GGK

download GGK

of 16

description

ggk

Transcript of GGK

  • BAB II

    PEMBAHASAN

    2.1 Definisi

    Gagal ginjal kronik biasanya akibat akhir dari kehilangan fungsi ginjal lanjut secara

    bertahap (Doenges, 1999; 626)

    Kegagalan ginjal kronis terjadi bila ginjal sudah tidak mampu mempertahankan

    lingkungan internal yang konsisten dengan kehidupan dan pemulihan fungsi tidak dimulai.

    Pada kebanyakan individu transisi dari sehat ke status kronis atau penyakit yang menetap

    sangat lamban dan menunggu beberapa tahun. (Barbara C Long, 1996; 368)

    Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan

    fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk

    mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,menyebabkan uremia

    (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah). (Brunner & Suddarth, 2001; 1448)

    Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan

    lambat,biasanya berlangsung beberapa tahun. (Price, 1992; 812)

    Gagal ginjal kronis adalah kegagalan fungsi ginjal untuk mempertahankan

    metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit akibat destruksi struktur ginjal yang

    progresif dengan manifestasi penumpukan sisa metabolit ( toksik uremik ) di dalam darah.

    (Arif Muttaqin,2011; 166)

    Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan

    fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif, dan cukup lanjut. Hal ini terjadi

    apabila laju filtrasi glomerulus kurang dari 50 ml/menit. (Arjatmo Tjokonegoro,2001;427)

    2.2 Etiologi

    Begitu banyak kondisi klinis yang bisa menyebabkan terjadinya gagal ginjal kronis.

    Akan tetapi apapun sebabnya, respon yang terjadi adalah penurunan fungsi ginjal secara

    progresif. Kondisi klinis yang memungkinkan dapat mengakibatkan GGK bisa disebabkan

    dari ginjal sendiri dan dari luar ginjal.

    1. Penyakit dari ginjal

    a. penyakit pada saringan (glomerulus) : glomerulonefritis

    b. infeksi kuman : pyelonefritis, ureteritis

    c. batu ginjal : nefrolitiasis

    d. kista di ginjal : polcystis kidney

    e. trauma langsung pada ginjal

    f. keganasan pada ginjal

    g. sumbatan : tumor, batu, penyempitan/striktur

    2. Penyakit umum di luar ginjal

    a. penyakit sistemik : diabetes mellitus, hipertensi, kolesterol tinggi

    b. dyslipidemia

    c. infeksi di badan : tbc paru, sifilis, malaria, hepatitis

    d. preeklamsi

    e. obat-obatan

    f. kehilangan banyak cairan yang mendadak ( luka bakar )

  • 2.3 Patofisiologi

    Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan

    tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron yang

    utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi

    walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan

    ginjal untuk berfungsi sampai dari nefronnefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut

    menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai

    poliuri dan haus.

    Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul

    disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih

    jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang

    80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun

    sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu. ( Barbara C Long, 1996, 368)

    Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya

    diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi

    setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin

    berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis. (Brunner & Suddarth, 2001 : 1448).

    Perjalanan umum gagal ginjal progresif dapat dibagi menjadi tiga stadium yaitu:

    Stadium 1 (penurunan cadangan ginjal)

    Di tandai dengan kreatinin serum dan kadar Blood Ureum Nitrogen (BUN) normal

    dan penderita asimtomatik.

    Stadium 2 (insufisiensi ginjal)

    Lebih dari 75% jaringan yang berfungsi telah rusak (Glomerulo filtration Rate

    besarnya 25% dari normal). Pada tahap ini Blood Ureum Nitrogen mulai meningkat diatas

    normal, kadar kreatinin serum mulai meningklat melabihi kadar normal, azotemia ringan,

    timbul nokturia dan poliuri.

    Stadium 3 (Gagal ginjal stadium akhir / uremia).

