Fix

35
A. AKUNTANSI ASET TAK BERWUJUD MENURUT SAP 1. Pengertian Aset Tak Berwujud Dalam PP 71/2010 Lampiran 2, ATB belum diatur secara terperinci. Paragraf 50 PSAP 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan menyatakan bahwa ATB merupakan bagian dari Aset Nonlancar yang digunakan secara langsung atau tidak langsung untuk kegiatan pemerintah atau yang digunakan masyarakat umum. Pada paragraf 60 disebutkan ATB merupakan bagian dari Aset Nonlancar lainnya yang di neraca diklasifikasikan dan disajikan sebagai kelompok Aset Lainnya. Dalam Buletin Teknis 11 ATB adalah aset non-moneter yang tidak mempunyai wujud fisik, dan merupakan salah satu jenis aset yang dimiliki oleh kementerian/lembaga/pemerintah daerah. Aset ini sering dihubungkan dengan hasil kegiatan entitas dalam menjalankan tugas dan fungsi penelitian dan pengembangan serta sebagian diperoleh dari proses pengadaan dari luar entitas. Pengertian, kriteria, dan jenis-jenis ATB harus dipahami dengan baik agar aset ini dapat dipertanggungjawabkan secara akuntabel dan transparan. Definisi ATB mensyaratkan bahwa ATB harus memenuhi kriteria dapat diidentifikasi, dikendalikan oleh entitas, dan mempunyai potensi manfaat ekonomi masa depan. Aset non-moneter artinya aset ini bukan merupakan kas atau setara kas atau aset yang akan diterima dalam bentuk kas yang jumlahnya pasti atau dapat ditentukan. Dapat diidentifikasi maksudnya aset tersebut nilainya dapat dipisahkan dari aset lainnya. Tidak memiliki wujud fisik, artinya aset tersebut tidak memiliki bentuk fisik tertentu seperti halnya aset tetap. Bentuk fisik tersebut tidak esensial untuk menentukan keberadaan ATB; karena itu, paten dan hak cipta, misalnya, merupakan aset pemerintah apabila pemerintah dapat memperoleh manfaat ekonomi di masa depan dan pemerintah menguasai aset tersebut. 1.1. Kriteria aset tak berwujud

description

gygy

Transcript of Fix

Page 1: Fix

A. AKUNTANSI ASET TAK BERWUJUD MENURUT SAP

1. Pengertian Aset Tak Berwujud

Dalam PP 71/2010 Lampiran 2, ATB belum diatur secara terperinci. Paragraf 50 PSAP 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan menyatakan bahwa ATB merupakan bagian dari Aset Nonlancar yang digunakan secara langsung atau tidak langsung untuk kegiatan pemerintah atau yang digunakan masyarakat umum. Pada paragraf 60 disebutkan ATB merupakan bagian dari Aset Nonlancar lainnya yang di neraca diklasifikasikan dan disajikan sebagai kelompok Aset Lainnya.

Dalam Buletin Teknis 11 ATB adalah aset non-moneter yang tidak mempunyai wujud fisik, dan merupakan salah satu jenis aset yang dimiliki oleh kementerian/lembaga/pemerintah daerah. Aset ini sering dihubungkan dengan hasil kegiatan entitas dalam menjalankan tugas dan fungsi penelitian dan pengembangan serta sebagian diperoleh dari proses pengadaan dari luar entitas. Pengertian, kriteria, dan jenis-jenis ATB harus dipahami dengan baik agar aset ini dapat dipertanggungjawabkan secara akuntabel dan transparan.

Definisi ATB mensyaratkan bahwa ATB harus memenuhi kriteria dapat diidentifikasi, dikendalikan oleh entitas, dan mempunyai potensi manfaat ekonomi masa depan. Aset non-moneter artinya aset ini bukan merupakan kas atau setara kas atau aset yang akan diterima dalam bentuk kas yang jumlahnya pasti atau dapat ditentukan. Dapat diidentifikasi maksudnya aset tersebut nilainya dapat dipisahkan dari aset lainnya. Tidak memiliki wujud fisik, artinya aset tersebut tidak memiliki bentuk fisik tertentu seperti halnya aset tetap. Bentuk fisik tersebut tidak esensial untuk menentukan keberadaan ATB; karena itu, paten dan hak cipta, misalnya, merupakan aset pemerintah apabila pemerintah dapat memperoleh manfaat ekonomi di masa depan dan pemerintah menguasai aset tersebut.

1.1. Kriteria aset tak berwujuda) Dapat Diidentifikasi

Kriteria pertama untuk ATB adalah dapat identifikasi. Yang dimaksud dengan kriteria ini adalah:

Dapat dipisahkan, artinya aset ini memungkinkan untuk dipisahkan atau dibedakan secara jelas dari aset-aset yang lain pada suatu entitas. Oleh karena aset ini dapat dipisahkan atau dibedakan dengan aset yang lain, maka ATB ini dapat dijual, dipindahtangankan, diberikan lisensi, disewakan, ditukarkan, baik secara individual maupun secara bersama-sama.

Timbul dari kesepakatan yang mengikat, seperti hak kontraktual atau hak hukum lainnya, tanpa memperhatikan apakah hak tersebut dapat dipindahtangankan atau dipisahkan dari entitas atau dari hak dan kewajiban lainnya.

b) Pengendalian Pengendalian merupakan syarat yang harus dipenuhi. Tanpa adanya kemampuan untuk

mengendalikan aset maka sumber daya dimaksud tidak dapat diakui sebagai aset suatu

Page 2: Fix

entitas. Suatu entitas disebut ”mengendalikan aset” jika entitas memiliki kemampuan untuk memperoleh manfaat ekonomi masa depan yang timbul dari aset tersebut dan dapat membatasi akses pihak lain dalam memperoleh manfaat ekonomi dari aset tersebut.

c) Manfaat Ekonomi Masa Depan Karakteristik aset secara umum adalah kemampuannya untuk dapat memberikan

manfaat ekonomis dan jasa potensial (potential services) di masa depan. Manfaat ekonomis dapat menghasilkan aliran masuk atas kas, setara kas, barang, atau jasa ke pemerintah. Manfaat tersebut dapat berupa pendapatan yang diperoleh dari penjualan barang atau jasa, penghematan biaya atau efisiensi, dan hasil lainnya seperti pendapatan dari penyewaan, pemberian lisensi, atau manfaat lainnya yang diperoleh dari pemanfaatan ATB.

1.2. Jenis-jenis aset tak berwujuda) Berdasarkan jenis sumber daya, ATB pemerintah dapat berupa: Software computer,

Lisensi dan franchise, Hak Paten, Hak Cipta, Hasil kajian/pengembangan yang memberikan manfaat jangka panjang, ATB yang mempunyai nilai sejarah/budaya dan ATB dalam Pengerjaan

b) Berdasarkan cara perolehan, ATB dapat berasal dari: Pembelian, Pengembangan secara internal, Pertukaran, Kerjasama, Donasi/hibah, Warisan Budaya/Sejarah (intangible heritage Asset)

c) Berdasarkan masa manfaat, ATB dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: ATB dengan umur manfaat terbatas (finite life) dan ATB dengan umur manfaat yang tak terbatas (indefinite life)

2. Pengakuan Aset Tak Berwujud

Untuk dapat diakui sebagai ATB maka suatu entitas harus dapat membuktikan bahwa pengeluaran atas aktivitas/kegiatan tersebut telah memenuhi:

i. Kriteria ATB; danii. Kriteria pengakuan.

