai undescended testis (testis tidak turun ke kantung

skrotum)

m. Kadang disertai kelainan congenital pada ginjal

n. Ketidaknyamanan anak saat BAK karena adanya tahanan pada

ujung uretra eksterna. (Santosa, Budi. (2005-2006)).

F. Penatalaksanaan

Untuk penatalaksanaan hipospadia pada bayi dan anak biasanya

dilakukan dengan prosedur pembedahan. Tujuaan utama pembedahan ini

adalah untuk merekontruksi penis menjadi lurus dengan meatus uretra

ditempat yang normal atau dekat normal sehingga pancaran kencing

arahnya kedepan. Keberhasilan pembedahan atau operasi dipengaruhi oleh

tipe hipospadia dan besar penis. Semakin kecil penis dan semakin ke

proksimal tipe hipospadia semakin sukar tehnik dan keberhasilan

operasinya. (Arif Mansjoer, 2000 : 374).

Langkah – Langkah Pada Operasi Hipospadia

1. Koreksi meatus

2. Koreksi chordee bila ada

3. Rekonstruksi uretra

4. Pengalihan kulit dorsal penis yang berlebihan ke ventral

5. Koreksi malformasi – malformasi yg berhubungan Teknik operasi

Teknik Operasi Secara Garis Besar

1. Perbaikan multi tahap

Perbaikan dua tahap

Tahap I : Chordectomy, Chordectomy dgn memotong uretra plat

distal, meluruskan penis sehingga meatus tertarik lebih proksimal

Page | 8

Page 9: Hipospadia

Tahap II: Urethroplasty, Penutupan kulit bagian, ventral dilakukan

dengan memindahkan prepusium dorsal dan kulit penis

mengelilingi bagian ventral dalam tahap uretroplasti (Browne

1953, Byars 1955, dan Smith 1981)

2. Perbaikan Satu Tahap

Akhir tahun 1950, pelepasan korde kendala utama, tetapi dapat

dihilangkan sejak ditemukan teknik ereksi buatan). (Broadbent

(1961), McCormack (1954), Devine & Horton (1961), Teknik Y-

V)

Modifikasi Mathieu, Teknik Lateral Based (LB)Flap

a. Teknik Y-V Modifikasi Mathieu

Page | 9

Page 10: Hipospadia

b. Teknik Lateral Based (LB) Flap

Perawatan Pasca Operasi

Suatu tekanan ringan dan elastis dari perban dipakai untuk

memberikan kompres post operatif bagi reparasi hipospadia, untuk

mengatasi oedema dan untuk mencegah  pendarahan setelah operasi.

Dressing harus segera dihentikan bila terlihat keadaan sudah membiru

Page | 10

Page 11: Hipospadia

disekitar daerah tersebut, dan bila terjadi hematoma harus segera

diatasi. Setiap kelebihan tekanan yang terjadi karena hematoma akan

bisa menyebabkan nekrosis. Oleh karena  efek tekanan pada

penyembuhan, maka pemakaian kateter yang dipergunakan harus

kecil, dan juga steril, dan terbuat dari plastik dan dipergunakan kateter

dari kateter yang lunak. Dalam keadaan dimana terjadi luka yang

memburuk sebagai akibat edema pada luka, ereksi atau hematoma,

maka sebaiknya dikompres dengan mempergunakan bantalan saline

steril yang hangat. Diversi urine terus dilanjutkan  sampai daerah yang

luka itu sembuh. Bila jaringan tersebut telah sembuh, maka

masalahnya bisa direparasi dalam operasi yang kedua  6 – 12 bulan

yang akan datang.

G. Komplikasi

Komplikasi pasca bedah dapat terjadi pada masa dini atau lanjut.

Komplikasi dini adalah edema local dan perdarahan. Perdarahan pasca

operasi dini dapat diatasi dengan kompresi hingga perdarahan akan

berhenti dengan sendirinya.

Infeksi pada era modern ini jarang terjadi karena penggunaan

antibiotic profilaksis yang diberikaan pre operatif dan di lanjutkan

pasca operasi sampai stent atau kateter dilepas.

