Laporan Kasus Hipertensi Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga

41
Laporan kasus Puskesmas : Wanakerta, Kecamatan Teluk Jambe, Kabupaten Karawang Nomor register : 110421 Tanggal kunjungan : 28 September 2013 I. Identitas Pasien : Nama : Ny. L Umur : 60 tahun Jenis kelamin : Perempuan Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pendidikan : SD Alamat : Desa Margamulya RT 7/ 10 No. 8 II. Riwayat Biologis Keluarga : Keadaan kesehatan sekarang : Baik Kebersihan perorangan : Cukup Penyakit yang sering diderita : Pusing, leher kaku,tidak bisa tidur Penyakit keturunan : Darah tinggi (Ayah) Penyakit kronis/menular : Tidak ada Kecacatan anggota keluarga : Tidak ada Pola makan : Sedang Jumlah anggota keluarga : 5 orang 1

Transcript of Laporan Kasus Hipertensi Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga

Page 1: Laporan Kasus Hipertensi Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga

Laporan kasus

Puskesmas : Wanakerta, Kecamatan Teluk Jambe, Kabupaten Karawang

Nomor register : 110421

Tanggal kunjungan : 28 September 2013

I. Identitas Pasien :

Nama : Ny. L

Umur : 60 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Pendidikan : SD

Alamat : Desa Margamulya RT 7/ 10 No. 8

II. Riwayat Biologis Keluarga :

Keadaan kesehatan sekarang : Baik

Kebersihan perorangan : Cukup

Penyakit yang sering diderita : Pusing, leher kaku,tidak bisa tidur

Penyakit keturunan : Darah tinggi (Ayah)

Penyakit kronis/menular : Tidak ada

Kecacatan anggota keluarga : Tidak ada

Pola makan : Sedang

Jumlah anggota keluarga : 5 orang

1

Page 2: Laporan Kasus Hipertensi Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga

III. Psikologis Keluarga :

Kebiasaan buruk : Tidur larut malam, sering makan

makanan yang asin

Pengambilan keputusan : Keluarga

Ketergantungan obat : Tidak ada

Tempat mencari pelayanan kesehatan : Puskesmas

Pola rekreasi : Kurang

IV. Keadaan Rumah /lingkungan :

Jenis bangunan : Permanen

Lantai rumah : Semen

Luas rumah : 4m x 7m =28 m2

Penerangan : Kurang

Kebersihan : Kurang

Ventilasi : Kurang

Dapur : Ada

Jamban keluarga : Ada

Sumber air minum : PAM

Sumber pencemaran : Tidak ada

System pembuangan air limbah : Ada

Tempat pembuangan sampah : Ada

Sanitasi lingkungan : Kurang

Pemanfaatan pekarangan : Tidak ada

V. Spiritual Keluarga :

Ketaatan beribadah : Cukup

Keyakinan tentang kesehatan : Kurang

2

Page 3: Laporan Kasus Hipertensi Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga

VI. Keadaan Sosial Keluarga

Tingkat pendidikan : Kurang

Hubungan antar aggota keluarga : Sedang

Hubungan dengan orang lain : Kurang

Kegiatan organisasi sosial : Kurang

Keadaan ekonomi : Kurang

VII. Kultural Keluarga

Adat yang berpengaruh : Sunda

Lain – lain : Tidak ada

VIII. Daftar anggota keluarga

No Nama Hub

dgn KK

Umur Pendidikan Pekerjaan Agama Keadaan

kesehatan

Keadaan

gizi

Imunisasi K

B

Keterangan

1 Tn. B KK 62 th SMP Tukang

Bangunan

Islam Baik Cukup Lupa - -

2 Ny. L Isteri 60 th SD IRT Islam Baik Cukup Lupa + -

3 Ny. S Anak 30 th SMP Wiraswasta Islam Baik Cukup Lengkap - -

4 Tn. Y Anak 28 th SD - Islam Baik Cukup Lengkap - -

5 Tn. J Anak 25 th TK - Islam Baik Cukup Lengkap - -

IX. Keluhan Utama :

Pusing sejak 7 hari yang lalu

X. Keluhan Tambahan :

Leher terasa kaku dan malam susah tidur.

3

1 2

34 5

Page 4: Laporan Kasus Hipertensi Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga

XI. Riwayat Penyakit sekarang :

Pasien mengaku memiliki riwayat darah tinggi sejak 5 bulan yang lalu,

saat memeriksakan dirinya di Puskesmas Wanakerta akibat kepala sering pusing.

Awalnya pasien hanya minum obat warung untuk mengurangi pusingnya tersebut,

namun tidak ada perubahan, maka pasien datang berobat ke Puskesmas

Wanakerta dan didiagnosis dengan darah tinggi. Sejak itu pasien teratur minum

obat, tetapi sebulan terakhir pasien berhenti minum obat darah tinggi karena

merasa sudah tidak ada keluhan pusing lagi. Pasien mengatakan sering tidur larut

malam dan sering makan makanan yang asin. 7 hari yang lalu pasien mengaku

kepala sering pusing terus menerus dan leher terasa kaku dan pada malam hari

susah tidur. Setelah ditensi pada saat kunjungan rumah tekanan darah pasien

adalah 150/100 mmHg

XII. Riwayat penyakit dahulu :

Hipertensi

XIII. Pemeriksaan fisik :

Status Generalis

Keadaan umum : Sakit sedang

Kesadaran : Compos Mentis

Tekanan darah : 150/100 mmHg

Pernapasan : 28 x/menit

Nadi : 90 x/menit

Suhu : 36,5ºC

4

Page 5: Laporan Kasus Hipertensi Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga

Status Gizi

IMT = BB (kg) / TB2 (m2)

= 40 / (1,50)2 = 17,78 kg/m2

IMT normal wanita : 18,5 - 23,5 kg/m2

Status gizi = Kurang

Keadaan Regional

Kulit Kulit berwarna sawo matang, ikterus (-),

sianosis(-)

Kepala Bentuk normal, tidak teraba benjolan,

rambut berwarna hitam terdistribusi

merata, tidak mudah dicabut.

