Fraktur Tibia Fibula Dextra

26
FRAKTUR TIBIA FIBULA A. KONSEP MEDIK 1. Fraktur Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang. (Buku Ajar Ilmu Bedah 2004. Hal. 840). Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis. (Brunner and Suddarth 2002, hal. 2357). Fraktur tibia fibula sering disebut fraktur kruris yaitu fraktur tungkai. (Buku Ajar Ilmu Bedah 2004. Hal. 886). 2. Klasifikasi Fraktur a. Klasifikasi menurut bentuk patah tulang 1) Fraktur complete: pemisahan komplit dari tulang menjadi 2 bagian 2) Fraktur incomplete: patah sebagian dari tulang tanpa pemisahan 3) Simple/fraktur tertutup: fraktur, tulang patah kulit utuh 4) Fraktur komplikata: tulang yang patah menusuk kulit, tulang terlihat. 5) Fraktur comminuted: tulang patah menjadi beberapa fragmen 6) Fraktur dengan perubahan posisi, ujung tulang yang patah berjauhan dengan normal. 7) Fraktur tanpa perubahan posisi, tulang patah posisi pada tempatnya yang normal. 54

Transcript of Fraktur Tibia Fibula Dextra

Page 1: Fraktur Tibia Fibula Dextra

FRAKTUR TIBIA FIBULA

A. KONSEP MEDIK

1. Fraktur

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang.

(Buku Ajar Ilmu Bedah 2004. Hal. 840).

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis.

(Brunner and Suddarth 2002, hal. 2357).

Fraktur tibia fibula sering disebut fraktur kruris yaitu fraktur tungkai.

(Buku Ajar Ilmu Bedah 2004. Hal. 886).

2. Klasifikasi Fraktur

a. Klasifikasi menurut bentuk patah tulang

1) Fraktur complete: pemisahan komplit dari tulang menjadi 2 bagian

2) Fraktur incomplete: patah sebagian dari tulang tanpa pemisahan

3) Simple/fraktur tertutup: fraktur, tulang patah kulit utuh

4) Fraktur komplikata: tulang yang patah menusuk kulit, tulang

terlihat.

5) Fraktur comminuted: tulang patah menjadi beberapa fragmen

6) Fraktur dengan perubahan posisi, ujung tulang yang patah

berjauhan dengan normal.

7) Fraktur tanpa perubahan posisi, tulang patah posisi pada

tempatnya yang normal.

8) Fraktur impacted: salah satu ujung tulang yang patah menancap

pada yang lain.

b. Klasifikasi menurut garis patah tulang

1) Greenstick retak pada sebelah sisi dari tulang.

2) Transverse patah menyilang

3) Oblique garis patah miring

4) Spiral patah tulang melingkari tulang

c. Jenis fraktur

1) Fraktur tertutup: terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan

dunia luar

2) Fraktur terbuka: ada hubungan antara fragmen tulang dengan

dunia luar karena ada perlukaan dan kulit

54

Page 2: Fraktur Tibia Fibula Dextra

Fraktur terbuka dibagi atas 3 derajat:

1. Derajat I

Luka < 1 cm, kerusakan jaringan lunak sedikit dan tidak ada tanda

luka remuk.

2. Derajat II

Laserasi > 1 cm, kerusakan jaringan lunak, flap/avulsi

3. Derajat III

Kerusakan jaringan lunak yang luas meliputi struktur kulit, otot,

dan neurovaskular serta kontiminasi derajat tinggi.

3. Anatomi dan Fisiologi

Tulang membentuk rangka penunjang dan perlindungan bagi tubuh

dan tempat melekatnya otot-otot yang menggerakkan kerangka tubuh.

Tulang panjang disusun untuk menyangga berat badan dan gerakan, ruang

di tengah tulang-tulang tertentu berisi jaringan hematopoietik yang

membentuk berbagai sel darah. Tulang juga merupakan tempat primer

untuk menyimpan dan mengatur kalsium.