Komplikasi lanjut adalah fistula uretrokutan, komplikasi ini cukup

sering terjadi. Secara umum fistula terjadi kurang dari 10% namun

resiko fistula pada hipospadia yang berat kurang lebih 40% (Gatti,

2006). Fistula jarang sekali menutup secara spontan dan terapi yang

tepat adalah dilakukan flap local kulit. Fistula ini dapat terjadi

berulang pada 10% penderita, untuk mencegah terjadinya fistula.

Dianjurkan untuk melakukan teknik pembedahan yang baik, pemilihan

benang serta penutupan kulit yang baik. Bila fistulanya kecil dapat

dilakukan eksisi dan di jahit. Bila besar dapat dilakukaan onlay flap.

Stenosis muara uretra, biasanya terjadi karena tidak adekuatnya suplai

Page | 11

Page 12: Hipospadia

darah pada daerah distal uretra, hal ini lebih mudah dicegah dari pada

melakukan terapi sesudah terjadi.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Rontgen

2. USG sistem kemih kelamin.

3. Pemeriksaan BNO-IVP

Karena biasanya pada hipospadia juga disertai dengan kelainan

kongenital ginjal. Suriadi SKp, dkk. (2001).

Page | 12

Page 13: Hipospadia

Page | 13

ETIOLOGI Gangguan dan ketidakseimbangan hormone (Hormon androgen) Genetika (Terjadi karena gagalnya sintesis androgen) Lingkungan (Biasanya faktor lingkungan yang menjadi penyebab adalah

polutan dan zat yang bersifat teratogenik yang dapat mengakibatkan mutasi)

Gangguan & ketidak- seimbangan hormon

Hormone androgen tdk seimbang

Genetik

Mutasi Gen

Gagalnya sintesis androgan

Lingkungan

Genital fold gagal bersatu di atas sinus urogenital

Hipospadia

Polutan dan zat teratogenik

Gangguan virilisasi duktus mesonefros oleh kompleks testosterone-reseptor

Gangguan pembentukan tuberkel genital

Gangguan pembentukan lekukan di bawahnya, bagian lateral seharusnya menjadi genital fold

Pre Op Post Op

Page 14: Hipospadia

Page | 14

Terjadi kelainan pada lubang uretra

Lubang pipis tdk berada di ujung penis (berada di bawah gland penis)

Ketidakmampuan berkemih dengan cara adekuat/ BAK jongkok

Malu

MK. Harga diri rendah

Kurang pengetahuan penyakitt yg di derita

Cemas

MK. Ansietas

Luka bekas operasi

Port de entry

MK. Resiko infeksi

Luka bekas operasi

Terputusnya kontinuitas jaringan di area genitalia

Stenosis (obstruksi aliran darah) uretra

MK. Gangguan citra tubuh

Cortex cerebri

Pengeluaran zat neurosistem oleh hipotalamus

MK. Nyeri

Merangsang spinothalamus

Page 15: Hipospadia

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. DENGAN HIPOSPADIA

DI RUANG KEMUNING BEDAH ANAK LT. 2

RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG

1. PENGKAJIAN ANAK

1) Identitas Klien

Nama : An. R

Tanggal lahir : 23 November 2006

Umur : 7 Tahun

Agama : Islam

Kultur : Jawa-Sunda

Anak ke : 1 (pertama) dari 2 bersaudara

Jenis kelamin : Laki-laki

Diagnosa medis : Fistula Urethracutan Midshaft post Chordectomy-

Urethoplasty ai Hipospadia tipe penoskrotal +

chorda

Tgl. Masuk RS : 13 November 2014

Tgl. Dikaji : 14 November 2014

No. Medrek : 0001124564

2) Identitas Orang tua

AYAH

Nama : Tn.L

Umur : 33 tahun

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Buruh Pabrik

Suku bangsa : Sunda/Indonesia

Alamat : Pasir Biru Cibiru

Bandung

Page | 15

Page 16: Hipospadia

1. Keluhan utama/alasan masuk RS:

Klien mengatakan saat BAK rembes hingga ke bokong

2. Riwayat penyakit sekarang:

Saat ini An.R mengatakan nyeri dibagian operasi. skala nyeri 6,

dengan intensitas waktu yang hilang timbul.

3. Riwayat kehamilan dan kelahiran

a) Postnatal:

Klien diberikan ASI selama ± 4 bulan tanpa makanan pendamping

ASI, dan dilanjutkan sampai usia 2 tahun dengan makanan

pendamping. Klien sudah mendapatkan imunisasi lengkap.