Mata OD : Bentuk normal, konjungtiva tidak

anemis, sklera tidak ikterik, palpebra

superior et inferior tidak edema, pupil

bulat dengan diameter kurang lebih 3 mm,

reflek cahaya (+), arkus senilis (+).

OS : Bentuk normal, konjungtiva tidak

anemis, sklera tidak ikterik, palpebra

superior et inferior tidak edema, pupil

bulat dengan diameter kurang lebih 3 mm,

reflek cahaya (+), arkus senilis (+).

Telinga Bentuk normal, liang telinga lapang, tidak

ada sekret, tidak ada serumen

Hidung Bentuk normal, tidak ada sekret, tidak ada

deviasi septum nasi

Mulut Bentuk normal, perioral tidak sianosis,

5

Page 6: Laporan Kasus Hipertensi Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga

bibir lembab, lidah tidak kotor, arkus

faring simetris, letak uvula di tengah,

faring tidak hiperemis, tonsil T1-T1

tenang, mukosa mulut tidak ada kelainan,

tida ada halitosis, tidak memakai prothesa.

Leher Tidak teraba pembesaran kelenjar getah

bening

Thorax

Paru-paru :

Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamic, tidak ada retraksi

Palpasi : Tidak teraba massa

Perkusi : Tidak dilakukan

Auskultasi : Vesikuler +/+, ronchi -/-, whezzing -/-

Jantung :

Inspeksi : Pulsasi iktus cordis tidak terlihat

Palpasi : iktus cordis teraba pada ICS IV linea midclvicula sinistra, tidak

kuat angkat

Perkusi : Tidak dilakukan

Auskultasi : Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

Inspeksi : tampak cembung, gambaran vena dan usus tidak tampak

Palpasi : supel, nyeri tekan epigastrium (-), hepar & lien tidak teraba

membesar, turgor kulit baik

Perkusi : timpani

Auskultasi : bising usus (+), normal

XIV. Diagnosis Penyakit :

Hipertensi primer grade I

6

Page 7: Laporan Kasus Hipertensi Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga

XV. Diagnosis keluarga :

Riwayat Hipertensi

XVI. Anjuran penatalaksanaan penyakit :

a. Promotif : Menjelaskan tentang penyakit Hipertensi

b. Preventif : - Diet rendah garam

- Olah raga teratur

- Menghindari factor resiko : rokok, alcohol, stress

c. Kuratif :

Terapi medikamentosa :

- Captopril 1x25mg tab/hari

- Antalgin 2 x 500mg tab/hari

Terapi nonmedikamentosa :

1. Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh. Harus memperhatikan

kebiasaan makan penderita hipertensi.

2. Menghindari stress. Ciptakan suasana yang menenangkan bagi pasien

penderita hipertensi.

3. Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat. Anjurkan kepada pasien

penderita hipertensi untuk melakukan olahraga seperti senam aerobik atau

jalan cepat selama 30-45 menit sebanyak 3-4 kali seminggu. Selain itu

menghentikan kebiasaan merokok dan mengurangi minum minuman

beralkohol sebaiknya juga dilakukan

d. Rehabilitatif : -

XVII. Prognosis :

Penyakit : dubia ad bonam

Keluarga : dubia ad bonam

7

Page 8: Laporan Kasus Hipertensi Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga

Masyrakat : dubia ad bonam

XVIII. Resume

Dari hasil pemeriksaan saat kunjungan rumah pada tanggal 28 September 2013,

didapatkan bahwa pasien adalah penderita Hipertensi stage I tidak terkontrol. Pasien

kurang memiliki pengetahuan tentang penyakitnya sehingga melakukan pola hidup yang

salah, kurang tidur, sering makan asin, kurang olahraga dan berobat tidak teratur. Rumah

pasien tergolong rumah yang tidak sehat dilihat dari kurangnya ventilasi dan udara dalam

ruangan yang panas. Ayah pasien memiliki riwayat sakit darah tinggi oleh karena itu

pasien disarankan untuk melakukan pencegahan sekunder untuk mencegah komplikasi

yang dapat timbul dengan minum obat secara teratur, kontrol tekanan darahnya secara

rutin minimal 1 bulan sekali dan olahraga secara teratur, mengurangi stress dengan

berekreasi, memperbaiki pola makan dan melakukan hal-hal yang terdapat dalam

perilaku hidup sehat. Sedangkan keluarga pasien sebagai kelompok resiko tinggi,

dianjurkan untuk berperilaku hidup sehat sedini mungkin dan mengontrol tekanan darah

secara teratur dan hidup dengan pola makan yang sehat. Untuk mencapai kesehatan yang

menyeluruh hedaknya didukung pula oleh kondisi rumah yang sehat, oleh karena itu

pasien disarankan untuk memperbaiki ventilasi ruangan.

