hipertiroid
-
Upload
asteroidea -
Category
Documents
-
view
14 -
download
0
description
Transcript of hipertiroid
BAB I
STATUS PASIEN
I. Identitas Pasien
a. Nama : Ny. P
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. Umur : 31 tahun
d. Pekerjaan : IRT
e. Pendidikan : SMA
f. Alamat : RT.12. Kel.Pakuan baru.
g. Tanggal periksa : 28 Maret 2015
II. Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga
a. Status Perkawinan : Menikah
b. Jumlah anak : 2 orang
c. Status ekonomi keluarga : cukup
d. Kondisi Rumah :
Pasien tinggal di sebuah rumah permanen yang yang agak pengap
karena ventilasi yang kurang. Mempunyai 2 kamar tidur dengan 1 jendela
kecil, 1 ruang tamu yang bergabung dengan ruang keluarga, dan
mempunyai 1 dapur yang bergabung dengan ruang makan. Kamar mandi
menggunakan wc jongkok dengan sumber air yang berasal dari sumur
galian.
e. Kondisi Lingkungan Keluarga :
Pasien tinggal bersama suami dan 2 orang anaknya.. Pasien hanya
seorang ibu rumah tangga, sedangkan suami pasien bekerja sebagai
pedagang. Biaya berobat ditanggung kartu jamsostek.
III. Aspek Psikologis di Keluarga :
Pasien dikenal sebagai seorang istri dan ibu yang pekerja keras. Tidak
ada masalah dalam psikologis di keluarga pasien.
1
IV. Keluhan Utama :
Pasien datang ke Puskesmas minta rujukan ke RS Arafah. Pasien
mengeluh terdapat benjolan di leher sejak kurang lebih 10 bulan yang lalu.
V. Keluhan Tambahan :
Mudah lelah, berkeringat, gemetaran, cepat haus, berdebar.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Keluhan benjolan dileher dirasakan awalnya kecil yang semakin lama
semakin membesar sehingga pasien menjadi khawatir akan benjolan tersebut.
Benjolan tidak terasa sakit, dan saat menelan juga tidak ada keluhan.
Selain itu, pasien juga sering merasa berdebar-debar tanpa didahului
perasaan yang tidak enak atau sebagainya. Pasien juga sering berkeringat
walau tidak berada dibawah sinar matahari maupun saat bekerja (saat
beristirahat). Pasien juga mengalami penurunan berat badan sedangkan nafsu
makan meningkat. Celana milik pasien dirasakan semakin longgar. Pasien juga
sering merasa lemas badan dan sedikit gemetar di daerah jari kedua tangan.
Pasien juga mengeluhkan merasa sangat mudah lelah walau hanya melakukan
aktivitas yang ringan.
Pasien mengaku sudah pernah berobat ke dokter sebelumnya kira-kira 6
bulan yang lalu, pasien juga sudah pernah cek darah, oleh dokter pasien
dikatakan sakit gondok, pasien diberi 2 macam obat yang salah satunya obat
PTU. Karena pasien merasa sudah sembuh, pasien berenti minum obatnya. Dan
setelah berenti minum obat, keluhan pasien muncul lagi, sehingga pasien
berobat lagi ke puskesmas dan di puskesmas pasien minta dirujuk ke rumah
sakit.
VI. Riwayat Penyakit Dahulu/keluarga :
- Tidak pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya
- Riwayat diabetes mellitus disangkal
2
- Riwayat hipertensi disangkal
- Riwayat penggunaan obat dalam jangka waktu yang lama disangkal
- Ibu pasien juga memiliki penyakit yang sama dengan pasien
VII. Pemeriksaan Fisik :
Keadaan Umum
1. Keadaan sakit : tampak sakit sedang
2. Kesadaran : compos mentis
3. Suhu : afebris
4. Nadi : 110 kali/menit
5. Tekanan Darah : 130/80 mmHg
6. Pernafasan : 24 kali/menit
7. Berat badan : 45 Kg
Tinggi badan : 150 cm
Pemeriksaan Organ
1. Kepala Bentuk : normocephal
Ekspresi : biasa
Simetri : simetris
2. Mata Exopthalmus/enophtal : (+)
Kelopak : normal
Conjungtiva : anemis (-/-)
Sklera : ikterik (-/-)
Kornea : normal
Pupil : bulat, isokor,
reflex cahaya +/+
Lensa : normal, keruh (-)
3. Hidung : tak ada kelainan
4. Telinga : tak ada kelainan
5. Mulut : tak ada kelainan
6. Leher KGB : tak ada pembengkakan
3
Kel.tiroid : pembesaran kelenjar tiroid
bilateral dengan ukuran 6 x 4 x 3 cm, konsistensi
lunak, terfiksir, batas tegas, permukaan agak bergranul.
