Laporan kasus fraktur radius, tibia dan fibula

31
Laporan kasus Fraktur Radius,Tibia dan Fibula Disusun oleh: DEVI NIM. 0808151385 Pembimbing : dr. Arnadi, SpOT Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Bedah RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau

description

hf

Transcript of Laporan kasus fraktur radius, tibia dan fibula

Page 1: Laporan kasus fraktur radius, tibia dan fibula

Laporan kasus

Fraktur Radius,Tibia dan Fibula

Disusun oleh:

DEVI

NIM. 0808151385

Pembimbing :

dr. Arnadi, SpOT

Kepaniteraan KlinikBagian Ilmu Bedah RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau

Fakultas Kedokteran Universitas RiauPekanbaru

2013

Page 2: Laporan kasus fraktur radius, tibia dan fibula

BAB I

PENDAHULUAN

Saat ini, penyakit muskuloskeletal banyak dijumpai di pusat-pusat

pelayanan kesehatan di seluruh dunia. Penyebab fraktur terbanyak adalah karena

kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan lalu lintas, selain menyebabkan fraktur,

menurut WHO, juga menyebabkan kematian 1,25 juta orang tahunnya, dimana

sebagian besar korbannya adalah remaja atau dewasa muda. 1

Setiap fraktur dan kerusakan jaringan lunak sekitar tulang tersebut harus

ditanggulangi sesuai dengan prinsip penanggulangan cedera muskuloskletal.

Prinsip tersebut meliputi rekognisi (mengenali), reduksi (mengembalikan),

retaining (mempertahankan), dan rehabilitasi.1,2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Page 3: Laporan kasus fraktur radius, tibia dan fibula

A. Fraktur

A. Definisi Fraktur Dan Mekanisme Trauma

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang

rawan yang umumnya disebabkan oleh trauma. Fraktur dapat dibedakan menjadi

fraktur terbuka apabila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia

luar karena adanya perlukaan kulit dan fraktur tertutup apabila tidak terdapat

hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar, disebut juga dengan fraktur

bersih (karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi.1

B. Fraktur radius

1. Definisi Fraktur Radius

Fraktur radius adalah fraktur yang terjadi pada tulang radius akibat jatuh

dan tangan menyangga dengan siku ekstensi.

2. Klasifikasi Fraktur1

Fraktur tertutup adalah fraktur dengan kulit utuh melewati tempat fraktur

dimana tulang tidak menonjol keluar melewati kulit.

Fraktur terbuka adalah robeknya kulit pada tempat fraktur, luka

berhubungan dengan kulit ke tulang. Oleh sebab itu fraktur berhubungan

dengan lingkungan luar, sehingga berpotensi terjadi infeksi. Fraktur

terbuka lebih lanjut dibedakan menjadi 3 berdasarkan beratnya fraktur.

Grade I : disertai kerusakan pada kulit yang minimal kurang dari 1 cm.

Grade II : seperti pada grade I dengan kulit dan luka memar pada otot.

Grade III : luka lebih dari 6-8 cm dengan kerusakan pada pembuluh darah.

Kemudian Gustillo et al. (1984) membagi tipe III dari klasifikasi Gustillo

dan Anderson (1976) menjadi tiga subtipe, yaitu tipe IIIA, IIIB dan IIIC .

- IIIA terjadi apabila fragmen fraktur masih dibungkus oleh jaringan lunak,

walaupun adanya kerusakan jaringan lunak yang luas dan berat.

- IIIB fragmen fraktur tidak dibungkus oleh jaringan lunak sehingga tulang

terlihat jelas atau bone expose, terdapat pelepasan periosteum, fraktur

kominutif. Biasanya disertai kontaminasi masif dan merupakan trauma

high energy tanpa memandang luas luka.

Page 4: Laporan kasus fraktur radius, tibia dan fibula

- III C terdapat trauma pada arteri yang membutuhkan repair agar kehidupan

bagian distal dapat dipertahankan tanpa memandang derajat kerusakan

jaringan lunak.

Fraktur komplit adalah patah yang melintang ke seluruh tulang dan sering

berpindah dari posisi normal.

Fraktur inkomplit adalah meluasnya garis fraktur yang melewati sebagian

tulang dimana yang mengganggu kontinuitas seluruh tubuh. Tipe fraktur

ini disebut juga green stick atau fraktur hickoristik.