Tulang tersusun oleh jaringan tulang kanselus/kortikal. Tulang

panjang misal: femur seperti tangkai/batang panjang dengan ujung yang

membulat. Batang atau diafisis terutama tersusun atas tulang kortikal.

Ujung tulang panjang dinamakan epifisis dan terutama tersusun oleh

tulang kanselus. Tulang tersusun atas sel matriks protein dan deposit

mineral. Sel-selnya terdiri atas 3 jenis dasar osteoblas, osteosit, osteoklas.

Osteoblas berfungsi dalam pembentukan tulang dengan

mengsekresikan matriks tulang. Matriks tersusun atas 98% kolagen 2%

substansi dasar (glukosaminoglikan). Osteosit adalah sel dewasa yang

terlibat dalam pemeliharaan. Fungsi tulang dan terletak di mosteon (unit

matriks tulang). Osteoklas adalah sel multinukelar (berinti banyak) yang

berperan dalam penghancuran resorbsi dan remodeling tulang.

Tulang diselimuti di bagian luarnya oleh periosteum, periosteum

mengandung saraf, pembuluh darah dan limfatik. Endosteum adalah

membran vaskuler tipis yang menutupi rongga sumsum tulang panjang

dan rongga dalam tulang kanselus. Sumsum tulang merupakan jaringan

vaskuler dalam rongga. Sumsum (batang) tulang panjang dan tulang

55

Page 3: Fraktur Tibia Fibula Dextra

pipih, tulang kanselus menerima asupan darah yang sangat banyak

melalui pembuluh metafisis dan epifisis.

Tibia atau tulang kering merupakan yang utama dari tungkai

bawah dan terletak medial dari fibula atau tulang betis. Tibia adalah

tulang pipa dengan sebuah batang dan dua ujung.

- Ujung atas

Melebar secara transversal dan memiliki permukaan sendi superior

pada tiap condylus medial dan lateral. Ujung atas fibula melekat pada

permukaan sendi pada condylus lateralis.

- Corpus

Bagian segitiga dan batas anteriornya membentuk penonjolan yang

dapat diraba. Corpus menyempit pada sekitar pertengahannya

kemudian melebar.

- Ujung bawah

Mempunyai 3 bagian:

a. Malleolus medialis, penonjolan tajam pada aspek bagian dalam

pergelangan kaki.

b. Permukaan sendi untuk ujung bawah fibula.

c. Permukaan sendi di bawah dan medial dari tulang.

Fibula

Fibula adalah tulang panjang kurus pada aspek lateral tungkai.

Tulang ini memiliki 2 ujung atas dan ujung bawah. Tibia dan fibula

bergabung menjadi satu di atas dan di bawah dengan sendi yang tidak

dapat bergerak. Membrana interossea melekat pada corpus kedua tulang

dan mengisi ruang diantaranya: merupakan tempat perlengketan otot.

4. Etiologi

Penyebab terjadinya fraktur antara lain:

- Benturan/trauma langsung pada tulang misalnya kecelakaan lalu

lintas, jatuh.

- Kelemahan atau kerapuhan struktur tulang akibat gangguan atau

penyakit primer misalnya osteoporosis, kanker tulang metastase.

- Olahraga/latihan yang terlalu berlebihan.

5. Patofisiologi

56

Page 4: Fraktur Tibia Fibula Dextra

Trauma merupakan penyebab mayoritas dari fraktur baik trauma

karena kecelakaan bermotor maupun jatuh dari ketinggian menyebabkan

rusak atau putusnya kontinuitas jaringan tulang. Selain itu keadaan

patologik tulang seperti Osteoporosis yang menyebabkan densitas tulang

menurun, tulang rapuh akibat ketidakseimbangan homeostasis pergantian

tulang dan kedua penyebab di atas dapat mengakibatkan diskontinuitas

jaringan tulang yang dapat merobek periosteum dimana pada dinding

kompartemen tulang tersebut terdapat saraf-saraf sehingga dapat timbul

rasa nyeri yang bertambah bila digerakkan. Fraktur dibagi 3 grade

menurut kerusakan jaringan tulang. Grade I menyebabkan kerusakan

kulit, Grade II fraktur terbuka yang disertai dengan kontusio kulit dan

otot terjadi edema pada jaringan. Grade III kerusakan pada kulit, otot,

jaringan saraf dan pembuluh darah.