Persyaratan pengakuan tersebut berlaku untuk pengeluaran pada saat pengakuan awal dan pengeluaran biaya setelah pengakuan awal. Pengakuan awal sebesar biaya perolehan untuk ATB yang berasal dari transaksi pertukaran atau untuk ATB yang dihasilkan dari internal entitas. Nilai wajar digunakan untuk ATB yang diperoleh melalui transaksi bukan pertukaran. Pengeluaran setelah pengakuan sebesar biaya yang dikeluarkan untuk menambah dan mengganti ATB yang memenuhi kriteria pengakuan ATB. Sifat alamiah ATB, dalam banyak kasus, adalah tidak adanya penambahan nilai terhadap ATB tertentu atau penggantian dari sebagian ATB dimaksud sehingga perlu diperhatikan apakah pengeluaran tersebut dapat diatribusikan langsung terhadap ATB tertentu atau tidak

Page 3: Fix

Sesuatu diakui sebagai ATB jika dan hanya jika:

i. Kemungkinan besar diperkirakan manfaat ekonomi di masa datang yang diharapkan atau jasa potensial yang diakibatkan dari ATB tersebut akan mengalir kepada/dinikmati oleh entitas; dan

ii. Biaya perolehan atau nilai wajarnya dapat diukur dengan andal.

2.1. Pengakuan ATB yang diperoleh secara internal

Untuk menentukan apakah perolehan internal ATB memenuhi kriteria untuk pengakuan, perolehan ATB dikelompokkan dalam 2 tahap, yaitu:

i. Tahap penelitian atau risetii. Tahap pengembangan

Jika pemerintah tidak dapat membedakan tahap penelitian/riset dengan tahap pengembangan atas aktivitas/kegiatan internal untuk menghasilkan ATB, pemerintah harus memperlakukan seluruh pengeluaran atas aktivitas/kegiatan tersebut sebagai pengeluaran dalam tahap penelitian/riset.

a) Tahap penelitian atau riset

Pengeluaran-pengeluaran untuk kegiatan/aktivitas penelitian/riset (atau tahap penelitian/riset dari kegiatan/aktivitas internal) tidak dapat diakui sebagai ATB. Pengeluaran-pengeluaran tersebut harus diakui sebagai beban pada saat terjadi karena pemerintah tidak/belum dapat memperlihatkan bahwa ATB telah ada dan akan menghasilkan manfaat ekonomi masa datang.

b) Tahap Pengembangan

ATB yang timbul dari pengembangan (atau dari tahapan pengembangan satu kegiatan internal) harus diakui jika, dan hanya jika, pemerintah dapat memperlihatkan seluruh kondisi dibawah ini, yaitu adanya:

i. Kelayakan teknis atas penyelesaian Aset Tidak Berwujud sehingga dapat tersedia untuk digunakan atau dimanfaatkan;

ii. Keinginan untuk menyelesaikan dan menggunakan atau memanfaatkan ATB tersebut;iii. Kemampuan untuk menggunakan dan memanfaatkan ATB tersebut;iv. Manfaat ekonomi dan atau sosial dimasa datang;v. Ketersediaan sumber daya teknis, keuangan, dan lainnya yang cukup untuk

menyelesaikan pengembangan dan penggunaan atau pemanfaatkan Aset Tidak Berwujud tersebut;

vi. Kemampuan untuk mengukur secara memadai pengeluaran-pengeluaran yang diatribusikan ke ATB selama masa pengembangan.

Page 4: Fix

Sehingga apabila telah memenuhi kriteria di atas dan ditetapkan menjadi ATB, maka hanya pengeluaran yang terjadi setelah seluruh kriteria tersebut tercapai yang dapat dikapitalisasi menjadi nilai perolehan, sedangkan pengeluaran yang terjadi sebelum memenuhi kriteria tersebut dianggap sebagai beban pada saat terjadinya. Untuk menetapkan apakah suatu kajian/pengembangan menghasilkan manfaat ekonomi dan atau sosial dimasa yang akan datang, suatu entitas harus mampu mengidentifikasi mengenai:

i. Apa manfaat ekonomi dan atau sosial yang akan diperoleh dari hasil kajian/pengembangan tersebut;

ii. Siapa penerima manfaat ekonomi dan atau sosial tersebut;iii. Apakah aset tersebut akan digunakan oleh entitas atau pihak lain;iv. Jangka waktu manfaat tersebut akan diperoleh.

c) Penelitian dibiayai instansi lain

Sesuai dengan konsep belanja dalam pemerintah dan konsep entitas maka entitas yang memiliki anggaran adalah yang berhak mencatat aset apabila dari belanja yang dikeluarkan dari anggaran tersebut menghasilkan aset walaupun penelitiannya dilakukan oleh lembaga lain. Hal ini juga sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2005 tentang Alih Teknologi Kekayaan Intelektual serta Hasil Kegiatan Penelitian dan Pengembangan oleh Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian dan Pengembangan. Namun pengakuan ini harus memenuhi karakteristik ATB dan memenuhi kriteria pengakuan ATB yang berasal dari Penelitian dan Pengembangan, Sehingga tidak semua biaya penelitian dan pengembangan yang telah dikeluarkan diakui sebagai ATB. Biaya penelitian dikeluarkan dan biaya tahap pengembangan terkait dengan ATB tersebut sebelum kriteria pengakuan dipenuhi tidak boleh diakui sebagai ATB. Dengan demikian harus ada penjelasan yang memadai dalam Catatan atas Laporan Keuangan mengenai hal ini.

2.2. Perlakuan khusus untuk software komputer

Dalam pengakuan software komputer sebagai ATB, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:

a) Untuk software yang diperoleh atau dibangun oleh internal instansi 1 pemerintah dapat dibagi menjadi dua, yaitu dikembangkan oleh instansi pemerintah sendiri atau oleh pihak ketiga (kontraktor). Terkait alasan sulit mengidentifikasi nilai perolehan dan pengendalian atas aset maka yang dapat diakui sebagai ATB adalah yang dikontrakkan kepada pihak ketiga.

Aktivitas-aktivitas yang dilakukan dalam pengembangan software komputer yang dihasilkan secara internal dapat dibagi menjadi beberapa tahap sebagai berikut:

i. Tahap awal kegiatanii. Tahap pengembangan 1 aplikasi

iii. Tahap setelah implementasi/operasionalisasi

Page 5: Fix

Semua pengeluaran yang terkait dengan aktifitas pada tahap awal kegiatan dan setelah implementasi/operasionalisasi harus menjadi beban pada saat terjadinya. Semua pengeluaran pada tahap pengembangan aplikasi harus dikapitalisasi apabila memenuhi kondisi-kondisi sebagai berikut:

i. Pengeluaran terjadi setelah tahap awal kegiatan selesai; danii. Pemerintah berkuasa dan berjanji untuk membiayai, paling tidak untuk periode

berjalan.b) Dalam kasus perolehan software secara pembelian, harus dilihat secara kasus per kasus.

Untuk pembelian software yang diniatkan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat oleh pemerintah maka software seperti ini harus dicatat sebagai persediaan. Dilain pihak apabila ada software yang dibeli oleh pemerintah untuk digunakan sendiri namun merupakan bagian integral dari suatu hardware (tanpa software tersebut, hardware tidak dapat dioperasikan), maka software tersebut diakui sebagai bagian harga perolehan hardware dan dikapitalisasi sebagai peralatan dan mesin. Biaya perolehan untuk software program yang dibeli tersendiri dan tidak terkait dengan hardware harus dikapitalisasi sebagai ATB setelah memenuhi kriteria perolehan aset secara umum. Hal-hal yang perlu diidentifikasi terlebih dahulu adalah:i. Apakah harga perolehan awal dari software terdiri dari harga pembelian software dan

pembayaran untuk lisensi penggunaannya, atau hanya pembayaran lisensi saja;ii. Apakah ada batasan waktu/ijin penggunaan software;

iii. Berapa lama ijin penggunaan. (bila lebih dari 12 bulan harus dikapitalisasi sebagai ATB)

2.3. Pengeluaran berikutnya setelah perolehan

Kapitalisasi terhadap pengeluaran setelah perolehan terhadap software komputer harus memenuhi salah satu kriteria ini:

i. Meningkatkan fungsi software;ii. Meningkatkan efisiensi software.

