Frakture Fibula

21
FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA (FRAKTUR CRURIS) Karena terletak pada subkutan, tibia lebih sering mengalami fraktur dan lebih sering mengalami fraktur terbuka dibandingkan tulang panjang lainnya. (5) Mekanisme cedera dan patologi (5) Daya pemuntir menyebabkan fraktur spiral pada kedua tulang kaki dalam tingkat yang berbeda; daya angulasi menimbulkan fraktur melintang atau oblik pendek, biasanya pada tinga yang sama. Pada cedera tak langsung, salah satu dari fragmen tulang dapat menembus kulit; cedera langsung akan menembus atau merobek kulit di atas fraktur. Kecelakaan sepeda motor adalah penyebabnya yang paling lazim. Banyak diantara fraktur itu disebabkan oleh trauma tumpul, dan resiko komplikasinya berkaitan langsung dengan luas dan tipe kerusakan jaringan lunak. Tscherne menekankan pentingnya menilai dan menetapkan tingkat cedera jaringan lunak: C0 = kerusakan jaringan lunak sedikit dengan fraktur biasa C1 = abrasi dangkal atau kontusio dari dalam C2 = abrasi dalam, kontusio jaringan lunak dan pembengkakan, dengan fraktur berat C3 = kerusakan jaringan lunak yang luas dengan ancaman kompartemen Untuk fraktur terbuka, digunakan penentuan tingkat menurut Gustilo. Tipe I adalah fraktur biasa dengan luka sangat kecil yang bersih akibat perforasi oleh tonjolan tulang yang kecil. Tipe II adalah fraktur yang cukup berat

Transcript of Frakture Fibula

Page 1: Frakture Fibula

FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA (FRAKTUR CRURIS)

Karena terletak pada subkutan, tibia lebih sering mengalami fraktur dan lebih

sering mengalami fraktur terbuka dibandingkan tulang panjang lainnya. (5)

Mekanisme cedera dan patologi (5)

Daya pemuntir menyebabkan fraktur spiral pada kedua tulang kaki dalam tingkat

yang berbeda; daya angulasi menimbulkan fraktur melintang atau oblik pendek, biasanya

pada tinga yang sama. Pada cedera tak langsung, salah satu dari fragmen tulang dapat

menembus kulit; cedera langsung akan menembus atau merobek kulit di atas fraktur.

Kecelakaan sepeda motor adalah penyebabnya yang paling lazim.

Banyak diantara fraktur itu disebabkan oleh trauma tumpul, dan resiko

komplikasinya berkaitan langsung dengan luas dan tipe kerusakan jaringan lunak.

Tscherne menekankan pentingnya menilai dan menetapkan tingkat cedera jaringan lunak:

C0 = kerusakan jaringan lunak sedikit dengan fraktur biasa

C1 = abrasi dangkal atau kontusio dari dalam

C2 = abrasi dalam, kontusio jaringan lunak dan pembengkakan, dengan fraktur berat

C3 = kerusakan jaringan lunak yang luas dengan ancaman kompartemen

Untuk fraktur terbuka, digunakan penentuan tingkat menurut Gustilo. Tipe I

adalah fraktur biasa dengan luka sangat kecil yang bersih akibat perforasi oleh tonjolan

tulang yang kecil. Tipe II adalah fraktur yang cukup berat dengan panjang luka lebih dari

1 cm tapi tanpa kerusakan jaringan lunak yang luas. Tipe III adalah cedera berat dengan

kerusakan jaringan lunak yang luas dan terjadi kontaminasi luka; kelompok ini

selanjutnya dibagi lagi menjadi cedera dengan jaringan lunak penutup yang masih

memadai (IIIA), fraktur dengan kehilangan kulit (IIIB) dan fraktur yang disertai dengan

cedera arteri (IIIC). Tipe IIIC biasanya membutuhkan perawatan multidisipliner. Insidens

infeksi berkisar antara 1% untuk tipe I sampai 30% untuk tipe IIIC.