Pada grade I dan II kerusakan pada otot/jaringan lunak dapat

menimbulkan nyeri yang hebat karena ada spasme otot. Pada grade III

kerusakan jaringan yang luas pada kulit otot periosteum dan sumsum

tulang yang menyebabkan keluarnya sumsum kuning yang dapat masuk

ke dalam pembuluh darah sehingga mengakibatkan emboli lemak yang

kemudian dapat menyumbat pembuluh darah kecil dan dapat berakibat

fatal apabila mengenai organ-organ vital seperti otak jantung dan paru-

paru, ginjal dan dapat menyebabkan infeksi. Gejala sangat cepat biasanya

terjadi 24 sampai 72 jam. Setelah cidera gambaran khas berupa hipoksia,

takipnea, takikardi. Peningkatan isi kompartemen otot karena edema atau

perdarahan, mengakibatkan kehilangan fungsi permanen, iskemik dan

nekrosis otot saraf sehingga menimbulkan kesemutan (baal), kulit pucat,

nyeri dan kelumpuhan. Bila terjadi perdarahan dalam jumlah besar dapat

mengakibatkan syok hipovolemik. Tindakan pembedahan penting untuk

mengembalikan fragmen yang hilang kembali ke posisi semula dan

mencegah komplikasi lebih lanjut. Selain itu bila perubahan susunan

tulang dalam keadaan stabil atau beraturan maka akan lebih cepat terjadi

proses penyembuhan fraktur dapat dikembalikan sesuai letak anatominya

dengan gips.

6. Tanda dan Gejala

a. Nyeri sedang sampai hebat dan bertambah berat saat digerakkan.

57

Page 5: Fraktur Tibia Fibula Dextra

b. Hilangnya fungsi pada daerah fraktur.

c. Edema/bengkak dan perubahan warna local pada kulit akibat trauma

yang mengikuti fraktur.

d. Deformitas/kelainan bentuk.

e. Rigiditas tulang.

f. Krepitasi saat ekstremitas diperiksa dengan tangan teraba adanya

derik tulang akibat gesekan fragmen satu dengan yang lain.

g. Syok yang disebabkan luka dan kehilangan darah dalam jumlah

banyak.

7. Proses Penyembuhan Luka

Tahap-tahap penyembuhan tulang:

a. Tahap pembentukan hematom: pada permukaan akan terjadi

perdarahan di sekitar patah tulang dan terjadi hematoma. Terjadi

pertumbuhan sel jaringan fibrosis.

b. Tahap proliferasi (sekitar 5 hari)

Hematom akan mengalami organisasi terbentuk benang-benang fibrin

dan membentuk jaringan untuk revaskularisasi dan invasi fibroblast

dan osteoblast.

c. Tahap pembentukan kalus

Pembentukan kalus dan volume yang dibutuhkan untuk

menghubungkan defek secara langsung berhubungan dengan jumlah

kerusakan dan pergeseran tulang. Perlu waktu 3 sampai 4 minggu

agar tulang bergabung dalam tulang rawan.

d. Osifikasi

Pembentukan kalus mulai mengalami penularan 2 sampai 3 minggu

pada orang dewasa penulangan memerlukan 3 sampai 4 bulan.

e. Remodeling

Tahap perbaikan tulang. Meliputi pengambilan jaringan, mati dan

reorganisasi

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pemulihan:

a. Tipe fraktur

b. Tipe tulang yang fraktur

c. Umur

d. Keadaan gizi

58

Page 6: Fraktur Tibia Fibula Dextra

e. Adanya komplikasi

8. Pemeriksaan Diagnostik

a. Foto rontgen biasanya bisa menunjukkan adanya patah tulang.

b. CT scan atau MRI untuk bisa melihat dengan lebih jelas daerah yang

mengalami kerusakan.

c. Darah lengkap: HT meningkat (hemokonsentrasi), HB menurun

(akibat adanya perdarahan).

d. Arteriografi, bila diduga ada kerusakan pada vaskuler.

e. Kreatinin, trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens

ginjal.

