Laporan KKL Geografi UGM

22
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air adalah substansi yang paling melimpah dipermukaan bumi, merupakan komponen utama bagi semua mahluk hidup, dan sebagai kekuatan utama yang secara konsisten membentuk permukaan bumi (Indiarto, 2010). Air mempunyai karakteristik yang unik dibandingkan sumberdaya alam lainnya, yaitu bersifat terbarukan dan dinamis (Kodoatie dkk, 2005). Ketersediaan air bagi mahluk hidup, terutama untuk pemenuhan kebutuhan manusia untuk bertahan hidup dan kepentingan komersial lainnya tidak hanya sekedar berdasarkan kuantitasnya, tetapi juga kualitasnya (Kodoatie dkk, 2005). Kebutuhan air selalu mendapatkan perhatian lebih bagi manusia karena pentingnya peran air bagi keberlangsungan hidupnya. Tidak sedikit bencana kemanusiaan timbul sebagai akibat dari usaha manusia dalam memenuhi kebutuhannya akan air bersih. Distribusi spasio-temporal air yang tidak merata dapat menyebabkan banjir di suatu tempat atau kekeringan di tempat lainnya. Permasalahan semakin pelik ketika faktor kualitas juga menjadi syarat agar air bisa digunakan untuk kebutuhan harian masyarakat. Indonesia merupakan sebuah negara yang terletak di daerah tropis memiliki dua musim, yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Jumlah air di suatu wilayah tergantung dari musim. Pada waktu musim kemarau jumlah air terbilang sedikit bahkan ada beberapa wilayah yang mengalami kekeringan pada musim ini, sedangkan pada musim penghujan jumlah air meningkat cukup tinggi (Kodoatie dkk, 2005). Sumber air yang dapat digunakan masyarakat tidak hanya diperoleh dari air hujan karena pasokannya terbatas, yaitu hanya pada musim penghujan. Sumber air yang lain dapat diperoleh dari air permukaan pada sungai- sungai dan pada air tanah (Sudamadji, 2013). Air tanah adalah air yang ada di permukaan tanah pada zona jenuh air dengan tekanan hidrostatis sama atau lebih besar daripada tekanan udara (Purnama, 2014). Air tanah yang muncul kepermukaan tanah dapat berupa mata

description

Potensi Mataair di Kecamatan Kokap

Transcript of Laporan KKL Geografi UGM

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air adalah substansi yang paling melimpah dipermukaan bumi, merupakan

komponen utama bagi semua mahluk hidup, dan sebagai kekuatan utama yang

secara konsisten membentuk permukaan bumi (Indiarto, 2010). Air mempunyai

karakteristik yang unik dibandingkan sumberdaya alam lainnya, yaitu bersifat

terbarukan dan dinamis (Kodoatie dkk, 2005).

Ketersediaan air bagi mahluk hidup, terutama untuk pemenuhan kebutuhan

manusia untuk bertahan hidup dan kepentingan komersial lainnya tidak hanya

sekedar berdasarkan kuantitasnya, tetapi juga kualitasnya (Kodoatie dkk, 2005).

Kebutuhan air selalu mendapatkan perhatian lebih bagi manusia karena

pentingnya peran air bagi keberlangsungan hidupnya. Tidak sedikit bencana

kemanusiaan timbul sebagai akibat dari usaha manusia dalam memenuhi

kebutuhannya akan air bersih. Distribusi spasio-temporal air yang tidak merata

dapat menyebabkan banjir di suatu tempat atau kekeringan di tempat lainnya.

Permasalahan semakin pelik ketika faktor kualitas juga menjadi syarat agar air

bisa digunakan untuk kebutuhan harian masyarakat.

Indonesia merupakan sebuah negara yang terletak di daerah tropis

memiliki dua musim, yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Jumlah air di

suatu wilayah tergantung dari musim. Pada waktu musim kemarau jumlah air

terbilang sedikit bahkan ada beberapa wilayah yang mengalami kekeringan pada

musim ini, sedangkan pada musim penghujan jumlah air meningkat cukup tinggi

(Kodoatie dkk, 2005). Sumber air yang dapat digunakan masyarakat tidak hanya

diperoleh dari air hujan karena pasokannya terbatas, yaitu hanya pada musim

penghujan. Sumber air yang lain dapat diperoleh dari air permukaan pada sungai-

sungai dan pada air tanah (Sudamadji, 2013).