Waktu penyatuan rata-rata setelah imobilisasi berkisar antara 10 minggu untuk

fraktur “kecil” (terbuka atau tertutup) sampai 20 minggu untuk cedera yang berat. Tetapi

angka ini cenderung mengaburkan fakta bahwa fraktur tibia memerlukan waktu 6 bulan

atau lebih untuk menyatu.

Page 2: Frakture Fibula

Gambaran klinik

Cedera terjadi akibat gaya angulasi yang menyebabkan garis fraktur

transversal atau miring, kadang dengan fragmen kominutif. Tenaga rotasi dapat

terjadi pada olahragawan seperti pemain bola. Gambaran klinisnya berupa

pembengkakan dan karena kompartemen otot merupakan system yang tertutup,

dapat terjadi sindrom kompartemen dengan gangguan vaskularisasi kaki. (2) Gejala

yang lain tampak adanya deformitas angulasi atau endo/eksorotasi, juga

ditemukan nyeri gerak dan nyeri tekan. (1) Kulit mungkin tidak rusak atau robek

dengan jelas, kadang kulit tetap utuh tetapi melesak atau telah hancur, dan

terdapat bahaya bahwa kulit itu dapat mengelupas dalam beberapa hari. Kaki

biasanya memuntir keluar dan deformitas tampak jelas. Kaki dapat menjadi

memar dan bengkak. Nadi dipalpasi untuk menilai sirkulasi, dan jari kaki diraba

untuk menilai sensasi. Pada fraktur gerakan tidak boleh dicoba, tetapi pasien

diminta untuk menggerakkan jari kakinya. Sebelum merencanakan terapi, perlu

dilakukan penentuan beratnya cedera. (5)

Sinar-X

Gambaran radiologis harus memenuhi persyaratan foto rontgen untuk

menghindari k diagnosis. Fraktur harus dibidai sebelum pemeriksaan radiologis

guna mengurangi rasa nyeri dan menghindari patah tulang menjadi terbuka dan

kerusakan jaringan yang berlebihan lainnya. (2)

Fraktur spiral biasanya terjadi pada 1/3 bagian bawah batang tibia; fraktur fibula

juga berbentuk spiral dan biasanya pada tingkat yang lebih tinggi; sering terdapat

pergeseran lateral, tumpang tindih dan pemuntiran keluar di bawah fraktur.

Pada fraktur melintang kedua tulang patah pada tingkat yang sama, dan mungkin

terdapat pergeseran, kemiringan atau pemuntiran pada setiap arah; kadang terdapat

fragmen “kupu-kupu” berbentuk segitiga yang terpisah. (5)

Terapi

Jika tibia dan fibula fraktur, yang diperhatikan adalah reposisi tibia.

Angulasi dan rotasi yang paling ringan sekalipun dapat mudah dilihat dan

dikoreksi. Pemendekan tulang dari 1 cm tidak menjadi masalah karena akan

dikompensasi pada waktu pasien sudah mulai berjalan. Sekalipun demikian,

2

Page 3: Frakture Fibula

pemendekan sebaiknya dihindari. Patah tulang kruris harus selalu dirawat dengan

tungkai letak tinggi. (2)

Terapi pada fraktur tertutup

Prinsip terapi adalah: (5)

1. Membatasi kerusakan jaringan lunak dan mempertahankan penutup kulit

2. Mencegah atau sekurang-kurangnya mengetahui pembengkakan

kompartemen

3. Memperoleh penjajaran (alignment) fraktur

4. Untuk memulai pembebanan dini (pembebanan membantu penyembuhan)

5. Memulai gerakan sendi secepat mungkin

Prioritas yang pertama adalah menilai tingkat kerusakan jaringan lunak. Meskipun

fraktur itu tertutup, fraktur berat dengan kontusio jaringan lunak yang luas dapat

membutuhkan fiksasi luar dini dan peninggian tungkai. Bila ada ancaman sindroma

kompartemen, fasiotomi perlu segera dilakukan. (5)