Apabila perubahan yang dilakukan tidak memenuhi salah satu kriteria di atas maka pengeluaran harus dianggap sebagai beban pemeliharaan pada saat terjadinya. Sedang perlakuan akuntansi untuk perpanjangan lisensi:

i. Pengeluaran setelah perolehan berupa perpanjangan ijin penggunaan yang kurang dari atau sampai dengan 12 bulan tidak perlu dikapitalisasi.

ii. Pengeluaran setelah perolehan berupa perpanjangan ijin penggunaan yang lebih dari 12 bulan harus dikapitalisasi.

2.4. Perlakuan untuk hak paten

Hak Paten yang diperoleh untuk melindungi kekayaan/warisan budaya/sejarah, maka atas aset ini secara umum diakui pada saat dokumen hukum yang sah atas Hak Paten tersebut telah

Page 6: Fix

diperoleh. Namun untuk mengantisipasi lamanya jangka waktu terbitnya dokumen tersebut, maka entitas dapat mengakui sebagai Hak Paten terlebih dahulu dengan nilai sebesar biaya pendaftarannya (ditambah nilai Hasil Kajian/Pengembangan yang telah dikapitalisasi sebagai ATB untuk paten dari hasil kajian/pengembangan), kemudian memberikan penjelasan yang memadai dalam Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).

2.5. Aset tidak berwujud dalam pengerjaan

Terdapat kemungkinan pengembangan suatu Aset Tidak Berwujud yang diperoleh secara internal yang jangka waktu penyelesaiannya melebihi satu tahun anggaran atau pelaksanaan pengembangannya melewati tanggal pelaporan. Dalam hal terjadi seperti ini, maka atas pengeluaran yang telah terjadi dalam rangka pengembangan tersebut sampai dengan tanggal pelaporan harus diakui sebagai Aset Tidak Berwujud dalam pengerjaan (Intangible Asset-Work In Progress), dan setelah pekerjaan selesai kemudian akan direklasifikasi menjadi Aset Tidak Berwujud yang bersangkutan.

3. Pengukuran Aset Tidak Berwujud

Secara umum, ATB pada awalnya diukur dengan harga perolehan, kecuali ketika ATB diperoleh dengan cara selain pertukaran diukur dengan nilai wajar.

3.1. Pengukuran ATB yang diperoleh secara eksternala) Pembelian

ATB yang diperoleh melalui pembelian dinilai berdasarkan biaya perolehan. Bila ATB diperoleh secara gabungan, harus dihitung nilai per masing-masing aset, yaitu dengan mengalokasikan harga gabungan tersebut berdasarkan perbandingan nilai wajar masing-masing aset yang bersangkutan.

Biaya untuk memperoleh ATB dengan pembelian terdiri dari:

i. Harga beli, termasuk biaya import dan pajak-pajak, setelah dikurangi dengan potongan harga dan rabat;

ii. Setiap biaya yang dapat diatribusikan secara langsung dalam membawa aset tersebut ke kondisi yang membuat aset tersebut dapat bekerja untuk penggunaan yang dimaksudkan.

b) Pertukaran

Perolehan ATB dari pertukaran aset yang dimiliki entitas dinilai sebesar nilai wajar dari aset yang diserahkan. Apabila terdapat aset lainnya dalam pertukaran, misalnya kas, maka pengukuran dinilai sebesar aset yang dipertukarkan ditambah dengan kas yang diserahkan.

c) Kerjasama

Page 7: Fix

ATB dari hasil kerjasama antar dua entitas atau lebih disajikan berdasarkan biaya perolehannya dan dicatat pada entitas yang menerima ATB tersebut sesuai dengan perjanjian dan atau peraturan yang berlaku.

d) Donasi/Hibah

ATB yang diperoleh dari donasi/hibah harus dicatat sebesar nilai wajar pada saat perolehan. Penyerahan ATB tersebut akan sangat andal bila didukung dengan bukti perpindahan kepemilikannya secara hukum, seperti adanya akta hibah.

3.2. Pengembangan secara internal

ATB yang diperoleh dari pengembangan secara internal, misalnya hasil dari kegiatan pengembangan yang memenuhi syarat pengakuan, nilai perolehannya diakui sebesar biaya perolehan yang meliputi biaya yang dikeluarkan sejak ditetapkannya ATB tersebut memiliki masa manfaat di masa yang akan datang sampai dengan ATB tersebut telah selesai dikembangkan.

3.3. Aset budaya/bersejarah (intangible heritage assets)

ATB yang berasal dari aset bersejarah (heritage assets) tidak diharuskan untuk disajikan di neraca namun aset tersebut harus diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Namun apabila ATB bersejarah tersebut didaftarkan untuk memperoleh hak paten maka hak patennya dicatat di neraca sebesar nilai pendaftarannya.

3.4. Pengukuran setelah pelaporan

Pengeluaran setelah perolehan yang dapat diatribusikan langsung terhadap ATB tertentu, maka pengeluaran tersebut dapat dikapitalisasi ke dalam nilai ATB dimaksud.

4. Amortisasi, Penurunan Nilai,Penghentian Dan Pelepasan ATB.4.1. Amortisasi

Amortisasi adalah penyusutan terhadap ATB yang dialokasikan secara sistematis dan rasional selama masa manfaatnya. Masa manfaat tersebut dapat dibatasi oleh ketentuan hukum, peraturan, atau kontrak. Untuk menerapkan amortisasi, sebuah entitas harus menilai apakah masa manfaat suatu aset tidak berwujud adalah terbatas atau tak terbatas. Jika terbatas, entitas harus menentukan jangka waktu atau jumlah produksi atau jumlah unit yang dihasilkan, selama masa manfaat. Suatu aset tidak berwujud diakui entitas memiliki masa manfaat tak terbatas jika, berdasarkan analisis dari seluruh faktor relevan, tidak ada batas yang terlihat pada saat ini atas periode yang mana aset diharapkan menghasilkan arus kas neto bagi entitas.

4.1.1. Metode Amortisasi

Page 8: Fix

Amortisasi dapat dilakukan dengan berbagai metode seperti metode garis lurus, metode saldo menurun dan metode unit produksi. Metode yang digunakan dipilih berdasarkan pola konsumsi manfaat ekonomi masa depan yang diharapkan dan diterapkan secara konsisten dari periode ke periode lainnya, kecuali terdapat perubahan dalam perkiraan pola konsumsi tersebut, Jika pola tersebut tidak dapat ditentukan secara andal, digunakan metode garis lurus. Amortisasi yang dibebankan setiap periode disajikan dengan menyesuaikan akun ATB dan akun diinvestasikan pada Aset Lainnya. Periode amortisasi dan metode amortisasi ditinjau setidaknya setiap akhir tahun buku. Jika perkiraan masa manfaat aset berbeda secara signifikan dengan estimasi–estimasi sebelumnya, periode amortisasi harus disesuaikan.

4.1.2. Amortisasi aset tidak berwujud dengan masa manfaat terbatas

Amortisasi hanya dapat diterapkan atas ATB yang memiliki masa manfaat terbatas dan pada umumnya ditetapkan dalam jumlah yang sama pada periode, atau dengan suatu basis alokasi garis lurus selama masa manfaat atau masa secara hukum mana yang lebih pendek. Nilai sisa dari ATB dengan masa manfaat yang terbatas harus diasumsikan bernilai nihil, kecuali:

a. Terdapat komitmen dari pihak ketiga yang akan mengambil alih ATB pada akhir masa manfaat; atau

b. Terdapat pasar aktif atas aset tersebut dan:a) Nilai sisa dapat ditentukan dari referensi pasar tersebutb) Besar kemungkinannya bahwa pasar tersebut masih ada pada akhir masa manfaat

4.1.3. Amortisasi untuk aset tidak berwujud dengan masa manfaat tak terbatas

Aset tidak berwujud dengan masa manfaat tidak terbatas (seperti goodwill, merek dagang, waralaba dengan kehidupan yang tak terbatas, abadi waralaba, dll) tidak boleh diamortisasi. Masa manfaat suatu aset tidak berwujud yang tidak diamortisasi harus ditelaah setiap periode untuk menentukan apakah kejadian atau keadaan dapat terus mendukung masa manfaat aset tetap tak terbatas.