Air tanah adalah air yang ada di permukaan tanah pada zona jenuh air

dengan tekanan hidrostatis sama atau lebih besar daripada tekanan udara

(Purnama, 2014). Air tanah yang muncul kepermukaan tanah dapat berupa mata

2

air atau rembesan. Air tanah yang muncul sebagai titik disebut mata air dengan

debit kurang dari 1 liter per detik hingga mencapai ribuan liter per detik. Titik

pmunculannya terdapat pada daerah rendah, yaitu lembah sungai, perubahan

ketinggian lereng, dan di tempat yang memungkinkan terpotongnya aliran air

tanah. Pemunculan mata air dapat pula berbentuk garis memanjang dengan debit

yang kecil dan sulit diukur, jenis mata air ini disebut rembesan. Pada umumnya

mata air mempunyai kualitas yang baik, sehingga sebagian besar masyarakat

menggunakan mata air sebagai sumber air utama pemenuhan kebutuhan air

mereka (Sudamadji, 2013).

Kecamatan Kokap yang termasuk wilayah Kabupaten Kulonprogo,

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki karakteristik topografi berbukit

yang menyulitkan masyarakat memanfaatkan air tanah bebas. Kebutuhan air

bersih bagi masyarakat lebih banyak dipenuhi dari mata air - mata air yang

didistribusikan dengan tenaga gravitasional, tetapi keberadaan mata air masih

belum cukup untuk memenuhi kebutuhan sebagian masyarakat ketika musim

kemarau saat debit mata air berkurang.

Distribusi mata air dan penilaian potensinya merupakan syarat awal dalam

usaha pemanfaatan mata air untuk kebutuhan domestik masyarakat. Lokasi mata

air akan menentukan teknik pemanfaatan, sedangkan kajian potensi yang meliputi

aspek kualitas dan kuantitas akan menentukan kelayakan air untuk dimanfaatkan.

Kajian demografis juga diperlukan untuk menghitung kebutuhan air bersih

masyarakat terhadap kapasitas optimal mata air yang dapat dimanfaatkan.

Kecamatan kokap merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten

Kuloprogo dengan luas 586,28 km2. Secara geomorfologi Kecamatan Kokap

meiliki dua jenis bentuk lahan, yaitu sebelah utara didominasi oleh pegunungan

denudasional dengan kemiringan lereng relative agak curam hingga curam dan

bagian sebelah selatan didominasi lereng bergelombang hingga relatif datar.

Kondisi fisik dari daerah Kecamatan Kokap yang sebagian besar didominasi oleh

perbukitan denudasional dengan tekstur tanah yang didominasi berupa lempung

yang mempunyai sifat retak-retak ketika musim kemarau dan mampu menyerap

air sebanyak-banyaknya ketika musim penghujan, serta adanya perbedaan

ketinggian dan kemiringan disemua wilayahnya menjadi sebab terdapatnya mata

3

air dan rembesan yang dapat digunakan masyarakat sebagai sumber air bersih

untuk memenuhi kebutuhan air mereka.

Peningkatan jumlah penduduk yang terjadi setiap tahun di Kecamatan

Kokap. Pada tahun 2010 penduduk berjumlah 31.124 jiwa, tahun 2011 jumlah

penduduk meningkat menjadi 31.231 jiwa, dan tahun 2012 penduduk terus

meningkat dengan jumlah 31.848 jiwa (BPS Kabupaten Kulonprogo 2013).

Peningkatan jumlah penduduk mengakibatkan meningkatnya kebutuhan akan air

bersih yang pada gilirannya akan menjadi masalah kelangkaan air, terutama pada

musim kemarau ketika kuantitas air menurun. Uraian singkat mengenai

permasalahan tersebut mendasari perlunya dilakukan kajian mengenai sebaran dan

potensi mata air dalam usaha pemenuhan kebutuhan air bersih di Kecamatan

Kokap, Kabupaten Kulonprogo.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, permasalahan dapat dirumuskan sebagai

berikut:

1. Dimanakah titik-titik mata air yang potensial untuk dimanfaatkan di

Kecamatan Kokap?

2. Bagaimana karakteristik mata air di Kecamatan Kokap berdasarkan

kuantitas dan kuantitasnya?

3. Bagaimana potensi dan daya dukung mata air untuk memenuhi kebutuhan

domestik masyarakat Kecamatan Kokap?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan penelitian yang telah dirumuskan, penelitian ini

bertujuan untuk:

1. Memetakan titik-titik mata air yang potensial untuk dimanfaatkan di

Kecamatan Kokap

2. Menghitung karakteristik mata air di Kecamatan Kokap berdasarkan

kuantitas dan kuantitasnya

3. Menganalisis potensi dan daya dukung mata air untuk memenuhi

kebutuhan domestik masyarakat Kecamatan Kokap

4

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran

sebagai bahan pengambilan kebijakan pembangunan bagi pemerintah daerah

khususnya pada daerah penelitian, Kecamatan Kokap. Pemanfaatan sumber mata

air diharapkan menjadi alternatif solusi untuk menyelesaikan masalah kekurangan

pasokan air bersih bagi sebagian besar masyarakat di lokasi penelitian. Selain itu,

kegiatan ini merupakan wahana bagi para mahasiswa peneliti untuk menerapkan

segala pengetahuan dan keahlian yang diperoleh selama masa kuliah di kelas.

