halusinasi

48
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Halusinasi merupakan akibat adanya gangguan dalam proses berpikir dan orientasi realitas. Individu tidak mampu membedakan rangsangan internal dan eksternal. Halusinasi didefinisikan sebagai persepsi sensori dari suatu obyek tanpa adanya suatu rangsangan dari luar. Gangguan persepsi ini meliputi seluruh panca indra. Disfungsi yang terjadi pada halusinasi menggambarkan hilangnya kemampuan menilai realitas, klien hidup dalam dunianya sendiri dan merasa terganggu dalam interaksi sosialnya sehingga menyebabkan gangguan berhubungan sosial, komunikasi susah, dan kadang-kadang membahayakan diri klien, orang lain maupun lingkungan, menunjukan bahwa klien memerlukan pendekatan asuhan keperawatan secara intensif dan komprenhensif. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di ruang Perkutut, terdapat ± 70 % (dari 24 klien) yang mengalami halusinasi. Masalah keperawatan yang ada, yakni klien belum tahu bagaimana cara mengontrol halusinasinya, klien menunjukan perilaku menarik diri, hubungan interpersonal dan komunikasi kurang sebagai dampak dari timbulnya halusinasi. Menilik kondisi tersbut di atas kami kelompok terdorong mengambil topik “Asuhan Keperawatan Klien S.

Transcript of halusinasi

Page 1: halusinasi

BAB I

PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Halusinasi merupakan akibat adanya gangguan dalam proses berpikir dan

orientasi realitas. Individu tidak mampu membedakan rangsangan internal dan

eksternal. Halusinasi didefinisikan sebagai persepsi sensori dari suatu obyek tanpa

adanya suatu rangsangan dari luar. Gangguan persepsi ini meliputi seluruh panca

indra.

Disfungsi yang terjadi pada halusinasi menggambarkan hilangnya

kemampuan menilai realitas, klien hidup dalam dunianya sendiri dan merasa

terganggu dalam interaksi sosialnya sehingga menyebabkan gangguan

berhubungan sosial, komunikasi  susah, dan kadang-kadang membahayakan diri

klien, orang lain maupun lingkungan, menunjukan bahwa klien memerlukan

pendekatan asuhan keperawatan secara intensif dan komprenhensif.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di ruang Perkutut, terdapat ± 70 %

(dari 24 klien) yang  mengalami halusinasi. Masalah keperawatan yang ada, yakni

klien belum tahu bagaimana cara mengontrol halusinasinya, klien menunjukan

perilaku menarik diri, hubungan interpersonal dan komunikasi kurang sebagai

dampak dari timbulnya halusinasi.

Menilik kondisi tersbut di atas kami kelompok terdorong mengambil topik

“Asuhan Keperawatan Klien S. dengan Masalah Utama Halusinasi Dengar “

dengan harapan dapat bersama-sama tim keperawatan ruang Perkutut pada

khususnya untuk memberikan asuhan keperawatan klien halusinasi.

Page 2: halusinasi

B.       Tujuan Penulisan

Setelah mempelajari mata kuliah Keperawatan Jiwa tentang Asuhan

Keperawatan Pada Klien dengan Halusinasi, Mahasiswa dapat menjelaskan :

1.      Pengertian Halusinasi

2.      Etiologi Halusinasi

3.      Klasifikasi Halusinasi

4.      Rentang Respon Halusinasi

5.      Psikopatologi Halusinasi

6.      Proses terjadinya Halusinasi

7.      Manifestasi Klinis  Halusinasi

8.      Hubungan Schizoprenia dengan Halusinasi

9.      Penatalaksanaan Medis

10.  Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

a.       Pengkajian

b.      Pohon Masalah Halusinasi

c.       Diagnosa Keperawatan

d.      Rencana Tindakan Keperawatan

e.       Evaluasi

C.      Metode Penulisan

       Dalam penyusunan makalah ini, penulis menggunakan metode  :

1.    Studi literatur dari beberapa buku dan internet

2.    Diskusi kelompok

3.    Konsultasi dengan dosen pembimbing

D.      Ruang Lingkup

Adapun ruang lingkup dalam penulisan laporan ini adalah bagaimana aplikasi

Asuhan Keperawatan pada klien dengan masalah keperawatan utama kerusakan

interaksi sosial pada pasien dengan Halusinasi.

Page 3: halusinasi

E.     Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan makalah ini adalah:

BAB I       : Pendahuluan, yang terdiri dari : Latar Belakang, Tujuan Penulisan,

Metode Penulisan, Ruang Lingkup dan Sistematika penulisan.

BAB II      : Landasan Teoritis, yang terdiri dari :

1.      Landasan Teoritis, meliputi  : Pengertian, Etiologi, Klasifikasi,

Faktor Penyebab Halusinasi, Tahapan Halusianasi, Manifestasi

Klinis dan Penatalaksanaan Medis

2.      Konsep Dasar Asuhan Keperawatan, meliputi : Pengkajian,

Pohon Masalah Halusinasi, Diagnosa Keperawatan, Rencana

Tindakan Keperawatan dan Evaluasi

BAB III    : Gambaran Kasus

BAB IV    : Asuhan keperawatan

BAB V     : Penutup

Daftar Pustaka

Page 4: halusinasi

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A.      Pengertian Halusinasi

Halusinasi adalah satu persepsi yang salah oleh panca indera tanpa adanya

rangsang (stimulus) eksternal (Cook & Fontain, Essentials of Mental Health

Nursing, 1987).

Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada klien

dengan gangguan jiwa, Halusinasi sering diidentikkan dengan Schizofrenia. Dari

seluruh klien Schizofrenia 70% diantaranya mengalami halusinasi. Gangguan jiwa

lain yang juga disertai dengan gejala halusinasi adalah gangguan manik depresif

dan delerium.

Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan

sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa ada

rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui

panca indra tanpa stimulus eksteren :Persepsi palsu. Berbeda dengan ilusi dimana

klien mengalami persepsi yang salah terhadap stimulus, salah persepsi pada

halusinasi terjadi tanpa adanya timulus eksternal yang terjadi. Stimulus internal

dipersepsikan sebagai sesutu yang nyata ada oleh klien.

B.       Klasifikasi Halusinasi

Pada klien dengan gangguan jiwa ada beberapa jenis halusinasi dengan

karakteristik tertentu, diantaranya :

a.         Halusinasi pendengaran : karakteristik ditandai dengan mendengar suara,

teruatama suara – suara orang, biasanya klien mendengar suara orang yang

sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan

untuk melakukan sesuatu.

b.        Halusinasi penglihatan : karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan

dalam bentuk pancaran cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan /

atau panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau

menakutkan.

Page 5: halusinasi

c.         Halusinasi penghidu : karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis

dan bau yang menjijikkan seperti : darah, urine atau feses. Kadang – kadang

terhidu bau harum. Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan

dementia.

d.        Halusinasi peraba : karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak

enak tanpa stimulus yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang

dari tanah, benda mati atau orang lain.

e.         Halusinasi pengecap : karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang

busuk, amis dan menjijikkan.

f.         Halusinasi sinestetik : karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh

seperti darah mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau

pembentukan urine.

C.      Etiologi

a.         Faktor predisposisi

1.    Biologis

Gangguan perkembangan dan fungsi otak, susunan syaraf – syaraf pusat

dapat menimbulkan gangguan realita. Gejala yang mungkin timbul adalah :

hambatan dalam belajar, berbicara, daya ingat dan muncul perilaku menarik

diri.

2.      Psikologis

Keluarga pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respons

psikologis klien, sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan

orientasi realitas adalah : penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang

hidup klien.

3.      Sosiol Budaya

Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti :

kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan

kehidupan yang terisolasi disertai stress.

b.         Faktor Presipitasi

Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah

adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna,

Page 6: halusinasi

putus asa dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stressor dan masalah

koping dapat mengindikasikan kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006).

Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi

adalah:

a)    Biologis

Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur

proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak

yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi

stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.

b)      Stress lingkungan

Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor

lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.

c)      Sumber koping

Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi

stressor. Pada halusinasi terdapat 3 mekanisme koping yaitu :

1)      With Drawal :         Menarik diri dan klien sudah asyik dengan

pengalaman internalnya.

2)       Proyeksi :         Menggambarkan dan menjelaskan persepsi yang

membingungkan ( alam mengalihkan respon kepada sesuatu atau seseorang ).

3)       Regresi :        Terjadi dalam hubungan sehari-hari untuk memproses

masalah dan mengeluarkan sejumlah energi dalam mengatasi cemas.

Pada klien dengan halusinasi, biasanya menggunakan pertahanan diri

dengan menggunakan pertahanan diri dengan cara proyeksi yaitu untuk

mengurangi perasaan emasnya klien menyalahkan orang lain dengan tujuan

menutupi kekurangan yang ada pada dirinya.

D.      Manifestasi Klinis

Menurut Hamid (2000), perilaku klien yang terkait dengan halusinasi adalah

sebagai berikut:

Page 7: halusinasi

1.      Bicara sendiri.

2.      Senyum sendiri.

3.      Ketawa sendiri.

4.      Menggerakkan bibir tanpa suara.

5.      Pergerakan mata yang cepat

6.      Respon verbal yang lambat

7.      Menarik diri dari orang lain.

8.      Berusaha untuk menghindari orang lain.

9.      Tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata.

10.  Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah.

11.  Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik.

12.  Berkonsentrasi dengan pengalaman sensori.

13.  Sulit berhubungan dengan orang lain.

14.  Ekspresi muka tegang.

15.  Mudah tersinggung, jengkel dan marah.

16.  Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat.

17.  Tampak tremor dan berkeringat.

18.  Perilaku panik.

19.  Agitasi dan kataton.

20.  Curiga dan bermusuhan.

21.  Bertindak merusak diri, orang lain dan lingkungan.

22.  Ketakutan.

23.  Tidak dapat mengurus diri.

24.  Biasa terdapat disorientasi waktu, tempat dan orang.

Menurut Stuart dan Sundeen (1998) yang dikutip oleh Nasution (2003),

seseorang yang mengalami halusinasi biasanya memperlihatkan gejala-gejala

yang khas yaitu:

1.    Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai.

2.    Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara.

3.    Gerakan mata abnormal.

4.    Respon verbal yang lambat.

Page 8: halusinasi

5.    Diam.

6.    Bertindak seolah-olah dipenuhi sesuatu yang mengasyikkan.

7.    Peningkatan sistem saraf otonom yang menunjukkan ansietas misalnya

peningkatan nadi, pernafasan dan tekanan darah.

8.    Penyempitan kemampuan konsenstrasi.

9.    Dipenuhi dengan pengalaman sensori.

10.    Mungkin kehilangan kemampuan untuk membedakan antara halusinasi

dengan realitas.

11.    Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh halusinasinya

daripada menolaknya.

12.    Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain.

13.    Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik.

14.    Berkeringat banyak.

15.    Tremor.

16.    Ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk.

17.    Perilaku menyerang teror seperti panik.

18.    Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain.

19.    Kegiatan fisik yang merefleksikan isi halusinasi seperti amuk dan agitasi.

20.    Menarik diri atau katatonik.

21.    Tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang kompleks.

22.    Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang

E.       Akibat Dari Halusinasi

Pasien yang mengalami perubahan persepsi sensori: halusinasi dapat beresiko

mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungannya. Resiko mencederai

merupakan suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai/ membahayakan diri,

orang lain dan lingkungan.