1. Terapi tertutup

Sebagian besar fraktur dengan sedikit kerusakan jaringan lunak atau sedang

(cedera C0 dan C1, dan beberapa cedera C2) dapat diterapi secara tertutup. Kalau fraktur

tak bergeser atau sedikit bergeser, gips panjang dari paha atas sampai leher metatarsal

dipasang dengan posisi lutut sedikit berfleksi dan pergelangan kaki pada posisi sudut

siku-siku (fraktur pergeseran pada fibula tak penting dan dapat diabaikan). Kalau fraktur

bergeser, ini dapat direduksi di bawah anestesi umum dengan pengawasan sinar-X.

Aposisi tidak perlu lengkap tetapi penjajaran harus mendekati sempurna (angulasi tak

lebih dari 7 derajat) dan rotasi benar-benar sempurna. Gips panjang dipasang seperti pada

fraktur tak bergeser (tetapi perhatikan bahwa kalau penempatan pergelangan kaki pada 0

derajat menyebabkan fraktur bergeser, beberapa derajat ekuinus dapat diterima). Posisi

dicek dengan sinar-X, tingkat angulasi yang kecil masih dapat dikoreksi dengan membuat

potongan melintang pada gips dan menekannya ke dalam posisi yang lebih baik. Tungkai

ditinggikan dan pasien dobservasi selama 48-72 jam. Kalau terdapat banyak

pembengkakan, gips dibelah. (5)

Ada beberapa cara pemasangan gips, yaitu: (1)

1. Cara long leg plaster. Gips dipasang mulai dari pangkal jari kaki sampai

proksimal femur dengan sendi talokrural dalam posisi netral, sedang posisi

lutut dalam fleksi 15-20°.

3

Page 4: Frakture Fibula

2. Cara Sarmiento. Pemasangan gips dimulai dari jari kaki sampai di atas sendi

talokrural dengan molding sekitar maleolus. Setelah kering segera dilanjutkan

ke atas sampai 1 inchi di bawah tuberositas tibia dengan molding pada

permukaan anterior tibia. Gips dilanjutkan sampai ujung proksimal patella.

Pasien dengan tingkat cedera 0 atau 1 biasanya diperbolehkan bangun (dan

pulang) pada hari kedua atau ketiga, diberi sedikit sekali pembebanan dengan bantuan

kruk penopang. Pasien dengan cedera yang lebih berat perlu diawasi selama beberapa hari

sampai dapat dipastikan tidak ada ancaman komplikasi; sesudah itu penahanan beban

sebagian diperbolehkan.

Setelah 2 minggu posisi dicek dengan sinar-X. Gips dipertahankan (atau

diperbarui kalau sudah longgar) hingga fraktur menyatu – dimana pada anak-anak

memakan waktu 8 minggu tetapi pada orang dewasa jarang dibawah 16 minggu.

Pemasangan gips secara dini mungkin tidak bijaksana kalau kelangsungan hidup

kulit meragukan, pada kasus ini akan bermanfaat bila dipasang traksi selama beberapa

hari sebagai tindakan pendahuluan. (5)

Kaidah dan pedoman untuk penanganan gips pada patah tulang tungkai bawah: (2)

- Penderita harus jalan sedini mungkin

- Pembebanan patah tulang merupakan rangsangan proses penyembuhan

- Gips tidak boleh dibebani sebelum kering betul

- Gips tidak boleh dibuka sebelum penderita dapat berjalan tanpa nyeri

2. Latihan

Sejak awal, pasien diajar untuk melatih otot kaki, pergelangan kaki dan lutut. Bila

dia bangun, sepatu boot dengan alas “kursi goyang” dipasang, dan ia diajarkan untuk

berjalan secara benar. Bila gips dilepas, pembalut krep dipasang dan pasien diberitahu

bahwa dia dapat meninggikan dan melatih tungkai atau berjalan dengan benar, tetapi dia

tidak boleh membiarkannya menggantung. (5)

