herpes zooster opthalmicus

37
LAPORAN KASUS HERPES ZOSTER OPHTHALMICUS Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Pendidikan Program Profesi Dokter Stase Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta Pembimbing : Dr. Sunaryo, Sp.KK Diajukan oleh : Ririh Rahadian S J 500 100 050 Tiara Ridiaseprina J 500 100 078

description

LAPORAN KASUS kulit

Transcript of herpes zooster opthalmicus

LAPORAN KASUSHERPES ZOSTER OPHTHALMICUS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Pendidikan Program Profesi Dokter Stase Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pembimbing :Dr. Sunaryo, Sp.KK

Diajukan oleh :Ririh Rahadian SJ 500 100 050Tiara RidiaseprinaJ 500 100 078

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

TUGAS LAPORAN KASUS

HERPES ZOSTER OPHTHALMICUS

Yang diajukan oleh :Ririh Rahadian SJ 500 100 050Tiara RidiaseprinaJ 500 100 078

Telah disetujui dan disahkan oleh Bagian Program pendidikan Profesi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.Pada hari Selasa, 13 Mei 2014.

Pembimbing :Dr. Sunaryo , Sp.KK (.....................................)

Dipersembahkan dihadapan :Dr. Sunaryo, Sp.KK (......................................)

BAB IPENDAHULUAN

Herpes zoster merupakan penyakit yang umumnya merupakan keadaan darurat dalam departemen kesehatan. Herpes zoster disebabkan oleh karena reaktivasi dari Varicella Virus Zoster (VZV). Herpes zoster opthalmicus adalah infeksi virus herpes zoster yang mengenai ganglion gasseri yang menerima serabut syaraf dari cabang ophtalmicus syaraf trigeminus (N V) . Penyakit ini muncul sebagai ruam dermatom yang menyebabkan nyeri. Selain keterlibatan kulit dan mukosa, VZV yang reaktif umumnya juga mempengaruhi ganglion oftalmik dari saraf trigeminal dan kemudian mata. Herpes zoster ophthalmologi dianggap masalah oftalmologi yang darurat. Hal tersebut dikarenakan gejala sisa termasuk nyeri yang kronis menetap dan kehilangan penglihatan. Penindaklanjutan secara tepat dan cepat merupakan tantangan bagi dokter untuk meminimalkan morbiditas, selain itu diagnosis yang akurat dan tepat waktu juga sangat penting dilakukan.Insiden dari herpes zoster 20 30 % meningkat setelah usia 50 tahun. Orang- orang tua (terutama > 60 tahun) juga lebih sering meningkat insidensinya. Selain itu pada orang tua herpes zoster akan lebih rumit karena rentang mengalami nyeri yang berkepanjangan meskipun lesi pada kulit sudah sembuh ( neuralgia pasca herpetic).Pravelensi herpes zoster di Australia disetiap tahun terjadi sekitar 490 kasus per 100.000 penduduk disemua usia. Di Australia populasi yang berusia > 60 tahun tidak diketahui secara tepat. Untuk negara Amerika dimana terjadinya herpes zoster yaitu 1.112 kasus per 100.000 orang pertahun. Prevelensi herpes zoster di Indonesia sendiri yaitu mencakup 1% .Berdasarkan Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) yang diterbitkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) pada tahun 2012, tercantum bahwa herpes zoster tanpa komplikasi merupakan daftar masalah dermatologi yang perlu ditangani oleh dokter. Kompetensi herpes zoster tanpa komplikasi bagi dokter umum yaitu 4A, yang berarti level kompetensi tertinggi yang perlu dicapai oleh dokter umum, di mana dokter dapat mengenali tanda klinis, mendiagnosis, menatalaksana hingga tuntas kecuali pada perjalanannya timbul komplikasi.Dari hal tersebut, pengambilan kasus tersebut untuk dipresentasikan dimaksudkan untuk menambah pengetahuan dan pemahaman tentang penyakit herpes zoster ophthalamicus khususnya herpes zoster yang belum berkomplikasi, lebih-lebih yang berkomplikasi mulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik dengan melihat ciri ujud kelainan kulit (UKK), diagnosis yang tepat serta penatalaksanaan yang tepat dan akurat. Selain itu menurut SKDI herpes zoster merupakan kompetensi yang harus dikuasi dokter umum sehingga pemaparan kasus ini dapat memberikan informasi agar pelayan primer terhadap penyakit tersebut dapat teratasi dengan baik.Kasus herpes zoster ini diambil sebagai kasus karena keluhan pasien atau perjalanan penyakit pasien yang harus diperhatikan secara tepat. Keluhan awal pasien yaitu pada mata yang nrocos, baru setelah beberapa hari muncul vesikel. Hal tersebut dapat membuat salah diagnosis pada awal penyakit jika tidak dianamnesis secara tepat, seperti anamnesis gejala prodormal yaitu gejala awal seperti demam, pusing dan malaise. Diagnosis yang tepat menjadi tantangan dokter sebab pengobatan herpes zoster efektif pada tiga hari pertama saat gejala prodormal untuk mencegah memburuknya lesi kulit dan komplikasi seperti pada mata dan NPH.