4.2. Penurunan nilai

Suatu entitas disyaratkan untuk menguji aset tidak berwujud dengan masa manfaat tak terbatas untuk penurunan nilai dengan membandingkan jumlah terpulihkan dengan jumlah tercatatnya, yang dapat dilakukan setiap tahun; atau kapanpun terdapat indikasi bahwa aset tidak berwujud mengalami penurunan nilai. Suatu aset memiliki indikasi adanya penurunan nilai ketika ada perubahan yang material terkait dengan aset tersebut, misalnya, nilai pasar aset telah turun, manfaat ekonomi yang diharapkan diperoleh tidak dapat diperoleh, perubahan teknologi yang menyebabkan temuan yang dihasilkan menjadi tidak dapat dimanfaatkan, perubahan kebijakan penggunaan sistem dan lain-lain.

Dalam hal terjadi indikasi penurunan nilai yang lebih cepat dari yang diperkirakan semula maka hal tersebut perlu diungkapkan secara memadai dalam catatan atas laporan keuangan. Jika

Page 9: Fix

terbukti aset tak berwujud tersebut tidak lagi memiliki manfaat ekonomis di masa mendatang, maka entitas dapat mengajukan proses penghapusan aset tak berwujud.

4.3. Penghentian dan Pelepasan Aset

Beberapa keadaan dan alasan penghentian ATB antara lain adalah penjualan, pertukaran, hibah, atau berakhirnya masa manfaat ATB sehingga perlu diganti dengan yang baru. Secara umum, penghentian ATB dilakukan pada saat dilepaskan atau ATB tersebut tidak lagi memiliki manfaat ekonomi masa depan yang diharapkan dari penggunaan atau pelepasannya.

Pelepasan ATB dilingkungan pemerintah lazim disebut sebagai pemindahtanganan. Sesuai dengan PMK Nomor 96/PMK.08/2007 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara dan Permendagri Nomor 17/2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah, pemerintah dapat melakukan pemindahtanganan BMN/BMD yang di dalamnya termasuk ATB dengan cara:

i. dijual;ii. dipertukarkan;

iii. dihibahkan; atauiv. dijadikan penyertaan modal negara/daerah.

Atas ATB yang pada hakekatnya tidak lagi memiliki manfaat ekonomi masa depan, sehingga penggunaannya harus dihentikan. Selanjutnya, terhadap aset tersebut secara akuntansi dapat dilepaskan, namun harus melalui proses yang dalam terminologi PMK Nomor 96/PMK.08/2007 tentang pengelolaan BMN dan Permendagri Nomor 17/2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah, disebut dengan penghapusan.

Apabila suatu ATB dihentikan dari penggunaannya, baik karena dipindahtangankan maupun karena berakhirnya masa manfaat/tidak lagi memiliki manfaat ekonomi, maka pencatatan akun ATB yang bersangkutan harus ditutup.

Dalam hal dipindahtangankan dengan dijual atau dipertukarkan maka selisih antara harga jual atau harga pertukarannya dengan nilai buku ATB terkait diperlakukan sebagai penambah atau pengurang ekuitas dana. Penerimaan kas akibat penjualan dibukukan sebagai pendapatan dan dilaporkan pada Laporan Realisasi Anggaran.

5. Pencatatan, Penyajian dan Pengungkapan Aset Tidak Berwujud5.1. Pencatatan Aset Tidak Berwujud

Jurnal untuk mencatat saldo awal Aset Tak BerwujudNo Kode Akun Uraian Debet Kredit

xxx Aset Tak Berwujud xxxxxx Diinvestasikan dalam Aset

Lainnyaxxx

Page 10: Fix

Jurnal Ilustrasi untuk mencatat perolehan Aset Tak BerwujudNo Kode Akun Uraian Debet Kredit

xxx Aset Lainnya-Aset Tidak Berwujud xxxxxx Diinvestasikan dalam Aset

Lainnyaxxx

5.2. Penyajian Aset Tidak Berwujud

Sebagaimana Lampiran III B pada Lampiran II Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang SAP dan Buletin Teknis 01 tentang Penyusunan Neraca Awal Pemerintah Pusat, ATB disajikan dalam neraca sebagai bagian dari “Aset Lainnya”.

ASET KEWAJIBANAset Lancar Kewajiban Jangka Pendek............. Kewajiban Jangka PanjangAset Tetap ................................. EKUITAS DANAAset Lainnya XXX .....................Aset Tidak Berwujud XXX Dinvestasikan dalam Aset

LainnyaXXXX

5.3. Pengungkapan aset tidak berwujud

Laporan keuangan harus mengungkapkan hal-hal sebagai berikut untuk setiap golongan aset tidak berwujud, dengan membedakan antara aset tidak berwujud yang dihasilkan secara internal dan aset tidak berwujud lainnya:

1. Masa manfaat atau tingkat amortisasi yang digunakan. 2. Metode amortisasi yang digunakan3. Rincian masing-masing pos ATB yang signifikan4. Nilai tercatat bruto dan akumulasi amortisasi pada awal dan akhir periode;5. Unsur pada laporan keuangan yang di dalamnya terdapat amortisasi aset tidak

berwujud; dan6. Rekonsiliasi nilai tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan:

a. Penambahan aset tidak berwujud yang terjadi, dengan mengungkapkan secara terpisah penambahan yang berasal dari pengembangan di dalam entitas;

b. Penghentian dan pelepasan aset tidak berwujud;c. Amortisasi yang diakui selama periode berjalan;d. Perubahan lainnya dalam nilai tercatat selama periode berjalan.

7. Kondisi ATB yang mengalami penurunan nilai yang signifikan (impaired)

Disamping informasi-informasi di atas, entitas juga perlu melaporkan perubahan perubahan terhadap:

Page 11: Fix

1) Periode amortisasi;2) Metode amortisasi; atau3) Nilai sisa.

Laporan Keuangan juga harus mengungkapkan :

1. Alasan penentuan atau faktor-faktor penting penentuan masa manfaat suatu aset tidak berwujud;

2. Penjelasan, nilai tercatat, dan periode amortisasi yang tersisa dari setiap aset tidak berwujud yang material bagi laporan keuangan secara keseluruhan;

3. Keberadaan ATB yang dimiliki bersama.

5.3.1. Pengeluaran riset dan pengembangan

Laporan Keuangan harus mengungkapkan jumlah keseluruhan pengeluaran riset dan pengembangan yang diakui sebagai beban dalam periode berjalan.

5.3.2. Informasi lain

Entitas juga perlu mengungkapkan gambaran mengenai setiap aset tidak berwujud yang sudah sepenuhnya diamortisasi yang masih digunakan.

B. AKUNTANSI ASET TAK BERWUJUD MENURUT PSAK 19

1. Pengertian Aset Tak Berwujud

Berikut adalah pengertian istilah dalam aktiva tidak berwujud:

Aktiva tidak berwujud adalah aktiva non-moneter yang dapat diidentifikasi dan tidak

mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau

menyerahkan barang atau jasa, disewakan kepada pihak lainnya, atau tujuan administratif.

Aktiva adalah sumber daya yang:

1. dikendalikan oleh perusahaan sebagai akibat peristiwa masa lampau; dan

2. bagi perusahaan diharapkan akan menghasilkan manfaat ekonomis di masa depan.

Berdasarkan definisinya, aktiva tidak berwujud memiliki beberapa unsur yaitu:

1. Keteridentifikasian, yaitu adanya pengendalian sumber daya dan adanya manfaat ekonomis

di masa depan. Dalam definisi aktiva tidak berwujud terdapat kriteria bahwa

Page 12: Fix

keteridentifikasian aktiva tidak berwujud harus dapat dibedakan secara jelas dengan

goodwill.