Fraktur comminuted adalah fraktur yang memiliki beberapa fragmen

tulang.

Fraktur patologik adalah fraktur yang terjadi sebagai hasil dari gangguan

tulang yang pokok, seperti osteoporosis. Garis fraktur membentuk sudut

oblique (sekitar 45o) pada batang atau sendi pada tulang.

Fraktur longitudinal adalah garis fraktur berkembang secara longitudinal.

Fraktur transversal adalah garis fraktur menyilang lurus pada tulang.

Fraktur spiral adalah garis fraktur berbentuk spiral mengelilingi tulang.

3. Anatomi Fisiologi Tulang Radius

Tulang membentuk rangka penunjang dan pelindung bagi tubuh dan tempat

untuk melekatnya otot-otot yang menggerakkan kerangka tubuh. Komponen-

komponen utama dari jaringan tulang adalah mineral-mineral dan jaringan organik

(kolagen dan proteoglikon). Kalsium dan fosfat membentuk suatu kristal garam

(hidroksida patit), yang tertimbun pada matriks garam (hidroksia patit) yang

tertmbun pada matriks kolagen dan proteaglikan matriks organik tulang disebut

juga sebagai suatu osteoid.4

Tulang tersusun atas sel, matriks protein dan deposit mineral. Sel-selnya

terdiri atas tiga jenis dasar osteoblas, osteosit dan osteoklas. Osteoblas berfungsi

dalam pembentukan tulang dengan mensekresi matriks tulang.

Osteosit adalah sel dewasa yang terlibat dalam pemeliharaan fungsi tulang dan

terletak dalam osteum (unit matriks tulang). Osteoklas adalah sel multinuklear

Page 5: Laporan kasus fraktur radius, tibia dan fibula

(berinti banyak) yang berperan dalam penghancuran, resorbsi dan remodeling

tulang.

Radius adalah tulang di sisi lateral lengan bawah merupakan tulang pipa

dengan sebuah batang dan dua ujung dan lebih pendek dari tulang ulna. Ujung

atas radius kecil dan memperlihatkan kepala berbentuk kancing dengan

permukaan dangkal yang bersendi dengan kapitulum dari humerus. Sisi-sisi

kepala radius bersendi dengan takik radial dari ulna. Di bawah kepala terletak

leher dan di bawah serta di sebeelah medial dari leher ada tuberositas radii, yang

dikaitkan pada tendon dan insersi otot bisep.

Batang radius. Di sebelah atas batangnya lebih sempit dan lebih bundar

daripada di bawah dan melebar makin mendekati ujung bawah. Batangnya

melengkung ke sebelah luar dan terbagi dalam beberapa permukaan, yang seperti

pada ulna memberi kaitan kepada flexor dan pronator yang letaknya dalam di

sebelah anterior dan di sebelah posterior memberi kaitan pada extensor dan

supinator di sebelah dalam lengan bawah dan tangan.

Ujung bawah agak berbentuk segiempat dan masuk dalam formasi dua buah

sendi. Persendian inferior dari ujung bawah radius berbendi dengan ska foid dan

tulang semilunar dalam formasi persendian pergelangan tangan. Permukaan

persendian di sebelah medial dari yang bawah bersendi dengan kepala dari ulna

dalam formasi persendian radio-ulna inferior. Sebelah lateral dari ujung bawah

diperpanjang ke bawah menjadi prosesus stiloid radius.

Fungsi dari tulang pada lengan bawah atau tulaang radius adalah untuk

pronasi dan supinasi harus dipertahankan dengan menjaga posisi dan kesejajaran

anatomik yang baik.

Proses Penyembuhan Tulang. Kebanyakan patah tulang sembuh melalui osifikasi

endokondial ketika tulang mengalami cedera, fragmen tulang tidak hanya

ditambal dengan jaringan parut, namun tulang mengalami regenerasi sendiri. Ada

beberapa tahapan dalam penyembuhan tulang :

Inflamasi

Dengan adanya patah tulang, tulang mengalami respon yang sama dengan bila

ada cedera di lain tempat dalam tubuh. Terjadi perdarahan dalam jaringan yang

cedera dan terjadi pembentukan hematoma pada tempat patah tulang. Ujung

Page 6: Laporan kasus fraktur radius, tibia dan fibula

fragmen tulang mengalami devitalisasi karena terputusnya pasokan darah. Tempat

cedera kemudian akan diinvasi oleh makrofag (sel darah putih besar), yang akan

membersihkan daerah tersebut. Terjadi inflamasi, pembengkakan dan nyeri.