9. Komplikasi

a. Sindroma kompartemen

b. Syok. Terjadi syok hipovolemik akibat perdarahan

c. Sindroma emboli lemak

d. Infeksi

e. Delayed union (proses penyembuhan yang berjalan lambat)

f. Non union (suatu kegagalan penyembuhan tulang setelah 6-9 bulan)

g. Mal union (proses penyembuhan tulang berjalan normal tetapi bentuk

abnormal.

10. Terapi dan Penatalaksanaan

a. Terapi dan penatalaksaan fraktur secara umum

1) Reposisi setiap pergeseran atau angulasi pada ujung patahan harus

direposisi dengan hati-hati melalui tindakan manipulasi yang

biasanya di bawah anestesi umum.

2) Imobilisasi untuk memungkinkan kesembuhan fragmen yang

dipersatukan.

a) Fiksasi eksterna. Tindakan ini merupakan pilihan bagi

sebagian besar fraktur. Fraktur ini diimobilisasi dengan

menggunakan bidai luar atau gips.

b) Fiksasi interna. Cara ini digunakan untuk kasus tertentu, ujung

patahan tulang disatukan dan fiksasi pada operasi misalnya

dengan sekrup, plat logam.

59

Page 7: Fraktur Tibia Fibula Dextra

3) Fisioterapi dan mobilisasi. Dari semula sudah dilakukan fisioterapi

untuk mempertahankan otot yang dapat mengecil secara cepat jika

tidak dipakai. Setelah fraktur cukup sembuh, mobilisasi sendi

dapat dimulai sampai ekstremitas betul-betul telah kembali

normal.

b. Terapi dan penatalaksanaan fraktur tibia dan fibula.

1) Pada fraktur tibia fibula tertutup

a) Imobilisasi dengan gips sepanjang tungkai, gips digunakan 3-4

mg.

b) Reduksi tertutup, bila sulit pasang pin perkutaneos dan fiksasi

eksterna.

c) Kurangi aktivitas untuk mengurangi edema dan meningkatkan

peredaran darah.

2) Pada fraktur tibia fibula terbuka

a) Fiksasi interna dengan plat, nail

b) Fiksasi eksterna

c) Dipasang traksi skeletal selama 4-6 minggu.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Pre Operasi

a. Pola persepsi kesehatan-pemeliharaan kesehatan

- Kegiatan yang beresiko cidera.

- Riwayat penyakit yang menyebabkan jatuh.

- Kebiasaan beraktivitas tanpa pengamanan.

b. Pola nutrisi metabolik

- Adanya gangguan pola nafsu makan karena nyeri.

- Observasi terjadinya perdarahan pada luka dan perubahan warna

kulit di sekitar luka, edema.

c. Pola eliminasi

- Konstipasi karena imobilisasi

d. Pola aktivitas dan latihan

- Kesemutan, baal

- Ada riwayat jatuh atau terbentur ketika sedang beraktivitas

- Tidak kuat menahan beban berat

60

Page 8: Fraktur Tibia Fibula Dextra

- Keterbatasan mobilisasi

- Berkurangnya atau tidak terabanya denyut nadi pada daerah distal

injury, lambatnya kapiler refill tim

e. Pola tidur dan istirahat

- Tidak bisa tidur karena kesakitan

- Sering terbangun karena kesakitan

f. Pola persepsi kognitif

- Nyeri pada daerah fraktur

- Kesemutan dan baal pada bagian distal fraktur

- Paresis, penurunan atau kehilangan sensasi

g. Pola persepsi dan konsep diri

- Rasa khawatir akan dirinya karena tidak dapat beraktivitas seperti

keadaan sebelumnya

h. Pola peran dan hubungan dengan sesama

- Merasa tidak ditolong

- Kecemasan akan tidak melakukan peran seperti biasanya

Post Operasi

a. Pola persepsi kesehatan-pemeliharaan kesehatan

- Kegiatan yang beresiko cidera.