2. Pengendalian, yaitu adanya kemampuan untuk memperoleh manfaat ekonomis masa depan

yang timbul dari aktiva tersebut dan dapat membatasi akses pihak lain dalam mempeoleh

manfaat ekonomis tersebut.

3. Manfaat ekonomis di masa depan, yaitu timbul dari aktiva tidak berwujud dapat mencakup

pendapatan dari penjualan barang atau jasa, penghematan biaya, atau manfaat lain yang

berasal dari penggunaan aktiva tersebut oleh perusahaan. Misalnya, penggunaan hak

kekayaan intelektual dalam suatu proses produksi tidak meningkatkan pendapatan masa

depan, tetapi menekan biaya produksi masa depan.

2. Pengakuan dan Pengukuran

2.1. Perolehan terpisah

Harga yang dibayarkan oleh entitas untuk perolehan terpisah aset tak berwujud

akan menggambarkan kemungkinan manfaat ekonomi masa depan aset yang akan

diperoleh entitas. Biaya aset tidak berwujud yang diperoleh secara terpisah dapat diukur

secara andal. Biaya perolehannya sama dengan harga beli dan segala biaya yang dapat

dikaitkan secara langsung.

2.2. Akuisisi sebagai bagian dari kombinasi bisnis

Kombinasi Bisnis, jika aset tak berwujud diperoleh dalam kombinasi bisnis, biaya

dari aset tak berwujud adalah nilai wajar aset pada tanggal akusisinya.

2.3. Akuisisi dengan hibah pemerintah

Entitas dapat memilih untuk mengakui baik aset tak berwujud maupun hibah pada

awalnya dengan nilai wajar. Jika entitas memilih untuk tidak mengakui aset pada awalnya

dengan nilai wajar, maka pada awalnya entitas mengakui dengan nilai nominal ditambah

dengan segala pengeluaran yang dapat diatribusikan secara langsung dalam menyiapkan

aset tersebut agar dapat digunakan sesuai dengan maksud penggunaannya.

2.4. Pertukaran aset

Biaya perolehannya diukur dengan nilai wajar, kecuali:

a. Transaksi tidak memiliki substansi komersial; dan

b. Nilai wajar dari aset yang diterima dan diserahkan tidak dapat diukur secara andal.

Page 13: Fix

2.5. Goodwill yang dihasilkan secara internal

Goodwill yang dihasilkan secara internal tidak boleh diakui sebagai aset.

2.6. Aset tidak berwujud yang dihasilkan internal

Sulit menentukan apakah suatu aset tidak berwujud yang dihasilkan secara internal

memenuhi kriteria untuk diakui:

a. Menentukan saat timbulnya aset yang dapat diidentifikasi dan akan menghasilkan

manfaat ekonomis masa depan;

b. Menentukan biaya perolahan aset tersebut secara andal.

Aset tidak berwujud yang dihasilkan internal memerlukan kriteria tambahan berupa

tahap riset dan pengembangan. Pada tahap riset, entitas tidak boleh mengakui aset tak

berwujud yang timbul dari riset (atau dari tahapan riset pada proyek internal). Pengeluaran

untuk riset (atau tahap riset pada suatu proyek internal) diakui sebagai beban pada saat

terjadinya. Selanjutnya, pada tahap pengembangan, suatu aset tak berwujud yang timbul

dari pengembangan (atau dari tahap pengembangan pada suatu proyek internal) diakui jika,

dan hanya jika, entitas dapat menunjukkan semua hal berikut ini:

a. Kelayakan teknis penyelesaian aset tak berwujud tersebut sehingga aset tersebut dapat

digunakan atau dijual;

b. niat untuk menyelesaikan aset tak berwujud tersebut dan menggunakannya atau

menjualnya;

c. kemampuan untuk menggunakan atau menjual aset tak berwujud tersebut;

d. bagaimana aset tak berwujud akan menghasilkan kemungkinan besar manfaat ekonomis

masa depan. Antara lain entitas harus mampu menunjukkan adanya pasar bagi keluaran

aset tak berwujud atau pasar atas aset tak berwujud itu sendiri, atau, jika aset tak

berwujud itu akan digunakan secara internal, entitas harus mampu menunjukkan

kegunaan aset tak berwujud tersebut;

e. tersedianya sumber daya teknis, keuangan, dan sumber daya lainnya untuk

menyelesaikan pengembangan aset tak berwujud dan untuk menggunakan atau menjual

aset tersebut; dan

f. kemampuan untuk mengukur secara andal pengeluaran yang terkait dengan aset tidak

bewujud selama pengembangannya.

Page 14: Fix

Pengeluaran penelitian dan pengembangan yang berhubungan dengan proyek

penelitian dan pengembangan yang sedang berjalan pada perolehan secara terpisah atau

dalam kombinasi bisnis dan diakui sebagai aset tak berwujud dan terjadi setelah akuisisi

proyek tersebut harus dibukukan.

Pengeluaran untuk aset tak berwujud harus diakui sebagai beban pada saat

terjadinya, kecuali:

a. Pengeluaran itu merupakan bagian dari biaya perolehan aset tak berwujud yang

memenuhi kriteria pengakuan.

b. Pos tersebut diperoleh melalui suatu kombinasi bisnis yang berbentuk akuisisi dan tidak

dapat diakui sebagai aset tak berwujud. Apabila demikian halnya, pengeluaran tersebut,

merupakan bagian dari goodwill pada tanggal.

Pengeluaran atas unsur aset tak berwujud yang awalnya diakui oleh entitas sebagai

beban tidak boleh diakui sebagai bagian dari biaya (harga perolehan) aset tak berwujud di

kemudian hari.

2.7 Pengukuran setelah pengakuan

Entitas harus memilih baik model biaya atau model revaluasi sebagai kebijakan

akuntansinya. Pengukuran dengan model biaya, biaya perolehan dikurangi dengan jumlah

akumulasi amortisasi dan akumulasi kerugian penurunan nilai. Sedangkan pengukuran dengan

model revaluasi, nilai wajar dikurangi dengan jumlah akumulasi amortisasi dan akumulasi

kerugian penurunan nilai. Jika suatu aset tak berwujud dicatat dengan menggunakan model

revaluasi, semua aset lainnya dalam kelas tersebut harus dicatat dengan menggunakan model

yang sama, kecuali tidak ada pasar aktif untuk aset tersebut.

3. Masa Manfaat

Sebuah entitas harus menilai apakah masa manfaat suatu aset tak berwujud terbatas

atau tak terbatas dan, jika terbatas, jangka waktu atau jumlah produksi atau jumlah unit serupa

yang dihasilkan, selama masa manfaat. Suatu aset tak berwujud diakui entitas memiliki masa

manfaat tak terbatas jika, berdasarkan analisis dari seluruh faktor relevan, tidak ada batas

yang terlihat pada saat ini atas periode yang mana aset diharapkan menghasilkan arus kas neto

bagi entitas.

Page 15: Fix

Masa manfaat suatu aset tak berwujud yang timbul dari kontrak atau hak legal lainnya

tidak dapat lebih panjang dari masa kontrak atau hak legal lainnya, tapi dapat lebih pendek

tergantung dari periode kapan aset dapat digunakan entitas. Jika kontrak atau hak legal

lainnya memiliki batasan yang dapat diperbarui, masa manfaat dari aset takbewujud juga

diperbarui hanya apabila terdapat bukti yang mendukung pembaruan masa manfaat tidak

menimbulkan biaya yang signifikan. Masa manfaat suatu hak yang dibeli ulang sebagai aset

tak berwujud dalam suatu kombinasi bisnis adalah sisa masa kontrak yang mana hak–hak

tersebut berlaku dan periode yang diperbarui tidak termasuk.