BAB IILAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIENNama: Bp. SukrisTanggal Lahir: 6 Pebruari 1972Usia: 42 tahunJenis Kelamin: Laki-LakiPekerjaan: Buruh pabrikAlamat: Kebakkramat, KaranganyarAgama: IslamSuku: JawaMasuk RS: Selasa, 3 Juni 2014No RM: 308233

B. KELUHAN UTAMAPasien mengeluh nyeri, panas disertai perubahan pada kulit didaerah atas mata kanan

C. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG8HSMRSPasien mengeluh mata kanan panas dan mengeluarkan air mata (nrocos).6HSMRSPasien mengeluhkan badan demam dan mata kanan tetap terasa panas, nrocos. Pasien juga mengeluhkan timbulnya vesikel di daerah dahi kanan disertai rasa nyeri dan panas. Pasien memeriksakan diri ke dokter umum dan diberikan obat.2HSMRSVesikel menyebar semakin banyak ke daerah nasal, nyeri bertambah hebat. Keluhan mata, mata pasien merah, pandangan mulai kabur serta mengeluarkan sekret. Pasien datang ke IGD RSUD Karanganyar dan rawat jalan.HMRSPasien datang ke IGD RSUD Karanganyar dengan keluhan vesikel bertambah banyak, disertai bula, nyeri, panas di daerah dahi kanan hingga ujung hidung. Keluhan pada mata, mata dirasakan panas, pandangan kabur, dan mengeluarkan sekret. Pasien masuk rawat inap di bangsal kantil RSUD Karangnanyar.

D. RIWAYAT PENYAKIT DAHULURiwayat penyakit kulit yang sama : DisangkalRiwayat alergi : DisangkalRiwayat DM: DisangkalRiwayat HPT: Disangkal

E. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGARiwayat penyakit kulit yang sama: DisangkalRiwayat alergi: DisangkalRiwayat DM: DisangkalRiwayat HPT: Disangkal

F. RIWAYAT SOSIAL EKONOMIPasien bekerja sebagai buruh pabrik. Dinding rumah terbuat dari bata, lantai semen dan mata air dari sumur. Rumah kecil dengan anggota keluarga 5 orang yaitu pasien, istri pasien, dan 3 orang anak.

G. ANAMNESIS SITEMIKNeuro: Sensasi nyeri baik, gemetaran (-), sulit tidur (+)Kardio: Nyeri dada (-), dada berdebar-debar (-)Pulmo: Sesak napas (-), batuk lama(-)Abdomen: Diare (-), kembung (-), konstipasi (-)Urologi: BAK dan BAB lancar, panas (-)Muskulo: Nyeri otot (-), nyeri sendi (-)

H. PEMERIKSAAN FISIK3 Juni 20141. Status generalisKU: Compos mentisVital Sign :a. Nadi: 80 x/menitb. Respirasi: 18x/menitc. Suhu: 36,2 Cd. TD: 135 / 852. Kepalaa. Mata: VOD >6/60 (bangsal), palpebra bengkak dan hiperemi, konjungtiva hiperemi (+), sekret (+) purulen, kornea kurang jernih, iridoplegi (+)b. Bibir: Sianosis (-)c. Pembesaran kelenjar getah bening (-)3. ThoraxParu: Suara vesikuler (+), whezing (-).Jantung: BJ 1 dan 2 murni reguler4. Abdomen: Dalam batas normal5. Ekstremitas: Akral hangat

4 Juni 20141. Status generalisKU: Compos mentisVital Sign :a. Nadi: 80 x/menitb. Respirasi: 20x/menitc. Suhu: 36,2 Cd. TD: 120 / 802. Kepalaa. Mata: VOD >6/60 (bangsal), palpebra bengkak dan hiperemi, konjungtiva hiperemi (+), sekret (+) purulen, kornea kurang jernih, iridoplegi (+)b. Bibir: Sianosis (-)c. Pembesaran kelenjar getah bening (-)d. ThoraxParu: Suara vesikuler (+), whezing (-).Jantung: BJ 1 dan 2 murni regulere. Abdomen: Dalam batas normalf. Ekstremitas: Akral hangat

