longcase meningocele

26
I. IDENTITAS PASIEN Nama : Tn. B RM : 571901 JK : Laki-laki Umur : 34 thn Ruangan : Lontara 3 THT MRS: 5 Oktober 2012 II. ANAMNESIS KU : Benjolan pada hidung AT : dialami sejak lahir, awalnya benjolan hanya sebesar biji jagung, semakin lama semakin membesar hingga saat ini seperti telur bebek. Tidak dirasakan nyeri pada benjolan. Mual (-), muntah (-). Tidak ada penurunan berat badan. Riwayat demam (-). Riwayat kejang(-). Riwayat Antenatal : Ibu pasien berumur 40 tahun ketika mengandung. Ibu pasien tidak pernah mengontrol kehamilannya di rumah sakit. Riwayat penyakit Ibu pasien ketika hamil tidak diketahui. Riwayat Intranatal : Riwayat trauma (-), Riw. Terpapar radiasi (-), riw. Infeksi (-). Riwayat Postnatal : 1

description

vfgf

Transcript of longcase meningocele

Page 1: longcase meningocele

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. B

RM : 571901

JK : Laki-laki

Umur : 34 thn

Ruangan : Lontara 3 THT

MRS : 5 Oktober 2012

II. ANAMNESIS

KU : Benjolan pada hidung

AT : dialami sejak lahir, awalnya benjolan hanya sebesar biji jagung, semakin lama

semakin membesar hingga saat ini seperti telur bebek. Tidak dirasakan nyeri pada

benjolan. Mual (-), muntah (-). Tidak ada penurunan berat badan. Riwayat demam (-).

Riwayat kejang(-).

Riwayat Antenatal :

Ibu pasien berumur 40 tahun ketika mengandung. Ibu pasien tidak pernah mengontrol

kehamilannya di rumah sakit. Riwayat penyakit Ibu pasien ketika hamil tidak diketahui.

Riwayat Intranatal :

Riwayat trauma (-), Riw. Terpapar radiasi (-), riw. Infeksi (-).

Riwayat Postnatal :

Pasien lahir spontan cukup bulan dibantu oleh bidan di rumah. Riw. penyakit yang sama

dalam keluarga disangkal. Tumbuh kembang anak normal.

III. PEMERIKSAAN FISIS (4/10/2012)

Status generalis: Sakit sedang/Gizi Cukup/Composmentis (GCS 15)

Status vitalis :

o T : 120/80 mmHg

o N : 80 x/menit

o P : 20 x/menit

o S : 36,7 0C

1

Page 2: longcase meningocele

Status lokalis :

o Regio Nasal

Inspeksi :

tampak satu buah benjolan di daerah frontal berukuran ± 5 cm x

7cm x 3cm, warna kulit tampak sama dengan sekitarnya, eritem

(-), hematom (-), nanah (-).

Palpasi :

nyeri tekan (-), konsistensi lunak, batas tegas, terfiksir.

Pemeriksaan Neurologis

1. Nervus Cranialis

Tidak ada kelainan

2. Motorik

Lengan Kanan Kiri

Kekuatan 5 5

Tonus Normal Normal

Refleks fisiologis

- Biceps Normal Normal

- Triceps Normal Normal

- Radius Normal Normal

- Ulna Normal Normal

Refleks patologis

- Hoffman Ttromner tidak ada tidak ada

2

Page 3: longcase meningocele

TUNGKAI Kanan Kiri

Kekuatan 2 2

Tonus Normal Normal

Refleks fisiologis

- K P R Normal Normal

- A P R Normal Normal

Refleks patologis

- Babinsky tidak ada tidak ada

- Chaddock tidak ada tidak ada

- Oppenheim tidak ada tidak ada

- Gordon tidak ada tidak ada

3. SENSORIK

Dalam batas normal

3

Page 4: longcase meningocele

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Laboratorium 3/10/2012

WBC : 6.600/ul

RBC : 4.27 X 106 /ul

HGB : 12,5 g/dl

HCT : 36,3%

PLT : 232.000 /ul

GDS : 99 mg/dl

Ureum : 22 mg/dl

Kreatinin : 1,0 mg/dl

GOT/GPT : 18/3 U/l

CT/BT : 7’00/3’00

PT/APTT : 10,8/25,0

Elektrolit :

o Na : 143 mmol/l

o K : 4,4 mmol/l

o Cl : 107 mmol/

2. Foto Thorax AP ( 3/10/2012 )

Kesan: Tidak tampak kelainan pada foto thoraks

4

Page 5: longcase meningocele

3. CT SCAN Kepala ( 4/10/2012)

Kesan :

