Laporan KKL PT PLN (Persero)

48
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Praktek kerja lapangan merupakan wujud aplikasi terpadu antara sikap, kemampuan dan keterampilan yang diperoleh mahasiswa dibangku kuliah. Dengan mengikuti praktek kerja lapangan diharapkan dapat menambah pengetahuan, keterampilan dan pengalaman mahasiswa dalam mempersiapkan diri memasuki dunia kerja yang sebenarnya. Pelaksanaan praktek kerja lapangan diberbagai perusahaan dan instansi akan sangat berguna bagi mahasiswa untuk dapat menimba ilmu pengetahuaan, keterampilan dan pengalaman. Praktek kerja lapangan merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan S1 Manajemen Keuangan dan Perbankan di STIEM Bongaya Makassar. Melalui praktek kerja lapangan ini mahasiswa akan mendapat kesempatan untuk mengembangkan cara berpikir, menambah ide-ide yang berguna dan dapat menambah pengetahuaan mahasiswa sehingga dapat KKL PT.PLN (Persero) UPK RING SULMAPA III DARNO 2010 10 312

description

Semoga bermanfaat Bro

Transcript of Laporan KKL PT PLN (Persero)

3

BAB IPENDAHULUANA. LATAR BELAKANG Praktek kerja lapangan merupakan wujud aplikasi terpadu antara sikap, kemampuan dan keterampilan yang diperoleh mahasiswa dibangku kuliah. Dengan mengikuti praktek kerja lapangan diharapkan dapat menambah pengetahuan, keterampilan dan pengalaman mahasiswa dalam mempersiapkan diri memasuki dunia kerja yang sebenarnya.Pelaksanaan praktek kerja lapangan diberbagai perusahaan dan instansi akan sangat berguna bagi mahasiswa untuk dapat menimba ilmu pengetahuaan, keterampilan dan pengalaman. Praktek kerja lapangan merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan S1 Manajemen Keuangan dan Perbankan di STIEM Bongaya Makassar. Melalui praktek kerja lapangan ini mahasiswa akan mendapat kesempatan untuk mengembangkan cara berpikir, menambah ide-ide yang berguna dan dapat menambah pengetahuaan mahasiswa sehingga dapat menumbuhkan rasa disiplin dan tanggung jawab mahasiswa terhadap apa yang ditugaskan kepadanya.Oleh karena itu semua teori-teori yang dipelajari dari berbagai mata kuliah di jurusan S1 Manajemen Keuangan dan Perbankan STIEM Bongaya Makassar dapat secara langsung dipraktekkan di kantor PT. PLN (Persero) Unit Pelaksana Konstruksi Jaringan Sulawesi, Maluku, Papua III terutama yang berhubungan dengan Keuangan dan SDM. Dalam hal ini dapat diketahui bahwa teori yang dipelajari sama dengan yang ditemui didalam prakteknya sehingga teori tersebut dapat dilaksanakan dengan baik. Sebagaimana diketahui bahwa teori merupakan suatu ilmu pengetahuan dasar bagi perwujudan praktek. Oleh karena itu untuk memperoleh pengalaman dan perbandingan antara teori dan praktek, maka mahasiswa diharuskan menjalani praktek kerja lapang di instansi pemerintah atau perusahaan swasta sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi sebelum menyelesaikan studinya.Mengingat sulitnya untuk menghasilkan tenaga kerja yang terampil dan berkualitas maka banyak perguruan tinggi berusaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan cara meningkatkan mutu pendidikan dan menyediakan sarana-sarana pendukung agar dihasilkan lulusan yang handal.Dalam rangka itulah maka lembaga program S1 Manajemen Keuangan dan Perbankan STIEM Bongaya Makassar mewajibkan mahasiswanya untuk melaksanakan praktek kerja lapangan, sehingga mahasiwa dapat mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh di bangku perkuliahan ke dalam lingkungan kerja yang sebenarnya.Penulis melakukan praktek kerja di PT. PLN (Persero) Unit Pelaksana Konstruksi Jaringan Sulawesi, Maluku, Papua III yang berlokasi di JL. Letjend Hertasning, untuk mengetahui tentang sistem Adminitrasi dan Pengelolaan SDM pada perusahaan tersebut.

B. TEMUANBerdasarkan hasil magang Penulis selama 2 (dua) bulan, adapun temuan masalah yang diperoleh yaitu : Kendala Kendala yang dihadapi oleh PT PLN (Persero) Unit Pelaksana Konstruksi Jaringan Sulawesi, Maluku, Papua III dalam melakukan pembebasan lahan proyek.

C. TUJUAN DAN KEGUNAAN MAGANG1. Tujuan MagangUntuk mengevaluasi kendala-kendala yang dialami oleh perusahaan dalam hal ini masalah pembebasan lahan

2. Kegunaan Maganga. Sebagai bahan masukan bagi perusahaanb. Sebagai bahan dalam penyusunan laporan akhir penulisc. Sebagai salah satu referensi bagi pihak yang akan melakukan penelitian selanjutnya terhadap objek yang sama

BAB IIPEMBAHASAN

A. GAMBARAN UMUM PERUSAHAANMembidangi kegiatan yang menguasai hajat hidup orang banyak seperti yang berbunyi dalam penjelasan pasal 33: Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung dalam bumi adalah pokok-pokok kemakmuran rakyat. Sebab itu harus dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran Rakyat. Salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berdasarkan Pasal 2 UU No. 9 Tahun 1969 ialah Persero.PT (Persero) merupakan salah satu bentuk perusahaan milik Negara yang sebelumnya bernama perusahaan Negara (PN). PT (Persero) ini terjadi dari perusahaan Negara yang kemudian diadakan penambahan modal yang ditawarkan kepada pihak swasta.