5 Juni 20141. Status generalisKU: Compos mentisVital Sign :a. Nadi: 80 x/menitb. Respirasi: 20x/menitc. Suhu: 36,5 Cd. TD: 110 / 602. Kepalaa. Mata: VOD >6/60 (bangsal), palpebra bengkak dan hiperemi, konjungtiva hiperemi (+), sekret (+) purulen, kornea kurang jernih, iridoplegi (+)b. Bibir: Sianosis (-)c. Pembesaran kelenjar getah bening (-)d. ThoraxParu: Suara vesikuler (+), whezing (-).Jantung: BJ 1 dan 2 murni regulere. Abdomen: Dalam batas normalf. Ekstremitas: Akral hangat

I. STATUS LOKALIS4 Juni 2014Inspeksi

Kulit : Pada bagian dahi kanan terdapat vesikel, bula (unilateral). Vesikel dan bula menyebar hingga ujung hidung (Huchinson sign +) Mata : palpebra bengkak dan hiperemis, konjungtiva hiperemi (+), sekret (+) purulen.

5 Juni 2014Inspeksi (UKK)Kulit : Pada dahi kanan dan hidung vesikel dan bula mulai berkurang, dan mulai tampak krusta. (Huchinson sign +)Mata : palpebra bengkak dan hiperemis, konjungtiva hiperemi (+), sekret (+) purulen mulai berkurang, pupil / iris (iridoplegi)

7 Juni 2014

Kulit : pada dahi kanan dan hidung vesikel dan bula sudah tidak muncul lagi, krusta mulai berkurang. Terdapat ekskoriasi akibat pelepasan paksa krusta oleh pasien.Mata : palpebra dbn, konjungtiva hiperemi (+), nrocos (+), pupil/iris (iridoplegi)

9 Juni 2014

Kulit : pada dahi tampak krusta berkurang, ekskoriasi akibat pelepasan paksa dari krusta.Mata : palpebra dbn, konjungtiva hiperemi (+), nrocos (+), iris/pupil (iridoplegi)

J. PEMERIKSAAN PENUNJANGTidak dilakukan pemeriksaan penunjang.

K. DIAGNOSIS BANDING1. Herpes zoster2. Herpes zoster ophtalmicus3. Impetigo vesikobulosa

L. DIAGNOSIS KERJAHerpes Zoster Opthalmicus

M. TERAPI HZ Acyclovir tab 5 x 800 mg MST tab 1 x 1 sebelum tidur Kalium diklofenak tab 2 x 50 mg Antasid syr 3 x 1 sendok makan Metil prednisolon tab 2 x 8 mg Neurobat drip 2 x 1 ampulMata Hervis salep 6 x 1 OD C. Floxa ED 6 x 1 OD

N. PROGNOSISKulit1. Quo ad Vitam: ad bonam2. Quo ad Sanam: ad bonam3. Quo ad Fungsionam: ad bonam4. Quo ad Cosmeticum: dubia ad bonamMata1. Ad Visam: dubia ad bonam2. Ad fungsionam: dubia ad bonam3. Ad Vitam: ad bonam4. Ad Cosmeticam: ad bonam

O. FOLLOW UP1) 3 Juni 2014Vital SignS:36,2CN: 80 x/menitRR: 18 x/menitTD: 135 / 85 mmHgS : Pasien mengeluhkan vesikel bertambah banyak, disertai bula, nyeri, panas di daerah dahi kanan hingga ujung hidung. Badan juga merasa tidak enak dan sulit tidur. Keluhan pada mata, mata dirasakan panas, pandangan kabur, dan mengeluarkan sekret. Pasien masuk rawat inap di bangsal kantil RSUD Karangnanyar.

