Hipertensi (Longcase Kedokteran Keluarga)

69
1 I. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA Nama Kepala Keluarga : Tn. Kasno Alamat lengkap : Gambarsari RT 04 RW 02 Kec.Kebasen Bentuk Keluarga : Nuclear Family (Keluarga Inti) Tabel 1.1. Daftar anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah No Nama Keduduka n L / P Umur (th) Pendidi kan Pekerja an Keteran gan 1 Kasno Kepala keluarga L 58 Tidak tamat SD Pensiun an DPU TB Paru, Penyaki t Jantung 2 Sati Istri P 55 SD IRT Hiperte nsi 3 Warso Anak ke- 3 L 24 Tidak tamat SD - - Kesimpulan : Bentuk keluarga Ny.S adalah Nuclear Family (Keluarga Inti) yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Didapatkan Ny.S berumur 55 tahun, menderita penyakit hipertensi dan hingga sekarang rutin menjalani pengobatan.

Transcript of Hipertensi (Longcase Kedokteran Keluarga)

Page 1: Hipertensi (Longcase Kedokteran Keluarga)

1

I. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

Nama Kepala Keluarga : Tn. Kasno

Alamat lengkap : Gambarsari RT 04 RW 02 Kec.Kebasen

Bentuk Keluarga : Nuclear Family (Keluarga Inti)

Tabel 1.1. Daftar anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah

No Nama KedudukanL/

P

Umur

(th)Pendidikan Pekerjaan Keterangan

1 Kasno Kepala

keluarga

L 58 Tidak

tamat SD

Pensiunan

DPU

TB Paru,

Penyakit

Jantung

2 Sati Istri P 55 SD IRT Hipertensi

3 Warso Anak ke-3 L 24 Tidak

tamat SD

- -

Kesimpulan :

Bentuk keluarga Ny.S adalah Nuclear Family (Keluarga Inti) yang terdiri dari

ayah, ibu dan anak. Didapatkan Ny.S berumur 55 tahun, menderita penyakit

hipertensi dan hingga sekarang rutin menjalani pengobatan.

Page 2: Hipertensi (Longcase Kedokteran Keluarga)

2

II. STATUS PENDERITA

A. PENDAHULUAN

Jumlah penduduk berusia lebih dari 60 tahun di Indonesia pada tahun

2010 mengalami kenaikan sebesar 400%, sehingga jumlahnya lebih di bawah

lima tahun (balita). Usia lanjut membawa konsekuensi meningkaNyya

berbagai penyakit kardiovaskuler, infeksi, dan gagal jantung. Laporan ini

disusun berdasarkan kasus yang diambil dari seorang perempuan berusia 55

tahun yang pernah menjalani pengobatan di Puskesmas Kebasen. Ibu tersebut

menderita hipertensi grade II dan hingga saat ini masih rutin menjalani

pengobatan serta kontrol ke Puskesmas Kebasen.

B. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny.S

Usia : 55 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Menikah

Agama : Islam

Suku Bangsa : Jawa

Kewarganegaraan : Indonesia

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Pendidikan Terakhir : SD

Penghasilan/bulan : Rp. 1.000.000

Alamat : Gambarsari RT 04 RW 02 Kec. Kebasen,

Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah

C. ANAMNESIS

1. Keluhan Utama : Nyeri kepala

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke Puskesmas Kebasen dengan keluhan nyeri kepala.

Keluhan ini dirasakan pasien sejak 2 hari yang lalu. Nyeri kepala

dirasakan terus-terusan sepanjang hari. Keluhan ini membuat kepala

pasien terasa berat dan menjalar hingga ke leher. Jika dinilai dengan

Page 3: Hipertensi (Longcase Kedokteran Keluarga)

3

tafsiran angka antara 1-10, nyeri kepala pasien dirasa pada angka 7.

Keluhan ini sering dirasakan pasien sejak 2 tahun terakhir dan bersifat

hilang timbul. Nyeri kepala dirasakan lebih berat jika pasien kecapaian

atau stress. Nyeri kepala berkurang jika pasien beristirahat atau tidur. Jika

nyeri kepala dirasakan memberat, pasien biasanya langsung berobat ke

Puskesmas dan nyeri kepala berkurang dengan obat yang diberikan dari

Puskesmas. Selain nyeri kepala, selama 2 hari ini pasien merasa lehernya

tegang atau kaku dan sulit tidur. Pasien tidak pernah mengeluhkan nyeri

dada, sesak atau bengkak pada kaki.

Pasien mengaku keluhan ini berlangsung sejak tahun 2008. Setelah

berobat ke Puskesmas, pasien didiagnosis hipertensi. Keluhan ini

dirasakan setelah suami pasien sering sakit-sakitan dan membuat pasien

sering merasa cemas dengan kondisi suaminya. Suami pasien bahkan

pernah hingga dirawat di ICU dengan penyakit Jantung dan TB Paru.

Hingga saat ini, suami pasien masih sering mengeluh sesak dan berdebar-

debar. Suami pasien juga rutin control ke Puskesmas untuk berobat.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

a. Riwayat penyakit : Hipertensi

sejak thun 2008

asam urat disangkal

diabetes disangkal

penyakit paru disangkal

penyakit jantung disangkal

maag disangkal

b. Riwayat mondok : 1x di Puskesmas Kebasen dengan keluhan

utama sulit tidur selama 4 hari

c. Riwayat kecelakaan : disangkal

d. Riwayat pengobatan : obat-obatan

antihipertensi

e. Riwayat alergi : disangkal

4. Riwayat Penyakit Keluarga

Page 4: Hipertensi (Longcase Kedokteran Keluarga)

4

a. Riwayat keluarga dengan penyakit serupa : Ada, yaitu ibu dan adik

pasien

b. Riwayat penyakit jantung : disangkal

c. Riwayat hipertensi : disangkal

d. Riwayat diabetes/kencing manis : disangkal

e. Riwayat asma : disangkal

f. Riwayat alergi : disangkal

5. Riwayat Sosial dan Exposure

a. Community : daerah pemukiman tidak padat penduduk

b. Home : rumah merupakan bangunan permanen tidak

bertingkat, dinding terbuat dari batu bata, lantai

rumah dari semen, atap rumah dari genteng,

ventilasi kurang dengan tingkat kelembaban

tinggi, pencahayaan kurang, halaman rumah

sempit, kebersihan dalam rumah cukup bagus,

sumber air minum dari mata air, luas rumah 90 m2

dengan jumlah anggota keluarga 3 orang.

c. Hobby : beternak

d. Occupational : ibu rumah tangga

e. Personal habit : berkumpul dengan keluarga, tidak merokok

f. Diet : sayur-sayuran, tempe, tahu, kadang daging

g. Drug : obat antihipertensi

6. Riwayat Gizi

Penderita makan tiga kali sehari. Penderita biasa mengkonsumsi

nasi, sayur-sayuran, tempe, tahu, dan terkadang mengkonsumsi daging.

Penderita masih mempunyai kebiasaan suka makan makanan yang asin.

7. Riwayat Psikologis

Penderita memiliki tingkat kecemasan yang tinggi dengan

tercermin dari perilaku mudah panik Ny.S jika sang suami sedikit-sedikit

mengeluh tentang penyakitnya. Riwayat penyakit suami, Tn.K adalah TB

paru dan penyakit jantung. Penyakit Tn.K ini pernah hingga membuat

Tn.K mondok berkali-kali baik di Puskesmas Kebasen maupun di RS

Page 5: Hipertensi (Longcase Kedokteran Keluarga)

5

Banyumas. Tn.K terhitung dirawat di Puskesmas Kebasen sebanyak 8 kali,

di RS Banyumas sebanyak 3 kali, dan hingga pernah dirawat di ICU

sebanyak 2 kali. Kondisi Tn.K yang sakit-sakitan membuat Ny.S sering

nyeri kepala.

8. Riwayat Ekonomi

Dalam hal ekonomi, keluarga penderita termasuk ke dalam

keluarga dengan ekonomi menengah ke bawah. Kebutuhan primer dapat

terpenuhi dengan baik, sedangkan kebutuhan sekunder tidak. Dalam

berobat, penderita menggunakan asuransi kesehatan.

9. Riwayat Demografi

Hubungan antara pasien dengan keluarganya dapat dikatakan

harmonis. Hal tersebut dapat terlihat dari cara berkomunikasi pasien

dengan suaminya yang tampak baik dan bagaimana cara pasien

menceritakan keluarganya terutama perhatian anak-anaknya terhadap

keadaan orang tua mereka.

