Full Laporan Kkl

download Full Laporan Kkl

of 29

Transcript of Full Laporan Kkl

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Jawa Pos adalah surat kabar harian yang berpusat di Surabaya, Jawa Timur. Jawa Pos merupakan surat kabar harian terbesar di Jawa Timur, dan merupakan salah satu surat kabar harian dengan oplah terbesar di Indonesia. Sirkulasi Jawa Pos menyebar di seluruh Jawa Timur, Bali, dan sebagian Jawa Tengah dan DI Yogyakarta. Jawa Pos mengklaim sebagai "Harian Nasional yang Terbit dari Surabaya". Meluasnya pemakaian teknologi digital sebagai pengantar informasi telah membuka jalan bagi Indonesia memasuki era New Media. Sejumlah grup industri media besar nasional secara strategis telah menyiapkan langkah konvergensi Berkembangnya teknologi komunikasi dan informasi (information and communication technology / ICT) selama dekade terakhir membawa tren baru di dunia industri komunikasi yakni hadirnya beragam media yang menggabungkan teknologi komunikasi baru dan teknologi komunikasi massa tradisional. Pada dataran praktis maupun teoritis, fenomena yang sering disebut sebagai konvergensi media melalui dunia digital. Internet menjadi teknologi konvergensi yang menyatukan berbagai platform media dalam satu bentuk baru media. Ada dua karakter baru dari media yang bertumbuh lewat internet. Pertama, kecenderungannya menyajikan peristiwa secara cepat dan dihadirkan lewat beragam platform sekaligus, dari video, suara dan teks. Kedua, melalui teknologi digital, pesan atau informasi menyebar secara horisontal, dari satu pengguna ke satu komunitas, atau sebaliknya. Misalnya, kemunculan YouTube, aplikasi jejaring sosial berbasis video, membuat berbagai peristiwa penting dikirim oleh individu dan dengan sekejap informasi bergambar itu bisa diakses secara global. Itu sebabnya, mengingat aspek strategis dari multimedia.

1

Teknologi Informasi yang ada pada Jawa Pos saat ini tidak hanya terfokus di bidang surat kabar saja. Melainkan untuk mengembangkan bisnis informasi ini, mulailah diatur cara pengembangan itu dengan merancang sistem jaringan untuk di implementasikan tidak hanya melalui surat kabar, tapi juga melalui jaringan internet. Konvergensi Jawa Pos ini merancang sistem jaringan berbasis web, LAN, dan sebuah jaringan yang terkoneksi ke setiap user dengan unit lain bahkan cabang-cabang Jawa Pos di luar kota Surabaya. Dengan perkembangan seperti ini Jawa Pos berhak dan layak disebut sebagai jaringan berita terluas dan terbesar di Indonesia. Pengembangan IT hanya untuk memaksimalkan kualitas layanan terhadap masyarakat, dilihat dari antusias masyarakat yang cepat tanggap menghadapi berita-berita baru yang ada. Disamping dengan berkembangnya IT saat ini bukan sebagai suatu ketakutan yang mendalam, tapi dapat dijadikan ide pikiran menjadikan sumber daya manusia untuk lebih kreatif dan mengimbangi perkembangan yang ada. I.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat diambil rumusan masalah konvergensi media teknologi dan sistem keamanan jaringan komputer di Jawa Pos Group. I.3. Pembatasan Masalah Dalam laporan ini mengingat keterbatasan yang ada dan juga agar masalah tidak semakin meluas, maka Penulis memberikan beberapa batasan-batasan mengenai konvergensi media teknologi dan sistem keamanan jaringan komputer.

2

I.4. Tujuan I.4.1. Tujuan penulis membuat laporan KKL sebagai berikut: 1. Dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.2. Memperoleh informasi untuk menjadi tenaga kerja yang memiliki keahlian

profesional. 3. Diharapkan setelah penyusunan laporan KKL ini, pemahaman penulis tentang sistem keamanan jaringan komputer dan konvergensi media teknologi akan lebih baik dan bermanfaat. I.4.2. Tujuan Pembuatan Laporan KKL bagi mahasiwa antara lain:1. Sebagai bukti melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan pada Kantor / Instansi

khususnya di Jawa Pos Group Surabaya. 2. Sebagai pedoman untuk pembuatan karya tulis selanjutnya.3. Mengumpulkan data, guna kepentingan sekolah dan khususnya mahasiswa

sendiri dan juga untuk menunjang peningkatan pengetahuan mahasiswa di tingkat selanjutnya. I.5. Manfaat 1. Mampu melihat hubungan antara dunia kerja dan dunia pendidikan. 2. Mampu menggunakan pengalaman kunjungan untuk mendapatkan kesempatan kerja yang diinginkan setelah menyelesaikan kuliahnya. 3. Sebagai pengalaman awal buat mahasiswa sebelum terjun langsung ke dunia kerja yang nyata dan wadah untuk menjalin kerjasama yang baik antara lembaga pendidikan dengan pihak instansi yang terkait.

3

I.6. Tinjauan Pustaka Syafrizal, melwin, 2005 (Pengantar Jaringan Komputer) Jaringan komputer adalah sebuah kumpulan komputer, printer dan peralatan lainnya yang terhubung. Informasi dan data bergerak melalui kabelkabel sehingga memungkinkan pengguna jaringan komputer dapat saling bertukar dokumen dan data, mencetak pada printer yang sama dan bersama sama menggunakan hardware/software yang terhubung dengan jaringan. Stiawan, deris, 2005 (sistem keamanan komputer) Keamanan sistem informasi internet setiap harinya server-server yang terkoneksi 24 jam ke internet selalu menghadapi ancaman dari para hecker atau internet freaks lainnya dengan niatan kriminal tertentu atau juga untuk memberi masukan akan adanya celah keamanan diberbagai server sekaligus beserta system operasinya. I.7. Sistematika Penulisan Dalam penyusunan laporan KKL ini, penulis mengacu pada ketentuan yang terdapat di buku panduan penulisan laporan KKL Universitas Muria Kudus. Berikut ini adalah sistematika pembahasan pada laporan KKL ini agar dapat memperoleh suatu garis besar dan jalan pikiran yang terkandung dalam pembuatan laporan ini. BAB I Pendahuluan Dalam bab pendahuluan ini berisikan Latar Belakang, Perumusan Masalah, Pembatasan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, tinjauan pustaka serta sistematika penulisan.