O : K/L= CA (-/-), SI (-/-), PKGB (-/-)Thorax= Paru = SDV (+/+),Rh (-/-), Wh (-/-)Jantung = BJ I/II reguler, bising (-)Abdomen= dbnEkstremitas=Akral HangatA: Herpes zoster opthalmicusP: Terapi1. Acyclovir tab 5 x 800 mg2. MST tab 1 x 1 sebelum tidur3. Kalium diklofenak tab 2 x 50 mg 4. Antasid syr 3 x 1 sendok makan5. Metil prednisolon tab 2 x 8 mg6. Neurobat drip 2 x 1 ampul2) 4 Juni 2014Vital SignS: 36,2CN: 80 x/menitRR: 20 x/menitTD: 120/80 mmHgS:Pasien mengeluh nyeri pada dahi sudah berkurang. Vesikel dan bula sudah berkurang, krusta mulai tampak. Sudah dapat tidur dengan nyaman. Pasien mengeluhkan mata masih nrocos, merah dan panas.O : K/L= CA (-/-), SI (-/-), PKGB (-/-)Thorax= Paru= SDV (+/+),Rh (-/-), Wh (-/-)Jantung= BJ I/II reguler, bising (-)Abdomen = dbnEkstremitas= Akral HangatA: Herpes zoster opthalmicusP: Terapi1. Acyclovir tab 5 x 800 mg2. MST tab 1 x 1 sebelum tidur3. Kalium diklofenak tab 2 x 50 mg 4. Antasid syr 3 x 1 sendok makan5. Metil prednisolon tab 2 x 8 mg6. Neurobat drip 2 x 1 ampul7. Vitamin C ampul 1 grMata :1. Hervis salep 6 x 1 OD2. C. Floxa EO 6 x1 OD3) 5 Juni 2014Vital SignS: 36,5CN:80x/menitRR: 20x/menitTD: 110 / 60 mmHgS: Pasien sudah merasa baik, tidak nyeri, lesi pada kulit sudah mulai membaik. Vesikel dan bula (-), krusta mulai berkurang. Pasien masih mengeluhkan mata merah, dan nrocos. Pasien meminta pulang dan rawat jalan.O: K/L= CA (-/-), SI (-/-), PKGB (-/-)Thorax= Paru= SDV (+/+),Rh (-/-), Wh (-/-)Jantung= BJ I/II reguler, bising (-)Abdomen = NT (-)Ekstremitas= Akral HangatA: Herpes zoster opthalmicusP: Terapi1. Acyclovir tab 5 x 800 mg2. MST tab 1 x 1 sebelum tidur3. Antasid syr 3 x 1 sendok makan4. Neurodex tablet 2 x 1Mata :1. Hervis salep 6 x 1 OD2. Floxa EO 6 x1 OD

BAB IIITINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISIHerpes zoster adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh varisela zoster yang menyerang kulit dan mukosa, infeksi ini merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah infeksi primer.Herpes zoster opthalmicus adalah infeksi virus herpes zoster yang mengenai ganglion gasseri yang menerima serabut syaraf dari cabang ophtalmicus syaraf trigeminus (N V) ditandai dengan erupsi herpetik unilateral pada kulit.

B. ETIOLOGIPenyebab utama oleh varisela zoster virus.

C. EPIDEMIOLOGI Umur: sering pada usia tua Jenis kelamin: frekuensi sama pria dan wanita

D. FAKTOR RESIKOVirulensi dari VZV dan kekebalan tubuh host merupakan faktor utama yang dapat mengarah ke HZO. Insiden dan keparahan herpes zoster meningkat pada usia lanjut dengan resiko tinggi pada pasien usia diatas 60 tahun. Salah satu studi menunjukan bahwa faktor ras juga dapat berperan karena pasien tua dengan kulit hitam seperempat lebih banyak berkembang ke HZO dibandingkan pasien kulit putih. Sistem kekebalan tubuh juga berperan, pasien dengan pengobatan imunosupresif memiliki resiko yang rentan untuk herpes zoster. Pasien dengan imunocomprimised lebih cenderung memiliki penyakit yang berkepanjangan, mudah kambuh dan mungkin berkembang ke myelitis dan vaskulopati. Risiko herpes zoster adalah 15 kali lebih besar pada pria dengan HIV dibandingkan pria tanpa HIV .