1. Sejarah Singkat PerusahaanPT PLN (Persero) Proyek Induk Pembangkit dan Jaringan Sulawesi, Maluku, dan Papua yang biasa disingkat Pitikring sulmapa merupakan Badan Usaha Milik Negara yang berbentuk Perseroan Terbatas yang khusus menangani proyek-proyek pembangkit listrik dan jaringan di Sulawesi. Sesuai dengna keputusan Menteri Pertambangan dan energi No. 222 / KTPS / M / Pertambangan / 1982 tanggal 10 Maret 1982, PT PLN (Persero) Proyek Pembangkit Jaringan Sulawesi pada mulanya bernama Proyek hydro dan Transmisi (PIKITDROTNAS) Sulawesi Selatan dan Tenggara. Sesuai dengan SK Direksi PLN No.060./A/DIR/82 tanggal 1 oktober 1982 tentang pembentukan proyek induk pembangkit Hydro dan Transmisi Sulawesi Selatan dan Tenggara dan proyek-proyeknya di Makassar, maka pembangunan listrik Sulawesi Selatan mulai berkembang dan sebagai unsur pelaksaannya yaitu: PLTA Bakaru I dan Jaringan Transmisi yang meliputi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara.Seiring dengan pertumbuhan pembangunan maka pada tahun 1992, sesuai dengan surat keputusan direksi PLN No. 026.K/024/DIR/1992 tanggal 2 Mei 1992, Proyek Hydro dan Transmisi Sulawesi Selatan dan Tenggara (PIKITDROTRANS) berubah namanya menjadi Proyek dan Jaringan (PIKITIRING) Sulawesi.Perusahaan ini mengerjakan tiga proyek baru, yaitu: PLTA Tanggari II di Sulawesi Utara, PLTD Lahendong Sulawesi Utara, dan Proyek Jaringan Transmisi Sulawesi Selatan dari utara sampai selatan.Pada tanggal 16 Juni 1994, sehubungan dengan perubahan status PLN dari Perum menjadi Persero berdasarkan PP No.23 tahun 1994 nama perusahaan disesuaikan dengan memberi nama baru yaitu PT PLN(Persero) Proyek Induk Pembangkit dan Jaringan Sulawesi dengan penyertaan sejumlah modal dari Pemerintah.Berdasarkan Surat Keputusan Direksi Perusahaan Umum Listrik Negara no.177./K/024/DIR/1994, tugas pokok Proyek Induk adalah melaksanakan pekerjaan pembangunan pembangkit, transmisi, dan Gardu.Induk tenaga listrik di wilayah kerja Daerah tingkat Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah , dan Sulawesi Utara.Pada tanggal 14 Juni 2006, sesuai dengan Keputusan Direksi PT PLN(Persero) No.095.K/DIR/2006, area tugas PT PLN (Persero) Proyek Induk Pembangkit Jaringan Sulawesi diperluas dengan menambah Kepulauan Maluku dan Papua. Dan mengganti namanya menjadi PT PLN (Persero) Proyek Induk Pembangkit dan Jaringan Sulawesi, Maluku, dan Papua (SULMAPA).Dengan demikian, wilayah Proyek Induk Pembangkit dan Jaringan Sulawesi, Maluku, dan Papua meliputi wilayah pripinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara, dan seluruh propinsi di Papua.Dalam menjalankan tugasnya, Proyek Induk Pembangkit dan Jaringan Sulawesi, Maluku, dan Papua membawahi 3 (tiga) proyek yang ada di wilayah Sulawesi, Maluku, dan Papua yaitu:1. Proyek Pembangkit dan Jaringan (PROKITRING) Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Barat yanfg berkedudukan di Makassar;2. Proyek Pembangkit dan Jaringan (PROKITRING) Sulawesi Bagian Utara dan Maluku yang berkedudukan di Manado;3. Proyek Pembangkit dan Jaringan (PROKITRING) Papua yang berkedudukan di Papua.Adapun proyek-proyek ketenagalistrikan yang dilaksanakan disupervisi oleh PT PLN (Persero) UPK RING SULMAPA antara lain sebagai berikut:1. Proyek Pembangkit yang meliputi PLTA, PLTM, serta PLTD.2. Proyek Jaringan yang emaliputi Sistem Sulawesi Selatan, Sistem Gorontalo, Manado, Maluku, dan Maluku Utara, serta sistem Papua.3. Gardu Induk(GI) yang meliputi GI Maros, GI Teling dan GI Sistem Gorontalo.

2. Visi dan Misi PerusahaanPT PLN (Persero) Proyek Induk Pembangkit dan Jaringan Sulawesi, Maluku, dan Papua didirikan dengan tujuan untuk menyelenggarakan usaha penyediaan tenaga listrik bagi kepentingan umum dalam jumlah dan mutu yang memadai, memupuk keuntungan dan melaksanakan penugasan pemerintah di bidang ketenagalistrikan dalam rangka menunjang pembangunan dengan menerapkan prinsip-prinsip Perseroan Terbatas. Adapun Visi dan Misi dari PT PLN(Persero) Proyek Induk dan Jaringan Sulawesi, Maluku, dan Papua yaitu :a. VisiVisi dari Proyek Induk ialah Diakui sebagai Perusahaan kelas dunia yang bertumbuh kembang, unggul, dan terpecaya dengan bertumpu pada potensi insan.

b. MisiMisi Proyek Induk ialah melakukan pengendalian konstruksi dan pengelolaan kegiatan proyek serta melaksanakan admnistrasi konstruksi yang bertindak sebagai wakil pemilik (owner) sehingga menghasilkan pembangkit dan jaringan dengan mutu yang memadai melaui proses pelaksanaan yang efisien untuk mencapai sasaran kinerja sesuai ketetapan Direksi.

