PBL Blok 15 Herpes Zooster a.n Beatrix Flora

23
Penyakit Kulit akibat Infeksi Virus: Herpes Zoster Beatrix Flora E.S (102010220/A-9) Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Arjuna Utara No. 6 - Jakarta Barat 11470 Email: [email protected] Pendahuluan Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis, dan sensitif, bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan juga bergantung pada lokasi tubuh. Fungsi utama kulit adalah proteksi, absorbsi, ekskresi, persepsi, pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), pembentukan pigmen, pembentukan vitamin D, dan keratinisasi. Namun, sayangnya, kulit manusia tidak bebas hama/steril. Hampir semua bakteri atau virus dapat menimbulkan penyakit/lesi pada kulit, baik secara langsung maupun dari dalam (penyebaran sistemik). 1 Pada kali ini, dibicarakan tentang penyakit kulit akibat infeksi virus, yaitu herpes zoster. Herpes Zoster adalah penyakit neurodermal ditandai

Transcript of PBL Blok 15 Herpes Zooster a.n Beatrix Flora

Page 1: PBL Blok 15 Herpes Zooster a.n Beatrix Flora

Penyakit Kulit akibat Infeksi Virus: Herpes Zoster

Beatrix Flora E.S (102010220/A-9)

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jalan Arjuna Utara No. 6 - Jakarta Barat 11470

Email: [email protected]

Pendahuluan

Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan

hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin

kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis, dan sensitif, bervariasi pada

keadaan iklim, umur, seks, ras, dan juga bergantung pada lokasi tubuh. Fungsi utama kulit

adalah proteksi, absorbsi, ekskresi, persepsi, pengaturan suhu tubuh (termoregulasi),

pembentukan pigmen, pembentukan vitamin D, dan keratinisasi.

Namun, sayangnya, kulit manusia tidak bebas hama/steril. Hampir semua bakteri atau

virus dapat menimbulkan penyakit/lesi pada kulit, baik secara langsung maupun dari dalam

(penyebaran sistemik).1 Pada kali ini, dibicarakan tentang penyakit kulit akibat infeksi virus,

yaitu herpes zoster.Herpes Zoster adalah penyakit neurodermal ditandai dengan nyeri

radikular unilateral serta erupsi vesikuler berkelompok dengan dasar eritematosa pada daerah

kulit yang dipersarafi oleh saraf kranialis atau spinalis. Herpes zoster terjadi karena relaps

endogen atau reaktivasi virus varisela zoster (VVZ). Virus ini tidak hilang tuntas dari tubuh

setelah infeksi pertamanya dalam bentuk Varisela melainkan dorman pada sel ganglion

dorsalis sistem saraf sensoris yang kemudian pada saat tertentu mengalami reaktivasi dan

bermanifestasi sebagai herpes zoster.

Lebih lanjutnya akan dibicarakan dalam pembahasan di bawah ini dan selanjutnya

pemahaman tentang aspek-aspek klinis dan penanganan kasus herpes zoster diharapkan dapat

bertambah.

Page 2: PBL Blok 15 Herpes Zooster a.n Beatrix Flora

Anamnesis

Anamnesis yang akurat sangat vital dalam menegakkan diagnosis yang tepat pada kondisi-

kondisi yang mengenai kulit.

Kapan pertama kali pasien memperhatikan adanya ruam?

Di mana letaknya, apakah terasa gatal? Apakah berdarah? Apakah

bentuk/ukuran/warnanya berubah?

Adakah pemicu (misalnya pengobatan, makanan, sinar matahari, dan alergen

potensial)?

Adakah benjolan di tempat lain?

Bagaimana perubahan warna yang terjadi (misalnya pigmen meningkat, ikterus,

pucat)? Sudah berapa lama?

Adakah gejala penyerta yang menunjukkan adanya kondisi medis sistemik (misalnya

penurunan berat badan, artralgia, dll)?

Pertimbangan akibat yang mungkin ditumbulkan oleh kondisi kulit yang serius, seperti

kehilangan cairan, infeksi sekunder, penyebaran metastatik ke KGB atau organ lain.

