Asuhan Gizi pada Pasien Bedah Frakture Rahang

35
1 IDENTITAS PASIEN  Nama : Tn. H Umur : 22 tahun Jenis Kelamin : Laki    laki Pekerjaan : Swasta Agama : Islam  No CM : 24.85.35 Tanggal Masuk : 02/11/2013  Nama/Ruang : Amarylis I/1.12 A Diagnosa Medis : CKR (Cedera Kepala Ringan) + traumatic dental  dg close  fracture mandibular GAMBARAN KASUS Tn H berusia 22 tahun dibawa ke rumah sakit ± 2 hari yang lalu (2  November 2013) karena mengalami kecelakaan lalu lintas sepeda motor. Tn.H menabrak pejalan kaki hingga dagunya membentur dan pingsan. Setelah sadar Tn. H mengeluh pusing dan mual. Diagnosa medis adalah CKR (Cedera Kepala Ringan) + traumatic dental  dengan close fracture mandibular . Pasien sempat di  bawa ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) Dr. Soewondo Kendal kemudian dirujuk ke RSUD Tugurejo Semarang. Keadaan umum composmentis, lemas, mual,  pusing, kesulitan mengunyah, dan kesulitan membuka mulut. Terapi obat yang diberikan infus RL 20 tpm, injeksi ceftriaxon 2x1 gr, injeksi ketorolac 30 mg, asam tranexama 3x500 mg, Po: Raniti din 2x150 mg.

Transcript of Asuhan Gizi pada Pasien Bedah Frakture Rahang

IDENTITAS PASIENNama : Tn. HUmur: 22 tahunJenis Kelamin: Laki lakiPekerjaan: SwastaAgama: IslamNo CM: 24.85.35Tanggal Masuk : 02/11/2013Nama/Ruang: Amarylis I/1.12 ADiagnosa Medis: CKR (Cedera Kepala Ringan) + traumatic dental dg close fracture mandibular

GAMBARAN KASUSTn H berusia 22 tahun dibawa ke rumah sakit 2 hari yang lalu (2 November 2013) karena mengalami kecelakaan lalu lintas sepeda motor. Tn.H menabrak pejalan kaki hingga dagunya membentur dan pingsan. Setelah sadar Tn. H mengeluh pusing dan mual. Diagnosa medis adalah CKR (Cedera Kepala Ringan) + traumatic dental dengan close fracture mandibular. Pasien sempat di bawa ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) Dr. Soewondo Kendal kemudian dirujuk ke RSUD Tugurejo Semarang. Keadaan umum composmentis, lemas, mual, pusing, kesulitan mengunyah, dan kesulitan membuka mulut. Terapi obat yang diberikan infus RL 20 tpm, injeksi ceftriaxon 2x1 gr, injeksi ketorolac 30 mg, asam tranexama 3x500 mg, Po: Ranitidin 2x150 mg.

BAB I SKRINING GIZI

Formulir skrining gizi untuk pasien rawat inap yang digunakan di RSUD Tugurejo adalah Nutritional Risk Screening 2002 (NRS 2002. Skrining awal didapat persen LILA > 100% dengan jawaban ya. Kemudian beralih ke skrining lanjutan dimana kegawatan penyakit terdapat luka kepala. Dari hasil skrining yang telah dilakukan, Tn. H mendapat skor 3 yang berarti pasien berisiko gizi dan membutuhkan rencana asuhan gizi. (Lampiran 1)

BAB IIASESSMENT GIZI

DomainDataIntepretasi

FH (Food Nutrition Related History)

Total Energi Intake (FH-1.1.1.1)-Total asupan energi sehari hari sebelum masuk rumah sakit = 1840 kkal-Total asupan berdasarkan recall 24 jam saat masuk rumah sakit (4 November 2013) = 792,5 kkal Asupan oral inadekuat, hanya mengasup 49,5% dari total kebutuhan energi dibandingkan hasil recall 24 jam

Oral Fluids (FH-1.2.1.1)Air putih 1 2 L/hariTeh manis 2-3x/hariMinuman ringan (sofdrink) 3 4x/mgMencapai kebutuhan

Jumlah Makanan(FH-1.2.2.1)Makanan Pokok 3 4p/hariLauk hewani 3p/hariLauk nabati 3p/hariSayur 2p/hariJarang konsumsi buah 1 2p/hariGorengan 1-2p/hari

Pola Makan (FH-1.2.2.3)Pola makan 3 -4x/hari

Variasi Makanan (FH-1.2.2.5)Jarang mengkonsumsi buah.Lauk hewani dan nabati lebih sering digoreng.Variasi makanan kurang, karena jarang menkonsumsi buah dan lauk hewani lebih sering digoreng

Obat yang diresepkan (FH-2.1.1)infus RL 20 tpm, injeksi ceftriaxon 2x1 gr, injeksi ketorolac 30 mg, asam tranexama 3x500 mg, Ranitidin 2x150 mg.