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mata Air

2.1.1 Pengertian Mata air

Air adalah zat atau materi atau unsur yang penting bagi semua bentuk

kehidupan yang diketahui sampai saat ini di bumi. Tubuh manusia terdiri dari

55% sampai 78% air, tergantung dari ukuran badan. Agar dapat berfungsi dengan

baik, tubuh manusia membutuhkan antara satu sampai tujuh liter air setiap hari

untuk menghindari dehidrasi (jumlah pastinya bergantung pada tingkat

aktivitas, suhu, kelembaban, dan beberapa faktor lainnya).

Mata air (springs) adalah pemusatan pengeluaran air tanah yang muncul di

permukaan tanah sebagai arus dari aliran air (Purnama, 2014). Mata air dibedakan

dengan rembesan (seepage), rembesan adalah air tanah yang keluar secara

perlahan-lahan dan menyebar pada permukaan tanah. Faktor-faktor yang

mempengaruhi keadaan mata air adalah tinggi rendahnya curah hujan,

karakteristik hidrologi permukaan tanah (terutama permeabilitasnya), topografi,

karakteristik hidrologi, formasi akuifer dan struktur geologi daerahnya (Tolman,

1937).

Para ahli hidrogeologi berpendapat, sumber mata air yang paling layak dan

paling bagus dikonsumsi adalah sumber air yang berasal dari mata air pegunungan

vulkanik. Mata air pegunungan vulkanik memenuhi ketiga syarat karakteristik

sumber air tanah, yaitu kualitas, kuantitas, dan kontinuitas. Kuantitas dipengaruhi

oleh curah hujan, siklus air dan kondisi hidrogeologis area di sekitar sumber daya

air tersebut. Kualitas dipengaruhi oleh faktor alami (kondisi serta komposisi tanah

dan batuan) maupun aktivitas manusia (pertanian, pencemaran rumah tangga,

industri, dan lain sebagainya). Sedangkan kontinuitas memberi keseimbangan

antara pemakaian dan pengisian ulang.

Debit mata air di pegunungan umumnya besar dan terus menerus karena di

daerah ini umumnya merupakan daerah basah dengan intensitas curah hujan tinggi

serta masih memiliki daerah tangkapan air yang relatif baik.

6

2.1.2 Faktor Yang Memengaruhi Karakteristik Mata Air

Faktor-faktor yang memengaruhi karakteristik mata air, antara lain:

1. Curah Hujan

Curah hujan merupakan sumber utama air tanah. Air yang jatuh ke

permukaan bumu sebagaian akan mengalir ke sungai dan sebagiannya lagi

akan meresap kedalam tanah. Besarnya air hujan yang menyerap kedalam

tanah tergntung pada konsdi geologi, jenis tanah, topografi, dan penggunaan

lahan.

2. Karakteristik Hidrologi Permukaan

Karakteristik hidrologi permukaan berpengaruh terhadap pembentukan air

tanah dan permeabilitas tanah. Batuan atau tanah yang permeabilitasnya

besar, maka jumlah air yang masuk dalam akuier akan besar dan sebaliknya.

3. Topografi

Indikator topografi yang berpengaruh paling besar pada debit mata air adalah

kemiringan lereng. Tempat dengan topogafi curam membentuk debit air tanah

yang relatif kecil karena air hujan yang jatuh pada daerah tersebut akan cepat

mengalir, sehingga kesempatan air hujan yang jatuh pada daerah tersebut

akan sedikit untuk menyerap kedalam tanah. Berbeda halnya dengan

perubahan lereng yang curam, pada daerah ini akan banyak terdapat mata air

karena lapisan tanah yang terpotong.

4. Karakteristik Hidrologi Formasi Akuifer

Karakteristik hidrologi formasi akuifer sangat berpengaruh terhadap

pemunculan mata air , Hal ini terjadi pengaruh muka air tanah. Apabila muka

air tanah terpotong oleh permukaan tanah akan muncul mata air sebagai mata

air depresi. Kemunculan akuifer meloloskan air berpengaruh juga terhadap

pemunculan mata air

5. Struktur geologi

Struktur geologi pada daerah patahan sering dijumpai mata air sebagai akibat

perpotongannya lapisan akuifer hasil dari perpendahan atau pergeseran

batuan atau tanah.

7

2.1.3 Klasifikasi Mata air

2.1.3.1 Mata air Berdasarkan Sifat Pengaliran

1. Mata air menahun (perenial springs) yaitu mata air yang

mengeluarkan air sepanjang tahun dan tidak dipengaruhi oleh curah

hujan.