1. Displin Kerja Tata tertib atau peraturan displin untuk beberapa jenis tugas yang dilaksanakan secara tim sesuai keputusan Direksi PT PLN (Persero) No.097.K/010/DIR/1999 tanggal 11 Mei 1999 yang disahkan olejh Menteri Tenaga Kerjas Nomor KEP.201/M/BW/PK/1999 tanggal 18 Mei 1999. Jam kerja pegawai adalah sebagai berikut: Senin Kamis: 07.30 16.30 WITA Jumat: 07.00 17.00 WITA Sabtu- Minggu: Libur

3. Struktur Organisasi dan Uraian TugasStruktur organisasi adalah susunan kerja secara sistematis sengan adanya kelompok manusia yang dipersatukan dan catu cara untuk bekerja sama secara efisien dan efektif .

MANAJER PROYEKARJUN

ADMINISTRASI & KEUANGAN1.SUSI SACHRA2.ANA SUSANTI3.WAWAN NASRUL4.YAKOMINA TEMMAR5. PRICILLA N.T MUSAKASMAN ADMINISTRASIMANSYUR THAHIR

TEKNIK LISTRIK1. ROMY SATYA A2. RONY JUANDI3. TAKDIR PATAPA4. ISWANDI SAID5. YUDDIN HALIKROW & PERTANAHAN1.YULIANUS BT2.HATTA RIDWANKONTRAK & PELAPORAN1.YANDANI2.A. FIRDAULIAH MPLINGKUNGAN & K3HM. YUSUFLOGISTIKNURDIN SYAWALTEKNIK SIPIL1. ALI GP2. SUHARTO3. HIDBAR SARAGIH4. NOVE ARDIANTO5. FADLIAH NASRUN6 .DWI ARIYANTO7. SYABRIL LESSY8. GALIH WP9. SUDIRMAN

Adapun Uraian Jabatan, fungsi dan tanggung jawab struktur organisasi pada PT. PLN (Persero) UIP RING SULMAPA III adalah sebagai berikut :1. MANEGER PROYEK1.1. IDENTITAS JABATANSebutan jabatan: Maneger Unit Pelaksana KontruksiJenis Jabatan : StrukturalJenjang Jabatan : Manajemen dasarKelompok Profesi : TeknikGrade : Optimization 1 System 3Kode Jabatan : 1Unit Kerja : Unit Pelaksana Kontrukksi SULMAPAJabatan Atasan Langsung : General Manager

1.2. TANGGUNG JAWAB UTAMAa. Mengoptimalkan pengawasan, pengendalian teknik, dan administrasi kontruksi;b. Mengkoordinasikan proses perijinan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan;c. Menggagas dan mengkoordinasikan sosialisasi, inventarisasi, dan menyusun daftar nominatif terkait kegiatan pembebasan tanah;d. Mengkkoordinasikan pembayaran pembebasan tanah untuk luasan tertentu, pengurusan pelepasan hak, dan sertifikat;e. Mengoptimalkan pelaksanaan survey di lapangan serta pelaksanaan analisis dampak lingkungan dan pengelolaan lingkungan hidup;

2. ASMAN ADMINISTRASI2.1. IDENTITAS JABATANSebutan jabatan: Asisten Manejer AdministrasiJenis Jabatan : StrukturalJenjang Jabatan : Supervision AtasKelompok Profesi : Non TeknikGrade : system 1 System 3Kode Jabatan : 2Unit Kerja : Unit Pelaksana Konstruksi SULMAPAJabatan Atasan Langsung : Manejer Unit Pelaksana Konstruksi jaringan

2.2. TANGGUNG JAWAB UTAMAa. Mengkoordinasikan pembayaran pembebasan tanah untuk luasan tertentu, pengurusan pelepasan hak, dan sertifikak;b. Mengkoordinasikan kegiiatan pengelolaan administrasi, kesekrektariatan dan rumah tangga pada unit kerjanta;c. Mengevaluasi pembuatan laporan manajemen bulanan/triwulan/tahunan sesuai dengan target kinerja;d. Melakukan aktivitas pelaksanaan Coaching/Mentoring/Councelling (CMC) untuk membina dan mengembangkan kompetesi SDM dalam hal pemenuhan kebutuhan kompetensi njabatan (KKJ) staf pada bagiannya;e. Monitoring dan evaluasi laporan secara berkala sesuai bidang tugasnya sebagai pertanggungjaaban pelaksanaan tugas;f. Melakukan aktivitas dan tugas lainnya yang diberikan oleh atas langsung sesuai lingkup tugas, tanggung jawab, dan kompentesinya.3. KONTRAK DAN PELAPORAN3.1. IDENTITAS JABATANSebutan jabatan: Senior Enginer II pengendalian kontrakJenis Jabatan : FungsionalJenjang Jabatan : Fungsional IIIKelompok Profesi : TeknikGrade : Optimization 1 Optimization 4 Kode Jabatan : 4.1Unit Kerja : Unit Pelaksana Kontruksi SULMAPAJabatan Atasan Langsung : Manajer Unit Pelaksanaan Kontruksi

3.2. TANGGUNG JAWAB UTAMAa. Mengoptimalkan pengendalian teknik menyangkut pengendalian aktu, mutu dan biaya projek, dan administrasi kontruksi;b. Mengkoordinasikan pemantuan dan pengendalian kemajuan fisik pembangunan secara berkala, melalui sinergi dengan pihak supervisi kontruksi dan supervisi desain (jika ada), serta menyusun leporan kemajuan pekerjaan pembangunan;c. Mengoptimalkan penyelesaiyan proyek sesuai dengan kontrak yang berlaku, sekaligus usulan atas perubahan isi kontrak (amademen) ke unit induk bila diperlukan;d. Mengevaluasi pelaporan kontrak;e. Mengoptimalkan pengarsipan dokumen-dokumen kontrak dan laporan;f. Mengevaluasi laporan secara berkala sesuai dengan bidang tugasnya sebagai pertanggujawaban pelaksanaan tugas;g. Melakukan aktivitas dan tugas lainnya yang diberikan oleh atasan langsung sesuai lingkup tugas, tanggung jawab, dan kompetensinya.4. TEKNIK SIPIL4.1. IDENTITAS JABATANSebutan jabatan: Engineer Teknik SipilJenis Jabatan : FungsionalJenjang Jabatan : Fungsional IVKelompok Profesi : TeknikGrade : System 1 System 4Kode Jabatan : 5.1Unit Kerja : Unit Pelaksana Kontruksi SULMAPAJabatan Atasan Langsung : Manajer Unit Pelaksanaan Kontruksi