E. MANIFESTASI KLINIKLesi herpes zoster dapat mengenai seluruh kulit tubuh maupun membran mukosa. Herpes zoster biasanya diawali dengan gejala-gejala prodromal selama 2-4 hari, yaitu sistemik (demam, pusing, malaise), dan lokal (nyeri otot-tulang, gatal, pegal). Setelah itu akan timbul eritema yang berubah menjadi vesikel berkelompok dengan dasar kulit yang edema dan eritematosa. Vesikel tersebut berisi cairan jernih, kemudian menjadi keruh, dapat menjadi pustul dan krusta. Jika mengandung darah disebut sebagai herpes zoster hemoragik. Jika disertai dengan ulkus dengan sikatriks, menandakan infeksi sekunder.Herpes zoster ophtalmicus dari keluhan utama tersebut ditambah dengan nyeri kulit pada satu sisi kepala dan wajah disertai gejala konstitusi seperti lesu dan demam ringan. Gejala prodromal akan berlangsung selama 1 4 hari sebelum kelainan kulit timbul. Fotofobia, banyak keluar air mata, kelopak mata bengkak dan sukar dibuka. F. PATOFISIOLOGIHerpes zoster disebabkan oleh reaktivasi virus varicella zoster yang laten di dalam ganglion posterior atau ganglion intrakranial. Virus dibawa ke tepi ganglion spinal atau ganglion trigeminal, kemudian menjadi laten. Varicella zoster merupakan virus rantai ganda DNA, anggota famili virus herpes yang tergolong virus neuropatik atau neurodermatotropik. Reaktivasi virus varicella zoster dapat dipicu oleh berbagai faktor seperti pembedahan, penyinaran, lanjut usia, dan keadaan tubuh yang lemah meliputi malnutrisi, seseorang yang sedang dalam pengobatan imunosupresan jangka panjang, atau menderita penyakit sistemik. Jika virus ini menyerang ganglion anterior, maka menimbulkan gejala gangguan motorik.Herpes zoster oftalmikus disebabkan oleh infeksi cabang pertama nervus trigeminus sehingga manifestasinya pada mata, selain itu juga memengaruhi cabang kedua dan ketiga. Jika cabang nasosiliar bagian luar terlibat, dengan vesikel pada ujung dan tepi hidung (Hutchinsons sign), maka keterlibatan mata dapat jelas terlihat. Vesikel pada margo palpebra juga harus diperhatikan. Kelainan pada mata yang sering terjadi adalah uveitis dan keratitis, akan tetapi dapat pula terjadi glaukoma, neuritis optik, ensefalitis, hemiplegia, dan nekrosis retina akut.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANGPada herpes zoster ophtalmicum dapat dilakukan pemeriksaan untuk menunjang diagnosis yaitu:1. Biakan jaringan2. Imunofluoresensi 3. Tzanck smear

H. DIAGNOSIS BANDING1. Herpes simpleks (bersinonim dengan cold sore, herpes febrilis, herpes labialis, herpes gladiatorium, scrum pox, herpes genitalis).Penyebabnya satu golongan (famili Herpesviridae). Umumnya infeksi awal HHV asimptomatik kecuali pada virus golongan VZV yang simptomatik berupa varicella. HHV akan laten di neuron atau sel limfoid, mengalami reaktivasi jika sisstem imun tidak adekuat. Infeksi herpes simpleks umumnya melalui kontak langsung kulit dan mukosa, jarang yang menyebar melalui aerosol. Untuk herpes simpleks sendiri (HSV), bentuknya pada umumnya atipik berbentuk plakat eritematosa, maupun erosi kecil.Herpes primer umumnya asimptomatik atau gejala yang tidak khas, berupa vesikel serta limfadenopati regional. Gejala prodromal berupa demam, sakit kepala, malaise, dan mialgia yang terjadi 3-4 hari setelah lesi timbul, membaik dalam 3-4 hari kemudian. Virus HSV diklasifikasikan secara biologis menjadi HSV-1 yang sering ditemukan di wajah dan bibir serta jarang di mukosa; serta HSV-2 yang sering bermanifestasi sebagai gingivostomatitis, vulvovaginitis, uretritis dan cenderung ditransmisikan secara seksual. Erupsi yang berbentuk zosteriform dapat terjadi pada HSV zosteriform yang pada umumnya jarang terjadi.2. Angina pektoris atau penyakit reumatik, bila nyeri sebagai gejala prodrormal terdapat di daerah setinggi jantung