1. Aset tak berwujud dengan masa manfaat terbatas

Periode amortisasi dan metode amortisasi

Nilai depresiasi sebuah aset tak berwujud dengan masa manfaat terbatas harus

dialokasikan secara sistematis sepanjang masa manfaatnya. Amortisasi harus dimulai

ketika aset tersedia untuk digunakan, yakni ketika aset berada pada lokasi dan dalam

kondisi untuk beroperasi sesuai dengan ketentuan yang diinginkan manajemen. Amortisasi

harus dihentikan pada waktu mana yang lebih dahulu antara ketika aset digolongkan

sebagai aset yang dimiliki untuk dijual (atau termasuk dalam kelompok aset lepasan yang

digolongkan dalam aset yang dimiliki untuk dijual). Aset tidak lancar yang dimiliki untuk

dijual dan operasi yang dihentikan dan tanggal ketika aset dihentikan pengakuannya.

Metode amortisasi yang digunakan harus menggambarkan pola konsumsi entitas

atas manfaat ekonomis masa depan yang diharapkan. Jika pola tersebut tidak dapat

ditentukan secara andal, digunakan metode garis lurus. Amortisasi yang dibebankan setiap

periode harus diakui dalam laporan laba rugi kecuali PSAK 19 (Revisi 2010) atau PSAK

lainnya mengijinkan atau mensyaratkan amortisasi dimasukan dalam jumlah tercatat aset

lainnya.

Nilai Residu

Nilai residu suatu aset tak berwujud seharusnya diasumsikan sama dengan nol,

kecuali:

a. ada komitmen dari pihak ketiga untuk membeli aset tersebut pada akhir masa

manfaatnya; atau

b. ada pasar aktif bagi asset tersebut dan:

Page 16: Fix

nilai residu aset dapat ditentukan dengan mengacu pada harga yang berlaku di pasar

tersebut;

terdapat kemungkinan yang cukup besar bahwa pasar yang aktif tersebut akan tetap

tersedia sampai akhir masa manfaat aset

Penelaahan periode amortisasi dan metode amortisasi

Periode amortisasi dan metode amortisasi ditinjau setidaknya setiap akhir tahun

buku. Jika perkiraan masa manfaat aset berbeda secara signifikan dengan estimasi-estimasi

sebelumnya, periode amortisasi harus disesuaikan. Jika terjadi perubahan yang signifikan

dalam perkiranan pola konsumsi manfaat ekonomis dari aset, metode amortisasi harus

diubah untuk mencerminkan pola yang berubah tersebut. Perubahan tersebut harus dicatat

sebagai perubahan estimasi akuntansi.

2. Aset Tak Berwujud Dengan Masa Manfaat Tak Terbatas

Suatu aset tak berwujud dengan masa manfaat tak terbatas tidak boleh diamortisasi.

Masa manfaat suatu aset tak berwujud yang tidak diamortisasi harus ditelaah setiap periode

untuk menentukan apakah kejadian atau keadaan dapat terus mendukung masa manfaat

aset tetap tak terbatas. Jika tidak, perubahan masa manfaat yang muncul dari tak terbatas

menjadi terbatas harus dibukukan atau sesuai dengan perubahan dalam perkiraan akuntasi.

4. Rugi Penurunan Nilai

Rugi penurunan nilai merupakan selisih antara nilai tercatat dengan nilai terpulihkan.

Nilai terpulihkan diperoleh dari mana yang lebih besar antara nilai wajar setelah

dikurangi ongkos menjual dengan nilai kini arus kas masa depan aset.

5. Penghentian dan Pelepasan

Suatu aset tak berwujud harus dihentikan pengakuannya bila:

1. dalam (proses) pelepasan; atau

2. ketika tidak terdapat lagi manfaat ekonomis masa depan yang diharapkan dari penggunaan

atau pelepasannya.

Keuntungan atau kerugian muncul dari penghentian pengakuan suatu aset tak

berwujud harus ditetapkan sebagai perbedaan antara nilai bersih pelepasan (jika ada) dan nilai

wajar aset. Hal tersebut harus diakui dalam laporan laba rugi ketika aset dihentikan

pengakuannya.

6. Pengungkapan

Page 17: Fix

Pengungkapan umum:

1. Aset yang dihasilkan internal dengan yang lainnya;

2. Masa manfaat terbatas atau tak terbatas;

3. Metode amortisasi;

4. Jumlah tercatat bruto dan akumulasi amortisasi dengan akumulasi penurunan nilai pada

awal dan akhir periode;

5. Unsur – unsur dalam laporan pendapatan komprehensif; dan

6. Penambahan, Penurunan, kerugian penurunan nilai, amortisasi yang diakui, perubahan

lainnya pada jumlah tercatat selama periode.

Aset tak berwujud tak terbatas diungkapkan dalam jumlah tercatat dan alasan yang

mendukung masa manfaat tak terbatas. Untuk yang menggunakan model revaluasi, harus

diungkapkan:

1. Tanggal efektif revaluasi;

2. Jumlah tercatat yang direvaluasi;

3. Jumlah tercatat yang diakui apabila diukur dengan metode biaya;

4. Jumlah surplus revaluasi awal dan akhir periode;

5. Metode dan asumsi dalam mengestimasi nilai wajar asset; dan

6. Nilai keseluruhan biaya riset dan pengembangan yang diakui sebagai biaya selama periode

C. PERBANDINGAN ANTARA SAP DAN PSAK 19

SAP PSAK 19Definisi ATB merupakan aset nonkeuangan

yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan barang atau jasa atau digunakan untuk tujuan lainnya termasuk hak atas kekayaan intelektual

aktiva non-moneter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang atau jasa, disewakan kepada pihak lainnya, atau tujuan administratif

Kriteria 1. Dapat diidentifikasi2. Pengendalian3. Manfaat ekonomi masa depan

1. Dapat diidentifikasi2. Pengendalian3. Manfaat ekonomi masa depan

Pengakuan 1. Sesuatu diakui sebagai Aset Tidak Berwujud jika dan hanya jika:a. Kemungkinan besar

diperkirakan manfaat ekonomi

1. Aset tidak berwujud harus diakui apabila memenuhi kriteria sebagai berikut: a. Besar kemungkinan bahwa

Page 18: Fix

di masa datang yang diharapkan atau jasa potensial yang diakibatkan dari Aset Tidak Berwujud tersebut akan mengalir kepada/dinikmati oleh entitas; dan

b. Biaya perolehan atau nilai wajarnya dapat diukur dengan andal

2. Biaya riset diakui sebagai beban, biaya pengembangan diakui sebagai ATB bila memenuhi syarat. (termasuk yang dibiayai instansi lain)

3. Khusus untuk software, yang diakui sebagai ATB adalah yang kontrak pihak ketiga. Yang diakui adalah biaya pengembangan (dengan memenuhi syarat)

4. Pembelian software untuk disumbangkan = persediaan; bagian dari hardware = biaya perolehan hardware; dibeli tersendiri = ATB.

5. Kapitalisasi pengeluaran setelah pengakuan perolehan software harus memenuhi kriteria.

6. Paten diakui saat dokumen hukum diperoleh atau sebelum terbit dokumen sebesar biaya pendaftaran.

7. ATB dalam pengerjaan baru diakui sebagai ATB setelah pekerjaan selesai.

manfaat ekonomi masa depan yang diharapkan atau potensi jasa yang berhubungan langsung dengan aset tersebut akan mengalir ke entitas; dan

b. Biaya atau nilai wajar aset dapat diukur secara andal

2. Biaya riset diakui sebagai beban, biaya pengembangan diakui sebagai ATB bila memenuhi syarat. (termasuk yang dibiayai instansi lain)

Pengukuran 1. Pembelian dinilai sebesar biaya perolehan

2. Pertukaran dinilai sebesar nilai wajar atau nilai aset + kas yang diserahkan

3. Hasil kerjasama dinilai sebesar biaya perolehan dan dicacat oleh instansi penerima ATB.

4. Donasi/hibah dinilai sebesar nilai wajar saat perolehan.

1. Pembelian dinilai sebesar biaya perolehan

2. Pertukaran dinilai sebesar nilai wajar kecuali:a. Transaksi tidak memiliki

substansi komersialb. Nilai wajar tidak dapat diukur

secara andal3. Kombinasi bisnis dinilai sebesar

nilai wajar saat akuisisi.