- Pengetahuan pasien tentang perawatan luka di rumah

b. Pola nutrisi metabolik

- Adanya gangguan pola nafsu makan karena nyeri.

c. Pola eliminasi

- Konstipasi karena imobilisasi

d. Pola aktivitas dan latihan

- Keterbatasan beraktivitas

- Hilangnya gerakan atau sensasi spasme otot

- Baal atau kesemutan

- Pembengkakan jaringan atau masa hematoma pada sisi cedera

- Perdarahan, perubahan warna

e. Pola tidur dan istirahat

- Tidak bisa tidur karena kesakitan luka operasi

- Sering terbangun karena kesakitan

f. Pola persepsi kognitif

61

Page 9: Fraktur Tibia Fibula Dextra

- Keluhan lokasi, intensitas dan karakteristik nyeri

- Nyeri pada luka operasi

- Tidak adanya nyeri akibat kerusakan saraf

- Pembengkakan, perdarahan, perubahan warna

g. Pola persepsi dan konsep diri

- Rasa khawatir akan dirinya karena tidak dapat beraktivitas seperti

keadaan sebelumnya

h. Pola peran dan hubungan dengan sesama

- Merasa tidak tertolong

- Kecemasan akan tidak melakukan peran seperti biasanya

2. Diagnosa Keperawatan

Pre Operasi

a. Nyeri berhubungan dengan spasme otot, kerusakan sekunder pada

fraktur, edema.

b. Imobilisasi fisik berhubungan dengan cidera jaringan sekitar/fraktur.

c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan fraktur terbuka dan

kerusakan jaringan lunak.

d. Cemas berhubungan dengan prosedur pengobatan.

e. Resiko tinggi disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan dengan

penurunan/interupsi aliran darah: cedera vaskuler langsung, edema,

pembentukan trombus.

f. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan fraktur terbuka.

g. Resiko tinggi embolik lemak berhubungan dengan fraktur tulang

panjang.

Post Operasi

a. Nyeri berhubungan dengan proses pembedahan.

b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma jaringan post

pembedahan.

c. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan imobilisasi.

d. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka operasi.

e. Ketidakefektifan regimen terapeutik berhubungan dengan kurang

pengetahuan tentang perubahan tingkat aktivitas yang boleh dilakukan

dan perawatannya saat di rumah.

62

Page 10: Fraktur Tibia Fibula Dextra

3. Rencana Keperawatan

Pre Operasi

a. Nyeri berhubungan dengan spasme otot, kerusakan sekunder pada

fraktur, edema.

HYD: Nyeri berkurang sampai hilang ditandai dengan:

- Intensitas nyeri 2-3

- Ekspresi wajah rileks

- Tidak merintih

Rencana Tindakan:

1) Kaji lokasi nyeri dan intensitas nyeri.

Rasional: Mengetahui tindakan yang dilakukan selanjutnya.

2) Pertahankan imobilisasi pada bagian yang sakitnya.

Rasional: Mengurangi nyeri

3) Ajarkan teknik relaksasi.

Rasional: Mengurangi nyeri pada saat nyeri timbul.

4) Jelaskan prosedur sebelum melakukan tindakan.

Rasional: Mempersiapkan pasien untuk lebih kooperatif.

5) Beri posisi yang tepat secara berhati-hati pada area fraktur.

Rasional: Meminimalkan nyeri, mencegah perpindahan tulang.

6) Beri kesempatan untuk istirahat selama nyeri berlangsung.

Rasional: Untuk mengurangi nyeri.

7) Kolaborasi dalam pemberian terapi medik: analgetik.

Rasional: Mengatasi nyeri.

b. Imobilisasi fisik berhubungan dengan cidera jaringan sekitar/fraktur.

HYD: Pasien dapat melakukan aktivitas secara mandiri dalam waktu

bertahap ditandai dengan: higiene perseorangan, nutrisi dan

eliminasi terpenuhi dengan bantuan.

Rencana Tindakan:

1) Kaji tingkat kemampuan aktivitas pasien.