3. Penyangga fungsional

Pada fraktur melintang (yang relatif stabil) setelah 3-4 minggu gips panjang dapat

diganti dengan gips (atau penyangga) fungsional di bawah lutut yang dibentuk dengan

cermat untuk menahan tibia bagian atas dan tendon patela. Cara ini akan membebaskan

lutut dan memungkinkan penahanan beban penuh. (5)

4. Fiksasi rangka (5)

Kalau sinar-X lanjutan memperlihatkan bahwa alignment fraktur tak memuaskan,

dan pembuatan baji gagal mengoreksinya, gips dapat dilepas dan fraktur direduksi dan

difiksasi. Fraktur dengan kontusio jaringan lunak atau cedera pembuluh darah yang hebat,

4

Page 5: Frakture Fibula

dan fraktur kominutif berat (cedera C2-C3), lebih baik diterapi dengan fiksasi rangka

sejak permulaan.

a. Fiksasi luar, adalah metode pilihan untuk fraktur yang tak stabil, fraktur oblik

panjang atau spiral dan fraktur kominutif hebat, dalam kasus ini pembebanan

harus ditunda hingga penyatuan fraktur membaik.

b. Pemasangan paku intramedula tertutup, lebih baik untuk fraktur melintang

yang dapat direduksi dan dikaitkan di bawah penguat foto. Kalau digunakan

sekrup pengunci, indikasi dapat diperluas ke fraktur yang lebih tak stabil.

c. Sekrup logga antar frame, kadang bermanfaat untuk mempertahankan fraktur

spiral panjang, tetapi plat netralisasi harus ditambahkan dan kaki masih perlu

diimobilisasi dalam gips.

d. Plat fiksasi, terbaik untuk fraktur metafisis yang tak cocok dipasangi paku.

Tetapi, pada prosedur terbuka ini, resiko infeksi jauh lebih besar, prosedur ini

tidak boleh digunakan untuk cedera C2 atau C3.

e. Pemasangan paku “elektif”. Apakah pemasangan paku intramedula tertutup

harus digunakan secara rutin untuk fraktur yang tanpa komplikasi, ha lini

masih sangat kontroversial. Pihak yang setuju menyatakan bahwa cara ini

banyak memperpendek masa ketidakaktifan dan sangat mengurangi

kemungkinan deformitas angulasi dan kekakuan sendi bila dibandingkan

dengan terapi tertutup. Selain itu, dengan metode pemasangan paku tertutup

yang modern, laju komplikasi akan rendah. Fraktur direduksi di bawah

kendali fluoroskopik. Tibia dibuka pada ujung proksimalnya melalui insisi

kecil sedikit di atas dan medial terhadap tuberkel tibia. Pembantu yang lentur

dan berujung tumpul disisipkan melalui korteks ke dalam saluran medula

melewati fraktur (pengawasan dengan sinar-X sangat diperlukan). Reamer

yang makin lama makin besar dimasukkan lewat pemandu untuk memperoleh

diameter yang dikehendaki. Kemudian paku yang terpilih disisipkan di atas

pemandu dan didorong masuk. Pemandu lalu ditarik. Jika perlu sekrup

pengunci ditambahkan.

5. Penanganan pasca operasi (5)

5

Page 6: Frakture Fibula

Setelah pemasangan paku pada fraktur oblik pendek atau melintang, pembebanan

dapat dimulai dalam beberapa hari, ditingkatkan ke pembebanan penuh bila telah terasa

nyaman.

Setelah pemasangan plat, pembebanan sebagian hanya diperbolehkan selama 6-8

minggu; sesudah itu pembebanan penuh dapat dilakukan jika gips pelindung digunakan.