4. Riwayat penyakit dahulu :

Klien telah menjalani operasi rekonstruksi pertamanya pada tahun

2012. Setelah itu klien menjalani terapi penyuntikan hormon untuk

memperpanjang penis sebanyak 4x, dan saat ini ukuran penis bertambah

1cm.

5. Riwayat penyakit keluarga

Ibu klien mengatakan dikeluarganya banyak yang tidak memiliki

anak, namun tidak tahu alasan mandul apakah dari hipospadia ataupun

gejala yang serupa.

6. Genogram

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Tinggal satu rumah

: klien laki-laki

; klien perempuan

Page | 16

Page 17: Hipospadia

7. Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : Compos mentis, kulit bersih dan lembab, turgor

kembali kurang dari 3 detik.

Tanda Vital

- TD : -

- Nadi : 84x/mnt

- Suhu badan : 36,30C

- RR : 30X/mnt

a. Pernafasan B1 (Breath)

Bentuk Dada Normal, pernafasan normal, tidak ada pernapasan cuping

hidung, sekret (-), kebersihan cukup, patensi hidung baik.

b. Kardiovaskuler B2 (Blood)

Irama Jantung Reguler tidak ada nyeri, tidak terdapat retraksi

interkostalis. Suara paru vesikuler, ronkhi (-), wheezing (-). Suara

jantung S1 dan S2 murni irama regular lup dup, tidak ada suara

tambahan, tidak ada sianosis.

c. Persyarafan B3 ( Brain ) Penginderaan

Bentuk kepala dan wajah simetris, rambut tebal, kebersihan cukup,

tidak ada lesi dan konjungtiva tidak anemis. Bentuk telinga normal,

simetris, kebersihan cukup, pendengaran baik. Bentuk mata simetris,

sklera ikterik (-), konjungtiva anemis (-), pergerakan bola mata sesuai,

pupil bulat isokor, edema orbita (-). Bentuk hidung normal, simetris,

pernafasan normal, tidak ada pernapasan cuping hidung, sekret (-),

kebersihan cukup, patensi hidung baik.

d. Perkemihan B4 (Bladder)

Daerah genitalia cukup bersih, testis teraba dua berada dalam skrotum

dan pada puncak ujung penis terdapat lubang kencing setelah

dilakukan operasi yang pertama, BAK (+) nyeri (+), perdarahan (-).

Page | 17

Page 18: Hipospadia

e. Pencernaan B5 (Bowel)

Makan 3 kali sehari. Lebih menyukai lauk daging, saat dikaji tidak ada

keluhan mual dan muntah. Klien minum air putih ± 1800 cc per hari,

kadang juga susu. Mukosa bibir lembab, bibir, gusi, langit-langit utuh

dan tidak ada bagian yang terbelah. Bentuk abdomen datar, kontur

lembut, tidak ada distensi. Hepar tidak teraba, limpa/lien tidak teraba,

BU (+) 10 x/menit. Klien BAB sehari 1 kali. Konsistensi padat

berwarna kuning kecoklatan, kadang berbentuk bulat-bulat. Saat ini

klien terpasang kateter. Ekstremitas simetris, pergerakan normal dan

kuat 5/5 baik atas maupun bawah, akral teraba teraba hangat, CTR < 2

detik. Tidak ada edema pada ektremitas bawah dan atas, kebersihan

cukup, jumlah jari-jari tangan dan kaki normal, tidak ada nyeri, reflex

patella +/+, tidak terpasang infus.

f. Muskuloskeletal/ Integumen B6 (Bone)

Kemampuan pergerakan sendi klien bebas tidak ada masalah.

8. Pemeriksaan Perkembangan

a. Pertumbuhan:

BBL = 3200 gr, BB saat dikaji adalah 20 kg

PBL = 50 cm, TB saat dikaji adalah 122 cm

b. Perkembangan:

Klien saat ini sudah memasuki sekolah dasar kelas 1 SD. Klien saat

ini sedang memasuki usia belajar. Klien adalah salah satu siswa yang

berprestasi karena mendapatkan ranking 1, senang dalam membaca

dan belajar. Dari segi perkembangan motorik kasar maupun motorik

halus klien sudah banyak hal yang dapat dilakukan seperti lari di

dalam lorong RS, meloncat, dapat berpakaian lengkap. Dilihat dari

segi mental, klien sudah dapat menghitung mundur, mengetahui nama

hari dan bulan, lebih suka membaca, sering menanyakan jam, dan suka

menggambar mobil. Dari segi bahasa klien sudah mampu

Page | 18

Page 19: Hipospadia

berkomunikasi dengan siapapun dan sudah memiliki banyak kosakata.

