herpes zooster

17
PRESENTASI KASUS HERPES ZOSTER Disusun Oleh : Abdul Rohim (1010221012) Ibnu Al Musa (1010221017) Moderator Dipresentasikan tanggal 22 september 2011 KEPANITERAAN DEPARTEMEN KULIT DAN KELAMIN RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO JAKARTA PERIODE 19 SEPTEMBER – 22 OKTOBER 2011

description

herpes zooster

Transcript of herpes zooster

Page 1: herpes zooster

PRESENTASI KASUS

HERPES ZOSTER

Disusun Oleh :

Abdul Rohim (1010221012)

Ibnu Al Musa (1010221017)

Moderator

Dipresentasikan tanggal 22 september 2011

KEPANITERAAN DEPARTEMEN KULIT DAN KELAMIN

RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO

JAKARTA

PERIODE 19 SEPTEMBER – 22 OKTOBER

2011

Page 2: herpes zooster

13

STATUS PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN

DEPARTEMEN PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN RSPAD GATOT SOEBROTO

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. A S

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 52 tahun

Alamat : Gorontalo, Manado, Sulut

Pekerjaan : TNI AD

Pangkat/nrp : Serma/602095

Agama : Islam

Tanggal pemeriksaan : 19 September 2011

II. ANAMNESIS

Diambil dari Autoanamnesis tanggal 19 September 2011

Keluhan Utama:

Bintil-bintil berisi air dialami disertai nyeri dan gatal pada dada kanan sejak 4

hari yang lalu.

Riwayat Penyakit Sekarang:

Tn A merupakan pasien rawat inap di bagian bedah RSPAD. Saat ini pasien

menjalani perawatan post operasi orip tibia . selama masa perawatan pasien

merasa ngilu pada persendian disertai demam 1 minggu yang lalu diikuti timbul

Bintil-bintil berisi air di dada bagian kanan atas dialami sejak 4 hari yang lalu.

Nyeri (+), gatal (+),. Maka dari itu pasien dikonsulkan ke bagian kulit kelamin.

Page 3: herpes zooster

13

Riwayat pengobatan

Pasien sudah menggunakan obat luarhidrokortison 0,1 %

Riwayat Penyakit Keluarga :

Pasien menyangkal adanya keluhan serupa di keluarga.

III. STATUS GENERALIS

Keadaaan umum : baik

Kesadaran : compos mentis

Keadaan gizi : baik

Vital Sign : Tekanan darah : 120/80 mmHg

Nadi : 64 x/menit

Pernafasan : 18 x/menit

Suhu : afebris

Kepala : normochepal, rambut hitam, distribusi merata

Mata : konjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

Hidung : simetris, deviasi septum (-), sekret (-)

Telinga : bentuk daun telinga normal, sekret (-)

Mulut : mukosa bibir dan mulut lembab, sianosis (-)

Tenggorokan : faring tidak hiperemis, T1-T1 tenang.

Thorax : Jantung : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-).

Paru : vesikuler, ronki (-), wheezing (-)

Abdomen : supel, nyeri tekan (-), pembesaran hepar dan lien tidak

teraba

Kelenjar Geah Bening: tidak teraba pembesaran.

Ekstremitas : akral hangat, edema ( )

Page 4: herpes zooster

13

IV. STATUS DERMATOLOGIKUS

Lokasi : Pada regio torakal dekstra.

Efloresensi : lesi bersifat unilateral sesuai dermatom. tampak vesikel-vesikel

berkelompok yang tersusun secara herpetiformis, dan sebuah erosi dengan dasar

eritematosa. Kulit diantara kelompok vesikula terlihat.

Gambar 1. Dada kanan ( pada tanggal 19 september 2011)

Page 5: herpes zooster

13

Gambar 2. Dada kanan ( pada tanggal 19 september )

Page 6: herpes zooster

13

Gambar 3. Dada kanan (pada tanggal 20 september 2011)

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan tzanck tidak dilakukan

VI. RESUME

Pasien pria, usia 52 tahun dikonsulkan dengan keluhan Bintil-bintil berisi air

dialami sejak 4 hari yang lalu Nyeri (+), gatal (+). Pada pemeriksaan

dermatologikus tampak vesikel-vesikel berkelompok yang tersusun secara

herpetiformis, dan sebuah erosi dengan dasar eritematosa. Kulit diantara

gerombolan vesikula terlihat normal unilateral sesuai dermatom.