7. Thorax Bentuk : simetris
Pergerakan dinding dada : tidak ada yang
tertinggal
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tak tampak Auskultasi : Suara normal jantung regular, bising (-) Palpasi : Nyeri tekan (-). ictus cordis teraba pada ICS V MCS Perkusi : tidak dilakukan
Pulmo
Inspeksi : Bentuk dada simetris normal, pergerakan paru simetris ki/ka.
Palpasi : Pergerakan paru simetris, tidak ada gerakan yang tertinggal, vokal fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru kanan dan kiri Auskultasi : Suara dasar paru kanan kiri vesikular normal,
wheezing (-), ronki (-)
8. Punggung : kifosis, lordosis, skoliosis (-), nyeri ketok kostovertebra (-)
9. Abdomen :
Inspeksi : hernia umbilikalis (-), asites (-), strie (-), lesi (-) Auskultasi : bisung usus (+) normal Palpasi : nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba Perkusi : timpani
10. Ekstremitas Atas
- Akral hangat
- Jari-jari remor (+)
- Telapak tangan lembab
- Edema (-/-)
11. Ekstremitas bawah
4
- Akral hangat
- Edem (-/-)
VIII.Pemeriksaan Penunjang
Darah rutin
Leukosit : 9,1 . 103 mm3
Eritrosit : 4,3 . 103 mm3
Hemoglobin : 11,2 g/dl
Trombosit : 4,0 . 104 mm3
Hematokrit : 37,6 %
GDS : 133 mg/dl
Kolesterol : 177 mg/dl
Asam Urat : 4,9 mg/dl
Pemeriksaan Anjuran
Kadar T3, T4 dan TSH
IX. Diagnosis Kerja
Hipertiroid
X. Diagnosis Banding
- Struma Difusa Toksika
- Tumor Colli
XI. Manajemen.
Pasien di beri rujukan ke RS Arafah.
a. Promotif :
- Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit hipertiroid yang
dideritanya
- Menjelaskan penyebab dari penyakit hipertiroid
- Menjelaskan bahwa penyakit hipertiroid bukan penyakit menular.
5
b. Preventif :
- Mengkonsumsi makananan dengan gizi seimbang.
- Hindari makanan yang dapat mengurangi hormone tiroksin, seperti kol,
kacang kedelai, kacang tanah, kacang polong, bayam dan stroberi.
c. Kuratif :
- Non Farmakologis :
Menghindari stres
Banyak minum air putih
- Medikamentosa : (tidak diberikan)
PTU 1 x 100 mg
Propanolol 1x10 mg
d. Rehabilitatif
- Meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengatur pola makan yang
bergizi untuk pemulihan kesehatan tubuh pasien.
- Memakan obat teratur dan control ulang untuk kadar T3T4 TSH
- Menghindari stress.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi hipertiroid
Hipertiroid adalah tiroktoksikosis yang diakibatkan oleh kelenjar tiroid yang
hiperaktif. Tiroktoksikosis sendiri adalah manifestasi klinis kelebihan hormone tiroid
yang beredar dalam sirkulasi. Tiroktoksikosis biasanya berhubungan dan tidak
berhubungan dengan hipertiroid.
2.2 Etiologi hipertiroid
Lebih dari 90% hipertiroid adalah akibat penyakit Grave’s dan nodul tiroid toksik.