    Timbul apabila 90% massa nefron telah hancur, nilai glomerulo filtration rate 10%

    dari normal, kreatinin klirens 5-10 ml permenit atau kurang. Pada tahap ini kreatinin serum

    dan kadar blood ureum nitrgen meningkat sangat mencolok dan timbul oliguri. (Price, 1992:

    813-814)

    2.4 Manifestasi Klinis

    Karena pada gagal ginjal kronis setiap sisem tubuh dipengaruhi oleh kondisi uremia,

    maka pasien akan memperhatikan sejumlah tanda dan gejala. Keparahan tanda dan gejala

    bergantung pada bagian dan tingkat kerusakan ginjal, kondisi lain yang mendasari, dan usia

    pasien.

    Manifestasi kardiovaskuler, pada gagal ginjsl kronis mencakup hipertensi (akibat

    retensi cairan dan natrium dari aktivasi system rennin-angiotenin-aldosteron), gagal jantung

    kongestif, dan edema pulmoner (akibat cairan berlebihan), dan perikarditis (akibat iritasi pada

    lapisan pericardial oleh toksin uremik).

    Gejala dermatologi yang sering terjadi mencakup rasa gatal yang parah (pruritis).

    Butiran uremik, suatu penumpukan kristal urea di kulit, saat ini jarang terjadi akibat

    penanganan dini dan agresif terhadap penyakit ginjal tahap akhir. Gejala gastrointestinal juga

    sering terjadi dan mencakup anoreksia, mual, muantah dan cegukan. Perubahan

  • neuromuskuler mencakup perubahan tingkat kesadaran, ketidak mampuan berkonsentrasi,

    kedutan otot dan kejang.

    Manifestasi klinik antara lain (Long, 1996 : 369):

    a. Gejala dini : lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat badan

    berkurang, mudah tersinggung, depresi

    b. Gejala yang lebih lanjut : anoreksia, mual disertai muntah, nafas dangkal atau sesak

    nafas baik waktui ada kegiatan atau tidak, udem yang disertai lekukan, pruritis mungkin tidak

    ada tapi mungkin juga sangat parah.

    Manifestasi klinik menurut (Smeltzer, 2001 : 1449) antara lain : hipertensi, (akibat

    retensi cairan dan natrium dari aktivitas sisyem renin - angiotensin aldosteron), gagal

    jantung kongestif dan udem pulmoner (akibat cairan berlebihan) dan perikarditis (akibat

    iriotasi pada lapisan perikardial oleh toksik, pruritis, anoreksia, mual, muntah, dan cegukan,

    kedutan otot, kejang, perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu berkonsentrasi).

    Manifestasi klinik menurut Suyono (2001) adalah sebagai berikut:

    a. Sistem kardiovaskuler

    Hipertensi

    Pitting edema

    Edema periorbital

    Pembesaran vena leher

    Friction sub pericardial

    b. Sistem Pulmoner

    Krekel

    Nafas dangkal

    Kusmaull

    Sputum kental dan liat

    c. Sistem gastrointestinal

    Anoreksia, mual dan muntah

    Perdarahan saluran GI

    Ulserasi dan pardarahan mulut

    Nafas berbau ammonia

    d. Sistem musculoskeletal

    Kram otot

    Kehilangan kekuatan otot

    Fraktur tulang

    e. Sistem Integumen

    Warna kulit abu-abu mengkilat

    Pruritis

    Kulit kering bersisik

    Ekimosis

    Kuku tipis dan rapuh

    Rambut tipis dan kasar

    f. Sistem Reproduksi

    Amenore

    Atrofi testis

  • Mekanisme yang pasti untuk setiap manifestasi tersebut belum dapat diidentifikasi.

    Namun demikian produk sampah uremik sangat dimungkinkan sebagai penyebabnya.

    2.5 Pemeriksaan Diagnostic

    1. Laboratorium :

    a. Laju Endap Darah : Meninggi yang diperberat oleh adanya anemia, dan

    hipoalbuminemia. Anemia normositer normokrom, dan jumlah retikulosit yang rendah.

    b. Ureum dan kreatini : Meninggi, biasanya perbandingan antara ureum dan kreatinin

    kurang lebih 20 : 1. Perbandingat meninggi akibat pendarahan saluran cerna, demam, luka

    bakar luas, pengobatan steroid, dan obstruksi saluran kemih. Perbandingan ini

    berkurang ketika ureum lebih kecil dari kreatinin, pada diet rendah protein, dan tes Klirens

    Kreatinin yang menurun.