4.2. TANGGUNG JAWAB UTAMAa. Melakukan monitoring pementuan dan pengendalian kemajuan fisik pembangunan secara berkala, melalui sinergi dengan pihak supervisi kontruksi dan supervisi desain (jika ada), serta menyusun laporan kemajuan pekerjaan pembangunan;b. Melakukan monitoring penyelesaian pending item pekerjaan teknik sipil, dan penyiapan serah terima proyek di lingkungan unit pelaksana kontruksi dengan unit pengusaha;c. Menyusun lapopran secara berkala sesuai bidang tugasnya sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan tugas;d. Melakukan aktivitas dan tugas lainnya yang diberikan oleh atasan langsung sesuai lingkup tugas, tanggung jawab, dan kompetensinya.

5. TEKNIK LISTRIK5.1. IDENTITAS JABATANSebutan jabatan: Engineer Teknik ElektrikalJenis Jabatan : FungsionalJenjang Jabatan : Fungsional IVKelompok Profesi : TeknikGrade : System 1 System 4Kode Jabatan : 6.1Unit Kerja : Unit Pelaksana Kontruksi SULMAPAJabatan Atasan Langsung : Manajer Unit Pelaksanaan Kontruksi

5.2. TANGGUNG JAWAB UTAMAa. Melakukan monitoring pementuan dan pengendalian kemajuan fisik pembangunan secara berkala, melalui sinergi dengan pihak supervisi kontruksi dan supervisi desain (jika ada), serta menyusun laporan kemajuan pekerjaan pembangunan;b. Melakukan monitoring penyelesaian pending item pekerjaan teknik sipil, dan penyiapan serah terima proyek di lingkungan unit pelaksana kontruksi dengan unit pengusaha;c. Menyusun lapopran secara berkala sesuai bidang tugasnya sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan tugas;d. Melakukan aktivitas dan tugas lainnya yang diberikan oleh atasan langsung sesuai lingkup tugas, tanggung jawab, dan kompetensinya.

6. ROW DAN PERALATAN6.1. IDENTITAS JABATANSebutan jabatan: Analyst Pengendalian ROW dan pertanahanJenis Jabatan : FungsionalJenjang Jabatan : Fungsional IVKelompok Profesi : Non TeknikGrade : System 1 System 4Kode Jabatan : 7.1Unit Kerja : Unit Pelaksana Kontruksi SULMAPAJabatan Atasan Langsung : Manajer Unit Pelaksanaan Kontruksi

6.2. TANGGUNG JAWAB UTAMAa. Mengkoordinasikan proses perijinan yang terkait dengan pelaksanaan pekerjaan;b. Mengkoordinasikan sosialisasi, inventarisasi, dan menyusun daftar nominatif terkait dengan pembebasan tanah;c. Mengadakan koordinasi denghan bagian hukum dam pertanahan unit induk, PEMDA setempat dan unsur-unsur terkait lainya mengenai rencana pengadaan tanah, sosialisasi, proses pembayaran untuk pembangunan sarana kelistrikan;d. Menyusun laporan secara berkala sesuia bidang tugasnya sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan tugas;e. Melakukan aktivitas dan tugas lainnya yang diberikan oleh atasan langsung sesuia lingkup tugas, tanggung jawab, dan kompetensinya.

7. LINGKUNGAN & K37.1. IDENTITAS JABATANSebutan jabatan: Junior Enginner Lingkungan, Keamanan dan K3Jenis Jabatan : FungsionalJenjang Jabatan : Fungsional VIKelompok Profesi :TeknikGrade : Basic 1 Basic 4Kode Jabatan : 8.3Unit Kerja : Unit Pelaksana Kontruksi SULMAPAJabatan Atasan Langsung : Manajer Unit Pelaksanaan Kontruksi

7.2. TANGGUNG JAWAB UTAMAa. Melaksanakan survey di lapangan serta pelaksanaan analisis dampak lingkungan dan pengelolaan lingkungan hidupb. Memonitoring hubungan kerja sama dengan pihak lain melipiti koordinasi dengan stakeholder untuk kelancaran dan kebersihan penyalesaiyan lingkungan;c. Melaksanakan program, strategi serta kebijakan maupun standar pengelolaan lingkungan yang ditetapkan prseorang unit pelaksana berkoordinasi dengan unit induk;d. Menyiapan bahan/data untuk program sosialisasi/penyuluhan tentang K3;e. Menyiapakan data sebagai bahan koordinasi tentang pelaksanaan K3 dengan panetia pembina K3 (P2K3);f. Menyiapan laporan kecalakaan, laporan bulanan/triwulan K3 ke unit induk untuk memperoleh kebutuhan laporan statistik dan peningkatan pelaksanaan K3;8. LOGISTIK8.1. IDENTITAS JABATANSebutan jabatan: Assistent Enginner Lingkungan, Keamanan dan K3Jenis Jabatan : FungsionalJenjang Jabatan : Fungsional VKelompok Profesi :TeknikGrade : Specific 1 Specific 4Kode Jabatan : 8.2Unit Kerja : Unit Pelaksana Kontruksi SULMAPAJabatan Atasan Langsung : Manajer Unit Pelaksanaan Kontruksi

8.2. TANGGUNG JAWAB UTAMAa. Melakukan monitoring pengelolaan logistik dan tata usaha gudang;b. Malakukan monitoring pemakaian material per proyek;c. Melakukan monitoring pemeliharaaan material PDP yang ada di unik pelaksana;d. Mengevaluasi administrasi pergudangan di unit pelaksana;e. Melakukan monitoring penerimaan dan pengeluaran material dari gudang unit pelaksana;f. Melakukan monitoring pemanfaatan material PDP yang ada;g. Menyusun laporan secara berkala sesuai bidang tugasnya sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan tugas;