Penyebab hipertiroid:2
Biasa Penyakit Grave’s
Nodul tiroid toksik: multinodular dan
mononodular
Tiroiditis: de Quervain’s dan silent
Tidak biasa Hipertiroidisisme neonatal
Hipertiroidisme faktisius
Sekresi TSH yang tidak tepat oleh
hipofisis
Yodium eksogen
Jarang Metastasis kanker tiroid
Koriokarsinoma dan mola hidatidosa
Struma ovarii
Karsinoma testicular embrional
Pilyostotic fibrous dysplasia (Sindrom
Mc-Cune Albright)
7
2.3 Patofisiologi hipertiroid
Pada kebanyakan penderita hipertiroid, kelenjar tiroid membesar dua sampai
tiga kali dari ukuran normalnya, disertai oleh hyperplasia dan lipatan-lipatan sel-sel
folikel, sehingga jumlah sel meningkat beberapa kali dibandingkan dengan
pembesaran kelenjar. Setiap sel juga meningkatkan kecepatan sekresi beberapa kali
lipat.
Adanya bahan-bahan yang menyerupai TSH yang mempunyai kerja mirip
TSH di dalam darah mengakibatkan perubahan pada kelenjar tiroid. Bahan-bahan ini
biasanya adalah antibody immunoglobulin yang berikatan dengan reseptor
membrane yang sama dengan reseptor membrane yang mengikat TSH. Bahan-bahan
tersebut merangsang aktivasi terus-menerus dari system cAMP dalam sel, dengan
hasil akhirnya adalah timbulnya hipertiroidisme. Antibodi ini disebut
immunoglobulin perangsang tiroid (TSI) . Bahan ini mempunyai efek perangsangan
yang panjang selama 12 jam, berbeda dengan efek TSH yang hanya berlangsung 1
jam. Tingginya sekresi hormone tiroid yang disebkan TSI selanjutnya akan menekan
pembentukan TSH oleh kelenjar hipofisis anterior.
Antibodi yang menyebabkan timbulnya hipertiroidisme hampir pasti timbul
dari reaksi autoimunitas yang berkembang terhadap jaringan tiroid. Diduga pada saat
tertentu perkembangan penyakit penderita, ada bahan antigen sel tirod secara
berlebihan dari sel-sel tiroid dan timbulnya keadaan ini akibat dari terbentuknya
bahan antibody terhadap kelenjar tiroidnya sendiri.
Biosintesis hormone tiroid
Tahap biosintesis hormone tiroid:
a. Tahap trapping
Tahap pertama pembentukan tiroid pengangkutan iodide dari darah ke
dalam sel-sel dan folikel kelenjar tiroid. Membran basal sel tiroid mempunyai
8
kemampuan yang spesifik untuk memompa iodide secara aktif ke bagian
dalam sel. Ini disebut trapping (penjeratan).
b. Tahap oksidasi
Perubahan ion iodide menjadi bentuk iodium yang teroksidasi, baik
iodium awal atau yang langsung dapat berikatan dengan asam amino tirosin.
c. Iodinasi
Pengikatan iodium dengan molekul tiroglobulin disebut organifikasi
tiroglobulin. Iodium yang sudah teroksidasi akan berikatan langsung dengan
asam amini tirosin, tetapi didalam sel-sel tiroid, iodium yang teroksidasi
berasosiasi dengan enzim iodinase.
Setelah tahap proses iodinasi tirosin dan tahap akhir pembentukan dua
hormon tiroid yang penting yaitu tiroksin dan triiodotironin. Tirosin mula-
mula diodisasi menjadi monoiodotirosin dan selanjutnya menjadi
diiodotirosin.
d. Tahap coupling
Kemudian selama beberapa menit, jam bahkan hari sisa diiodotirosin
saling bergandengan satu sama lain. Hasil akhir dari reaskis ini adalah
terbentuknya molekul tiroksin yang merupakan bagian dari molekul
tiroglobulin.
e. Tahap penimbunan
Sesudah disintesis, hormone tiroid akan memulai perjalanannya,
setiap molekul tiroglobulin mengandung 1 sampai 3 molekul tiroksin dan
rata-rata terdapat 1 molekul triiodotironin untuk setiap 14 molekul tiroksin.
Dalam bentuk ini hormone tiroid disimpan dalam jumlah yang cukup untuk
mensuplai tubuh 2 sampai 3 bulan.