10. Riwayat Sosial

Hubungan penderita dengan masyarakat sekitar dapat dikatakan

baik. Ny. S aktif dalam semua kegiatan yang ada di desa baik berupa

kegiatan pengajian, PKK ataupun kegiatan dasawisma.

11. Review of System

a. Keluhan Utama : nyeri kepala

b. Kulit : warna kulit sawo matang

c. Kepala : Sakit kepala (+)

d. Mata : penglihatan kabur (-)

e. Hidung : keluar cairan (-)

f. Telinga : pendengaran jelas, keluar cairan (-)

g. Mulut : sariawan (-), mulut kering (-)

h. Tenggorokan : sakit menelan (-)

i. Pernafasan : sesak nafas (-), mengi (-), batuk (-)

j. Sistem Kardiovaskuler : nyeri dada (-)

k. Sistem Gastrointestinal : mual (-), muntah (-), nyeri perut (-),

kembung (-)

Page 6: Hipertensi (Longcase Kedokteran Keluarga)

6

l. Sistem Muskuloskeletal : lemas (-)

m. Sistem Genitourinaria : buang air kecil normal

n. Ekstremitas :

Atas : ujung jari terasa dingin (-), bengkak (-)

Bawah : ujung jari terasa dingin (-), bengkak (-)

D. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum

Baik, kesadaran compos mentis, status gizi kesan baik.

2. Tanda Vital

a. Tekanan darah: 180/110 mmHg

b. Nadi : 88 x /menit, regular

c. RR : 20 x /menit

d. Suhu : 36,6O C

3. Status gizi

a. BB : 55 kg

b. TB : 155 cm

c. IMT : 55/(1.55)2 = 22.9 (normal)

Kesan status gizi baik

4. Kulit : Sianosis (-), turgor kulit kembali <1 detik, ikterus (-)

5. Kepala : mesocephal

6. Mata : Edema palpebra (-/-), konjunctiva anemis (-/-), sklera

ikterik (-/-), air mata (+), mata cekung (-/-)

7. Telinga : Bentuk normal, sekret (-/-)

8. Hidung : Napas cuping hidung (-), sekret (-/-)

9. Mulut : Bibir sianosis (-), mulut basah (+), Lidah kotor (-)

9. Tenggorokan : Radang (-)

10. Leher : Deviasi trakea (-), pembesaran kelenjar limfe (-)

11. Thoraks : Bentuk simetris normal, benjolan (-), retraksi (-)

Jantung :

Inspeksi : ictus cordis tak tampak

Auskultasi : suara normal jantung S1>S2, regular, bising (-)

Palpasi : nyeri tekan (-). ictus cordis tidak kuat angkat

Page 7: Hipertensi (Longcase Kedokteran Keluarga)

7

Perkusi : batas kanan atas di SIC II LPSD

batas kiri atas di SIC II LPSS

batas kanan bawah di SIC IV LPSD

batas kiri bawah di SIC V 2 jari medial LMCS

Pulmo :

Inspeksi : bentuk dada simetris normal, pergerakan paru simetris

Palpasi : pergerakan paru simetris, tidak ada gerakan yang

tertinggal, vokal fremitus kanan = kiri

Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru kanan dan kiri

Auskultasi : suara dasar paru kanan kiri vesikular normal, wheezing (-)

ronki (-)

12. Punggung : kifosis (-), lordosis (-), skoliosis (-), nyeri ketok

kostovertebra (-)

13. Abdomen :

Inspeksi : hernia umbilikalis (-), asites (-), strie (-), lesi (-)

Auskultasi : bisung usus (+) normal

Palpasi : nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba

Perkusi : timpani

14. Genitalia : Tidak dilakukan

15. Anorektal : Tidak dilakukan

16. Ekstremitas :

Superior : Edema (-/-), clubbing finger (-/-), akral dingin (-/-)

Inferior : Edema (-/-), clubbing finger (-/-), akral dingin (-/-)

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Sampai saat ini penderita belum pernah melakukan pemeriksaan

penunjang apapun, oleh karena itu dianjurkan untuk melakukan beberapa

pemeriksaan laboratorium untuk mengidentifikasi penyebab hipertensi:

1. Pemeriksaan gula darah

2. Pemeriksaan kolesterol darah

Page 8: Hipertensi (Longcase Kedokteran Keluarga)

8

3. Pemeriksaan fungsi ginjal

4. Pemeriksaan fungsi hati

5. Pemeriksaan EKG

6. Pemeriksaan mata

F. RESUME

Ny.S berusia 55 tahun, tinggal dalam keluarga berbentuk nuclear

family, dengan diagnosis klinis hipertensi grade II. Penderita memiliki

stressor yang dihadapinya setiap waktu yaitu kondisi kesehatan suami yang

tidak bagus. Penderita tinggal bersama suami dan anak ketiganya. Status

ekonomi keluarga tergolong menengah ke bawah. Pendidikan pasien juga

rendah. Penderita tinggal di lingkungan pemukiman tidak padat penduduk,

dengan kondisi rumah yang kurang sehat dengan ventilasi dan pencahayaan

yang kurang, serta kebersihannya cukup bagus. Hubungan Ny. S dengan

masyarakat sekitar baik.

G. DIAGNOSIS

1. Diagnosis Biologis : Hipertensi Grade II

2. Diagnosis Psikologis : Stress pikiran dalam mengurus kesehatan sang

suami yang memburuk

3. Diagnosis Ekonomi : Status ekonomi menengah ke bawah

4. Diagnosis Sosial : Hubungan dengan masyarakat baik

5. Diagnosis Demografi : Hubungan yang terjalin antar anggota keluarga

baik.

H. DIAGNOSIS HOLISTIK

1. Aspek Personal

a. Pasien mengeluh nyeri kepala, leher terasa tegang dan sulit tidur sejak

dua hari yang lalu.

b. Harapan berobat adalah untuk sembuh (Idea)

c. Perhatian dari keluarga sangat dibutuhkan guna kesembuhan penyakit

Ny.S, untuk itu diperlukan kerjasama dan komunikasi yang baik antar

anggota keluarga demi kesembuhan pasien (Concern)

Page 9: Hipertensi (Longcase Kedokteran Keluarga)

9

d. Yang diharapkan Ny.S sebagai pasien dan keluarganya adalah

kesembuhan. Hal ini dapat terwujud bila pola makan diatur sejak

sekarang dan perlunya manajemen stress bagi Ny.S dalam

kesehariannya. (Expectacy)

e. Ny.S merasa khawatir terhadap penyakitnya karena belum sembuh-

sembuh juga (Anxiety)

2. Aspek Klinis

Hipertensi grade II.

3. Aspek Faktor Risiko Intrinsik Individu

Usia : Dari faktor usia, Ny.S berumur 55 tahun yang

merupakan kelompok usia risiko tinggi munculnya

penyakit hipertensi.

Jenis Kelamin : Ny.S adalah perempuan yang memiliki sifat mudah

cemas

Perilaku individu : Kebiasaan Ny.S mengkonsumsi makanan yang asin,

menjadi faktor risiko terjadinya hipertensi.

Psikologis : Pasien memiliki stressor pikiran yaitu masalah

kesehatan yang dihadapi suaminya.

4. Aspek Faktor Risiko Eksternal Individu

Dilihat dari faktor kedekatan dengan keluarga, Ny.S dekat dengan

suami mereka selalu berbagi keluh kesah yang ada dalam kehidupan

mereka, serta kedekatan anak ketiga mereka yang selalu menjaga

orangtuanya termasuk ketika mereka sakit.

5. Aspek Skala Penilaian Fungsi Sosial

Ny.S dalam dikategorikan dalam skala 1 dalam penilaian fungsi social

karena masih mampu melakukan pekerjaan seperti sebelum sakit. Ny.S

mampu melakukan aktivitas secara mandiri di dalam maupun di luar rumah.