4

BAB II

Tinjauan Umum Objek Kunjungan Berisi tentang objek kunjungan, yaitu perusahaan yang telah dikunjungi dalam kegiatan Kuliah Kerja Lapangan. Pada bab ini disampaikan gambaran secara umum perusahaan, spesifikasi produk yang dihasilkan, struktur organisasi dan alamat perusahaan.

BAB III

Pembahasan Bab ini berisi tentang pembahasan penjabaran topik yang diangkat dari perusahaan yang dikunjungi, berkaitan dengan sistem keamanan jaringan komputer dan konvergensi media teknologi yang terdapat di Jawa Pos Group.

BAB IV

Penutup Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran, yaitu kesimpulan topik yang telah dibahas di Bab III sebelumnya. Saran ditujukan kepada mahasiswa berikutnya yang akan mengangkat topik yang sama walau perusahaan berbeda.

5

BAB II TINJAUAN UMUM OBJEK KUNJUNGANII.1. Sejarah PT. Jawa Pos Group - Sekarang Seperti diketahui, jaringan media Jawa Pos Group hingga semester I tahun 2010 ini sudah lebih dari 165 media cetak, yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Sebagai media berjaringan, group ini sudah menjadi yang terbesar di Indonesia dengan jangkauan terluas di seluruh ibu kota provinsi dan kota-kota besar lain di negeri ini. Dan terbukti semakin kokoh. Berawal dari sebuah koran di Kota Surabaya yang hampir mati, Jawa Pos mengembangkan media cetak ini menjadi spektakuler seperti sekarang. Jawa Pos sendiri lahir pada 1 Juli 1949. Pendirinya adalah The Chung Shen (Soeseno Tejo), dengan Gho Cheng Hok sebagai pemimpin redaksi pertama. Kantor pertama Jawa Pos berada di Jalan Kembang Jepun, samping Jembatan Merah yang lagunya sangat tersohor itu. Dari China Town-nya Surabaya itu berkembang pesat sejak era 90-an. Soeseno resmi mendirikan PT Perusahaan Penerbitan dan Percetakan Djava Post Concern Limited, penerbit surat kabar Java Post. Dalam perjalanan waktu bentuk dan nama Java Post berubah menjadi DJAWA POST (1959), DJAWA POS (1970), JAWA POS (1982), dan Jawa Pos (1986). Dengan usahanya, The Chung Sen (Soeseno Tejo) berhasil mengangkat nama Jawa Pos sehingga pada tahun 1950-an, Jawa Pos mampu menambah surat kabarnya menjadi tiga, yaitu dalam bahasa Indonesia, bahasa Tionghoa, dan bahasa Belanda. Kemudian, Koran harian berbahasa Belanda dilarang oleh Pemerintahan Soekarno. Sedangkan yang berbahasa Tionghoa tidak terbit sama sekali, karena buntut pencekalan pengekangan aktivitas ekonomi terhadap etnis tiong hoa saat itu. Tinggalah, Jawa Pos yang semakin lama, oplahnya semakin menurun. Karena ketiga putera Soeseno Tedjo tidak satupun yang tinggal di Indonesia untuk membantu menjalankan perusahaannya, maka Soeseno Tedjo tidak berani menanamkan modal pada mesin cetak generasi baru yang lebih modern untuk

6

meningkatkan kualitas penerbitan. Oleh karena itu hasil cetaknya semakin menurun hingga tinggal 6.700 eksemplar per hari.

The Chun Sen (1904-1989) Eric Samola (1937- 2000) Gambar 2.1 Pimpinan Redaksi

Dahlan Iskan (CEO)

Pada tanggal 1 April 1982 saham PT. Jawa Pos dibeli oleh PT. Grafiti Pers yang menerbitkan majalah Tempo dan Direktur Utama PT Grafiti Pers, Eric Samola, memberi mandat kepada Dahlan Iskan untuk menjadi pemimpin Jawa Pos. Alasan atas jatuhnya pilihan Eric Samola terhadap Dahlan Iskan adalah : "Saya itu kalau memilih orang, saya lihat dulu matanya. Saya lihat sorot mata saudara Dahlan, itu mencerminkan adanya semangat yang tinggi, dan keinginan maju yang besar." Ada cerita yang sangat menarik dalam perjalanan Dahlan saat direkrut sebagi pemimpin Jawa Pos, oleh Eric Samola. Seperti yang ditulisnya dalam memoar, Warisan samola, Karya Dahlan Iskan. Ketika untuk pertama kalinya Eric Samola, Dirut TEMPO tersebut berkunjung ke kantor TEMPO biro Surabaya, tempat Dahlan Iskan berkantor. Eric Samola tidak sempat duduk. Lebih tepatnya, menurut Dahlan, "saya kira bingung, mau duduk dimana. Bukan karena tidak ada kursi, tapi memang tidak ada kursi yang layak untuk duduk seorang tamu seperti Eric Samola. Kursi tamu yang ada adalah kursi yang bahkan sudah jeglong di tengahnya. Kursi itu tidak layak lagi karena kelihatan berdebu". Kantor Tempo Surabaya saat itu memang sangat sederhana, tepatnya jelek sekali. Letaknya di sebuah gang di kampung dekat rumah sakit umum Dr. Soetomo. Yakni Gubeng Airlangga Gang II Surabaya. kantor itu berupa sebuah rumah yang dinding depannya mepet ke gang. Lantainya semen yang sudah ditambal sana-sini. Kantor ini bahkan tidak bisa disebut kantor. Ini memang sebuah rumah biasa yang