4. Aktivitas Selama KKLUntuk waktu dan tempat pelaksanaan Kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) adalah sebagai berikut :Pelaksanaan Praktek Kuliah Lapangan (KKL) dilakukan selama 2 bulan mulai tanggal 29 April sampai dengan 29 Juni 2013 di PT. PLN (Persero) Unit Pelaksana Konstruksi Jaringan Sulmapa III yang berlokasi di JL. Letjend Hertasning. Pada awal pelaksanaan KKL, penulis diperkenalkan oleh pembimbing lapangan kepada bagian-bagian yang ada di PT. PLN (Persero) Unit Pelaksana Konstruksi Jaringan Sulmapa III. Kemudian pembimbing lapangan memberikan tugas beserta penjelasannya.Adapun aktivitas yang dilakukan selama KKL berlangsung yaitu membantu karyawan memeriksa laporan mingguan, bulanan, membuat berita ada pelepasan tanah, membantu membuat SPPD, foto copy, senam setiap hari jumat, mengantar berkas ke devisi devisi, serta membuat daftar kwitansi dan pajak pada PT PLN (Persero) Unit Pelaksana Konstruksi Jaringan Sulmapa III, dan pada tanggal 4 Juni 2013 menggantikan Sekertaris Manajer karena lagi cuti hamil, Di bawah ini akan dijelaskan beberapa mekanisme perusahaan dalam melakukan pembebasan lahan Tanah

Kendala-kendala yang di hadapi saat pelaksanaan KKL :1. Para Pejabat dan Karyawan PT PLN (Persero) Unit Pelaksana Konstruksi Jaringan Sulmapa III, sibuk dengan aktivitas dan pekerjaan rutin masing-masing, dan banyaknya Karyawan yang melakukan SPPD, sehingga menjadi penghambat untuk memperoleh informasi yang dibtuhkan oleh penulis.2. Banyaknya pegawai senior yang melakukan SPPD yang jadi yang di kantor hanya pegawai baru jadi mereka kurang member informasi yang dibutuhkan oleh penulis.

B. KERANGKA TEORI1. TANAHTanah adalah salah satu harta yang sangat berharga di muka bumi ini, yang dalam sepanjang sejarah peradaban umat manusia tak henti-hentinya memberikan problemaproblema rumit. Indonesia, yang memiliki daratan (tanah) yang sangat luas, telah menjadikan persoalan tanah sebagai salah satu persoalan yang paling urgen diantara persoalan lainya. Maka tak heran, pasca Indonesia merdeka, hal pertama yang dilakukan oleh pemuka bangsa dikala itu adalah proyek landreform ditandai dengan diundangkannya UU No 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, selanjutnya disingkat UUPA.Selanjutnya UUPA beserta ketentuan-ketentuan pelaksanaannya menjadi acuan bagi pengelolaan administrasi pertanahan di Indonesia, termasuk dalam kegiatan pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum. Pembangunan fasilitas-fasilitas umum memerlukan tanah sebagai wadahnya. pembangunan fasilitas umum tersebut tidak menemui masalah apabila persediaan tanah masih luas. Namun, yang menjadi permasalahan adalah tanah merupakan sumber daya alam yang sifatnya terbatas, dan tidak pernah bertambah luasnya. Tanah yang tersedia saat ini telah banyak dilekati dengan hak (tanah hak), sementara tanah negara sudah sangat terbatas persediaannya. Pada masa sekarang ini adalah sangat sulit melakukan pembangunan untuk kepetingan umum di atas tanah negara, oleh karena itu jalan keluar yang ditempuh adalah dengan mengambil tanah-tanah hak. Kegiatan mengambil tanah (oleh pemerintah dalam rangka pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum) inilah yang kemudian disebut dengan pengadaan tanah.UUPA sendiri memberikan landasan hukum bagi pengambilan tanah hak ini dengan menentukan : Untuk kepentingan umum, termasuk kepentingan bangsa dan negara serta kepentingan bersama dari rakyat, hak-hak atas tanah dapat dicabut, dengan memberi ganti kerugian yang layak menurut cara yang diatur dengan Undang Undang. Pembangunan yang tengah giat dilakukan pemerintah saat ini kerap kali berbenturan dengan masalah pengadaan tanah. Agar tidak melanggar hak pemilik tanah, pengadaan tanah tersebut mesti dilakukan dengan memerhatikan prinsip-prinsip kepentingan umum (public interest) sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Hal inilah yang akan dibahas lebih jauh dalam tulisan ini.

2. Pengadaan TanahPengadaan Tanah adalah setiap kegiatan untuk mendapatkan tanah dengan cara memberikan ganti rugi kepada yang melepaskan atau menyerahkan tanah, bangunan, tanaman dan benda-benda yang berkaitan dengan tanah. Sebelumnya, di Indonesia pengadaan tanah khususnya bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum yang dilakukan oleh pemerintah maupun pemerintah daerah dilaksanakan dengan cara pencabutan hak atas tanah. Hal tersebut diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 36 tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, Pasal 1 Angka 3. Namun, dengan dikeluarkannya Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 yang merupakan perubahan dari Peraturan Presiden Nomor 36 tahun 2005, maka pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum yang dilakukan oleh pemerintah maupun pemerintah daerah dilaksanakan dengan cara pelepasan atau penyerahan hak atas tanah. Selain Pengadaan tanah, perlu juga diketahui pengertian tentang kepentingan umum, mengingat pengadaan tanah di Indonesia senantiasa ditujukan untuk kepentingan umum. Memberikan pengertian tentang kepentingan umum bukanlah hal yang mudah. Selain sangat rentan karena penilaiannya sangat subektif juga terlalu abstrak untuk memahaminya. Sehingga apabila tidak diatur secara tegas akan melahirkan multi tafsir yang pasti akan berimbas pada ketidakpastian hukum dan rawan akan tindakan sewenang wenang dari pejabat terkait. Namun, hal tersebut telah dijawab dalam Perpres No 36 Tahun 2005 yang kemudian dirampingkan oleh Perpres 65 Tahun 2006 dimana telah ditentukan secara limitatif dan konkret pengertian dari kepentingan umum yaitu :a. Jalan umum dan jalan tol, rel kereta api (di atas tanah, di ruang atas tanah, ataupun di ruang bawah tanah), saluran air minum/air bersih, saluran pembuangan air dan sanitasi;b. Waduk, bendungan, bendungan irigasi dan bangunan pengairan lainnya; c. Pelabuhan, bandar udara, stasiun kereta api, dan terminal;d. Fasilitas keselamatan umum, seperti tanggul penanggulangan bahaya banjir, lahar, dan lain-lain bencana;e. Tempat pembuangan sampah;f. Cagar alam dan cagar budaya;g. Pembangkit, transmisi, distribusi tenaga listrik.