Hubungan klien dengan keluarga maupun lingkungan sekitarnya

terlihat baik. Klien cukup mandiri dan dapat membangun pertemanan

baru di lingkungan rumah sakit (di ruangan khususnya). Klien sudah

menunjukkan minat yang disukainya. Ibu klien mengatakan An.R suka

membantu mengerjakan tugas rumah seperti menyapu, An.R juga

selalu menyiapkan kebutuhan sekolahnya sendiri, dan suka pelajaran

olah raga. Ibu klien mengatakan An.R lebih suka bermain dirumah

dengan adiknya, namun saat di RS, klien merupakan anak yang suka

meminjamkan mainannya, sopan, dan mandiri. Berdasarkan hasil

uraian diatas, An.R usia 7 tahun mengalami pertumbuhan dan

perkembangan yang sesuai dengan usianya.

12. Hasil Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Laboratorium (11 November 2014)

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Albumin 3,92 3,97 – 4,94

SGOT/AST 34 <= 40

SGPT 29 <=41

BUN 6,60 6,00-20,00

CREATININ 0,30 0,70 – 1,20

Glukosa sewaktu 104 80 -140

Natrium 136 136-145

Kalium 4,30 3,50-5,10

Klorida 102 98-107

PPT 13,7 12,3-15,3

INR 0,99 0,90-1,10

Kontrol PPT 14,2 -

APPT 63,7 27.7-37

Kontrol APTT 32,5

HbsAg NON REAKTIF

Eritrosit 5,82 4,10-5,30

Page | 19

Page 20: Hipospadia

Hemoglobin 11,5 11,3-14,1

Hematokrit 35,6 33,0-41,0

MCH 19,8 27-32

MCV 61,2 80-99

MCHC 32,3 32-36

RDW-SD 33,7 35-45

RDW-CV 16,2 11,5-14,5

NRBC# 0,00,00 -

LEUKOSIT 8,75 6,00

9. Terapi

Ceftriaxon 2x 500mg

Ranitidine 2x 1/2amp

Tramadol 2x1/2 amp drip

2. ANALISA DATA

Data Etiologi Masalah

DS :

- Klien mengatakan nyeri

dirasakan menusuk seperti ada

luka

- Klien mengatakan nyerinya

timbul pada saat sedang BAK

DO :

- Klien tampak meringis

kesakitan saat BAK

P : luka bekas insisi

Q : cenut-cenut

R : di area genetalia

S : Skala nyeri 6

T : Hilang timbul

Hipospadia

Post operasi uretroplasti

Terputusnya kontinuitas jaringan

di area genitalia

Stenosis (obstruksi aliran darah)

uretra

Pengeluaran zat neurosistem oleh

hipotalamus

Merangsang spinothalamus

Nyeri

Page | 20

Page 21: Hipospadia

Data Etiologi Masalah

Cortex cerebri

Nyeri saat berkemih

DS :

-

DO :

- Adanya kemerahan pada skrotum

- Suhu : 37,5 C

- Nadi : 80 x/menit

Luka bekas operasi

Port de entry

Resiko Infeksi

Resiko Infeksi

DS : klien mengatakan malu saat berkemih dengan posisi jongkok

DO : klien tampak lebih pendiam dan menyendiri

Terjadi kelainan pada lubang uretra

Lubang pipis tdk berada di ujung penis (berada di bawah gland penis)

Ketidakmampuan berkemih dengan cara adekuat/ BAK jongkok

Malu

Harga diri

rendah

3. PRIORITAS MASALAH

1. Nyeri berhubungan dengan bekas luka insisi uretra

2. Harga diri rendah berhubungan dengan kelainan pada lubang uretra

3. Resiko infeksi berhubungan dengan luka bekas operasi

Page | 21

Page 22: Hipospadia

4. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri berhubungan dengan bekas luka insisi uretra2. Harga diri rendah berhubungan dengan kelainan pada lubang uretra3. Resiko infeksi berhubungan dengan luka bekas operasi