Total Asupan Lemak (FH-1.5.1.1)Asupan lemak sehari hari 51 gr

Total Asupan Protein (FH-1.5.2.1)Asupan protein sehari hari 68 gr

Total Asupan Karbohidrat (FH-1.5.3.1)Asupan Karbohidrat sehari hari 257,5 gr

AD (Anthropometric Measurement)

Tinggi Badan (AD-1.1.1)166 cm

Berat Badan (AD-1.1.2)82 kg

Indeks Massa Tubuh (AD-1.1.5)29,75Obese tipe II

Berat Badan Ideal (AD-1.1.7)59,4 kg

BD (Biochemical Data, Medical Test, and Procedure)

Leukosit 23,95.103/uL N : 3,6 - 11Tinggi

Eritrosit 6,22.106/uL N : 3,8 5,2Tinggi

MCV (BD-1.10.3)68,80 fL N : 89 92 Rendah

MCH 24,20 pg N: 27 - 31Rendah

Neutrofil 89,50% N : 50 70 Tinggi

Limfosit4,80% N : 25 - 35Rendah

PD (Nutrition Focused Physical Findings)

Penampilan keseluruhan (PD-1.1.1)Pipi sebelah kanan dan kiri terlihat bengkak.

Sistem Pencernaan (mulut rektum) (PD-1.1.6)Mulut terlihat bengkak, mulut dan rahang bawah susah membuka, sulit mengunyah dan gigi ada yang tanggal.Daya terima terhadap makanan karena adanya kesulitan membuka mulut dan mengunyah makanan

Tekanan Darah (PD-1.1.9)120/80 mmHgNormal

Nadi (PD-1.1.9)88x/mntNormal

CH (Client History)

Umur (CH-1.1.1)22 tahun

Jenis Kelamin (CH-1.1.2)Laki - laki

Situasi Tempat tinggal (CH-3.1.2)Tinggal bersama orang tua

Pekerjaan (CH-3.1.6)Swasta

Agama (CH-3.1.7)Islam

CS (Comparative Standar)

Total estimasi kebutuhan energi (CS-1.1.1)Estimasi saat sehat = 2700 kkal/hariEstimasi saat sakit = 1700 kkal/hari

Total estimasi kebutuhan lemak (CS-2.1.1)Estimasi saat sehat = 60 gr/hariEstimasi saat sakit = 47,22 gr/hari

Total estimasi kebutuhan protein (CS-2.2.1)Estimasi saat sehat = 47,52 gr/hariEstimasi saat sakit = 65,34 gr/hari

Total estimasi kebutuhan karbohidrat (CS-2.3.1)Estimasi saat sehat = 371 gr/hariEstimasi saat sakit = 253,7 gr/ hari

Berat Badan Ideal (CS-5.1.1)59,4 kg

BAB IIIDIAGNOSIS GIZI

Kesulitan mengunyah atau menggigit (NC 1.2) berkaitan dengan trauma dental dengan close fracture mandibular ditandai dengan ketidakmampuan mengkonsumsi makanan dengan tekstur dan konsistensi normal dan asupan makan saat masuk rumah sakit (MRS) < 80%

BAB IVINTERVENSI GIZI

A. Perencanaan1. Tujuan Memberikan asupan kepada pasien secara bertahap sesuai dengan daya terima dan kondisi pasien sampai 100% dengan memenuhi kebutuhan basal 1500 kkal terlebih dahulu.