9
f. Tahap pengeluaran hormone tiroid
Cara keluarnya hormone tiroid dari tempat penyimpanannya belum
jelas, tetapi jelas dipengaruhi oleh TSH. Hormon ini melewati membrane
basal, fenestra sel kapiler kemudian ditangkap pembawanya dalam system
sirkulasi yaitu thyroid binding protein.
Peran hormon tiroid
1. Meningkatkan transkripsi sejumlah besar gen
2. Peningkatan aktivitas metabolic seluler yang penting:
a. Efek dalam meningkatkan sintesis protein
b. Meningkatkan transport aktif ion-ion melalui membrane sel
3. Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan otak selama kehidupan janin
dan beberapa tahun pasca lahir
4. Berperan dalam mekanisme tubuh yang spesifik
a. Meningkatkan metabolisme lemak
b. Menurunkan jumlah kolesterol, fosfolipid dan trigliserida
c. Meningkatkan kebutuhan akan vitamin
d. Efek pada laju metabolism basal
e. Efek pada berat badan
f. Efek pada sitem kardiovaskular
Meningkatnya metabolism dalam jaringan dapat mempercepat
pemakaian oksigen dan memperbanyak jumlah produk akhir dari
metabolism yang dilepaskan dari jaringan. Efek ini dapat menyebabkan
vasodilatasi sebagian besar jaringan tubuh sehingga meningkatkan aliran
darah yang menyebabkan curah jantung meningkat.
g. Efek pada respirasi
Meningkatnya kecepatan metabolism akan meningkatkan pemakaian
oksigen dan pembentukan karbondioksida.
h. Efek pada saluran cerna
Meningkatkan nafsu makan dan asupan makanan, hormone tiroid juga
meningkatkan kecepatan sekresi getah pencernaan dan pergerakan saluran
cerna.
10
i. Efek pada system saraf pusat
Meningkatkan kecepatan berpikir. Pada hipertiroid cenderung
penderita menjadi cemas dan psikoneurotik seperti ansietas, kecemasan
yang berlebihan ataupun paranoid.
j. Efek pada fungsi otot
Meningkatnya hormone tiroid dapat menyebabkan otot menjadi lemah
karena berlebihnya katabolisme protein
k. Efek pada tidur
Efek eksitasi dari hormone tiroid menyebabkan kesulitan tidur pada
penderita hipertiroid
l. Efek pada kelenjar endokrin lain
Meningkatnya hormone ini menyebabkan peningkatan kecepatan
sekresi sebagian kelenjar lain.
m. Efek pada fungsi seksual
Pada pria, berlebihnya hormone ini menyebabkan impotensi
sedangkan pada wanita dapat menderita oligomenore ataupun amenore
Pengaturan hormone tiroid
Ada 3 dasar pengaturan hormone tiroid:
a. Autoregulasi
Terbentuknya yodolipid pada pemberian yodium banyak dan akut
dikenal efek Wolff-Chaikoff. Efek ini bersifat selflimiting.
b. TSH
TSH disintesis oleh sel tirotrop hipofisis anterior. Efek pada tiroid
akan terjadi ikatan TSH dengan reseptor TSH di membrane folikel. TSH
meningkatkan semua aktivitas sekresi sel kelenjar tiroid.
c. TRH
Hormon ini disintesis neuron yang korpusnya berada di nucleus
paraventrikularis hipotalamus. TRH ini melewati eminence, temapt disimpan
dan dikeluarkan melalui system hipotalamohipofiseal ke sel tirotrop hipofisis.
Akibatnya TSH meningkat.
11
Sekresi hormone hipotalamus dihambat hormone tiroid (mekanisme umpan
balik), TSH, dopamine, hormone korteks adrenal dan somatostatin serta stress
dan saki berat. Kompensasi terharap proses umpan balik ini banyak member
informasi klinis.
2.4 Manifestasi klinis hipertiriroid5
Sistem Gejala dan tanda
Umum Tak tahan hawa panas, hiperkinesis, capek, BB turun,
tumbuh cepat, toleransi obat.