Tahap inflamasi berlangsung beberapa hari dan hilang dengan berkurangnya

pembengkakan dan nyeri.

Proliferasi Sel

Dalam sekitar 5 hari, hematoma akan mengalami organisasi. Terbentuk

benang-benang fibrin dalam jendalan darah, membentuk jaringan untuk

revaskularisasi dan invasi fibroblast dan osteoblast. Fibroblast dan osteoblast

(berkembang dan osteosit, sel endotel, sel periosteum) akan menghasilkan kolagen

dan proteoglikan sebagai matriks kolagen pada patahan tulang.

Pembentukan kalus

Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran tulang rawan tumbuh mencapai

sisi lain sampai celah sudah terhubungkan. Fragmen patahan tulang digabungkan

dengan jaringan fibrus, tulang rawan dan tulang serat imatur. Bentuk kalus dan

volume yang dibutuhkan untuk menghubungkan defek-secara langsung

berhubungan dengan jumlah kerusakan dan pergeseran tulang.

Osifikasi

Pembentukan kalus mulai mengalami penulangan dalam 2-3 minggu patah

tulang melalui proses penulangan endokondrial.

Remodeling

Tahap akhir perbaikan tulang meliputi pengambilan jaringan mati dan

reorganisasi tulang baru ke susunan struktural sebelumnya. Remodeling

memerlukan waktu berbulan-bulan sampai bertahun-tahun tergantung beratnya

modifikasi tulang yang dibutuhkan, fungsi tulang, dan pada kasus yang

melibatkan tulang kompak dan kanselus – stres fungsional pada tulang.

4. Etiologi Fraktur Radius

Penyebab paling umum fraktur adalah :

Benturan/trauma langsung pada tulang antara lain : kecelakaan lalu

lintas/jatuh.

Kelemahan/kerapuhan struktur tulang akibat gangguan penyakti seperti

osteoporosis, kanker tulang yang bermetastase.

Page 7: Laporan kasus fraktur radius, tibia dan fibula

5. Patofisiologi Fraktur Radius

Fraktur kaput radii sering terjadi akibat jatuh dan tangan menyangga dengan

siku ekstensi. Bila terkumpul banyak darah dalam sendi siku (hemarthosis) harus

diaspirasi untuk mengurangi nyeri dan memungkinkan gerakan awal. Bila fraktur

mengalami pergeseran dilakukan pembedahan dengan eksisi kaput radii bila perlu.

Paska operasi lengan dimobilisasi dengan bebat gips posterior dan sling. Fraktur

pada batang radius dan ulna (pada batang lengan bawah) biasanya terjadi pada

anak-anak. Baik radius maupun ulna keduanya dapat mengalami patah. Pada

setiap ketinggian, biasanya akan mengalami pergeseran bila kedua tulang patah.

Dengan adanya fraktur dapat menyebabkan atau menimbulkan kerusakan pada

beberapa bagian. Kerusakan pada periosteum dan sumsum tulang dapat

mengakibatkan keluarnya sumsum tulang terutama pada tulang panjang. Sumsum

kuning yang keluar akibat fraktur terbuka masuk ke dalam pembuluh darah dan

mengikuti aliran darah sehingga mengakibatkan emboli lemak. Apabila emboli

lemak ini sampai pada pembuluh darah yang sempit dimana diameter emboli lebih

besar daripada diameter pembuluh darah maka akan terjadi hambatan aliran darah

yang mengakibatkan perubahan perfusi jaringan.

Kerusakan pada otot atau jaringan lunak dapat menimbulkan nyeri yang hebat

karena adanya spasme otot di sekitarnya. Sedangkan kerusakan pada tulang itu

sendiri mengakibatkan perubahan sumsum tulang (fragmentasi tulang) dan dapat

menekan persyaratan di daerah tulang yang fraktur sehingga menimbulkan

gangguan syaraf ditandai dengan kesemutan, rasa baal dan kelemahan.

6. Tanda dan Gejala Fraktur Radius

Nyeri hebat pada daerah fraktur dan nyeri bertambah bila ditekan/diraba.

Tidak mampu menggerakkan lengan/tangan.

Spasme otot.