    c. Hiponatremi : Umumnya karena kelebihan cairan. Hiperkalemia : biasanya terjadi

    pada gagal ginjal lanjut bersama dengan menurunya dieresis

    d. Hipokalemia dan hiperfosfatemia: terjadi karena berkurangnya sintesis vitamin D3

    pada GGK.

    e. Phosphate alkaline : meninggi akibat gangguan metabolisme tulang, terutama

    isoenzim fosfatase lindi tulang.

    f. Hipoalbuminemia dan hipokolesterolemia : umunya disebabkan gangguan

    metabolisme dan diet rendah protein.

    g. Peninggian gula darah, akibat gangguan metabolism karbohidrat pada gagal ginjal (

    resistensi terhadap pengaruh insulin pada jaringan perifer ).

    h.Hipertrigliserida, akibat gangguan metabolisme lemak, disebabkan peninggian

    hormone insulin dan menurunnya lipoprotein lipase.

    i. Asidosis metabolic dengan kompensasi respirasi menunjukan Ph yang menurun, BE

    yang menurun, HCO3 yang menurun, PCO2 yang menurun, semuanya disebabkan retensi

    asam-asam organic pada gagal ginjal.

    2. Radiology

    Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar ginjal ( adanya batu atau adanya

    suatu obstruksi ). Dehidrasi karena proses diagnostic akan memperburuk keadaan ginjal, oleh

    sebab itu penderita diharapkan tidak puasa.

    3. IIntra Vena Pielografi (IVP)

    Untuk menilai system pelviokalisisdan ureter.

    4. USG

    Untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal, kepadatan parenkim ginjal,

    anatomi system pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih dan prostat.

    5. EKG

    Untuk melihat kemungkinan hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis, aritmia,

    gangguan elektrolit (hiperkalemia)

    2.6 Penatalaksanaan Medis

  • Tujuan penatalaksanaan pada gagal ginjal kronik adalah untuk mempertahankan

    fungsi ginjal dan homeostasis selama mungkin. Semua factor yang berperan dalam terjadinya

    gagal ginjal kronik dicari dan diatasi.

    Adapun penatalaksanaannya yaitu : Penatalaksanaan konservatif, Meliputi pengaturan

    diet, cairan dan garam, memperbaiki ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa,

    mengendalikan hiperensi, penanggulangan asidosis, pengobatan neuropati, deteksi dan

    mengatasi komplikasi. Dan penatalaksanaan pengganti diantaranya dialysis (hemodialisis,

    peritoneal dialysis) transplantasi ginjal.

    Selain itu tujuan penatalaksanaan adalah menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit

    dan mencegah komplikasi yaitu sebagai berikut :

    1. Dialisis

    Dialysis dapat dlakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal yang serius, seperti

    hiperkalemia, perikarditis, dan kejang. Dialysis memperbaiki abnormalitas biokimia,

    menyebabkan cairan, protein, dan natrium dapat dikonsumsi sevara bebas, menghilangkan

    kecenderungan pendarahan, dan membantu menyembuhkan luka.

    2. Koreksi hiperkalemi

    Mengendalikan kalium darah sangat penting karena hiperkalemi dapat menimbulkan

    kematian mendadak. Hal yang pertama harus diingat adalah jangan menimbulkan

    hiperkalemia. Selain dengan pemeriksaan darah, hiperkalemia juga dapat didiagnosis dengan

    EEG dan EKG. Bila terjadi hiperkalemia, maka pengobatannya adalah dengan mengurangi

    intake kalium, pemberian Na Bikarbonat, dan pemberian infuse glukosa.

    3. Koreksi anemia

    Pengendalian gagal ginjal pada keseluruhan akan dapat meninggikan Hb. Transfusi darah

    hanya dapat diberikan bila ada indikasi yang kuat, missal pada adanya insufisiensi koroner.

    4. Koreksi asidosis.

    Pemberian asam melalui makanan dan obat-obatan harus dihindari. Natrium bikarbonat dapat

    diberikan peroral atau parenteral. Hemodialisis dan dialysis peritoneal dapat juga mengatasi

    asidosis

    5. Pengendalian hipertensi

    Pemberian obat beta bloker, alpa metildopa, dan vasodilator dilakukan. Mengurangi intake

    garam dalam mengendalikan hipertensi harus hati-hati karena tidak semua gagal ginjal

    disertai retensi natrium.

