Heart Failure
Click here to load reader
-
Upload
mirsal-picasso -
Category
Documents
-
view
21 -
download
1
Transcript of Heart Failure
GAGAL JANTUNG
Definisi Gagal Jantung
Gagal Jantung adalah sindrom klinis ditandai oleh sesak napas dan fatik (saat istirahat
atau saat aktivitas) yang disebabkan oleh kelainan struktur dan fungsional jantung yang
menggangu kemampuan ventrikel untuk di isi dengan darah darah atau untuk
mengeluarkan darah.
Gagal jantung terjadi jika curah jantung tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh
akan oksigen. Kondisi ini sangat letal dengan mortalitas berkisar antara 15-50% per
tahun, bergantung pada keparahan penyakitnya. Mortalitas meningkat sebanding dengan
usia, dan resiko pada laki-laki lebih besar dari pada perempuan.
Manifestasi Gagal jantung yang utama adalah :
Sesak napas dan ras lelah, yang membatasi kemampuan melakukan kegiatan fisik
Retensi cairan, yang menyebabkan kongesti paru dan edema perifer.
Kedua abnormalitas tersebut menggangu kapasitas fungsional dan kualitas hidup pasien,
tetapi tidak selalu ditemukan bersama pada paien.
Beberapa Istiah Dalam Gagal Jantung
Gagal Jantung Sisitolik dan Disatolik
Gagal jantung sistolik adalah ketidakmampuan kontraksi jantung memompa sehingga
curah jantung menurun dan menyebabkan kelemahan, fatik, kemampuan aktifitas fisik
menurundan gejala hipoperfusi lainnya. Disfungsi sistolik biasanya terjadi akibat infark
miokard yang menyebabkan kematian sebagian sel otot jantung.
Gagal jantung diastolik adalah gangguan relaksasi dan gangguan pengisian ventrikel.
Gagal jantung diastolik didefinisikan sebagai gagal jantung dengan fraksi ejeksi lebih
dari 50%. Disfungsi diastolik biasanya terjadi akibat hipertensi yang menyebabkan
kompensasi miokard berupa hipertrofi dan kekakuan dinding ventrikel. Ada tiga macam
gangguan fungsi diastolik :
Gangguan relaksasi
Pseudo-normal
Tipe restriktif.
Penatalaksanaan ditujukan untuk menghilangkan atau mengurangi penyebab gangguan
diastolik seperti fibrosis,. Hipertropi, atau iskemia. Disamping itu terjadi kongesti
sistemik/pulmonal akibat dari gangguan diastolik tersebut dapat diperbaiki dengan
refleksi garam dan pemberian diuretik. Mengurangi denyut jantung agar waktu untuk
diastolik bertambah, dapat dilakukan dengan penberian penyekat beta atau penyekat
kalsium non-dihidropridin.
Low output dan High output heart failure
Low output HF disebabkan oleh hipertensi, karidiomiopati dilatasi, kelainan katup dan
perikard. High output HF artinya curah jantung meningkat diatas normal tetapi tetap tidak
cukup untuk memenuhi kebutuhan akan oksigen yang sangat tinggi. Ditemukan pada
penurunan resistensi vaskular sistemik seperti hipertiroidisme, anemia, kehamilan, fistula
A-V, beri-beri dan penyakit paget. Secara praktis, kedua kelainan ini tidak dapt
dibedakan.
Gagal Jantung akut dan kronik
Contoh yang lazim pada gagal jantung akut (GJA) adalah robekan pada daun katup
secara tiba-tiba akibat endokarditis, trauma, atau infark miokard luas. Curah jantung yang
menurun secara tiba-tiba menyebabkan penurunan tekanan darah tanpa disertai edema
perifer.
Contoh gagal jantung kronis adalah kardiomiopati dilatasi atau kelainan multivalvular
yang terjadi secara perlahan. Kongesti perifer sangat menyolok, namun tekanan darah
masih terpelihara dengan baik.
Gagal Jantung Kanan dan Gagal Jantung Kiri.
Gagal jantung kiri akibat kelemahan ventrikel meningkatkan tekanan vena pulmonalis
dan paru menyebabkan pasien sesak napas dan ortopnea.
Gagal jantung kanan terjadi bila kelainannya melemahkan ventrikel kanan seperti pada
hipertensi pulmonal primer/sekunder, tromboemboli paru kronik sehingga terjadi
kongesti vena sistemik yang menyebabkan edema perifer, hepatomegali, dan distensi
vena jugularis. Tetapi karena perubahan biokimia gagal jantung terjadi pada miokard
kedua ventrikel, maka retensi retensi cairan pada gagal jantung yang sudah berlangsung
selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun tidak lagi berbeda.