Tanda dan Gejala :

1.      Memperlihatkan permusuhan

2.      Mendekati orang lain dengan ancaman

Page 9: halusinasi

3.      Memberikan kata-kata ancaman dengan rencana melukai

4.      Menyentuh orang lain dengan cara yang menakutkan

5.      Mempunyai rencana untuk melukai

F. Tahapan halusinasi

Tahapan terjadinya halusinasi terdiri dari 4 fase menurut Stuart dan Laraia

(2001) dan setiap fase memiliki karakteristik yang berbeda, yaitu:

Fase I :

Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian, rasa bersalah

dan takut serta mencoba untuk berfokus pada pikiran yang menyenangkan untuk

meredakan ansietas. Di sini klien tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai,

menggerakkan lidah tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, diam dan asyik

sendiri.

Fase II :

Pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan. Klien mulai lepas kendali

dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber yang

dipersepsikan. Disini terjadi peningkatan tanda-tanda sistem saraf otonom akibat

ansietas seperti peningkatan tanda-tanda vital (denyut jantung, pernapasan dan

tekanan darah), asyik dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan

untuk membedakan halusinasi dengan realita.

Fase III :

Klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan menyerah

pada halusinasi tersebut. Di sini klien sukar berhubungan dengan orang lain,

berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi perintah dari orang lain dan berada

dalam kondisi yang sangat menegangkan terutama jika akan berhubungan dengan

orang lain.

Fase IV :

Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti perintah

halusinasi. Di sini terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri, tidak mampu

Page 10: halusinasi

berespon terhadap perintah yang kompleks dan tidak mampu berespon lebih dari 1

orang. Kondisi klien sangat membahayakan.

Manifestasi Klinis

Fase  I

a.     Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai

b.    Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara

c.     Gerakan mata yang cepat

d.    Respon verbal yang lambat

e.     Diam dan dipenuhi sesuatu yang mengasyikkan

Fase  II

a.     Peningkatan sistem saraf otonom yang menunjukkan ansietas misalnya

peningkatan nadi, pernafasan dan tekanan darah

b.    Penyempitan kemampuan konsenstrasi

c.     Dipenuhi dengan pengalaman sensori dan mungkin kehilangan kemampuan

untuk membedakan antara halusinasi dengan realitas.

Fase III

a.     Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh halusinasinya dari

pada menolaknya

b.    Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain

c.     Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik

d.    Gejala fisik dari ansietas berat seperti berkeringat, tremor, ketidakmampuan

untuk mengikuti petunjuk

Fase IV

a.     Prilaku menyerang teror seperti panic

b.    Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain

c.     Kegiatan fisik yang merefleksikan isi halusinasi seperti amuk, agitasi, menarik

diri atau katatonik

d.    Tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang kompleks

Page 11: halusinasi

e.     Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang

G.      Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan klien skizoprenia adalah dengan pemberian obat – obatan

dan tindakan lain, yaitu :

a.         Psikofarmakologis

Obat – obatan yang lazim digunakan pada gejala halusinasi pendengaran yang

merupakan gejala psikosis pada klien skizoprenia adalah obat – obatan anti

psikosis.

Adapun kelompok yang umum digunakan adalah :

Kelas Kimia Nama Generik (Dagang) Dosis Harian

Fenotiazin Asetofenazin (Tindal)

Klorpromazin

(Thorazine)

Flufenazine (Prolixine,

Permiti

Mesoridazin (Serentil)

Perfenazin (Trilafon)

Proklorperazin

(Compazine)

Promazin (Sparine)

Tioridazin (Mellaril)

Trifluoperazin (Stelazine)

Trifluopromazin

(Vesprin)

60-120 mg

30-800 mg

1-40 mg

30-400 mg

12-64 mg

15-150 mg

40-1200 mg

150-800mg

2-40 mg

60-150 mg

Tioksanten Klorprotiksen (Taractan

Tiotiksen (Navane)

75-600 mg

8-30 mg

Butirofenon Haloperidol (Haldol) 1-100 mg

Dibenzodiazepin Klozapin (Clorazil) 300-900 mg

Dibenzokasazepin Loksapin (Loxitane) 20-150 mg

Page 12: halusinasi

Dihidroindolon Molindone (Moban) 15-225 

b.        Terapi kejang listrik/Electro Compulsive Therapy (ECT)

c.         Terapi aktivitas kelompok (TAK)

Page 13: halusinasi

BAB III

GAMBARAN KASUS

Tn. S. , laki-laki, usia 40 tahun, pendidikan terakhir SMP kelas III, status

menikah tidak mempunyai anak, pernah bekerja di Koperasi Simpan Pinjam

selama 3 tahun, kemudian keluar karena merasa jenuh / bosan, kemudian bekerja

di bengkel bubut selama 1 tahun, kemudian keluar karena klien merasa capek.

Setelah itu klien tidak bekerja. Klien beragama Islam, suku jawa. Klien

merupakan anak ke 4 dari 8 bersaudara.

Klien dibawa ke Rumah Sakit Jiwa Jakarta pada bulan Pebruari 1994 dengan

keluhan klien sering menyendiri, melamun, marah-marah, yaitu dengan

membanting gelas, piring karena disuruh roh halus yang membisiki ditelinganya.

Klien dirawat di RSJ Jakarta untuk keempat kalinya dengan masalah atau

keluhan utama yang sama. Dari RSJ Jakarta  klien dinyatakan sembuh, tetapi

sampai di rumah kambuh lagi, lalu keluarga membawanya ke RSJ Jakarta.

Sebelum dirawat di RSJP. Jakarta, 10 tahun yang lalu klien mengalami

kecelakaan ketika mengendarai sepeda motor. Menurut klien waktu itu ada yang

mendorong dari belakang sehingga klien terjatuh. Kemudian klien dirawat di RSU

Pekalongan - Jawa Tengah dan dilakukan operasi pada lengan bawah karena

patah.