    6. Transplantasi ginjal

    Dengan pencangkokan ginjal yang sehat ke pasien GGK, maka seluruh faal ginjal diganti

    oleh ginjal yang baru.

  • BAB III

    ASUHAN KEPERAWATAN

    PADA KLIEN GAGAL GINJAL KRONIS (GGK)

    3.1 Pengumpulan data

    Anamnesa

    Anamnesa adalah mengetahui kondisi pasien dengan cara wawancara atau interview.

    Mengetahui kondisi pasien untuk saat ini dan masa yang lalu.

    Anamnesa mencakup identitas pasien, keluhan utama, riwayat kesehatan sekarang,

    riwayat kesehatan dahulu, riwayat kesehatan keluarga, riwayat imunisasi, riwayat kesehatan

    lingkungan dan tempat tinggal.

    1. Identitas

    Meliputi identitas klien yaitu : nama lengkap, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, agama,

    pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, suku/bangsa, golongan darah, tanggal masuk RS,

    tanggal pengkajian, No. RM, diagnose medis, dan alamat.

    Identitas penanggung jawab : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,

    hubungan dengan klien, dan alamat.

    2. Keluhan utama

    Kapan keluhan mulai berkembang, bagaimana terjadinya, apakah secara tiba-tiba atau

    berangsur-angsur, apa tindakan yang dilakukan untuk mengurangi keluhan, obat apa yang

    digunakan.

    Keluhan utama yang didapat biasanya bervariasi, mulai dari urine output sedikit sampai tidak

    dapat BAK, gelisah sampai penurunan kesadaran, tidak selera makan (anoreksia), mual,

    muntah, mulut terasa kering, rasa lelah, napas berbau ( ureum ), dan gatal pada kulit.

    3. Riwayat Kesehatan Sekarang ( PQRST )

    Mengkaji keluhan kesehatan yang dirasakan pasien pada saat di anamnesa meliputi palliative,

    provocative, quality, quantity, region, radiaton, severity scala dan time.

    Untuk kasus gagal ginjal kronis, kaji onet penurunan urine output, penurunan kesadaran,

    perubahan pola nafas, kelemahan fisik, adanya perubahan kulit, adanya nafas berbau

    ammonia, dan perubahan pemenuhan nutrisi. Kaji pula sudah kemana saja klien meminta

    pertolongan untuk mengatasi masalahnya dan mendapat pengobatn apa.

    4. Riwayat Penyakit Dahulu

    Kaji adanya penyakit gagal ginjal akut, infeksi saluran kemih, payah jantung, penggunaan

    obat-obat nefrotoksik, Benign prostatic hyperplasia, dan prostektomi. Kaji adanya riwayat

  • penyakit batu saluran kemih, infeksi system prkemihan yang berulang, penyakit diabetes

    mellitus, dan penyakit hipertensi pada masa sebelumnya yang menjadi predisposisi penyebab.

    Penting untuk dikaji mengenai riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu dan adanya riwayat

    alergi terhadap jenis obat kemudian dokumentasikan.

    5. Riwayat Kesehatan Keluarga

    Mengkaji ada atau tidak salah satu keluarga yang mengalami penyakit yang sama. Bagaimana

    pola hidup yang biasa di terapkan dalam keluarga, ada atau tidaknya riwayat infeksi

    system perkemihan yang berulang dan riwayat alergi, penyakit hereditas dan penyakit

    menular pada keluarga.

    6. Riwayat Psikososial

    Adanya perubahan fungsi struktur tubuh dan adanya tindakan dialysis akan menyebabkan

    penderita mengalami gangguan pada gambaran diri. Lamanya perawatan, banyaknya biaya

    perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien mengalami kecemasan, gangguan konsep

    diri ( gambaran diri ) dan gangguan peran pada keluarga.

    7. Lingkungan dan tempat tinggal

    Mengkaji lingkungan tempat tinggal klien, mengenai kebersihan lingkungan tempat tinggal,

    area lingkungan rumah, dll.