Page 19: Fix

5. Diperoleh dari internal dinilai sebesar biaya pada tahap pengembangan dengan memenuhi syarat pengakuan

6. Aset budaya dinilai sebesar nilai pendaftaran perolehan hak paten

7. Pengeluaran setelah perolehan yang dapat diatribusikan langsung ke ATB, maka nilai tersebut dapat dikapitaisasi ke dalam nilai ATB

4. Donasi/hibah dinilai sebesar nilai wajar (nominal + pengeluaran yg diatribusikan langsung ke ATB)

5. Diperoleh dari internal dinilai sebesar biaya pada tahap pengembangan dengan memenuhi syarat pengakuan

6. Pengeluaran untuk ATB diakui sebagai beban, kecuali:a. Merupakan bagian dari biaya

perolehan dan memenuhi kriteria pengakuan

b. Yang diperoleh melalui kombinasi bisnis dan tidak diakui sebagai ATB (merupakan bagian goodwill)

Amortisasi 1. Metode garis lurus, metode saldo menurun dan metode unit produksi

2. ATB dengan masa manfaat terbatas: dengan alokasi garis lurus selama masa manfaat/masa secar hukum, mana yang lebih pendek. Nilai sisa adalah nihil kecuali:a. Ada komitmen

pengambilalihan ATBb. Terdapat pasar aktif

3. ATB dengan masa manfaat tak terbatas: tidak boleh diamortisasi

Jika perkiraan masa manfaat aset berbeda secara signifikan dengan estimasi-estimasi sebelumnya, periode amortisasi harus disesuaikan. Jika terjadi perubahan yang signifikan dalam perkiranan pola konsumsi manfaat ekonomis dari aset, metode amortisasi harus diubah untuk mencerminkan pola yang berubah tersebut

Penurunan Nilai

ATB dengan masa manfaat tak terbatas harus dilakukan penilaian setiap tahun dengan membandingkan jumlah terpulihkan dengan kumlah tercatatnya. Dimungkinkan untuk perubahan nilai dan penghapusan.

Dengan menghitung nliai terpulih dari mana yang lebih besar antara nilai wajar setelah dikurangi ongkos menjual dengan nilai kini arus kas masa depan aset

Penghentian dan Pelepasan

Penghentian ATB dilakukan pada saat dilepaskan atau ATB tersebut tidak lagi memiliki manfaat ekonomi masa depan yang diharapkan dari penggunaan atau pelepasannyaDilakukan dengan dijual, dipertukarkan, dihibahkan, atau

ATB dihentikan pengakuannya jika:1. Dalam (proses) pelepasan2. Ketika tidak terdapat lagi manfaat

ekonomis masa depan yang diharapkan dari penggunaan atau pelepasannya

Page 20: Fix

dijadikan penyertaan modal negara/daerah

Pengungkapan

Hal-hal yang harus diungkapkan:1. Masa manfaat atau tingkat

amortisasi yang digunakan. 2. Metode amortisasi yang digunakan3. Rincian masing-masing pos ATB

yang signifikan4. Nilai tercatat bruto dan akumulasi

amortisasi pada awal dan akhir periode;

5. Unsur pada laporan keuangan yang di dalamnya terdapat amortisasi aset tidak berwujud; dan

6. Rekonsiliasi nilai tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan:a. Penambahan aset tidak

berwujud yang terjadi, dengan mengungkapkan secara terpisah penambahan yang berasal dari pengembangan di dalam entitas;

b. Penghentian dan pelepasan aset tidak berwujud;

c. Amortisasi yang diakui selama periode berjalan;

d. Perubahan lainnya dalam nilai tercatat selama periode berjalan.

7 Kondisi ATB yang mengalami penurunan nilai yang signifikan (impaired)

Selain itu juga harus diungkapkan tentang perubahan periode amortisasi, metode amortisasi, dan nilai sisanya.

Laporan keuangan juga harus mengungkapkan:1. Alasan penentuan atau faktor-

faktor penting penentuan masa manfaat suatu aset tidak berwujud;

2. Penjelasan, nilai tercatat, dan

Pengungkapan umum:1. Aset yang dihasilkan internal

dengan yang lainnya; 2. Masa manfaat terbatas atau tak

terbatas;3. Metode amortisasi;4. Jumlah tercatat bruto dan

akumulasi amortisasi dengan akumulasi penurunan nilai pada awal dan akhir periode;

5. Unsur – unsur dalam laporan pendapatan komprehensif; dan

6. Penambahan, Penurunan, kerugian penurunan nilai, amortisasi yang diakui, perubahan lainnya pada jumlah tercatat selama periode

Dalam penggunaan model revaluasi ATB, harus diungkapkan:

1. Tanggal efektif revaluasi;2. Jumlah tercatat yang direvaluasi;3. Jumlah tercatat yang diakui

apabila diukur dengan metode biaya;

4. Jumlah surplus revaluasi awal dan akhir periode;

5. Metode dan asumsi dalam mengestimasi nilai wajar asset; dan

6. Nilai keseluruhan biaya riset dan pengembangan yang diakui sebagai biaya selama periode

Page 21: Fix

periode amortisasi yang tersisa dari setiap aset tidak berwujud yang material bagi laporan keuangan secara keseluruhan;

3. Keberadaan ATB yang dimiliki bersama

D. PENDAPAT AHLI TERKAIT AKUNTANSI ASET TIDAK BERWUJUD1. Pengertian Aset Tidak Berwujud

FASB dalam SFAC 6 tentang Element o f Financial Statement, mendefinisikan aktiva sebagai probable future economic benefits obtained or controlled by a particular entity as a resuit of past transactions or events. Definisi ini berlaku bagi aktiva berwujud dan aktiva tak berwujud. Aktiva berwujud adalah aktiva yang memiliki bentuk fisik, sementara aktiva tak berwujud adalah aktiva yang tidak memiliki bentuk fisik. Aktiva tak berwujud umumnya dikarakteristikkan oleh hak atau keuntungan yang serupa.

IPSAS 31, An intangible asset is an identifiable non-monetary asset without physical substance.

Menurut IASC, Pengertian aktiva tak berwujud menurut IAS 38 adalah non-monetary asset without physical substance held for use in the production of supply of goods or service, for rental to others, or for administrative purposes.

Financial Reporting Standard 138 mendefinisikan aset tidak berwujud sebagai aset non moneter yang dapat diidentifikasi dan tidak memiliki wujud fisik. Aset tersebut dimiliki dan dikendalikan oleh perusahaan sebagai hasil dari peristiwa masa lalu dan diharapkan menghasilkan keuntungan ekonomis di masa depan

Menurut PSAK No. 19, aset tidak berwujud adalah aktiva non moneter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang atau jasa, disewakan kepada pihak lainnya, atau untuk tujuan administratif. Jadi, terdapat tiga kriteria yang harus terpenuhi untuk mengakui suatu pengeluaran sebagai aktiva tak berwujud, yaitu: keteridentifikasian, pengendalian atas sumber daya, dan adanya manfaat ekonomis di masa depan.

Miller dan Whiting (2005) menyatakan bahwa aset tidak berwujud merupakan sumber daya penting dan memiliki manfaat di masa depan bagi perusahaan.

Lev, 2001 menyatakan Aset tidak berwujud merupakan klaim keuntungan di masa depan yang tidak memiliki wujud fisik, contohnya adalah paten dan merek, yang akan berdampak pada penciptaan nilai perusahaan.

Blair dan Wallman (2001) mendefinisikan aset tidak berwujud sebagai faktor non fisik yang memberikan kegunaan dan/atau digunakan untuk proses produksi barang atau jasa, serta diharapkan dapat memberikan manfaat produktif di masa yang akan datang baik bagi individual maupun bisnis yang memilikinya.

Page 22: Fix

Menurut Booth, 1998; Dzinkowsik, 2000; Roslender, 2000. Aset tidak berwujud didefinisikan sebagai unexplained value atau hiddden reserve yang merupakan perbedaan antara nilai pasar dan nilai buku dari ekuitas perusahaan .