2. Mata air musiman (intermitten spriings) yaitu mata air yang

mengeluarkan airnya pada musim-musim tertentu dan sangat

tergantung dari curah hujan.

3. Mata air periodik (periodic springs) yaitu mata air yang mengeluarkan

airnya pada periode tertentu. Faktor penyebabnya adalah

berkurangnya evapotranspirasi pada malam hari, perubahan tekanan

udara, pasang surut, dan pemanasan air oleh batuan.

2.1.3.2 Mata Air Berdasarkan Debit

Debit Mata air sangat bervariasi bergantung pada luasan daerah imbuh

(catchment area) dan besarnya imbuh (storage). Meinzer membagi

klasifikasi mata air berdasarkan debit menjadi 8 kelas, yaitu:

1. Kelas I ( Debit rata-rata > 10 l/detik)

2. Kelas II ( Debit rata-rata 1-10 l/detik)

3. Kelas III ( Debit rata-rata 0,1-1 l/detik)

4. Kelas IV ( Debit rata-rata 10-100 l/detik)

5. Kelas V ( Debit rata-rata 1-10 l/detik)

6. Kelas VI ( Debit rata-rata 0,1-1 l/ detik)

7. Kelas VII ( Debit rata-rata 10-100 ml/ detik)

8. Kelas VIII ( Debit rata-rata < 10 ml/ detik)

2.1.3.3 Mata Air Berdasarkan Suhu

1. Mata air dingin (cold spring) yaitu mata air yang suhu airnya rendah,

biasanya berasal dari pencairan salju atau es.

2. Mata air normal (non thermal or ordinary temperature springs) yaitu

mata air yang suhu airnya hampir sama dengan suhu udara atau

lingkungan sekitarnya.

8

3. Mata air panas (Thermal springs) yaitu mata air yanng suhu airnya

lebih tinggi dari suhu udaranya sekitarnya.

2.1.3.4 Mata Air Berdasarkan Tenaga Penyebabnya

Ada dua tenaga yang menyebabkan terjadinya pemunculan air tanah ke

permukaan, yaitu tenaga non gravitasi dan tenaga gravitasi (Bryan dalam

Todd, 1980).

1. Mata air yang terjadi karena tenaga non gravitasi antara lain mata air

vulkanis (volcanic springs) dan mata air celah (fissure sprigs) yang

biasanya berupa Mata air panas.

2. Mata air yang disebabkan oleh tenaga gravitasi dibedakan menjadi

beberapa tipe, yaitu mata air artesis, mata air retakan atau pipa (tubular

or fracture springs), dan lainnya.

2.1.3.5 Mata Air Berdasarkan Tipe Material Pembawa Air

1. Mata air yang muncul dari material lulus air: perched springs, springs

from old soil on mountain upland, talue springs, landslide springs,

springs from old alluvium, pocket spring, mean springs, cueasta

springs. desert springs, barrier springs.

2. Mata air yang muncul dari material lulus air: channel springs, valley

springs, cliff springs, dimple springs, alluvial-slope springs.

3. Mata air yang muncul pada perselingan batuan lulus dan kedap air:

Monoclinal springs, synclinal springs, antlellnal springs,

unconformity springs.

4. Mata air yang muncul dari saluran pelarutan, banyak ditemukan di

daerah yang berbatu gamping.

5. Mata air pada lava

6. Mata air yang muncul dari retakan batuan.

9

2.2 Kualitas, Kuantitas dan Kebutuhan Air

2.2.1 Kualitas Air

1. Persyaratan Fisik

Syarat-syarat sumber mata air yang dapat digunakan sebagai air bersih

sebagai berikut:

a. Daya Hantar Listrik (DHL)

Daya hantar listrik (DHL) menunjukkan kemampuan air dalam

menghantarkan listrik. DHL dapat digunakan dalam identifikasi

awal konsentrasi ion terlarut. Semakin tinggi nilai DHL, maka

konsentrasi ion terlarut dalam air juga semakin tinggi. Walaupun

secara spesifik tidak dapat ditentukan langsung jenis ion apa yang

berkadar tinggi, tetapi DHL dapat dijadikan indikator awal

terhadap tinggi rendahnya kadar ion total di dalamnya. Perairan

alami, pada umumnya memiliki DHL sekitar 20-1500 µmhos/cm.

b. Kekeruhan

Kekeruhan menggambarkan sifat optic air yang ditentukan

berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh

bahan-bahan yang terdapat di dalam air. Air yang berkualitas harus

memenuhi persyaratan fisik seperti berikut jernih atau tidak keruh.