8

Page 9: Laporan Kasus Hipertensi Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga

Tinjauan pustaka

Hipertensi

Pendahuluan

Di negara industri hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan utama. Di Indonesia,

hipertensi juga merupakan masalah kesehatan yang perlu diperhatikan oleh dokter yang bekerja

pada pelayanan kesehatan primer karena angka prevalensinya yang tinggi dan akibat jangka

panjang yang ditimbulkannya. Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi 2 golongan

yaitu hipertensi primer yang diketahui penyebabnya atau idiopatik dan hipertensi sekunder yaitu

hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain.2

Hipertensi primer meliputi lebih kurang 90% dari seluruh pasien hipertensi dan 10% lainya

disebabkan oleh hipertensi sekunder. Dapat diketahui penyebabnya, dan dari golongan ini hanya

beberapa persen yang dapat diperbaiki kelainannya. Oleh karena itu, upaya penanganan

hipertensi primer lebih mendapatkan prioritas. Banyak pernelitian dilakukan terhadap hipertensi

primer baik mengenai patogenesis maupun tentang pengobatannya.2,3

Definisi

Suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang

mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas).

Penulisan tekanan darah (contoh: 120/80 mmHg) didasarkan pada dua fase dalam setiap denyut

jantung.1

Hipertensi adalah tekanan sistolik >140 mmHg dan tekanan diastolik >90 mmHg secara

kronik. Berdasarkan penyebabnya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :2,3

9

Page 10: Laporan Kasus Hipertensi Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga

1. Hipertensi essensial/primer. Jenis hipertensi yang penyebabnya masih belum dapat

diketahui. disebut juga hipertensi idiopatik. Sekitar 90% penderita hipertensi menderita

jenis hipertensi ini. Oleh karena itu, penelitian dan pengobatan lebih banyak ditujukan bagi

penderita hipertensi essensial ini.

2. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Jenis hipertensi yang menjadi penyebabnya dapat

diketahui, sering disebut hipertensi renal karena kelainan ginjal menjadi penyebab tersering.

Penyebab hipertensi sekunder ini antara lain kelainan pada pembuluh darah ginjal, gangguan

kelenjar tiroid, atau penyekit kelenjar adrenal.Terdapat pada sekitar 5% kasus. Penyebab

spesifiknya diketahui seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskular

renal, hiperaldosteronisme primer dan sindrom Cushing, feokromositoma, koarktasio

aorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan dan lain-lain.

Tabel I. Klasifikasi tekanan darah untuk dewasa diatas 18 tahun2,3

Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan Sistolik dan Diastolik (mmHg)

Normal <120 dan <80

Prehipertensi 120-139 atau 80-89

Hipertensi Stadium I 140-159 atau 90-99

Hipertensi Stadium II >160 atau >100

Sumber JNC VII 2003 JNC 7 (the Seventh US National Committee on Prevention,

Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure)

Batasan3

Menurut WHO (1978), batasan tekanan darah yang masih dianggap normal adalah 140/90

mmHg dan tekanan darah sama dengan atau diatas 160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi.

Tekanan darah di antara normotensi dan hipertensi disebut borderline hypertension. Batasan

tersebut tidak membedakan usia dan jenis kelamin sedangkan batasan hipertensi yang

memperhatikan perbedaan usia dan jenis kelamin diajukan oleh kaplan (1985) sebagai berikut:

10

Page 11: Laporan Kasus Hipertensi Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga

pria yang berusia <45 dinyatakan hipertensi jika tekanan darah pada waktu berbaring 130/90

mmHg atau lebih, sedangkan yang berusia >45 dinyatakan hipertensi jika tekanan darahnya

145/95 mmHg atau lebih. Wanita yang mempunyai tekanan darah 160/95 mmHg atau lebih

dinyatakan hipertensi.

The Sixth Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and

Treatment of High Blood Pressure (1997) mendefinisikan hipertensi sebagai tekanan darah

sistolik 140 mmHg atau lebih atau tekanan darah diastolik 90 mmHg atau lebih atau sedang

dalam pengobatan antihipertensi.3

Patogenesis3,4

Sampai sekarang pengetahuan tentang patogenesis hipertensi primer terus berkembang

karena belum didapat jawaban yang memuaskan yang dapat menerangkan terjadinya

peningkatan tekanan darah. Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan tahan perifer.

Berbagai faktor yang mempengaruhi curah jantung dan tahanan perifer akan mempengaruhi

tekanan darah, seperti yang telihat pada gambar 1.

Gambar 2. Faktor yang Berpengaruh Terhadap Tingginya Tekanan Darah

11

Page 12: Laporan Kasus Hipertensi Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga

Selain curah jantung dan tahanan perifer, sebenarnya tekanan darah dipengaruhi juga oleh

tekanan atrium kanan. Oleh karena tekanan atrium kanan mendekati nol, nilai tersebut tidak

mempunyai banyak pengaruh.

Didalam tubuh terdapat sistem yang berfungsi mencegah perubahan tekanan darah secara

akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi, yang berusaha untuk mempertahankan kestabilan

tekanan darah dalam jangka panjang. Berdasarkan kecepatan reaksinya, sistem kontrol tersebut

dibedakan dalam sistem yang bereaksi segera, yang bereaksi kurang cepat, dan yang bereaksi

dalam jangka panjang. Refleks kardiovasular melalui sitem saraf termasuk sitem kontrol yang

bereaksi segera. Sebagai contoh adalah baroreseptor yang terletak pada sinus karotis dan arkus

aorta berfungsi mendeteksi perubahan tekanan darah. Contoh lain sistem kontrol saraf terhadap

tekanan darah yang bereaksi segera adalah refleks kemoreseptor, respon iskemia susunan saraf

pusat, dan refleks yang berasal dari atrium, arteri pulmonalis, dan otot polos.