I. PENATALAKSANAAN

1. Patient Centered

a. Medikamentosa

1) ACE inhibitor : Captopril 12.5 mg 2 x1

Page 10: Hipertensi (Longcase Kedokteran Keluarga)

10

2) Diuretik : Hidrochlorotiazide (HCT) 25 mg 1x1

b. Non Medikamentosa

1) Bed rest tidak total

2) Edukasi penderita dan keluarga untuk modifikasi gaya hidup

dengan latihan fisik secara teratur

- Istirahat cukup

- Manajemen stress

- Meningkatkan konsumsi buah dan sayur, serta menurunkan

asupan lemak

- Hindari makanan tinggi kolesterol

- Hindari stressor pikiran

- Kontrol tekanan darah secara rutin

- Hindari makanan yang asin (menurunkan asupan garam),

berlemak, bersantan, gorengan dan minum kopi

2. Pengobatan Focus Family

a. Keluarga hendaknya bisa memilihkan makanan Ny.S, makanan yang asin

sebaiknya jangan dimakan oleh Ny.S karena akan meningkatkan tekanan

darah.

b. Karena Ny.S memiliki riwayat hipertensi, maka sebaiknya suami Ny.S

sejak dini bisa mengetahui hal-hal apa saja yang bisa memicu penyakit

hipertensi.

3. Pengobatan Focus Community

Untuk tetangga Ny.S sebaiknya sedini mungkin menghindari makanan

yang bisa meningkatkan tekanan darah, seperti makanan asin, kebiasaan

minum kopi, olah raga teratur. Dengan kondisi yang dialami Ny. S maka

tetangganya akan lebih memperhatikan kesehatannya.

J. FOLLOW UP

Selasa, 28 September 2010

S : nyeri kepala, leher terasa kaku

O : KU baik, compos mentis, suara jantung normal, suara paru

Page 11: Hipertensi (Longcase Kedokteran Keluarga)

11

vesikuler normal

VS : TD : 180/110 mmHg RR : 20 x/menit

Nadi : 88 x/menit Suhu : 36.6 ° C

A : Hipertensi grade II

P : Terapi medikamentosa (antihipertensi) dan nonmedikamentosa

dengan modifikasi gaya hidup olahraga teratur, diet rendah

garam, dll.

Rabu, 29 September 2010

S : nyeri kepala berkurang, leher masih terasa kaku

O : KU baik, compos mentis, suara jantung normal, suara paru

vesikuler normal

VS : TD : 160/100 mmHg RR : 20 x/menit

Nadi : 80 x/menit Suhu : 36.7 ° C

A : Hipertensi grade II

P : Terapi medikamentosa (antihipertensi) dan nonmedikamentosa

dengan modifikasi gaya hidup olahraga teratur, diet rendah

garam, dll.

Jum’at, 1 Oktober 2010

S : Sudah tidak pusing, leher masih terasa sedikit kaku

O : KU baik, compos mentis, suara jantung normal, suara paru

vesikuler normal

VS : TD : 140/80 mmHg RR : 20 x/menit

Nadi : 80 x/menit Suhu : 36.7 ° C

A : Hipertensi grade I

P : Terapi medikamentosa (antihipertensi) dan nonmedikamentosa

dengan modifikasi gaya hidup olahraga teratur, diet rendah

garam, dll

Kesimpulan :

Berdasarkan follow up, pasien mengalami sedikit penurunan tekanan

darah, namun masih di atas normal. Pasien perlu melakukan modifikasi gaya

Page 12: Hipertensi (Longcase Kedokteran Keluarga)

12

hidup untuk mencegah terjadinya kenaikan tekanan darah. Pasien diberikan

edukasi mengenai pentingnya memeriksakan tekanan darah secara teratur.

K. FLOW SHEET

Nama : Ny. S

Diagnosis : Hipertensi grade 2

Tabel 2.1. Flow Sheet

N

o

Tgl Problem TD N BB TB Planning Target

1 28/9/

2010

nyeri

kepala,

leher

terasa

kaku

180/

110

88 55 155 Obat anti

hipertensi,

diuretik, diet

rendah garam,

istirahat cukup

Menurunkan

tensi

2 29/9/

2010

nyeri

kepala

berkurang

, leher

masih

terasa

kaku

160/

100

80 55 155 Obat anti

hipertensi,

diuretik, diet

rendah garam,

istirahat cukup

Tekanan

darah

menjadi

140/80

3 1/10/

2010

Sudah

tidak

pusing,

leher

masih

terasa

sedikit

kaku

140/

80

80 55 155 Modifikasi

gaya hidup,

istirahat cukup

Pertahankan

tekanan

darah

Page 13: Hipertensi (Longcase Kedokteran Keluarga)

13

Tabel 2.2. Master Problem List

MASTER PROBLEM LIST

Problem

Number

Approx

Date of

Onset

Date

Problem

Recorded

Active

Problems

Inactive/Resolved

Problems

Date

Resolved

1. 2008 28/9/2010 Hipertensi

Grade II

(180/110),

nyeri

kepala,

leher terasa

kaku

-

2. 29/9/10 Hipertensi

grase II

(160/100),

nyeri kepala

berkurang,

leher masih

terasa kaku

3. 1/10/10 Hipertensi

grade I

(140/80),

leher masih

terasa

sedikit kaku

Nyeri kepala 29/9/

2010

Page 14: Hipertensi (Longcase Kedokteran Keluarga)

14

III. IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA

A. FUNGSI KELUARGA

1. Fungsi Biologis

Ny. S dan Tn.K memiliki 3 orang anak, 2 anak telah

berkeluarga dan 1 anak belum berkeluarga. Anak ke-3 tinggal bersama

Ny.S dan Tn.K. Ny.S memiliki 1 orang anak dari pernikahan

sebelumnya dan telah berkeluarga. Ny. S memiliki 3 orang cucu dari

kedua anaknya. Tidak ada anak pasien yang menderita hipertensi.

Riwayat penyakit maag, diabetes mellitus, penyakit jantung, dan

penyakit paru disangkal. Riwayat penyakit hipertensi pada orang tua

dan keluarga diterima yaitu ibu dan adik dari Ny.S.

2. Fungsi Psikologis

Pada dasarnya, hubungan kekeluargaan antar anggota keluarga

dapat dikatakan baik. Antar anggota keluarga terdapat rasa saling

menyayangi dan melindungi. Tn.K sebagai suami telah pensiun dan

sakit-sakitan. Selama dua tahun terakhir, Tn.K terhitung opname di RS

Banyumas sebanyak 5 kali dan di Puskesmas Kebasen sebanyak 3 kali,

bahkan di RS Banyumas pernah hingga dirawat di ICU selama kurang

lebih dua minggu. Riwayat penyakit Tn.K adalah TB Paru dan

Penyakit Jantung. Tn.K hingga saat ini masih sering mengeluhkan

sesak nafas dan berdebar-debar, terutama setelah berjalan agak jauh.

Kondisi Tn.K ini dipandang Ny.S sebagai beban sehingga pasien

sering cemas memikirkan kondisi kesehatan Tn.K. Bila Tn.K

mengalami sedikit keluhan tentang penyakitnya, Ny.S langsung

merasa pusing dan sulit tidur.

Hubungan antar anggota keluarga terjalin komunikasi yang

cukup baik. Apabila ada masalah, maka anggota keluarga lainnya siap

untuk mendengarkan dan membantu apabila mampu. Anak ke-3 pasien

Page 15: Hipertensi (Longcase Kedokteran Keluarga)

15

tidak bekerja dan selalu memperhatikan kondisi kesehatan kedua

orangtuanya.

3. Fungsi Sosial

Hubungan penderita dengan masyarakat sekitar dapat dikatakan

baik. Ny. S aktif dalam semua kegiatan yang ada di desa, seperti

pengajian, dasawisma dan PKK.

4. Fungsi Ekonomi

Tn. K sebagai kepala keluarga adalah pensiunan DPU,

keuangan keluarga cukup untuk memenuhi kebutuhan primer dan

sekunder dalam kehidupan sehari-hari. Biaya pengobatan

menggunakan asuransi kesehatan.

5. Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi

Masing-masing anggota keluarga memiliki keterbukaan dalam

berkomunikasi. Antar anggota keluarga memiliki kebiasaan untuk

saling berbagi bila sedang mengalami masalah. Anggota keluarga lain

akan mendengarkan dan berusaha membantu bila mampu.

B. FUNGSI FISIOLOGIS (A.P.G.A.R. SCORE)

Untuk menilai fungsi fisiologis keluarga ini digunakan A.P.G.A.R.

SCORE dengan nilai hampir selalu = 2, kadang = 1, hampir tidak pernah =

0. A.P.G.A.R. SCORE di sini akan dilakukan pada masing-masing anggota

keluarga dan kemudian dirata-rata untuk menentukan fungsi fisiologis

keluarga secara keseluruhan. Nilai rata-rata 1-4 = buruk, 5-7 = sedang, dan

8-10 = baik.