Rasional: Menentukan intervensi yang tepat sesuai dengan

kebutuhan pasien.

2) Bantu pasien untuk memenuhi kebutuhannya yang tidak dapat

dilakukan secara mandiri.

63

Page 11: Fraktur Tibia Fibula Dextra

Rasional: Mengurangi nyeri dan semakin parahnya fraktur.

3) Dekatkan barang-barang yang dibutuhkan pasien.

Rasional: Meningkatkan kemandirian pasien.

4) Perhatian dan bantu personal higiene.

Rasional: Mencegah komplikasi dan kerusakan integritas kulit.

5) Ubah posisi secara periodik sejak 2 jam sekali.

Rasional: Mencegah komplikasi dekubitus.

6) Libatkan keluarga dalam memberikan asuhan kepada pasien.

Rasional: Memberi motivasi pada pasien.

7) Kolaborasi pemberian analgetik.

Rasional: Mencegah nyeri yang berlebihan.

c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan fraktur terbuka dan

kerusakan jaringan lunak.

HYD: Tidak ada tanda-tanda infeksi ditandai dengan:

- Suhu normal 36-37oC

- Tidak ada kemerahan, tidak ada edema, luka bersih.

Rencana Tindakan:

1) Observasi TTV terutama suhu.

Rasional: Peningkatan suhu menunjukkan adanya infeksi.

2) Jaga daerah luka tetap bersih dan kering.

Rasional: Luka yang kotor dan basah merupakan media yang baik

untuk mikroorganisme berkembang biak.

3) Tutup daerah yang luka dengan kasa steril/balutan bersih.

Rasional: Mencegah kuman/mikroorganisme masuk.

4) Rawat luka dengan teknik aseptik.

Rasional: Mencegah mikroorganisme berkembang biak.

5) Kolaborasi dengan medik untuk pemberian antibiotik.

Rasional: Menghambat pertumbuhan mikroorganisme.

d. Cemas berhubungan dengan prosedur pengobatan.

HYD: Cemas berkurang ditandai dengan:

- Pasien mengerti penjelasan yang diberikan oleh perawat

mengenai pengobatan.

64

Page 12: Fraktur Tibia Fibula Dextra

- Pasien kooperatif saat dilakukan perawatan.

- Pasien dapat mengungkapkan perasaan cemas.

Rencana Tindakan:

1) Kaji tingkat kecemasan.

Rasional: Mengidentifikasi intervensi selanjutnya.

2) Observasi tanda-tanda vital.

Rasional: Mengidentifikasi tingkat kecemasan.

3) Jelaskan pada pasien prosedur pengobatan.

Rasional: Mengurangi tingkat kecemasan pasien.

4) Berikan lingkungan yang nyaman.

Rasional: Lingkungan yang nyaman dapat mengurangi tingkat

kecemasan.

5) Libatkan keluarga dalam memberikan support.

Rasional: Memberi dukungan dan mengurangi rasa cemas pasien.

e. Resiko tinggi disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan dengan

penurunan/interupsi aliran darah: cedera vaskuler langsung, edema,

pembentukan trombus.

HYD: Mempertahankan perfusi jaringan ditandai dengan:

- Terabanya nadi, kulit hangat atau kering, tanda vital stabil.

Rencana Tindakan:

1) Observasi nadi perifer distal terhadap cidera melalui palpasi.

Bandingkan dengan ekstremitas yang sakit.

Rasional: Penurunan/tak adanya nadi dapat menggambarkan

cedera vaskuler dan perlunya evaluasi medik segera

terhadap status sirkulasi.

2) Kaji aliran kapiler, warna kulit, dan kehangatan distal pada

fraktur.

Rasional: Warna kulit putih menunjukan gangguan arterial.

3) Lakukan pengkajian neuromuskuler, minta pasien untuk

melokalisasi nyeri.

Rasional: Gangguan perasaan kebas, kesemutan, peningkatan/

penyebaran nyeri terjadi bila sirkulasi pada saraf tidak

adekuat atau saraf rusak.