7

salah satu kamar depannya digunakan untuk kantor TEMPO. Karena rumah ini berstatus kontrak maka tidak boleh ada ide untuk membuat pintu baru yang khusus bisa masuk langsung ke kamar yang difungsikan kantor itu. Maka semua tamu kantor juga harus masuk dari satu-satunya pintu depan rumah. Dari ruang tamu, ke ruang kantor, harus melewati satu pintu triplek tanpa kusen. Bisa dibayangkan, betapa kikuknya Dahlan Iskan saat menerima tamu besarnya tersebut, yang kelihatan ragu untuk masuk. Perjalanan waktu kerja keras Dahlan Iskan yang luar biasa, membuahkan hasil dengan kesuksesan yang luar biasa pula. Kini Gedung Graha Pena menjulang di kota Surabaya, disampingnya ada gedung olahraga megah yang biasa digunakan untuk liga basket DBL. Tahun 2002 dibangun pula Gedung Graha Pena di Jakarta. Dan, saat ini bermunculan gedung-gedung Graha Pena di hampir semua wilayah di Indonesia. Ini sebagai bukti bahwa kesuksesan Jawa Pos tidak muncul tiba-tiba, tapi dimulai dari kantor berpintu triplek tanpa kusen. Pada tanggal 29 Mei 1985 berdasarkan Akte Notaris Liem Sien Hwa SH No.23 Pasal 1 menyatakan merubah nama PT. Jawa Pos Concern menjadi PT. Jawa Pos hingga sekarang. Perubahan lain yang dilakukan PT. Jawa Pos adalah dalam hal permodalan. Modal yang semula hanya dimiliki secara tunggal oleh Bapak Soeseno Tedjo, maka sehubungan dengan peraturan Menteri Penerangan No. 01/per/Menpen/84 tentang Surat Izin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP) khususnya tentang kepemilikan saham, maka 20% dari saham perusahaan dapat dimiliki oleh wartawan dan karyawan sedangkan 80% yang lain dimiliki oleh PT Grafiti Pers sebagai induk perusahaan PT. Jawa Pos. Dari beberapa perbaikan tersebut, maka banyak sekali perubahan-perubahan. Tercatat : tahun 1986, dalam sebulan oplah Koran ini naik dari 40.000 menjadi 80.000; tahun 1900 oplah Jawa Pos meningkat menjadi 300.000 eksemplar dan pada awal tahun 1991 melambung menjadi 600.000 eksemplar. Perkembangan yang sangat pesat ini tercatat sebagai perkembangan tercepat.

8

Lima tahun kemudian, terbentuklah Jawa Pos News Network (JPNN), salah satu jaringan surat kabar terbesar di Indonesia, dimana memiliki lebih dari 80 surat kabar, tabloid, dan majalah, serta 40 jaringan percetakan di Indonesia.

Gambar 2.2 Gedung Olahraga Liga Basket DBL II.1.1. Sejarah Temprina Media Grafika Berdirinya PT Temprina Media Grafika yang beralamat di Jl. Karah Agung No.45, Surabaya merupakan satu terobosan besar yang dilakukan PT Jawa Pos untuk mendukung aspek mutu atau kualitas, ketepatan waktu, dan jumlah sesuai yang diminta dalam layanan percetakannya. Surat kabar Jawa Pos, oplahnya semakin bertambah sehingga membutuhkan tambahan mesin-mesin cetak. Untuk mengoptimalkan kapasitas produksi selain untuk mencetak koran Jawa Pos, maka mesin-mesin tersebut juga dipergunakan untuk mencetak media cetak selain koran Jawa Pos. Mengintegrasikan layanan Sistem Cetak Jarah Jauh (SCJJ) yang dimulai tahun 1996. Pengembangannya kemudian diperluas lagi yaitu pada tahun 1997 ke Solo, 1998 ke Bekasi, 1999 ke Banyuwangi, 2000 ke Nganjuk, 2001 ke Bali, 2002 ke Cengkareng, 2003 ke Semarang, dan 2005 ke Jember. Pengembangan pasar komersial di luar cetakan reguler untuk mengurangi idle capacity dari mesin-mesin cetak koran (mesin web), yang mana secara umum hanya terpakai 35% dari kapasitas yang sebenarnya. Selain itu ditujukan untuk membuka peluang bisnis development baru yaitu peluang untuk meningkatkan other income. Meningkatkan kualitas pengelolaan manajemen perusahaaan 9

dengan upaya perbaikan yang berkelanjutan (continuous Improvement) melalui penerapan sistem manajemen mutu ISO 9001 : 2000. Sampai sekarang, PT Temprina Media Grafika tetap menjadi salah satu anak perusahaan dari PT Jawa Pos. Bidang kegiatan PT Temprina Media Grafika adalah percetakan dalam bidang Web Rotary Offset Printing, Sheeetfed Printing dan Finishing yang menghasilkan produk koran, tabloid, majalah, buku, dan produk media cetak lainnya. Selain didukung oleh mesin-mesin cetak yang berteknologi tinggi maka PT Temprina Media Grafika juga didukung oleh SCJJ (Sistem Cetak Jarah Jauh) yang sudah menjangkau kota-kota besar di Indonesia. Disamping mesin dan teknologi, PT Temprina Media Grafika juga didukung oleh SDM berkualitas yang tersebar di wilayah Surabaya (Karah Agung dan Graha Pena), Bekasi, Cengkareng, Surakarta, Semarang, Nganjuk, Jember, dan Denpasar mulai dari tingkat Direksi, Operasional Manager, Manager, Kepala Seksi, Kepala Regu, Wakil Kepala Regu, dan Staff Pelaksana, serta Operator.