Dari hasil observasi tanggal 10 April 1997 sampai dengan 24 April 1997,

klien sering menyendiri, tidur di tempat tidur, jarang berinteraksi dengan klien

lainnya. Klien cenderung diam, mendengarkan pembicaraan orang lain dalam

berinteraksi, klien tampak putus asa. Klien memberikan jawaban bila ditanya oleh

perawat, meskipun jawabannya singkat, jarang membicarakan masalahnya dengan

orang lain. Pada saat tiduran kadang sepertinya klien mendengar sesuatu, mulut

komat-kamit, dan kadang-kadang tersenyum sendiri. Penampilan diri klien :

rambut tidak disisir rapih, gigi kotor, pakaian kusut, klien malas mandi,  klien

mandi satu kali sehari, gosok gigi jarang, ganti pakaian dua hari sekali, mencuci

Page 14: halusinasi

rambut seminggu sekali, kulit agak kotor, rambut kotor, kuku panjang dan hitam.

Jarang melakukan aktifitas.

Pada pengkajian keluarga: keluarga mengatakan belum bisa merawat klien

dengan halusinasi, dengan marah, dengan menarik diri, dan gangguan kebersihan

diri.

A.      Pengkajian

     I.     Identitas Pasien

Nama                           : Tn. S

Usia                             : 40 tahun

Jenis kelamin               : Laki-laki

Pendidikan                  : SMP kelas III

Pekerjaan                     : Pernah bekerja di Koperasi simpan Pinjam

Status Pernikahan        : Menikah

Agama                         : Islam

Suku                            : Jawa

      II.     Alasan Masuk

Dari hasil observasi tanggal 10 April 1997 sampai dengan 24 April

1997, klien sering menyendiri, tidur di tempat tidur, jarang berinteraksi

dengan klien lainnya. Klien cenderung diam, mendengarkan pembicaraan

orang lain dalam berinteraksi, klien tampak putus asa. Klien memberikan

jawaban bila ditanya oleh perawat, meskipun jawabannya singkat, jarang

membicarakan masalahnya dengan orang lain.

        III.       Keluhan Utama

Pada saat tiduran kadang sepertinya klien mendengar sesuatu,

mulut komat-kamit, dan kadang-kadang tersenyum sendiri. Penampilan

diri klien : rambut tidak disisir rapih, gigi kotor, pakaian kusut, klien malas

mandi,  klien mandi satu kali sehari, gosok gigi jarang, ganti pakaian dua

Page 15: halusinasi

hari sekali, mencuci rambut seminggu sekali, kulit agak kotor, rambut

kotor, kuku panjang dan hitam. Jarang melakukan aktifitas.

        IV.          Faktor Predisposisi

1.      Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ?

Pasien mengatakan tidak pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya.

2.      Apakah px pernah mengalami trauma pada dirinya ?

Pasien mengatakan pernah kecelakaan.

3.      Adakah anggota keluarga yang mengalami sakit jiwa?

Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan

jiwa.

           V.     Pemeriksaan Fisik

Tanda-tanda vital        : TD:110/80 mmHg    N:100x/m    S:36,80C    R      

:50x/m

Ukur                            : TB:155 cm                BB:50 kg

Keluhan fisik               : Klien cenderung diam

        VI.     Psikososial

1.    Genogram :

Page 16: halusinasi

 

Keterangan :

                   : Laki – laki meninggal

                        : perempuan meninggal

                       

                        : pasien

Page 17: halusinasi

                        : Perempuan

                        : tinggal serumah

2.      Konsep diri

a.       Gambaran diri

Pasien mengatakan menyukai seluruh bagian tubuhnya dan tampak

bingung menentukan bagian mana yang paling ia sukai.

b.      Identitas Diri

Pasien mengatakan ia anak ke 4 dari 8 bersaudara. Status pasien sudah

menikah dan pasien merasa puas sebagai laki-laki.

c.       Peran

Sebelum masuk RSJ pasien bekerja sebagai di Koperasi simpan Pinjam

d.      Ideal diri

Pasien masih ingin berada di rumah sakit jiwa.

e.       Harga diri

Hubungan pasien dengan perawat / dokter maupun pasien lainnya kurang

baik, pasien lebih senang menyendiri, jarang berkomunikasi dengan

pasien lain.

MK : Harga diri rendah

            VII.            Hubungan sosial

a.       Orang yang berarti

Pasien mengatakan ia sangat menyayangi istrinya.

b.      Peran serta dalam kegiatan Kelompok/masyarakat :

Page 18: halusinasi

Selama pasien dirumah, pasien tidak pernah aktif dalam kegiatan

bermasyarakat.

MK : gangguan konsep diri : menarik diri

c.       Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :

Pasien suka menyendiri, banyak diam, kurang bergaul deengan orang lain

dan pasien terkadang sibuk dengan dirinya sendiri.

         VIII.            Spiritual

a.       Nilai dan keyakinan

Pasien beragama islam

b.      Kegiatan beribadah

Sebelum masuk rumah sakit jiwa, pasien mengatakan jarang beribadah. 

Setelah masuk rumah sakit, pasien tidak pernah beribadah.

               IX.            Status Mental

1.      Penampilan

Pasien terlihat kurang rapi, pakaian tampak kotor.

MK : Defisit Perawatan Diri : Berpakaian

2.      Pembicaraan

Pembicaraan pasien lambat, saat ditanya masih terlihat bingung

menjawabnya, terkadang hanya dapat menjawab seadanya dan kurang

mampu untuk memulai pembicaraan.

Masalah Keperawatan : Gangguan Komunikasi verbal

3.      Aktivitas Motorik

Aktivitas motorik pasien : baik, ADL : mandiri

4.      Alam Perasaan

Pasien tampak diam, suka melamun dan suka menyendiri.