Riwayat penyakit dahulu. Tanyakan apakah pasien pernah mengalami gangguan

kulit, ruam dan lain-lain? Adakah riwayat kecenderungan atopi (asma, rinitis)? Adakah pasien

memiliki masalah kulit di masa kecil? Adakah riwayat kondisi medis lain yang signifikan?

Obat-obatan. Riwayat pemakaian obat yang lengkap penting bagi semua jenis

pengobatan, baik obat resep maupun alternatif, yang dimakan atau topikal. Pernahkah pasien

menggunakan obat untuk penyakit kulit? Pernahkan/apakah pasien menggunakan

immunosupresan?

Alergi. Apakah pasien memiliki alergi obat (jika ya, seperti apa reaksi yang timbul)?

Apakah pasien mengetahui kemungkinan alergen yang lain? Pernahkah pasien menjalani

patch test atau pemeriksaan respons IgE?

2 | Skin & Integumen – Herpes Zoster

Page 3: PBL Blok 15 Herpes Zooster a.n Beatrix Flora

Riwayat keluarga. Adakah riwayat penyakit kulit atau atopik dalam keluarga?

Adakah orang lain di keluarga yang mengalami kelainan serupa?

Riwayat sosial. Bagaimana riwayat pekerjaan pasien; apakah terpapar sinar matahari,

alergen potensial, atau parasit kulit? Apakah menggunakan produk pembersih baru, hewan

peliharaan baru, dan lain-lain? Apakah pasien baru-baru ini bepergian ke luar negeri? Adakah

pajanan pada penyakit infeksi (misalnya cacar air)?

Penyelidikan fungsional. Fakta utama adalah kemungkinan adanya penyakit sistemik

yang berkaitan, seperti penyakit akibat infeksi parasit, artropati psoriatik, SLE, dll. 2

Pemeriksaan

Fisik

Cek pasien apakah terlihat sakit ringan atau berat. Adakah pucat, syok berpigmen, atau

demam?

Inspeksi; pada inspeksi diperhatikan lokalisasi, warna, bentuk, ukuran, penyebaranm

batas, dan tanda-tanda khusus. Bila terdapat kemerahan pada kulit, ada tiga

kemungkinan; eritema, purpura dan telangiektasis. Cara membedakannya adalah

dengan ditekan dengan jari dan digeser. Pada eritema warna kemerahan akan hikang

dan kemerahan akan muncul kembali steleha jari dilepaskan karena vasodilatasi

kapiler. Sebaliknya pada purpura tidak enghilang sebab terjadinya perdarahan dikulit,

begitu pula pada telangiektasis akibat pelebaran kapiler yang menetap. Cara lain

adalah dengan melakukan disakopi yang berarti menekan dengan benda transparan

(diaskop) pada tempat kemerahan tersebut. Diaskop disebut positif jika warna merah

menghilang; disebut eritem dan disebut negatif bila warna merah tidak hilang; pada

purpura/ telangiektasis. Pada telangiektasis akan tampak kapiler berbentuk seperti tali

yang berkeleng-kelok dapat berwarna merah atau biru.

Pada herpes zoster, ditemukan adanya ruam-ruam disertai lesi berbentuk pelinting-

pelinting berisi cairan seperti dibagian payudara, perut, atau punggung sebelah kiri.

3 | Skin & Integumen – Herpes Zoster

Page 4: PBL Blok 15 Herpes Zooster a.n Beatrix Flora

Palpasi: Dilakukan pada lesi untuk mengetahui suhu, mobilitas, nyeri tekan, dan

kedalaman. Periksa adanya pembesaran kelenjar getah bening yang merupakan

drainase. Lakukan pemeriksaan fisik lengkap untuk menganamnesis adanya penyakit

sistemik.