1. Meningiencephalocele regio frontalis

2. Porenchepaly lobus temporalis kiri dan cerebellum

3. Schizenphaly lobus occipitoparietal kiri

DD/ Arachnoid cyst

5

Page 6: longcase meningocele

V. RESUME

Laki-laki, 34 tahun, masuk rumah sakit dengan benjolan di hidung yang dialami sejak

lahir, awalnya benjolan hanya sebesar biji jagung, semakin lama semakin membesar

hingga saat ini seperti telur bebek. Tidak dirasakan nyeri pada benjolan. Mual (-), muntah

(-). Tidak ada penurunan berat badan. Riwayat demam (-). Riwayat persalinan normal.

Riwayat kehamilan ibu tidak diketahui. Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga

tidak ada. Pada pemeriksaan fisis, pasien sakit sedang, gizi cukup, compos metis (GCS

15) dan tanda vital dalam batas normal. Pada regio nasal tampak satu buah benjolan di

daerah frontal berukuran ± 5 cm x 7cmx3cm, warna kulit tampak sama dengan

sekitarnya, eritem (-), hematom (-), nanah (-). Pada palpasi nyeri tekan (-), konsistensi

lunak, batas tegas, terfiksir.

Pada pemeriksaan neurologis ditemukan kekuatan motorik pada keempat extremitas

dan pemeriksaan sensorik dalam batas normal. Pada pemeriksaan CT scan didapatkan

Meningiencephalocele regio frontalis, Porenchepaly lobus temporalis kiri dan

cerebellum, Schizenphaly lobus occipitoparietal kiri.

VI. DIAGNOSIS

Meningocele

VII. TERAPI

6

Page 7: longcase meningocele

PENDAHULUAN

Defek tuba neuralis menyebabkan kebanyakan kongenital anomali pada susunan sistem

saraf akibat kegagalan tuba neuralis menutup secara spontan antara minggu ke-3 dan ke-4 dalam

perkembangan uterus. Meskipun penyebab yang tepat pada defek tuba neuralis masih belum

diketahui, ada bukti bahwa banyak faktor, termasuk radiasi, obat-obatan, malnutrisi, bahan

kimia, dan determinan genetik, yang dapat mempengaruhi perkembangan abnormal pada

susunan saraf. Defek tuba neuralis utama meliputi spina bifida okulta, menigokel,

mielomeningokel, ensefalokel, anensefali, sinus dermal, siringomielia, diastematomiela, dan

lipoma pada konus medularis.1

Meningoensefalokel (meningoencephalocele) atau disebut juga ensefalokel

(encephalocele) adalah kelainan kongenital akibat defek tuba neuralis. Defek tuba neuralis ini di

daerah kaudal akan menyebabkan spina bifida dan di daerah kranial akan menyebabkan defek

tulang kranium disebut kranium bifidum.2

Gejala klinis sangat bervariasi tergantung malformasi serebral yang terjadi, termasuk

hidrosefalus dan banyaknya jaringan otak yang mengalami displasia dan masuk ke dalam

kantung meningoensefalokel. Jika hanya mengandung meningen saja, prognosisnya lebih baik

dan dapat berkembang normal. 1,2

Meningoensefalokel sering disertai dengan kelainan kranium fasial atau kelainan otak

lainnya, seperti hidrochephalus atau kelainan kongenital lainnya (Syndrome Meckel, syndrome

dandy-walker). 3

Hampir semua meningoensefalokel memerlukan intervensi bedah saraf, kecuali massanya

terlalu besar dan dijumpai mikrosefali yang jelas. Bila mungkin, tindalan bedah sedini mungkin

untuk menghindari infeksi, apalagi bila ditemui kulit yang tidak utuh dan perlukaan di kepala. 3