Setelah fiksasi luar hanya pembebanan sebagian yang diperbolehkan hingga

tanda timbulnya kalus terlihat pada pemeriksaan sinar-X. Kemudian alat itu didinamisasi

dan dilakukan pembebanan yang semakin meningkat, dipandu oleh rasa nyaman. Setelah

6-8 minggu (kadang lebih) alat ini dilepas dan dipasang gips atau brace penahan tendon

patela dan dipakai hingga fraktur berkonsolidasi. Kalau tidak ada penyembuhan fraktur

setola 8 minggu, gips sebaiknya dilepas dan diganti dengan bantu fiksasi internal tertentu

dengan pencangkokan tulang.

Terapi pada fraktur terbuka (5)

Penanganan fraktur terbuka yang berat diwujudkan dalam kata-kata berikut:

1. antibiotika

2. debridemen

3. stabilisasi

4. penundaan penutupan

5. penundaan rehabilitasi

Antibiotik dimulai dengan segera. Dilakukan debridemen pada luka dan luka

dibersihkan seluruhnya. Cedera tingkat 1 Gustilo dapat ditutup dengan sangat baik

dan kemudian diterapi seperti pada cedera tertutup. Luka yang lebih berat

dibiarkan terbuka dan diperiksa setelah 3 hari; kalau perlu, dilakukan debridemen

selanjutnya. Luka patah tulang terbuka tidak pernah boleh ditangani dengan

jahitan primer.

Fraktur perlu distabilkan. Hal ini terbaik dicapai dengan memasang

fiksator luar, sehingga luka dapat diperiksa dengan leluasa dan diterapi bila

diperlukan. Segera setelah ada kepastian bahwa luka itu bersih dan bergranulasi,

cedera dapat ditutup dengan penjahitan langsung (tanpa tegangan) atau dengan

pencangkokan kulit.

Fiksator luar dipertahankan sampai fraktur itu “lengket”, kemudian dapat diganti

dengan gips. Pembebanan sebagian boleh dilakukan. Gips boleh dilepas bila fraktur telah

berkonsolidasi.

6

Page 7: Frakture Fibula

Komplikasi

DINI

1. Infeksi

Fraktur terbuka selalu menghadapi resiko, perforasi yang kecil sekalipun harus

diterapi dengan seksama dan debridemen harus dilakukan sebelum luka ditutup. Laserasi

yang besar membutuhkan eksisi yang lebar, dan luka harus dibiarkan terbuka sampai

resiko infeksi telah lewat. (5)

2. Cedera vaskular

Fraktur pada setengah bagian proksimal tibia dapat merusak arteri poplitea.

Keadaan ini merupakan kedaruratan tingkat pertama, memerlukan eksplorasi dan

perbaikan. (5)

3. Sindroma kompartemen

Fraktur sepertiga bagian proksimal cenderung menyebabkan perdarahan dan

perluasan jaringan lunak dalam kompartemen fasial kaki, sehingga menyebabkan iskemia

otot. Gips yang ketat pada kaki yang bengkak dapat mempunyai efek yang sama.

Dekompresi lewat operasi pada semua kompartemen perlu dilakukan. Fraktur itu

kemudian diterapi seperti fraktur terbuka tingkat III yang memerlukan fiksator luar dan

penundaan penutupan luka. (5)

Sindrom kompartemen sering ditemukan pada patah tulang tungkai bawah tahap

dini. Tanda dan gejala lima P harus diperhatikan siang malam pada hari pertama

pascacedera atau pascabedah, yaitu nyeri (pain) di keadaan istirahat, parestesia karena

rangsangan saraf perasa, pucat karena iskemia, paresis atau paralisis karena gangguan

saraf motorik, dan denyut nadi (pulse) tidak dapat diraba lagi. Selain itu, didapatkan

peninggian tekanan intrakompartemen yang dapat diukur (pressure), gangguan perasaan

yang nyata pada pemeriksaan yang membandingkan dua titik (points) dan kontraktur jari

dalam posisi fleksi karena kontraktur otot fleksor jari. Operasi fasiotomi ketiga

kompartemen tungkai bawah merupakan operasi darurat yang harus dikerjakan segera

setelah diagnosis ditegakkan sebab setelah kematian otot tidak ada kemungkinan faalnya

pulih kembali. (2)