Mendokumentasikan kelainan kulit dengan akurat sangat penting, dan bisa dibantu

oleh foto. 2

Penunjang

Jika hasil pemeriksaan fisik masih diragukan, dapat dilakukan pemeriksaan penunjang berupa

tes laboratorium. Namun biasanya hal ini tidak diperlukan untuk menejemen yang tepat anak

sehat dengan varisela atau herpes zoster. 3

Tzanck Test. Dapat dilakukan dengan cara membuat sediaaan apus yang diwarnai

dengan Giemsa. Bahan diambil dari kerokan dasar vesikel dan akan didapati sel datia berinti

banyak.[kulit UI] Untuk hasil terbaik lesi harus berumur 1-3 hari. Dapat digunakan untuk

membedakan VZV dengan herpes simpleks virus.

PCR (Polimerase Chain Reaction). Pemeriksaan PCR sangat cepat dan sensitif.

Pemeriksaan ini dapat menggunakan berbagai jenis preparat seperti kerokan dasar vesikel

ataupun krusta yang sudah terbentuk. Sensitivitasnya sekitar 97%-100%. Tes ini dapat

menemukan asam nukleat dari VZV.

Biopsi Kulit. Hasil pemeriksaan histopatologik dapat ditemukan vesikel

intraepidermal dengan degenerasi sel epidermal dan acantholisis. Pada dermis bagian atas

terlihat limfotik infiltrat. 1

Pemeriksaan cairan vesikel dan jaringan terinfeksi; memperlihatkan adanya

inklusi intraselular eosinofil dan virus varisela.

4 | Skin & Integumen – Herpes Zoster

Page 5: PBL Blok 15 Herpes Zooster a.n Beatrix Flora

Diagnosis

Working Diagnose (WD)

Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varisela-zoster yang

menyerang kulit dan mukosa, infeksi ini merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah

infeksi primer. Herpes zoster dibagi menjadi 2 macam;

a. Herpes zoster generalisata : herpes yang unilateral dan segmental ditambah dengan

penyebaran secara generalisata berupa vesikel soliter dan terdapat umbilikalis

b. Herpes zoster oftalmikus : herpes yang didalamnya terjadi cabang infeksi pertama

nervus trigeminus yang menimbulkan kelainan pada mata serya cabang ke 2 dan

ke 3 yang menyebabkan kelainan kulit pada daerah persyarafan.

Differential Diagnose (DD) 1

Herpes simpleks, merupakan infeksi akut yang disebabkan oleh virus herpes

simplex/VHS (virus herpes hominis) tipe I atau tipe II yang ditandai oleh adanya vesikel yang

berkelompok di atas kulit yang sembab dan eritematosa pada daerah dekat mukokutan, berisi

cairan jernih dan kemudian menjadi seropurulen, dapat menjadi krusta dan kadang-kadang

mengalami ulserasi yang dangkal biasanya sembuh tanpa sikatriks. sedangkan infeksi dapat

berlangsung baik primer maupun rekurens. Infeksi VHS I biasanya dimulai pada anak-anak,

sedangkan infeksi VHS tipe II biasanya terjadi pada dekade II atau III, serta berhubungan

dengan peningkatan aktivitas seksual. Tempat predileksi VHS tipe I di daerah pinggang ke

atas terutama di daerah mulut dan hidung, biasanya dimulai pada usia anak-anak. Sementara

VHS tipe II mempunyai predileksi di daerah pinggang ke bawah, terutama di daerah genital.

Daerah-daerah ini sering kacau karena adanya cara hubungan seksual seperti oro-genital.

Varisela, merupakan salah satu penyakit sangat menular yang dapat menular dengan

sangat cepat. Varisela dapat merupakan penyakit kongenital, menyerang bayi baru

lahir,menyerang anak kurang dari 10 tahun terutama usia 5 sampai 9 tahun, bahkan orang

dewasa. Pada anak sehat penyakit ini biasanya bersifat jinak, jarang menimbulkan komplikasi

dan hanya sedikit yang menderita penylit, tetapi pada status immunitas yang menurun, seperti

bayi baru lahir, immunodefisiensi, tumor ganas, dan orang dewasa yang mendapat pengobatan

immunosupresan sering menimbulkan komplikasi bahkan menyebabkan kematian1 .5 | Skin & Integumen – Herpes Zoster

Page 6: PBL Blok 15 Herpes Zooster a.n Beatrix Flora

Penyebab penyakit ini adalah sejenis virus yang termasuk golongan Herpes Virus,

yaituVaricella Zooster Virus (VZV). Pada kontak pertama virus ini menyebakan penyakit

cacar air atau chicken Pox, dan pada reaktivasi infeksi, virus Pencegahan terhadap varisela

dapat dilakukan dengan pemberian immunisasi aktif maupun pasif ini menyebabkan penyakit

yang disebut sebagai herpes zooster atau shingles.