Page | 22

Page 23: Hipospadia

5. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA

KEPERAWATAN

TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

1. Nyeri berhubungan

dengan bekas luka

insisi uretra

Tujuan :

Nyeri hilang atau berkurang

Kriteria Hasil :

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 2x24 jam,

klien mengatakan nyeri hilang,

berkurang, atau terkontrol

Kriteria hasil :

1. Menggunakan skala nyeri

untuk mengidentifikasi

tingkat nyeri : skala nyeri

turun

2. Memeriksa TTV dengan hasil

dalam batas normal

3. Klien mengatakan bahwa

nyeri berkurang/hilang/dapat

Manajemen nyeri

Intervensi :

1. Kaji komprehensif tentang

karakteristik nyeri : lokasi,

kualitas, frekuensi

2. Berikan kesempatan klien

untuk mengungkapkan

nyeri

3. Observasi isyarat-isyarat

nonverbal dari

ketidaknyamanan

4. Berikan informasi tentang

nyeri

5. Ajarkan teknik distraksi

dan teknik relaksasi (tarik

napas dalam, tahan

1. Mengetahui keadaan nyeri

serta untuk mengevaluasi

keefektifan intervensi

2. Mengkaji mekanisme koping

dalam menghadapi nyeri

3. Mengetahui ketidaknyamanan

pasien

4. Meningkatkan pengetahuan

tentang nyeri bagi klien

5. Meningkatkan kontrol diri dan

menurunkan ketidaknyamanan

afterpain dengan mengalihkan

Page | 23

Page 24: Hipospadia

NO DIAGNOSA

KEPERAWATAN

TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

dikontrol dengan

menggunakan managemen

nyeri

4. Klien mengatakan kebutuhan

tidur dan istirahat cukup

5. Klien dapat BAK tanpa rasa

sakit

6. Klien tampak tenang

kemudian tiupkan lewat

mulut secara perlahan)

6. Atur posisi klien senyaman

mungkin sesuai kebutuhan

klien.

7. Berikan lingkungan yang

nyaman dan tenang

8. Ajak klien untuk

melakukan aktivitas

bermain atau berbincang

9. Kolaborasi pemberian

analgetik dengan dokter bila

tindakan tidak berhasil

perhatian atau merelaksasi

otot-otot

6. Membantu mengurangi nyeri

7. Mengurangi stimulus dengan

menurunkan ketegangan dapat

menurunkan persepsi nyeri

8. Bermain yang dilakukan klien

dapat sebagai teknik distraksi

untuk mengalihkan nyeri yang

dirasakan klien

9. Pemberian analgetik dapat

mengurangi atau

menghilangkan stimulus nyeri.

Mengantisipasi bila tindakan

non farmako tidak berhasil

Page | 24

Page 25: Hipospadia

NO DIAGNOSA

KEPERAWATAN

TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

2 Harga diri rendah berhubungan dengan kelainan pada lubang uretra

Tujuan :

Melatih Perilaku yang dapat meningkatkan rasa percaya diri

Kriteria Hasil :

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan dalam 1x24 jam,

klien dapat melakukan tindakan

yang dapat meningkatkan

kepercayaan diri.

1. Pantau pernyataan klien

tentang harga diri

2. Ajarkan keterampilan

untuk bersikap positif

melalui bermain peran,

model peran, diskusi

3. Hindari tindakan yang

dapat mengusik pasien

4. Arahkan orang tua tentang

pentingnya minat dan

dukungan mereka dalam

perkembangan konsep diri

positif klien

5. Bantu pasien

mengidentifikasi respon

positif dari orang lain

1. Meminimalkan penyebaran dan

penularan agens infeksius

Memantau pernyataan klien

tentang harga diri untuk

membantu meningkatkan harga

diri klien

2. Mmbantu klien meningkatkan

penilaian penghargaan

terhadap diri klien

3. Menciptakan keamanan,

kestabilan, pemulihan, dan

pemeliharaan klien yang

mengalami disfungsi alam

perasaan baik depresi maupun

peningkatan alam perasaan

4. Memfasilitasi perkembangan

penampilan positif pada situasi

Page | 25

Page 26: Hipospadia

NO DIAGNOSA

KEPERAWATAN

TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

tertentu

5. Membantu individu

mengklarifikasi nilai mereka

untuk memfasilitasi pembuatan

keputusan yang efektif.