65

Page 13: Fraktur Tibia Fibula Dextra

4) Beri motivasi untuk melakukan latihan pada ekstremitas yang

cedera.

Rasional: Meningkatkan sirkulasi dan menurunkan pengumpulan

darah khususnya pada ekstremitas bawah.

5) Awasi tanda vital, perhatikan tanda-tanda pucat/sianosis umum,

kulit dingin, perubahan mental.

Rasional: Ketidakadekuatan volume sirkulasi akan mempengaruhi

sistem perfusi jaringan.

f. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan fraktur terbuka.

HYD: Mencapai penyembuhan luka sesuai waktu/penyembuhan lesi

terjadi.

Rencana Tindakan:

1) Kaji kulit pada luka terbuka, benda asing, kemerahan, perdarahan,

perubahan warna, kelabu, memutih.

Rasional: Memberikan informasi tentang sirkulasi kulit dan

masalah yang mungkin disebabkan oleh alat dan atau

pemasangan gips/bebat atau traksi.

2) Observasi tanda-tanda vital.

Rasional: Peningkatan terutama suhu merupakan tanda-tanda

infeksi.

3) Masase kulit dan penonjolan tulang. Pertahankan tempat tidur

kering dan bebas kerutan.

Rasional: Menurunkan tekanan pada area yang peka dan risiko

abrasi/kerusakan kulit.

4) Letakkan bantalan pelindung di bawah kaki dan di atas tonjolan

tulang.

Rasional: Meminimalkan tekanan pada area ini.

5) Ubah posisi tidur secara periodik tiap 2 jam.

Rasional: Meminimalkan resiko kerusakan kulit.

g. Resiko tinggi embolik lemak berhubungan dengan fraktur tulang

panjang.

HYD:

Rencana Tindakan:

66

Page 14: Fraktur Tibia Fibula Dextra

1) Monitor perubahan status mental yang disebabkan oleh

hipoksemia: gejala dari distress pernafasan akut seperti:

kegelisahan, konfusi, nyeri dada, takipnea, sianosis, dispnea,

takikardi.

Rasional: Mengidentifikasi keadaan fisik pasien.

2) Jika ada indikasi, kaji O2 saturasi dengan oksimetri.

Rasional: Mengidentifikasi intervensi selanjutnya.

3) Pertahankan imobilisasi pada daerah yang fraktur.

Rasional: Mengurangi terjadinya emboli lemak.

4) Berikan oksigen bila ada indikasi.

Rasional: Memenuhi kebutuhan O2.

Post Operasi

a. Nyeri berhubungan dengan proses pembedahan.

HYD: Nyeri berkurang sampai hilang ditandai dengan:

- Intensitas nyeri 0-2.

- Ekspresi wajah rileks.

Rencana Tindakan:

1) Kaji lokasi dan intensitas nyeri.

Rasional: Mengetahui intervensi yang dilakukan selanjutnya.

2) Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit.

Rasional: Menghilangkan nyeri.

3) Tinggikan ekstremitas yang fraktur.

Rasional: Menurunkan rasa nyeri.

4) Anjurkan teknik relaksasi nafas dalam.

Rasional: Mengurangi nyeri.

5) Observasi TTV tiap 4 jam.

Rasional: Peningkatan TTV menunjukkan adanya rasa nyeri.

6) Kolaborasi dalam memberikan terapi analgetik.

Rasional: Mengurangi nyeri.

b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma jaringan post

pembedahan.

HYD: Kulit kembali utuh ditandai dengan:

- Luka jahitan dapat tertutup.

67

Page 15: Fraktur Tibia Fibula Dextra

Rencana Tindakan:

1) Kaji kulit untuk luka terbuka.

Rasional: Mengontrol perkembangan mikroorganisme di daerah

luka.

2) Bantu ubah posisi.

Rasional: Mencegah luka tekan.

3) Masase kulit dan penonjolan tulang.

Rasional: Mencegah luka tekan.

4) Bersihkan kulit dengan sabun dan air bila menggunakan traksi.