5.      Afek

Page 19: halusinasi

Datar yaitu pasien tampak biasa-biasa saja saat berkomunikasi tanpa ada

perubahan tinggi rendahnya suara dan roman muka.

      Masalah Keperawatan : Gangguan Interaksi Sosial

6.      Interaksi selama wawancara

Selama wawancara pasien cukup kooperatif dan menjawab dengan

singkat dan lambat setiap pertanyaan yang ditanyakan perawat. Terdapat

kontak mata.

7.      Persepsi

Pasien mengatakan ia mendengar suara-suara orang yang berbicara

dengannya. Suara tersebut datang tiba-tiba. Kadang kurang jelas, suara

datang kira-kira 2-3 menit pada malam hari. 

Masalah Keperawatan : Halusinasi Pendengaran

8.      Arus pikir

Pasien tidak mengalami gangguan arus pikir.

9.      Isi pikir

Pasien tidak mengalami gangguan isi pikir.

10.  Tingkat kesadaran

Pasien bingung dengan lingkungan sekitarnya, namun kadang pasien sadar

bahwa dia sedang di RSJ.

11.  Memori

Pasien hanya mampu mengingat kejadian jangka pendek.

12.  Tingkat konsentrasi dan berhitung

 Pasien mampu berhitung sederhana, misalnya tambahan dan  pengurangan.

13.  Kemampuan penilaian

Pasien dapat mengambil keputusan secara mandiri tanpa bantuan orang lain,

ditandai dengan perawat member kesempatan pasien untuk memilih mandi

Page 20: halusinasi

dahulu sebelum makan atau makan dahulu sebelum mandi. Dan pasien

langsung memilih mandi dulu sebelum makan.

B.       Masalah Keperawatan

Dari data diatas dapat dirumuskan masalah keperawatan sebagai berikut:

Halusinasi dengar

Data Subyektif:  Klien mengatakan :

a.         Sering mendengar suara-suara, terutama kalau sedang melamun, menjelang

tidur.

b.        Saya dibawa ke rumahh sakit karena membanting gelas dan piring karena

disuruh oleh roh halus.

c.         “Bolehkah saya berteman dengan roh halus karena ia yang sering mengajak

saya berbicara ?”

Data Obyektif :

a.         Klien tampak sedang mendengar sesuatu.

b.        Klien sering senyum sendiri, mulut komat-kamit

Gangguan hubungan sosial : Isolasi sosial

Data Subyektif : Klien mengatakan:

a.         Sering tiduran di tempat tidur dan jarang berbicara dengan klien lain atau

perawat.

b.        Bila berinteraksi klien lebih suka diam dan mendengarkan pembicaraan.

c.         Jarang membicarakan masalahnya dengan  orang lain.

Data Obyektif:

a.       Klien sering tiduran, bengong di tempat tidur, melamun

b.      Klien tampak putus asa

Gangguan kebersihan diri

Data Subyektif : Klien mengatakan:

Page 21: halusinasi

a.       Mandi sehari sekali, kadang-kadang dua hari sekali, mencuci rambut

seminggu sekali, mengganti pakaian dua hari sekali.

Data Obyektif :

a.       Kulit agak kotor, rambut kotor tidak disisir, gigi kotor, pakaian kusut, kuku

panjang dan hitam.

Kurangnya minat

Data Subyektif : Klien mangatakan:

a.       Malas untuk mandi, mencuci rambut, memotong kuku, menggosok gigi.

Data Obyektif:

a.       Klian banyak tiduran di tempat tidur

b.      Bila klien disuruh mandi, klien menunda-nunda untuk mandi.

Potensial melukai diri sendiri dan orang lain.

Data Subyektif : Klien mengatakan:

a.       Saya di bawa ke rumah sakit karena membanting gelas dan piring karena

disuruh oleh roh halus.

b.      Klien mendengar suara-suara yang mengancam, yaitu: “saya tidak takut sama

kamu !” Klien juga menjawab: “Saya juga tidak takut pada kamu !”

Potensial amuk

Data Subyektif : Klien mengatakan :

a.       Kalau di rumah pernah mengamuk

b.      Jika kesal berdiam diri dan masuk ke kamar

c.       Klien tidak tahu cara mengatasi marah yang baik.

C.    Pohon Masalah (Problem Tree)

Page 22: halusinasi

BAB IV

TINJAUAN TEORI

A.      Proses Terjadinya Halusinasi

Halusinasi dapat terjadi oleh karena berbagai faktor diantaranya gangguan

mental organik, harga diri rendah, menarik diri, sidrome putus obat, keracunan

obat, gangguan afektif dan gangguan tidur.

Halusinasi klien timbul karena perubahan hubungan sosial. Perkembangan

sosial yang tidak adekuat menyebabkan kegagalan individu untuk belajar dan

mempertahankan komunikasi dengan orang lain. Akibatnya klien cenderung

memisahkan diri dan hanya terlibat dengan pikirannya sendiri yang tidak

Page 23: halusinasi

memerlukan kontrol orang lain. Sehingga timbulnya kesepian, isolasi sosial,

hubungan yang dangkal dan tergantung (Haber, 1987).

Akibat dari menikmati suara-suara yang didengar, maka klien S. hanya

terlibat dalam pikirannya sendiri, sehingga klien malas atau kurang berminat

dalam melaksanakan aktifitas sehari-hari seperti; kebersihan diri, makan, dan lain-

lain.

Pada klien S. terjadi halusinasi dengar, hal ini disebabkan oleh karena klien

mempunyai riwayat putus cinta dengan kekasihnya satu kali, kemudian  oleh

keluarga klien dinikahkan. Setelah menikah selama tiga bulan, isteri

meninggalkannya dan klien S. merasa sangat kecewa, sering menyendiri,

melamun, tak mau makan kemudian klien dirawat di rumah sakit jiwa Jakarta

selama 8 bulan.