2. Preskripsi Dieta. Estimasi perhitungan kebutuhan energi saat sakit berdasarkan Rumus Mifflin - St. Jeor1Energi = 10 x W+ 6,25 x H 5 x A + 5= 10 x 59,4 + 6,25 x 166 5 x 22 + 5= 594 + 1037,5 110 + 5= 1526,5 x FA x FS - koreksi status gizi lebih (20% energi)= 1526,5 x 1,1 x 1,2 (20% . 1526,5)= 2014,9 - 305,3= 1709,6 kkal = 1700 kkalEnergi yang diberikan sesuai kebutuhan adalah 1700 kkal/hari. Energi diberikan secara bertahap sesuai dengan kemampuan dan daya terima pasien terhadap makanan yaitu 1500 kkal/harib. Protein 1 1,1gr/kgBB= 1,1 x 59,4gr/kgBB= 65,34 gr/kgBB/ x 4= 261,36 kkal (15,3%)Protein yang diberikan tinggi yaitu 1 1,1 gr/kgBB/hari karena peningkatan kebutuhan protein dan adanya trauma.c. Lemak 30%= 25% x 1700kkal= 47,22 gr/hariDiberikan lemak sedang yaitu 25% dari kebutuhan energi.d. Karbohidrat= 100% - (15,3% + 25%)= 59,7% x 1700 kkal= 253,7 gr/harie. Kebutuhan cairan 1,5 2 L/harif. Konsistensi dan tekstur makanan di modifikasi menjadi bentuk saring atau cair (blenderized diet) untuk memudahkan pasien dapat mengasup makanan yang diterimanya.2g. Rute pemberian : melalui oral dengan menggunakan sedotan atau sendok untuk memasukkan makanan ke dalam mulut.h. Frekuensi pemberian makanan 3x makanan saring + 3x cair.

3. Edukasi Gizi (E-1)a. Tujuan (E-1.2):Memberikan informasi kepada pasien tentang makanan yang dianjurkan sesuai dengan kondisi pasien saat ini di rumah sakit.b. Rencana:Edukasi dilakukan setiap melakukan monitoring dan evaluasi terkait dengan perkembangan asupan, fisik, dan klinik pasien. Edukasi yang dilakukan yaitu dengan tanya jawab terkait jenis diet dan makanan yang harus dikonsumsi sesuai dengan kondisi pasien selama di rumah sakit. Sasaran edukasi adalah pasien dan keluarga pasien.

4. Konseling Gizi (C-2)a. Tujuan (C-2.1)Memberikan motivasi kepada pasien untuk menerapkan diet yang telah diberikan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien.b. Rencana:Konseling akan dilakukan kepada pasien dan keluarganya saat akhir intervensi.Hari, tanggal : Jumat, 8 November 2013Tempat : Ruang Amarylis I/1.12AWaktu : 10 15 menitTopik: Terapi gizi pada pasien dengan frakture rahangAlat/ media: leafletMateri : a. Modifikasi makanan untuk pasien dengan fraktur rahang.b. Panduan pelaksanaan diet mengenai hal hal yang harus diperhatikan selama menjalankan diet.c. Pemilihan tentang waktu dan jenis makanan yang dapat dikonsumsi.

5. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (RC-1.3) Berkolaborasi dengan dokter untuk mengetahui kondisi dan perkembangan fisik dan klinik pasien secara medis untuk dapat memberikan intervensi gizi yang tepat dan sesuai dengan kondisi pasien. Berkolaborasi dengan perawat untuk memantau kondisi dan perkembangan harian pasien untuk melakukan intervensi gizi lebih lanjut terkait dengan terapi medis yang telah diberikan.

B. Implementasi 1. Pemberian Diet 1500 kkal a. Bentuk makanan modifikasi makanan saring (bubur halus) dan cairb. Rute pemberian melalui oralc. Pemberian makan secara bertahap sesuai dengan kemampuan dan daya terima pasien. Hari ke 1 modifikasi diet saring (bubur halus) 3x dan cair 3x 200 CC dengan rincian:jam 06.00 (saring + cair)jam 12.00 (saring + cair)jam 18.00 (saring + cair) Hari ke 2 pemberian diet saring (bubur halus) 3x dan cair 3x 200 CC dengan rincian:jam 06.00 (saring + cair)jam 12.00 (saring + cair) jam 18.00 (saring + cair) Hari ke 3 pemberian diet saring (bubur halus) 3x dan cair 3x 200 CC dengan rincian:jam 06.00 (saring + cair)jam 12.00 (saring + cair)jam 18.00 (saring + cair)2. Edukasi Edukasi dilakukan setiap hari yaitu dua hari selama intervensi pada saat melakukan monitoring dan evaluasi tentang asupan makan pasien dan kondisi fisik serta klinis.3. KonselingKonseling gizi dilakukan pada hari terakhir intervensi yaitu pada tanggal 8 November 2013 sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat.4. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain.Kolaborasi dilakukan setiap hari untuk memantau perkembangan kondisi pasien secara medis untuk dapat menentukan terapi gizi yang tepat.