3 Resiko infeksi berhubungan dengan luka bekas operasi

Tujuan : - Terbebas dari tanda dan gejala infeksi

Kriteria hasil:-Setelah dilaukan asuhan keperawatan dalam waktu 1x24 jam dengan kriteria hasil

Suhu :360 ctanda –tanda infeksi : rubor (-) , tumor (-) , color (-) , dolor (-)

1. Kaji tanda-tanda infeksi setiap 8 jam sekali

2. Observasi TTV3. Lakukan perawatan luka

dengan teknik aseptic4. Jelaskan pada pasien

dan keluarga tentang factor yang dapat menyebabkan infeksi

5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotic

6. Batasi jumlah pengunjung jika perlu

1. Untuk memantau gejala infeksi yang mungkin terjadi pada pasien seperti tanda leukosit yang meningkat, adanya rubor, tumor, color, dan dolor.

2. Observasi TTV klien untuk mengetaui TTV pasien dalam rentang normal dan mengetaui adanya peningkatan suku pasien yang menandakan adanya infeksi.

3. Mencegah terjadinya komplikasi pada luka dan

Page | 26

Page 27: Hipospadia

NO DIAGNOSA

KEPERAWATAN

TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

memfasilitasi proses penyembuhan luka

4. Meminimalkan terjadinya infeksi

5. Mencegah terjadinya infeksi pada pasien yang beresiko

6. Meminimalkan penyebaran dan penularan agens infeksius

1.

Page | 27

Page 28: Hipospadia

E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

TGL DX IMPLEMENTASI EVALUASI

14 November

2014

1. Nyeri berhubungan dengan bekas luka insisi uretra

- mengkaji komprehensif tentang karakteristik

nyeri : lokasi, kualitas, frekuensi

- memberikan kesempatan klien untuk

mengungkapkan nyeri

- Observasi isyarat-isyarat nonverbal dari

ketidaknyamanan

- memberikan informasi tentang nyeri

- mengajarkan teknik distraksi dan teknik

relaksasi (tarik napas dalam, tahan kemudian

tiupkan lewat mulut secara perlahan)

- mengatur posisi klien senyaman mungkin

sesuai kebutuhan klien.

- memberikan lingkungan yang nyaman dan

tenang

- mengajak klien untuk melakukan aktivitas

bermain atau berbincang

- Kolaborasi pemberian analgetik

S: klien mengatakan nyeri di area genitalia, nyeri,

perih, dan nyeri hanya di area genitalia saja, nyeri

berada pada skala 6,

O: klien tampak meringis, hampir menangis.

- KU : composmentis

- TD: 110/80mmHg

- HR: 84x/menit

- RR: 30x/menit :

- S: 36,3°C

P : luka bekas insisi uretra

Q : cenut-cenut

R : di area genetalia

S : Skala nyeri 6 dari 10

T : Hilang timbul (nyeri terjadi saat klien miksi)

A: nyeri teratasi sebagian

P: lanjutkan intervensi

Ranitidine 2x 1/2amp

Tramadol 2x1/2 amp drip

Page | 28

Page 29: Hipospadia

TGL DX IMPLEMENTASI EVALUASI

15 November

2014

- mengkaji komprehensif tentang karakteristik

nyeri : lokasi, kualitas, frekuensi

- memberikan kesempatan klien untuk

mengungkapkan nyeri

- Observasi isyarat-isyarat nonverbal dari

ketidaknyamanan

- memberikan informasi tentang nyeri

- mengajarkan teknik distraksi dan teknik

relaksasi (tarik napas dalam, tahan

kemudian tiupkan lewat mulut secara

perlahan)

- mengatur posisi klien senyaman mungkin

sesuai kebutuhan klien.

memberikan lingkungan yang nyaman dan

tenang

- mengajak klien untuk melakukan aktivitas

bermain atau berbincang

- Kolaborasi pemberian analgetik

Ranitidine 2x 1/2amp

Tramadol 2x1/2 amp drip

S: klien mengatakan bila nyeri akan tarik nafas dalam

O: klien tampak mempraktekan tarik nafas dalam,

- KU : composmentis

- HR: 84x/menit

- RR: 22x/menit

- S: 36,0°C

P : luka bekas insisi

Q : cenut-cenut

R : di area genetalia

S : Skala nyeri 4 dari 10

T : Hilang timbul (nyeri terjadi saat klien miksi)