Hal ini sesuai dengan proses terjadinya halusinasi pada fase pertama yang

diungkapkan oleh Haber, Dkk, 1982. Pada fase ini klien mengalami kecemasan,

stress, perasaan yang terpisah, kesepian. Klien mungkin melamun atau

memfokuskan pikiran pada hal yang menyenangkan untuk menghilangkan

kecemasan dan stres . Cara ini menolong sementara, klien masih dapat mengontrol

kesadarannya dan mengenal pikirannya namun intensitas persepsi meningkat.

Setelah delapan bulan dirawat, klien dinyatakan sembuh dan boleh pulang.

Pada saat di rumah, klien mangalami kecelakaan saat mengendarai sepeda motor

kemudian dirawat di rumah sakit. Setelah keluar dari rumah sakit, beberapa hari

kemudian klien mulai melamun dan mendengar suara-suara yang mengatakan 

atau menyuruh dia melemparkan gelas dan piring. Gejala-gejala pada klien S. ini

menunjukan bahwa klien mengalami gejala halusinasi fase ke dua, yaitu dimana

klien berada pada tingkat listening, pemikiran internal lebih menonjol seperti

gambaran suara dan sensasi.

Satu bulan yang lalu klien mendengar suara-suara tersebut dan klien

menanyakan kepada perawat apakah boleh berteman dengan roh halus, karena dia

yang sering mengajaknya berbicara. Sesuai dengan tahapan halusinasi, klien

berada pada fase ketiga, yaitu halusinasi lebih menonjol, menguasai,  halusinasi

memberikan kesenangan tersendiri dan rasa aman yang sementara.

Page 24: halusinasi

Dan selanjutnya klien memasuki fase keempat yaitu dengan gejala halusinasi

bersifat mengancam yaitu klien mendengar suara-suara “ Saya tidak takut sama

kamu !”. Lalu klien S. menjawab “ Saya juga tidak takut sama kamu !”

Dengan adanya halusinasi ini, maka masalah yang timbul pada klien S. adalah

potensial amuk, potensial melukai diri sendiri dan orang lain, gangguan

kebersihan diri, gangguan ADL. Klien cenderung menarik diri, tersenyum dan

berbicara sendiri.

Akibatnya ia tidak dapat memberi respon emosional yang adekuat, klien

tampak bisar, tidak sesuai (Fortinash, 1991; Benner, 1989; Hater,1987). Potensial

melukai diri sendiri dan orang lain, potensial amuk dapat terjadi pada klien S,

karena klien S. mendengar suara-suara yang bersifat mengancam, mengejek, klien

S disuruh oleh roh halus untuk membanting piring dan gelas.

B.        Masalah Keperawatan

Dari masalah-masalah itu ditemukan masalah keperawatan sejumlah sebelas buah,

yaitu :

1.      Gangguan orientasi realitas

2.      Gangguan hubungan interpersonal : Menarik diri

3.      Gangguan komunikasi verbal dan nonverbal

4.      Koping individu tidak efektif

5.      Gangguan persepsi: Halusinasi dengar

6.      Gangguan perawatan mandiri

7.      Koping keluarga tidak efektif

8.      Potensial melukai diri sendiri dan orang lain

9.      Potensial amuk

10.  Potensial gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh

11.  Potensial kambuh

Pada klien S. ini timbul masalah keperawatan sebagai berikut:

1.      Potensial melukai diri sendiri dan orang lain

2.      Menarik diri

3.      Potensial amuk

Page 25: halusinasi

4.      Kurangnya minat terhadap kebersihan diri

5.      Potensial kambuh.

C.      Tindakan Keperawatan untuk semua masalah kepada klien

Adapun tindakan keperawatan pada klien S adalah sebagai berikut :

Masalah Keperawatan  1

Halusinasi dengar.

Tujuan jangka panjang : Klien dapat mengontrol halusinasinya dan tidak melukai

diri sendiri  atau orang lain.

Rencana tindakannya :

a.         Adakan kontak yang sering dan singkat

b.      Observasi tingkah laku verbal dan nonverbal yang berhubungan dengan

halusinasi

c.       Berikan kesempatan kepada klien mengungkapkan apa yang dirasakan klien

sesuai dengan respon verbal dan nonverbal klien.

d.      Terima halusinasi sebagai hal yang nyata  bagi klien dan berikan pendapat

bahwa halusinasi tidak nyata pada perawat.

e.       Ajukan pertanyaan terbuka yang membutuhkan jawaban luas.

Masalah keperawatan 2:

Isolasi sosial  sehubungan dengan menarik diri

Tujuan jangka panjang : Klien tidak menarik diri dan berinteraksi dengan orang

lain

Rencana tindakannya:

a.    Bina hubungan saling percaya

b.    Dengarkan apa yang diungkapkan oleh klien

c.    Lakukan kontak yang sering dan singkat

d.   Support dan anjurkan klien untuk berkomunikasi dengan perawat bila ada

sesuatu yang dipikirkan.

e.    Berikan reinforcement positif

f.     Dorong klien untuk melihat hal-hal yang positif tentang dirinya.

Page 26: halusinasi

Masalah Kepererawatan 3

Ketidakmampuan mengungkapkan cara marah yang konstruktif.

Tujuan jangka panjang : Klien tidak amuk dan dapat mengungkapkan marah yang

konstruktif

Rencana tindakannya:

a.       Berespons terhadap respons verbal dan nonverbal klien dengan sikap yang

tenang dan tidak mengancam

b.      Berikan kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan hal-hal yang

menyebabkan marah.

c.       Anjurkan klien untuk mengungkapkan cara-cara mengekspresikan marah

yang dilakukan selama ini.