Perubahan bentuk/posisi berlebihan bila dibandingkan pada keadaan

normal.

Ada/tidak adanya luka pada daerah fraktur.

Page 8: Laporan kasus fraktur radius, tibia dan fibula

Kehilangan sensasi pada daerah distal karena terjadi jepitan syarat oleh

fragmen tulang.

Krepitasi jika digerakkan.

Perdarahan.

Hematoma.

Syok

Keterbatasan mobilisasi.

7. Pemeriksaan Diagnostik Fraktur Radius

Foto rontgen pada daerah yang dicurigai fraktur.

Pemeriksaan lainnya yang juga merupakan persiapan operasi antara lain :

- Darah lengkap

- Golongan darah

- Masa pembekuan dan perdarahan.

- Kimia darah.

8. Therapi/Penatalaksanaan Medik

Ada beberapa prinsip dasar yang harus dipertimbangkan pada saat

menangani fraktur:

Rekognisi

Pengenalan riwayat kecelakaan, patah atau tidak, menentukan perkiraan yang

patah, kebutuhan pemeriksaan yang spesifik, kelainan bentuk tulang dan

ketidakstabilan, tindakan apa yang harus cepat dilakukan misalnya pemasangan

bidai.

Reduksi

Usaha dan tindakan untuk memanipulasi fragmen tulang yang patah sedapat

mungkin kembali seperti letak asalnya.

Cara penanganan secara reduksi :

- Pemasangan gips

Untuk mempertahankan posisi fragmen tulang yang fraktur.

- Reduksi tertutup (closed reduction external fixation)

Page 9: Laporan kasus fraktur radius, tibia dan fibula

Menggunakan gips sebagai fiksasi eksternal untuk memper-tahankan posisi tulang

dengan alat-alat : skrup, plate, pen, kawat, paku yang dipasang di sisi maupun di

dalam tulang. Alat ini diangkut kembali setelah 1-12 bulan dengan pembedahan.

Debridemen

Untuk mempertahankan/memperbaiki keadaan jaringan lunak sekitar fraktur

pada keadaan luka sangat parah dan tidak beraturan.

Rehabilitasi

Memulihkan kembali fragmen-fragmen tulang yang patah untuk

mengembalikan fungsi normal.

Perlu dilakukan mobilisasi

8. Komplikasi Fraktur Radius

Komplikasi awal setelah fraktur adalah syok. Bisa berakibat fatal dalam

beberapa jam setelah cedera.

Sindroma kompartemen

Masalah yang terjadi saat perfusi jaringan dalam otot kurang dari yang dibutuhkan

untuk kehidupan jaringan.

- Tromboemboli

- Infeksi.

C. Fraktur Tibia Fibula

1. Pengertian

Fraktur Tibia Fibula adalah terputusnya kontinuitas tulang tibia dan fibula.

2. Etiologi

Penyebab fraktur diantaranya :

a. Trauma

1) Trauma langsung : Benturan pada tulang mengakibatkan ditempat tersebut.

2) Trauma tidak langsung : Titik tumpu benturan dengan terjadinya fraktur

berjauhan.

b. Fraktur Patologis

Page 10: Laporan kasus fraktur radius, tibia dan fibula

Fraktur disebabkan karena proses penyakit seperti osteoporosis, kanker

tulang dan lain-lain.

c. Degenerasi

Terjadi kemunduran patologis dari jaringan itu sendiri : usia lanjut

d. Spontan

Terjadi tarikan otot yang sangat kuat seperti olah raga.

3. Manifestasi Klinis

a. Nyeri lokal

b. Pembengkakan

c. Eritema

d. Peningkatan suhu

e. Pergerakan abnormal

4. Klasifikasi

a) Fraktur komplet : Fraktur / patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya

mengalami pergeseran dari posisi normal.

b) Fraktur tidak komplet : Fraktur / patah yang hanya terjadi pada sebagian dari

garis tengah tulang.

c) Fraktur tertutup : Fraktur yang tidak menyebabkan robeknya kulit, jadi fragmen

frakturnya tidak menembus jaringan kulit.

d) Fraktur terbuka : Fraktur yang disertai kerusakan kulit pada tempat fraktur

(Fragmen frakturnya menembus kulit), dimana bakteri dari luar bisa menimbulkan

infeksi pada tempat fraktur (terkontaminasi oleh benda asing)

e) Jenis khusus fraktur

1) Greenstick : Fraktur dimana salah satu sisi tulang patah, sedang sisi lainnya

membengkok.