VI. DIAGNOSA KERJA

Herpes Zooster torakal dextra

Page 7: herpes zooster

13

VII. DIAGNOSIS BANDING

Herpes simplek

Varisela

Impetigo vesiko-bulosa

VIII. PENATALAKSANAAN

A. Non farmakologis

- Istirahat cukup

- Menghindari pecahnya vesikel dengan tidak menggaruk pada

daerah lesi.

B. Farmakologis

- Asiklovir 5 x 800 mg selama 7 hari

- Gentamisin sulfat 2%

IX. PROGNOSIS

Quo ad vitam : bonam

Quo ad functionam : bonam

Quo ad sanationam : bonam

Page 8: herpes zooster

13

HERPES ZOOSTER

Definisi

Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan infeksi virus varisela zoster yang

menyerang kulit dan mukosa. Infeksi ini merupakan reaktivasi virus varisela zoster dari

infeksi endogen yang telah menetap dalam bentuk laten setelah infeksi primer oleh virus.6

Etiologi

Herpes zoster disebabkan oleh virus varicella zoster. Virus varicella zoster terdiri

dari kapsid berbentuk ikosahedral dengan diameter 100 nm. Kapsid tersusun atas 162

subunit protein-virion yang lengkap dengan diameternya 150-200 nm, dan hanya virion

yang terselubung yang bersifat infeksius. Infeksiositas virus ini dengan cepat dihacurkan

dengan bahan organik, diterjen, enzim proteolitik, panas dan suasana Ph yang tinggi.

Masa inkubasinya 14-21 hari.

Patogenesis

Infeksi primer dari VZV ini pertama kali terjadi di daerah nasofaring. Disini virus

mengadakan replikasi dan dilepas ke darah sehingga terjadi viremia permulaan yang

sifatnya terbatas dan asimptomatik. Keadaan ini diikuti masuknya virus ke dalam

Reticulo Endothelial System (RES) yang kemudian mengadakan replikasi kedua yang

sifat viremia nya lebih luas dan simptomatik dengan penyebaran virus ke kulit dan

mukosa. Sebagian virus juga menjalar melalui serat-serat sensoris ke satu atau lebih

ganglion sensoris dan berdiam diri atau laten didalam neuron. Virus berdiam diri di

ganglion posterior saraf tepid an ganglion kranialis . Selama antibodi yang beredar di

dalam darah masih tinggi, reaktivasi dari virus yang laten ini dapat dinetralisir, tetapi

pada saat tertentu dimana antibodi tersebut turun dibawah titik kritis maka terjadilah

reaktivasi dari virus sehingga terjadi herpes zoster.4

Gejala Klinis

Gejala prodromal herpes zoster biasanya berupa rasa sakit dan parestesi pada

dermatom yang terkena. Gejala ini terjadi beberapa hari menjelang timbulnya erupsi.

Gejala konstitusi, seperti sakit kepala, malaise, dan demam, terjadi pada 5% penderita

(terutama pada anak-anak) dan timbul 1-2 hari sebelum terjadi erupsi. Gambaran yang

paling khas pada herpes zoster adalah erupsi yang lokalisata dan unilateral. Jarang erupsi

Page 9: herpes zooster

13

tersebut melewati garis tengah tubuh. Umumnya lesi terbatas pada daerah kulit yang

dipersarafi oleh salah satu ganglion saraf sensorik.5

Erupsi mulai dengan eritema makulopapular. Dua belas hingga dua puluh empat

jam kemudian terbentuk vesikula yang dapat berubah menjadi pustula pada hari ketiga.