7

Page 8: longcase meningocele

1. Definisi

Meningoensefalokel (meningoencephalocele) atau disebut juga ensefalokel

(encephalocele) adalah kelainan kongenital akibat defek tuba neuralis. Defek tuba neuralis ini di

daerah kaudal akan menyebabkan spina bifida dan di daerah kranial akan menyebabkan defek

tulang kranium disebut kranium bifidum. Hal ini dimulai pada masa embrio pada minggu ke III

sampai dengan minggu ke IV; tidak menutupnya tuba neuralis pada ujung kranial dapat

menimbulkan herniasi jaringan saraf pusat. Meningoensefalokel dapat terjadi di seluruh bagian

tengkorak, tetapi yang paling sering terjadi di regio occipital, kecuali pada orang Asia, yang

lebih sering terjadi pada regio frontal. 5,6,7,8

Herniasi atau benjolan ini dapat berisi meningen dan cairan serebrospinal saja disebut

Meningokel Kranial, dapat juga berisi meningen, cairan serebrospinal dan jaringan/parenkhim

otak disebut Meningoensefalokel. Secara umum herniasi melalui defek kranium disebut

meningoensefalokel, walaupun sebenarnya berbeda patologi, pengobatan dan prognosisnya.

Kira-kira 75% meningoensefalokel didapatkan di regio oksipital, dapat terlihat sebagai kantong

kecil bertangkai atau struktur seperti kista besar, dapat lebih besar daripada kranium; tertutup

oleh kulit seluruhnya; kadang-kadang di tempat-tempat tertentu hanya dilapisi oleh membran

tipis seperti kertas perkamen. Sebanyak 15% dari ensefalokel terletak di frantal. 9,10

Gambar 1. Meningoensefalokel pada regio occipital

8

Page 9: longcase meningocele

Gambar 2. Meningoensefalokel pada regio frontonasal

Isi meningoensefalokel dapat diketahui dengan transiluminasi dan USG, pada

pemeriksaan mikroskopis, biasanya akan didapatkan jaringan otak abnormal/displasia. Insiden

meningoensefalokel 1-5 per 10000 bayi lahir hidup; paling kecil dari seluruh penyakit defek tuba

neuralis (8% - 19%). Di Eropa dan Amerika hampir 80% - 90% meningoensefalokel terdapat di

regio oksipital; meningoensefalokel di daerah anterior (frontal, nasofrontal, nasofaringeal) lebih

sering di Asia Tenggara. 11

2. Etiologi

Meningoensefalokel disebabkan oleh kegagalan penutupan tabung saraf selama

perkembangan janin. Kegagalan penutupan tabung saraf ini disebabkan oleh gangguan

pembentukan tulang kranium saat dalam uterus seperti kurangnya asupan asam folat selama

kehamilan, adanya infeksi pada saat kehamilan terutama infeksi TORCH, mutasi gen (terpapar

bahan radiologi), obat – obatan yang mengandung bahan yang terotegenik. Meningoensefalokel

juga disebabkan oleh defek tulang kepala, biasanya terjadi dibagian occipitalis, kadang – kadang

juga dibagian nasal, frontal, atau parietal.12

Walaupun penyebab pasti defek tuba neuralis masih belum diketahui, beberapa faktor

antara lain radiasi, obat-obatan, malnutrisi, bahan-bahan kimia dan faktor genetik terbukti

mempengaruhi perkembangan susunan saraf pusat sejak konsepsi, Penulis lain berpendapat

bahwa maternal hypertermia pada hamil muda juga merupakan fakor penyebab

meningoensefalokel. Data terakhir menyebutkan bahwa suplementasi vitamin seperti folic acid

saat sekitar konsepsi akan mencegah defek tuba neuralis. 12

9

Page 10: longcase meningocele

3. Patofisiologi

Meningoensefalokel adalah suatu kelainan tabung saraf yang ditandai dengan adanya

penonjolan meningens (selaput otak) dan otak yang berbentuk seperti kantung melalui suatu

lubang pada tulang tengkorak. Meningoensefalokel disebabkan oleh kegagalan penutupan tabung

saraf selama perkembangan janin.1

Ada dua bentuk disrafisme utama yang mempengaruhi tulang kranial, dan menghasilkan

protrusi jaringan melalui defek linea mediana tulang yang disebut cranium bifidum.