Patofisiologi Gagal Jantung Sistolik
GJ sistolik didasari oleh suatu beban/penyakit miokard yang menyebabkan remodelling
struktural, lalu diperberat oleh progresivitas beban/penyakit tersebut dan menghasilkan
sindrom klinis yang disebut gagal jantung.
Kompensasi pada gagal jantung sistolik terjadi melalui 2 mekanisme utama, yaitu sistem
simpatis dan sistem renin-angiotensin-aldosteron (SRAA). Aktivasi sisitem simpatis
terjadi sebagai reaksi terhadap penurunan curah jantung yang dipersepsi oleh
baroreseptor. Peningkatan aktifitas simpatis ini menyebabkan peningkatan aktifitas
kontraksi otot jantung dan frekuensi denyut jantung melalui stimulasi reseptor adregenik
β1 di jantung. Akibatnya terjadi peningkatan curah jantung sebagai kompensasi terhadap
penurunan curah jantung pada gagal jantung sistolik.
Aktifasi sistem RAA dimulai dengan sekresi renin oleh sel jukstaglomerular di ginjal
melalui stimulasi reseptor adregenik β1 dan sebagai reaksi terhadap berkurangnya perfusi
ke ginjal.
Remodeling struktural dipicu dan diperberat oleh berbagai mekanisme kompensasi
sehingga fungsi jantung terpelihara relatif normal (gagal jantung asimtomatik). Simbol
gagal jantung yang simtomatik akan tampak bila timbul faktor presipitasi seperti infeksi,
aritmia, infark jantung, anemia, hipertiroid dan kehamilan, aktifitas berlebihan, emosi
atau konsumsi garam berlebih, emboli paru, hipertensi, mokarditis, dan lain-lain. Gagal
jantung simtomatis juga akan tampak jika terjadi kerusakan miokard akibat progresivitas
penyakit yang mendasarinya/underlying HD.
Remodelng jantng merupakan proses yang progresif, sehingga akan berjalan terus tanpa
perlu adanya kerusakan baru/berulang pada jantung. Proses remodeling jantung yang
progresif ini akan menybabkan kontraktilitas miokard yang akan semakin menurun. Di
samping itu peningkatan afteroad jantung juga akan menurunkan curah jantung.
Akibatnya terjadi derkompensasi jantung. Oleh karena itu pengobatan gagal jantung
kronik ditujukan untuk mencegah atau memperlambat progresi remodeling miokard
tersebut, sedangkan pada gagal jantung akut, pengobatan ditujukan untuk mengurangi
overload cairan, menutunkan resistensi perifer, dan memperkuat kontraktikitas miokard.
New York Heart Association (NYHA) membuat gradasi keparahan gagal jantung dalam
4 kelas fungsional berdasarkan jumlah aktivitas fisik yang diperlukan untuk
menimbulkan gejala-gejalanya.
Kelas I : Tidak ada pembatasan aktivitas fisik, timbul rasa lelah, palpitasi, dan sesak
napas dengan aktivitas fisik biasa.
Kelas II : Sedikit limitasi aktivitas fisik. Timbul rasa lelah, palpitasi, dan sesak napas
dengan aktivtas fisik biasa, tetapi nyaman sewaktu istirahat.
Kelas III : Aktivitas fisik sangat terbatas. Aktivitas fisik kurang dari biasanya sudah
menimbulkan gejala, tetapi nyaman sewaktu istirahat.
Kelas IV : Gejala-gejala sudah ada sewaktu istirahat, dan sedikit aktivitas fisik saja akan
memperberat gejala.
Diagnosis
Diagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan jasmani, elektrokardiografi, foto toraks,
ekokardiografi-doppler dan kateterisasi.
Kriteria Framingham dapat pula dipakai untuk diagnosis gagal jantung kongestif.
Kriteria Major :
Paroksismal nokturnal dispnea
Distensi vena leher
Ronki paru
Kardiomegali
Edema paru akut
Gallop S3
Peningkatan tekanan vena jugularis
Refluks hepatojugular
Kriteria Minor
Edema ekstremitas
Batuk malam hari
Dispnea d’effort
Hepatomegali
Efusi pleura
Penurunan kapasitas vital 1/3 dari normal
Takikardia.