Tanda dan gejala sindrom kompartemen: (2)

- Nyeri pada keadaan istirahat (pain)

- Parestesia

- Pucat (pale)

- Paresis atau paralisis

7

Page 8: Frakture Fibula

- Denyut nadi hilang (pulse)

- Jari di posisi fleksi

- Gangguan diskriminasi dua titik (two point discrimination test)

- Tekanan tinggi di dalam kompartemen (pressure)

LANJUT (5)

1. Malunion

Sedikit pemendekan (sampai 1,5 cm) biasanya tidak banyak membawa akibat,

tetapi rotasi dan deformitas angulasi, selain buruk, mengakibatkan cacat, karena lutut dan

pergelangan kaki tidak lagi bergerak dalam bidang yang sama. Dalam jangka panjang

deformitas dapat menyebabkan predisposisi untuk osteoartritis pada lutut atau

pergelangan kaki.

Angulasi harus dicegah di semua stadium, angulasi yang bila lebih dari 7 derajat

pada bidang manapun tak dapat diterima, alignment rotasi harus sempurna.

Angulasi ke belakang (akibat fraktur dibiarkan melengkung ke bawah di saat

memasang gips) sering terjadi, jika disertai pergelangan kaki ekuinus yang kaku, akan

berbahaya, karena kalau pasien mencoba memaksa mengangkat kaki saat berjalan, tibia

cenderung mengalami fraktur ulang. Hal ini dapat terjadi secara pelan-pelan dan

mengakibatkan non-union.

2. Penyatuan lambat

Penyatuan akan lambat jika fraktur terbuka (terutama jika disertai infeksi), jika

pergeseran awal banyak, jika tibia mengalami fraktur pada dua tempat atau jika fraktur

bersifat kominutif. Penyatuan dapat dipercepat dengan pembebanan (terutama dengan

penyangga) tetapi kalau kelambatan tampak terlalu lama, pencangkokan tulang dan

fiksasi intramedula dapat diindikasikan. Kalau fraktur fibula telah menyambung dan tibia

dibebat secara terpina, maka 2,5 cm fibula dapat dieksisi dan cangkokan tulang peluncur

dipasang pada fraktur tibia.

3. Non-union

Dapat terjadi setelah kehilangan tulang atau infeksi dalam, tetapi penyebabnya

sering merupakan akibat kesalahan terapi, karena penyatuan lambat tak diketahui dan

pembebatan dihentikan terlalu awal, atau karena pasien dengan fraktur yang baru saja

menyatu telah berjalan dengan pergelangan kaki ekuinus yang kaku.

Sekali non-union terjadi, pasien harus memakai bebat permanen atau fraktur

harus dioperasi. Non-union hipertrofik dapat diterapi dengan pemasangan paku

intramedula atau pemasangan plat kompresi; selain itu, non-union atrofik memerlukan

8

Page 9: Frakture Fibula

pencangkokan tulang. Kalau fibula telah menyatu, segmen yang kecil harus dieksisi

untuk memungkinkan kompresi pada fragmen tibia.

4. Kekakuan sendi

Sering diakibatkan oleh kelalaian dalam terapi aringa lunak, tetapi bila

pembebatan yang lama diperlukan, dan terutama bila terdapat sepsis, kekakuan mungkin

tak dapat dihindari. Keterbatasan gerakan pada pergelangan kakidan kaki dapat berlanjut

selama 6-12 bulan setola gips dilepas, meskipun telah dilakukan latihan aktif.

5. Osteoporosis

Osteoporosis pada fragmen distal, dan kadang juga tulang tarsal, demikian sering

menyertai semua bentuk terapi sehingga dianggap sebagai penyerta yang “normal” pada

fraktur tibia. Pembebanan aksial pada tibia diperlukan dan penahanan berat harus

dilakukan secepat mungkin. Setelah fiksasi luar yang lama, perawatan khusus harus

dilakukan untuk mencegah fraktur tekanan distal.