ADAPTATION

Dalam menghadapi suatu masalah, tiap anggota keluarga suka

untuk bercerita kepada anggota keluarga lainnya. Tiap anggota keluarga

sering berbagi cerita tentang apapun. Apabila mampu, anggota keluarga

lainnya akan berusaha untuk membantu. Misalnya, jika Ny. S meminta

sesuatu, maka anggota keluarga lainnya akan berusaha mengabulkannya.

Page 16: Hipertensi (Longcase Kedokteran Keluarga)

16

PARTNERSHIP

Dalam hal komunikasi, pengambilan suatu keputusan, penyelesaian

suatu masalah, dapat dikatakan baik. Ny. S selalu menceritakan

perasaannya kepada suami dan anaknya. Sedangkan anak-anak Ny. S yang

tinggal di luar kota masih dapat berkomunikasi melalui telepon, selain itu

anak-anak Ny.S juga selalu mengusahakan untuk berkunjung ke rumah

Ny. S beberapa bulan sekali, walaupun secara bergantian.

GROWTH

Antar anggota keluarga selalu mendukung dalam hal mematangkan

petumbuhan atau kedewasaaan anggota keluarga lainnya. Anggota

keluarga mendukung pola makan yang dianjurkan demi kesehatan Ny. S.

Namun kesadaran akan kesehatan kadang ditentang Ny. S dengan suka

minum kopi, teh dan makanan asin.

AFFECTION

Dalam hal mengekspresikan perasaan atau emosi, antar anggota

keluarga berusaha untuk selalu jujur. Apabila ada hal yang tidak berkenan

di hati, maka anggota keluarga akan mengutarakannya kepada yang lain

sehingga permasalahan dapat selesai tanpa ada yang salah pengertian.

Rasa sayang antar anggota keluarga juga dapat dilihat dari sikap Ny. S

yang selalu merawat Tn.K dengan sukarela.

RESOLVE

Waktu untuk kebersamaan antar seluruh anggota keluarga memang

tidak mempunyai jadwal yang tetap. Dalam keluarga tidak mempunyai

kebiasaan makan malam bersama, nonton televisi bersama, karena Ny. S

sibuk dengan kegiatannya. Apabila anggota keluarga sedang berada dalam

rumah, akan diusahakan untuk berkumpul dengan anggota keluarga

lainnya.

Page 17: Hipertensi (Longcase Kedokteran Keluarga)

17

Tabel 3.1. A.P.G.A.R. Score Keluarga Ny. S

A.P.G.A.R. Ny. S Terhadap Keluarga Sering/

selalu

Kadang-

kadang

Jarang/tidak

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga

saya bila saya menghadapi masalah

P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas

dan membagi masalah dengan saya

G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima

dan mendukung keinginan saya untuk melakukan

kegiatan baru atau arah hidup yang baru

A Saya puas dengan cara keluarga saya

mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon

emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya

membagi waktu bersama-sama

Total poin = 10

Ny. S mempunyai hubungan yang harmonis dengan keluarganya

walaupun tidak disediakan waktu khusus untuk kumpul dengan suami, anak

dan cucunya dan juga berusaha untuk selalu menceritakan masalah apa yang

sedang dia rasakan kepada suaminya.

Tabel 3.2. A.P.G.A.R. Score Keluarga Tn.K

A.P.G.A.R. Tn. K Terhadap Keluarga Sering/

selalu

Kadang-

kadang

Jarang/tidak

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga

saya bila saya menghadapi masalah

P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas

dan membagi masalah dengan saya

G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima

dan mendukung keinginan saya untuk melakukan

kegiatan baru atau arah hidup yang baru

A Saya puas dengan cara keluarga saya

Page 18: Hipertensi (Longcase Kedokteran Keluarga)

18

mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon

emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya

membagi waktu bersama-sama

Total poin = 9.

Tn. K sebagai suami dari Ny. S saat ini hanya sebagai pensiunan

pekerja DPU. Sehari-harinya suami penderita tinggal di rumah. Tn. K

merupakan tipe orang yang suka bercerita apa yang dirasakannya kepada

istrinya.

Tabel 3.3. A.P.G.A.R. Score Keluarga An.W

A.P.G.A.R. An.W Terhadap Keluarga Sering/

selalu

Kadang-

kadang

Jarang/tidak

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga

saya bila saya menghadapi masalah

P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas

dan membagi masalah dengan saya

G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima

dan mendukung keinginan saya untuk melakukan

kegiatan baru atau arah hidup yang baru

A Saya puas dengan cara keluarga saya

mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon

emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya

membagi waktu bersama-sama

Total poin = 6

An. W sebagai anak dari Ny. S tidak bekerja agar kedua

orangtuanya yang sakit bisa diperhatikan olehnya bila sewaktu-waktu

terjadi sesuatu. An. W tidak selalu berbagi masalah kepada orangtuanya.

Dia lebih sering bercerita kepada teman-temannya..

A.P.G.A.R. SCORE : (10+9+6) / 3 = 8.3

Kesimpulan : keluarganya dinilai baik.

Dapat dikatakan fungsi fisiologis dalam keluarga sehat. Walaupun

waktu untuk berkumpul dengan anggota keluarga lainnya kurang, akan

Page 19: Hipertensi (Longcase Kedokteran Keluarga)

19

tetapi komunikasi tetap terjaga. Anggota keluarga lainnya juga siap

membantu apabila salah satu anggota keluarga mengalami masalah.

C. FUNGSI PATOLOGIS (S.C.R.E.E.M.)

Fungsi patologis dari keluarga dinilai dengan menggunakan

S.C.R.E.E.M.

Tabel 3.4. S.C.R.E.E.M Keluarga Ny. S

Sumber Patologis

Social

Membina hubungan yang baik dengan tetangga

sekitarnya. Keluarga Ny. S aktif dalam kegiatan

kemasyarakatan seperti pengajian, arisan, PKK,

dasawisma, kerja bakti, dll.

-

Culture

Keluarga ini masih menggunakan bahasa jawa

dalam percakapan sehari-hari. Adat dan

kesopanan Jawa masih dipertahankan, walaupun

ada anggota keluarga yang fasih berbahasa

Indonesia. Kepuasan atau kebanggaan terhadap

budaya baik, hal ini dapat dilihat dari pergaulan

sehari-hari baik dalam keluarga maupun di

lingkungan, banyak tradisi budaya yang masih

diikuti. Sering mengikuti acara-acara yang bersifat

hajatan, sunatan, nyadran dll

-

Religious

Dalam keluarga ini pemahaman agama baik.

Keluarga ini melakukan shalat 5 waktu dan sering

mengikuti pengajian.

-

Economic

Status ekonomi keluarga ini tergolong menengah ke

bawah. Kebutuhan primer dapat tercukupi,

walaupun kebutuhan sekunder tidak dapat

tercukupi.

+

Educational Latar belakang pendidikan tergolong kurang.

Keluarga tidak berlangganan koran, biasanya

+

Page 20: Hipertensi (Longcase Kedokteran Keluarga)

20

melihat berita dari acara tv ataupun radio.

Medical

Bila ada anggota keluarga yang sakit, segera

dibawa ke puskesmas. Keluarga menggunakan

ASKES untuk pembiayaan kesehatan.

-

a. Economic (+) artinya status ekonomi keluarga ini tergolong menengah

ke bawah. Walaupun kebutuhan pimer sudah terpenuhi, tetapi

kebutuhan sekunder belum dapat dipenuhi.

b. Educational (+) artinya status pendidikan keluarga ini tergolong

rendah, melihat dari pendidikan terakhir keluarga yang hanya tamat

SD. Keluarga juga tidak berlangganan koran untuk mengetahui berita

terakhir, biasanya hanya dengan melihat televisi atau mendengar radio.

Kesimpulan :

Keluarga Ny. Y memiliki fungsi patologis dari segi ekonomi dan edukasi

D. GENOGRAM

Gambar 3.1. Genogram Keluarga Ny.S

Page 21: Hipertensi (Longcase Kedokteran Keluarga)

21

(Sumber; Data Primer, 2010)

Ny. S menikah dengan Tn. K dan mempunyai 3 orang anak dan 3

orang cucu. Suami Ny. S menderita TB Paru dan Penyakit Jantung. Ny. S

memiliki 2 anak yang tinggal di luar kota anak ke-3 tinggal bersama Ny S

dan suaminya. Ibu Ny. S meninggal karena penyakit jantung dan memiliki

riwayat hipertensi. Adik Ny.S juga memiliki penyakit hipertensi.