    Pemeriksaan Fisik

    1. Keadaan umum dan TTV

    Keadaan umum : Klien lemah dan terlihat sakit berat

    Tingkat Kesadaran : Menurun sesuai dengan tingkat uremia dimana dapat mempengaruhi

    system saraf pusat

    TTV : Sering didapatkan adanya perubahan RR meningkat, tekanan darah terjadi perubahan

    dari hipertensi ringan sampai berat

    2. Sistem Pernafasan

    Klien bernafas dengan bau urine (fetor uremik), respon uremia didapatkan adanya

    pernafasan kussmaul. Pola nafas cepat dan dalam merupakan upaya untuk melakukan

    pembuangan karbon dioksida yang menumpuk di sirkulasi

    3. Sistem Hematologi

  • Pada kondisi uremia berat tindakan auskultasi akan menemukan adanya friction rub yang

    merupakan tanda khas efusi pericardial. Didapatkan tanda dan gejala gagal jantung kongestif,

    TD meningkat, akral dingin, CRT > 3 detik, palpitasi, nyeri dada dan sesak nafas, gangguan

    irama jantung, edema penurunan perfusiperifer sekunder dari penurunan curah jantungakibat

    hiperkalemi, dan gangguan kondisi elektrikal otot ventikel.

    Pada system hematologi sering didapatkan adanya anemia. Anemia sebagai akibat dari

    penurunan produksi eritropoetin, lesi gastrointestinal uremik, penurunan usia sel darah merah,

    dan kehilangan darah, biasanya dari saluran GI, kecenderungan mengalami perdarahan

    sekunder dari trombositopenia.

    4. System Neuromuskular

    Didapatkan penurunan tingkat kesadaran, disfungsi serebral, seperti perubahan proses

    berfikir dan disorientasi. Klien sering didapatkan adanya kejang, adanya neuropati perifer,

    burning feet syndrome, restless leg syndrome, kram otot, dan nyeri otot.

    5. Sistem Kardiovaskuler

    Hipertensi akibat penimbunan cairan dan garam atau peningkatan aktivitas system rennin-

    angiostensin- aldosteron. Nyeri dada dan sesak nafas akibat perikarditis, efusi pericardial,

    penyakit jantung koroner akibat aterosklerosis yang timbul dini, dan gagal jantung akibat

    penimbunan cairan dan hipertensi.

    6. Sistem Endokrin

    Gangguan seksual : libido, fertilisasi dan ereksi menurun pada laki-laki akibat produksi

    testosterone dan spermatogenesis yang menurun. Sebab lain juga dihubungkan dengan

    metabolic tertentu. Pada wanita timbul gangguan menstruasi, gangguan ovulasi

    sampaiamenorea.

    Angguan metabolism glukosa, resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Pada gagal

    ginjal yang lanjut (klirens kreatinin < 15 ml/menit) terjadi penuruna klirens metabolic insulin

    menyebabkan waktu paruh hormon aktif memanjang. Keadaan ini dapat menyebabkan

    kebutuhan obat penurunan glukosa darah akan berkurang. Gangguan metabolic lemak, dan

    gangguan metabolism vitamin D.

    7. Sistem Perkemihan

    Penurunan urine output < 400 ml/ hari sampai anuri, terjadi penurunan libido berat

    8. Sistem pencernaan

    Didapatkan adanya mual dan muntah, anoreksia, dan diare sekunder dari bau mulut

    ammonia, peradangan mukosa mulut, dan ulkus saluran cerna sehingga sering di dapatkan

    penurunan intake nutrisi dari kebutuhan.

    9. Sistem Muskuloskeletal

  • Di dapatkan adanya nyeri panggul, sakit kepala, kram otot, nyeri kaki (memburuk saat

    malam hari), kulit gatal, ada/ berulangnya infeksi, pruritus, demam ( sepsis, dehidrasi ), petekie,

    area ekimosis pada kulit, fraktur tulang, deposit fosfat kalsium pada kulit jaringan lunak dan

    sendi, keterbatasan gerak sendi.

    Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum sekunder dari anemia dan penurunan

    perfusi perifer dari hipertensi.