Gambar 2.3 Temprina Media Grafika Kekuatan negosiasi dari Misbahul Huda (Direktur Utama), kemampuan luar biasa dari "Jenderal Lapangan" Mashud Yunasa (Direktur Marketing), dan inovasi-inovasi yang diidekan Asrul Ananda, dalam melakukan terobosan, kesabaran "penjaga gawang" Keuangan, Mohamad Farid (direktur Keuangan), "low profilenya" Mursyid Burhanuddin menjadikan JP Books yang dikelola PT JePe Press media Utama, masuk dalam kancah persaingan penerbitan buku. Dan yang paling mengesankan, adalah JP BOOKS menjadi leader dalam mengawal program pemerintah, yakni kebijakan pemerintah tentang perlu diterbitkannya

10

Buku Sekolah Elektronik (BSE). Imbas dari running-nya JP BOOKS dalam memperbanyak BSE atau Buku murah ini menjalar ke perusahaaan percetakan PT Temprina Media Grafika. Menurut Ahmad Djunaidi (Direktur bidang pengembangan), "sejak JP BOOKS memperbanyak buku murah/BSE, sumbangan pencetakan BSE terhadap TMG mencapai 40% omset". Sebuah angka yang cukup fantastis dan amat sangat menggembirakan, di tengah semakin ketatnya bisnis percetakan. II.2. Visi dan Misi Perusahaan II.2.1. Visi Menjadi Jejaring Percetakan Media Terbesar Di Indonesia II.2.2. Misi 1. Memberi layanan cetak media dan komersial dengan konsep One Stop Services. 2. Mensinergikan optimasi SDM, teknologi dan system. 3. Memberikan layanan terbaik dalam standar ketepatan waktu, mutu dan jumlah. II.3. Spesifikasi Produk Yang Dihasilkan Produk yang dihasilkan antara lain; koran, tabloid, majalah, buku, brosur dan cetakan proyek-proyek pemerintah. II.4. Alamat Perusahaan Alamat: Graha Pena Lt. 4, Jl A. Yani 88, Surabaya Telp/Fax : (031) 8202216/ (031) 8285555 - Graha Pena Lt. 5, Jl A. Yani 88, Surabaya Telp/Fax : (031) 8202253, 8202243 / (031) 8294573

11

II.5. Struktur Organisasi PT. Jawa Pos Group Surabaya dipimpin oleh seorang pemimpin umum. Secara umum struktur organisasi PT. Jawa Pos Group dapat digambarkan sebagai berikut:

PIMPINAN UMUM

PEMIMPIN REDAKSI

PEMIMPIN PERUSAHAAN

REDAKTUR PELAKSANA

SEKRETARIS REDAKSI

PRODUKSI

PEMASARAN

IKLAN

HRD

KOORDINATOR PELAKSANA

MANAGER PRODUKSI

PARA REDAKTUR WARTAWAN

LAYOUTER

TENAGA PRACETAK

PARA EDITOR

Gambar 2.4 Struktur Organisasi

II.5.1. Job Description 1. Pemimpin Umum : bertanggung jawab menjalankan organisasi perusahaan secara keseluruhan, memegang otoritas tertinggi dari seluruh kegiatan yang ada di dalam perusahaan, membawahi semua unit, baik yang ada di dalam lingkup keredaksian maupun perusahaan, namun pada kondisi tertentu tetap menjalankan fungsi kewartawanan dalam porsi yang disesuaikan.

12

2. Pemimpin Redaksi : bertanggung jawab menjalankan organisasi keredaksian sehari-hari, dan pada kondisi tertentu tetap menjalankan fungsi kewartawanan dalam porsi yang disesuaikan. 3. Pemimpin Perusahaan : membawahi segala kegiatan terkait pemasaran produk, produksi, promosi, sirkulasi, iklan, pengelolaan SDM, berbagai perjanjian kerjasama, dan sebagainya. Semua kegiatan baik pada bagian redaksi maupun perusahaan, dipimpin oleh seorang pemimpin umum. 4. Redaktur Pelaksana :a. Bertanggung jawab atas kegiatan operasional redaksi sehari-hari.

b. Membawahi dan mengkoordinasikan kegiatan beberapa unit menajerial di bawahnya.c. Menjabarkan dan mengawasi pelaksanaan konsep media yang telah

digariskan dalam perencanaan peliputan, penulisan hingga penyajiannya. d. Menyusun rencana kerja redaksi per empat bulan, enam bulan, dan atau per tahun. e. Bertanggung jawab atas perencanaan dan pengembangan tenaga di redaksi. f. Menyelenggarakan rapat evaluasi di antara beberapa unit manajerial yang dibawahinya, setidaknya sekali dalam seminggu, atau sebulan atau dalam batas waktu yang disepakati. g. Pada kondisi tertentu, tetap menjalankan fungsi kewartawanan dalam porsi yang disesuaikan. h. Melakukan pengawasan dan pembinaan pada unit kerja di bawahnya. i. Bertanggung jawab pada pemimpin redaksi.

13

5. Sekretaris Redaksi : a. Bertanggung jawab atas perencanaan, pengadaan, pengembangan dan

keuangan redaksi. b. Bertanggung jawab atas pengadaan tenaga di redaksi serta sarana pendukungnya. c. Menyelenggarakan kegiatan monitoring prestasi wartawan serta membuat evaluasi hasil kerja wartawan/koresponden. d. Bertugas menyampaikan berbagai informasi dan perkembangan baik di dalam maupun di luar redaksi pada pemred dan redpel. e. Bertugas mengatur, menyelenggarakan dan menghadiri rapat-rapat redaksi. f. Menangani administrasi agenda keredaksian dan perencanaan peliputan, serta bertanggung jawab pada pemred dan redpel.6. Koordinator Peliputan : a. Bertanggung jawab terhadap peliputan seluruh desk/bidang/halaman.

b. Menyusun perencanaan peliputan bersama redaktur. c. Menjabarkan dan mengawasi pelaksanaan konsep media. d. Memberi arah liputan, serta memperkaya visi redaktur dan reporter. e. Menyelenggarakan rapat evaluasi dengan para redaktur paling tidak dua minggu sekali.f. Pada kondisi tertentu tetap menjalankan fungsi kewartawanan dalam porsi

yang disesuaikan. g. Menjalankan fungsi pengawasan dan pembinaan pada unit kerja yang dibawahinya. h. Bertanggung jawab pada redaktur pelaksana.7. Manager Produksi : bertanggung jawab atas proses produksi, mulai dari

perencanaan hingga tahap pracetak, termasuk penugasan reporter setelah berkoordinasi dengan koordinator peliputan dan redaktur.