5. 9

BAB VMONITORING DAN EVALUASI

Berikut adalah tabel monitoring dan evaluasi yang dilakukan pada tanggal 5 8 November 2013Tabel 5.1. Monitoring dan Evaluasi Asupan Makan dan Fisik Klinis PasienHari/tanggalJenis DietAsupanFisik/KlinisLaboratoriumAntropometriIdentifikasi MasalahTindak Lanjut

Selasa, 05/11/13Lunak BTS (bubur tanpa santan)0%KU : sadarTD : 120/80mmHgN : 88x/mntt = 36oCPasien kesulitan membuka mulut saat berbicara, sulit mengunyah namun tidak ada kesulitan menelan, sekitar pipi dan rahang kanan dan kiri bengkak, mulut bagian depan juga bengkak, kepala pusing. Gigi ada yang tanggal.Leukosit 23,95% Eritrosit 6,22x106/uLMCV 68,80 fLMCH 24,40 pgNeutrofil 89,50%Limfosit 4,80%BB = 82 kgTB = 166 cmIMT = 29,75 kg/m2Tidak bisa mengasup diet yang diberikan oleh RS karena ada kesulitan mengunyah dan mulut belum bisa membuka dengan lebar. Modifikasi diet lunak bubur tanpa santan (BTS) menjadi diet saring (bubur sumsum) dan cair (dari sore hari)

Rabu, 06/11/13Saring (bubur halus) 3x + cair 3 x 200 CCSaring : 100%Cair : 75%KU : sadarTD : 110/90 mmHgBuka tutup mulut pasien sudah baik, namun masih ada kesulitan mengunyah karena gigi ada yang lepas disebabkan trauma dental. Nyeri pada rahang atas. Tidak ada keluhan pusing, mual dan muntahBelum ada hasil terbaruBB = 81 kgTB = 166 cmIMT = 29,57 kg/m2Buka tutup mulut sudah baik, namun mulut belum bisa membuka lebar. Masih ada kesulitan untuk mengunyah. Muncul nyeri pada rahang atas. Asupan makan pasien sudah baik 87,5%Tetap dilanjutkan pemberian diet saring (bubur sumsum) 3x + cair 3 x 200 CC

Kamis, 07/11/13Saring (bubur halus) 3x + cair 3 x 200 CCSaring : 100%Cair : 100%KU : sadarTD : 110/90 mmHgBuka tutup mulut pasien baik, namun belum bisa membuka dengan lebar. Kesulitan mengunyah masih ada. Diagnosa baru : 1/3 fracture proximal. Tidak ada keluhan pusing, mual, dan muntah. Nyeri rahang atas sudah tidak ada.Belum ada hasil terbaruMasih ada kesulitan untuk mengunyah dan mulut belum bisa membuka lebar. Asupan makan pasien 100%Tetap dilanjutkan pemberian diet saring (bubur sumsum) 3x + cair 3 x 200 CC sambil menunggu rencana Op pada hari Sabtu.

Jum`at, 08/11/13Saring (bubur halus) 3x + cair 3 x 200 CCSaring :100%Cair : 90%KU : sadarBuka tutup mulut pasien baik, namu belum bisa membuka dengan lebar. Bengkak di bibir bagian depan sudah mulai mengecil. Masih ada kesulitan mengunyah. Tidak ada keluhan pusing, mual, dan muntahBelum ada hasil terbaruBB = 80 kgTB = 166 cmIMT = 29,03 kg/m2Masih ada kesulitan untuk mengunyah dan membuka mulut dengan lebar. Asupan makan pasien 95%Pasien menolak tindakan operasi dan pulang atas pemintaan sendiri (PAPS)