Mielomeningokel cranium terdiri dari kantong meninges yang terisi hanya cairan serebrospinal

dan meningoensefalokel mengandung kantung dan korteks serebri, serebelum, atau bagian

batang otak. Defek kranium paling lazim pada daerah oksipital pada atau di bawah sambungan,

dan sebagian terjadi frontal atau nasofrontal. Kelainan ini adalah adalah sepersepuluh dari defek

penutupan tuba neuralis yang melibatkan spina. Etiologi ini dianggap sama dengan etiologi

anensefali dan mielomeningokel. 6

Bayi dengan meningoensefalokel kranium beresiko untuk terjadinya hirdosefalus karena

stenosis akuaduktus, malformasi Chiari, atau sindrom Dandy-Walker. Pemeriksaan dapat

menunjukkan kantung kecil dengan batang bertangkai atau struktur seperti kista besar yang dapat

melebihi ukuran kranium. Lesi ini dapat tertutup total dengan kulit, namun daerah yang tidak

berkulit (denuded skin) dapat terjadi dan memerlukan manajemen bedah segera. Transiluminasi

kantung dapat menampakkan adanya jaringan saraf. 1

4. Klasifikasi

Berikut adalah klasifikasi meningoensefalokel menurut Suwanwel:

I. Ensefalomeningokel oksipital

II. Ensefalomeningokel lengkung tengkorak

A. Interfrontal

B. Fontanel anterior

C. Interparietal

10

Page 11: longcase meningocele

D. Fontanel posterior

E. Temporal

III. Ensefalomeningokel fronto-ethmoidal

A. Nasofrontal

B. Naso-ethmoidal

C. Naso-orbital

IV. Ensefalomeningokel basal

A. Transethmoidal

B. Sfeno-ethmoidal

C. Transsfenoidal

D. Frontosfenoidal atau sfeno-orbital

V. Kranioskhisis

A. Kranial, fasial atas bercelah

B. Basal, fasial bawah bercelah

C. Oksipitoservikal bercelah

D. Akrania dan anensefali. 5

Meningoensefalokel oksipital merupakan 70 persen sefalokel (pada geografis). Dibagi

kedalam subkelompok sesuai hubungannya dengan protuberansia oksipital eksterna (EOP):

sefalokel oksipitalis superior, dimana terletak diatas EOP, dan sefalokel oksipitalis inferior,

yang terletak dibawah EOP. Penonjolan lobus oksipital tampak disefalokel superior, dimana

serebelum menonjol dalam sefalokel inferior. Bila defek tulang meluas turun keforamen

magnum, keadaan ini disebut sefalokel oksipitalis magna. Hubungan sefalokel ini dengan spina

bifida servikalis disebut sefalokel oksipitoservikalis (iniensefali).5

11

Page 12: longcase meningocele

Meningoensefalokel anterior jarang dibanding meningoensefalokel posterior. Yang

pertama biasanya dibagi kedalam dua kelompok: meningoensefalokel sinsipital (tampak)

dan meningoensefalokel basal (tak tampak). Mungkin juga dibagi kedalam empat kelompok:

(1) meningoensefalokel frontal,

(2) meningoensefalokel frontonasal,

(3) meningoensefalokel fronto-ethmoid, dan

(4) meningoensefalokel nasofaringeal.

Sambungan tulang frontal dan kartilago nasal adalah tempat yang umum dari sefalokel;

hubungan ini menjadi titik lemah karena pertumbuhan yang berbeda tulang frontal dan

kartilago nasal. Suwanwela menyebut sefalokel diregio ini sebagai meningoensefalokel fronto-

ethmoid dan dikelompokkan kedalam tiga subkelompok:

1. Jenis nasofrontal: menonjol pada sambungan tulang frontal dan tulang nasal.

2. Jenis nasoethmoid: menonjol pada tulang nasal atau kartilago nasal.

3. Jenis naso-orbital: menonjol dari bagian anterior tulang ethmoid dari bagian anterior orbit. 5

Meningoensefalokel basal dapat dibagi kedalam lima kelompok:

1. Meningoensefalokel transethmoidal (intranasal): herniasi kedalam kavum nasal melalui

lamina kribrosa.