    3.2 Diagnosa Keperawatan

    1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan keluaran urine, diet

    berlebih dan retensi cairan dan natrium

    2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

    anoreksia, mual, muntah, pembatasan diet dan perubahan membrane mukosa mulut.

    3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan status metabolic,

    sirkulasi,sensasi, penurunan turgor kulit, penurunan aktivitas, akumulasi ureum dalam

    kulit.

    4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi produk

    sampah dan prosedur

    5. Gangguan konsep diri ( gambaran diri ) berhubungan dengan penurunan

    fungsi tubuh, tindakan dialysis, koping maladaptif

    6. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi , prognosis, dan kebutuhan

    pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.

    3.3 Perencanaan Keperawatan

    1. Diagnosa Keperawatan : Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan

    keluaran urine, diet berlebih dan retensi cairan dan natrium

    Tujuan : Mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan

    Kriteria Hasil : Klien tidak sesak nafas, edema ekstermitas berkurang, piting edema (-),

    produksi urine > 600ml/hr

    Intervensi Rasional

  • Kaji status cairan :

    a. Timbang berat badan harian

    b. Keseimbangan masukan dan

    pengeluaran

    c. Turgor kulit dan adanya edema

    d. Distensi vena leher

    e. Tekanan darah, denyut dan

    irama nadi

    Batasi masukan cairan

    Identifikasi sumber potensial

    cairan :

    a. Medikasi dan cairan yang

    digunakan untuk pengobatan :

    oral dan intravena

    b. Makanan

    Jelaskan pada pasien dan

    keluarga rasional pembatasan

    Bantu pasien dalam

    menghadapi ketidak nyamanan

    dalam pembatasan cairan

    Tingkatkan dan dorong hygiene

    oral dengan sering

    Kolaborasi :

    Berikan diuretic, contoh : furosemide, spironolakton,

    hidronolakton

    Adenokortikosteroid, golongan prednisone

    Pengkajian merupakan dasar dan data

    dasar berkelanjutan untuk memantau

    perubahan dan mengevaluasi

    intervensi

    Pembatasan cairan akan menentukan

    berat tubuh ideal, keluaran urine, dan

    respon terhadap terapi

    Sumber kelebihan cairan yang tidak

    diketahui dapat diidentifikasi

    Pemahaman meningkatkan kerjasama

    pasien dan keluarga dalam

    pembatasan cairan

    Kenyamanan pasien meningkatkan

    kepatuhan terhadap pembatasan diet.

    Higiene oral mengurangi kekeringan

    membrane mukosa mulut

    Diuretic bertujuan untuk menurunkan

    volume plasma dan menurunkan

    retensi cairan di jaringan sehingga

    menurunkan resikoterjadinya edema

    paru

    Adenokortikosteroid, golongan

    predison digunakan untuk

    menurunkan proteinuri

  • Lakukan dialisis

    Dialysis akan menurunkan volume

    cairan yang berlebih.

    2. Diagnosa Keperawatan : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

    dengan anoreksia, mual, muntah, pembatasan diet dan perubahan membrane mukosa mulut.

    Tujuan : Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat

    Kriteria Hasil : Mempertahankan / meningkatkan berat badan seperti yang diindikasikan

    oleh situasi individu, bebas edema.

    Intervensi Rasional

    Kaji status nutrisi :

    a. Perubahan berat badan

    b. Pengukuran antopometrik

    c. Nilai laboratorium (elektrolit

    seru, BUN, kreatinin,

    protein,transferin, dan kadar

    besi)

    Kaji pola diet nutrisi pasien :

    a. Riwayat diet

    b. Makanan kesukaan

    c. Hitung kalori

    Kaji faktor yang berperan

    dalam merubah masukan nutrisi

    :