Masalah Keperawatan 4

Kurangnya minat terhadap kebersihan diri

Tujuan Jangka Panjang: Klien berminat dan mampu memelihara kebersihan

dirnya

Rencana tindakan

a.         Kaji perasaan klien dan pengetahuan tentang kebersihan diri

b.        Berikan dukungan yang posisif terhadap hal-hal yang dicapai oleh klien

c.         Support secara terus menerus agar mempertahankan dan meningkatkan

kebersihan dirinya.

d.        Beri reinforcement positif terhadap hal-hal yang telah dilakukan klien

Masalah Keperawatan 5

Ketidakmampuan keluarga merawat klien di rumah

Tujuan Jangka Panjang : Klien tidak kambuh

Recana tindakannya :

a.         Bina hubungan saling percaya dengan keluarga

b.        Kaji persepsi keluarga tentang perilaku maldaptif klien

Page 27: halusinasi

c.         Ajak klien untuk mengunjungi sanak keluarga lainnya.

d.        Libatkan seluruh anggota keluarga untuk menerima klien apa adanya

e.         Libatkan klien dalam pertemuan keluarga.

f.         Libatkan klien dalam aktifitas kegiatan di rumah sesuai dengan kemampuan

klien

g.        Buat jadwal bersama klien (kegiatan yang dapat dilakukan klien)

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

¡  Masalah : Perubahan persepsi sensori : Halusinasi

¡  Pertemuan ke 1 ( satu )

A.           Proses Keperawatan1.      Kondisi :

·         Klien tampak bicara sendiri

·         Klien terlihat mondar-mandir

·         Klien mengatakan mendengar suara seperti roh halus

2.      Diagnosa Keperawatan

Page 28: halusinasi

Resiko perilaku kekerasan pada diri sendiri dan orang lain berhubungan

dengan halusinasi

3.      Tujuan

TUK 1: Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawatTUK 2:   Klien dapat mengenal halusinasi yang dialami    

B.           Strategi Pelaksanaan

1.      Orientasi

a.       Salam terapeutik

“Selamat pagi mas, nama saya Hendra, Nama bapak siapa, senang dipanggil

dengan nama apa”

b.      Evaluasi/ validasi

“Bagaimana perasaan bapak hari ini ?” “Kok saya melihat bapak sering

berbicara sendiri, dengan siapa bapak berbicara tadi ?”

c.       Kontrak

¡  Topik :

“Bagaimana kalau kita berbicara  tentang suara-suara  dan bayangan-bayangan

yang bapak dengar?”

¡  Tempat :

“Dimana kita akan bercerita, pak? ”

“O.o … disini saja baiklah”

¡  Waktu :

“Kita akan berbicara berapa menit ?”

“15 menit ? Baiklah, kita berbicara ± 15 menit ya pak?”

2.      Kerja

—  “Sekarang kita sudah duduk santai disini”

—  “Tolong bapak ceritakan tentang suara-suara yang bapak dengar”

—  “Kapan suara itu sering muncul pak ?”

—  “Situasi bagaimana yang dapat menyebabkan suara tersebut muncul?”

—  “Berapa sering dan berapa lama suara itu muncul ?”

—  “Apa yang bapak lakukan, jika suara itu muncul ?”

3.      Terminasi

a.       Evaluasi Subyektif

Page 29: halusinasi

“Bagaimana perasaan bapak sekarang, setelah bercerita tentang suara yang

bapak dengar?”

b.      Evaluasi Obyektif

“Jadi suara yang bapak dengar adalah seperti suara roh halus munculnya saat

bapak sendirian, dan yang bapak lakukan saat suara-suara dan bayangan itu

muncul adalah dengan marah-marah”

c.       Kontrak

—  Topik :

“Bagaimana kalau kita bercerita tentang cara mengendalikan suara-suara

tersebut.”

—  Tempat :

“Baiklah kalau begitu, dimana kita akan bercerita? disini lagi ?”

—  Waktu :

“Berapa lama besok kita akan bercerita? 10 menit atau 15 menit? Baiklah

sampai ketemu besok ya ……”

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

¡  Masalah : Perubahan persepsi sensori : Halusinasi

¡  Pertemuan ke 2 (dua)

A.  Proses Keperawatan1.      Kondisi :

Page 30: halusinasi

·         Klien sudah dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat

·         Klien dapat mengenal: halusinasinya

2.      Diagnosa Keperawatan

Resiko perilaku kekerasan pada diri sendiri dan orang lain berhubungan

dengan halusinasi

3.      Tujuan

TUK 3       :  Klien dapat mengontrol halusinasinya.

B.  Strategi Pelaksanaan

1. Orientasi

a.       Salam terapeutik

“Selamat pagi pak“ Masih ingat dengan saya kan ?” “Ya, betul saya perawat

Hendra”.

b.      Evaluasi/ validasi

“Bagaimana perasaan bapak hari ini ? Sudah lebih baik daripada kemarin ?”

“ Masih ingat dengan kontrak kemarin, bahwa hari ini kita akan berbincang-

bincang tentang bagaimana cara mengendalikan halusinasi?, Ya bagus….”.

c.       Kontrak:

“bapak mau berapa lama kita mengobrol ?”

“ Bagaimana kalau hari ini kita berbincang-bincang selama ± 15 menit? setuju ya

pak?

2. Kerja

a.      “Kemarin bapak sudah bercerita tentang suara-suara yang muncul dan apa saja

yang bapak lakukan saat suara itu muncul?”

“ Bagus sekali…”.

b.      “Kalau bapak saya beritahu cara-cara lain yang harus dilakukan ketika suara-

suara muncul, apakah bapak mau ?”

c.       “Oke pertama kalau suara itu datang kita harus menghardik suara itu dengan

mengatakan : “Saya benci kamu pergi … pergi …!!” lalu tarik nafas panjang

dan keluarkan lewat mulut”

d.      “Jangan lupa berdoa sesuai dengan kepercayaan bapak”.