I. KOMPLIKASIPostherpetic neuralgia merupakan komplikasi herpes zoster yang paling sering terjadi. Postherpetic neuralgia terjadi sekitar 10-15 % pasien herpes zoster dan merusak saraf trigeminal. Resiko komplikasi meningkat sejalan dengan usia. Postherpetic neuralgia didefenisikan sebagai gejala sensoris, biasanya sakit dan mati rasa. Rasa nyeri akan menetap setelah penyakit tersebut sembuh dan dapat terjadi sebagai akibat penyembuhan yang tidak baik pada penderita usia lanjut. Nyeri ini merupakan nyeri neuropatik yang dapat berlangsung lama bahkan menetap setelah erupsi akut herpes zoster menghilang.Postherpetic neuralgia merupakan suatu bentuk nyeri neuropatik yang muncul oleh karena penyakit atau luka pada sistem saraf pusat atau tepi, nyeri menetap dialami lebih dari 3 bulan setelah penyembuhan herpes zoster. Penyebab paling umum timbulnya peningkatan virus ialah penurunan sel imunitas yang terkait dengan pertambahan umur. Berkurangnya imunitas di kaitkan dengan beberapa penyakit berbahaya seperti limfoma, kemoterapi atau radioterapi, infeksi HIV, dan penggunaan obat immunesuppressan setelah operasi transplantasi organ atau untuk manajemen penyakit (seperti kortikoteroid) juga menjadi faktor risiko. Postherpetic neuralgia dapat diklasifikasikan menjadi neuralgia herpetik akut (30 hari setelah timbulnya ruam pada kulit), neuralgia herpetik subakut (30-120 hari setelah timbulnya ruam pada kulit), dan postherpetic neuralgia (di defenisikan sebagai rasa sakit yang terjadi setidaknya 120 hari setelah timbulnya ruam pada kulit).Postherpetic neuralgia memiliki patofisiologi yang berbeda dengan nyeri herpes zoster akut, dapat berhubungan dengan erupsi akut herpes zoster yang disebabkan oleh replikasi jumlah virus varicella zoster yang besar dalam ganglia yang ditemukan selama masa laten. Oleh karena itu, mengakibatkan inflamasi atau kerusakan pada serabut syaraf sensoris yang berkelanjutan, hilang dan rusaknya serabut-serabut syaraf atau impuls abnormal, serabut saraf berdiameter besar yang berfungsi sebagai inhibitor hilang atau rusak dan mengalami kerusakan terparah. Akibatnya, impuls nyeri ke medulla spinalis meningkat sehingga pasien merasa nyeri yang hebat.Selain postherpetic neuralgia, komplikasi seperti paralisi motorik, terutama bila virus menyerang ganglion anterior bagian motorik kranialis. Terjadi setelah 2 minggu terjadinya erupsi.Komplikasi herpes zoster ophthalmicus pada mata sebagai berikut :Struktur yang ikut sertaKomplikasi akutKomplikasi kronis

PalpebraHiperemi dan vesikelJaringan skar

KonjungtivaKonjungtivitis

KorneaUlserasi korneaInflamasi kornea dan membentuk jaringan skar, reflek kornea hilang