A: nyeri teratasi sebagian

P: lanjutkan intervensi

Page | 29

Page 30: Hipospadia

TGL DX IMPLEMENTASI EVALUASI

16 November

2014

- mengkaji komprehensif tentang karakteristik

nyeri : lokasi, kualitas, frekuensi

- memberikan kesempatan klien untuk

mengungkapkan nyeri

- Observasi isyarat-isyarat nonverbal dari

ketidaknyamanan

- memberikan informasi tentang nyeri

- mengajarkan teknik distraksi dan teknik

relaksasi (tarik napas dalam, tahan

kemudian tiupkan lewat mulut secara

perlahan)

- mengatur posisi klien senyaman mungkin

sesuai kebutuhan klien.

memberikan lingkungan yang nyaman dan

tenang

- mengajak klien untuk melakukan aktivitas

bermain atau berbincang

- Kolaborasi pemberian analgetik

Ranitidine 2x 1/2amp

Tramadol 2x1/2 amp drip

S: klien mengatakan nyeri mulai berkurang

A: klien tampak ceria, sudah bisa berjalan ke kamar

mandi

- KU : composmentis

- HR: 86x/menit

- RR: 20x/mennit

- S: 36,0°C

P : luka bekas insisi

Q : cenut-cenut

R : di area genetalia

S : Skala nyeri 2 dari 10

T : Hilang timbul (nyeri terjadi saat klien miksi)

A: nyeri teratasi

P: lanjutkan intervensi

14 November 2. Harga diri - memantau pernyataan klien tentang harga S : Klien mengatakan malu saat petugas (perawat,

Page | 30

Page 31: Hipospadia

TGL DX IMPLEMENTASI EVALUASI

2014 rendah berhubungan dengan kelainan pada lubang uretra

diri

- mengajarkan keterampilan untuk bersikap

positif melalui bermain peran, model peran,

diskusi

- menghindari tindakan yang dapat mengusik

pasien

- mengarahkan orang tua tentang pentingnya

minat dan dukungan mereka dalam

perkembangan konsep diri positif klien

- membantu pasien mengidentifikasi respon

dokter) dan keluarga yang lain menghampirinya

O : klien tampak diam saat di tanya

A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan

15 November

2014

- memantau pernyataan klien tentang harga

diri

- mengajarkan keterampilan untuk bersikap

positif melalui bermain peran, model peran,

diskusi

- menghindari tindakan yang dapat mengusik

pasien

- mengarahkan orang tua tentang pentingnya

minat dan dukungan mereka dalam

perkembangan konsep diri positif klien

S : Klien mengatakan mulai merasa terbiasa dengan

adanya petugas (dokter, perawat) yang datang

menghampirinya dan klien mengatakan sedikit malu

saat tetangga dan temannya menjenguknya

O : klien mulai bisa menyatakan secara langsung

tentang apa yang dia rasakan kepada perawat dan

dokter

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan

Page | 31

Page 32: Hipospadia

TGL DX IMPLEMENTASI EVALUASI

- membantu pasien mengidentifikasi respon

16 November

2014

- memantau pernyataan klien tentang harga

diri

- mengajarkan keterampilan untuk bersikap

positif melalui bermain peran, model peran,

diskusi

- menghindari tindakan yang dapat mengusik

pasien

- mengarahkan orang tua tentang pentingnya

minat dan dukungan mereka dalam

perkembangan konsep diri positif klien

- membantu pasien mengidentifikasi respon

S : klien mengatakan tidak merasa malu saat bertemu

dengan teman-teman yang menjenguknya

O : klien tampak ceria

A : masalah teratasi

P : intervensi dilanjutkan

14 November

2014

3. Resiko infeksi berhubungan dengan luka bekas operasi

- mengaji tanda-tanda infeksi setiap 8 jam sekali

- Observasi TTV- meakukan perawatan luka dengan teknik

aseptic- menelaskan pada pasien dan keluarga tentang

factor yang dapat menyebabkan infeksi- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian

antibiotic

Ceftriaxon 2x 500mg

S : klien mengatakan tidak terasa gatal, panas, pada

area genetalianya, hanya ada rasa nyeri yang terasa

O : tidak ada tanda-tanda infeksi

Suhu :36,30 ctanda –tanda infeksi : rubor (-) , tumor (-) , color (-) , dolor (-)