, dengan demikian maka penderita yang beresiko mendapatkan komplikasi saat

menderita penyakit varisela, atau menderita varisela yang cenderung berat dapat diberi

immunisasi untuk meningkatkan immunitasnya .5

Dermatitis kontak iritan (Dermatitis Venetata), adalah inflamasi pada kulit yang

terjadi karena kulit telah terpapar oleh bahan yang toksin atau iritatif ke kulit manusia, dan

tidak disebabkan reaksi alergi. Pada anak-anak, bahan iritan yang paling sering menyebabkan

DKI adalah popok bayi. Hal ini akan menyebabkan keadaan yang dinamakan ³diaper

dermatitis´, reaksi kulit di daerah yang terpapar popok bayi yang disebabkan kontak terlalu

lama dengan bahan kimia alami terdapat di air seni dan tinja. Selain itu dapat pula DKI terjadi

di sekitar mulut karena kulit terpapar dengan makanan bayi ataupun air liur. Pada orang

dewasa, DKI terjadi seringkali karena paparan sabun dan deterjen.

Efek dari dermatitis kontak bervariasi, mulai dari kemerahan yang ringan dan hanya

berlangsung sekejap sampai kepada pembengkakan hebat dan lepuhan kulit. Ruam seringkali

terdiri dari lepuhan kecil yang terasa gatal (vesikel). Pada awalnya ruam hanya terbatas di

daerah yang kontak langsung dengan alergen (zat penyebab terjadinya reaksi alergi), tetapi

selanjutnya ruam bisa menyebar. Ruam bisa sangat kecil (misalnya sebesar lubang anting-

anting) atau bisa menutupi area tubuh yang luas (misalnya dermatitis karena pemakaian

losyen badan).

 Jika zat penyebab ruam tidak lagi digunakan, biasanya dalam beberapa hari

kemerahan akan menghilang. Lepuhan akan pecah dan mengeluarkan cairan serta membentuk

keropeng lalu mengering. Sisa-sisa sisik, gatal-gatal dan penebalan kulit yang bersifat

sementara, bisa berlangsung selama beberapa hari atau minggu

6 | Skin & Integumen – Herpes Zoster

Page 7: PBL Blok 15 Herpes Zooster a.n Beatrix Flora

Etiologi

Penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus golongan herpes yang lain, virus varisela

zoster atau varicella-zoster virus (VZV). 1 Struktur partikel virus ini berukuran 120-300 nm.

Virion terdiri dari glikoprotein, kapsid, amplop virus dan nukleokapsid yang melindungi

bagian inti berisi DNA genom utas ganda. Bagian nukleokapsid berbentuk ikosahedral,

berdiameter 100-110 nm dan terdiri dari 162 protein yang disebut kapsomer. Virus ini akan

mengalami inaktivasi pada suhu 56-60 ˚C dan menjadi tidak berbahaya apabila bagian amplop

dari virus ini rusak. Penyebaran virus ini terjadi melalui pernafasan.

Gambar 1. Varicella-Zoster Virus (VZV). Sumber:

http://en.citizendium.org/images/8/83/Dna15.jpg.

Epidemiologi

Penyebarannya sama seperti varisela (cacar). Penyakit ini, seperti yang diterangkan

dalam definisi, merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah penderita mendapat varisela.