Diagnosis gagal jantung ditegakkan minimal ada 1 kriteria major dan 2 kriteria minor.
Pengobatan Gagal jantung
Tujuan esensial pengobatan adalah mencegah terjadinya gagal jantung dengan mengobati
kondisi-kondisi yang menuju terjadinya gagal jantung, terutama hipertensi dan/atau
penyakit koroner. Jika disfungsi miokard sudah terjadi, tujuan pertama adalah
mengobati/menghilangkan penyebab dasarnya. Jika penyebab dasar tidak dapat dikoreksi,
pengobatan ditujukan untuk :
1. mencegah memburuknya fungsi jantung, dengan kata lain mengahambat progresi
remodeling miokard, sehingga dapat mengurangi mortalitas. Hal ini merupakan
tujuan utama pengobatan gagal jantung kronik. Diberikan penghambat ACE dan
β-bloker, di samping mengurangi beban kerja jantung.
2. mengurangi gejala-gejala gagal jantung, sehingga memperbaiki kualitas hidup
pasien. Merupakan tujuan utama dalam pengobatan gagal jantung akut.
Diperlukan pengurangan overload cairan diuretik, penurunan resistensi perifer
dengan vasodilator, dan peningkatan kontraktilitasmiokard dengan obat inotropik.
Terapi gagal jantung dibagi atas terapi farmakologik dan terapi non-farmakologik, terapi
non-farmakologik terdiri atas :
1) Diet : pasien gagal jantung dengan diabetes, dislipidemia atau obesitas
harus diberi diet yang sesuai untuk menurunkan kadar gula darah, lipid darah, atau
berat badannya. Asupan NaCl harus dibatasi menjadi 2-3 g Na/hari, atau < 2 g/hari
untuk gagal jantung sedang sampai berat. Restriksi cairan menjadi 1,5-2 l/hari hanya
untuk gagal jantung berat.
2) Berhenti merokok
3) Aktivitas fisik : olahraga teratur, dianjurkan bagi pasien dengan gagal
jantung yang stabil (NYHA kelas II-III)
4) Istirahat : Dianjurkan untuk gagal jantung akut dan tidak stabil
Di samping itu ada obat-obat yang harus dihindari atau digunakan dengan hati-hati,
yaitu : antiinflamasi nonsteroid (AINS) dan coxib; antiaritmia kelas I ; antagonis kalsium
(non-dihidropiridin dan dihidropiridin kerja singkat); antidepresi trisiklik; kortikosteroid;
dan litium.
GAGAL JANTUNG AKUT
Definisi Gagal Jantung Akut
Gagal jantung akut (GJA) didefinisikan sebagai serangan cepat (rapid onset) dari gejala-
gejala atau tanda-tanda akibat fungsi jantung yang abnormal. Dapat terjadi dengan atau
tanpa adanya sakit jantung sebelumnya. Disfungsi jantung bisa berupa disfungsi sistolik
atau disfungsi diatolik, keadaan irama jantung yang abnormal atau ketidakseimbangan
dari preload atau afterload. GJA dapat berupa acute du novo (serangan baru dari GJA,
tanpa ada kelainan jantung sebelumnya) atau dekompensasi akut dari GJK. GJA dapat
timbul dengan satu atau beberapa kondisi klinis yang berbeda.
Gambaran Klinis
Gambaran klinis GJA sering dipisahkan menjadi efek ke depan (forward) atau ke
belakang (backward). Dengan sisi kanan atau kiri jantung sebagai titik awal pandang.
Efek ke depan dianggap “hilir” dari miokardium yang melemah. Efek ke belakang
diangap “hulu” dari miokardium yang melemah.
Efek ke depan gagal jantung kiri :
Penurunan tekanan darah sistemik
Kelelahan
Peningkatan kecepatan denyut jantung
Penurunan pengeluaran urine.
Ekspansi volume plasma
Efek ke belakang gagal jantung kiri :
Penigkatan kongesti paru
Dispnu (sesak napas)
Apabila keadaan memburuk terjadi gagal janung kanan
Efek ke depan gagal jantung kanan :
Penurunan aliran darah paru
Penurunan oksigen darah
Kelelahan
Penurunan tekanan darah sistemik (akibat penurunan pengisian jantung kiri), dan
semua tanda-tanda gejala gagal jantung kiri.
Efek ke belakang gagal jantung kanan :
Peningkatan penimbunan darah dalam vena, edema pergelangan kaki dan tungkai
Distensi vena jugularis
Hepatomegali dan splenomegali.