Kesimpulan: Terdapat intervensi faktor keturunan dalam hipertensi

yang diderita Ny. S.

E. POLA INTERAKSI KELUARGA

Keterangan:

= hubungan baik

= hubungan kurang baik

Gambar 3.2. Pola Interaksi Keluarga Ny.S

(Sumber; Data Primer, 2010)

Page 22: Hipertensi (Longcase Kedokteran Keluarga)

22

IV. IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KESEHATAN

A. IDENTIFIKASI FAKTOR PERILAKU DAN NON PERILAKU

KELUARGA

1. Faktor Perilaku Keluarga

Perilaku masing-masing anggota keluarga sangat mendukung untuk

kesehatan Ny. S. Pengetahuan anggota keluarga mengenai hipertensi dapat

dikatakan cukup. Apabila penderita sudah mengeluhkan pusing, leher kaku,

atau sulit tidur, maka penderita akan segera berobat ke Puskesmas. Selain itu

anggota keluarga lainnya turut menjaga pola makan penderita untuk tidak

mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi garam, ataupun tinggi

lemak. Penderita yang sejak muda juga tidak suka mengkonsumsi makanan

berlemak, selalu menaati pola makan yang disediakan keluarganya, yaitu

tempe, tahu, sayur, dan kadang-kadang daging namun terkadang

mengkonsumsi ikan asin dan minum teh. Penderita termasuk orang yang rajin

memeriksakan tekanan darah ke puskesmas.

Hubungan penderita dengan masyarakat sekitar dapat dikatakan

baik. Ny. S aktif dalam semua kegiatan yang ada di desa, arisan,

dasawisma, PKK, atau kegiatan pengajian. Dalam hal keagamaan,

penderita dan anggota keluarga lainnya termasuk taat dalam menjalankan

ibadah. Walaupun tidak selalu shalat dalam masjid, tetapi penderita dan

anggota keluarga lainnya selalu menjalankan shalat 5 waktu.

Dari segi psikologis, penderita memiliki psikologi yang baik.

Namun sebenarnya penderita memiliki stressor pikiran yang cukup berat

karena Tn, K, suami Ny.S, memiliki riwayat TB Paru dan Penyakit

Jantung. Penyakit Tn.K sering membuatnya masuk untuk dirawat di RS

atau di Puskesmas. Ny.S sering merasa cemas dengan keasaan kesehatan

Tn.K. bila Tn.K mengeluh sedikit saja, Tn.K akan sangat merasa khawatir

dan tidak bisa istirahat bahkan hingga berhari-hari. Pasien tinggal

Page 23: Hipertensi (Longcase Kedokteran Keluarga)

23

bersama anak ke-3nya, An. W. An. W tidak bekerja sehingga dapat

membantu mengurus kesehatan orangtuanya. Stress psikis yang dialami

Ny.S terkait kesehatan Tn.K inilah yang dapat memacu munculnya

hipertensi pada penderita. Penderita juga selalu berusaha untuk sabar dalam

menghadapi masalah ini dan lebih menyerahkan diri kepada Allah SWT.

2. Faktor Non Perilaku

Jika melihat usia Ny. S yang sudah berusia 55 tahun, yaitu kelompok

pra-lansia, dapat menjadi faktor resiko terjadinya hipertensi.

Dari segi genetik Ny. S memiliki riwayat hipertensi pada keluarganya

yaitu pada ibu dan adik pertamanya

Dari segi pelayanan kesehatan, keluarga ini segera mencari

pertolongan kesehatan apabila ada anggota keluarga yang sakit. Jenis

pelayanan kesehatan yang sering digunakan adalah puskesmas yang terletak

tidak jauh dari rumah. Ny. S rutin memeriksakan tekanan darahnya namun

tidak mentaati apa yang dianjurkan dokter untuk menjaga pola makan agar

tekanan darahnya tidak tinggi.

Dari segi pendidikan, pasien hanya tamat SD. Pasien belum

mengetahui bahaya dari hipertensi dan komplikasinya.

Dari segi ekonomi, pasien tergolong ekonomi menengah ke bawah.

Hal ini tercermin dari keadaan rumah pasien yang tidak sehat dengan

ventilasi dan pencahayaan yang kurang.

Page 24: Hipertensi (Longcase Kedokteran Keluarga)

24

Keterangan :

: Faktor Perilaku

: Faktor Non Perilaku

Gambar 4.1. Faktor Perilaku dan Non Perilaku Keluarga Ny.S

(Sumber; Data Primer, 2010)

Keluarga Ny. S

Tindakan :Penderita

tidak memiliki aktivitas

berlebihan di usianya

yang lanjut.

Keturunan : ada

riwayat penyakit

hipertensi dalam

keluarga.

keluarga.

Usia: Merupakan usia

beresiko menderita

hipertensi.

menderita

hipertensi.

Sikap :Memiliki beban

psikis yang besar.

Pola makan: suka

makan asin-asin dan

minum teh

Pelayanan

Kesehatan :Segera

berobat ke puskesmas

bila sakit namun tidak

menaati ajuran dokter

Ekonomi :tergolong

ekonomi menengah ke

bawah

Pendidikan :hanya

tamat SD, tidak

mengetahui bahaya

dan komplikasi

hipertensi

Page 25: Hipertensi (Longcase Kedokteran Keluarga)

25

B. IDENTIFIKASI LINGKUNGAN RUMAH

1. Gambaran Lingkungan Rumah

Ukuran rumah keluarga Ny. S adalah 90 m2. Lingkungan tempat

tinggal merupakan suatu pemukiman tidak padat dengan jalan depan

rumah dari batu-batu. Atap rumah terbuat dari genteng, dinding terbuat

dari batu bata, lantai terbuat dari semen. Ventilasi rumah berukuran sekitar

25% dari luas ruangan, pencahayaan yang masuk ke dalam rumah cukup.

Begitu juga tingkat kelembapan dalam rumah dapat dikatakan cukup.

Rumah terdiri dari 3 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, 1

ruang makan, 1 dapur, dan 1 kamar mandi yang berdekatan dengan sumur.

Sedangkan pencahayaan matahari dan ventilasi udara cukup, sehingga

udara dapat mengalir cukup dan cahaya matahari masuk cukup banyak.

Sumber air bersih adalah sumur.

2. Denah Rumah

Rumah penderita seluas 96 m2. Rumah terdiri dari teras, 3 kamar

tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, 1 ruang makan, 1 dapur, dan 1

kamar mandi. Ventilasi dan pencahayaan yang masuk ke dalam rumah

cukup baik. Sumber air berasal dari sumur timba yang terletak di luar

rumah. Pasien memiliki jamban yang terbuat dari bambu dan dibuat di atas

empang di sebelah rumah penderita.

Page 26: Hipertensi (Longcase Kedokteran Keluarga)

26

Gambar 4.2. Denah Rumah Ny.S

(Sumber; Data Primer, 2010)

Kamar

tidur

Ruang

makan

Ruang

keluarga

Ruang

tamu

DapurD

a

p

u

r

Teras

Kamar

tidur

Kamar

tidur U

Page 27: Hipertensi (Longcase Kedokteran Keluarga)

27

V. DAFTAR MASALAH DAN PEMBINAAN KELUARGA

A. MASALAH MEDIS

Hipertensi grade II

B. MASALAH NON MEDIS

1. Stress psikis karena keadaan kesehatan suami yang menurun.

2. Konsumsi teh dan makanan yang asin

3. Riwayat keluarga hipertensi

4. Pra usia lanjut

C. DIAGRAM PERMASALAHAN PASIEN

(Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan yang

ada dengan faktor-faktor resiko yang ada dalam kehidupan pasien)

Gambar 5.1 Diagram Permasalahan Keluarga Ny.S

(Sumber; Data Primer, 2010)

Ny. S

Hipertensi

1. Stress psikis karena keadaan

kesehatan suami yang

menurun

2. Konsumsi teh dan

makanan yang asin

3. Riwayat

keluarga

hipertensi.

5. Pra usia

lanjut

4. Latar belakang

pendidikan

rendah

6. Ekonomi

menengah

ke bawah

Page 28: Hipertensi (Longcase Kedokteran Keluarga)

28

D. MATRIKULASI MASALAH

Prioritas masalah ini ditentukan melalui teknik kriteria matriks.