Page 31: halusinasi

e.       “Jangan melamun, lakukan kegiatan yang dapat bapak kerjakan.”

f.       “ Jangan lupa bapak juga harus taat minum obat dan kontrol, ya pak?”

g.      “Bagaimana pak, mudahkan … ?

h.      “bapak bisa memilih cara-cara tersebut yang kira-kira bisa bapak lakukan.”

3. Terminasi

a.       Evaluasi Subyektif

“Bagaimana perasaannya setelah kita berbincang-bincang ?”

b.      Evaluasi Obyektif

“Coba sebutkan kembali cara-cara yang dapat bapak lakukan untuk menghindari

atau memutus halusinasi tersebut.”

“Wah … pandai sekali.”

c.       Waktu

“Baiklah pak karena kita sudah berbincang-bincang selama ± 15 menit, bincang-

bincang kita cukup sekian dulu, nanti bila bapak ingin berbincang-bincang lagi

dengan saya, bapak bias temui saya. Besok kita berbincang-bincang lagi ya pak.

Ingin berapa lama besok kita ngobrol lagi dengan topik yang sama kira-kira 10

menit ? Baiklah. Sampai ketemu besok ya ”

“ Terima kasih pak, Selamat siang”.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

¡  Masalah : Perubahan persepsi sensori : Halusinasi

¡  Pertemuan ke 3 (Tiga)

A.  Proses Keperawatan1.      Kondisi :

·   Klien sudah dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat

·         Klien dapat mengenal: halusinasinya

1.      Diagnosa Keperawatan

Page 32: halusinasi

Resiko perilaku kekerasan pada diri sendiri dan orang lain berhubungan

dengan halusinasi

3. Tujuan

TUK 3       :  Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik

B.  Strategi Pelaksanaan

1.      Orientasi

a.       Salam terapeutik

“Selamat pagi pak…” “ Masih ingat dengan saya kan ?”

“ Ya, betul saya perawat Hendra”.

b.      Evaluasi/ validasi

“Bagaimana perasaan bapak hari ini ? Sudah lebih baik daripada kemarin ?”

“ Masih ingat dengan kontrak kemarin, bahwa hari ini kita akan berbincang-

bincang lagi tentang bagaimana cara memanfaatkan obat dengan baik. masih

ingat kan? Ya bagus….”.

c.       Kontrak:

“bapak mau berapa lama kita mengobrol ?”

“Bagaimana kalau hari ini kita ngobrol selama ± 10 menit? setuju ya pak ?

Bagus sekali”

2.      Kerja

a.      “Kemarin bapak sudah bercerita tentang suara-suara yang didengar dan apa

saja yang bapak lakukan saat suara itu muncul?”

“ Bagus sekali” Setiap hari berapa obat yang bapak minum? Ya, bagus sekali”.

b.      Warna apa saja obat yang diminum pak?”

c.       Menurut bapak manfaat dari obat itu apa?”Ya bagus sekali.

d.      Ya bagus, bapak mau tidak diberitahu tentang manfaat, jumlah obat, waktu

pemberian obat serta ciri-ciri obat yang diminum bapak?”

e.       “Kalau bapak minum obat 3 kali sehari warnanya putih dan biru, diminum

setelah makan pagi, siang dan malam. Dan obat yang berwarna kuning

Page 33: halusinasi

diminum sekali setelah makan malam. Efek obat ini akan membuat bapak

lebih baik dan efek sampingnya akan membuat bapak mengantukan.”

f.       Bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang-bincang?”

g.      Bagus sekali…”

3. Terminasi

a.       Evaluasi Subyektif

“Bagaimana perasaannya setelah kita berbincang-bincang ?”

b. Evaluasi Obyektif

“Coba sebutkan kembali jumlah obat yang diminum pak, manfaat serta warna

obatnya”.

“Wah … pandai sekali.”

c. Waktu

“Baiklah pak karena kita sudah berbincang-bincang selama ± 10 menit, bincang-

bincang kita cukup sekian dulu, nanti bila bapak ingin berbincang-bincang lagi

dengan saya, kita bisa lanjutkan nanti.

“ Terima kasih pak, Selamat siang”.

Page 34: halusinasi

BAB VPENUTUP

A.    KESIMPULAN

Berdasarkan uraian diatas mengenai halusinasi dan pelaksanaan asuhan

keperawatan terhadap pasien, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai

berikut :

1.      Saat memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasi ditemukan

adanya perilaku menarik diri sehingga perlu dilakukan pendekatan secara terus

menerus, membina hubungan saling percaya yang dapat menciptakan suasana

terapeutik dalam pelaksanaan asuhan keperawatan yang diberikan.

2.      Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien khususnya dengan

halusinasi, pasien sangat membutuhkan kehadiran keluarga sebagai sistem

pendukung yang mengerti keadaaan dan permasalahan dirinya. Disamping itu

perawat / petugas kesehatan juga membutuhkan kehadiran keluarga dalam

memberikan data yang diperlukan dan membina kerjasama dalam memberi

perawatan pada pasien. Dalam hal ini penulis dapat menyimpulkan bahwa peran

serta keluarga merupakan faktor penting dalam proses penyembuhan klien.

B.     SARAN

1.    Dalam memberikan asuhan keperawatan hendaknya perawat mengikuti langkah-

langkah proses keperawatan dan melaksanakannya secara sistematis dan tertulis

agar tindakan berhasil dengan optimal

2.    Dalam menangani kasus halusinasi hendaknya perawat melakukan pendekatan

secara bertahap dan terus menerus untuk membina hubungan saling percaya

antara perawat klien sehingga tercipta suasana terapeutik dalam pelaksanaan

asuhan keperawatan yang diberikan