2) Tranversal : Fraktur sepanjang garis tengah tulang.

3) Oblik : Fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang.

4) Spiral : Fraktur memuntir seputar batang tulang

5) Kominutif : Fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen

Page 11: Laporan kasus fraktur radius, tibia dan fibula

6) Depresi : Fraktur dengan fragmen patahan terdorong kedalam (sering terjadi

pada tulang tengkorak dan tulang wajah)

7) Kompresi : Fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang

belakang)

8) Patologik : Fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit (kista tulang,

penyakit pegel, tumor)

9) Avulsi : Tertariknya fragmen tulang oleh ligament atau tendon pada

perlekatannya

10) Epifiseal : Fraktur melalui epifisis

11) Impaksi : Fraktur dimana fragmen tulang terdorong ke fragmen tulang

lainnya.

(Smeltzer and Bare, 2002 : 2357 – 2358)

5. Proses Penyembuhan Tulang

a. Stadium Pembentukan Hematoma

b. Stadium Proliferasi

c. Stadium Pembentukan Kallus.

d. Stadium Konsolidasi

e. Stadium Remodelling

6. Diagnosis

1. Anamnesa

Bila tidak ada riwayat trauma, berarti fraktur patologis. Trauma harus

diperinci kapan terjadinya, dimana terjadinya jenisnya, berat ringan trauma, arah

trauma dan posisi pasien atau ekstremitas yang bersangkutan ( mekanisme trauma

). Jangan lupa untuk meneliti kembali trauma ditempat lain secara sistematik dari

kepala, muka, leher, dada dan perut.

2. Pemeriksaan umum

Dicari kemungkinan komplikasi umum seperti syok pada fraktur multipel ,

fraktur pelfis, fraktur terbuka ; Tanda – tanda sepsis pada fraktur terbuka yang

mengalami infeksi.

3. Pemeriksaan status lokasi

Page 12: Laporan kasus fraktur radius, tibia dan fibula

Tanda – tanda klinis pada fraktur tulang panjang :

a. Look, cari apakah terdapat :

Deformitas, terdiri dari penonjolan yang abnormal ( misalnya pada fraktur

kondilus lateralis humerus ), angulasi, rotasi, dan pemendekan Functio laesa

( hilangnya fungsi ), misalnya pada fraktur kruris tidak bisa berjalan Lihat juga

ukuran panjang tulang, bandingkan kiri dan kanan, misalnya, pada tungkai bawah

meliputi apparenth length ( jarak antara ubilikus dengan maleolus medialis ) dan

true lenght ( jarak antara SIAS dengan maleolus medialis )

b. Feel, apakah terdapat nyeri tekan. Pemeriksaan nyeri sumbu tidak dilakukan

lagi karena akan menambah trauma

c. Move, untuk mencari :

Krepitasi, terasa bila fraktur digerakan. Tetapi pada tulang spongiosa atau

tulang rawan epifisis tidak terasa kreitasi. Pemeriksaan ini sebaiknya tidak

dilakukan karena akan menambah trauma. Nyeri bila digerakan, baik pada

gerakan aktif maupun pasif seberapa jauh gangguan – gangguan fungsi, gerakan –

gerakan yang tidak mampu digerakan, range of motion ( derajat dari ruang

lingkup gerakan sendi ), dan kekuatan

7. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan rontgen : menentukan lokasi / luasnya fraktur trauma

b. Scan tulang, tomogram, scan CT / MRI : memperlihatkan fraktur, juga dapat

digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.

c. Arteriogram : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai.

d. Hitung daerah lengkap : HT mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau

menurun (pendarahan sel darah putih adalah respon stress normal setelah trauma).

e. Kreatinin : Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klien ginjal.