6. Algodistrofi

Pada fraktur sepertiga bagian distal, algodistrofi sering terjadi. Harus dilakukan

latihan disepanjang masa terapi.

Patah tulang tibia tunggal umumnya disebabkan oleh cedera langsung. Diagnosis

dan penanganan sama dengan patah tulang kruris. Kadang terjadi perlambatan penyatuan

yang mungkin disebabkan fibula yang utuh yang menghalangi kompresi yang cukup pada

sumbu tibia. Pada keadaan ini biasanya dianjurkan fiksasi interna. Sewaktu operasi, fibula

digergaji secara miring sehingga dapat terjadi pertemuan kedua ujung patah tulang tibia

dengan cukup tekanan sumbu. (2)

Patah tulang diafisis fibula tunggal biasanya disebabkan oleh trauma langsung

seperti sewaktu pertandingan sepak bola. Penanganannya cukup dengan analgetik.

Umumnya tidak dibutuhkan tindakan reposisi dan imobilisasi. Istirahat dengan tungkai

tinggi sampai hematom diresorbsi dan latihan ekskursi sendi lutut dan kaki akan

menghasilkan penyembuhan tanpa gangguan. Penderita biasanya dapat menopang berat

badan dalam 1 minggu walaupun tentu masih ada nyeri.

Deformitas : pemendekan Deformitas : Rotasi

9

Page 10: Frakture Fibula

Pergerakan abnomal/ False movement

Non Weight Bearing (NWB) -- Bila rasa nyeri hilang Jangan menapak

Tongkat / Crutch : Sebaiknya kiri-kanan dan ukur !

10

Page 11: Frakture Fibula

Partial Weight Bearing (PWB) Full Weight Bearing (berjalan tanpa tongkat)

Fraktur di sekitar pergelangan kaki

Danis dan Weber (Muller dkk, 1991) yang menganggap fibula sebagai kunci

stabilitas pergelangan kaki. Terdapat 3 tipe fraktur fibula :

A. Tipe A adalah fraktur dibawah sindesmosis tibiofibula yang disebabkan

oleh Abduksi. Maleolus medial dapat mengalami fraktur, atau disertai

robeknya ligamen deltoid, tetapi setelah reduksi pergelangan kaki akan stabil

B. Tipe B adalah fraktur fibula obliq yang membujur ke atas dari garis sendi,

disebabkan oleh rotasi luar, biasanya struktur medial terganggu juga tetapi

sindesmosis tetap utuh dan mortise belum terpecah belah.

C. Tipe C adalah fraktur fibula diatas sindesmosis, disebabkan oleh abduksi

saja atau oleh kombinasi abduksi dan rotasiluar, sindesmosis (dan pada

fraktur yang lebih tinggi, membran interroseosa) mengalami ruptur, fibula

sering miring dan mortise melebar. Ini adalah fraktur yang tak stabil-

stabilitas hanya dapat di peroleh kembali dengan mereduksi fraktur,

memulihkan panjang fibulq dan menutup diastasis

11

Page 12: Frakture Fibula

Gambaran klinik

Pergelangan kaki membengkak, dan deformitas dapat terlihat jelas .tempat nyeri

tekan perlu diperhatikan: kalau kedua sisi terasa nyeri, harus dicurigai adany

Cedera cedera (tulang atau ligamen) pada kedua sisi

Sinar X

Sekurang kurangnya diperlukan 3 foto: foto antero posterior, lateral dan foto

mortise setengah oblik. Tingkat fraktur fibula sering terbaik terlihat pada foto lateral ,

diastasis mungkin tidak terlihat tanpa foto mortise. Sinar X lanjutan dapat diperlukan

untuk menyingkirkan fraktur fibula proksimal. Beberapa pola fraktur dengan tanda-tanda

yang jelas dapat dikenali.

Cedera rotasi luar secara khas menimbulakn fraktur spiral atau obliq pada fibula.