BAB VIPEMBAHASAN

Tn H berusia 22 tahun dibawa ke rumah sakit 2 hari yang lalu (2 November 2013) karena mengalami kecelakaan lalu lintas sepeda motor. Tn.H menabrak pejalan kaki hingga dagunya membentur dan pingsan. Setelah sadar Tn. H mengeluh pusing dan mual. Diagnosa medis adalah CKR + traumatic dental dengan close fracture mandibular. Pasien sempat di bawa ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) Dr. Soewondo Kendal kemudian dirujuk ke RSUD Tugurejo Semarang. Keadaan umum composmentis, lemas, mual, pusing, kesulitan mengunyah, dan kesulitan membuka mulut. Berdasarkan hasil skrining yang dilakukan pada tanggal 4 November 2013 kepada Tn.H ditemukan kegawatan penyakit berupa luka di kepala menurut diagnosa medis yaitu CKR (Cidera Kepala Ringan) dan mendapat skor 3, sehingga pasien membutuhkan asuhan gizi lebih lanjut.Cedera kepala adalah gangguan fungsi normal otak karena trauma baik trauma tumpul maupun trauma tajam. Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama pada kelompok usia produktif. Penyebab terbanyak dalam kejadian kasus cedera kepala pada umumnya adalah kecelakaan lalu lintas. Cedera kepala dikategorikan menjadi 3 berdasarkan nilai Gaslow Coma Scale (GCS), yaitu cedera kepala ringan (CKR), cedera kepala sedang (CKS), dan cedera kepala berat (CKB).3 Fraktur mandibula merupakan fraktur yang paling sering terjadi pada tulang wajah, hal ini menggambarkan letak dan sensitivitas mandibula terhadap benturan. Fraktur mandibula lebih sering disebut fraktur daerah maksofasial, makin banyak dijumpai sejalan dengan kemajuan dibidang transportasi dan olahraga. Mandibula adalah tulang rahang bawah pada manusia dan berfungsi sebagai tempat menempelnya gigi geligi. Faktor penyebab utama terjadinya fraktur mandibula bervariasi berdasarkan lokasi geografis, namun kecelakaan bermotor menjadi penyebab paling umum.4 Tindakan medis yang dilakukan pada pasien dengan fraktur rahang adalah dengan cara maxillofacial fiksasi.5 Berdasarkan hasil laboratorium nilai leukosit menunjukkan nilai yang tinggi (Leu = 23,95%). Nilai leukosit yang tinggi menandakan adanya infeksi atau stress fisik. Nilai MCV dan MCH menunjukkan angka yang rendah (MCV 68,80 fL) dan (MCH 24,40 pg) yang menandakan risiko terjadinya anemia. Nilai MCV dan MCH digunakan unruk mengartikan ukuran dan konsentrasi dari sel darah merah yang umumnya digunakan untuk kategori anemia. Neutrofil menunjukkan hasil yang tinggi (Neu = 89,50%) yang menandakan adanya perlawanan terhadap infeksi dan penyakit yang masuk ke dalam tubuh. Diagnosa medis lain yang disebutkan adalah traumatic dental dengan close fractur mandibula yang mengakibatkan Tn.H berisiko kekurangan asupan berkaitan dengan keadaan fisik yang terjadi karena trauma pada gigi (traumatic dental) dan fraktur pada rahang, sehingga mulut sulit membuka dengan lebar serta sulit menggigigit atau mengunyah makanan dalam tekstur dan konsistensi normal. Ketika masuk rumah sakit, pasien mendapat diet makanan lunak berupa bubur tanpa santan (BTS) lengkap dengan lauk hewani, lauk nabati, dan sayur. Namun pasien tidak dapat mengasup semua makanan dari rumah sakit, hanya bubur saja yang diasup. Pasien memakan bubur dengan cara disedot melalui sedotan, sehingga asupan makan pasien < 50%. Sebelum memberikan intervensi, dilakukan monitoring dan evaluasi daya terima pasien terhadap diet yang sekarang didapat. Setelah mengetahui bahwa asupan pasien < 50% karena kondisi fisik pasien yang kesulitan mengunyah dan membuka mulut, maka dilakukan evaluasi dengan melakukan perubahan diet yaitu modifikasi diet lunak (Bubur Tanpa Santan) menjadi diet saring + diet cair 3x200 CC. Modifikasi diet lunak menjadi diet saring dan cair juga mempertimbangkan prinsip pemberian makan pada pasien dengan fraktur rahang (mandible fracture). Pemberian makan pada pasien fraktur rahang (mandible fracture) hanya berkisar pada modifikasi tekstur dan konsistensi. Semua makanan harus disiapkan dengan baik agar dapat dengan mudah masuk ke dalam mulut tanpa harus mengunyah.1 Makanan dalam bentuk cair sangat dianjurkan bagi pasien yang mengalami fraktur rahang (mandible fracture). Pemberian diet saring dan cair telah dihitung berdasarkan kebutuhan gizi pasien yaitu energi sebesar 1700 