8. Penatalaksanaan

Ada empat konsep dasar dalam menangani fraktur, yaitu :

a. Rekognisi

Page 13: Laporan kasus fraktur radius, tibia dan fibula

Rekognisi dilakukan dalam hal diagnosis dan penilaian fraktur. Prinsipnya adalah

mengetahui riwayat kecelakaan, derajat keparahannya, jenis kekuatan yang

berperan dan deskripsi tentang peristiwa yang terjadi oleh penderita sendiri.

b. Reduksi

Reduksi adalah usaha / tindakan manipulasi fragmen-fragmen seperti letak

asalnya. Tindakan ini dapat dilaksanakan secara efektif di dalam ruang gawat

darurat atau ruang bidai gips. Untuk mengurangi nyeri selama tindakan, penderita

dapat diberi narkotika IV, sedative atau blok saraf lokal.

c. Retensi

Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus dimobilisasi atau dipertahankan

dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan. Immobilisasi

dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau interna. Metode fiksasi eksterna

meliputi gips, bidai, traksi dan teknik fiksator eksterna.

d. Rehabilitasi

Merupakan proses mengembalikan ke fungsi dan struktur semula dengan cara

melakukan ROM aktif dan pasif seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan

klien. Latihan isometric dan setting otot. Diusahakan untuk meminimalkan atrofi

disuse dan meningkatkan peredaran darah.

9. Komplikasi

Komplikasi fraktur dapat dibagi menjadi :

a. Komplikasi Dini

1) Nekrosis kulit

2) Osteomielitis

3) Kompartement sindrom

4) Emboli lemak

5) Tetanus

b. Komplikasi Lanjut

Page 14: Laporan kasus fraktur radius, tibia dan fibula

1) Kelakuan sendi

2) Penyembuhan fraktur yang abnormal : delayed union, mal union dan non

union.

3) Osteomielitis kronis

4) Osteoporosis pasca trauma

5) Ruptur tendon

BAB III

Page 15: Laporan kasus fraktur radius, tibia dan fibula

LAPORAN KASUS BAGIAN ILMU BEDAH

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU

RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU

Primary Survey

A (Airway) : Clear, Stridor (-), Gargling (-)

B (Breathing) : Spontan, RR 22x/menit, pergerakan dada simetris kanan=kiri

C (Circulation): Nadi 89x/menit, reguler, isian cukup, akral hangat, capillary refill

time <2 detik, akral hangat, tekanan darah 110/70 mmHg

D (Disability) : GCS 15 (E4M6V5), pupil isokor, diameter 2mm/2mm, reflek

cahaya +/+.

E (Exposure) : Pakaian tidak dibuka dan diberikan selimut untuk mencegah

hipotermi

Secondary Survey

Identitas pasien

Nama : Kaiman Laia

Umur : 9 tahun

Jenis kelamin : laki - laki

Agama : Protestan

Pekerjaan : Pelajar

Alamat : Muara fajar / Rumbai

Tanggal MRS : 28 Januari 2013

RM : 00798043

Anamnesis

Alloanamnesis dan autoanamnesis (dengan abang pasien)

Keluhan utama

Nyeri pada lengan bawah kiri dan kedua tungkai kaki post kecelakaan lalu lintas.

Riwayat penyakit sekarang

Page 16: Laporan kasus fraktur radius, tibia dan fibula

9 hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluhkan nyeri pada daerah

lengan bawah kiri kemudian tungkai bawah kanan dan kiri. Nyeri terasa

berdenyut-denyut dan kaki sulit untuk digerakkan setelah mengalami kecelakaan

lalu lintas. Kejadian terjadi saat pasien pulang dari sekolah dan ketika hendak

menyeberang jalan tiba-tiba pasien di tabrak oleh mobil sedan. Pasien tidak

sadarkan diri dan langsung di bawa ke puskesmas terdekat, muntah tidak ada,

keluar darah dari hidung dan telinga tidak ada. Kemudian Pasien mendapat

pertolongan pertama dan kemudian di rujuk ke RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.

Riwayat penyakit dahulu

(-)

Riwayat penyakit keluarga

(-)

Pemeriksaan fisik

Status generalis

Keadaan umum : tampak sakit sedang

Kesadaran : komposmentis

Vital sign : TD : 110/70 mmHg

HR : 89 x/m

RR : 22 x/m

T : 36,40 C

Kepala-Leher

Kepala : Udem (-).

Mata : Pupil isokor, diameter 2mm/2mm, reflek cahaya +/+.

Hidung : Deformitas (-), darah mengalir (-).