A : masalah teratasi

P : Intervensi dilanjutkan

Page | 32

Page 33: Hipospadia

TGL DX IMPLEMENTASI EVALUASI

- mematasi jumlah pengunjung

15 November

2014

- mengaji tanda-tanda infeksi setiap 8 jam sekali

- Observasi TTV- meakukan perawatan luka dengan teknik

aseptic- menelaskan pada pasien dan keluarga tentang

factor yang dapat menyebabkan infeksi- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian

antibiotic

Ceftriaxon 2x 500mg

- mematasi jumlah pengunjung

S : klien mengatakan tidak terasa gatal, panas, pada

area genetalianya

O : tidak ada tanda-tanda infeksi

Suhu :360 ctanda –tanda infeksi : rubor (-) , tumor (-) , color (-) , dolor (-)

A : masalah teratasi

P : Intervensi dilanjutkan

16 November

2014

- mengaji tanda-tanda infeksi setiap 8 jam sekali

- Observasi TTV- meakukan perawatan luka dengan teknik

aseptic- menelaskan pada pasien dan keluarga tentang

factor yang dapat menyebabkan infeksi- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian

antibiotic

Ceftriaxon 2x 500mg

- mematasi jumlah pengunjung

S : klien mengatakan tidak terasa gatal, panas, pada

area genetalianya

O : tidak ada tanda-tanda infeksi

Suhu : 36,00 ctanda –tanda infeksi : rubor (-) , tumor (-) , color (-) , dolor (-)

A : masalah teratasi

P : Intervensi dilanjutkan

Page | 33

Page 34: Hipospadia

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hipospadia adalah suatu keadaan dimana lubang uretra terdapat di penis bagian bawah, bukan di ujung penis. Hipospadia

merupakan kelainan bawaan yang terjadi pada 3 diantara 1.000 bayi baru lahir. Beratnya hipospadia bervariasi, kebanyakan lubang uretra

terletak di dekat ujung penis, yaitu pada glans penis. Bentuk hipospadia yang lebih berat terjadi jika lubang uretra terdapat di tengah

batang penis atau pada pangkal penis, dan kadang pada skrotum (kantung zakar) atau di bawah skrotum. Kelainan ini seringkali

berhubungan dengan kordi, yaitu suatu jaringan fibrosa yang kencang, yang menyebabkan penis melengkung ke bawah pada saat ereksi.

B. Saran

Kepada klien agar lebih mengetahui tentang hipospadia baik pengertian maupun gejalanya, sehingga apabila dijumpai tanda

gejala tersebut maka klien memahami dan mengerti tindakan apa saja yang diberikan oleh tim kesehatan.

Kepada tenaga kesehatan terutama perawat agar dapat memberi penanganan segara bila menemui kasus hipospadia, sehingga

tidak terjadi komplikasi yang berlanjut.

Kepada pembaca agar memahami apa itu hipospadia dan pencegahan yang dapat dilakukan, sehingga pembaca dapat menerapkan

prinsip preventif sebelum kuratif.

Page | 34

Page 35: Hipospadia

DAFTAR PUSTAKA

Johnson, Marion dkk. (2000). Nursing outcomes classification (NOC). Mosby

Suriadi SKp, dkk. (2001). Asuhan keperawatan pada anak. Jakarta : Fajar Interpratama

Mansjoer, Arif, dkk. (2000).Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2, Jakarta : Media Aesculapius.

McCloskey, Joanne C. (1996). Nursing interventions classification (NIC). Mosby

Price, Sylvia Anderson. (1995). Pathofisiologi. Jakarta: EGC

Purnomo, B Basuki. (2000). Dasar – dasar urologi. Jakarta : Infomedika

Santosa, Budi. (2005-2006). NANDA. Prima Medika

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. (1985). Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta :EGC.

Page | 35

Page 36: Hipospadia

Tanggal Refisi Paraf Pembibing

27-03-2014 1. Tambahin latar belakang di indonesia

Page | 36

Page 37: Hipospadia

Page | 37