Perpindahan cairan antara sirkulasi kapiler dan rongga interstisial yang dikontrol oleh

hormon angiotensin dan vasopresin termasuk sitem kontrol yang bereaksi kurang cepat.

Kestabilan tekanan darah dalam jangka panjang dipertahankan oleh sistem yang mengatur

jumlah cairan tubuh yang melibatkan berbagai organ terutama ginjal.

Jadi terlihat bahwa sistem pengendalian tekanan darah sangat kompleks. Pengendalian

dimulai oleh sistem yang bereaksi cepat diikuti oleh sistem yang bereaksi kurang cepat dan

dilanjutkan oleh sistem yang poten dan berlangsung dalam jangka panjang.

Berbagai faktor seperti faktor genetik yang menimbulkan perubahan pada ginjal dan

membran sel, aktifitas saraf simpatis dan sistem renin-angiotensin yang mempengaruhi keadaan

hemodinamik, asupan natrium dan metabolisme natrium dalam ginjal, serta obesitas dan faktor

endotel mempunyai peran dalam peningkatan tekanan darah pada hipertensi primer (gambar1).

Peran faktor genetik terhadap hipertensi primer dibuktikan dengan berbagai fakta yang

dijumpai. Adanya bukti bahwa kejadian hipertensi lebih banyak dijumpai pada pasien kembar

monozigot daripada heterozigot, jika salah satu diantaranya mendertia hipertensi, menyokong

pendapat bahwa faktor genetik mempunyaio pengaruh terhadap timbulnya hipertensi. Percobaan

binatang memberikan banyak bukti tambahan tentang peran faktor genetik ini. Tikus golongan

japanese spontaneously hypertensive rat (SHR), New Zealand genetically hypertensive (GH),

12

Page 13: Laporan Kasus Hipertensi Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga

Dahl salt sensitive (S) dan salt resistant (R) dan Milan hypertensive rat strain (MHS)

menunjukan bukti tersebut. Dua turunan tikus yang disebutkan pertama mempunyai faktor

neurogenik yang secara genetik diturunkan sebagai faktor penting pada timbulnya hipertensi,

sedangkan dua turunan yang lain menunjukan faktor kepekaan terhadap garam yang juga

diturunakan secara genetik sebagai faktor utama timbulnya hipertensi.6,7

Pada tahap awal hipertensi primer curah jantung meninggi sedangkan tahanan perifer

normal. Keadaan ini disebabkan peningkatan aktivitas simpatik. Pada tahap selanjutnya curah

jantung kembali normal sedangkan tahanan perifer meningkat yang disebabkan oleh refleks

aoturegulasi. Yang dimaksud dengan refleks autoregulasi ialah mekanisme tubuh untuk

mempertahankan keadaan hemodinamik yang normal. Oleh karena curah jantung yang

meningkat terjadi konstriksi sfingter prekapiler yang mengakibatkan penurunan curah jantung

dan peninggian tahanan perifer.6,7

Menurut Lund-Johansen (1989), pada stadium awal sebagian besar pasien hipertensi

menunjukan curah jantung yang meningkat dan kemudian diikuti dengan kenaikan tahanan

perifer yang mengakibatkan kenaikan tekanan darah yang menetap. Guyton (1989) berpendapat

bahwa hipertensi terjadi perubahan autoregulasi dan sebagai penyebab awal perubahan ini adalah

retensi garam oleh ginjal. Mengenai perubahan di ginjal ini, Brenner dan kawan-kawan (1988)

menyatakan bahwa penurunan permukaan filtrasi pada ginjal dapat terjadi secara kongenital atau

didapat.4,5,6

Peningkatan tahanan perifer pada hipertensi primer terjadi secara bertahap dalam waktu

yang lama sedangkan proses autoregulasi terjadi dalam waktu singkat. Oleh karena itu, diduga

terdapat faktor lain selain faktor hemodinamik yang berperan pada hipertensi primer. Secara

pasti belum diketahui faktor hormonal atau perubahan anatomi yang terjadi pada pembuluh darah

yang berpengaruh pada proses tersebut. Kelainan hemodinamik tersebut diikuti pula kelainan

struktural pada pembuluh darah dan jantung. Pada pembuluh darah terjadi hipertrofi dinding

sedangkan pada jantung terjadi penebalan dinding ventrikel.

Folkow (1987) menunjukan bahwa stress dengan peninggian aktivitas saraf simpatis

menyebabkan kontriksi fungsional dan hipertrofi struktural. Berkaitan dengan hal ini Swales

(1990) mengemukakan bahwa perubahan fungsi membran sel juga dapat menyebabkan

konstriksi fungsional dan hipertrofi struktural. Sedangkan Lever (1986) menyatakan bahwa

13

Page 14: Laporan Kasus Hipertensi Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga

mekanisme trofik dapat menyebabkan hipertrofi vaskular secara langsung. Faktor lain yng

diduga ikut berperan adalah endotelin yang bersifat vasokonstriktor.7

Berbagai promotor pressor-growth bersama dengan kelainan fungsi membran sel yang

mengakibatkan hipertrofi vaskular akan menyebabkan peninggian tahanan perifer dan

peningkatan tekanan darah, seperti terlihat pada gambar 2.

Gambar 3. Mekanisme berbagai Vascular Growth Promotors dalam Menimbulkan hipertensi

Mengenai kelainan fungsi membran sel, pada binatang percobaan dan pasien hipertensi,

Garay (1990) telah membuktikan adanya defek transpor Na+ dan atau Ca++ lewat membran sel.