Kekeruhan disebabkan oleh adanya bahan organik dan anorganik

yang tersuspensi dan terlarut di dalam air. Semakin tinggi nilai

padatan tersuspensi, nilai kekeruhan juga semakin tinggi Derajat

kekeruhan dinyatakan dengan satuan unit.

c. Tidak berwarna

Air untuk keperluan rumah tangga harus jernih. Air yang berwarna

berarti mengandung bahan-bahan lain yang berbahaya bagi

kesehatan.

d. Rasanya tawar

Secara fisika, air bisa dirasakan oleh lidah. Air yang terasa asam,

manis, pahit, atau asin menunjukan bahwa kualitas air tersebut

tidak baik. Rasa asin disebabkan adanya garam-garam tertentu

10

yang larut dalam air, sedangkan rasa asam diakibatkan adanya

asam organik maupun asam anorganik.

e. Tidak berbau

Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari jauh

maupun dari dekat. Air yang berbau busuk mengandung bahan-

bahan organik yang sedang mengalami dekomoposisi (penguraian)

oleh mikroorganisme air.

f. Temperaturnya normal

Temperatur air dapat berpengaruh terhadap reaksi kimia dalam air.

Peningkatan temperatur juga menyebabkan penurunan kelarutan

gas dalam air, seperti oksigen dan karbondioksida. Termperatur

mata air dipengaruhi oleh kedudukan asal air, di mana semakin

dalam asal air, semakin tinggi temperaturnya. Air yang baik harus

memiliki temperatur sama dengan temperatur udara (20-26ºC). Air

yang secara mencolok mempunyai temperatur di atas atau di bawah

temperatur udara berarti mengandung zat-zat tertentu yang

mengeluarkan atau menyerap energi dalam air.

g. Tidak mengandung zat padatan

Bahan padat adalah bahan yang tertinggal sebagai residu pada

penguapan dan pengeringan pada suhu 103 -105ºC (Kusnaedi,

2004)

Persyaratan fisik air berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 907/ MENKES/ SK/VII/2002 tersaji pada Tabel 1.

Tabel 1. Persyaratan Kualitas Air Bersih Secara Fisika

Sumber : Departemen Kesehatan RI

Parameter Satuan Kadar Maksimum

yang diperbolehkan Keterangan

Warna TCU 15 Tidak

berbau dan

berasa

Rasa dan bau - -

Temperatur ºC Suhu 3ºC

Kekeruhan NTU 5

11

2. Persyaratan Kimia

Kualitas air tergolong baik bila memenuhi persyaratan kimia berikut:

a. pH netral

pH adalah merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan

intensitas keadaan asam atau basa suatu larutan. Skala pH diukur

dengan pH meter atau lakumus. Air murni mempunyai pH 7. Apabila

pH di bawah 7 berarti air bersifat asam, sedangkan bila di atas 7

bersifat basa (rasanya pahit).

b. Tidak mengandung bahan kimia beracun

Air yang berkualitas baik tidak mengandung bahan kimia beracun

seperti sianida sulfida, fenolik.

c. Tidak mengandung garam-garam atau ion-ion logam

Air yang berkualitas baik tidak mengandung garam atau ion-ion logam

seperti Fe, Mg, Ca, K, Hg, Zn, Cl, Cr, dan lain-lain.

d. Kesadahan rendah

Kesadahan adalah merupakan sifat air yang disebabkan oleh adanya

ion-ion (kation) logam valensi dua. Tingginya kesadahan berhubungan

dengan garam-garam yang terlarut di dalam air terutama garam Ca dan

Mg.

e. Tidak mengandung bahan organik

Persyaratan kimia air berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 907/ MENKES/ SK/VII/2002 tersaji pada Tabel 2.

3. Persyaratan Bakteriologis

Air tidak boleh mengandung Coliform. Air yang mengandung golongan

Coli dianggap telah terkontaminasi dengan kotoran manusia (Totok

Sutrisno, 2004).

Persyaratan Bakteriologis air berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 907/ MENKES/ SK/VII/2002 tersaji pada

Tabel 3.

12

Tabel 2. Persyaratan Kualitas Air Bersih Secara Kimia

Parameter Satuan Kadar

maksimum

Antimon mg/L 0.005

Air Raksa mg/L 0.001

Arsenic mg/L 0.01

Barium mg/L 0.7

Boron mg/L 0.3

Kadmium mg/L 0.003

Kromium(Valensi 6) mg/L 0.05

Tembaga mg/L 2

Sianida mg/L 0.07

Flourida mg/L 1.5

Timbal mg/L 0.01

Molybdenum mg/L 0.07

Nikel mg/L 0.02

Nitrat mg/L 50

Nitri mg/L 3

Selenium mg/L 0.01

Sumber : Departemen Kesehatan RI

Tabel 3. Persyaratan Kualitas Air Bersih secara Bakteriologis

Parameter Satuan Kadar Maksimum yang

diperbolehkan

Total Bakteri

Coliform

Jumlah per 100 ml

sampel

0

Sumber : Departemen Kesehatan RI

2.2.2 Kuantitas Air

Kuantitas adalah jumlah atau banyaknya sesuatu (EM Zul Fjri, dkk. 2000).