Diagnosis GJA
Diagnosa GJA ditegakkan berdasarkan gejala dan penunjang seperti EKG, foto toraks,
biomaker dan ekokardiografi doppler. Pasien segera diklasifikasi apakah disfungsi
sistolik atau diastolik, dan karakteristik forward atau backward, serta left or right herat
failure.
Pengobatan GJA
Umum
Pasien GJA yang lanjut cenderung rentan terhadap komplikasi infeksi, terutama infeksi
saluran nafas, infeksi saluran kemih, septikemia dan infeksi nosokomial. Antibiotik yang
adekuat harus diberikan segera bila ada indikasi.
Diabetes harus secepatnya dikontrol dengan insulin jangka pendek. Status katabolik,
keseimbangan asupan kalori dan protein harus diperhatikan. Kadar albumin serum harus
sama dengan balans nitrogen, dapat dipakai untuk memonitor status metabolik.
Gagaj ginjal : terdapat hubungan yang kuat antara gagal ginjal dan gagal jantung, dan
dapat merupakan precipitating factor untuk timbulnya GJA, dan sebalik nya GJA
membuat gagal ginjal. Perlu pemantauan dari fungsi ginjal.
Oksigen dan alat bantu napas
Prioritas utama dalam menangani GJA adalah tercapainya kadar oksigenasi yang adekuat
untuk mencega disfungsi end organ, dan serangan gagal jantung yang multipel. SaO2
dipertahankan pada batas normal antara 95-98%, untuk menjamin pasokan oksigen untuk
jaringan tubuh.
Support vantilasi tanpa intubasi endotrakeal. Ada dua teknik : yaitu, Continous Possitive
Airway Pressure (CPAP) atau non-invasive possitive pressure ventilator (NIPPV), sangat
berguna dan ternyata dapat mengurangi kemungkinan pemakain intubasi trakeal dan
ventilasi mekanis.
Terapi Medikamentosa
Vasodilator
Vasodilator diindikasikan pada GJA sebagai first line therapy, apabila hipoperfusi
padahal tekanan darah adekuat dan tanda-tanda kngsti dengan diuresis sedikit, untuk
membuka sirkulasi perifer dan mengurangi pre-load.
Nitrat
Nitrat mengurangi kongesti paru tanpa mempengaruh stroke volume atau meningkatkan
kebutuhan oksigen oleh miokard pada GJA, terutama pada sindrom koroner akut. Akan
lebih baik lagi jika dikombinasikan dengan furosemid dosis rendah, akan lebih superior
ketimbang memakai furosemid saja dengan dosis tinggi.
Nasiritid
Nesiritid suatu recombinant human brain peptide atau BNP, yang identik dengan hormon
endogen BNP yang diproduksi oleh dinding ventrikel kiri sebagai respons terhadap
peningian dari wal stress, hipertensi dan volume overload. Nesitrid mempunyai efek
vasodilator untuk vena, arteri dan vasodilator koroner akan mengurangi preload dan
afterload, meningkatkan cardiac output tanpa efek miokard langsung.
Pemberian infus nesiritid mempunyai efek hemodinamik, meningkatkan eksresi sodium
dan supresi sistem RAA, dan sistem simpatis.
Nesiritid efektif memperbaiki keluhan subjektif sesak napas. Dibandingkan dengan nitrat,
perbaikan hemodinamik lebih baik, efek samping lebih sedikit. Namun diakui
pengalaman klinins dengan nesiritid masih belum banyak.
Diuretik
Indikasi pemberian diuretik pada GJA decompensated, apabila ada simtom retensi air.
Pemakaian secara intravena, loop diuretika seperti furosemid, bumetadin, torasemid,
dengan efek cepat dan kuat, lebih disukai pada GJA. Terapi dapat diberikan dengan aman
sebelum pasien tiba dirumah sakit dan dosis harus dititrasi sesuai dengan respons diuretik
dan hilangnya gejala kongesti.
Pemberian loading dose yang diikuti dengan pemasangan infus berlanjut dengan
furosemid atau torasemid telah terbukti lebih efektif dari hanya bolus saja.
Reseptor Beta-Blocker
Merupakan kontraindikasi pada GJA, kecuali GJA sudah stabil. Pasien dengan GJK,
penyekat beta harus segera diberikan apabila pasien sudah stabil dari episode akut,
umumnya sesudah 4 hari.