Intangible assets diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu (Blair dan Wallman, 2001):1) Aset yang dapat dimiliki dan dijual. Walaupun dapat dijual, namun nilainya belum tentu

akurat pada saat dibeli. Berdasarkan kajian terdahulu, nilai aset ini cenderung overpaid, lebih rendah daripada yang dibayarkan. Intangible assets yang termasuk kategori adalah hak kepemilikan properti, hak paten, merek, logo / simbol (trademarks) dan hak cipta.

2) Aset yang dikendalikan oleh bisnis, namun tidak dapat dijual karena berkaitan dengan keberlangsungan bisnis tersebut. Contohnya adalah in-process R&D (Research and Development), proses bisnis, management techniques, atau sistem teknologi informasi.

3) Aset yang tidak mungkin dimiliki sepenuhnya oleh bisnis dan tidak dapat dijual. Contohnya adalah orang-orang di dalam perusahaan atau para pegawai / pekerja.

2. Pengukuran Aset Tidak BerwujudMenurut Sveiby (2001), terdapat empat pendekatan untuk mengukur nilai aset

tidak berwujud sebagai unexplained value, yaitu:1) Direct Intellectual Capital Method (DIC), yaitu memperkirakan nilai aset tidak berwujud

dengan mengidentifikasi komponen-komponennya.2) Market Capitalization Method (MCM), yait menghitung nilai aset tidak berwujud dengan

mengurangi ekuitas pemegang saham dan nilai kapitalisasi pasar.3) Return on Asset Method (ROA)4) Balance Scorecard Method (BSC)

3. Pro-kontra Akuntansi Aset Tidak Berwujud

3.1. Aktivitas LitbangAktivitas litbang akan menciptakan manfaat di masa depan dan secara konsep,

pengeluaran litbang seharusnya tidak dibebankan saat terjadi. Pembebanan biaya litbang akan mengurangi kegunaan laba, misalnya saat perusahaan memiliki pengeluaran litbang yang besar dengan tujuan untuk memperoleh manfaat di masa mendatang, terjadi penurunan laba dimana pada waktu yang sama pasar akan menilai ulang harga saham perusahaan menjadi lebih tinggi. Tidak diakuinya litbang dalam akuntansi mengindikasikan akuntansi gagal untuk melayani kebutuhan informasi dan kepentingan para pemakai laporan keuangan secara efektif (Subramanyam dan Wild, 2010).

Melalui aktivitas litbang, perusahaan dapat mengembangkan produk dan memiliki proses produksi yang lebih baik serta inovasi penjualan yang efektif (Padgett dan Galan, 2010). Dengan demikian, litbang dapat meningkatkan nilai perusahaan melalui prospek perusahaan yang lebih baik dimasa depan (Lu, et al., 2010).

3.2. Pengukuran Kinerja Aset Tidak Berwujud

Page 23: Fix

Berkaitan dengan aset tidak berwujud, terdapat pro dan kontra mengenai perlunya pengukuran nilai yang akurat atas aset tidak berwujud yang dimiliki perusahaan. Pengukuran kinerja pemanfaatan aset, baik yang bersifat tangible maupun yang bersifat intangible perlu dilakukan oleh perusahaan sebagai cara untuk mengevaluasi dan meningkatkan kinerja perusahaan (John Berry, 2004). Akan tetapi, terdapat kesulitan yang muncul dalam mengukur kinerja pemanfaatan aset tidak berwujud yaitu nilainya yang terkadang sulit diukur.

3.3. Pengungkapan Aset Tidak BerwujudManajer (CEO) perlu mengungkapkan informasi terkait nilai aset tidak berwujud

yaitu perbedaan antara nilai pasar perusahaan dan nilai bukunya serta komponen-komponen aset tidak berwujud yang berharga (seperti intellectual capital, brand name, litbang) dalam laporan keuangan agar dapat memberikan informasi mengenai nilai perusahaan yang sebenarnya (Foster, et al., 2003).

Selain itu, aset tidak berwujud merupakan komponen intellectual capital yang penting karena akan memberikan manfaat nyata bagi perusahaan dan mempengaruhi nilai pasar perusahaan. Oleh karena itu, perbedaan antara nilai buku akuntansi dan nilai pasar perusahaan harus dijelaskan karena mengindikasikan adanya unexplained value atau nilai aset tidak berwujud yang tidak dilaporkan (Bontis, et al., 2000). Aset tidak berwujud yang tidak diakui meliputi pengembangan software, biaya training, dan business process redesign (Amir dan Lev, 1996).

3.4. Standar AkuntansiPenekanan pada pentingnya nilai dan penyajian informasi aset tidak berwujud telah

mengubah cara perusahaan dinilai (Salamudin, et al., 2010). Pada akuntansi tradisional, perusahaan dinilai berdasarkan besarnya nilai aset berwujud yang dimiliki. Namun, pada era ekonomi berbasis pengetahuan aset tidak berwujudlah yang digunakan untuk menilai perusahaan. Lev dan Zarowin (1999) menyebutkan bahwa laporan keuangan berdasarkan akuntansi tradisional diakui gagal dalam menggambarkan cakupan luas pengkreasian nilai aset tidak berwujud sehingga menimbulkan peningkatan asimetri informasi antara perusahaan dengan pengguna laporan tersebut dan menciptakan ketidakefisienan dalam proses alokasi sumber daya dalam pasar modal.

Akuntansi tradisional gagal untuk mengadaptasi perubahan ekonomi dan menangkap transaksi-transaksi yang terjadi dalam perusahaan (Gu dan Lev, 2000). Dalam SFAC 2 disebutkan bahwa transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian yang mempengaruhi perusahaan menggambarkan sumber daya atau perubahan dalam aset. Dimana kejadian merupakan konsekuensi suatu entitas yang bisa berasal dari kejadian di dalam perusahaan. Berdasarkan definisi tersebut, penelitian dan pengembangan, iklan, training merupakan kejadian sebagai konsekuensi suatu entitas. Namun, perlakuan akuntansi (kapitalisasi dan amortisasi) untuk kejadian tersebut (aset tidak berwujud yang dihasilkan secara internal) masih diabaikan oleh pembuat standar (Siegel dan Borgia, 2007). Akibatnya, nilai aset tidak berwujud yang disajikan pada laporan keuangan tidak dapat menunjukkan aset tidak berwujud sebagai unexplained value (Goh dan Lim, 2004).

Page 24: Fix

Meskipun aset tidak berwujud telah disajikan dalam laporan keuangan, namun masih ada unexplained value yang tidak disajikan dalam laporan keuangan. Unexplained value tersebut biasanya berasal dari aset tidak berwujud yang dihasilkan secara internal oleh perusahaan. Salah satu penyebab adanya unexplained value adalah ketidakkonsistenan standar akuntansi terkait pengukuran dan pelaporan aset tidak berwujud dalam laporan keuangan (Siegel dan Borgia, 2007).

4. Hal-hal MenarikPenemuan tersebut diperkuat oleh penelitian yang dilakukan Sullivan (2000) yang

menemukan bahwa pada tahun 2000-an, nilai aset tidak berwujud mendominasi nilai pasar perusahaan di pasar modal Amerika, yaitu bernilai sekitar 80% dari nilai pasar perusahaan.

Di Inggris, beberapa penelitian menemukan bahwa besarnya nilai aset tidak berwujud adalah 60% dari nilai pasar perusahaan dan mengindikasikan sebagian besar dari nilai ini terkait dengan merek atau portofolio merek yang dimiliki perusahaan (PricewaterhouseCoopers, 2004).

Pada akuntansi tradisional, perusahaan dinilai berdasarkan besarnya nilai aset berwujud yang dimiliki. Namun, pada era ekonomi berbasis pengetahuan aset tidak berwujudlah yang digunakan untuk menilai perusahaan. Lev dan Zarowin (1999)