14

8. Para Redaktur : a. Membawahi dan mengkoordinasi wartawan dan koresponden. b. Membuat perencanan sehari-hari, baik mengenai hal baru, follow up, maupun penggalian suatu topik/isu yang telah, belum atau sedang diberitakan sesuai dengan bidangnya masing-masing. c. Memberi arahan (konsultasi) dan pengawasan kepada para reporter atas rencana liputan, penyelenggaraan lapangan, serta hasil liputan, seperti menentukan dan mempertajam angle (sudut pandang), lead (teras berita), kelengkapan data termasuk dukungan data dokumentasi/kepustakaan, menambah wawasan penyajian, dan menentukan pembuatan ilustrasi, foto dan grafis.9. Wartawan : bertugas mencari dan menyebarkan berita dan bertanggung

jawab kepada redaktur.10. Layouter : bertugas mengatur tata letak tulisan dan foto. 11. Para Editor : bertugas melakukan pengeditan terhadap tulisan maupun

foto yang akan diterbitkan.12. Tenaga Pracetak : menerima bahan yang akan dicetak dari para editor. 13. Produksi : melakukan kegiatan produksi. 14. Pemasaran : bertugas memasarkan produk yang telah dihasilkan. 15. Iklan : memproduksi iklan untuk kepentingan perusahaan. 16. HRD : melakukan kegiatan pengelolaan sumber daya manusia yang ada.

15

BAB III PEMBAHASAN

III.1. Definisi Konvergensi Media Teknologi Konvergensi media teknologi adalah berkembangnya teknologi

komunikasi dan informasi beragam media yang menggabungkan teknologi komunikasi baru dan teknologi komunikasi massa tradisional melalui dunia digital. Berkembangnya teknologi komunikasi dan informasi (information and communication technology / ICT) selama dekade terakhir membawa tren baru di dunia industri komunikasi, yakni hadirnya beragam media yang menggabungkan teknologi komunikasi baru dan teknologi komunikasi massa tradisional. Pada dataran praktis maupun teoritis, fenomena yang sering disebut sebagai konvergensi media ini memunculkan beberapa konsekuensi penting. Di ranah praktis, konvergensi media bukan saja memperkaya informasi yang disajikan, melainkan juga memberi pilihan kepada khalayak untuk memilih informasi yang sesuai dengan selera mereka. Tidak kalah serius, konvergensi media memberikan kesempatan baru yang radikal dalam penanganan, penyediaan, distribusi dan pemrosesan seluruh bentuk informasi baik yang bersifat visual, audio, data dan sebagainya. Fenomena jurnalisme online sekarang ini menjadi contoh menarik. Khalayak pengakses media konvergen alias pembaca tinggal meng-click informasi yang diinginkan di komputer yang sudah dilengkapi dengan aplikasi internet untuk mengetahui informasi yang dikehendaki dan sejenak kemudian informasi itupun muncul. Alhasil, aplikasi teknologi komunikasi terbukti mampu mem-by pass jalur transportasi pengiriman informasi media kepada khalayaknya. Di sisi lain, jurnalisme online juga memampukan wartawan untuk terus-menerus meng-up

16

date informasi yang mereka tampilkan seiring dengan temuan-temuan baru di lapangan. Dalam konteks ini, konsekuensi lanjutnya adalah berkurangnya fungsi editor dari sebuah lembaga pers karena wartawan relatif mempunyai kebebasan untuk segera meng-up load informasi baru tanpa terkendala lagi oleh mekanisme kerja lembaga pers konvensional yang relatif panjang. Pada asas teoritik, dengan munculnya media konvergen maka sejumlah pengertian mendasar tentang komunikasi massa tradisional terasa perlu diperdebatkan kembali. Konvergensi menimbulkan perubahan signifikan dalam ciri-ciri komunikasi massa tradisional atau konvensional. Media konvergen memadukan ciri-ciri komunikasi massa dan komunikasi antar pribadi dalam satu media sekaligus. Karenanya, terjadi apa yang disebut sebagai demasivikasi (demasssification), yakni kondisi di mana ciri utama media massa yang menyebarkan informasi secara pasif menjadi lenyap. Arus informasi yang berlangsung menjadi makin personal, karena tiap orang mempunyai kebebasan untuk memilih informasi yang mereka butuhkan. Dalam teknologi komunikasi baru, memungkinkan sebuah media memfasilitasi komunikasi interpersonal yang termediasi. Dahulu ketika internet muncul di penghujung abad ke-21, pengguna internet dan masyarakat luas masih mengidentikkannya sebagai alat semata. Berbeda halnya sekarang, internet menjadi media tersendiri yang bahkan mempunyai kemampuan interaktif. Sifat interactivity dari penggunaan media konvergen telah melampaui kemampuan potensi umpan balik (feedback), karena seorang khalayak pengakses media konvergen secara langsung memberikan umpan balik atas pesan-pesan yang disampaikan. Karakteristik komunikasi massa tradisional di mana umpan baliknya tertunda menjadi lenyap karena kemampuan interaktif media konvergen. Oleh karenanya, diperlukan pendekatan baru di dalam melihat fenomena komunikasi massa. Disebabkan karena sifat interactivity media komunikasi baru, maka pokokpokok pendekatan linear (SMCRE = Source Message Channel Receiver Effect/feedback) komunikasi massa terasa kurang relevan lagi untuk media konvergen. 17