Gastrointestinal Hiperdefekasi, lapar, makan banyak, haus, muntah,
disfagia.
Muskular Rasa lemah
Genitourinaria Oligomenorea, amenorea, libido turun, infertile,
ginekomastia
Kulit Rambut rontok, berkeringat, kulit basah. Silky hair dan
onikolisis
Psikis dan saraf Labil, irritable, tremor psikosis, nervositas, paralisis
periodik
Jantung Dipneu, hipertensi, aritmia, palpitasi, gagal jantung
Darah dan limfatik Limfositosis, anemia, splenomegali, leher membesar
Skelet Osteoporosis, epifisis cepat menutup dan nyeri tulang
Spesifik pada penyakit Graves ditambah dengan:
Oftalmopati: 50% : edema pretibial, kemosis, protopsis, diplopia, visus menurun dan
ulkus kornea, Dermopati (0,5-4%), Akropaki (1%)
2.5 Diagnosis
Diagnosis suatu penyakit hampir pasti diawali dengan kecurigaan klinis.
Untuk itu dikenal dengan indeks klinis Wayne dan New Castle yang didasarkan dari
anamnesis dan pemeriksaan fisik.
12
Gambar. Algoritma untuk diagnosis hipertiroid
2.6 Pemeriksaan Penunjang
Status fungsional kelenjar tiroid dapat dipastikan dengan perantaraan tes-tes
fungsi tiroid. Tes-tes berikut ini dapat mendiagnosis penyakit tiroid: (buku
patofisiologi).7
1. Kadar total tiroksin dan triyodotironin serum
Kadar tiroksin dan triyodotironin serum diukur dengan radioligand assay.
Pengukuran termasuk hormon terikat dan hormon yang bebas. Kadar normal
tiroksin adalah 4-11 µg/dl, untuk triyodotironin kadarnya berkisar dari 80 sampai
160 mg/dl
2. Tiroksin bebas
Tiroksin bebas serum mengukur kadar tiroksin dalam sirkulasi yang secara
metabolik aktif. Pada hipertiroid tiroksin bebas meningkat.
3. Kadar TSH serum
15
Kadar TSH plasma dari dapat diukur dengan assay radioimunometrik; nilai
normal dengan assay generasi ketiga; berkisar 0,02 hingga 5,0µU/ml. Kadar TSH
plasma sensitif dan dapat dipercaya sebagai indikator fungsi tiroid. Pada
hipertiroid, kadar akan berada dibawah normal pada pasien dengan peningkatan
autoimun pada fungsi tiroid.
4. Ambilan yodium radioaktif
Tes ambilan yodium radioaktif digunakan untuk mengukur kemampuan
kelenjar tiroid dalam menangkap dan mengubah yodida. Pasien menerima dosis
RAI yang akan ditangkap oleh tiroid dan dipekatkan setelah melewati 24 jam.
Kemudian radioaktivitas yang ada dalam kelenjar tiroid tersebut dihitung.
Normalnya, jumlah radioaktif yang diambil berkisar dari 10% hingga 35% dari
dosis pemberian. Pada hipertiroidisme nilainya tinggi dan akan rendah bila
kelenjar tiroid ditekan.
Gambar 2. Skema pemeriksaan laboratorium
16
2.7 Tatalaksana Hipertiroid
Berikut ini penatalaksanaan pada hipertiroid:
1. Obat anti tiroid
Kelompok yang digunakan adalah derivat tioimidazol (CMZ,karbimazol 5
mg, MTZ, metimazol atau tiamazol 5,10, 30 mg dan derivate tiourasil ( PTU
propiltiourasil 50, 100 mg) digunakan untuk menghambat kemampuan kelenjar
tiroid untuk membuat hormone baru. Obat-obatan ini bekerja baik dengan
mengontrol kerja kelenjar tiroid yang berlebihan dan tidak menyebabkan
kerusakan kelenjar tiroid yang tetap. Dosis dimulai dengan 30 mg CMZ, 30 mg
MTZ atau 40 mg PTU sehari dalam dosis terbagi. Biasanya dalam 4-6 minggu
tercapai eutiroidisme. Kemudian dosis dititrasi sesuai respon klinis. Lama
pengobatan 1-1,5 tahun kemudian dihentikan untuk melihat apakah ada remisi.