Telinga : Perdarahan dari liang telinga (-), hematom retroaurikuler

(-)

Leher : Tidak didpatkan peningkatan JVP

Thoraks

Paru

Inspeksi : Gerakan dada simetris

Page 17: Laporan kasus fraktur radius, tibia dan fibula

Palpasi : Vocal fremitus kanan=kiri

Perkusi : Sonor/sonor

Auskultasi : vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Jantung

Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : Ictus cordis tida teraba

Perkusi : Batas jantung

Dextra : SIC V linia sternalis dextra

Sininstra : SIC V 2 jari medial LMCS

Auskultasi : Bunyi jantun I dan II normal

Abdomen

Inspeksi : perut tampak datar, scar (-), jejas (-)

Auskultasi : bising usus (+) normal

Palpasi : supel, nyerti tekan (-), pembesaran hepar dan lien (-).

Perkusi : timpani

Ekstremitas : status lokalis

Status lokalis

Regio Antebrachii

Look : tampak balutan elastik perban, tidak tampak sianosis pada bagian

distal.

Feel : terdapat nyeri tekan, akral hangat.

Move : pergerakan aktif dan pasif terbatas oleh karena nyeri, pergerakan

sendi jari-jari (+)

Regio cruris

Dextra dan sinistra

Look : tampak balutan elastik perban, tidak tampak sianosis pada bagian

distal.

Feel : terdapat nyeri tekan, akral hangat.

Move : pergerakan aktif dan pasif terbatas oleh karena nyeri, pergerakan s

jari-jari (+)

Page 18: Laporan kasus fraktur radius, tibia dan fibula

Diagnosa kerja

Fraktur Tertutup Radius ulna Sinistra + Fraktur Terbuka Tibia et Fibula

Dextra ⅓ Distal Derajat III A + Fraktur Tertutup Tibia et Fibula Sinistra.

Rencana pemeriksaan penunjang

- Darah rutin

- Foto rontgen radius ulna sinistra

- Foto rontgen tibia fibula dextra

- Foto rontgen tibia fibula sinistra

Hasil pemeriksaan penunjang

Darah rutin

28 januari 2013

WBC : 28800/uL

HGB : 12,9 mg/dL

HCT : 40,0 %

PLT : 453000/Ul

29 januari 2013

WBC : 7500/uL

HGB : 6,1 mg/dL

HCT : 18,0 %

PLT : 195000/Ul

31 januari 2013

WBC : 12200/uL

HGB : 9,5 mg/dL

HCT : 27,4 %

PLT : 212000/Ul

1 Februari 2013

WBC : 12200/uL

Page 19: Laporan kasus fraktur radius, tibia dan fibula

HGB : 11,4 mg/dL

HCT : 33,9 %

PLT : 258000/Ul

Pemeriksaan Radiologi

Page 20: Laporan kasus fraktur radius, tibia dan fibula
Page 21: Laporan kasus fraktur radius, tibia dan fibula
Page 22: Laporan kasus fraktur radius, tibia dan fibula

Diagnosa akhir

Fraktur Tertutup Radius Sinistra 1/3 tengah + Fraktur Terbuka Tibia et

Fibula Dextra ⅓ Distal Derajat III A + Fraktur Tertutup Tibia et Fibula Sinistra

1/3 distal.

Penatalaksanaan

- IVFD

- Analgetik, antibiotik, ATS

- Imobilisasi fraktur radius, tibia dan fibula

- Tindakan operatif

Page 23: Laporan kasus fraktur radius, tibia dan fibula

DAFTAR PUSTAKA

1. Rasjad, C. Buku pengantar Ilmu Bedah Ortopedi ed. III. Yarsif

Watampone. Makassar: 2007. pp. 352-489

2. Fraktur. Diunduh dari http://bedahugm.net/Bedah-Orthopedi/Fracture.html

. Update terakhir: 20 Februari 2013.

3. Sjamsuhidajat R, Wim De Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, ed revisi, EGC.

Jakarta: 1998. pp. 1138-96

4. Mangunsudirejo RS. Fraktur, penyembuhan, penanganan, dan komplikasi,

buku 1. Edisi 1. Semarang: 1989

5. Fraktur. Diunduh dari http://www.klinikindonesia.com/bedah/fraktur.php.

Update terakhir: 29 Januari 2013

6. Buckley R, Panaro CDA. General principles of fracture care. Diunduh dari

http://www.emedicine.com/orthoped/byname/General-Principles-of-

Fracture-Care.htm. Update terakhir: 29 januari 2013

7. Fraktur Terbuka. Diunduh dari

http://bedahugm.net/Bedah-Orthopedi/Fraktur-Terbuka.html. Update

terakhir: 15 Februari 2013