Kadang-kadang varisela ini berlangsung subklinis. Tetapi ada pendapat yang menyatakan

kemungkinan transmisi virus secara aerogen dari pasien yang sedang menderita varisela atau

herpes zoster. 2

7 | Skin & Integumen – Herpes Zoster

Page 8: PBL Blok 15 Herpes Zooster a.n Beatrix Flora

Patogenesis

Varicella Zoster Virus dapat menyebabkan varicella dan herpes zoster. Kontak

pertama dengan virus iniakan menyebabkan varicella, oleh karena itu varicella dikatakan

infeksi akut primer, sedangkan bilapenderita varicella sembuh atau dalam bentuk laten dan

kemudian terjadi serangan kembali maka yangakan muncul adalah Herpes Zoster.Infeksi

primer dari VZV ini pertama kali terjadi di daerah nasofaring. Disini virus mengadakan

replikasidan dilepas ke darah sehingga terjadi viremia permulaan yang sifatnya terbatas dan

asimptomatik.Keadaan ini diikuti masuknya virus ke dalam Reticulo Endothelial System

(RES) yang kemudianmengadakan replikasi kedua yang sifat viremia nya lebih luas dan

simptomatik dengan penyebaran viruske kulit dan mukosa. Sebagian virus juga menjalar

melalui serat-serat sensoris ke satu atau lebihganglion sensoris dan berdiam diri atau laten

didalam neuron. Selama antibodi yang beredar didalamdarah masih tinggi, reaktivasi dari

virus yang laten ini dapat dinetralisir, tetapi pada saat tertentudimana antibodi tersebut turun

dibawah titik kritis maka terjadilah reaktivasi dari virus sehingga terjadiherpes zoster.

Virus ini berdiam di ganglion posterior susunan saraf tepi dan ganglion kranialis.

Kelainan kulit yang timbul memberikan lokasi yang setingkat dengan daerah persarafan

ganglion tersebut. Kadang-kadang virus ini juga menyerang ganglion anterior, bagian motorik

kranialis sehingga memberikan gejala-gejala gangguan motorik.1,5

Gejala Klinis

Daerah yang paling sering terkena adalah daerah torakal, walaupun daerah-daerah lain

tidak jarang. Frekuensi penyakit ini pada pria dan wanita sama, sedangkan mengenai umur

lebih sering pada orang dewasa.

Sebelum timbul gejala kulit, terdapat gejala prodormal baik sistemik (demam, pusing,

malaise) maupun gejala prodormal lokal (nyeri otot-tulang, gatal, pegal, dsb). Setelah itu

timbul eritema dalam waktu singkat menjadi vesikel yang berkelompok dengan dasar kulit

yang eritematosa dan edema. Vesikel ini berisi cairan yang jernih, kemudian menjadi keruh

(berwarna abu-abu), dapat menjadi pustul dan krusta. Kadang-kadang vesikel mengandung

8 | Skin & Integumen – Herpes Zoster

Page 9: PBL Blok 15 Herpes Zooster a.n Beatrix Flora

darah dan dapat disebut sebagai herpes zoster hemoragik. Dapat pula timbul infeksi sekunder

sehingga menyebabkan ulkus dengan penyembuhan berupa sikatriks.

Masa tunasnya 7-21 hari. Masa aktif penyakit ini berupa lesi-lesi baru yang tetap

timbul berlangsung kira-kira seminggu, sedangkan masa resolusi berlangsung kira-kira 1-2

minggu. Di samping gejala kulit, dapat juga dijumpai pembesaran kelenjar getah bening

regional (KGBR). Lokalisasi penyakit ini adalah unilateral dan bersifat dermatomal sesuai

dengan tempat persarafan. Pada susunan saraf tepi jarang timbul kelainan motorik, tetapi pada

susunan saraf pusat kelainan ini lebih sering karena struktur ganglion kranialis

memungkinkan hal tersebut. Hiperestesi pada daerah yang terkena mengalami gejala yang

khas. Kelainan pada muka sering disebabkan karena gangguan pada nervus trigeminus

(dengan ganglion gaseri) atau nervus fasialis dan otikus (dari ganglion genikulatum).

Berdasarkan lokasi lesinya, herpes zoster dibagi atas beberapa jenis.

Gambar 2. Lesi Herpes Zoster. Sumber: http://www.howtocureshingles.com/blog/wp-

content/uploads/2011/10/herpes-zoster-symptoms.jpg.