Tabel 5.1. Matriks Prioritas Masalah

No Daftar Masalah I T R Jumlah

IxTxRP S SB Mn Mo Ma

1

1

Stress psikis karena

keadaan kesehatan

suami yang

menurun

4 5 4 3 4 3 4 11520

2 Riwayat keluarga

hipertensi

4 4 4 4 3 3 3 6912

3 Konsumsi teh dan

makanan yang asin

4 3 3 3 4 3 4 5184

4 Pra usia lanjut 3 4 3 3 3 3 3 2916

5 Latar belakang

pendidikan rendah

3 3 3 2 3 2 3 972

6 Ekonomi menengah

ke bawah

3 3 3 3 2 2 2 648

Keterangan :

I : Importancy (pentingnya masalah)

P : Prevalence (besarnya masalah)

S : Severity (akibat yang ditimbulkan oleh masalah)

SB : Social Benefit (keuntungan sosial karena selesainya

masalah)

T : Technology (teknologi yang tersedia)

R : Resources (sumber daya yang tersedia)

Mn : Man (tenaga yang tersedia)

Mo : Money (sarana yang tersedia)

Ma : Material (pentingnya masalah)

Page 29: Hipertensi (Longcase Kedokteran Keluarga)

29

Kriteria penilaian :

1 : tidak penting

2 : agak penting

3 : cukup penting

4 : penting

5 : sangat penting

(Azwar, 1996)

E. PRIORITAS MASALAH

Berdasarkan kriteria matriks di atas, maka urutan prioritas masalah keluarga

Ny. S adalah sebagai berikut :

1. Stress psikis karena keadaan kesehatan suami yang

menurun

2. Riwayat keluarga hipertensi

3. Konsumsi teh dan makanan yang asin

4. Pra usia lansia

5. Latar belakang pendidikan rendah

6. Ekonomi menengah ke bawah

Kesimpulan : Prioritas masalah yang diambil adalah stress psikis karena

keadaan kesehatan suami yang menurun

Page 30: Hipertensi (Longcase Kedokteran Keluarga)

30

VI. RENCANA DAN HASIL PEMBINAAN KELUARGA

Tabel 6.1 Rencana dan Hasil Pembinaan Keluarga

Tgl Kegiatan yang

dilakukan

Anggota

keluarga

yang terlibat

Hasi kegiatan Target kegiatan

29/9

2010

1. Manajemen

stress

2. Perjanjian

untuk pertemuan

selanjutnya

Pasien dan

suaminya

Pasien menepati

janjinya selalu

mentaati

manajemen

stess

1. Pasien

tahu akan hal

apa saja yang

dapat

mengurangi

beban

psikisnya

1/10

2010

1. Edukasi

pencegahan

hipertensi

Pasien dan

suaminya

Pengetahuan

keluarga

bertambah

1. Pasien dan

akan kontrol

secara teratur

2. Menjaga

pola makan

yang baik

untuk

penderita

hipertensi

a. Tujuan

Tujuan dari pembinaan keluarga ini adalah untuk memberikan

pengertian kepada pasien dan keluarga agar lebih mengerti akan apa

penyakit hipertensi, apa saja yang dapat memacu timbulnya hipertensi,

dan bagaimana cara penatalaksanaan hipertensi. Lebih khususnya lagi,

pembinaan keluarga ini bertujuan agar pasien dapat lebih bisa

mengontrol stress psikis yang dihadapinya.

Page 31: Hipertensi (Longcase Kedokteran Keluarga)

31

b. Materi

Edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai manajemen stress,

misalnya:

a. Membantu pasien untuk mengendalikan emosi, melatih

kesabaran, hal ini dapat dilakukan dengan cara mendekatkan diri

pada Allah SWT.

b. Bantu pasien untuk melaksanakan terapi meditasi dan

relaksasi, dan melakukan olahraga ringan misalnya seperti senam

lansia.

c. Meningkatkan harga diri pasien, meyakinkan pada pasien

bahwa sakit yang dialami pasien dapat diatasi jika pasien mau

mengikuti saran dokter dan petugas kesehatan untuk melaksanakan

pola hidup sehat

d. Tetap melibatkan pasien dalam aktivitas sosial sesuai

kemampuan

e. Dukungan keluarga dan orang-orang terdekat sangat

berpengaruh terhadap pasien dalam menghadapi penyakitnya

f. Memberikan pengertian pada keluarga agar menjaga

suasana hubungan sosial dan keluarga dalam suasana yang harmonis

dan mengurangi timbulnya konflik dengan pasien yang memacu

emosi pasien hipertensi

g. Ajarkan pada keluarga agar tetap memperhatikan pasien

dan membuat pasien tetap merasa dihargai dengan cara tetap

melibatkan pasien dalam kegiatan sehari-hari sesuai dengan

kemampuan

h. Membina hubungan kasih sayang dan keharmonisan dalam

keluarga, sering mengajak pasien ngobrol dan bersenda gurau

Edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai pencegahan

hipertensi, misalnya:

a. Kurangi konsumsi garam.

Page 32: Hipertensi (Longcase Kedokteran Keluarga)

32

b. Konsumsi makanan yang mengandung kalium, magnesium

dan kalsium. Kalium, magnesium dan kalsium mampu mengurangi

tekanan darah tinggi. Misalnya seperti semangka, alpukat, melon,

buah pare, labu siam, labu, mentimun, lidah buaya, seledri, bawang

dan bawang putih. Selain itu, makanan yang mengandung unsur

omega-3 sangat dikenal efektif dalam membantu penurunan tekanan

darah.

c. Kurangi minum minuman atau makanan beralkohol.

d. Olahraga secara teratur bisa menurunkan tekanan darah

tinggi. Pilihlah olahraga yang ringan seperti berjalan kaki, bersepeda,

lari santai, dan berenang. Lakukan selama 30 hingga 45 menit sehari

sebanyak 3 kali seminggu.

e. Makan sayur dan buah yang berserat tinggi seperti sayuran

hijau, pisang, tomat, wortel, melon, dan jeruk.

f. Berhenti merokok juga berperan besar untuk mengurangi

tekanan darah tinggi atau hipertensi.

g. Hindari makanan tinggi kolesterol

h. Menurunkan berat badan bila terjadi kegemukan

i. Hindari stressor pikiran

j. Istirahat cukup

k. Kontrol secara teratur tekanan darah

c. Cara Pembinaan

Pembinaan dilakukan di rumah pasien dalam waktu yang telah

ditentukan bersama. Pembinaan dilakukan dengan cara memberikan

konseling kepada pasien dan keluarga, dalam suatu pembicaraan santai

sehingga pesan yang disampaikan dapat diterima oleh pasien dan

keluarga.

d. Sasaran

Sasaran dari pembinaan keluarga ini adalah pasien dan

keluarganya.

Page 33: Hipertensi (Longcase Kedokteran Keluarga)

33

VII. HUBUNGAN STRESS PSIKIS DENGAN HIPERTENSI

A. STRESS PSIKIS

Salah satu sumbangan pertama dalam penelitian tentang stress adalah

deskripsi Cannon tentang respon fight or flight pada tahun 1932. Cannon

berpendapat bahwa ketika organisme merasakan adanya suatu ancaman, maka

secara cepat tubuh akan terangsang dan termotivasi melalui sistem syaraf

simpatis dan endokrin. Respon fisiologis ini mendorong organisme untuk

menyerang ancaman tadi atau melarikan diri (Garmezy, 1983; Taylor, 1991).

Menurut Hans Seyle pada tahun 1936 tentang ’General Adaptation

Syndrome (GAS)’, (Bieliauskas, 1982; Leventhal, 1983; Helman, 1990;

Taylor, 1991, dll), ketika organisme berhadapan dengan stressor, dia akan

mendorong dirinya sendiri untuk melakukan tindakan. Usaha ini diatur oleh

kelenjar adrenal yang menaikkan aktivitas sistem syaraf simpatis. Tanpa

memperhatikan penyebab dari ancaman, individu akan merespon dengan pola

reaksi fisiologis yang sama (non spesific response). Selebihnya dengan

mengulangi atau memperpanjang stess, sehingga akan mematahkan sistem

(wear and tear of the system) (Taylor, 1991).

Sumber stress dapat berubah-ubah, sejalan dengan perkembangan

manusia tetapi kondisi stress juga dapat terjadi setiap saat sepanjang

kehidupan. Kadang-kadang sumber stress itu ada di dalam diri seseorang.