2. Meningoensefalokel sfeno-ethmoid (intranasal posterior): herniasi kebagian posterior

kavum nasal melalui tulang sfenoid.

3. Meningoensefalokel transsfenoid (sfenofaringeal): herniasi kenasofaring melalui tulang

sfenoid.

4. Meningoensefalokel sfeno-orbital: herniasi keruang orbit melalui fissura orbital superior.

5. Meningoensefalokel sfenomaksillari: herniasi kerongga orbit melalui fissura pterigoid,

kemudian kefossa pterigoid melalui fissura intra orbital. 5

12

Page 13: longcase meningocele

6. Gejala Klinis

Gejala klinis sangat bervariasi tergantung malformasi serebral yang terjadi, termasuk

hidrosefalus dan banyaknya jaringan otak yang mengalami displasia dan masuk ke dalam

kantung meningoensefalokel. Jika hanya mengandung meningen saja, prognosisnya lebih baik

dan dapat berkembang normal. Gejala-gejala sehubungan dengan malformasi otak adalah mental

retardasi, ataxia spastik, kejang, buta dan gangguan gerakan bola mata. Sebenarnya diagnosis

perinatal dapat ditegakkan dengan pemeriksaan USG, alfa feto protein cairan amnion dan serum

ibu.6

Ukuran dari meningoensefalokel mempengaruhi ukuran dari tengkoran dan otak

tergantung dari besarnya protrusi pada tengkorak. Bila protrusi besar, maka tengkorak akan

tampak seperti mikrosefali, karena banyak jaringan otak yang sudah keluar. Menigoensefalokel

jarang berhubungan dengan malformasi serebri saja dan biasanya berhubungan dengan

abnormalitas dari hemisper serebri, serebelli dan otak tengah.9

Meningoensefalokel anterior sering bersamaan dengan anomali muka, seperti bibir dan

langit-langit bercelah. Empat anomali yaitu meningoensefalokel oksipital, hidrosefalus,

deformitas Klippel-Feil, dan langit-langit bercelah sering terjadi sebagai tetrad. Kelainan

jantung kongenital dan ekstremitas yang displastik adalah anomali yang berhubungan yang

terletak dibagian lain dari badan. 6

Hidrosefalus mungkin terjadi sebelum diperbaikinya sefalokel, atau mungkin terbentuk

setelah operasi. Insidens hidrosefalus yang menyertai pada meningoensefalokel oksipital adalah

25 persen pada meningokel dan 66 persen pada meningoensefalokel. Hidrosefalus yang

bersamaan pada meningoensefalokel anterior jarang. Seperti pada spina bifida, insidens

hidrosefalus lebih tinggi pada sefalokel yang mengandung jaringan otak. Insidens hidrosefalus

yang menyertai pada meningoensefalokel oksipital adalah hampir sama dengan pada

mielomeningokel. 6

Diagnosis

Pemeriksaan radiologis dilakukan untuk menilai struktur patologis sefalokel: daerah

defek tulang, ukuran serta isi sefalokel, ada atau tidaknya anomali SSP, dan dinamika CSS.7

13

Page 14: longcase meningocele

Lubang defek tulang pada meningoensefalokel oksipital mudah dikenal pada foto polos

tengkorak. Sebagai tambahan terhadap daerah defek tulang, perluasan defek dan ada atau

tidaknya kraniolakunia dapat diketahui. Ada atau tidaknya otak yang vital dikantung dapat

ditentukan dengan ventrikulografi dan angiografi serebral, namun CT scan memperlihatkan

tidak hanya isi kantung namun semua kelainan intrakranial yang bersamaan. 10

Meningoensefalokel oksipital harus didiferensiasi dari kasus garis tengah lainnya,

seperti sinus perikranii, dan holoprosensefali. Sinus perikranii sangat lebih kompresibel

dibanding meningoensefalokel. CT scan memperlihatkan displasia serebral sebagai tambahan

atas kantung dorsal pada holoprosensefali. Angiografi serebral mungkin perlu untuk

membedakan meningoensefalokel oksipital dari kantung dorsal holoprosensefali;