Herpes zoster oftalmikus; merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai

bagian ganglion gasseri yang menerima serabut saraf dari cabang oftalmikus saraf trigeminus

(N.V), ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.Infeksi diawali dengan nyeri kulit pada

satu sisi kepala dan wajah disertai gejala konstitusi seperti lesu, demam ringan. Gejala

prodromal berlangsug 1-4 hari sebelum kelainan kulit timbul. Fotofobia, banyak keluar air

mata, kelopak mata bengkak dan sukar dibuka.

9 | Skin & Integumen – Herpes Zoster

Page 10: PBL Blok 15 Herpes Zooster a.n Beatrix Flora

Gambar 3. Herpes Zoster Oftalmikus. Sumber:

http://www.stetoskop.info/images/dragana/decembar/herpes-zoster%202.jpg.

Herpes zoster fasialis; merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai bagian

ganglion gasseri yang menerima serabut saraf fasialis (N.VII), ditandai erupsi herpetik

unilateral pada kulit.

Gambar 4. Herpes Zoster Fasialis (Dextra). Sumber:

http://www.stetoskop.info/images/dragana/decembar/herpes-zoster%202.jpg.

Herpes zoster brakialis; merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai

pleksus brakialis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.

10 | Skin & Integumen – Herpes Zoster

Page 11: PBL Blok 15 Herpes Zooster a.n Beatrix Flora

Gambar 5. Herpes Zoster Brakialis. Sumber:

http://www.doctortreatments.com/Diseases_Of_The_Skin/Class_II_Inflammations_Herpes_Z

oster-5.jpg.

Herpes zoster torakalis; merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai

pleksus torakalis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.

Gambar 6. Herpes Zoster Torakalis. Sumber:

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/1/19/Herpes_zoster_chest.png.

Herpes zoster lumbalis; infeksi virus herpes zoster yang mengenai pleksus lumbalis

yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.

Herpes zoster sakralis; merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai pleksus

sakralis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.

11 | Skin & Integumen – Herpes Zoster

Page 12: PBL Blok 15 Herpes Zooster a.n Beatrix Flora

Selain itu, ada juga yang disebut sebagai herpes zoster abortif, artinya penyakit ini

berlangsung dalam waktu yang singkat dan kelainan kulitnya hanya berupa beberapa vesikel

dan eritem. Pada herpes zoster generalisata, kelainan kulitnya unilateral dan segmental

ditambah kelainan kulit yang menyebar secara generalisata berupa vesikel yang soliter dan

ada umbilikasi. Kasus ini terutama terjadi pada orang tua atau pada orang yang kondisi

fisiknya sangat lemah, misalnya pada penderita limfoma malignum. 1,6

Penatalaksaan

Medikamentosa

Pengobatan topikal; bergantung pada stadiumnya. Jika masih stadium vesikel diberikan

bedak dengan tujuan protektif untuk mencegah pecahnya vesikel agar tidak terjadi infeksi

sekunder. Bila erosif diberikan kompres terbuka, sementara bila terjadi ulserasi dapat

diberikan salep antibiotik.

Pengobatan sistemik; umumnya bersifat simtompatik. Untuk nyerinya diberikan

analgetik. Jika disertai infeksi sekunder diberikan antibiotik. Indikasi obat antiviral ialah

herpes zoster oftalmikus dan pasien dengan defisiensi imunitas. Obat yang biasa digunakan

yakni asiklovir dan modifikasinya, misalnya valasiklovir. Asiklovir diberikan 5 x 800 mg

sehari dan biasanya diberikan 7 hari, sedangkan valasiklovir cukup 3 x 1000 mg sehari karena

konsentrasi dalam plasma lebih tinggi. Jika lesi baru masih tetap timbul, obat-obat tersebut

masih dapat diteruskan dan dihentikan sesudah 2 hari sejak lesi baru tidak timbul lagi.