Ada dua metode yang dapat digunakan dalam penggunaan OAT (obat anti tiroid)
a. Titrasi: mulai dengan dosis besar dan kemudian berdasarkan
klinis/laboratories, dosis diturunkan sampai mencapai dosis terendah
dimana pasien masih dalam keadaan eutiroidisme.
b. Blok-substitusi : pasien diberikan dosis besar terus menerus dan apabila
mencapai keadaan hipotiroidisme, maka ditambah hormone tiroksin
hingga menjadi eutiroidisme pulih kembali. Rasional cara kedua ini yaitu
bahwa dosis tinggi dan lama memberi kemungkinan perbaikan proses
imunologik yang mendasari proses penyakit Graves.
2. Yodium radioaktif
Indikasi pengobatan dengan yodium radioaktif diberikan pada:
a. Pasien umur 35 tahun atau lebih
b. Hipertirodisme yang kambuh sesudah dioperasi
c. Gagal mencapai remisi sesudah pemberian obat antitiroid
d. Tidak mamapu atau tidak mau pengobatan dengan obat antitiroid
e. Adenoma toksik, goiter multinodular toksik
Digunakan Y131 dengan dosis 5-12 mCi peroral.
Penggunaan yodium radioaktif yaitu merusak sel-sel kelenjar tiroid sehingga
hipertiroid dapat dihilangkan.
17
3. Pembedahan
Indikasi operasi dilakukan yaitu
a. Alergi atau timbul reaksi dengan obat minum, sedangkan pasien menolak
radiasi
b. Kelenjar tiroid yang sangat besar, sehingga obat minum atau radiasi tidak
berhasil
c. Kehamilan dengan hipertiroid yang sukar terkontrol dengan baik
sedangkan hipertiroidnya membahayakan janin dalam kandungan
d. Pembesaran kelenjar tiroid yang dicurigai sebagai kanker.
Risiko pembedahan pada kelenjar tiroid:
a. Risiko pembiusan
b. Risiko perdarahan
c. Jika sudah ada gangguan jantung atau paru-paru, sebaiknya jangan
menjalani pembedahan
d. Kehamilan sudah mencapai trisemester ketiga, atau bulan ketujuh atau
lebih tua, bias memici persalinan.
e. Terkenan saraf yang mengontrol pita suara
f. Terkena kelenjar paratitoid, bias timbul kekurangan kalsium di dalam
darah
g. Timbul hipotiroid
4. Beta Blocker
Hipertiroid meningkatkan hormone adrenalin sehingga jantung menjadi
berdebar, denyut nadi cepat dan gelisah. Keadaan ini diatasi dengan meberikan
obat-obat beta blocker. Contoh propanolol, metoprolol, bisoprolol, dan
sejenisnya. Obat-obatan tadi baik untuk melambatkan denyut nadi yang terlalu
cepat, menurunkan tekanan darah bahkan membantu kerja obat PTU dan
menghilangkan rasa cemas.
2. 8 Prognosis
Prognosis pada kasus hipertiroid umumnya baik, biasanya pasien dapat
mencapai keadaan eutiroid.
18
BAB III
ANALISA KASUS
ANALISIS PASIEN SECARA HOLISTIK
a. Hubungan anamnesis, diagnosis dengan keadaan rumah :
Ny. P, perempuan 31 tahun datang dengan keluhan benjolan di leher sejak
kurang lebih 10 bulan yang lalu. Keluhan benjolan dileher dirasakan awalnya
kecil yang semakin lama semakin membesar sehingga pasien menjadi khawatir
akan benjolan tersebut. Benjolan tidak terasa sakit, dan saat menelan juga tidak
ada keluhan.
Selain itu, pasien juga sering merasa berdebar-debar tanpa didahului
perasaan yang tidak enak atau sebagainya. Pasien juga sering berkeringat
walau tidak berada dibawah sinar matahari maupun saat bekerja (saat
beristirahat). Pasien juga mengalami penurunan berat badan sedangkan nafsu
makan meningkat. Celana milik pasien dirasakan semakin longgar. Pasien juga
sering merasa lemas badan dan sedikit gemetar di daerah jari kedua tangan.