3. Dasar Hukum Pengadaan tanah untuk kepentingan umum sejak tahun 1961 sampai dengan sekarang telah berlaku Undang-undang No. 20 Tahun 1961, kemudian dilanjutkan dengan kebijakan pemerintah melalui PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri) No. 15 Tahun 1975, kemudian dicabut dan diganti dengan Keppres No. 55 Tahun 1993 tentang Pengadaan Tanah Bagi Kepentingan Umum. Namun dengan berlakunya ketentuan tersebut dalam proses pelaksanaannya tetap menimbulkan konflik dalam masyarakat. Untuk itu perlu dikaji ulang keberadaan dari Keppres No. 55 Tahun 1993 dan dikaitkan pula dengan Undangundang No. 22 Tahun 1999, tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang No. 25 Tahun 1999, tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Pengadaan tanah kemudian diatur dengan Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 yang kemudian dirubah dengan Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006. Sampai dengan saat ini Indonesia belum memiliki Undang-Undang yang mengatur secara khusus tentang Pengadaan Tanah. Ditingkat Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN), pengadaan tanah diatur dalam Peraturan Kepala BPN Nomor 3 Tahun 2007 tentang Ketentuan Pelaksana Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.

4. Penilaian Penilaian harga tanah yang terkena pembangunan untuk kepentingan umum dilakukan oleh Lembaga Penilai Harga Tanah/Tim Penilai Harga Tanah. Lembaga Penilai Harga Tanah saat ini dipercayakan kepada Lembaga Penilai Independen yaitu Lembaga Appraisal yang mendapat lisensi dari Menteri Keuangan dan BPN. Sedangkan untuk harga bangunan dan/atau tanaman dan/atau benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah dilakukan oleh Kepala Dinas/Kantor/Badan di Kabupaten/Kota yang membidangi bangunan dan/atau benda lain yang berkaitan dengan tanah tersebut. Tim Penilai Harga Tanah melakukan penilaian harga tanah berdasarkan ( Nilai Jual Objek Pajak ) NJOP atau nilai nyata/sebenarnya dengan memperhatikan NJOP tahun berjalan, dan dapat berpedoman pada variable-variabel sebagai berikut : 1. Lokasi dan letak tanah; 2. Status tanah; 3. Peruntukan tanah; 4. Kesesuaian penggunaan tanah dengan rencana tata ruang wilayah atau perencanaan wilayah atau tata kota yang telah ada; 5. Sarana dan prasarana yang tersedia; dan 6. Faktor lainnya yang mempengaruhi harga tanah.Selain factor tersebut sebenarnya ada 3 faktor yang juga sangat penting dalam Penilaian harga tanah1. Faktor Religius Magis2. Faktor Cara Memperoleh Tanah3. Faktor Durasi Memiliki Tanah

5. Ganti Kerugian Permasalahan pokok dalam pelaksanaan pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum adalah mengenai penetapan besarnya ganti rugi. Ketentuan mengenai pemberian ganti rugi ini telah diatur dalam ketentuan hukum tanah di Negara kita. UUPA mengatur bahwa untuk kepentingan umum, termasuk kepentingan bangsa dan Negara serta kepentingan bersama dari rakyat, hak-hak atas tanah dapat dicabut, dengan member ganti kerugian yang layak dan menurut cara yang diatur dengan undang-undang. Ganti rugi yang layak didasarkan atas nilai nyata/sebenarnya dari tanah atau benda yang bersangkutan.13 Pola penetapan ganti rugi atas tanah dinegara kita ditetapkan melalui musyawarah dengan memperhatikan harga umum setempat disamping faktor-faktor lain yang mempengaruhi tanah. 14 Ganti kerugian yang diberikan dapat berupa :a. Uang;b. Tanah pengganti;c. Pemukiman kembali;d. Gabungan dari dua atau lebih ganti kerugian a, b, dan c;e. Bentuk lain yang disetujui para pihak. Sedangkan Perpres No 36 Tahun 2005 Jo. Perpres No 65 Tahun 2006 dan Peraturan Kepala BPN-RI Nomor 3 Tahun 2007 menyebutkan makna ganti rugi adalah penggantian terhadap kerugian baik bersifat fisik sebagai akibat pengadaan tanah kepada yang mempunyai tanah, bangunan, tanaman, dan/atau benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah yang dapat memberikan kelangsungan hidup yang lebih baik dari tingkat kehidupan sosial ekonomi sebelum terkena pengadaan tanah.16 Penentuan besarnya ganti rugi didasarkan pada hasil kesepakatan pemilik tanah dengan Instansi Pemerintah yang memerlukan tanah. Hasil kesepakatan tersebut kemudian oleh Panitia Pengadaan Tanah sesuai dengan tugasnya dituangkan dalam Berita Acara Hasil Musyawarah, dan selanjutnya menerbitkan Surat Keputusan Penetapan Besarnya Ganti Rugi. Musyawarah antara pemilik tanah dengan Instansi Pemerintah yang memerlukan tanah tersebut berpedoman pada penilaian harga tanah yang dilakukan oleh Lembaga/Tim Penilai Harga Tanah. Ganti kerugian menurut Hukum Tanah Nasional ditetapkan menurut nilai pengganti (replacement value) yang berarti bahwa ganti rugi yang diterima dapat dimanfaatkan untuk memperoleh penggantian terhadap tanah dan/atau bangunan dan/atau tanaman semula dalam kualitas yang minimal setara dengan yang sebelum terkena pengadaan tanah. Sesuai dengan Konsepsi Hukum Tanah Nasional yaitu adanya keseimbangan antara kepentingan umum dan kepentingan perseorangan maka prinsip pengadaan tanah adalah mewujudkan pengadaan tanah yang memenuhi rasa keadilan, baik bagi masyarakat yang terkena pengadaan tanah dengan diberi ganti kerugian yang dapat menjamin kelangsungan hidupnya dan bagi Instansi Pemerintah yang memerlukan tanah untuk dapat memperoleh tanah serta perlindungan maupun kepastian hukum. Guna mewujudkan hal tersebut di atas maka pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum dengan cara pembebasan hak-hak atas tanah masyarakat haruslah diatur dalam suatu undang-undang, yang mencerminkan pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia khususnya hak-hak keperdataan dan hak hak ekonomi yang dimilikinya. Hal tersebut sampai saat ini belum juga dapat diwujudkan di negara kita. Sampai saat ini Negara kita belum juga memiliki Undang Undang yang mengatur secara khusus tentang Pengadaan Tanah, melainkan diatur dengan Peraturan Presiden. Namun, dengan dikeluarkannya Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 tersebut, dinilai telah sedikit memberikan kepastian hukum dan aturan-aturan pengadaan tanah yang lebih demokratis, serta sedikit menutup ruang bagi aparat pemerintah untuk bertindak secara sewenang-wenang.