Obat yang lebih baru adalah famsiklovir dan pensiklovir yang mempunyai waktu paru

eliminasi yang lebih lama sehingga cukup diberikan 3 x 250 mg sehari. Obat-obat terssebut

diberikan dalam 3 hari pertama sejak lesi baru tidak timbul lagi.

Indikasi pemberian kortikosteroid adalah sindrom Ramsay Hunt. Pemberian harus

sedini-diniya untuk mencegah paralisis. Yang biasa diberikan adalah prednison dengan dosis

3 x 20 mg sehari, setelah seminggu dosis diturunkan secara bertahap. Dengan dosis setinggi

itu, imunitas akan tertekan sehingga lebih baik digabung dengan antiviral, untuk mencegah

fibrosis ganglion.

12 | Skin & Integumen – Herpes Zoster

Page 13: PBL Blok 15 Herpes Zooster a.n Beatrix Flora

Menurut FDA, pilihan obat pertama yang dapat digunakan untuk nyeri neuropatik

pada neuropati perifer diabetik dan neuralgia pasca herpetik ialah pregabalin. Obat tersebut

lebih baik daripada gabapentin, karena efek sampingnya lebih sedikit, lebih poten (2-4 kali),

kerjanya lebih cepat, serta pengaturan dosisnya lebioh sederhana. Dosis awalnya ialah 2 x 75

mg sehari, setelah 3-7 hari bila responsnya kurang dapat dinaikkan menjadi 2 x 150 mg

sehari. Dosis maksimumnya 600 mg sehari. Efek sampingnya ringan berupa dizziness dan

somnolen yang akan menghilang sendiri.

Obat lain yang dapat diberikan adalah antidepresi trisiklik (misalnya notriptilin dan

amitriptilin) yang akan menghilangkan nyeri pada 44-67% kasus dengan efek samping

gangguan jantung, sedasi, dan hipotensi. Dosis awal amitriptilin ialah 75 mg sehari kemudian

ditinggikan sampai efek teurapetiknya timbul, biasanya antara 150-300 mg perhari. Dosis

nortriptilin ialah 50-150 mg sehari. 1,6

Non-Medikamentosa

Perhatikan agar vesikel tidak pecah, jangan gunakan baju yang terlalu ketat, dan

jangan digaruk.

Selama fase akut, pasien sebaiknya tidak keluar rumah agar tidak menularkan kepada

orang lain.

Jaga kebersihan tubuh, untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder, misalnya dengan

cara tetap mandi, dan ganti baju secara teratur.

Konsumsi buah-buahan dan makanan bernutrisi lainnya, untuk meningkatkan

kekebalan tubuh dan menambah kelembaban kulit.

Prognosis

Prognosis umumnya baik, pada herpes zoster oftalmikus prognosis bergantung pada

tindakan perawatan secara dini. Terhadap penyakitnya pada dewasa dan anak-anak umumnya

13 | Skin & Integumen – Herpes Zoster

Page 14: PBL Blok 15 Herpes Zooster a.n Beatrix Flora

baik, tetapi usia tua risiko terjadinya komplikasi semakin tinggi, dan secara kosmetika dapat

menimbulkan makula hiperpigmentasi atausikatrik.

Komplikasi 4

Neuralgia paska herpetik; Neuralgia paska herpetik adalah rasa nyeri yang timbul pada

daerah bekas penyembuhan. Neuralgia inidapat berlangsung selama berbulan-bulan sampai

beberapa tahun. Keadaan ini cenderung timbul padaumur diatas 40 tahun, persentasenya 10 -

15 % dengan gradasi nyeri yang bervariasi. Semakin tua umurpenderita maka semakin tinggi

persentasenya.

Infeksi sekunder; Pada penderita tanpa disertai defisiensi imunitas biasanya tanpa komplikasi.

Sebaliknya pada yangdisertai defisiensi imunitas, infeksi H.I.V., keganasan, atau berusia

lanjut dapat disertai komplikasi.Vesikel sering manjadi ulkus dengan jaringan nekrotik.

Kelainan pada mata; Pada herpes zoster oftatmikus, kelainan yang muncul dapat berupa:

ptosis paralitik, keratitis, skleritis,uveitis, korioratinitis dan neuritis optik.