Dalam konteks yang lebih luas, konvergensi media sesungguhnya bukan saja memperlihatkan perkembangan teknologi yang kian cepat. Konvergensi mengubah hubungan antara teknologi, industri, pasar, gaya hidup dan khalayak. Singkatnya, konvergensi mengubah pola-pola hubungan produksi dan konsumsi, yang penggunaannya berdampak serius pada berbagai bidang seperti ekonomi, politik, pendidikan, dan kebudayaan. Di negara maju semacam Amerika sendiri terdapat tren menurunnya pelanggan media cetak dan naiknya pelanggan internet. Bahkan diramalkan bahwa dalam beberapa dekade mendatang di negara tersebut masyarakat akan meninggalkan media massa tradisional dan beralih ke media konvergen. Jika tren-tren seperti itu merebak ke berbagai negara, bukan tidak mungkin suatu saat nanti peran pers online akan menggantikan peran pers tradisional. Konvergensi memberikan kesempatan baru kepada publik untuk memperluas pilihan akses media sesuai selera mereka. Dari sisi ekonomi media, konvergensi berarti peluang-peluang profesi baru di dunia industri komunikasi. Tidak kalah pentingnya di dalam mempersiapkan sumber daya yang mampu merespon kebutuhan pasar ke depan adalah sektor pendidikan. Pendidikan sekarang harus mampu merespon tantangan perubahan yang salah satunya diakibatkan oleh merebaknya media konvergen. Terutama untuk jenjang pendidikan tinggi, diperlukan bukan saja kurikulum yang merangkum berbagai aspek teknis mekanis teknologi komunikasi baru (ICT); melainkan juga perlu ditanamkan kaidah-kaidah profesional sehingga pada saatnya nanti para lulusan dapat berkarya di masyarakat secara etis dan bertanggung jawab. III.2. Sistem Keamanan Jaringan Komputer Di dalam wawancara penulis kepada bagian IT saat berkunjung ke kantor pusat Jawa Pos Group di Surabaya, penulis mendapatkan informasi bahwa jaringan keamanan komputer wireless yang di gunakan di kantor Jawa Pos pusat tersebut, agar selalu terkoneksi dan terhubung dengan unit-unit yang lain. Jaringan Wireless atau Wireless Network memungkinkan melakukan komunikasi tanpa

18

melalui kabel jaringan. Akan tetapi piranti jaringan pada Jaringan Wireless / Wireless Network masih perlu berkomunikasi dengan piranti lainnya yang ada pada jaringan kabel LAN. Komunikasi Jaringan Wireless / Wireless Network menggunakan bentuk energi elektromagnetik yang merambat melewati ruang. Energi merambat melalui udara pada berbagai panjang gelombang. Tergantung dari panjang gelombang itu sendiri, gelombang energi bisa kelihatan kasat mata ataupun tidak kelihatan. Pada dasarnya energi elektromagnetik dapat menembus melalui materi, akan tetapi tidak jarang materi memantulkan energi pada beberapa derajat dan menyerap sebagian energi juga. Beberapa panjang gelombang energi memerlukan suatu komunikasi untuk bisa terjadi jika berada pada satu garis saling lihat, karena panjang gelombang tersebut tidak bisa menembus atau melalui materi itu dengan baik. Sebagai contoh sebuah remote control televisi yang menggunakan gelombang infra merah, pada umumnya memerlukan komunikasi segaris lurus, tidak terhalang. III.2.1 Keamanan Jaringan Wireless LAN (WLAN) Jaringan Wifi memiliki lebih banyak kelemahan dibanding dengan jaringan kabel. Saat ini perkembangan teknologi wifi sangat signifikan sejalan dengan kebutuhan sistem informasi yang mobile. Banyak penyedia jasa wireless seperti hotspot komersil, ISP, Warnet, kampus-kampus maupun perkantoran sudah mulai memanfaatkan wifi pada jaringan masing-masing, tetapi sangat sedikit yang memperhatikan keamanan komunikasi data pada jaringan wireless tersebut. Hal ini membuat para hacker menjadi tertarik untuk mengexplore keamampuannya untuk melakukan berbagai aktifitas yang biasanya ilegal menggunakan wifi. Kelemahan jaringan wireless secara umum dapat dibagi menjadi 2 jenis yakni, kelemahan pada konfigurasi dan kelemahan pada jenis enkripsi yang digunakan. Salah satu contoh penyebab kelemahan pada konfigurasi karena saat ini untuk membangun sebuah jaringan wireless cukup mudah. Banyak vendor yang menyediakan fasilitas yang memudahkan pengguna atau admin jaringan

19

sehingga sering ditemukan wireless yang masih menggunakan konfigurasi wireless default bawaan vendor. Penulis sering menemukan wireless yang dipasang pada jaringan masih menggunakan setting default bawaan vendor seperti SSID, IP Address, remote manajemen, DHCP enable, kanal frekuensi, tanpa enkripsi bahkan user/password untuk administrasi wireless tersebut. WEP (Wired Equivalent Privacy) yang menjadi standart keamanan wireless sebelumnya, saat ini dapat dengan mudah dipecahkan dengan berbagai tools yang tersedia gratis di internet. WPAPSK dan LEAP yang dianggap menjadi solusi menggantikan WEP, saat ini juga sudah dapat dipecahkan dengan metode dictionary attack secara offline. Kelemahan Wireless pada Lapisan Fisik Wifi menggunakan gelombang radio pada frekwensi milik umum yang bersifat bebas digunakan oleh semua kalangan dengan batasan batasan tertentu. Setiap wifi memiliki area jangkauan tertentu tergantung power dan antenna yang digunakan. Tidak mudah melakukan pembatasan area yang dijangkau pada wifi. Hal ini menyebabkan berbagai dimungkinan terjadi aktifitas-aktifitas antara lain: a. Interception atau penyadapan Hal ini sangat mudah dilakukan, dan sudah tidak asing lagi bagi para hacker. Berbagai tools dengan mudah di peroleh di internet. Berbagai teknik kriptografi dapat di bongkar oleh tools tools tersebut. b. Injection

Pada saat transmisi melalui radio, dimungkinkan dilakukan injection karena berbagai kelemahan pada cara kerja wifi dimana tidak ada proses validasi siapa yang sedang terhubung atau siapa yang memutuskan koneksi saat itu. c. Jamming

Jamming sangat dimungkinkan terjadi, baik disengaja maupun tidak disengaja karena ketidaktahuan pengguna wireless tersebut. Pengaturan penggunaan kanal 20

frekwensi merupakan keharusan agar jamming dapat di minimalisir. Jamming terjadi karena frekwensi yang digunakan cukup sempit sehingga penggunaan kembali channel sulit dilakukan pada area yang padat jaringan nirkabelnya.d. Locating Mobile Nodes

Dengan berbagai software, setiap orang mampu melakukan wireless site survey dan mendapatkan informasi posisi letak setiap Wifi dan beragam konfigurasi masing masing. Hal ini dapat dilakukan dengan peralatan sederhana seperti PDA atau laptop dengan di dukung GPS sebagai penanda posisi. e. Access Control