C. PEMBAHASAN TEMUANKegiatan relokasi/permukiman kembali penduduk yang terkena pengadaan tanah sampai saat ini masih sering menimbulkan berbagai masalah. Masalah tersebut adalah adanya perbedaan berbagai aspek antara lokasi yang lama dan lokasi yang baru. Permasalahan tersebut semakin mengemuka ketika berbagai aspek kehidupan yang dimiliki atau diperoleh di lokasi yang lama, ternyata tidak dapat ditemui di lokasi yang baru. Antara satu keluarga/kelompok masyarakat tentu dengan yang lainnya memiliki karakter, kemampuan, dan kebutuhan yang kadang-kadang tidak sama. Namun demikian, ketika mereka direlokasi/dimukimkan ke suatu lokasi, ada kecenderungan mereka diperlakukan memiliki karakter, kemampuan, dan kebutuhan yang sama. Akibatnya, ada beberapa keluarga atau kelompok masyarakat yang mengalami deprivasi sosial. Berdasarkan data lapangan, ada beberapa alternatif dasar perhitungan yang dapat dipertimbangkan dalam rangka relokasi/permukiman kembali penduduk. Hal-hal yang penting dipertimbangkan sebagai dasar perhitungan dalam relokasi/permukiman kembali penduduk adalah (1) jumlah anggota keluarga, (2) mata pencaharian, (3) tingkat pendapatan, (4) kelembagaan sosial, dan (5) norma dan tradisi lokal. Kelima hal tersebut penting dipertimbangkan agar warga yang direlokasi/dimukimkan dapat mempertahankan, bahkan meningkatkan kondisi social ekonomi di lokasi yang baru.

1. Persepsi masyarakat tentang keberhasilan dan kegagalan dalam kegiatan pembebasan lahan PT.PLN (Persero) Keberhasilan atau kegagalan suatu proses pembebasan lahan dan/atau relokasi/pemukiman kembali seringkali tidak hanya dapat dilihat oleh pihak yang membutuhkan tanah. Berdasarkan temuan empiris di lapangan, ada beberapa hal yang dipersepsikan oleh masyarakat sebagai indikator keberhasilan dan sebaliknya, jika hal tersebut terjadi hal yang berbeda, maka dapat dikatakan mengalami kegagalan. Berikut adalah butir-butir persepsi masyarakat mengenai keberhasilan atau kegagalan proses pembebasan lahan, relokasi, dan pemukiman kembali. Data dan pembahasan berikut terungkap dari data lapangan khususnya di Daerah Wotu Malili. Hal tersebut dipilih karena proses pembebasan lahan masih berlangsung sehingga perhatian masyarakat masih cukup tinggi serta ingatan masyarakat terhadap proses pembebasan lahan masih segar. Adapun persepsi masyarakat tentang keberhasilan dan kegagalan dalam kegiatan pembebasan lahan Tanah dilandasi oleh (1) jeda sosialisasi dengan eksekusi pembayaran, (2) proses sosialisasi dan negosiasi, (3) kepemilikan harta, (4) peluang mata pencaharian, (5) pulang kembali ke lokasi semula.