Sindrom Ramsay Hunt

 Sindrom Ramsay Hunt terjadi karena gangguan pada nervus fasialis dan otikus, sehingga

memberikangejala paralisis otot muka (paralisis Bell), kelainan kulit yang sesuai dengan

tingkat persarafan, tinitus,vertigo, gangguan pendengaran, nistagmus, nausea, dan gangguan

pengecapan.

Paralisis motorik; Paralisis motorik dapat terjadi pada 1-5% kasus, yang terjadi akibat

perjalanan virus secarakontinuitatum dari ganglion sensorik ke sistem saraf yang berdekatan.

Paralisis ini biasanya munculdalam 2 minggu sejak munculnya lesi. Berbagai paralisis dapat

terjadi seperti: di wajah, diafragma,batang tubuh, ekstremitas, vesika urinaria dan anus.

Umumnya akan sembuh spontan.3

14 | Skin & Integumen – Herpes Zoster

Page 15: PBL Blok 15 Herpes Zooster a.n Beatrix Flora

Preventif

Untuk mencegah herpes zoster, salah satu cara yang dapat ditempuh adalah pemberian

vaksinasi, salah satunya adalah Zostavaks. Vaksin berfungsi untuk meningkatkan respon

spesifik limfosit terhadap virus tersebut pada pasien seropositif usia lanjut. Vaksin ini berupa

virus herpes zoster yang telah dilemahkan atau komponen virus tersebut yang berperan

sebagai antigen. Penggunaan vaksin tersebut telah terbukti dapat mencegah atau mengurangi

resiko terkena penyakit tersebut pada pasien yang rentan. 7 Yang terutama adalah menjaga dan

merawat kesehatan tubuh individual serta bergaya hidup sehat, karena selalu mencegah lebih

baik daripada mengobati.

Kesimpulan

  Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varisela-zoster yang

menyerang kulitdan mukosa, infeksi ini merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah

infeksi primer.Berdasarkan lokasi lesi, herpes zoster dibagi atas: herpes zoster oftalmikus,

fasialis, brakialis, torakalis,lumbalis, dan sakralis. Manifestasi klinis herpes zoster dapat

berupa kelompok-kelompok vesikel sampaibula di atas daerah yang eritematosa. Lesi yang

khas bersifat unilateral pada dermatom yang sesuaidengan letak syaraf yang terinfeksi

virus.Diagnosa herpes zoster dapat ditegakkan dengan mudah melalui anamnesis dan

pemeriksaan fisik. Jikadiperlukan dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium sederhana, yaitu

tes Tzanck dengan menemukansel datia berinti banyak.Pada umumnya penyakit herpes zoster

dapat sembuh sendiri (self limiting disease), tetapi padabeberapa kasus dapat timbul

komplikasi. Semakin lanjut usia, semakin tinggi frekuensi timbulnya komplikasi.

15 | Skin & Integumen – Herpes Zoster

Page 16: PBL Blok 15 Herpes Zooster a.n Beatrix Flora

Daftar Pustaka

1. Tim Penyusun. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2011.

h. 3; 19; 110-2; 133-6; 380-2.

2. Laningan SW, Zaidi Z. Dermatology in clinical practice. New york: Springer

dordercht; 2010.

3. Mansjoer Arif. Kapita selekta kedokteran: penyakit virus. Edisi 3. Jakarta: Media

Aesculapicus FKUI; 2000. h. 128-9.

4. Behrman, Kliegman, Arvin. Ilmu kesehatan anak Nelson. Edisi 15. Jakarta: EGC;

2000. h. 1097-101.

5. Daili ES, Menaldi SL, Wisnu IM. Penyakit Kulit yang Umum di Indonesia. Jakarta:

Medical Multimedia; 2005.

6. Corwin. Patofisiologi. Edisi 3. Jakarta: EGC; 2009. h. 118-20.

7. Gnann, Whitley. Clinical practice: herpes zoster. England: The New England Journal

of Medicine; 2002. p. 340-6.

16 | Skin & Integumen – Herpes Zoster