Seminggu sampai sepuluh hari kemudian, lesi mengering menjadi krusta. Krusta ini dapat

menetap menjadi 2-3 minggu. Keluhan yang berat biasanya terjadi pada penderita usia

tua.5

Pada anak-anak hanya timbul keluhan ringan dan erupsi cepat menyembuh. Rasa

sakit segmental pada penderita lanjut usia dapat menetap, walaupun krustanya sudah

menghilang. Frekuensi herpes zoster menurut dermatom yang terbanyak pada dermatom

torakal (55%), kranial (20%), lumbal (15%), dan sacral (5%).5

Diagnosis dan Pemeriksaan Klinis

Diagnosis herpes zoster pada anamnesis didapatkan keluhan berupa neuralgia

beberapa hari sebelum atau bersama-sama dengan timbulnya kelainan kulit. Adakalanya

sebelum timbul kelainan kulit didahului gejala prodromal seperti demam, pusing dan

malaise. Kelainan kulit tersebut mula-mula berupa eritema kemudian berkembang

menjadi papula dan vesikula yang dengan cepat membesar dan menyatu sehingga

terbentuk bula. Isi vesikel mula-mula jernih, setelah beberapa hari menjadi keruh dan

dapat pula bercampur darah. Jika absorbsi terjadi, vesikel dan bula dapat menjadi krusta.

Dalam stadium pra erupsi, penyakit ini sering dirancukan dengan penyebab rasa nyeri

lainnya, misalnya pleuritis, infark miokard, kolesistitis, apendisitis, kolik renal, dan

sebagainya. Namun bila erupsi sudah terlihat, diagnosis mudah ditegakkan. Karakteristik

dari erupsi kulit pada herpes zoster terdiri atas vesikel-vesikel berkelompok, dengan dasar

eritematosa, unilateral, dan mengenai satu dermatom.1

Secara laboratorium, pemeriksaan sediaan apus tes Tzanck membantu

menegakkan diagnosis dengan menemukan sel datia berinti banyak. Demikian pula

pemeriksaan cairan vesikula atau material biopsi dengan mikroskop elektron, serta tes

serologik. Pada pemeriksaan histopatologi ditemukan sebukan sel limfosit yang

mencolok, nekrosis sel dan serabut saraf, proliferasi endotel pembuluh darah kecil,

hemoragi fokal dan inflamasi bungkus ganglion. Partikel virus dapat dilihat dengan

Page 10: herpes zooster

13

mikroskop elektron dan antigen virus herpes zoster dapat dilihat secara

imunofluoresensi.4,5

Apabila gejala klinis sangat jelas tidaklah sulit untuk menegakkan diagnosis. Akan tetapi

pada keadaan yang meragukan diperlukan pemeriksaan penunjang antara lain:

1. Isolasi virus dengan kultur jaringan dan identifikasi morfologi dengan

mikroskop elektron

2. Pemeriksaan antigen dengan imunofluoresen

3. Tes serologi dengan mengukur imunoglobulin spesifik.

Diagnosis Banding

Herpes simpleks

Herpes simpleks ditandai dengan erupsi berupa vesikel yang bergerombol, di atas

dasar kulit yang kemerahan. Sebelum timbul vesikel, biasanya didahului oleh rasa gatal

atau seperti terbakar yang terlokalisasi, dan kemerahan pada daerah kulit. Herpes

simpleks terdiri atas 2, yaitu tipe 1 dan 2. Lesi yang disebabkan herpes simpleks tipe 1

biasanya ditemukan pada bibir, rongga mulut, tenggorokan, dan jari tangan. Lokalisasi

penyakit yang disebabkan oleh herpes simpleks tipe 2 umumnya adalah di bawah pusat,

terutama di sekitar alat genitalia eksterna.

Varisela

Gejala klinis berupa papul eritematosa yang dalam waktu beberapa jam berubah

menjadi vesikel. Bentuk vesikel ini seperti tetesan embun (tear drops). Vesikel akan

berubah menjadi pustul dan kemudian menjadi krusta. Lesi menyebar secara sentrifugal

dari badan ke muka dan ekstremitas.

Impetigo vesiko-bulosa

Terdapat lesi berupa vesikel dan bula yang mudah pecah dan menjadi krusta.

Tempat predileksi di ketiak, dada, punggung dan sering bersamaan dengan miliaria.

Penyakit ini lebih sering dijumpai pada anak-anak.

Page 11: herpes zooster

13

Penatalaksanaan

Penatalaksaan herpes zoster bertujuan untuk:

1. Mengatasi infeksi virus akut

2. Mengatasi nyeri akut yang ditimbulkan oleh virus herpes zoster

3. Mencegah timbulnya neuralgia pasca herpetik.

Pengobatan Umum

Selama fase akut, pasien dianjurkan tidak keluar rumah, karena dapat menularkan kepada

orang lain yang belum pernah terinfeksi varisela dan orang dengan defisiensi imun.