Defek tersebut dapat disebabkan oleh faktor genetik atau oleh peninggian hormon natriuretik

14

Page 15: Laporan Kasus Hipertensi Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga

akibat peninggian volume intravaskular. De Wardener dan Clarkson (1985) menyatakan bahwa

hormon natriuretik ini adalah penghambat pompa natrium yang bersifat vasokonstriktor.

Mengenai perubahan yang terjadi intraselular, Blaustein (1988) berpendapat bahwa kenaikan

kadar natrium intraselular yang disebabkan oleh penghambatan pompa natrium akan

meninggikan kadar kalsium intrasel. Berbagai faktor tersebut diatas, baik akibat perubahan

dinding pembuluh darah maupun konstriksi fungsional akibat peninggian kadar kalsium intrasel

akan menyebabkan peninggian tahanan perifer dan peningkatan tekanan darah yang menetap.

Garam merupakan faktor yang sangat penting dalam patogenesis hipertensi. Hipertensi

hampir tidak pernah ditemukan pada suku bangsa dengan asupan garam yang minimal. Asupan

garam kurang dari tiga gram tiap hari menyebabkan prevalensi hipertensi yang rendah sedangkan

jika asupan garam antara 5-15 gram per hari prevalensi hipertensi meningkat menjadi 15-20%.

Pengaruh asupan garam terhadap timbulnya hipertensi terjadi melalui peningkatan volume

plasma, curah jantung, dan tekanan darah. Peningkatan asupan garam ini akan diikuti oleh

peninggian ekskresi garam sehingga tercapai kembali keadaan hemodinamik yang normal. Pada

pasien hipertensi primer, mekanisme (peningkatan ekskresi garam tersebut terganggu, selain

adanya faktor lain yang ikut berperan.8

Sistem renin, angiotensin, dan aldosteron berperan pada timbulnya hipertensi. Produksi

renin dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain stimulasi saraf simpatis. Renin berperan pada

proses konversi angiotensin I menjadi angiotensin II yang mempunyai efek vasokonstriksi.

Angiotensin II menyebabkan sekresi aldosteron yang mengakibatkan retensi natrium dan air.

Keadaan tersebut berperan pada timbulnya hipertensi. Peran sistem renin, angiotensin dan

aldosteron pada timbulnya hipertensi primer masih merupakan bahan perdebatan. Hal ini

disebabkan oleh fakta yang menunjukan bahwa 20-30% pasien hipertensi primer mempunyai

kadar renin rendah, 50-60% kadar renin normal, sedangkan kadar renin tinggi hanya 15%.

Faktor risiko dan gejala klinis6,7,8

Faktor risiko terjadinya hipertensi, adalah antara lain:

1. Obesitas (Kegemukan).

Merupakan ciri khas penderita hipertensi. Walaupun belum diketahui secara pasti hubungan

antara hipertensi dan obesitas, namun terbukti bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi

15

Page 16: Laporan Kasus Hipertensi Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga

volume darah penderita obesitasobesitas dengan hipertensi lebih tinggi daripada penderita

hipertensi dengan berat badan normal.

2. Stres.

Diduga melalui aktivasi saraf simpatis (saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas).

Peningkatan aktivitas saraf simpatis mengakibatkan meningkatnya tekanan darah secara

intermitten (tidak menentu).

3. Faktor Keturunan (Genetik).

Apabila riwayat hipertensi didapat pada keuda orang tua, maka dugaan hipertensi essensial

akan sangat besar. Demikian pula dengan kembar monozigot (satu sel telur) apabila salah

satunya adalah penderita hipertensi.

4. Jenis Kelamin (Gender).

Pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita hipertensi daripada wanita. Hipertensi

berdasarkan gender ini dapat pula dipengaruhi oleh faktor psikologis. Pada wanita seringkali

dipicu oleh perilaku tidak sehat (merokok, kelebihan berat badan), depresi dan rendahnya

status pekerjaan. Sedangkan pada pria lebih berhubungan dengan pekerjaan, seperti perasaan

kurang nyaman terhadap pekerjaan dan pengangguran.

5. Usia.

Dengan semakin bertambahnya usia, kemungkinan seseorang menderita hipertensi juiga

semakin besar.

6. Asupan garam.

Melalui peningkatan volume plasma (cairan tubuh) dan tekanan darah yang akan diikuti oleh

peningkatan eksresi kelebihan garam sehingga kembali pada keadaan hemodinamik (sistem

pendarahan) yang normal. Pada hipertensi essensial mekanisme inilah yang terganggu

16

Page 17: Laporan Kasus Hipertensi Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga

7. Gaya hidup yang kurang sehat.

Walaupun tidak terlalu jelas hubungannya dengan hipertensi namun kebiasaan merokok,

minum minuman beralkohol dan kurang olahraga dapat pula mempenegaruhi peningkatan

tekanan darah.

Adapun gejala klinis yang dialami oleh para penderita hipertensi biasanya berupa: Pusing,

Mudah marah,Telinga berdengung, Sukar tidur, Sesak nafas, Rasa berat di tengkuk, Mudah lelah,

Mata berkunang-kunang, Mimisan (jarang dilaporkan).

Peninggian tekanan darah tidak jarang merupakan satu-satunya tanda pada hipertensi

primer.bergantung pada tingginya tekanan darah yang timbul dapat berbeda-beda. Kadang-

kadang hipertensi primer berjalan tanpa gejala, dan baru timbul gejala setelah terjadi komplikasi

pada organ target seperti pada ginjal, mata, otak, dan jantung.