Salah satunya melalui kesakitan. Tingkatan stress yang muncul tergantung

pada keadaan rasa sakit dan umur individu (Sarafino, 1990). Stress juga akan

muncul dalam seseoang melalui penilaian dari kekuatan motivasional yang

melawan, bila seseorang mengalami konflik.

Page 34: Hipertensi (Longcase Kedokteran Keluarga)

34

B. HIPERTENSI

Hipertensi dikenal secara luas sebagai penyakit kardiovaskular.

Diperkirakan telah menyebabkan 4.5% dari beban penyakit secara global, dan

prevalensinya hamper sama besar di negara berkembang maupun di negara

maju. Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko utama gangguan jantung.

Selain mengakibatkan gagal jantung, hipertensi dapat berakibat terjadinya

gagal ginjal maupun penyakit serebrovaskular. Penyakit ini bertanggung

jawab terhadap tingginya biaya pengobatan dikarenakan alasan tingginya

angka kunjungan ke dokter, perawatan di rumah sakit dan / atau penggunaan

obat jangka panjang.

Pada kebanyakan kasus, hipertensi terdeteksi saat pemeriksaan fisik

karena alas an penyakit tertentu, sehingga sering disebut sebagai “silent

killer”. Tanpa disadari penderita mengalami komplikasi pada organ-organ

vital seperti jantung, otak ataupun ginjal. Gejala-gejala akibat hipertensi,

seperti pusing, gangguan penglihatan, dan sakit kepala, seringkali terjadi pada

saat hipertensi sudah lanjut disaat tekanan darah sudah mencapai angka

tertentu yang bermakna..

Klasifikasi tekanan darah oleh JNC 7 untuk pasien dewasa (umur ≥ 18

tahun) berdasarkan rata-rata pengukuran dua tekanan darah atau lebih pada

dua atau lebih kunjungan klinis. Klasifikasi tekanan darah mencakup 4

kategori, dengan nilai normal pada tekanan darah sistolik (TDS) < 120 mm Hg

dan tekanan darah diastolik (TDD) < 80 mm Hg. Prehipertensi tidak dianggap

sebagai kategori penyakit tetapi mengidentifikasi pasien-pasien yang tekanan

darahnya cendrung meningkat ke klasifikasi hipertensi dimasa yang akan

datang. Ada dua tingkat (stage) hipertensi , dan semua pasien pada kategori ini

harus diberi terapi obat.

Page 35: Hipertensi (Longcase Kedokteran Keluarga)

35

Tabel 7.1 Klasifikasi Hipertensi menurut JNC VII Tahun 2003

Sistole Diastole

Normal ≤ 120 mmHg ≤ 80 mmHg

Prehipertensi 120 – 139 mmHg 80 – 89 mmHg

Stadium I 140 – 159 mmHg 90 – 99 mmHg

Stadium II ≥ 160 mmHg ≥ 100 mmHg

Krisis hipertensi merupakan suatu keadaan klinis yang

ditandai oleh tekanan darah yang sangat tinggi yang kemungkinan dapat

menimbulkan atau telah terjadinya kelainan organ target. Biasanya ditandai

oleh tekanan darah >180/120 mmHg; dikategotikan sebagai hipertensi

emergensi atau hipertensi urgensi.

Pada hipertensi emergensi tekanan darah meningkat ekstrim disertai

dengan kerusakan organ target akut yang bersifat progresif, sehingga tekanan

darah harus diturunkan segera (dalam hitungan menit – jam) untuk mencegah

kerusakan organ target lebih lanjut. Contoh gangguan organ target akut:

encephalopathy, pendarahan intrakranial, gagal ventrikel kiri akut disertai

edema paru, dissecting aortic aneurysm, angina pectoris tidak stabil, dan

eklampsia atau hipertensi berat selama kehamilan.

Hipertensi urgensi adalah tingginya tekanan darah tanpa disertai

kerusakan organ target yang progresif. Tekanan darah diturunkan dengan obat

antihipertensi oral ke nilai tekanan darah pada tingkat 1 dalam waktu beberapa

jam sampai beberapa hari.

Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui

beberapa cara:

1. Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih

banyak cairan pada setiap detiknya

Page 36: Hipertensi (Longcase Kedokteran Keluarga)

36

2. Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku,

sehingga tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah

melalui arteri tersebut. Karena itu darah pada setiap denyut jantung

dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit daripada biasanya dan

menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi pada usia lanjut,

dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena arteriosklerosis.

Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi

vasokonstriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu

mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon di dalam darah.

3. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan

meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi

ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari

dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan

darah juga meningkat.

Sebaliknya, jika aktivitas memompa jantung berkurang, arteri

mengalami pelebaran, banyak cairan keluar dari sirkulasi, maka tekanan

darah akan menurun atau menjadi lebih kecil. Penyesuaian terhadap faktor-

faktor tersebut dilaksanakan oleh perubahan di dalam fungsi ginjal dan sistem

saraf otonom (bagian dari sistem saraf yang mengatur berbagai fungsi tubuh

secara otomatis).

Ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara:

1. Jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah

pengeluaran garam dan air, yang akan menyebabkan berkurangnya volume

darah dan mengembalikan tekanan darah ke normal.

2. Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi

pembuangan garam dan air, sehingga volume darah bertambah dan

tekanan darah kembali ke normal.

3. Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan

menghasilkan enzim yang disebut renin, yang memicu pembentukan

hormon angiotensin, yang selanjutnya akan memicu pelepasan hormon

aldosteron. Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya

angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme

Page 37: Hipertensi (Longcase Kedokteran Keluarga)

37

(ACE). ACE memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan

darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati.

Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah

menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I

diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki

peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama.

Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH)

dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan

bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan

meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh

(antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk

mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan

cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah

meningkat, yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah. Aksi

kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.

Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting

pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan

mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari

tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan

cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan

meningkatkan volume dan tekanan darah.

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala;

meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan

dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya

tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung,

pusing, wajah kemerahan dan kelelahan yang bisa saja terjadi baik pada

penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang

normal.

Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran

dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut

ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.

Selama ini dikenal dua jenis hipertensi, yaitu:

Page 38: Hipertensi (Longcase Kedokteran Keluarga)

38

1. Hipertensi primer (Essensial)

Hipertensi ini merupakan hipertensi yang tidak diketahui

penyebabnya. Kira-kira 90% hipertensi adalah jenis ini. Nama lain dari

hipertensi ini adalah hipertensi esensial atau idiopatik. Hipertensi esensial

adalah penyakit multifaktorial yang timbul terutama karena interaksi

antara factor-faktor risiko tertentu. Faktor-faktor resiko yang mendorong

timbulnya kenaikan tekanan darah tersebut adalah :

a. Faktor resiko seperti diet dan asupan garam, stress, ras,

obesitas, merokok dan genetic.

b. Sistem saraf simpatis yang terdiri dari tonos simpatis dan

variasi diurnal.

c. Keseimbangan antara modulator vasodilatasi dan

vasokontriksi : endotel pembuluh darah berperan utama, tetapi

remodeling dari endotel, otot polos dan interstisium juga memberikan

kontribusi akhir.

d. Pengaruh sistem otokrin setempat yang berperan pada sistem

renin, angiotensin dan aldosteron.

2. Hipertensi sekunder

Hipertensi jenis ini adalah merupakan hipertensi yang terjadi akibat

dari penyakit lain. Sejauh ini penyebab paling sering dari hipertensi

sekunder adalah penyakit parenkim ginjal dan penyempitan arteri ginjal.

Adapun beberapa factor yang dapat menyebabkan terjadinya hipertensi

sekunder adalah sebagai berikut :

a. Penyakit ginjal

1) Sekresi rennin meningkat

2) Retensi natrium dan cairan

3) Sekresi vasodilator (vasipresor)menurun

b. Penyebab endokrin

1) Aldosteronisme

2) Kontrasepsi oral

3) Feokromositoma

4) Tirotoksikosis

Page 39: Hipertensi (Longcase Kedokteran Keluarga)

39

c. Penyebab vascular

1) Koarktasio aorta

2) Vaskulitis

d. Penyebab neurogenik

1) Psikogenik

2) Tekanan intracranial meningkat

C. HUBUNGAN STRESS PSIKIS DENGAN HIPERTENSI

Pada kenyataannya, faktor stres psikis atau pikiran yang berlebihan

merupakan pemicu utama terjadinya hipertensi. Pembuluh darah yang kurang

elastis mengakibatkan resistensi (tahanan) perifer yang meningkat berbanding

lurus dengan tekanan darah. Pembuluh darah dipengaruhi berbagai faktor,

salah satunya emosi.