Terapi spesifik lainnya lebih lanjut harus diberikan berdasarkan karakteristik klinis dan
hemodinamik pasien yangtidak responsive terhadap terapi insial, misalnya pemakaian
obat inotropik, atau kalsium sensitizer untuk GJA berat.
Tujuan utama terapi GJA adalah koreksi hipoksia, meningkatkan curah jantung, perfusi
ginjal, pengeluaran natrium dan urin. Pasien dengan GJA dapat sembuh dengan sangat
baik, tergantung etiologi dan fisiologi yang mendasarinya.
GAGAL JANTUNG KRONIK
Definisi Gagal Jantung Kronik
Gagal jantung kronik adalah suatu kondisi patofisiologi, dmana tedapat kegagalan
jantung memompa darah yang sesuai dengan kebutuhan jaringan. Gagal jantung juga
didefinisikan sebagai sindrom klinik yang kompleks disertai dengan keluhan gagal
jantung berupa sesak napas, fatik, baik dalam keadaan istirahat atau latihan, edema an
tanda objektif adanya disfungsi jantung dalam keadaan istirahat.
Etiologi
Penyebab dari gagal jantung antara lain disfungsi miokard, endokard, perikardium,
pembuluh darah besar, aritmia, kelainan katup dan gangguan irama.
Tatalaksana Gagal Jantung Kronik
Pengobatan tidak saja ditujukan dalam mempebaiki keluhan, tetapi juga diupayakan
pencegahan agar tidak terjadi perubahan disfungsi jantung yang asimtomatik menjadi
gagal jantung yang simtomatik. Selain itu upaya juga ditujukan untuk menurunkan angka
kesakitan dan diharapkan jangka panjang terjadi penurunan angka kematian.
Oleh karena itu, dalam pengobatan GJK perlu dilakukan identifikasi objektif jangka
pendek dan jangka panjang.
Tingkat recomendasi (class) dan tingkat kepercayaan (evidence) mengikuti format
petunjuk atau guidelines dari ESC 200 dimana untuk rekomendasi :
Class I Adanya bukti/kesepakatan umum tindakan bermanfaat dan efktif.
Class II bukti kontroversi
II.a Adanya bukti bahwa tibdakan cendrung bermanfaat
II.b manfaat dan efektifitas kurang terbukti
Class III tindakan tidak bermanfaat bahkan berbahaya
Sedangkan tingkat kepercayaan :
A data berasal dari uji random multipel, atau metaanalisis
B data berasal dari satu uji klinik
C Konsensus, pendapat para pakar, uji klinik kecil, studi retrospektif atau registrasi
Upaya Pencegahan
Pencegahan gagal jantung, harus selalu menjadi objektif primer terutama pada kelompok
dengan resiko tinggi.
Obati penyebab potensial dari kerusakan miokard, faktor risiko jantung koroner
Pengobatan hipertensi yang agresif
Kondisi kelainan kongenital serta penyakit jantung katup
Bila sudah ada disfungsi miokard, upayakan eliminasi penyebab yang mendasari,
elain modulasi regulasi dari disfungsi asimtomatik menjadi gagal jantung.
Penanganan Gagal Jantung Kronik
Penatalaksanaan Umum, Tanpa obat-obatan
Edukasi mengenai gagal jantung, penyebab, dan bagaimana mengenal dan dasar
pengobatan.
Istirahat, olahraga, aktivitas sehari-hari, edukasi aktivitas seksual serta
rehabilitasi.
Edukasi pola diet, kontrol asupan garam, air dan kebiasaan alkohol
Monitor berat badan pasien dengan obesitas dan berhenti merokok.
Pemakaian Obat-obatan
ACE Inhibitor
Diuretik
Beta bloker
Antagonis reseptor aldoteron
Anta reseptor ang II
Glikosida jantung
Vasodilator
Obat inotropik positif, dobutamin, milniron, enoksimon.
Calsium sensitizrer
Antikoagulan
Anti aritmia
Oksigen
Operasi katup mitral
Kardiomioplasti
Dan lain-lain
DAFTAR PUSTAKA
Gan, Sulistia, 1987, Farmakologi dan Terapi, Bagian Farmakologi UI, Jakarta.
Gayton, AC, 2000, Textbook of Medical physiologi, WB Saunders Company,
philadelphia.
Elizabet, patofisiologi.....
Sudoyo W.A dkk. 2007, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid III Edisi IV, Pusat
Penerbitan FK UI, Jakarta.