UveaUveitisUveitis dan kerusakan iris, glaukoma

RetinaRetinitisEdema makula (pembengkakan di central retina

Nervus opticusOptic neuritisGlaukoma

Orbital dan otakSebagian atau keseluruhan paralisis pergerakan mata

J. PENATALAKSANAANPemberian Acyclovir 5 x 800 mg per hari selama 7 hari atau falacyclovir 3 x 1000 mg per hari selama 7 hari atau famcyclovir 1 x 200 mg per hari selama 7 hari.Tujuan penatalaksanaan herpes zoster adalah mempercepat proses penyembuhan, mengurangi keparahan dan durasi nyeri akut dan kronik, serta mengurangi risiko komplikasi. Untuk terapi simtomatik terhadap keluhan nyeri dapat diberikan analgetik golongan NSAID seperti asam mefenamat 3 x 500mg per hari, indometasin 3 x 25 mg per hari, atau ibuprofen 3 x 400 mg per hari. Kemudian untuk infeksi sekunder dapat diberikan antibiotik. Pemberian antiviral sistemik direkomendasikan untuk pasien berikut : 1. Infeksi menyerang bagian kepala dan leher, terutama mata (herpes zoster oftalmikus). Bila tidak diterapi dengan baik, pasien dapat mengalami keratitis yang akan menyebabkan penurunan tajam penglihatan dan komplikasi ocular lainnya 2. Pasien berusia lebih dari 50 tahun 3. Herpes zoster diseminata (dermatom yang terlibat multipel) direkomendasikan pemberian antiviral intravena 4. Pasien yag imunokompromais seperti koinfeksi HIV, pasien kemoterapi, dan pasca transplantasi organ atau bone marrow. Pada pasien HIV, terapi dilanjutkan hingga seluruh krusta hilang untuk mengurangi risiko relaps; dan 5. Pasien dengan dermatitis atopik berat Obat antiviral yang dapat diberikan adalah asiklovir atau modifikasinya, seperti valasiklovir, famsiklovir, pensiklovir. Obat antiviral terbukti efektif bila diberikan pada tiga hari pertama sejak munculnya lesi, efektivitas pemberian di atas 3 hari sejauh ini belum diketahui. Sediaan asiklovir pada umumnya adalah tablet 200 mg dan tablet 400 mg. Obat diberikan terus bila lesi masih tetap timbul dan dihentikan 2 hari setelah lesi baru tidak timbul lagi. Untuk pengobatan topikal, pada lesi vesikular dapat diberikan bedak kalamin atau phenol-zinc untuk pencegahan pecahnya vesikel. Bila vesikel sudah pecah dapat diberikan antibiotik topical untuk mencegah infeksi sekunder. Bila lesi bersifat erosif dan basah dapat dilakukan kompres terbuka. Sebagai edukasi pasien diingatkan untuk menjaga kebersihan lesi agar tidak terjadi infeksi sekunder. Edukasi larangan menggaruk karena garukan dapat menyebabkan lesi lebih sulit untuk sembuh atau terbentuk skar jaringan parut, serta berisiko terjadi infeksi sekunder. Selanjutnya pasien tetap dianjurkan mandi, mandi dapat meredakan gatal. Untuk mengurangi gatal dapat pula menggunakan losio kalamin. Untuk menjaga lesi dari kontak dengan pakaian dapat digunakan dressing yang steril, non-oklusif, dan non-adherent. Pasien dengan komplikasi neuralgia postherpetic dapat diberikan terapi kombinasi atau tunggal dengan pilihan sebagai berikut: 1. Antidepresan trisiklik seperti amitriptilin dengan dosis 10-25 mg per hari pada malam hari; 2. Gabapentin bila pemberian antidepresan tidak berhasil. Dosis gabapentin 100-300mg per hari; 3. Penambahan opiat kerja pendek, bila nyeri tidak tertangani dengan gabapentin atau antidepresan trisiklik saja; 4. Kapsaicin topical pada kulit yang intak (lesi telah sembuh), pemberiannya dapat menimbulkan sensasi terbakar; dan 5. Lidocaine patch 5% jangka pendek. Pada herpes zoster otikus (sindroma Ramsay Hunt) diindikasikan pemberian kortikosteroid. Kortikosteroid oral diberikan sedini mungkin untuk mencegah paralisis dari nervus kranialis VII. Dosis prednisone 3 x 20 mg per hari, kemudian perlu dilakukan tapering off setelah satu minggu. Pemberiannya dikombinasikan dengan obat antiviral untuk mencegah fibrosis ganglion karena kortikosteroid menekan imunitas. Namun perlu diingat kontraindikasi relatif atau absolut kortikosteroid seperti diabetes mellitus. Pada komplikasi seperti ini, rujukan kepada spesialis terkait sangat dianjurkan.K. PROGNOSISPada umumnya baik apabila menghindari dan mencegah faktor predisposisi dan mendapat terapi yang tepat.BAB IVPEMBAHASANDiagnose herpes zoster ophthalmicus pada pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik. Pada anamnesa dijumpai gejala prodromal, rasa nyeri, perasaan tidak enak badan, dan kelopak mata yang membengkak disertai penglihatan kabur, silau, sekret purulen dan terasa panas yang terus mengeluarkan air mata. Pada pemeriksaan fisik di temukan vesikel dan pada daerah dahi kanan yang menyebar hingga ujung hidung (unilateral). Hal ini sesuai dengan gejala klinis herpes zoster ophtalmicus yaitu ditemui gejala prodromal, vesikel unilateral hingga ujung hidung (Hutchinsons sign), fotofobia, banyak keluar air mata, kelopak mata bengkak. Diagnosis banding pada kasus ini adalah herpes simplex dan angina pektoris.Pada pasien ini 8 hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh mata kanan panas dan mengeluarkan air mata (nrocos). Dua hari kemudian pasien mengeluhkan timbulnya timbulnya vesikel di daerah dahi kanan disertai rasa nyeri dan panas. Pasien memeriksakan diri ke dokter umum dan diberikan obat.Empat hari setelah pengobatan dari dokter umum pasien mengeluhkkan vesikel menyebar semakin banyak ke arah ujung hidung disertai nyeri bertambah hebat. Pasien juga mengeluhkan mata penglihatan kabur serta mengeluarkan sekret. Pasien datang ke IGD RSUD Karanganyar dan rawat jalan.Pengobatan jalan dari igd tidak adekuat sehingga pasien datang kembali ke IGD RSUD Karanganyar dengan keluhan vesikel bertambah banyak, disertai bula, nyeri, panas di daerah dahi kanan hingga ujung hidung. Keluhan pada mata, mata dirasakan panas, pandangan kabur, dan mengeluarkan sekret. Pasien masuk rawat inap di bangsal kantil RSUD Karangnanyar.Penatalaksanaan pada kasus ini dengan memberikan acyclovir 5 x 800 mg per hari, Hervis salep 6 x 1 OD, dan C. Floxa EO 6 x 1 OD. Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang pada kasus ini dan pemberian acyclovir memberikan respon yang baik. Acyclovir merupakan suatu analog guanosin yang tidak mempunyai gugus glukosa, mengalami monofosforilasi dalam sel oleh enzim yang di kode herpes virus, timidin kinase. Karena itu, sel-sel yang di infeksi virus sangat rentan. Acyclovir adalah suatu prodrug yang baru memiliki efek antivirus setelah dimetabolisme menjadi asyclovir trifosfat. Dari hal tersebut acyclovir memberikan respon baik bagi penderita, sehingga setelah beberapa hari pemberian pasien tidak lagi mengeluhakn nyeri, vesikel mulai berkurang dan krusta mulai tampak hingga vesikel tidak lagi di temukan.