Dalam membangun jaringan wireless perlu di design agar dapat memisahkan node atau host yang dapat dipercaya dan host yang tidak dapat dipercaya. Sehingga diperlukan access control yang baik. f. Hijacking Serangan MITM (Man In The Middle) yang dapat terjadi pada wireless karena berbagai kelemahan protokol tersebut sehingga memungkinkan terjadinya hijacking atau pengambil alihan komunikasi yang sedang terjadi dan melakukan pencurian atau modifikasi informasi. Kelemahan pada Lapisan MAC (Data Layer) Pada lapisan ini terdapat kelemahan yakni jika sudah terlalu banyak node (client) yang menggunakan channel yang sama dan terhubung pada AP yang sama, maka bandwidth yang mampu dilewatkan akan menurun. Selain itu MAC address sangat mudah di spoofing (ditiru atau di duplikasi) membuat banyak permasalahan keamanan. Lapisan data atau MAC juga digunakan dalam otentikasi dalam implementasi keamanan wifi berbasis WPA Radius (802.1x plus TKIP/AES).

21

III.2.2. Teknik Keamanan pada Wireless LAN Dibawah ini beberapa kegiatan dan aktifitas yang dilakukan untuk mengamanan jaringan wireless : a. Menyembunyikan SSID Banyak administrator menyembunyikan Services Set Id (SSID) jaringan wireless mereka dengan maksud agar hanya yang mengetahui SSID yang dapat terhubung ke jaringan mereka. Hal ini tidaklah benar, karena SSID sebenarnya tidak dapat disembuyikan secara sempurna. Pada saat-saat tertentu atau khususnya saat client akan terhubung (assosiate) atau ketika akan memutuskan diri (deauthentication) dari sebuah jaringan wireless, maka client akan tetap mengirimkan SSID dalam bentuk plain text, (meskipun menggunakan enkripsi) sehingga jika bermaksud menyadapnya, dapat dengan mudah menemukan informasi tersebut. Beberapa tools yang dapat digunakan untuk mendapatkan ssid yang dihidden antara lain, kismet (kisMAC), ssid_jack (airjack), aircrack , void11 dan masih banyak lagi. b. Keamanan wireless hanya dengan kunci WEP WEP merupakan standart keamanan dan enkripsi pertama yang digunakan pada wireless, WEP memiliki berbagai kelemahan antara lain : 1. Masalah kunci yang lemah, algoritma RC4 yang digunakan dapat dipecahkan. 2. WEP menggunakan kunci yang bersifat statis. 3. Masalah initialization vector (IV) WEP. 4. Masalah integritas pesan Cyclic Redundancy Check (CRC32). WEP terdiri dari dua tingkatan, yakni kunci 64 bit, dan 128 bit. Sebenarnya kunci rahasia pada kunci WEP 64 bit hanya 40 bit, sedang 24 bit merupakan Inisialisasi

22

Vektor (IV). Demikian juga pada kunci WEP 128 bit, kunci rahasia terdiri dari 104 bit. Serangan-serangan pada kelemahan WEP antara lain : a. Serangan terhadap kelemahan inisialisasi vektor (IV), sering disebut FMS attack. FMS singkatan dari nama ketiga penemu kelemahan IV yakni Fluhrer, Mantin, dan Shamir. Serangan ini dilakukan dengan cara mengumpulkan IV yang lemah sebanyak-banyaknya. Semakin banyak IV lemah yang diperoleh, semakin cepat ditemukan kunci yang digunakan. b. Mendapatkan IV yang unik melalui packet data yang diperoleh untuk diolah untuk proses cracking kunci WEP dengan lebih cepat. Cara ini disebut chopping attack, pertama kali ditemukan oleh h1kari. Teknik ini hanya membutuhkan IV yang unik sehingga mengurangi kebutuhan IV yang lemah dalam melakukan cracking WEP. c. Kedua serangan diatas membutuhkan waktu dan packet yang cukup, untuk mempersingkat waktu, para hacker biasanya melakukan traffic injection. Traffic Injection yang sering dilakukan adalah dengan cara mengumpulkan packet ARP kemudian mengirimkan kembali ke access point. Hal ini mengakibatkan pengumpulan initial vektor lebih mudah dan cepat. Berbeda dengan serangan pertama dan kedua, untuk serangan traffic injection, diperlukan spesifikasi alat dan aplikasi tertentu yang mulai jarang ditemui di toko-toko, mulai dari chipset, versi firmware, dan versi driver serta tidak jarang harus melakukan patching terhadap driver dan aplikasinya. c. MAC Filtering Hampir setiap wireless access point maupun router difasilitasi dengan keamanan MAC Filtering. Hal ini sebenarnya tidak banyak membantu dalam mengamankan komunikasi wireless, karena MAC address sangat mudah di spoofing atau bahkan dirubah. Spoofing adalah seni untuk menjelma menjadi sesuatu yang lain. Spoofing attack terdiri dari IP address dan node source atau tujuan yang asli atau yang valid diganti dengan IP address atau node source atau

23

tujuan yang lain. Tools ifconfig pada OS Linux/Unix atau beragam tools seperti network utilitis, regedit, smac, machange pada OS windows dengan mudah digunakan untuk spoofing atau mengganti MAC address. Penulis masih sering menemukan wifi di perkantoran dan bahkan ISP yang biasanya digunakan oleh warnet-warnet yang hanya menggunakan proteksi MAC Filtering. Dengan menggunakan aplikasi wardriving seperti kismet/kisMAC atau aircrack tools, dapat diperoleh informasi MAC address tiap client yang sedang terhubung ke sebuah Access Point. Setelah mendapatkan informasi tersebut, dapat terhubung ke Access point dengan mengubah MAC sesuai dengan client tadi. Pada jaringan wireless, duplikasi MAC adress tidak mengakibatkan konflik. Hanya membutuhkan IP yang berbeda dengan client yang tadi. d. Captive Portal Infrastruktur Captive Portal awalnya didesign untuk keperluan komunitas yang memungkinkan semua orang dapat terhubung (open network). Captive portal sebenarnya merupakan mesin router atau gateway yang memproteksi atau tidak mengizinkan adanya trafik hingga user melakukan registrasi/otentikasi. Berikut cara kerja captive portal : 1. User dengan wireless client diizinkan untuk terhubung wireless untuk mendapatkan IP address (DHCP). 2. Block semua trafik kecuali yang menuju ke captive portal (Registrasi/Otentikasi berbasis web) yang terletak pada jaringan kabel. 3. Redirect atau belokkan semua trafik web ke captive portal. 4. Setelah user melakukan registrasi atau login, izinkan atau buka akses ke jaringan (internet).