holoprosensefali didi- agnosis oleh adanya arteria serebral anterior azigos. 7

Untuk memeriksa lubang dari defek tulang pada meningoensefalokel anterior,

tomografi fossa anterior dan CT scan diperlukan. Meningoensefalokel anterior harus

didiferensiasi dari polip nasal, teratoma orbitofronal, glioma ektopik (nasal), dan keadaan

serupa. Teratoma orbitofrontal mungkin menampakkan kalsifikasi pada foto polos dan meluas

kedalam ruang intrakranial. Tumor ini menjadi maligna dengan pertambahan usia. Glioma nasal

adalah tumor neurogenik kongenital yang jarang yaitu massa heterotopik nonneoplastik dari

jaringan neuroglial. Tapi mungkin tumbuh seperti neoplasma sejati, menginfiltrasi jaringan

sekitarnya, serta metastasis ke nodus limfe regional. 5,6

MRI kranial dapat memberi gambaran yang pasti dari kandungan dalam

meningiensefalokel. Meskipun terletak pada garis tengah, isi dari protrusi biasanya dari salah

satu hemisfer yang lebih kecil.9

14

Page 15: longcase meningocele

Gambar 3. Meningoensefalokel pada pada regio frontonasal

Gambar 4. Meningoensefalokel pada pada occipital

7. Komplikasi

Meningoensefalokel sering disertai dengan kelainan kranium fasial atau kelainan otak

lainnya, seperti hidrochephalus atau kelainan kongenital lainnya(Syndrome Meckel, syndrome

dandy-walker). Kelainan kepala lainnya yang dapat dideteksi dengan USG adalah kista otak,

miensefalus (fusi tulang occiput vertebrata sehingga janin dalam sikap hiperekstensi),

huloprokensefalus (hanya berbentuk sebuah rongga ventrikel yang berdilatasi), hindranensefalus

(destruksi total jaringan otak sehingga kepala hanya berisi cairan), kelainan bentuk kepala

(dulikochephaluskh, branchi chpalusk) dan sebagainya.12

15

Page 16: longcase meningocele

Berikut adalah beberapa komplikasi dari meningoensefalokel, yaitu:

a. Kelumpuhan keempat anggota gerak (kuadri plegia spastik)

b. Gangguan perkembangan

c. Mikrosefalus

d. Hidrosefalus

e. Gangguan penglihatan

f. Keterbelakangan mental dan pertumbuhan

g. Ataksia

h. Kejang.12

8. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan meningoensefalokel tergantung dari isi dan luas dari anomali. Pada

meningokel oksipital, di mana kantung tidak mengandung jaringan saraf, hasil dari pembedahan

hampir selalu baik. Tetapi pada meningoensefalokel yang berisi jaringan otak biasanya diakhiri

dengan kematian dari anak.9

Hampir semua meningoensefalokel memerlukan intervensi bedah saraf, kecuali massanya

terlalu besar dan dijumpai mikrosefali yang jelas. Bila mungkin, tindalan bedah sedini mungkin

untuk menghindari infeksi, apalagi bila ditemui kulit yang tidak utuh dan perlukaan di kepala. 6

Pada neonatus apabila dijumpai ulkus pada meningoensefalokel atau tidak terjadi

kebocoran cairan serebrospinal, operasi segera dilakukan. Pada meningoensefalokel yang

ditutupi kulit kepala yang baik, operasi dapat ditunda sampai keadaan anak stabil. Tujuan operasi

adalah menutup defek (watertight dural closure), eksisi masa otak yang herniasi serta

memelihara fungsi otak. 7

Defek tulang yang cukup besar dapat diperbaiki dengan wire mesh, plastik atau tulang,

tetapi jarang diperlukan. Hasil akhir operasi sukar dipastikan oleh karena bervariasinya kasus.