    a. Anoreksia, mual, atau muntah

    b. Diet yang tidak menyenangkan

    bagi pasien

    c. Depresi

    Menyediakan data dasar untuk

    memantau perubahan dan

    mengevaluasi intervensi

    Pola diet dahulu dan sekarang dapat

    dipertimbangkan dalam menyusun

    menu

    Menyediakan informasi mengenai

    faktor lain yang dapat diubah atau

    dihilangkan untuk meningkatkan

    masukan diet

  • d. Kuran memahami pembatasan

    diet

    e. Stomatitis

    Menyediakan makanan

    kesukaan pasien dalam batas-

    batas diet

    Tingkatkan masukan protein

    yang mengandung nilai biologis

    tinggi seperti : telur, produk

    susu, dan daging

    Anjurkan camilan tinggi kalori,

    rendah protein, rendah natrium,

    diantara waktu makan

    Ciptakan lingkungan yang

    menyenangkan selama waktu

    makan

    Timbang berat badan harian

    Kaji bukti adanya masukan

    protein yang tidak adekuat

    a. Pembentukan edema

    b. Penyembuhan yang lambat

    c. Penurunan kadar albumin

    serum

    Mendorong peningkatan masukan

    diet

    Protein lengkap diberikan untuk

    mencapai keseimbangan nitrogen

    yang diperlukan untuk pertumbuhan

    dan penyembuhan

    Mengurangi makanan dan protein

    yang dibatasi dan menyediakan kalori

    untuk energy, membagi protein untuk

    pertumbuhan dan pertumbuhan

    jaringan

    Faktor yang tidak menyenangkan

    yang berperan menimbulkan anoreksia

    dihilangkan.

    Untuk memantau status cairan dan nutris

    Masukan protein yang tidak adekuat dapat menyebabkan penurunan

    albumin dan protein lain,

    pembentukan edema, dan perlambatan

    penyembuhan

    3. Diagnosa Keperawatan :. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan status

    metabolic, sirkulasi,sensasi, penurunan turgor kulit, penurunan aktivitas, akumulasi ureum

    dalam kulit.

    Tujuan : Tidak terjadi kerusakan integritas kulit

    Kriteria Hasil : Kulit tidak kering, hiperpigmentasi berkurang, memar pada kulit berkurang

  • Intervensi Rasional

    Kaji terhadap kekeringan kulit,

    pruritis, ekskoriasi, dan infeksi

    Kaji terhadap adanya petekie

    dan purpura

    Monitor lipatan kulit dan area

    yang edema

    Gunting kuku dan pertahankan

    kuku terpotong pendek dan

    bersih

    Kolaborasi :

    Berikan pengobatan

    antipruritis sesuai pesanan.

    Perubahan mungkin disebabkan oleh

    penurunan aktivitas kelenjar keringat

    atau pengumpulan kalsium dan posfat

    pada lapisan kutaneus.

    Perdarahan yang abnormal sering

    dihubungkan dengan penurunan

    jumlah dan fungsi platelet akibat

    uremia

    Area-area ini sangat mudah terjadinya

    injuri

    Penurunan curah jantung

    mengakibatkan gangguan perfusi

    ginjal, retensi natrium / air, dan

    penurunan urine output.

    Mengurangi stimulus gatal pada kulit

    4. Diagnosa Keperawatan : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia,

    retensi produk sampah dan prosedur dialysis.

    Tujuan : Berpartisipasi dalam aktivitas yang dapat ditoleransi

    Kriteria Hasil : Meningkatkan rasa sejahtera, dan dapat berpartisipasi dalam aktivitas

    perawatan mandiri yang dipilih

    Intervensi Rasional

    Kaji faktor yang menimbulkan

    keletihan :

    a. Anemia

    b. Ketidakseimbangan cairan dan

    elektrolit

    c. Retensi produk sampah

    d. Depresi

    Tingkatkan kemandirian dalam

    aktivitas perawatan diri yang

    dapat ditoleransi, bantu jika

    keletihan terjadi

    Menyediakan informasi tentang

    indikasi tingkat keletihan

    Meningkatkan aktivitas ringan/sedang

    dan memperbaiki harga diri

    Mendorong latihan dan aktivitas

  • Anjurkan aktivitas alternative

    sambil istirahat

    Anjurkan untuk beristirahat

    setelah dialisis

    dalam batas-batas yang dapat

    ditoleransi dan istirahat yang adekuat

    Istirahat yang adekuat dianjurkan

    setelah dialysis yang bagi banyak

    pasien sangat melelahkan.