Usahakan agar vesikel tidak pecah, misalnya jangan digaruk dan pakai baju yang longgar.

Untuk mencegah infeksi sekunder jaga kebersihan badan.

Pengobatan Khusus

1. Obat Antivirus

Obat yang biasa digunakan ialah asiklovir dan modifikasinya, misalnya valasiklovir dan

famsiklovir. Asiklovir bekerja sebagai inhibitor DNA polimerase pada virus. Asiklovir

dapat diberikan peroral ataupun intravena. Asiklovir Sebaiknya pada 3 hari pertama sejak

lesi muncul. Dosis asiklovir peroral yang dianjurkan adalah 5×800 mg/hari selama 7 hari,

sedangkan melalui intravena biasanya hanya digunakan pada pasien yang

imunokompromise atau penderita yang tidak bisa minum obat. Obat lain yang dapat

digunakan sebagai terapi herpes zoster adalah valasiklovir. Valasiklovir diberikan

3×1000 mg/hari selama 7 hari, karena konsentrasi dalam plasma tinggi. Selain itu

famsiklovir juga dapat dipakai. Famsiklovir juga bekerja sebagai inhibitor DNA

polimerase. Famsiklovir diberikan 3×200 mg/hari selama 7 hari.7

2. Analgetik

Analgetik diberikan untuk mengurangi neuralgia yang ditimbulkan oleh virus herpes

zoster. Obat yang biasa digunakan adalah asam mefenamat. Dosis asam mefenamat

adalah 1500 mg/hari diberikan sebanyak 3 kali, atau dapat juga dipakai seperlunya ketika

nyeri muncul.7

3. Kortikosteroid

Indikasi pemberian kortikostreroid ialah untuk Sindrom Ramsay Hunt. Pemberian harus

sedini mungkin untuk mencegah terjadinya paralisis. Yang biasa diberikan ialah

prednison dengan dosis 3×20 mg/hari, setelah seminggu dosis diturunkan secara

Page 12: herpes zooster

13

bertahap. Dengan dosis prednison setinggi itu imunitas akan tertekan sehingga lebih baik

digabung dengan obat antivirus.6

Pengobatan topikal

Pengobatan topikal bergantung pada stadiumnya. Jika masih stadium vesikel diberikan

bedak dengan tujuan protektif untuk mencegah pecahnya vesikel agar tidak terjadi infeksi

sekunder. Bila erosif diberikan kompres terbuka. Kalau terjadi ulserasi dapat diberikan

salap antibiotik.6

Komplikasi

Neuralgia paska herpetik

Neuralgia paska herpetik (PHN) adalah rasa nyeri yang timbul pada daerah bekas

penyembuhan. Neuralgia ini dapat berlangsung selama berbulan-bulan sampai beberapa

tahun. Keadaan ini cenderung timbul pada umur diatas 40 tahun, persentasenya 10-15 %

dengan gradasi nyeri yang bervariasi. Semakin tua umur penderita maka semakin tinggi

persentasenya.

Infeksi sekunder

Pada penderita tanpa disertai defisiensi imunitas biasanya tanpa komplikasi. Sebaliknya

pada yang disertai defisiensi imunitas, infeksi H.I.V., keganasan, atau berusia lanjut dapat

disertai komplikasi. Vesikel sering manjadi ulkus dengan jaringan nekrotik.

.

Paralisis motorik

Paralisis motorik dapat terjadi pada 1-5% kasus, yang terjadi akibat perjalanan virus

secara kontinuitatum dari ganglion sensorik ke sistem saraf yang berdekatan. Paralisis ini

biasanya muncul dalam 2 minggu sejak munculnya lesi. Berbagai paralisis dapat terjadi

seperti: di wajah, diafragma, batang tubuh, ekstremitas, vesika urinaria dan anus.

Umumnya akan sembuh spontan.

Prognosis

Terhadap penyakitnya pada dewasa dan anak-anak umumnya baik, tetapi usia tua

risiko terjadinya komplikasi semakin tinggi, dan secara kosmetika dapat menimbulkan

makula hiperpigmentasi atau sikatrik. Dengan memperhatikan higiene & perawatan yang

Page 13: herpes zooster

13

teliti akan memberikan prognosis yang baik & jaringan parut yang timbul akan menjadi

sedikit.