Gejala seperti sakit kepala, epistaksis, pusing, dan migrain dapat ditemukan sebagai gejala

klinis hipertensi primer meskipun tidak jarang yang tanpa gejala.

Diagnosis8,9

Seperti lazimnya pada penyakit lain, diagnosa hipertensi esensial ditegakkan berdasarkan

data anamnesis, pemeriksaan jasmani, pemeriksaan laboratorium maupun pemeriksaan

penunjang. Pada saat pasien berkonsultasi perlu ditanyakan riwayat hipertensi orang tuanya,

mengingat 70-80% kasus hipertensi esensial diturunkan dari kedua orang tuanya. Perlu juga

ditanyakan tentang pengobatan yang sedang dijalaninya pada saat itu. Ada beberapa obat-obatan

dapat menimbulkan hipertensi seperti golongan obat kortikosteroid. Pada wanita, keterangan

mengenai hipertensi pada kehamilan, riwayat eklamsia (keracunan kehamilan), riwayat

persalinan dan penggunaan pil kontrasepsi diperlukan pada saat konsultasi. Selain itu, data

mengenai penyakit yand diderita seperti diabetes melitus (kencing manis), penyakit ginjal, serta

faktor resiko terjadinya hipertensi seperti rokok, alkohol, stress, data berat badan juga perlu

ditanyakan. Peninggian tekanan darah seringkali merupakan satu-satunya tanda klinis hipertensi

esensial, sehingga diperlukan pengukuran tekanan darah secara akurat. Faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi tingginya tekanan darah adalah : faktor pasien, faktor alat dan tempat

pengukuran. Agar didapat pengukuran yang akurat, sebaiknya pengukuran dilakukan setelah

17

Page 18: Laporan Kasus Hipertensi Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga

pasien beristirahat dengan cukup, minimal setelah 5 menit berbaring dan dilakukan pada posisi

berbaring, duduk dan berdiri sebanyak 3-4 kali pemeriksaan, dengan interval antara 5-10 menit.

Tempat pemeriksaan dapat pula mempengaruhi hasil pengukuran. Pengukuran di tempat praktek,

biasanya mendapatkan hasil yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan pengukuran di rumah.

Hasil pengukuran lebih tinggi di tempat praktek disebut office hypertension. Mengingat hal

tersebut di atas, untuk keperluan follow up pengobatan sebaiknya dipakai pegangan hasil

pengukuran tekanan darah di rumah. Pengukuran yang pertama kali belum dapat memastikan

adanya hipertensi, akan tetapi dapat merupakan petunjuk untuk dilakukan observasi lebih lanjut.

Evaluasi pasien hipertensi mempunyai tiga tujuan:

1. mengidentifikasi penyebab hipertensi

2. menilai adanya kerusakan organ target dan penyakit kardiovaskular, beratnya penyakit, serta

respons terhadap pengobatan

3. mengidentifikasi adanya faktor risiko kardiovaskular yang lain atau penyakit penyerta, yang

ikut menentukan prognosis dan ikut menentukan panduan pengobatan

Data yang diperlukan untuk evaluasi tersebut diperoleh dengan cara anamnesis, pemeriksaan

fisis, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan penunjang.

Pada 70-80% kasus hipertensi primer didapatkan riwayat hipertensi dalam keluarga

meskipun hal ini belum dapat memastikan diagnosis. Jika didapatkan riwayat hipertensi pada

kedua orang tua dugaan terhadap hipertensi primer makin kuat. Sebagian besar hipertensi primer

terjadi pada usia 25-45 tahun dan hanya pada 20% terjadi pada dibawah usia 20 tahun dan diatas

50 tahun.

Jika sudah diketahui mengidap hipertensi sebelumnya diperlukan informasi mengenai

pengobatan yang telah diperoleh yaitu tentang efektifitas dan efek samping obat. Hal ini

diperlukan untuk menentukan jenis dan dosis obat yang akan digunakan. Keterangan mengenai

obat yang sedang diminum pasien yang mungkin menimbulkan hipertensi seperti golongan

kortikosteroid, golongan penghambat monoamin oksidase (monoamine oxidase inhibitors), dan

golongan simpatonimetik sangat diperlukan. Kebiasaan makan makanan yang banyak

mengandung garam perlu ditanyakan untuk mendapatkan gambaran tentang jumlah asupan

garam pada pasien. Pada wanita diperlukan keterangan mengenai riwayat hipertensi pada

kehamilan, riwayat ekslamsia, riwayat persalinan, dan penggunaan pil kontrasepsi.

18

Page 19: Laporan Kasus Hipertensi Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga

Keterangan lain yang diperlukan adalah tentang penyakit lain yang diderita seperti diabetes

melitus, penyakit ginjal, serta faktor risiko untuk terjadinya hipertensi seperti rokok, alkohol,

faktor stres, dan data berat badan. Riwayat keluarga mengenai penyakit ginjal polikistik, kanker

tiroid, feokromositoma, batu ginjal, dan hiperparatiroidisme perlu ditanyakan untuk melengkapi

anamnesis.

Penatalaksanaan7,8

Penanganan/pengobatan hipertensi

1. Pengobatan Non-farmakologis. Terkadang dapat mengontrol tekanan darah sehingga

pengobatan farmakologis tidak diperlukan, atau minimal ditunda.