Kuantitas mata air ditentukan dengan besarnya debit mata air. Mata air dapat

mempunyai debit antara beberapa liter per detik hingga ribuan liter per detik.

Debit mata air dapat diukur bila pemunculannya jelas. Debit mata air

menunjukkan karakteristik akuifer melepaskan air tanah dan simpanan air tanah

yang ada didalamnya. Debit mata air yang bersifat kontinu dari waktu ke waktu

tidak mengalami perubahan, tetapi ada juga debit mata air yang bersifat fluktuatif

yang tergantung pada musim. Pada musim hujan ketika curah hujan tinggi

13

menyebabkan jumlah pasokan air kedalam daerah tangkapan besar, tetapi pada

musim kemarau saat curah hujan kecil, maka debit mata air menjadi kecil. Debit

mata air yang kontinu berasal dari akufier tertekan yang mana akuifer ini

mempunyai daerah tangkapan yang luas. Daerah yang memiliki luas tangkapan

yang sempit menghasilkan debit yang kecil (Sudarmadji, 2012)

Menurut I Wayan Sudiarsa (2004), permasalahan kuantitas air lebih

menjurus pada kemampuan merosotnya daya dukung yang mengecil karena hal-

hal berikut :

1. Eksploitasi berlebihan

Eksploitasi air yang berlebihan dapat mengakibatkan imbangan air

melampaui daya dukungnya.

2. Eksploitasi yang tidak tepat sasaran

Eksploitasi penggunaan air yang tidak tepat sasaran dan hanya mengejar

kepentingan jangka pendek, misalnya pengeboran air tanah untuk irigasi.

3. Pengrusakan daerah resapan air

Pengrusakan daerah resapan air, seperti hutan, yang menimbulkan puncak

hidrograf yang tinggi dan berakibat menurunnya infiltrasi air untuk menjadi

air tanah.

3. Belum adanya konsistensi dan komitmen yang tinggi dari usaha-usaha

konservasi air, walaupun dengan cara-cara yang sederhana

2.2.3 Kebutuhan Air

Penduduk di Indonesia sebagian besar masih tergantung pada air yang

terdapat pada sumber alami, terutama penduduk yang tinggal pelosok, bahkan ada

diantara mereka juga menggunakan air dengan kualitas rendah (tidak memenuhi

standar baku mutu air bersih). Hal ini terpaksa mereka lakukan karena

keterbatasan pengetahuan dan sarana penunjang penyediaan air bersih (Kusnaedi,

2004).

Semakin tinggi tingkat hidup seseorang, maka akan semakin tinggi pula

tingkat kebutuhan air (Totok Sutrisno, 2004). Menurut Undang-undang Republik

Indonesia nomor 7 tahun 2004 tentang sumber daya air, yang dimaksud dengan

kebutuhan pokok sehari-hari adalah air untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-

14

hari yang digunakan pada atau diambil dari sumber air untuk keperluan sendiri

guna mencapai kehidupan yang sehat, bersih dan produktif.

Keperluan air per orang per hari terdiri dari keperluan air minum,

keperluan air untuk memasak, air untuk Mandi Cuci Kakus (MCK), air untuk

mencuci pakaian, air untuk wudhu, air untuk kebersihan rumah, air untuk

menyiram tanaman, dan air untuk keperluan yang lainnya (Wardhana, 2001).

Tabel 4. Keperluan Air Per Orang Per Hari

Keperluan Air yang dipakai (liter)

Minum 2.0

Memasak; kebersihan dapur 14.5

Mandi; kakus 20.0

Cuci pakaian 13.0

Air Wudhu 15.0

Air untuk kebersihan rumah 32.0

Air untuk menyiram tanaman 11.0

Air untuk mencuci kendaraan 22.5

Air untuk keperluan lain-lain 20.0

Jumlah 150.0

Sumber : Wisnu Arya Wardhana (2001)

15

16

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Pemilihan lokasi penelitian distribusi dan potensi mata air untuk

pemenuhan air bersih di Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulonprogo dipilih

berdasarkan pertimbangan berikut:

1. Secara geomorfologi Kecamatan Kokap didominasi oleh pegunungan

denudasional dengan kemiringan lereng relatif agak curam hingga curam

sebelah utara, sedangkan untuk bagian sebelah selatan didominasi lereng

bergelombang hingga relatif datar. Keragaman geomorfologi Kecamatan

Kokap menjadikan wilayah ini memiliki perbedaan kemiringan dan

ketinggian pada setiap wilayahnya dan dengan tekstur tanah yang

didominasi berupa lempung yang mempunyai sifat retak-retak ketika

musim kemarau dan mampu menyerap air sebanyak-banyaknya ketika

musim penghujan, sehingga terdapat banyak mata air dan rembesan yang

dapat digunakan masyarakat sebagai sumber air bersih untuk memenuhi

kebutuhan mereka.