    5. Diagnosa Keperawatan :. Gangguan konsep diri ( gambaran diri ) berhubungan dengan

    penurunan fungsi tubuh, tindakan dialysis, koping maladaptif

    Tujuan : Pasien mampu mengembangkan koping yang positif

    Kriteria Hasil : -Pasien kooperatif pada setiap intervensi keperawatan,

    - Mampu menyatakan atau mengomunikaasikan dengan orang terdekat tentang situasi dan

    perubahan yang sedang terjadi

    - Mampu menyatakan penerimaan diri terhadap komunikasi

    - Mengakui dan menggabungkan perubahan kedalam konsep diri dengan cara yang akurat

    tanpa harga diri yang negatif

    Intervensi Rasional

    Kaji perubahan dari gangguan

    persepsi dan hubungan dengan

    derajat ketidak mampuan

    Identifikasi arti dari kehilangan

    atau disfungsi pada pasi

    Anjurkan klien untuk

    mengekspresikan perasaan

    Bantu dan anjurkan perawatan

    yang baik dan memperbaiki

    kebiasaan

    Anjurkan orang yang terdekat

    Menentukan bantuan individual

    dalam menyusun rencana perawatan

    atau pemilihan intervensi

    Mekanisme koping pada beberapa

    pasien dapat menerima dan mengatur

    perubahan fungsi secara efektif

    dengan sedikit penyesuaian diri,

    sedangkan yang lain mengalami

    koping maladaptive dan mempunyai

    kesulitan dalam membandingkan,

    mengenal, dan mengatur, kekurangan

    yang terdapat pada dirinya

    Menunjukan penerimaan, dan

    membantu pasien untuk mengenal dan

    mulai menyesuaikan dengan perasaan

    tersebut

    Membantu meningkatkan perasaan

    harga diri dan mengontrol lebih dari

    satu area kehidupan

  • untuk mengijinkan pasien

    melakukan sebanyak-

    banyaknya hal-hal untuk

    dirinya

    Dukung perilaku atau usaha

    seperti peningkatan minat atau

    partisipasi dalam aktivitas

    rehabilitasi

    Menghidupkan kembali perasaan

    kemandirian dan membantu

    erkembangan harga diri, serta

    memengaruhi proses rehabilitasi

    Pasien dapat beradaptasi terhadap

    perubahan dan pengertian tentang

    peran individu masa mendatang

    6. Diagnosa Keperawatan : Kurangnya pengetahuan tentang kondisi , prognosis, dan

    kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.

    Tujuan : Meningkatkan pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan

    Kriteria Hasil : Meningkatkan pengetahuan pasien mengenai penyakit yang dideritanya.

    Intervensi Rasional

    Kaji pemahaman mengenai

    penyebab gagal ginjal,

    konsekuensinya dan

    penanganannya :

    a. Penyebab gagal ginjal pasien

    b. Pengertian gagal ginjal

    c. Pemahaman mengenai fungsi

    renal

    d. Hubungan antara cairan,

    pembatasan diet dengan gagal

    ginjal

    e. Rasional penanganan

    (hemodialisis, dialysis

    peritoneal, transplantasi)

    Jelaskan fungsi renal dan

    konsekuensi gagal ginjal sesuai

    dengan tingkat pemahaman dan

    kesiapan pasien untuk belajar

    Bantu pasien untuk

    mengidentifikasi cara-cara

    untuk memahami berbagai

    perubahan akibat penyakit dan

    penanganan yang

    mempengaruhi hidupnya

    Sediakan informasi baik tertulis

    Merupakan instruksi dasar untuk

    penjelasan dan penyuluhan lebih

    lanjut

    Pasien dapat belajar tentang gagal

    ginjal dan penanganan setelah mereka

    siap untuk memahami dan menerima

    diagnosis dan konsekuensinya

    Pasien dapat melihat bahwa

    kehidupannya tidak harus berubah

    akibat penyakit

  • maupun secara oral dengan

    tepat tentang :

    a. Fungsi dan kegagalan renal

    b. Pembatasan cairan dan diet

    c. Medikasi

    d. Melaporkan masalah, tanda dan

    gejala

    e. Jadwal tindak lanjut

    f. Sumber di komunitas

    g. Pilihan terapi

    Pasien memiliki informasi yang dapat

    digunakan untuk klarifikasi

    selanjutnya di rumah