24

Beberapa hal yang perlu diperhatikan, bahwa captive portal hanya melakukan tracking koneksi client berdasarkan IP dan MAC address setelah melakukan otentikasi. Hal ini membuat captive portal masih dimungkinkan digunakan tanpa otentikasi, karena IP dan MAC address dapat dispoofing. Serangan dengan melakukan spoofing IP dan MAC. Spoofing MAC adress seperti yang sudah dijelaskan pada bagian Mac Filtering diatas. Sedang untuk spoofing IP, diperlukan usaha yang lebih yakni dengan memanfaatkan ARP cache poisoning, dapat dilakukan redirect trafik dari client yang sudah terhubung sebelumnya. Serangan lain yang cukup mudah dilakukan adalah menggunakan Rogue AP, yaitu mensetup Access Point (biasanya menggunakan HostAP) yang menggunakan komponen informasi yang sama seperti AP target seperti SSID, BSSID hingga kanal frekwensi yang digunakan. Sehingga ketika ada client yang akan terhubung ke AP, dapat dibelokkan trafiknya ke AP sebenarnya. Tidak jarang captive portal yang dibangun pada suatu hotspot memiliki kelemahan pada konfigurasi atau design jaringannya. Misalnya, otentikasi masih menggunakan plain text (http), managemen jaringan dapat diakses melalui wireless (berada pada satu network), dan masih banyak lagi. Kelemahan lain dari captive portal adalah bahwa komunikasi data atau trafik ketika sudah melakukan otentikasi (terhubung jaringan) akan dikirimkan masih belum terenkripsi, sehingga dengan mudah dapat disadap oleh para hacker. Untuk itu perlu berhati-hati melakukan koneksi pada jaringan hotspot, agar mengusahakan menggunakan komunikasi protokol yang aman seperti https,pop3s, ssh, imaps dst. Keamanan wireless hanya dengan kunci WPAPSK atau WPA2PSK WPA merupakan teknologi keamanan sementara yang diciptakan untuk menggantikan kunci WEP. Ada dua jenis yakni WPA personal (WPAPSK), dan WPARADIUS. Saat ini yang sudah dapat di crack adalah WPAPSK, yakni dengan metode brute force attack secara offline. Brute force dengan menggunakan mencoba-coba

25

banyak kata dari suatu kamus. Serangan ini akan berhasil jika passphrase yang digunakan wireless tersebut memang terdapat pada kamus kata yang digunakan si hacker. Untuk mencegah adanya serangan terhadap keamanan wireless menggunakan WPAPSK, gunakanlah passphrase yang cukup panjang (misal satu kalimat). Tools yang sangat terkenal digunakan melakukan serangan ini adalah CoWPAtty.

26

BAB VI PENUTUPVI.1. Kesimpulan Dari analisis pembahasan yang telah diutarakan penulis di Bab III, maka dapat diambil kesimpulan, antara lain : 1. Perkembangan media berita membawa perubahan Jawa Pos Group ke dalam media informasi. Dengan adanya konvergensi media teknologi seperti saat ini, membuat data berita yang didapat dari wartawan bisa langsung dikirim melalui jaringan internet dengan tidak mengesampingkan akan adanya kebutuhan akses kebebasan informasi yang cepat, seketika dan transparan, tidak dibatasi ruang dan waktu serta adanya kepercayaan publik itu sendiri pada sebuah berita dari surat kabar maupun dari berita di internet.

2. Jaringan komputer wireless pada PT. Jawa Pos Surabaya dapat

menghasilkan koneksi yang lebih bagus dan memberikan integritas data yang performanya sama atau bahkan lebih bagus daripada jaringan berkabel. Teknik yang digunakan untuk mendukung keamanan access point, diantaranya Service Side ID (SSID), Wired Equivalent Privacy (WEP), MAC Address Filtering. Konfigurasi default dari tiap vendor perangkat wireless sebaiknya dirubah settingnya sehingga keamanan akses terhadap wifi tersebut lebih baik. Tata letak wireless dan pengaturan power/daya transmit sebuah Access Point juga dapat dilakukan untuk mengurangi resiko penyalahgunaan wireless. Pastikan area yang dijangkau hanya area yang memang digunakan oleh user.

27

VI.2. Saran VI.2.1 Untuk Mahasiswa Dengan semakin terus berkembangnya suatu teknologi informasi dan komputer, sebagai mahasiswa harus selalu mengikuti perkembangan teknologi informasi dan komputer demi kelangsungan pembelajaran yang akan diperoleh. VI.2.2 Untuk Jawa Pos Diharapkan di masa mendatang dapat ditemukan teknologi yang lebih baik dalam penyampaian sebuah berita yang ingin disampaikan ke masyarakat dan penjagaan sistem keamanan jaringan komputer yang ada di Jawa Pos Group harus selalu diperhatikan, karena dengan selalu diawasi sistem jaringan tersebut dapat membantu kinerja sebuah sistem dan menghasilkan produksi yang baik. Diharapkan juga pengguna-pengguna internet memiliki itikad yang baik dalam menggunakan jaringan internet.

28

Daftar PustakaSyafrizal, Melwin, 2005, Pengantar Jaringan Komputer, Penerbit ANDI, Yogyakarta. Mulyanta, Edi.S, 2005, Pengenalan Protokol Jaringan Wireless Komputer, Penerbit ANDI, Yogyakarta. anonim, 2010, jawa pos, http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Pos, 16 Agustus 2010 anonim, 2010, jawa pos, http://www.jawapos.co.id/utama/index.php, , Jaringan Wireless, www. cabriponsel.co.cc. , Keamanan Jaringan Wireless, www.sysneta.com.

29