BAB VKESIMPULAN

Herpes zoster adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh varisela zoster yang menyerang kulit dan mukosa, infeksi ini merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah infeksi primer. Herpes zoster opthalmicus adalah infeksi virus herpes zoster yang mengenai ganglion gasseri yang menerima serabut syaraf dari cabang ophtalmicus syaraf trigeminus (N V) ditandai dengan erupsi herpetik unilateral pada kulit. Herpes Zoster sering pada usia tua dengan frekuensi sama pria dan wanita.Lesi herpes zoster dapat mengenai seluruh kulit tubuh maupun membran mukosa. Herpes zoster biasanya diawali dengan gejala-gejala prodromal selama 2-4 hari, yaitu sistemik (demam, pusing, malaise), dan lokal (nyeri otot-tulang, gatal, pegal). Setelah itu akan timbul eritema yang berubah menjadi vesikel berkelompok dengan dasar kulit yang edema dan eritematosa. Herpes zoster ophtalmicus dari keluhan utama tersebut ditambah dengan nyeri kulit pada satu sisi kepala dan wajah disertai gejala konstitusi seperti lesu dan demam ringan. Gejala prodromal akan berlangsung selama 1 4 hari sebelum kelainan kulit timbul. Fotofobia, banyak keluar air mata, kelopak mata bengkak dan sukar dibuka.Tujuan penatalaksanaan herpes zoster adalah mempercepat proses penyembuhan, mengurangi keparahan dan durasi nyeri akut dan kronik, serta mengurangi risiko komplikasi. Penatalaksanaan herpes zoster opthalmicum dengan pemberian Acyclovir 5 x 800 mg per hari selama 7 hari atau falacyclovir 3 x 1000 mg per hari selama 7 hari atau famcyclovir 1 x 200 mg per hari selama 7 hari. Ditambah pengobatan untuk mata yaitu dengan Hervis salep 6 x 1 OD dan C. Floxa ED 6 x 1 OD.

DAFTAR PUSTAKAAnthony JH. 2003. Herpes Zoster Ophthalmicus. American Uveitis Society.

Camila, K. 2013. Herpes Zoster. Available at : emedicine.medscape.com/article/1132465-overview

Catron, T MD. 2008. Herpes Zoster Ophthalmicus. Western Journal of Emergency Medicine. Vol (IX)

Djuanda et al. 2007. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta.

Harahap. 2000. Marwali : Ilmu Penyakit Kulit. Hipokrates : Jakarta

Herr H. 2002. Prognostic factors of postherpetic neuralgia. J. Korean Med. Sci. 2002 Oct;17(5)

James WD, Berger T, Elston D. Andrews diseases of the skin. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2011.

Jeffrey I. Cohen. 2013. Herpes Zoster. The New England Journal of Medicine. 2013;369:255-63

Jesie, M. Herpes Zoster (Shingles). The Health Care of Homeless Persons

John B. 2013. Herpes Zoster Ophthalmicus. Available at : eyewiki.aao.org/Herpes_Zoster_Ophthalmicus

Konsil Kedokteran Indonesia. Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) 2012. Jakarta; 2012.

NCIRS. 2009. Herpes Zoster. Zoster Vaccine For Australian Adults : Information For Immunisation Providers.

Oakes SA. 2004. Postherpetic Neuralgia Bacgground Monograph. Med Cases Inc; 2004

Siregar Dr. 2013. Atlas berwarna saripati Penyakit Kulit, Edisi kedua. Penerbit EGC : Jakarta.

Straus SE, Oxman MN, Schmader KE. Varicella and herpes zoster. In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editors. Fitzpatricks Dermatol. Gen. Med. 7th ed.

Tunsuriyawong S, Puavilai S. 2015. Herpes zoster, clinical course and associated diseases: A 5- year retrospective study at Tamathibodi Hospital. J. Med. Assoc. Thail. Chotmaihet Thangphaet. 2005 May;88(5).