Hipertensi dipengaruhi oleh faktor psikis (emosi). Pada saat cemas

atau dalam keadaan marah, tubuh melepaskan hormon katekolamin yang

berpengaruh terhadap peningkatan resistensi perifer dari pembuluh darah

sehingga tekanan darah meningkat.

Stress akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah

jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Sistem saraf

simpatis merupakan bagian dari sistem saraf otonom, yang untuk sementara

waktu akan:

1. meningkatkan tekanan darah selama respon fight-or-flight

(reaksi fisik tubuh terhadap ancaman dari luar)

2. meningkatkan kecepatan dan kekuatan denyut jantung; juga

mempersempit sebagian besar arteriola, tetapi memperlebar arteriola di

daerah tertentu (misalnya otot rangka, yang memerlukan pasokan darah

yang lebih banyak)

3. mengurangi pembuangan air dan garam oleh ginjal, sehingga

akan meningkatkan volume darah dalam tubuh

4. melepaskan hormon epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin

(noradrenalin), yang merangsang jantung dan pembuluh darah

D. PENATALAKSANAAN HIPERTENSI

Page 40: Hipertensi (Longcase Kedokteran Keluarga)

40

Pengobatan hipertensi bertujuan untuk menurunkan dan

mempertahankan tekanan darah dalam batas normal. Hipertensi juga dapat

menyebabkan komplikasi pada organ lain. Komplikasi yang paling sering

adalah stroke, penyakit jantung koroner, dan akhirnya menjadi gagal jantung

dan gagal ginjal. Penyakit stroke dan jantung koroner merupakan penyebab

kematian tertinggi.

Pengobatan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi nonmedika

mentosa (nonfarmakologi) dan medika mentosa (farmakologi). Pengobatan

nonmedika mentosa adalah pengobatan tanpa obat-obatan antihipertensi.

Misalnya edukasi penderita dan keluarga untuk modifikasi gaya hidup dengan

olahraga secara teratur; diet makanan rendah garam, rendah lemak, rendah

kolesterol, dan tinggi serat; hindari minum alkohol, rokok, dan kopi; hindari

stressor pikiran; istirahat cukup.

Sedangkan terapi farmakologi, dengan menggunakan obat-obat

antihipertensi. Terdapat berbagai macam obat antihipertensi:

1. β Blocker, seperti atenolol dan metoprolol, menurunkan denyut jantung

dan tekanan darah dengan bekerja secara antagonis terhadap sinyal

adrenergik. Manfaat jangka panjang dari penggunaannya tidak diragukan

lagi, terutama pada penyakit koroner. Efek samping yang ditimbulkan

antara lain letargi, impotensi, perifer dingin, eksaserbasi diabetes, dan

hiperlipidemia. Kontraindikasi pada penderita asma, hati-hati bila

digunakan pada penderita penyakit vaskular perifer.

2. Diuretik dan diuretik tiazid, seperti bendrofluazid: aman dan efektif.

3. Antagonis kanal kalsium: vasodilator yang menurunkan tekanan darah.

Nifedipine (kemungkinan amlodipin) menyebabkan takikardia refleks

kecuali bila diberikan juga β Blocker. Efek sampingnya muka merah,

edema pergelangan kaki, perburukan gagal jantung (kecuali amlodipin)

4. ACE inhibitor, seperti kaptopril, enalapril, lisinopril, dan ramipril,

memberikan efek antihipertensi dengan menghambat pembentukan

angiotensin II. Data mortalitas tinggi pada pasien gagal jantung, gangguan

fungsi ventrikel kiri (LV), atau ada riwayat penyakit jantung koroner

(PJK) bisa menyebabkan hipotensi berat atau gagal ginjal akut pada

Page 41: Hipertensi (Longcase Kedokteran Keluarga)

41

penderita hipotensi berat atau gagal ginjal akut pada penderita hipertensi

renovaskular, misalnya pada stenosis arteri renalis bilateral. Efek samping

diantaranya batuk kering dan angioderma.

5. Antagonis reseptor angiotensin II, seperti losartan dan valsatan, bekerja

antagonis terhadap aksis angiotensin II – renin. Efikasinya sebanding

dengan inhibitor ACE. Indikasinya pada gagal jantung atau gangguan

fungsi ventrikel kiri jika batuk akibat inhibitor ACE terasa mengganggu.

Efeknya dalam fungsi ginjal pada hipertensi renovaskular sama.

6. Antagonis α, seperti doksazosin. Vasodilator yang menurunkan tekanan

darah dengan bekerja antagonis terhadap reseptor α-adrenergik pada

pembuluh darah perifer.

7. Obat-obat lain misalnya obat yang bekerja sentral (seperti metildopa, atau

moksonidin)

Pengobatan hipertensi bersifat long term therapy. Hal ini karena

penyebab pasti belum diketahui sehingga pasien harus rajin minum obat

antihipertensi. Apabila tidak teratur, bisa mengakibatkan percepatan

komplikasi, salah satunya penyakit jantung koroner.

Page 42: Hipertensi (Longcase Kedokteran Keluarga)

42

VIII. PENUTUP

A. KESIMPULAN

Diagnosis Holistik Ny.S adalah:

a. Diagnosis Biologis : Hipertensi Grade II

b. Diagnosis Psikologis : Stress pikiran dalam mengurus kesehatan sang

suami yang memburuk

c. Diagnosis Ekonomi : Status ekonomi menengah ke bawah

d. Diagnosis Sosial : Hubungan dengan masyarakat baik

e. Diagnosis Demografi : Hubungan yang terjalin antar anggota keluarga

baik.

B. SARAN

Edukasi kepada penderita dan keluarganya mengenai manajemen stress

dan gaya hidup sehat bagi penderita hipertensi.

Promotif :

1. Kontrol secara teratur tekanan darah

2. Kontrol berat badan

Preventif :

1. Olahraga secara teratur

2. Diet makanan rendah garam, rendah lemak, rendah kolesterol, dan tinggi

serat

3. Hindari minum alkohol, rokok, teh dan kopi

4. Hindari stressor pikiran

5. Istirahat cukup

Page 43: Hipertensi (Longcase Kedokteran Keluarga)

43

Kuratif

Obat antihipertensi

Rehabilitatif

Tetap rutin untuk konsumsi obat hipertensi, dan secara teratur control

tekanan darah ke pelayanan kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Chobaniam AV et al. Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. JAMA. 2003; 289: 2560-2572.

Dosh SA. The diagnosis of essential and secondary hypertension in adults. J.Fam Pract 2001;50:707-712.

Oparil S, et al. Pathogenesis of Hypertension. Ann Intern Med. 2003; 139: 761 - 776.

Neal, MJ. 2006. At a Glance Farmakologi Medis Edisi keelima. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Price Sylvia A. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. EGC. Jakarta.

Rilantono, Lily Ismudiati. 2004. Buku Ajar Kardiologi. FKUI. Jakarta. Hal: 197-205.

Smet, Bart. 2004. Psikologi Kesehatan. PT. Gasindo. Jakarta. Hal: 107-8.

Sudoyo, Aru, dkk. 2006. Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV. FKUI. Jakarta. Hal: 1654-5.

Williams, GH. 1998. Harrison's Principles of Internal Medicine 14th ed vol 1: Approach to the Patient with Hypertension. Hal: 202-5.

Yogiantoro M. Hipertensi Esensial. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV. Jakarta: FK UI. 2006.

Page 44: Hipertensi (Longcase Kedokteran Keluarga)

44

LAMPIRAN

FOTO 1

Foto pemeriksaan tekanan darah Ny.S saat home visit

FOTO 2

Page 45: Hipertensi (Longcase Kedokteran Keluarga)

45

Foto dapur rumah Ny.S

FOTO 3

Foto dinding rumah Ny.S

FOTO 4

Page 46: Hipertensi (Longcase Kedokteran Keluarga)

46

Foto kamar mandi Ny.S

FOTO 5

Foto jamban Ny.S

FOTO 6

Page 47: Hipertensi (Longcase Kedokteran Keluarga)

47

Foto bersama Tn.K (kiri) dan Ny.S (tengah)