2. Jumlah penduduk di Kecamatan Kokap terus bertambah setiap tahunnya,

dengan rata-rata pertambahan penduduk tahun 2010-2012 sebanyak 242

jiwa/tahun

3.2 Rancangan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi mata air,

mengevaluasi kelayakannya untuk dimanfaatkan, dan menghitung jumlah rumah

tangga yang dapat terpenuhi kebutuhan air bersihnya berdasarkan kajian potensi

mata air yang dilakukan. Distribusi mata air didapat dengan melakukan kajian

terhadap data sekunder dari intansi terkait dan dikombinasikan dengan survei

lapangan terhadap mata air yang belum terpetakan. Sumber informasi untuk mata

air yang belum terpetakan dapat diperoleh dari penduduk sekitar. Setiap mata air

17

yang ditemukan kemudian dievaluasi kelayakannya untuk dimanfaatkan, baik dari

segi kualitas maupun kuantitasnya.

Kebutuhan air domestik bagi setiap rumah tangga dapat diketahui dari

kajian literatur yang telah ada. Dari jumlah rumah tangga yang ada di sekitar mata

air dan kebutuhan total air bersih, dapat diketahui kemampuan mata air dalam

memasok kebutuhan air bersih. Rumah tangga yang diperhitungkan untuk

mendapat pasokan air bersih hanya rumah tangga yang berada di sekitar mata air

dan elevasi tempat tinggalnya lebih rendah dari elevasi mata air. Hal ini

disebabkan pendistribusian air bersih diskenariokan secara gravitasional.

3.3 Alat dan Bahan

Kebutuhan alat dan bahan untuk mendukung penelitian ini dirinci sebagai berikut:

3.4.1 Alat

1. GPS

2. Komputer

3. Perangkat lunak ArcGIS 9.3

4. Pita ukur

5. Stop watch

6. EC-Meter

7. pH meter

8. Gelas gkur

3.4.2 Bahan

1. Peta RBI skala 1:25.000

2. Citra satelit

3. DEM 30m

3.4 Data yang Diperlukan

Data yang dibutuhkan untuk penelitian distribusi dan potensi mata air

untuk pemenuhan kebutuhan air bersih di Kecamatan Kokap disajikan pada Tabel

5.

18

Tabel 5. Data Penelitian, Jenis Data, dan Teknik Pengumpulan Data

Variabel Data Jenis Data Teknik

Pengumpulan Data

Distribusi mata air Lokasi mata air Primer Survei lapangan

Karakteristik mata

air

Kuantitas air:

Debit air

Primer

Pengukuran lapangan dan analisis

laboratorium

Kualitas air

1. Warna, bau, rasa air

2. Kekeruhan

3. pH 4. Daya hantar listrik

(DHL)

Potensi dan daya

dukung mata air

1. Jumlah penduduk 2. Kebutuhan air

domestik

Primer dan

sekunder

Survei Instansional

dan wawancara

3.5 Metode dan Teknik Penelitian

Penelitian ini dibagi ke dalam 3 tahap utama, yaitu tahap pra lapangan,

tahap lapangan dan tahap pasca lapangan.

3.5.1 Tahap Pra Lapangan

Tahap pra lapangan terdiri atas tahapan persiapan sebelum kegiatan di

lapangan berlangsung dan tahapan pengumpulan data sekunder. Dalam tahap ini,

kegiatan yang dilakukan adalah penentuan lokasi survey mata air yang akan

digunakan sebagai acuan dalam crosscheck lapangan dan pengambilan data di

lapangan. Unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah wilayah

administrasi, yaitu lima desa yang ada di Kecamatan Kokap. Kegiatan lain yang

dilakukan dalam tahap adalah penyusunan checklist lapangan dan daftar

pertanyaan untuk wawancara. Pembuatan checklist lapangan bertujuan untuk

mempermudah mencatat segala informasi atau data mengenai karakteristik mata

air dari segi kuantitas dan kualitasnya. Pertanyaan untuk wawancara dibuat untuk

mengetahui besar kebutuhan air masyarakat yang diperoleh dari mata air, yang

pada gilirannya akan menghasilkan data potensi dan daya dukung mata air.

Pengumpulan data sekunder yang nantinya dibutuhkan sebagai

penunjang informasi di lapangan serta analisis data juga dilakukan pada tahap ini.