2. Kriteria keberhasilan dan kegagalan kegiatan pembebasan lahan dan relokasi/permukiman kembali Selama ini, ada kecenderungan kriteria keberhasilan dan kegagalan kegiatan pembebasan lahan, relokasi, dan pemukiman kembali lebih menekankan salah satu aspek saja tanpa banyak melihat aspek lain secara proporsional. Bahkan, criteria yang diterapkan lebih banyak yang berorientasi pada dimensi output tanpa banyak melihat dimensi proses, dan dimensi outcome. Oleh karena itu, dibutuhkan criteria dengan melihat aspek secara seimbang, yakni aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan. Penetapan kriteria tiga aspek tersebut sejalan dengan perubahan paradigm pembangunan dari paradigma teknis menuju ke paradigma pembangunan keberlanjutan (sustainibility). Pada paradigma pembangunan yang berkelanjutan, pembangunan yang dilakukan harus memperhatikan aspek sosial, aspek ekonomi, dan aspek lingkungan secara seimbang dan holistik. Dalam kaitan dengan pembebasan lahan, relokasi, dan pemukiman kembali untuk pembangunan Gardu Indk PT.PLN (Persero), ketiga aspek tersebut juga sangat penting diperhatikan dan dipertimbangkanKriteria keberhasilan dan kegagalan kegiatan pembebasan lahan dan relokasi/permukiman kembali mencakup tiga aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan. Pada aspek sosial berdasarkan pemeringkatannya adalah (1) proses musyawarah, (2) sosialisasi, (3) sikap masyarakat di lokasi yang baru, (4) tempat tinggal dengan keluarga, (5) kelembagaan sosial, dan (6) norma sosial. Pada aspek ekonomis, berdasarkan pemeringkatannya adalah (1) pendapatan, (2) pola mata pencaharian, (3) hasil produksi (tani), (4) pangsa pasar, (5) asset keluarga, (6) luas tanah, dan (7) perabot rumah. Pada aspek lingkungan, berdasarkan pemeringkatannya adalah (1) kualitas rumah, (2) luas rumah, (3) prasarana lingkungan permukiman, (4) kualitas fasos dan fasum, (5) luas pekarangan, dan (6) jarak fasos dan fasum.

D. JAWABAN DARI TEMUAN Dengan mengacu pada data, pembahasan, dan kesimpulan di atas, dapat disarankan hal-hal sebagai berikut:1. Tiga dasar perhitungan dalam penentuan besaran nilai ganti rugi kiranya dapat dipertimbangkan untuk dimasukkan ke dalam model konvensional yang selama ini digunakan. Dasar alternatif perhitungan pembebasan lahan, selain dapat mereduksi resistensi masyarakat, juga dapat mengakselerasi proses pembebasan lahan.2. Dalam rangka relokasi/permukiman kembali penduduk diharapkan mempertimbangkan keenam aspek yang selama ini belum sepenuhnya menjadi perhatian para pihak yang membutuhkan tanah. Dengan mempertimbangkan keenam aspek tersebut diharapkan kondisi sosial ekonomi masyarakat dapat lebih terjamin dan mengalami peningkatan3. Dalam Melakukan pembebasan lahan hendaknya pihak PT. PLN (Persero) melakukan negosiasi empat mata terlebih dahulu agar dapat memahami keluhan para masyarakat yang terkena titik pembangunan PT PLN (Persero) 4. Dalam pelakuan pembayaran pembebasan lahan pihak PT PLN (Persero) sebainya melakukan tepat pada waktunya dan paling tidak mengikuti keinginan para warga yang terkena titik lokasi pembangunan

BAB IIIKESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Selama melaksanakan kegiatan PKL pada PT. PLN (Persero) UPK RING SULMAPA III yang merupakan Badan Usaha Milik Negara yang berbentuk Perseroan Terbatas yang khusus menangani proyek proyek pembangkit listrik dan jaringan di sulawesi.Adapun proyek-proyek ketenagalistrikan yang dilaksanakan disupervisi oleh PT PLN (PERSERO) UPK RING SULMAPA III antara lain :1. Proyek Pembangkit yang meliputi PLTA, PLTM, PLTU dan PLTD.1. Proyek jaringan yang meliputi Sistem Sulawesi Selatan, Sistem Gorontalo, Manado, Maluku, dan Maluku Utara, Serta Sistem Papua.1. Gardu induk (GI) yang meliputi GI Maros, GI Teling, dan GI Sistem Gorontalo.Dalam melaksanakan PKL, penulis mendapat banyak masukan tentang bagaimana cara belajar dan bekerja di dalam suatu perusahaan. Dengan demikian penulis dapat menyimpulkan beberapa hal yang penulis dapatkan dari perusahaan tersebut, antara lain :1. PT. PLN (Persero) yang merupakan Badan Usaha Milik Negara yang berbentuk Perseroan Terbatas yang khusus menangani proyek proyek pembangkit listrik dan jaringan di sulawesi.1. PT. PLN (Persero) mempunyai struktur organisasi yang berbentuk garis, dimana pelimpahan wewenang berlangsung secara vertical dari pemimpin tertinggi kepada bagian-bagian di bawahannya sehingga tercipta suatu kesatuan perintah dan kesatuan komando.1. Selama melakukan kegiatan PKL, penulis banyak mengetahui tentang prosedur dan tata cara dunia kerja yang sesungguhnya. Selain itu penulis juga dapat mengetahui bentuk-bentuk tugas yang dilaksanakan oleh masing-masing karyawan tentunya disesuaikan dengan bidang masing-masing.

Tiga dasar perhitungan dalam penentuan besaran nilai ganti rugi kiranya dapat dipertimbangkan untuk dimasukkan ke dalam model konvensional yang selama ini digunakan. Dasar alternatif perhitungan pembebasan lahan, selain dapat mereduksi resistensi masyarakat, juga dapat mengakselerasi proses pembebasan lahan.

B. SaranPeraktek Kerja Lapangan (PKL) merupakan program pengaplikasian teori-teori yang didapatkan selama kuliah. Oleh sebab itu, penulis menyarankan kepada :1. Untuk Pihak STIEM BONGAYA MAKASSARSekiranya desen pembimbing dan mahasiswa mampu menjalin komunikasi yang baik demi kelancaran proses yang terjalin antara dosen pembimbing dengan mahasiswa yang dibimbing.1. Untuk Pihak PerusahaanPT PLN (Persero) UPK RING SULMAPA III hendaknya senantiasa menjalin kerjasama yang baik dengan perusahaan lain seperti perusahaan kontraktor yang selama ini banyak menjalin hubungan kerja sama dengan PT PLN (Persero) atau pihak pemerintah demi kelancaran kerjasama yang terjalin selama ini.

KKL PT.PLN (Persero) UPK RING SULMAPA IIIDARNO 2010 10 312