kkal dengan memperhitungkan faktor aktivitas fisik dan faktor stres pasien. Energi diberikan secara bertahap mulai dari 1500 kkal untuk memenuhi kebutuhan basal terlebih dahulu. Kebutuhan protein yang diberikan tinggi karena adanya peningkatan kebutuhan protein dan adanya trauma. Lemak diberikan sedang 30% diutamakan lemak tidak jenuh. Karbohidrat yang diberikan adalah sedang, didapat dari persentase perhitungan protein dan lemak. Hari pertama intervensi pasien akan diberikan diet bubur saring (bubur sumsum) + cair 3x200 CC untuk meningkatkan asupannya. Namun perawat mengganti kembali diet pasien yang awalnya diet lunak bubur tanpa santan (BTS). Sehingga intervensi pada hari pertama adalah diet lunak bubur tanpa santan (BTS). Setelah dilakukan monitoring dan evaluasi, asupan makan pasien menjadi 0% hal ini terjadi karena pasien masih mengalami kesulitan membuka mulut dengan lebar dan mengunyah makanan. Buka tutup mulut pasien sudah mulai baik. Mual dan muntah sudah tidak lagi dikeluhkan oleh pasien, namun pasien masih merasakan pusing. Hari pertama intervensi dilakukan monitoring perubahan berat badan dengan penimbangan, hasilnya masih sama dengan berat badan awal pasien ketika masuk rumah sakit yaitu 82 kg. Hari kedua intervensi pasien sudah mulai diberikan diet saring (bubur sumsum) + cair 3x200 CC. Asupan makan pasien mengalami peningkatan yaitu sebesar 87,5%, diet saring (bubur sumsum) 100% dan cair 75%. Kemmpuan buka tutup mulut pasien sudah baik, walaupun belum bisa membuka mulut dengan lebar. Namun, masih ada kesulitan mengunyah makanan dan muncul rasa nyeri di rahang bagian atas. Mual, muntah, dan pusing sudah tidak dikeluhkan lagi. Fisik dan klinis pasien seperti tekanan darah mengalami penurunan dari 120/80 mmHg menjadi 110/90 mmHg, namun masih berada di range normal. Hari kedua intervensi juga dilakukan monitoring terhadap berat badan, ada perubahan berat badan pasien dari 82 kg saat masuk rumah sakit turun menjadi 81 kg. Hari ketiga intervensi diet yang diberikan masih sama yaitu diet lunak (bubur sumsum) + cair 3x200 CC. Asupan makan pasien pada hari ketiga mencapai 100%. Kondisi fisik pasien buka tutup mulut sudah baik dan nyeri rahang atas sudah tidak ada, namun masih ada kesulitan mengunyah. Keluha berupa pusing, mual, dan muntah juga tidak dikeluhkan. Hari keempat intervensi, pasien masih diberikan diet saring (bubur halus) + cair 3x200 CC sambil menunggu tindakan operasi yang direncanakan pada hari Sabtu. Kemampuan buka tutup mulut pasien baik, masih ada kesulitan mengunyah. Mual dan muntah tidak dikeluhkan. Asupan makan pasien turun dari 100% menjadi 90%, hal tersebut berkaitan dengan menu diet cair yag diberikan kurang sesuai dengan selera pasien. Hari keempat intervensi dilakukan penimbangan untuk monitoring dan evaluasi berat badan, hasilnya berat badan pasien kembali turun dari 81 kg menjadi 80 kg. Secara antropometri ada penurunan berat badan yang cukup bermakna sebelum dan setelah intervensi pada pasien sebesar dua kilogram dalam waktu empat hari, hal tersebut akan mempengaruhi status gizi pasien mengingat juga pasien berada dalam kondisi obesitas. Pada hari keempat intervensi, pasien menyatakan menolak tindakan operasi berupa fiksasi rahang dikarenakan keterbatasan biaya dan pulang atas permintaan sendiri (PAPS) sehingga intervensi post operasi tidak dilakukan. Selain intervensi dengan pemberian diet, intervensi gizi berupa edukasi dan konseling juga dilakukan kepada pasien dan keluarganya. Edukasi dilakukan setiap hari selama proses monitoring dan evaluasi berkaitan dengan diet yang diberikan kepada pasien selama perawatan di rumah sakit. Konseling gizi dilakukan saat pasien akan pulang yang bertujuan guna meningkatkan motivasi pasien untuk meningkatkan dan menjaga asupan selama kondisi sakit serta memperhatikan makanan dan minuman yang dianjurkan sesuai dengan kondisi penyakit pasien, selain itu konseling juga diberikan kepada keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan asupan serta mematuhi diet yang diberikan. Selama proses edukasi dan konseling berlangsung, pasien dan keluarga mendengarkan secara seksama dengan baik serta memberikan respon yang baik pula dan berkomitmen dalam menjalankan diet yang dianjurkan.