2. Pengobatan Farmakologi. Pengobatan dengan menggunakan obat-obatan kimiawi.

Penatalaksanaan faktor risiko dilakukan dengan cara pengobatan secara non farmakologis,

antara lain:

1. Mengatasi Obesitas. dengan melakukan diet rendah kolesterol, namun kaya dengan serat dan

protein. Dianjurkan pula minum suplemen potassium dan kalsium. Minyak ikan yang kaya

dengan asam lemak omega 3 juga dianjurkan. Diskusikan dengan dokter ahli/ahli gizi

sebelum melakukan diet.

2. Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh. Harus memperhatikan kebiasaan makan

penderita hipertensi. Pengurangan asupan garam secara drastis akan sulit dilaksanakan, jadi

sebaiknya dilakukan secara bertahap dan tidak dipakai sebagai pengobatan tunggal.

3. Menghindari stress. Ciptakan suasana yang menenangkan bagi pasien penderita hipertensi.

Perkenalkan berbagai metode relaksasi seperti yoga atau meditasi, yang dapat mengontrol

sistem saraf yang akhirnya dapat menurunkan tekanan darah.

4. Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat. Anjurkan kepada pasien penderita hipertensi

untuk melakukan olahraga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45 menit

sebanyak 3-4 kali seminggu. Selain itu menghentikan kebiasaan merokok dan mengurangi

minum minuman beralkohol sebaiknya juga dilakukan

19

Page 20: Laporan Kasus Hipertensi Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga

Selain cara pengobatan non farmakologis, penatalaksanaan utama hipertensi primer ialah

dengan obat. Keputusan untuk mulai memberikan obat anti hipertensi berdasarkan beberapa

faktor seperti derajat peninggian tekanan darah, terdapatnya kerusakan organ target, dan

terdapatnya manifestasi klinis penyakit kardiovaskular atau faktor resiko lain, seperti yang

terlihat pada tabel 3 dan 4.

Pengobatan hipertensi berlandaskan beberapa prinsip:

1. pengobatan hipertensi sekunder lebih mengutamakan pengobatan kausal

2. pengobatan hipertensi primer ditujukan untuk menurunkan tekanan darah dengan harapan

memperpanjang umur dan mengurangi timbulnya komlikasi

3. upaya menurunkan tekanan darh dicapai dengan menggunakan obat anti hipertensi selain

dengan perubahan gaya hidup

4. pengobatan hipertensi primer adalah pengobatan jangka panjang dengan kemungkinan

besar untuk seumur hidup

5. pengobatan menggunakan algoritma yang dianjurkan The Joint National Committee on

Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (1997) (Gambar 5)

Pada sebagian besar pasien pengobatan dimulai dengan dosis kecil obat anti hipertensi yang

dipilih, dan jika perlu dosisnya secara perlahan-lahan dinaikan, bergantung pada umur,

kebutuhan, dan hasil pengobatan. Obat anti hipertensi yang dipilih sebaiknya yang mempunyai

efek penurunan tekanan darah selama 24 jam dengan dosis sekali sehari, dan setelah 24 jam efek

penurunan tekanan darahnya masih diatas 50% efek maksimal. Obat antihipertensi kerja panjang

yang mempunyai efek penurunan tekanan darah selama 24 jam lebih disukai daripada obat

jangka pendek disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:

1. kepatuhan lebih baik dengan dosis sekali sehari

2. harga obat dapat lebih murah

3. pengendalian tekanan darah perlahan-lahan dan persisten

4. mendapat perlindungan terhadap faktor risiko seperti kematian mendadak, serangan jantung,

dan strok, yang disebabkan oleh peninggian tekanan darah pada saat bangun setelah tidur

malam hari

20

Page 21: Laporan Kasus Hipertensi Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga

Gambar 4. Algoritma Pengobatan Hipertensi

Komplikasi 7,8,9

Pada umumnya komplikasi terjadi pada hipertensi berat yaitu jika tekanan diastolik ≥ 130

mmHg atau pada kenaikan tekanan darah yang terjadi secara mendadak dan tinggi.

Beberapa negara mempunyai pola komlikasi yang berbeda-beda. Di Jepang, gangguan

serebrovaskular lebih mencolok dibandingkan dengan kelainan organ yang lain, sedangkan di

Amerika dan Eropa komlikasi jantung ditemukan lebih banyak. Di Indonesia belum ada data

mengenai hal ini, akan tetapi komlikasi serebrovaskular dan komlikasi jantung sering ditemukan.

21

Page 22: Laporan Kasus Hipertensi Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga

Pada hipertensi ringan dan sedang komplikasi yang terjadi adalah pada mata, ginjal, jantung,

dan otak. Pada mata berupa pendarahan retina, gangguan penglihatan sampai dengan kebutaan.

Gagal jantung merupakan kelainan yang sering ditemukan pada hipertensi berat disamping

kelainan koroner dan miokard. Pada otak sering terjadi pendarahan yang disebabkan oleh

pecahnya mikroaneurisma yang dapat mengakibatkan kematian. Kelainan lain yang dapat terjadi

adalah proses tromboemboli dan serangan iskemia otak sementara (transient ischaemic attack).

Gagal ginjal sering dijumpai sebagai komplikasi hipertensi yang lama dan pada proses akut

seperti pada hipertensi maligna.

22

Page 23: Laporan Kasus Hipertensi Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga

Pembahasan

Menurut teori Blum, didapatkan bahwa kesehatan manusia terdiri beberapa unsur yang

saling berinteraksi dan saling terkait secara hirarkis yaitu lingkungan, pelayanan kesehatan,

perilaku dan keturunan.