Kalau fraktur berada pada atau di bawah tingkat plafon ( langit-langit) tibia ( webber-

dannis tipe A atau B), sindemosis akan utuh,kalau fraktur diatas tingkat ini (tipe C),

sindemosismosis pasti robek. Diastasis terbaik dilihat pada foto mortise, kadang2 terdapat

serpihan tulang yang robek dari perlekatan ligamen tibia kalau fragmen fibula distal dan

talus bergeser dan miring, pasti terdpat kerusakan struktur medial atau diastasis atau

keduanya. Butir ini perlu diperhatikan karena salah satunya dari penyebab pergeseran

yang paling lazim (dan prognosis yang buruk) adalah kegagalan mereduksi ruptur

sindesmotik atau ruptur kolateral medial yang kelihatan. Kalau ligamen deltoid tidak ik

dan mengalami ruptur, maleolus medial dapat mengalami avulsi dan fraktur melintang ,

rotasi lebih jauh dapat mengakibatkan avulsi fragmen posterior tibia, suatu tempat

perlekatan ligamen tibiofibular.

Fraktur tipe C yang tanpa pelebaran sendi tibio fibular , pada pemeriksaan sinarx

menunjukkan robekan sebagian pada ligamen sindesmotik dan reduksi spontan.

Cedera abduksi dikenali oleh fraktur melintang yang khas atau obliq pendek (tipe

A atau tipe C) pada fibula dan avusi maleolus medial atau robekan ligamen-deltoid

( ruang sendi medial terbuka). Pada fraktur fibula yang tinggi, mungkin terdapat diastasis

tibiofibular yang jelas ,talus terdeorong ke atas di atara dua tulang.

Dislokasi Sendi Lutut

12

Page 13: Frakture Fibula

lutut dapat berdislokasi jika terdapat benturan yang hebat, seperti pada

kecelakaan lalu lintas. yang menyebabkan robeknya ligamentum krusiatum

dan satu atau kedua ligamen lateral robek.

A. Gambaran Klinik

Terdapat memar yang hebat. pembengkakan dan deformitas yang jelas.

sirkulasi darah pada kaki harus diperiksa karena arteri poplitea dapat robek

atau rusak. sensasi dan gerakan dibagian distal harus diuji untuk

menyingkirkan kerusakan saraf.

B. Sinar X

Selain dislokasi, foto kadang-kadang memperlihatkan fraktur pada spina

tibia (avulsi ligamen krusiatum), kalau terdapat keraguan mengenai

sirkulasi arteriogram harus dilakukan.9

C. Klasifikasi

Anterior: dislokasi anterior sering disebabkan oleh hyperextension lutut

berlebihaN

Posterior: tyerjadi karena adanya gaya dari anterior ke posterior yang

mengenai tibia bagian proksumal

Medial, lateral, atau rotatory: disebabkan adanya gaya pada varus,

valgus, atau rotatory.

D. Terapi

13

Page 14: Frakture Fibula

Reduksi dibawah anastesi sangat diperlukan, dilakukan dengan menstabilkan

femur distal dan menerapkan traksi memanjang pada tibia dan membalikkan

arah dislokasi, tetapi hiperekstensi harus dihindari karena membahayakan

pembuluh popliteus. kalau reduksi dapat dicapai, tungkai diistirahatkan pada

bebat belakang dengan posisi lutut fleksi 15 dan sirkulasi dipriksa berulang-

ulang selama seminggu berikutnya.

Reduksi tertutup kadang gagal karena ligamen medial yang robek terletak

diantara femur dan kondilus tibia. maka harus dilkukan reduksi terbuka ,

ligamen dijahit kembali ketempat kapsul. gips dipasang dan dipertahankan

selama 12 minggu. latihan otot kuadrisep harus dilakukan sejak awal.9

E. Komplikasi

Kerusakan arteri poplitea

Cendera saraf popliteus lateralis

Ketidakstabilan sendi (meningkatnya pergeseran anteroposterior)

14