Pasien juga mengeluhkan merasa sangat mudah lelah walau hanya melakukan
aktivitas yang ringan.
Pasien mengaku sudah pernah berobat ke dokter sebelumnya kira-kira 6
bulan yang lalu, pasien juga sudah pernah cek darah, oleh dokter pasien
dikatakan sakit gondok, pasien diberi 2 macam obat yang salah satunya obat
PTU. Karena pasien merasa sudah sembuh, pasien berenti minum obatnya. Dan
setelah berenti minum obat, keluhan pasien muncul lagi, sehingga pasien
berobat lagi ke puskesmas dan di puskesmas pasien minta dirujuk ke rumah
sakit.
Dari pemeriksaan fisik ditemukan pembesaran kelenjar tiroid bilateral
dengan ukuran 6 x 4 x 3 cm, konsistensi agak lunak, terfiksir, batas tegas,
permukaan agak bergranul, telapak tangan lembab, yang disertai tremor.
Denyut nadi 110 kali/menit.
19
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, akhirnya didapatkan diagnosa
penyakit yang diderita pasien yaitu hipertiroid.
Pasien tinggal di sebuah rumah permanen yang yang agak pengap karena
ventilasi yang kurang. Mempunyai 2 kamar tidur dengan 1 jendela kecil, 1 ruang
tamu yang bergabung dengan ruang keluarga, dan mempunyai 1 dapur yang
bergabung dengan ruang makan. Kamar mandi menggunakan wc jongkok
dengan sumber air yang berasal dari sumur galian.
tinggal bersama suami dan 2 orang anaknya.. Pasien hanya seorang ibu rumah
tangga, sedangkan suami pasien bekerja sebagai pedagang. Biaya berobat
ditanggung kartu jamsostek.
Tidak ada hubungan antara kondisi rumah dan tempat tinggal pasien dengan
penyakit hipertiroid yang diderita oleh pasien.
b. Hubungan diagnosis dengan aspek psikologis di keluarga
Pasien dikenal sebagai seorang ibu dan istri yang pekerja keras,
Didalam hubungan diagnosis dan aspek psikologis dsini tidak ada
hubungan yang memperberat penyakit akibat dari factor psikologi pasien.
c. Hubungan diagnosis perilaku kesehatan dalam keluarga dan lingkungan
sekitar
Pasien tinggal bersama suami dan 2 orang anaknya.. Pasien hanya seorang ibu
rumah tangga, sedangkan suami pasien bekerja sebagai pedagang
sehingga tidak ada hubungan dengan penyakit yang diderita pasien
d. Analisis untuk mengurangi paparan /memutus rantai penularan dengan
faktor resiko atau etiologi pada pasien ini
Menjelaskan kepada pasien bahwa kemungkinan penyebab penyakit
hipertiroid yang diderita oleh pasien disebabkan oleh keturunan karena ibu
pasien juga mengalami keluhan yang sama. Dan penyakit ini tidak akan menular
kepada orang lain karena kontak dengan orang lain. Dan dianjurkan kepada
pasien berobat sampai tuntas untuk penyakitnya agar penyakitnya tidak kambuh
lagi.
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Djokomoeljanto, R. 2009. Kelenjar Tiroid, Hipotiroidisme, Hipertiroidisme.
Dalam Aru, W.S., Bambang, S., Idrus, A., Marcellus, S.K., Siti, S. Editors. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing. Hal: 1993-2008.
2. Guyton, 1991. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Edisi revisi.
Department of Physiologi and Biophysics. Mississippi.
3. Rani, A.A., Soegondo, S., Nasir, A.U.Z., Wijaya, I.P., Nafrialdi., Mansjoer, A
(Editors)., 2006. Paduan Pelayanan Medik dalam PAPDI. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Hal:16-19.
4. Schteingart, D.E. 2006. Gangguan Kelenjar Tiroid. Dalam Huriawati H., Natalia
S., Pita W., Dewi A.M (Editors). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Dalam. Penerbit Buku Kedokteran: EGC. Hal: 1225-36
21