Rasional: Mengurangi perkembangan mikroorganisme.

c. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan imobilisasi.

HYD: Mempertahankan mobilitas fisik ditandai dengan:

- Pasien mau beraktivitas secara perlahan.

Rencana Tindakan:

1) Kaji derajat mobilitas yang dapat dilakukan.

Rasional: Untuk menyusun rencana selanjutnya.

2) Bantu untuk mobilisasi menggunakan kursi roda/tongkat.

Rasional: Mempercepat proses penyembuhan.

3) Bantu dalam higiene perorangan.

Rasional: Meningkatkan kesehatan diri.

4) Ubah posisi secara periodik.

Rasional: Menurunkan komplikasi lesi kulit.

d. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka operasi.

HYD: Infeksi tidak terjadi ditandai dengan:

- Pasien tidak mengalami infeksi tulang

- Suhu tubuh normal antara 36-37oC

Rencana Tindakan:

1) Observasi TTV.

Rasional: Peningkatan TTV menunjukkan adanya infeksi.

2) Rawat luka operasi dengan teknik antiseptik.

Rasional: Mencegah dan menghambat berkembang biaknya

bakteri.

3) Tutup daerah luka dengan kasa steril.

68

Page 16: Fraktur Tibia Fibula Dextra

Rasional: Kasa steril menghambat masuknya kuman ke dalam

tubuh.

4) Jaga daerah luka operasi tetap bersih dan kering.

Rasional: Luka yang kotor dan basah menjadi media yang baik

bagi berkembang biaknya bakteri.

5) Beri terapi antibiotik sesuai program medik.

Rasional: Antibiotik menghambat berkembang biaknya bakteri.

e. Ketidakefektifan regimen terapeutik berhubungan dengan kurang

pengetahuan tentang perubahan tingkat aktivitas yang boleh dilakukan

dan perawatannya saat di rumah.

HYD: Pasien dapat mengetahui aktivitas yang boleh dilakukan dan

perawatannya saat di rumah.

Rencana Tindakan:

1) Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang penatalaksanaan

perawatan di rumah.

Rasional: Menilai tingkat pengetahuan pasien tentang

penatalaksanaan di rumah.

2) Anjurkan pasien untuk melakukan latihan aktif dan pasif secara

teratur.

Rasional: Dapat mencegah terjadinya kontraktur pada tulang.

3) Beri kesempatan pada pasien untuk dapat bertanya.

Rasional: Hal yang kurang jelas dapat diklarifikasikan kembali.

4) Anjurkan pasien untuk mentaati terapi dan kontrol tepat waktu.

Rasional: Mencegah keadaan yang dapat memperburuk keadaan

fraktur.

69

Page 17: Fraktur Tibia Fibula Dextra

4. Perencanaan Pulang

a. Anjurkan pasien untuk menjaga kebersihan luka dan sera laporkan ke

tenaga kesehatan bila ada rembesan darah keluar, demam tinggi.

b. Anjurkan pasien untuk kontrol secara teratur.

c. Minum obat sesuai dengan instruksi dokter.

d. Menganjurkan memakan makanan yang bergizi dan tinggi protein.

e. Menjelaskan pada pasien dan keluarga bahwa rehabilitasi

membutuhkan waktu yang lama

DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth (2000). Text book of Medical Surgical Nursing, alih bahasa: Agung Waluyo. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah . Edisi 8. Vol. 2. Jakarta :EGC.

http://www.medicastore.com/med/detail_pyk.php?id=&iddtl=654&idktg=3&idobat=&UI

Lewis, Sharon Mantik (2000). Medical Surgical Nursing: Assessment and Management of Clinical Problem . Fifth Edition Mosby.

Price, Sylvia Anderson (1995). Phatophysiology: Clinical Concept of Disease Process. Alih bahasa: Peter Anugerah, Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit . Edisi 4 vol. 2. Jakarta :EGC.

Sjamsuhidajat, R. (2005). Buku Ajar Ilmu Bedah . Edisi 2. Jakarta :EGC.

Mansjoer, Arif (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ketiga. Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius.

70