Dari hasil kunjungan rumah pada penderita hipertensi grade 1, didapat bahwa pasien

memiliki keturunan darah tinggi dari ayahnya, dan pasien juga memiliki pola hidup yang kurang

sehat sehingga memacu meningkatnya tekanan darahnya, antara lain, memiliki kebiasaan tidur

larut malam dan istirahat kurang, tidak mengontrol makanan yang dikonsumsi, kurangnya olah

raga serta tidak teratur minum obat anti hipertensinya. Pasien mengaku jarang berobat untuk

mengontrol tekanan darahnya di Puskesmas, dan dilihat dari hasil kunjungan rumah pasien,

didapatkan bahwa tempat tinggal pasien, termasuk dalam kategori kurang sehat, sebab

kurangnya ventilasi dalam rumah, kurangnya pencahayaan di dalam rumah serta kurangnya

kebersihan di dalam rumah tersebut (dapat dilihat di lampiran).

Maka terbukti bahwa kesehatan manusia sangat dipengaruhi oleh beberapa unsur menurut

Teori Blum. Oleh karena itu sebagai dokter keluarga yang bekerja di Puskesmas, sebaiknya

dapat memberikan penyuluhan perorangan untuk memperbaiki pola hidup pasien.

23

Page 24: Laporan Kasus Hipertensi Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga

Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan

Dari hasil pemeriksaan saat kunjungan rumah pada tanggal 28 September 2013,

didapatkan bahwa pasien adalah penderita Hipertensi stage I tidak terkontrol. Pasien kurang

memiliki pengetahuan tentang penyakitnya sehingga melakukan pola hidup yang salah, kurang

tidur, kurang olahraga dan berobat tidak teratur. Rumah pasien tergolong rumah yang tidak sehat

dilihat dari kurangnya ventilasi dan udara dalam ruangan yang panas. Ayah pasien memiliki

riwayat sakit darah tinggi oleh karena itu pasien disarankan untuk melakukan pencegahan

sekunder untuk mencegah komplikasi yang dapat timbul dengan minum obat secara teratur,

kontrol tekanan darah secara rutin minimal 1 bulan sekali ke Puskesmas terdekat dan olahraga

secara teratur, memperbaiki pola makan dan melakukan hal-hal yang terdapat dalam perilaku

hidup sehat. Sedangkan keluarga pasien sebagai kelompok resiko tinggi, dianjurkan untuk

berperilaku hidup sehat sedini mungkin dan mengontrol tekanan darah secara teratur dan hidup

dengan pola makan yang sehat. Untuk mencapai kesehatan yang menyeluruh hedaknya didukung

pula oleh kondisi rumah yang sehat, oleh karena itu pasien disarankan untuk memperbaiki

ventilasi ruangan.

2. Saran

Pada penderita Hipertensi, untuk melakukan pola hidup yang sehat, agar tekanan darah

tetap stabil yaitu dengan cara mengontrol makanan yang dikonsumsi, mengurangi asupan garam

dan berlemak, menambah makanan yang sehat, istirahat yang cukup, mengurangi stres dan

teratur minum obat antihipertensinya dan selalu di kontrol tekanan darahnya dengan datang ke

Puskesmas terdekat. Pada keluarga pasien sebagai kelompok risiko tinggi, untuk berperilaku

hidup sehat dengan cara mengontrol makanan, istirahat cukup dan olah raga teratur .

Untuk mencapai kesehatan yang menyeluruh yaitu dengan memperbaiki kondisi rumah dengan

cara memperbaiki ventilasi ruangan, pencahayaan yang cukup dan menjaga kebersihan rumah.

24

Page 25: Laporan Kasus Hipertensi Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga

Daftar pustaka

1. Sunarto, K. Sosiologi Kesehatan. Pusat Penerbitan Universitas Indonesia. Hlm. 2.3-2.5,

2002

2. Kasper DL, Fauci AS, Lonjo DL, Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL: Harrison's

Principles Of Internal Medicine, 16 th ed, Mc Graw Hill Med. Publ.Div., 2005.

3. Mansjoer A, Suprohalita, Wardhani WL, Setiowulan W: Kapita Selekta Kedokteran,

Jakarta, Media Aaesculapius FKUI, 2001.

4. WHO Techn. Rep. Ser. 231, Arterial Hypertension & IHD (Preventive Aspects WHO

Chronicle 1962

5. Noer MS: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi Ketiga, Jilid kesatu, Balai Penerbit

FKUI, 2003.

6. Wawolumaya.C.Survei Epidemiologi Sederhana, Seri No.1, 2001. Cermin Dunia

Kedokteran No. 150, 2006 35

7. Boedhi-Darmojo, R. Community Prevalence of hypertension in Indonesia 8th World

Congress of Cardiology, Tokyo, 1978

8. Kartari, dkk.: Blood Pressure values and Prevalence of Hypertension in certain Ethnic

Groups in Indonesia, Bull. Health Studies, 1976

9. Mustacchi P. The Interface of the work environment and hypertension, Med. Clin. N-Am.,

61.3,531, 1977

25

Page 26: Laporan Kasus Hipertensi Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga

Lampiran

Gambar 1.1 Anamnesis dengan OS Gambar 1.2 Os sedang diukur tekanan darah

Gambar 1.3 Keadaan kamar tidur OSGambar 1.4 Keadaan luar rumah OS

Lampiran

26

Page 27: Laporan Kasus Hipertensi Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga

Gambar 1.5 Foto bersama OS

Gambar 1.6 Keadaan kamar tidur anak OS

Gambar 1.7 Keadaan dapur rumah OS Gambar 1.8 Keadaan luar rumah OS

27