BAB VIISIMPULAN

a. Tn. H didiagnosa medis oleh dokter yaitu CKR + trauma dental dengan close fracture mandibularb. Berdasarkan hasil skrining gizi Tn. H membutuhkan asuhan gizi lebih lanjut karena mendapat skor 3 berdasarkan kegawatan penyakit yaitu adanya luka kepala.c. Permasalahan gizi adalah tn. H berisiko asupan oral tidak adekuat karen adanya trauma dental dengan close fracture mandibular yang menyebabkan kesulitan membuka mulut dan kesulitan mengunyah.d. Intervensi gizi yang diberikan adalah dengan memberikan diet saring + diet cair selama 3 hari yang diberikan secara bertahap seseuai dengan daya terima, kebutuhan dan kondisi pasien dengan memenuhi kebutuhan energi basalnya terlebih dahulu yaitu sebesar 1500 kkal.e. Monitoring dan evaluasi yang didapat selama intervensi, asupan makan pasien meningkat dari 0% menjadi 90% selama intervensi hari pertama hingga hari ketiga.f. Ada perubahan berat badan dari pertama masuk rumah sakit hingga pasien pulang dari 82 kg menjadi 80 kg dalam waktu empat hari.

DAFTAR PUSTAKA

1. Nelms, M., Sucher, K.P., Lacey, K. & Roth, S.L. Nutrition Therapy and Pathopysiologi 2/e. Cengage Learning (2010). USA2. Clara, Santa. No Chewing Required. Nutritional Guidelines for Persons Needing a Blenderized Diet. Kaiser Permanente. Health Education Departement. 2006.3. Ebiet, Andi.,Utomo, Wasisto. & Indriarti, Ganis. Gambaran Status Kognitif pada Pasien Cedera Kepala yang Telah Diizinkan Pulang di RSUD Arifin Achnad Pekanbaru. 4. Baga, Irwan.,Prasetyaningrum, Nenny. Hubungan dan Distribusi Lokasi Fraktur Mandibula Terhadap Usia, Jenis Kelamin dan Penyebab Terjadinya Fraktur pada Pasien RSUD dr. Saiful Anwar. [Jurnal Penelitian]. Program Studi Pendidikan Dokter Gigi FKUB. Malang. 2013.5. Abdelfadil, Ehab.,Salem, Ahmed.,and Al-Belasy, Fouad. Infected Mandibular Fractures: Risk Factors and Management. Oral Hygiene and Health 2013, 1:1

LAMPIRAN 1FORMULIR SKRINING GIZI RAWAT INAPNutritional Risk Screening 2002 (NRS-2002)INSTALASI GIZI RS DR. ADHYATAMA, MPH

Nama: Tn. HarisNama: Amarylis INo. CM:24.85.35Ruang: 1.12 ATgl masuk: 02/11/13Diagnosa :CKR + trauma dental dg fraktur mandibulaJenis kelamin: Laki - LakiLILA: 35 cmSkrining Awal (lingkari)Deskripsijawaban

1. LILA100%a. Yab. Tidak

2. Berat badan turun dalam 3 bulana. Yab. Tidak

3. Asupan makan turun dalam 1 minggu terakhira. Yab. Tidak

4. Menderita sakit berat di ruang intensifa. Yab. Tidak

( ICU, HCU, HND)

Skrining lanjut (lingkari)1. Gangguan status gizi2. Kegawatan penyakit

jawabanskorJawabanskor

a. Status gizi normalb. BB turun >5% dalam 3 bulan atau asupan makan 50-