Data sekunder yang dikumpulkan berupa peta geologi, data curah hujan dan data

kependudukan yang diperoleh dari instansi terkait.

19

3.5.2 Tahap Lapangan

1. Pengukuran Lapangan

Pengukuran lapangan berupa pengamatan dan pencatatan koordinat lokasi

mata air dengan menggunakan GPS. Kondisi lapangan yang diamati

meliputi:

a. Sumber asal mata air (nama mata air )

b. Letak mata air secara administratif

c. Penggunaan lahan

d. Kontinuitas aliran

2. Pengukuran Debit Mata air

a. Metode volumetrik

Prinsip metode ini adalah mengukur perbandingan tertampungnya air

pada volume tertentu dalam satuan waktu. Rumus yang digunakan

adalah :

Q = 𝑉

𝑡

Dengan Q = debit (m3/dt)

V = volume air (m3)

t = waktu (dt)

b. Metode Emboys Float

1) Menentukan panjang selokan yang akan diukur kecepatan

arusnya.

2) Mengukur waktu yang digunakan untuk menempuh jarak yang telahditentukan

dengan menggunakan pelampung.

3) Menentukan konstanta perairan dengan melihat keadaan dasar

perairan(0,8 untuk dasar perairan berbau dan berkerikil 0,9 untuk

dasar perairanberlumpur)

4) Menghitung debit air dengan rumus :

R = WDAL / T

Keterangan:

R = debit air

W = rata-rata lebar (m)

20

D = rata-rata kedalaman (m)

A = konstanta perairan

L = jarak yang ditempuh pelampung (m)

T = waktu (detik)

c. Metode kecepatan arus

V = aN + b

Q = V x A

Keterangan:

V = kepatan arus (m/dt)

a,b = konstanta alat

N = jumlah putaran/waktu

Q = debit aliran

d. Perhitungan Kebutuhan Air Bersih

Kebutuhan air minum diperoleh dari data sekunder yang terdapat di

Departemen Pekerjaan Umum. Perhitungan kebutuhan total di Kecamatan

Kokap yaitu :

Total kebutuhan air = jumlah penduduk x kebutuhan air

e. Pengukuran sifat fisik Mata air di lapangan yaitu mengamati sifat fisiknya

seperti warna dan bau air sedangkan pengukuran DHL dengan

menggunakan EC meter dilakukan pasca lapangan dengan mengukur

sampel air yang telah diambil di lapangan.

f. Pengukuran sifat kimia mataaiar di lapangan yaitu pH menggunakan pH

stick paper.

3. Metode Gravitasional Untuk Menetukan Sumber Pemasok Air

Dalam metode ini, diasumsikan bahwa rumah tangga yang dapat

memanfaatkan air dari Mata air adalah rumah tangga yang berada dekat

dengan lokasi Mata air dan letaknya tidak lebih tinggi dari elevasi lokasi

Mata air . Selain itu asumsi lain yang digunakan adalah, pemanfaatan Mata

air sebagai sumber air bagi masyarakat menggunakan sistem yang

tradisional tanpa mengggunakan aktivitas pemompaan dalam

pemanfaatannya.

21

3.5.3 Tahap Pascalapangan

Hasil dari kegiatan lapangan kemudian disusun sedemikian rupa

sehingga menjadi database yang akan digunakan dalam analisis data. Database

berupa peta ditribusi mata air di Kecamatan Kokap, Deskripsi karakteristik mata

air dari aspek kuantitas dan kuantitasnya; dan perhitungan potensi dan daya

dukung mata air untuk memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat Kecamatan

Kokap.

3.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan pada sebuah penelitian sangat

bergantung pada masing-masing kegiatan penelitian yang dilakukan. Teknik

analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Analisis spasial dilakukan dengan sistem informasi geografi untuk melihat

sebaran keruangan potensi mata air di Kecamatan Kokap, Kabupaten

Kulonprogo.

2. Analisis deskriptif kuantitatif dilakukan untuk mendeskripsikan

karakteristik mata air, dan membuat perhitungan potensi dan daya dukung

mata air untuk memenuhi kebutuhan air domestik mastarakat Kecamatan

Kokap.

3.7 Penyajian Hasil

Hasil akhir penelitian ini adalah sebaran mata air yang berpotensi untuk

dimanfaatkan masyarakat kecamatan Kokap sebagai sumber air bersih untuk

memenuhi kebutuhan hidup mereka. Hasil tersebut disajikan dalam bentuk peta

yang menjelaskan lokasi mata air dan permukiman masyarakat.

Selain itu, akan diketahui juga potensi dan daya dukung mata air di

Kecamatan Kokap dalam memenuhi kebutuhan rumahtangga dalam hal ini hasil

penelitian kuantitas dan kualitas mata air nya disajikan dalam tabel dan diagram.

22