Pada tindakan bedah terhadap 40 penderita didapati 15 orang (38%) meninggal dan dari 25 orang

yang hidup 14 orang (56%) intelegensianya normal meskipun sering dijumpai gangguan motorik

dan pada 11 orang (44%) dijumpai gangguan intelektual dan motorik. 10

16

Page 17: longcase meningocele

1. Penanganan Pra Bedah

Segera setelah lahir daerah yang terpakai harus dikenakan kasa steril yang direndam salin

yang ditutupi plastik, atau lesi yang terpapar harus ditutupi kasa steril yang tidak melekat untuk

mencegah jaringan saraf yang terpaparmenjadi kering. 12

Perawatan pra bedah neonatus rutin dengan penekanan khusus pada saat mempertahan

suhu tubuh yang dapat menurun dengan cepat. Pada beberapa pusat tubuh bayi ditempatkan

dalam kantong plastik untuk mencegah kehilangan panas yang dapat terjadi akibat permukaan

lesi yang basah. Lingkaran occipito frontalis kepala diukur dan dibuat grafiknya. Diperlukan

pemeriksaan X-Ray kepala AP/LAT dan diambil photografi dari lesi. 12

2. Perawatan pasca bedah

Pemberian makan per oral dapat diberikan 4 jam setelah pembedahan. Jika ada drain

penyedotan luka maka harus diperiksa setiap jam untuk menjamin tidak adanya belitan atau

tekukan pada saluran dan terjaganya tekanan negatif dan wadah. Lingkar kepala diukur dan

dibuat grafik sekali atau dua kali seminggu. Sering kali terdapat peningkatan awal dalam

pengukuran setelah penutupan cacat spinal dan jika peningkatan ini berlanjut dan terjadi

perkembangan hidrochephalus maka harus diberikan terapi yang sesuai.12

17

Page 18: longcase meningocele

DAFTAR PUSTAKA

1. Nelson, B.; Arvin K.; Buku Ilmu Kesehatan Anak 15th edition; Penerbit Buku Kedokteran

EGC; Jakarta; 2000.

2. Meadow, R.; Simon N.; Lecture Notes: Pediatrika 7th edition; Erlangga; 2003.

3. Hull, D.; Derek I.J.; Dasar-Dasar Pediatri 3rd edition; Penerbit Buku Kedokteran EGC;

Jakarta; 2008.

4. Saanin, S.; Disrafisme Kranial; in Anomali Susunan Saraf Pusat; Ilmu Bedah Saraf; Ka.

SMF Bedah Saraf RSUP. Dr. M. Djamil/FK-UNAND Padang; available at:

http://www.angelfire.com/nc/neurosurgery/Disrafisme.html; 2008.

5. Muscari, M.E.; Keperawatan Pediatrik 3rd edition; Penerbit Buku Kedokteran EGC; Jakarta;

2005.

6. Taufan, V.R.; Ensefalokel (Encephalocele); available at: http://dokter

rosfanty.blogspot.com/2009/07/ensefalokel.html; 2009.

7. Dorland, W.A.N.; Kamus Kedokteran Dorland; Penerbit Buku Kedokteran EGC; Jakarta;

2002.

8. Fenichel, G.M.; Clinical Pediatric Neurology 4th edition; Saunders Company; Philadelphia;

2001.

9. Tsementzis, S.A.; Differential Diagnosis of Neurology and Neurosurgery; Thieme

Stuttgart; New York; 2000.

10. Sjamsuhidajat, R.; Wim d.J.; Buku Ajar Ilmu Bedah; Penerbit Buku Kedokteran EGC;

Jakarta; 2005.

11. Lubis, N.U.; Encephalocele; in CKD – Cermin Dunia Kedokteran Magazine; Kalbe Farma;

PT. Temprint; Jakarta; 2009.

12. Mayasari, N.; Encephalocele; available at: http://upeeknouvelz.blogspot.com/

2010/02/kelainan-pada-bayi-dengan.html; 2010.

18

Page 19: longcase meningocele

BAGIAN ILMU BEDAHSUBDIVISI BEDAH SARAF FAKULTAS KEDOKTERAN LONGCASEUNIVERSITAS HASANUDDIN OKTOBER 2012

MENINGOCELE

Disusun Oleh :

Budhi Karoma C111 08 258Rafitha Sara C111 08 331Dimas Agung C111 08 293

Pembimbing :dr. Pasarella

Supervisor:Dr. dr. Djoko Widodo, Sp. BS.

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS PADA BAGIAN ILMU BEDAH SUBDIVISI BEDAH SARAF FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR

2012

19